• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DAMPAK PERTANIAN JERUK BAGI MASYARAKAT DESA

4.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan dan berbagai belenggu sosial yang menghambat tercapainya kesejahteraan bersama.33

33

Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo (ed), Sejarah Pendidikan Di Sumatera Utara, Medan: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1983, hal. 10.

Pendidikan dapat diperoleh dari keluarga, penduduk sekelilingnya serta pengalamannya sendiri yang diperoleh dari sekolah atau pendidikan yang bersifat formal lainnya bukanlah suatu masalah, karena semua orang memerlukan pendidikan

dan cara-cara yang praktis untuk mencapai tingkat perkembangan yang dikehendaki dari zaman ke zaman tidak sama serta kehidupan hidup setiap waktu demikian pula.34

Pendidikan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan berbekal pendidikan yang cukup maka manusia dapat meningkatkan kehidupannya. Biasanya tingkat pendidikan suatu masyarakat dapat diketahui berdasarkan tindakannya sehari- hari. Namun bukan berarti bahwa pendidikan merupakan syarat mutlak untuk mencapai sesuatu atau berbagai tujuan hidup, akan tetapi perubahan tata cara kerja, kemampuan untuk berbuat dapat dilihat dari pendidikan yang diperoleh sebelumnya. Antara masyarakat dan pendidikan selalu terdapat suatu kaitan yang bersifat dialektis, yaitu bahwa pendidikan merupakan produk masyarakat, dan dalam berbagai hal pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan perubahan masyarakat.35

Pandangan masyarakat Desa Tangkidik akan pentingnya pendidikan tersebut menyebabkan setiap orang tua berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Hal ini dilakukan dengan harapan agar kehidupan anak-anaknya kelak jauh lebih baik dari orang tuanya.

Besarnya manfaat pendidikan bagi kehidupan seseorang menyebabkan masyarakat Desa Tangkidik menyadari bahwa pendidikan itu merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Masyarakat Desa Tangkidik sadar bahwa pendidikan dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk kepentingan dirinya juga lingkungannya.

34

Ibid., hal. 93. 35

Andar Asmara,‘’Sejarah Perkembangan Desa Baja Ronggi Ditinjau Dari Sudut Sosial Ekonomi (1965-1983)’’, Skripsi S-I, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1985, hal. 102.

Keinginan masyarakat Desa Tangkidik untuk menyekolahkan anak-anaknya tentu harus didukung oleh sarana pendidikan. Sarana pendidikan yang dimaksud adalah seperti tersedianya gedung sekolah, guru, bahkan sarana dan prasarana lainnya yang dapat menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang baik.

Sebelum tahun 1980 masyarakat Desa Tangkidik belum banyak yang mengecap pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari tidak adanya sarana pendidikan seperti gedung sekolah di daerah tersebut. Untuk menempuh pendidikan seorang anak harus bersekolah di desa tetangga seperti ke Desa Tiga Jumpa. Namun setelah dibangunnya Sekolah Dasar Inpres di Desa Tangkidik pada tahun 197836

36

Wawancara dengan Bahtera Ginting di Desa tangkidik Kecamatan Barusjahe, pada tanggal 23 Juli 2010

maka semakin banyak masyarakat yang kemudian dapat mengecap pendidikan.

Untuk menempuh pendidikan tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya ini diperlukan sejak anak mulai masuk sekolah seperti biaya seragam, buku, uang saku dan sebagainya. Untuk itu tidak mengherankan apabila masyarakat menganggap bahwa pendidikan itu merupakan sesuatu yang sangat mahal.

Biaya seringkali membuat seseorang yang pada akhirnya tidak bisa mendapatkan pendidikan. Hal ini sering terjadi pada masyarakat yang memiliki pendapatan menengah ke bawah. Masalah biaya pendidikan ini juga dirasakan oleh masyarakat Desa Tangkidik yang pada umumnya memiliki mata pencaharian bertani. Masalah biaya pendidikan ini sedikit terbantu setelah masyarakat Desa Tangkidik bertanam jeruk.

Jeruk manis termasuk tanaman komersil yang dapat menghasilkan keuntungan yang banyak. Sejak masyarakat Desa Tangkidik menggeluti pertanian jeruk manis ini, kehidupan ekonomi semakin membaik. Menurut mayoritas petani jeruk di Desa Tangkidik, pendapatan mereka jauh lebih besar dari pada sebelumnya. Dengan pendapatan yang lebih baik maka orang tua dapat membiayai kebutuhan anaknya dengan maksimal termasuk kebutuhan akan pendidikan.

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Untuk itu masyarakat Desa Tangkidik berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya melalui sekolah yang terbaik dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sejak masyarakat Desa Tangkidik menanam jeruk yang sangat berpengaruh pada peningkatan pendapatan tingkat pendidikan masyarakat semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya orang tua yang menyekolahkan anaknya sampai ke Sekolah Menengah Atas (SMA).

Seperti yang telah dikemukakan penulis pada paragraf sebelumnya bahwa sebelum tahun 1980 tingkat pendidikan masyarakat Desa Tangkidik sangat rendah. Mayoritas masyarakat Desa Tangkidik tamat sekolah dasar dan bahkan tidak sedikit yang tidak sekolah. Namun setelah tahun 1980 terutama sejak tahun 1985 tingkat pendidikan melonjak naik dan semakin beragam. Pendidikan anak-anak di Desa Tangkidik sudah banyak yang tamat dari sekolah Menengah Atas (SMA) dan pada tahun 1995 sudah ada yang tamat dari D3 dan satu orang S1 dari sebuah perguruan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan apabila pertanian jeruk di Desa Tangkidik tidak hanya berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat tetapi juga terhadap tingkat pendidikan.

4.4 Kesehatan

Masalah kesehatan begitu penting bagi semua orang begitu juga dengan masyarakat Desa Tangkidik. Pentingnya kesehatan merupakan suatu gejala yang terlihat berkembang di kalangan masyarakat dengan keyakinan akan dunia medis. Sarana kesehatan yang ada di Desa Tangkidik sudah ada sejak puskesmas dibangun pada tahun 1991 yang terletak di Desa Tangkidik. Puskesmas tersebut sangat membantu masyarakat terutama dalam hal-hal yang berhubungan dengan pengobatan dan menolong para ibu yang melahirkan.

Sebelum adanya medis di Desa Tangkidik, masyarakat desa ini masih mengunakan tenaga obat tradisional. Hal ini kurang efisien terhadap masalah kesehatan karena obat yang digunakan sebagian tidak sesuai dengan keluhan pasien, dan sebagian obat digunakan tidak steril dan orang yang menangani tidak professional terhadap masalah kesehatan. Dari pernyataan tersebut betapa pentingnya kesehatan untuk mengurangi angka kematian.

Puskesmas yang ada di Desa Tangkidik ini ditangani oleh seorang bidan desa yang bernama Permina Br Tarigan. Kedatangan bidan desa ini membuat masyarakat Desa Tangkidik lebih mudah dan lebih cepat untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan bagi yang sakit maupun ibu-ibu yang mau melahirkan.

Sebelum adanya puskesmas di Desa Tangkidik maka semua masyarakat desa ini kesulitan untuk mendapatkan pengobatan terutama para ibu-ibu yang mau melahirkan. Masyarakat yang mau berobat harus terlebih dahulu berjalan kaki sekitar 2 km baru bisa mendapatkan pengobatan dari tim medis yang terdapat di Desa Tigajumpa. Pada tahun 1992 puskesmas Desa Tangkidik ini telah melayani

masyarakat dalam hal Keluarga Berencana (KB) sebagai program pemerintah guna membatasi jumlah kelahiran.

4.5 Pola Hidup

Pola hidup atau seringkali disebut dengan gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh banyak hal seperti tingkat pendapatan, kekuasaan, pendidikan, lingkungan dan sebagainya. Pada umumnya gaya hidup menunjukkan status golongan dalam masyarakat, maka gaya hidup sendiri menjadi simbol posisi sosial golongan tertentu, termasuk kekayaan, kekuasaan serta kewibawaan.

Dalam pola pemukiman masyarakat Desa Tangkidik tidak tampak adanya perbedaan antara penduduk asli dengan penduduk pendatang. Semuanya membaur satu sama lain. Bentuk bangunan pemukiman masyarakat Desa Tangkidik pada umumnya masih sederhana dan tidak sedikit yang tinggal di rumah dengan bangunan tradisional. Kemudian bentuk-bentuk bangunan rumah di Desa Tangkidik pada tahun 1993 mulai mengalami perubahan, yang merupakan salah satu implikasi dari pertanian jeruk yang digeluti masyarakatnya. Semakin meningkatnya pemasukan keluarga memungkinkan masyarakat dapat mencukupi kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder lainnya seperti membangun rumah. Hal ini menyebabkan semakin ditinggalkannya rumah-rumah panggung yang merupakan bangunan tradisional.

Biasanya etnis Batak Karo memiliki kebiasaan untuk menyimpan harta bendanya dengan membeli tanah. Demikian halnya dengan masyarakat Karo yang bertempat tinggal di Desa Tangkidik juga melakukan hal yang demikian. Dengan

membeli tanah maka kekayaan mereka tidak akan pernah berkurang harganya, malah akan menjadi lebih besar karena harga tanah tidak akan mungkin menurun bahkan akan bertambah setiap tahunnya. Selain menyimpan harta dalam bentuk tanah, masyarakat Desa Tangkidik juga menginvestasikannya dalam bentuk barang-barang berharga seperti emas dan berlian. Barang-barang ini dapat dijual kembali apabila uang dibutuhkan untuk mencukupi keperluan lain. Namun cara seperti ini kadang kala menyebabkan kerugian pada si pemilik karena pada saat menjual sering kali harganya lebih murah dari pada saat membeli.

Masyarakat Desa Tangkidik banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Perubahan yang paling jelas terutama dalam pola hidup yang konsumtif. Terbukti dengan meningkatnya pembelian benda-benda elektronik yang terdapat dalam masyarakat seperti: TV, Radio, Mobil, Sepeda Motor, dan sebagainya.

Perubahan sikap masyarakat dalam bidang mata pencaharian dan prilaku disebabkan oleh faktor pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk memperluas jaringan kerjasama. Perumbuhan penduduk dapat disebabkan oleh datangnya penduduk baru, kelahiran, kematian, penduduk yang keluar .

Perubahan sikap maasyarakat Desa Tangkidik juga tampak pada semakin tingginya persaingan antar sesama masyarakat. Persaingan ini merupakan persaingan yang bersifat positif. Persaingan yang terjadi pada masyarakat berupa pemilikan sesuatu barang dan juga dalam hal pendidikan anaknya. Masyarakat Desa Tangkidik berlomba-lomba untuk memperoleh sesuatu barang, misalnya keluarga si A telah memiliki sepeda motor atau tv, maka tetangganya akan giat bekerja agar ia dapat memiliki barang tersebut. Demikian halnya dengan pendidikan, apabila keluarga si B

telah berhasil menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang berkualitas baik maupun telah menempuh pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi, maka masyarakat yang lain juga akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa melakukan seperti yang dlakukan oleh keluarga si A. Pada umumnya orang tua menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya karena anak merupakan harta yang paling berharga bagi setiap orang tua. Untuk itu setiap orang tua akan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk hal tersebut. Hal ini tentunya memberi dampak positif pada masyarakat tersebut yaitu semakin giatnya bekerja. Namun persaingan yang ada pada masyrakat Desa Tangkidik tidak terlepas dari persaingan tidak sehat. Hal ini terjadi bagi sebahagian kecil masyarakat Desa Tangkidik. Persaingan tidak sehat ini menyebabkan lahirnya kecemburuan sehingga bagi yang berpikiran sempit akan berusaha mengambil jalan pintas seperti pergi kedukun untuk meminta agar orang yang dicemburuinya tersebut terkena penyakit ataupun kecelakaan. Persaingan tidak sehat ini juga tampak pada salah satu contoh berikut ini: apabila si A memiliki uang yang lebih sehingga ia mampu membeli angkutan pribadi dan kemudian dijadikan sebagai angkutan pedesaan, maka orang-orang yang tidak suka sering kali mencekal agar angkutan tersebut tidak masuk ke Desa Tangkidik. Hal-hal seperti ini menyebabkan perkembangan sarana transportasi di desa ini tidak berkembang dengan baik.

4.6 Sarana Transportasi.

Komunikasi lalu lintas merupakan sarana sangat penting dalam kelancaran roda perekonomian, sebagaimana halnya dibutuhkan oleh masyarakat Desa Tangkidik

terutama bagi pengangkutan hasil-hasil produksi pertanian. Adapun sarana yang sangat vital dari dan ke Desa Tangkidik adalah jalan darat.

Aktivitas pertanian sangat banyak tergantung kepada transportasi karena faktor ini mempengaruhi keinginan sesorang untuk menanam komoditi pertanian tertentu. Kemajuan sarana transportasi di daerah ini memungkinkan mayarakat untuk menanam tanaman yang membutuhkan sarana pengangkutan.

Pada masa Kolonial hingga awal kemerdekaan, sarana transportasi satu- satunya yang ada di Desa Tangkidik adalah pedati. Untuk itu masyarakat Desa Tangkidik yang tidak mempunyai pedati biasanya melakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Demikian juga untuk memasarkan hasil-hasil pertaniannya masyarakat Desa Tangkidik harus memikul barangnya dengan berjalan kaki menuju tempat tujuan.

Perubahan zaman dan perkembangan teknologi juga mempengaruhi sarana transportasi di Desa Tangkidik. Sarana transportasi pedati lambat laun mulai ditinggalkan, dan masyarakat mulai menggunakan angkutan-angkutan umum dan angkutan pribadi. Meskipun demikian di Desa Tangkidik ini sarana transportasi pedati masih tetap digunakan meskipun hanya terbatas pada sarana pengangkutan hasil-hasil pertanian dari ladang atau sawah ke rumah.

Untuk kelancaran sarana lalu lintas jalan terutama untuk kelancaraan pengangkutan hasil-hasil bumi, maka setiap ada kesempatan masyarakat Desa Tangkidik mengadakan gotong-royong untuk memperbaiki jalan yang menghubungkan antara desa tersebut dengan desa lainnya. Sarana penghubung tersebut pada umumnya masih terdiri dari tanah yang dikeraskan kemudian diberi

batu sedikit sehingga apabila musim hujan tiba, jalan-jalan tersebut seringkali mengalami kerusakan. Dalam hal inilah masyarakat Desa Tangkidik lalu menggiatkan gotong-royong dengan dana yang berasal dari Bandes (Bantuan Desa).

Pada masa penelitian ini berlangsung telah ada sarana transportasi yang menghubungkan Desa Tangkidik dengan beberapa wilayah seperti ke Berastagi, Kabanjahe dan beberapa desa disekitarnya. Sarana transportasi ini berupa angkutan pedesaan yakni Karo Sekali, Gaya Baru, dan Sinar Tani. Angkutan pedesaan ini jumlahnya sangat terbatas sehingga dalam satu hari angkutan hanya masuk tiga kali. Hal ini menyebabkan gerak masyarakat di Desa Tangkidik ini sedikit terhambat.

Desa Tangkidik merupakan satu dari sekian banyak wilayah di Indonesia yang sarana dan parasarana transportasinya belum memadai. Di desa ini terdapat berbagai macam sarana transportasi seperti angkutan pedesaan, angkutan-angkutan milik pribadi baik kendaraan roda dua maupun roda empat.

Di Desa Tangkidik sarana transportasi tidak hanya dibutuhkan untuk melancarkan gerak masyarakat ke luar daerahnya tetapi juga untuk memperlancar kegiatan pertanian. Masyarakat Desa Tangkidik yang mayoritas menanam tanaman jeruk tentunya sangat membutuhkan sarana pengangkutan untuk melancarkan aktivitas pertanian.

Sarana transportasi untuk pertanian jeruk di Desa Tangkidik diperlukan untuk berbagai hal sejak mulai pengolahan lahan sampai kepada pemasaran hasil panen. Ada beberapa sarana transportasi yang sering digunakan masyarakat Desa Tangkidik dalam hal kegiatan pertanian seperti pedati, sorong, kendaraan roda empat baik dalam

bentuk truk ataupun pick up. Dalam bidang pertanian ini masyarakat juga tidak jarang menggunakan angkutan pedesaan.

Pedati sering digunakan masyarakat untuk mengangkut kompos, peralatan- peralatan pertanian, maupun tenaga kerja. Pada saat mengolah lahan untuk ditanami jeruk masyarakat Desa Tangkidik tentunya membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit untuk itu masyarakat seringkali memakai tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini dapat diangkut dengan pedati, namun apabila si pemilik kebun bertepatan memiliki mobil pribadi maka sarana pengangkutan yang dipakai adalah mobil tersebut. Jenis sarana pengangkutan yang dipakai tergantung kondisi dan jenis angkutan yang dimiliki petani.

Sarana pengangkutan juga diperlukan pada saat perawatan jeruk dimulai, dan pada saat panen berlangsung pada saat inilah sarana transportasi paling banyak dibutuhkan. Sarana pengangkutan ini dipergunakan untuk mengangkut tenaga kerja maupun mengangkut hasil jeruk yang telah dipanen. Tenaga kerja upahan biasanya didatangkan dari desa tersebut, tetapi ada juga yang dari luar daerah, dalam kondisi inilah sarana pengangkutan ini dibutuhkan.

Semakin banyaknya sarana transportasi yang dimiliki masyarakat Desa Tangkidik sangat membantu dalam kondisi pertanian. Sarana transportasi yang ada dapat mempengaruhi keinginan masyarakat Desa Tangkidik untuk mengembangkan pertanian jeruk. Hal ini berdampak pada semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang menggeluti pertanian jeruk sehingga semakin luas lahan pertanian di desa ini yang dipergunakan untuk budidaya tanaman ini.

BAB V KESIMPULAN

Dari hasil kajian mengenai pertanian jeruk dan dampaknya bagi masyarakat di Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe (1980-1995), yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, masyarakat Desa Tangkidik yang mayoritas etnik Batak khususnya sub Etnik Karo, pada awalnya hidup dari mata pencaharian bercocok tanam palawija (tanaman-tanaman yang berumur pendek) seperti sayur-sayuran, dan padi. Sejak tahun 1980 pola pertanian masyarakat Desa Tangkidik mulai mengalami perubahan yaitu dari pertanian palawija kepertanian holtikultura. Perubahan pola pertanian ini sejak dilakukanya pertanian holtikura khususnya jenis buah-buahan terutama buah jeruk oleh Norsan Barus.

Kedua, selain bertani masyarakat di Desa Tangkidik ada juga yang berdagang, ataupun bekerja di kantor-kantor pemerintahan. Bagi sebagian kecil masyarakat di Desa Tangkidik bertani merupakan pekerjaan sampingan. Timbulnya usaha sampingan tersebut guna menunjang kebutuhan hidup, karena terkadang hasil dari pekerjaan utama tidak mencukupi kebutuhan keluarga.

Ketiga, pertanian jeruk di Desa Tangkidik yang dimulai sejak tahun 1980 telah banyak sekali mengalami perkembangan. Perkembangan ini terlihat pada semakin banyaknya jumlah petani yang menggeluti budidaya pertanian jeruk, semakin luasnya lahan pertanian yang digunakan untuk pertanian jeruk dan tentunya seiring dengan jumlah pohon jeruk yang ditanam oleh petani di Desa Tangkidik.

Keempat, pertanian jeruk di Desa Tangkidik membawa perubahan yang cukup besar bagi masyarakat dan juga bagi perkembangan desa. Ada beberapa dampak yang signifikan dari pertanian jeruk tersebut antara lain dalam bidang pendapatan penduduk khususnya petani jeruk, pendidikan bahkan pola hidup masyarakatnya. Pertanian jeruk di Desa Tangkidik telah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, yang sekaligus menyebabkan semakin meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat, karena pada dasarnya tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh banyaknya pemasukan yang ia peroleh.

Dengan semakin meningkatnya pemasukan maka seseorang itu juga akan lebih mudah mendapatkan kehidupan yang layak. Peningkatan pendapatan ini mengakibatkan masyarakat Desa Tangkidik dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh pendidikan. Masyarakat Desa Tangkidik sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi masa depan. Sejak pertanian jeruk berlangsung tingkat pendidikan masyarakat di Desa Tangkidik juga semakin meningkat. Pendidikan anak-anak yang awalnya hanya tamat Sekolah Dasar, setelah berkembangnya pertanian jeruk telah banyak yang tamat Sekolah Menengah Pertama dan ada juga yang tamat dari Sekolah Menengah Atas.

Pertanian jeruk di Desa Tangkidik, telah merubah pola kehidupan masyarakatnya. Masyarakat yang awalnya mengelola pertanian dengan sistem gotong royong yang dikenal dengan aron, lambat laun mengalami perubahan. Kerjasama masyarakat dalam bidang pertanian ini sudah berlandaskan pada kepentingan ekonomi. Sistem aron yang lama diganti menjadi model yang baru, yakni pekerjaan

tidak lagi diganti dengan pekerjaan tetapi dibayar dengan sejumlah uang. Hal ini terjadi karena tuntutan ekonomi dan juga perkembangan zaman.

Pola hidup masyarakat yang sederhana mulai berubah menjadi konsumtif. Persaingan bisnis juga semakin meningkat terutama persaingan bersifat positif dalam hal memiliki barang dan peningkatan terhadap pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Aak, Budidaya Tanaman Jeruk, Yogyakarta: Kansius, 1994. Abdurahman Dudung, Metode Sejarah, Yogyakarta: Logos, 1999. Arsip pemerintahan Desa Tangkidik, 1995.

Asmara Andar,‘’Sejarah Perkembangan Desa Baja Ronggi Ditinjau Dari Sudut

Sosial Ekonomi (1965-1983)’’, Skripsi S-I, Medan: Universitas Sumatera

Utara, 1985.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Kecamatan Barusjahe Dalam Angka, 2000. Barus Ramli, ‘’Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lama Kecamatan

Pancur Batu (1950-1984)’’, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1998.

Basarsyah Tuanku Luckman Sinar, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di

SumateraTimur.

………., Sejarah Medan Tempo Doloe, Medan: Perwira, 1991.

Bukit M, Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisme, Desa Ergaji, 2008. ………., Sejarah Kerajaan dan Adat Istiadat Karo, Kabanjahe: Toko Bukit.

Burger.D.H, Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, Jakarta: Negara Pradnjapramita, 1962.

Gottschalk Louis, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press, 1992.

Irawadi Giman, ‘’Desa Baja Dolok 1960-1980: Sejarah Perkembangan dan

Perubahan Sosial Ekonomi’’, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1980.

Kartosudirjo Sartono dan Joko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian

Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1994.

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2004. Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo., (eds.), Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara,

Pracaya, Jeruk Manis: Varietas Budi Daya dan Pascapanen, Jakarta: Penebar Swadaya, 2003.

Prinst Darwan, Adat Karo, Medan: Bina Media Perintis, 2004.

Tarigan Sarjani, Dinamika Orang Karo Budaya Modernisasi, tanpa penerbit, 2008. Sembiring Ermiwati, ‘’Suatu Tinjauan Historis Tentang Kedudukan Raja Urung

Barusjahe Dalam Pemerintahan Desa di Tanah Karo’’, Skripsi S-I, Medan:

Unimed, 2000.

Soelaroso Bambang R, Budidaya Jeruk Bebas Penyakit, Jakarta: Kansius, 1996. Surianingrat Bayu, Pemerintahan Administrasi Desa dan Kelurahan, Jakarta: Aksara

Bayu, 1981.

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Andang Barus Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk 2. Nama : Bahtera

Umur : 38 Tahun

Pekerjaan : Kepala Sekolah Dasar (SD) 3. Nama : Ganin Br Tarigan

Umur : 80 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk 4. Nama : Ganepo Barus

Umur : 46 Tahun Pekerjaan : Sekretaris Desa 5. Nama : Jakkob Barus

Umur : 43 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk 6. Nama : Jeinda Br Tarigan

Umur : 39 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk 7. Nama : Karben Barus

Umur : 65 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk

Umur : 41 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk 9. Nama : Nur Br Barus

Umur : 38 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk 10. Nama : Peraten Br Barus

Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk 11. Nama : Plat Barus

Umur : 46 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk 12. Nama : Preden Barus

Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : Pegawai BPS Desa Tangkidik 13. Nama : Permina Br Tarigan

Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Bidan desa 14. Nama :Raini Barus

Umur : 46 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk

15. Nama : Reso Barus Umur : 40 Tahun

Pekerjaan : Kepala Desa Tangkidik 16. Nama : Riston Barus

Umur : 41 Tahun Pekerjaan : Petani jeruk

17. Nama : Samion Sembiring Umur : 46 Tahun

Pekerjaan : Guru

18. Nama : Sep Sembiring Umur : 43 Tahun

Dokumen terkait