• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanian Jeruk Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo (1980-1995)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertanian Jeruk Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo (1980-1995)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERTANIAN JERUK DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT DESA TANGKIDIK KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO (1980-1995) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

Desmika Br Sembiring 060706036

Pembimbing

Dra. Nurhamidah, M. A NIP 194805091985032001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, unuk melengkapi Salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN

(2)

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

PERTANIAN JERUK DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT DESA TANGKIDIK KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO (1980-1995)

Yang diajukan oleh Nama : Desamika Br Sembiring

Nim : 060706036

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh

Pembimbing

Dra. Nurhamidah, M. A Tanggal,

NIP 194805091985032001

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap S.U Tanggal, NIP 195406031983032001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN

(3)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH Ketua Departemen

Dra. Fitriaty Harahap S.U NIP 195406031983032001

(4)

PERSEMBAHAN

Syalom…

Tuhan adalah gembalaku

Takkan kekurangan aku

Kasih yang sempurna

Telah kau berikan padaku

Kasih Tuhan takkan pernah ada habisnya

Cinta Tuhan indah dalam hidupku

Besar kasih Tuhan dalam hidupku

Tangan Tuhan takkan pernah berhenti

Membuat karyanya yang indah dalam hidupku

Dia buatku melihat indah rancangannya

Cinta Tuhan ubahkan hatiku

Membentuk hidupku sesuai kehendak rencananya

Dia buat hidupku menjadi berarti

Untuk segala sesuatu ada masanya

Untuk apapun dibawah langit ada waktunya

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya

Bahkan ia memberikan dalam hati mereka

Skripsi ini kupersembahkan buat kemuliaan Nama Tuhan dan juga buat

orang-orang yang kusayangi,dan kedua orang tuaku.

Ayahanda : S. Sembiring

Ibunda : P. Br Barus

Saudara-saudaraku yang kusayangi :

1. Nisma Wati Br Sembiring

2. Radius Prawiro Sembiring

3. Charlos Demello Sembiring

(5)

UCAPAN TRIMAKASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah menyertai dan senantiasa memberkati penulis dalam hidup ini, terutama pada

saat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena

keterbatasan pengetahuan penulis, kemampuan, pengalaman, maupun literatur yang

dimiliki penulis. Meski menghadapi berbagai tantangan, berkat usaha yang gigih dari

penulis, dan berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat

diselesaikan sebagaimana mestinya.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ayahanda S. Sembiring dan ibunda P br Barus, yang senantiasa mengasihi

saya sejak lahir hingga saat ini, dan memberi dukungan dan kasih sayang yang

tidak ternilai harganya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Juga kepada kakak saya Nisma Wati Br Sembiring beserta suaminya b’Alex

Ginting dan adik-adik saya Raduis Prawiro Sembiring, dan Charlos Demelo

Sembiring. Yang penuh pengertian dan telah memberi dorongan, dan

semangat kepada penulis selama ini.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara beserta staf dan pegawainya.

3. Ibu Dra.Fitriaty Harahap, S.U selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah

(6)

sebagai dosen wali penulis, yang telah membantu penulis selama dalam masa

perkuliahan.

4. Ibu Dra. Nurhamidah, M.A selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini,

yang telah memberikan inspirasi, semangat, dorongan, dan telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing penulis. Kebaikan ibu senantiasa

penulis ingat, semoga Tuhan memberikan berkatNya kepada ibu sekeluarga.

5. Bapak dan ibu dosen serta staf administrasi pendidikan Departemenn Ilmu

Sejarah (B˜Ampera) yang telah banyak membantu penulis mulai masa awal

perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh informan yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku Kariani Zaluku, Risma Wati Aprita, Desriani Panjaitan,

Suci Ayu Lestari, Hafija Syahraini, Friyanti, Derni Simanjuntak, Eva Angelia

Sembiring, Erliana Br Barus , Kalvin Halawa, Heri Setianto, Haradongan,

Jhon Dato Sagala, Wilson Barus, Johannes, Dedi Surya Dharma, M. Ramlan,

Wilson Barus, Hendra, Pernatin dan stambuk 06 semua. Dan terkhusus buat

Sancani Angelia Tamba yang telah banyak membantu penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman satu kosku Iwan, Herman, Julita, dan Juni, yang setia

menemani dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

9. Someone special yang memberikan semangat dan dorongan kepada penulis

(7)

Akhirnya untuk semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak

seluruhnya disebutkan dalam penyusunan skripsi ini, saya mengucapkan banyak

terima kasih. Semoga semua kebaikan yang penulis terima dibalas oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Amin.

Medan,

Penulis, Desember 2010

(8)

ABSTRAK

Secara umum skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan latar belakang proses pertanian jeruk yang dimulai oleh Norsan Barus pada tahun 1980 di Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo (1980-1995). Skripsi ini juga menjelaskan bagaimana dampak dari pertanian jeruk ini bagi masyarakat desatangkidik. Selanjutnya skripsi ini juga mengkaji din menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat setelah berkembangnya pertanian jeruk di desa ini.

Untuk memperoleh sumber yang dapat mendukung kajian ini dilakukan penelitian arsip, pustaka, pendekatan kultural dan penelitian lapangan yang dilakukan melalui wawancara degan orang-orang yang terkaitdengan permasalahan yang dikaji.

Dari hasil akhir penelitian diketahui bahwa dari perkembangan pertanian initelah membawa dampk kepada tingkat pendapatan, kehidupan sosial masyarakat, pendidikan, kesehatan, pola hidup masyarakat dan sarana transportasi.

(9)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4 Tinjauan Pustaka ... 5

1.5 Metode Penelitian ... 6

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TANGKIDIK KECAMATAN BARUSJAHE 2.1 Kondisi Geografis ... 9

2.2 Keadaan Penduduk ... 10

2.3 Latar Belakang Historis ... 17

2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tangkidik ... 21

BAB III PERKEMBANGAN PERTANIAN JERUK DI DESA TANGKIDIK 1980-1995 ... 28

3.1 Awal Mula Pertanian Jeruk di Desa Tangkidik ... 28

3.2 Proses Pertanian Jeruk 1980-1995 ... 31

(10)

3.4 Pembiayaan, Tenaga Kerja dan pemasaran ... 38

BAB IV DAMPAK PERTANIAN JERUK BAGI MASYARAKAT DESA TANGKIDIK KECAMATAN BARUSJAHE ... 47

4.1 Tingkat Pendapatan ... 47

4.2 Kehidupan Sosial Masyarakat ... 50

4.3 Pendidikan ... 51

4.4 Kesehatan ... 55

4.5 Pola Hidup... 56

4.6 Sarana Transportasi ... 59

BAB V KESIMPULAN ... 63

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin.

Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Etnik.

Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.

Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Agama.

Tabel 5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.

Tabel 6 Perkembangan Jumlah Petani, dan Luas Lahan Yang Digunakan.

Tabel 7 Perbandingan Biaya Budidaya Pertanian Jeruk di Desa Tangkidik

Berdasarkan Jumlah Pohon Pada Tahun 1995.

Tabel 8 Perkembangan Tingkat Pendapatan Petani Jeruk di Desa Tangkidik Pada

(12)

ABSTRAK

Secara umum skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan latar belakang proses pertanian jeruk yang dimulai oleh Norsan Barus pada tahun 1980 di Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo (1980-1995). Skripsi ini juga menjelaskan bagaimana dampak dari pertanian jeruk ini bagi masyarakat desatangkidik. Selanjutnya skripsi ini juga mengkaji din menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat setelah berkembangnya pertanian jeruk di desa ini.

Untuk memperoleh sumber yang dapat mendukung kajian ini dilakukan penelitian arsip, pustaka, pendekatan kultural dan penelitian lapangan yang dilakukan melalui wawancara degan orang-orang yang terkaitdengan permasalahan yang dikaji.

Dari hasil akhir penelitian diketahui bahwa dari perkembangan pertanian initelah membawa dampk kepada tingkat pendapatan, kehidupan sosial masyarakat, pendidikan, kesehatan, pola hidup masyarakat dan sarana transportasi.

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama

terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

menjadi satu kelompok masyarakat baik secara struktural, ekonomis, sosio-kultural

maupun politisi yang umumnya terjalin teratur berdasarkan kebiasaan-kebiasaannya.

Situasi atau peristiwa demikian merupakan dasar utama terjadinya masyarakat,

sehingga lahirlah apa yang dikenal dengan “masyarakat desa”.1

Pertanian masyarakat Desa Tangkidik awalnya hanya bersifat konsumtif

artinya hasil pertanian diutamakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pokok

keluarga, baru selebihnya dijual untuk kebutuhan lainnya. Pola pemikiran seperti ini

mengakibatkan pada awalnya masyarakat Desa Tangkidik hanya menanam tanaman

palawija. Namun karena berbagai pengaruh seperti perkembangan zaman dan Masyarakat desa

tidak terlepas dari kegiatan pertanian. Demikian halnya dengan Desa Tangkidik yang

masyarakatnya sejak dahulu telah bergelut di dalam kegiatan pertanian.

Pertanian sudah dikenal oleh masyarakat desa sejak zaman dahulu. Kegiatan

mengelola tanah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya telah diperkenalkan oleh

nenek moyang dan tetap diwariskan kepada anak cucunya hingga masa kini.

Demikian juga dengan masyarakat Desa Tangkidik yang merupakan masyarakat

agraris yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan pertanian.

1

(14)

teknologi yang menyebabkan peningkatan kebutuhan ekonomi sehingga masyarakat

harus berpikir lebih matang untuk menambah pemasukan keluarga. Kondisi ini

merupakan salah satu penyebab beralihnya masyarakat Desa Tangkidik kepada

tanaman holtikultura yang memiliki nilai ekonomis terutama tanaman jeruk.

Masyarakat Desa Tangkidik mengenal budidaya pertanian jeruk setelah

dilakukannya pembudidayaan tanaman oleh Norsan Barus yang merupakan salah satu

masyarakat desa tersebut. Budidaya pertanian jeruk ini dimulai oleh Norsan Barus

pada tahun 1980.2

Penelitian ini membahas tentang pertanian jeruk dan dampaknya bagi

masyarakat Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo (1980-1995).

Tahun 1980 sebagai periode awal dari penelitian ini merupakan periode dimulainya

budidaya pertanian jeruk di Desa Tangkidik oleh salah seorang masyarakat Desa

Tangkidik bernama Norsan Barus. Tahun 1995 sebagai akhir dari penelitian ini Pertanian jeruk di Desa Tangkidik ternyata memberi dampak yang besar bagi

kehidupan masyarakatnya. Pertanian jeruk ini ternyata mampu menaikkan tingkat

pendapatan masyarakat Desa Tangkidik. Dengan semakin meningkatnya pendapatan

masyarakat Desa Tangkidik maka timbullah keinginan untuk memperbaiki tingkat

pendidikan anak-anaknya. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki hidup

keturunannya agar lebih baik. Semakin meningkatnya tingkat pendapatan dan tingkat

pendidikan masyarakat juga sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat Desa

Tangkidik.

2

(15)

bahwa selama kurun waktu 15 tahun tersebut telah banyak sekali peningkatan yang

terjadi pada pertanian jeruk di desa ini, seperti jumlah masyarakat penanam jeruk

yang semakin banyak, lahan yang digunakan, sistem permodalan, pembudidayaan

hingga ke pemasarannya yang semakin terorganisir. Skop spasial dari penelitian ini

adalah pertanian jeruk di Desa Tangkidik. Atas dasar pemikiran di atas, maka

penulisan ini diberi judul “Pertanian Jeruk dan Dampaknya Bagi Masyarakat

Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo (1980-1995)’’.

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk mempermudah penulis

menghasilkan penelitian yang objektif, maka penulis perlu membatasi masalah yang

dibahas. Pokok permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah tentang pertanian

jeruk dan dampaknya bagi masyarakat Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe

Kabupaten Karo (1980-1995).

Adapun pokok permasalahan yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana awal pertanian jeruk di Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe?

2. Bagaimana kondisi pertanian jeruk di Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe

1980-1995?

3. Bagaimana dampak dari pertanian jeruk bagi masyarakat Desa Tangkidik

(16)

1.3 Tujuan dan Manfaat.

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang

dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui awal pertanian jeruk di Desa Tangkidik Kecamatan

Barusjahe.

2. Untuk mengetahui kondisi pertanian jeruk di Desa Tangkidik Kecamatan

Barusjahe selama periode 1980-1995.

3. Untuk mengetahui dampak dari pertanian jeruk bagi masyarakat Desa

Tangkidik Kecamatan Barusjahe.

Manfaat penelitian ini di harapkan dapat:

1. Menambah wawasan tentang latar belakang pertanian jeruk di Desa Tangkidik

kecamatan barusjahe.

2. Menjadi masukan bagi pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan dalam

rangka peningkatan kesejahteraan petani, kondisi petani di daerahnya,

khususnya daerah yang berada jauh dari pusat pemerintahan seperti Desa

Tangkidik.

3. Menambah literature dalam penulisan sejarah pertanian khususnya pertanian

(17)

1.4 Tinjauan Pustaka.

Dalam penyelesaian tulisan ini perlu dilakukan tinjauan pustaka dengan

menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini yakni tentang

pertanian jeruk dan dampak bagi masyarakat Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe

Kabupaten Karo (1980-1995). Untuk itu penulis menggunakan beberapa buku yang

dapat mendukung tulisan ini.

Dari buku yang ditulis oleh Aak dalam buku yang berjudul Budidaya

Tanaman Jeruk (1994) mengemukakan mengenai sejarah tanaman jeruk hingga pada

manfaat dan sifat-sifat khas tanaman ini. Selain itu juga dijelaskan bahwa jeruk ini

merupakan salah satu buah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mampu

meningkatkan taraf hidup petani jeruk. Populasi tanaman jeruk juga semakin lama

semakin meningkat, namun hal tersebut belum mampu untuk memenuhi harapan. Hal

ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan para petani dalam bercocok tanam jeruk

yang benar.3

Pracaya dalam bukunya Jeruk Manis: Varietas, Budi Daya, dan Pascapanen

(2000) menjelaskan berbagai macam jenis jeruk yang ada di Indonesia dan

perkembangan jeruk tersebut. Buku ini juga menjelaskan bagaimana perencanaan

penanaman jeruk tersebut dalam hal sistem penanaman, jarak tanaman dan pengisian Buku ini tidak hanya memberikan informasi bagi peneliti mengenai

tanaman jeruk dan cara budidayanya, tetapi juga bisa menjadi sarana pembanding

antara budidaya petani jeruk di Desa Tangkidik dengan petani jeruk lainnya

diberbagai daerah, dengan demikian akan ditemukan jawaban dari masalah-masalah

yang dihadapi oleh petani jeruk di desa ini.

3

(18)

lubang tanaman tersebut serta bagaimana komposisi buahnya dan cara panen dan

pascapanen.

Untuk membantu penulis dalam mengkaji kehidupan sosial masyarakat orang

Karo. Penulis memakai buku Sarjani Tarigan yang berjudul Dinamika Orang Karo:

Budaya dan Modernisasi (2008). Dalam buku ini membahas tentang sosial ekonomi

masyarakat Karo dan budaya masyarakat Karo sejak zaman dahulu hingga masa

sekarang ini. Dalam buku ini Sarjani menjelaskan tentang kehidupan sosial ekonomi

masyarakat Karo seperti mata pencahariannya, pendidikan, agama, hingga interaksi

sosial masyarakatnya. Buku ini dapat digunakan penulis sebagai sumber informasi

mengenai masyarakat Karo.

1.5 Metode Penelitian.

Metode penelitian ini dimaksudkan untuk merekontruksikan masa lampau

manusia sehingga menghasilkan suatu karya ilmiah yang bernilai. Penelitian ini

menggunakan metode sejarah yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis

rekaman dari peninggalan masa lampau.4 Ada beberapa tahap yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.5

Tahap pertama adalah heuristik yaitu tahap pencarian sumber-sumber yang

relevan dengan penelitian ini. Ada dua teknik yang digunakan dalam tahap ini yaitu

melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan (library research)

yaitu mengumpulkan sumber-sumber tertulis baik primer maupun sekunder berupa

4

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI-Press, 1971, hal. 18.

5

(19)

arsip, laporan dan buku-buku yang berkaitan dengan objek yang dikaji. Sumber ini

diperoleh dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dari Kantor Kepala Desa,

serta Badan Pusat Statistik Kecamatan Barusjahe.

Selain itu peneliti juga menggunakan sumber lisan yang dilakukan dengan

melakukan wawancara. Wawancara ini dilakukan pada orang-orang yang dapat

memberikan informasi untuk penelitian ini. Informan yang dipilih yaitu masyarakat

Desa Tangkidik khususnya petani jeruk, Kepala Desa Tangkidik, pegawai Kantor

Camat Barusjahe dan sebagainya.

Langkah kedua adalah melakukan kritik terhadap sumber. Dalam tahap ini

pada sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik itu kritik ekstern maupun

kritik intern. Kritik ekstern berupa kritik terhadap materi sumber, sedangkan kritik

intern berupa kritik terhadap substansi atau isi sumber. Kritik ekstern bertujuan untuk

menentukan keabsahan data, sedangkan kritik intern bertujuan untuk menilai

kelayakan data.

Sesudah menyelesaikan tahap pertama dan tahap kedua berupa heuristik dan

kritik, tahap selanjutnya adalah tahap interpretasi. Dalam tahap ini dilakukan

penafsiran terhadap fakta-fakta yang sudah diseleksi.

Tahap terakhir yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah tahap

historiografi yaitu tahapan pengkisahan atau penulisan sejarah. Dalam tahap ini

peneliti menjabarkan hasil penelitian sekaligus rangkaiannya secara kronologis dan

(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA TANGKIDIK KECAMATAN BARUSJAHE

2.1 Kondisi Geografis.

Kecamatan Barusjahe merupakan salah satu dari 10 kecamatan yang ada di

Kabupaten Karo.6 Desa Tangkidik merupakan salah satu dari 19 desa yang masuk ke

dalam wilayah Kecamatan Barusjahe.7 Desa Tangkidik berada jauh di pedalaman

Kabupaten Karo yaitu sekitar 16 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Karo

(Kabanjahe). Jarak dari Desa Tangkidik ke pusat kecamatan yakni Barusjahe yaitu

sekitar 3 km, sedangkan ke pusat provinsi (Medan) yaitu sekitar 101 km.8

6

Kabupaten Karo memiliki 10 kecamatan yaitu; Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Tiga Panah, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Payung, Kecamatan Kuta Buluh, Kecamatan Munthe, Kecamatan Juhar, Kecamatan Tigabinanga, Kecamatan Mardingding, dan Kecamatan Barusjahe.

7

Kecamatan Barusjahe memiliki 19 desa yaitu; Desa Barusjahe, Desa Sikab, Desa Penampen, Desa Rumamis, Desa Sinaman, Desa Sarimanis, Desa Semangat, Desa Paribun, Desa Talimbaru, Desa Tangkidik, Desa Bulanjahe, Desa Sukajulu, Desa Pertumbuken, Desa Tanjung Barus, Desa Sukanalu, Desa Bulan Julu, Desa Serdang, dan Desa Barus Julu.

8

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Kecamatan Barus Jahe Dalam Angka 1993, hal. 1.

Pada masa

penelitian ini berlangsung telah ada sarana transportasi yang menghubungkan Desa

Tangkidik dengan beberapa daerah seperti angkutan pedesaan yakni Sinar Tani,

Karoskali, dan Gaya Baru, sepeda motor serta kendaraan pribadi. Angkutan pedesaan

ini menghubungkan Desa Tangkidik dengan Berastagi dan Kabanjahe. Angkutan

umum di Desa Tangkidik sangat terbatas sehingga ruang gerak keluar daerah bagi

masyarakat sangatlah sempit. Hal ini menyebabkan perkembangan daerah ini sedikit

terganggu. Terbatasnya sarana transportasi ini seringkali menyebabkan untuk

(21)

memperoleh kebutuhan sehari-hari maupun untuk bersekolah, masyarakat Desa

Tangkidik harus berjalan kaki. Jadi tidak mengherankan apabila ditemukan seseorang

yang berjalan di jalan raya dengan memikul barang menuju ke tempat tujuannya.

Desa Tangkidk memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah Utara

berbatasan dengan Desa Gurisen, sebelah Selatan berbatasan dengan Tiga Jumpa,

sebelah Barat berbatasan dengan Paribun, dan sebelah Timur berbatasan dengan

Jumapadang. Secara geografis Desa Tangkidik berada pada 980 34, 300 Bujur Timur

dan 30 8,000 Lintang Utara. Desa Tangkidik ini berada pada ketinggian 1200 m di atas

permukaan laut dengan luas wilayah 1, 83 km2 atau sekitar 1, 43% dari luas

Kecamatan Barusjahe.9

Pertambahan jumlah penduduk Desa Tangkidik disebabkan karena angka

kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Desa Tangkidik merupakan

desa kecil yang penduduknya sangat jarang. Berdasarkan data dari kepala Desa Suhu udara di Desa Tangkidik yaitu 180C-240C. Desa Tangkidik ini termasuk

daerah yang beriklim tropis dan memiliki tiga musim yaitu musim hujan, musim

kemarau dan musim pancaroba. Waktu berlangsungnya ketiga musim ini tidak dapat

diprediksi lagi karena setiap tahunnya terjadi perubahan.

2.2 Keadaan Penduduk.

(22)

Tangkidik, pada tahun 1995 kepala keluarga (KK) didesa ini berjumlah 66 KK

dengan jumlah penduduksebanyak 283 jiwa.10

No

Tabel 1

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 148

2. Perempuan 135

Jumlah 283

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Tangkidik tahun 1995

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

lyang lebih banyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 148 jiwa

dan perempuan 135 jiwa. Jumlah tersebut adalah gabungan dari balita, remaja, dan

dewasa yang termasuk sebagai penduduk Desa Tangkidik.

Dari total jumlah penduduk tersebut terdapat beragam etnik dan sub-etnik

antara lain: etnik Batak yang terdiri dari Batak Karo, Batak Toba, dan etnik Jawa.

Desa Tangkidik termasuk salah satu wilayah yang tidak banyak berbaur dengan

etnik-etnik lain di luar etnik-etnik asli yaitu etnik-etnik Karo. Mayoritas masyarakatnya berasal dari

sub-etnik Karo dan pada umumnya masih memiliki ikatan kekerabatan yang sangat

erat. Masyarakat Desa Tangkidik ini pada dasarnya masih berasal dari satu nenek

moyang yaitu keturunan marga Barus11 yang juga pendiri Kerajaan Barusjahe.12

10

Wawancara dengan Reso Barus di Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe, pada tanggal 28 Juni 2010.

11

(23)

Keturunan dari pendiri Barusjahe inilah yang kemudian menyebar ke berbagai daerah

di Kecamatan Barusjahe termasuk Desa Tangkidik. Untuk melihat persentase dari

masing-masing etnik yang mendiami Desa Tangkidik dapat dilihat dari tabel berikut

ini:

Tabel 2

Komposisi Penduduk Menurut Etnik

No Etnik Jumlah Persentase (%)

1 Karo 270 97%

2 Toba 10 2,8%

3 Jawa 3 0,2%

Jumlah 283 100%

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Tangkidik Tahun 1995.

Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa sub etnik Karo merupakan etnik

mayoritas yang mendiami Desa Tangkidik. Etnik Karo merupakan etnik asli didesa

ini. Etnik pendatang seperti Batak Toba dan Jawa yang ada di Desa Tangkidik

sangatlah sedikit. Meskipun etnik Karo mayoritas di Desa Tangkidik, masyarakat

tidak pernah membeda-bedakan setatus sosialnya.

Sebagian besar masyarakat Desa Tangkidik adalah masyarakat agraris yang

kehidupannya bertumpu pada pertanian. Oleh karena itu tidak mengherankan jika

Barus dan Sembiring. Marga Sembiring merupakan anak beru dari marga Barus yang mendiami daerah tersebut pada awalnya.

12

(24)

penduduk Desa Tangkidik mayoritas hidup sebagai petani. Disamping pertanian,

masyarakat Desa Tangkidik juga memiliki mata pencaharian yang lain seperti;

pedagang, pegawai, dan sebagainya. Adapun persentase mata pencaharian masyarakat

Desa Tangkidik ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Petani 263 93,2%

2 Jasa Pemerintahan (PNS) 11 3,6%

3 Berdagang 9 3,2%

Jumlah 283 100%

Sumber : Arsip Pemerintahan Desa Tangkidik Tahun 1995.

Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Tangkidik ini

mayoritasnya adalah petani dengan jumlah persentasenya sebanyak 93, 2%, adapun

petani yang termasuk ke dalam 93, 2% ini adalah bukan petani jeruk saja tetapi

petani-petani tanaman muda juga seperti cabe, sayur-sayuran, kacang-kacangan, padi,

jagung, dll. Sedangkan mata pencaharian lainnya seperti bidang jasa pemerintahan

(PNS) 3, 6% dan berdagang hanya 3, 2% saja. Banyaknya masyarakat Desa

Tangkidik yang bergelut didalam bidang pertanian tidak terlepas dari kondisi

wilayahnya yang penuh dengan lahan-lahan kosong dan subur sehingga sangat

memungkinkan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian.

Sebelum tahun 1980 kondisi pertanian di Desa Tangkidik ini masih jauh dari

(25)

sistem pertanian tradisional. Sistem pertanian tradisional yang dimaksud adalah

dimana peralatan-peralatannya yang digunakan oleh masyarakat belum modern atau

berupa mesin adapun peralatan-peralatan yang digunakan seperti cangkul, sabit, beko,

parang, dll. Dan sistem tanaman yang ditanam oleh masyarakat adalah sistem

tanaman muda. Adapaun tanaman-tanaman yang dimaksud adalah seperti

sayur-sayuran, padi, tomat, cabe, kacang-kacangan, buncis, kentang, jagung, dan lain-lain.

Sistem pertanian di Desa Tangkidik ini sulit untuk berkembang karena Desa

Tangkidik ini jauh dari pusat pemerintahan dan pusat pasar, jalur transportasi juga

tidak memungkinkan karena transportasi yang sampai ke desa ini sangat jarang.

Masyarakat desa ini cukup kesulitan untuk melakukan transaksi baik dalam penjualan

hasil pertanian maupun pembelian barang untuk kebutuhan rumah tangga mereka.

Sampai tahun 1980 masyarakat Desa Tangkidik masih melaksanakan sistem

pertanian yang sebelumnya yaitu sistem tanaman muda, hingga akhirnya 1980 salah

seorang masyarakat Desa Tangkidik yang bernama Norsan Barus mencoba untuk

menanam tanaman holtikultura (tanaman keras) yaitu menanam jeruk manis dengan

maksud untuk merubah nasib perekonomian rumah tangganya. Norsan Barus

mendapat bibit jeruk manis dari saudaranya yang bertempat tinggal di Desa Barus

Julu yang bernama Johannis Ginting.

Masyarakat Desa Tangkidik memeluk berbagai agama. Ada beberapa agama

yang dianut oleh masyarakat Desa Tangkidik, yaitu Agama Kristen Protestan,

Katolik, dan Islam. Adapun persentase masyarakat yang menganut agama tersebut

tertera dalam tabel berikut ini:

(26)

Komposisi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah Persentase (%)

1 Kristen protestan 249 88%

2 Katolik 24 8,4%

3 Islam 10 3.6%

Jumlah 283 100%

Sumber: Arsip Pemerintah Desa Tangkidik tahun 1995.

Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Desa

Tangkidik menganut agama Kristen Protestan, yaitu sekitar 88%. Agama Katolik

hanya 8, 4% dan agama Islam sekitar 3, 6%. Dari penduduk Desa Tangkidik yang

menganuat agama Kristen Protestan adalah bukan masyarakat etnik Karo saja atapun

etnik Toba, bahkan etnik Jawa juga ada yang memeluk agama Kristen Protestan.

Begitu juga dengan penduduk Desa Tangkidik yang beragama Islam bukan etnik

Jawa saja bahkan etnik Karo juga ada yang menganut agama itu.

Hingga tahun 1995 tingkat pendidikan di Desa Tangkidik juga beragam, dari

tidak sekolah, tidak tamat Sekolah Dasar, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma 3 (D3), dan Sarjana (SI).

Adapun persentase dari tingkat pendidikan masyarakat Desa Tangkidik ini tertera di

(27)

Tabel 5

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Sekolah 37

2 Tidak Tamat SD 46

3 SD 143

4 SMP 15

5 SMA 40

6 Dip. III 1

7 S-I 1

Jumlah 283

Sumber: Arsip Pemerintah Desa Tangkidik tahun 1995.

Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan mayoritas masyarakat Desa

Tangkidik adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP), sementara itu untuk S-I hanya

satu orang. Tingkat pendidikan yang tidak sekolah ini adalah gabungan dari

masyarakat yang buta huruf dan balita. Untuk masyarakat yang tamatan S-2 dan S-3

di Desa Tangkidik sampai pada tahun 1995 ini belum ada.

2.3 Latar Belakang Historis

Pada dasarnya setiap desa mempunyai latar belakang sejarahnya

(28)

setelah bermukimnya masyarakat yaitu mayarakat Etnik Karo khususnya merga13

Raja pertama dari Kerajaan Barusjahe ini adalah putera pengembara yang

berasal dari daerah Tapanuli Selatan tepatnya di Barus yakni Si Mbelang Pinggel. Barus.

Desa Tangkidik yang terletak di Kecamatan Barusjahe awalnya termasuk ke

dalam salah satu kerajaan yaitu wilayah Kerajaan Barusjahe. Ketika Belanda masuk

ke Tanah Karo, disana telah terdapat beberapa kerajaan salah satunya adalah

Kerajaan Barusjahe. Pusat kerajaan ini berada di Desa Barusjahe yang pada periode

1980-1995 merupakan pusat Kecamatan Barusjahe.

14

Raja dari Kerajaan Barusjahe ini berasal dari salah satu marga yang ada di Karo yaitu

merga Karo-karo Barus. Ada beberapa nama raja Kerajaan Barusjahe ini yang

berhasil diperoleh penulis antara lain Sibayak Ampang Barus, Sibayak Tanda Senina

Barus, Sibayak Pa Unjuken Barus, Sibayak Pa Tempana Barus, Sibayak Pa Raja

Mentas Barus, Sibayak Garang Barus, dan Sibayak Mandar Barus.15

Struktur pemerintahan yang ada di Barusjahe yakni pemerintahan kerajaan,

pemerintahan urung, pemerintahan kesain, dan pemerintahan rumah adat.

Pemerintahan Kerajaan Barusjahe terdiri dari beberapa tingkatan. Pemerintahan

tertinggi adalah sibayak. Sibayak adalah penguasa yang berhak atas rakyat dan

daerahnya tanpa ada lagi pemerintahan di atasnya. Kekuasaan sibayak di Kerajaan

13

Merga adalah identitas bagi orang Karo. Dalam setiap perkenalan dalam masyarakat Karo terlebih dahulu ditanyakan adalah merga. Merga berasal dari kata meherga yang artinya mahal. Mahal dalam konteks budaya Karo berarti penting.

14

Nama si Mbelang Pinggel diberikan masyarakat sekitar kepadanya karena telinganya yang lebar sehingga bisa digulung, disaat dia mau tidur dia bisa menggunakan pinggelnya yang sebelah kiri dijadikan alas tidur dan yang sebelah kanan digunakan sebagai selimutnya dan ketika berjalan dia harus menyeret pinggelnya. Mbelang Pinggel artinya telinga yang lebar dan besar.

15

(29)

Barusjahe berlangsung secara turun-temurun dengan metode sintua-singuda. Artinya

apabila sibayak mangkat (meninggal dunia), maka yang menggantikannya adalah

anak pertama dan apabila anak pertama berhalangan, maka yang memimpin kerajaan

akan jatuh kepada anaknya yang bungsu. Sibayak ini membawahi beberapa raja

urung, sedangkan raja urung membawahi beberapa kepenghuluan.16

Kedatangan Belanda ke Tanah Karo pada abad ke-20, Belanda melahirkan

sebuah perubahan bagi struktur pemerintahan Kerajaan Barusjahe. Pada masa

pemerintahan Kolonial Belanda, Kerajaan Barusjahe merupakan bagian dari

Keresidenan Sumatera Timur dan Afdeling Simalungun en Karo Landen. Hal ini

sesuai dengan besluit yang dikeluarkan oleh Gubernement Belanda No.22 pada Kerajaan Barusjahe mempunyai daerah taklukan yakni urung si VI kuta

dimana marga yang memerintah terutama Karo-Karo Sitepu, Adapun nama urung

yang tergabung dalam urung si VI kuta sebagai berikut: Suka Nalu, Sinaman, Suka

Julu, Raja Sinembah, Bulan Jahe dan Rumamis. Raja Urung Barusjahe berkuasa

penuh atas daerah Barusjahe, serta daerah taklukannya. Urung si VI Kuta yang

berkedudukan di Sukanalu, dimana pemerintahannya seperti sebuah republik kecil,

yang mengurus kebutuhannya. Peranannya dalam mengurus peradilan, soal tanah,

membangun rumah dan jambur, perkawinan, adat dan peraturan- peraturan lainnya.

Dalam menjalankan tugasnya kepala urung ini tetap dibawah pengawasan raja sendiri

sebagai kepala pemerintahan.

16

(30)

tanggal 12 Desember 1906.17 Wilayah Kerajaan Barusjahe termasuk ke dalam

onderafdeling Karolanden. Kerajaan Barusjahe termasuk ke dalam wilayah

landschap Barusjahe. Landschap ini dipimpin oleh zelfbestuur.18

Selain itu juga Belanda menyatukan beberapa Urung

Setelah masuknya Belanda ke Tanah Karo sistem pemerintahan tradisional

pada Sibayak Barusjahe masih dipertahankan, tetapi orang-orang yang menjalankan

roda pemerintahan merupakan orang yang dekat dengan Belanda. Hal ini

dimaksudkan agar Belanda dapat dengan mudah menjalankan kepentingannya

didaerah tersebut. Peraturan dan undang- undang ikut mengalami perubahan dalam

pemerintahan Belanda.

19

Pada tahun 1942 berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia, dengan

penyerahan tanpa syarat dari pemerintah Belanda ke pemerintah Jepang. Setelah

Belanda menyerah kepada Jepang maka para tokoh-tokoh yang anti terhadap feodal

segera menghubungi Jepang untuk mendapatkan dukungan kelak dalam yang dibawahi Sibayak

Barusjahe untuk dijadikan satu wilayah kekuasaan dengan mengangkat seorang raja

agar mudah dalam mengawasi jalannya roda pemerintahan. Tentunya keadaan ini

menyebabkan perang dingin antara keturunan raja sehingga mereka selalu berusaha

untuk mendekatkan diri kepada pemerintah Belanda. Hal ini dilakukan agar mereka

memperoleh jabatan dan kedudukan penting dalam menjalankan roda pemerintahan.

17

Tuanku Luckman Sinar Basarsyah, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, hal. 41.

18

Sarjani Tarigan, op.cit., hal. 9. 19

(31)

mengendalikan politik pemerintahan di Sumatera Timur umumnya dan Sibayak

Barusjahe khususnya.

Berakhirnya era kekuasaan Jepang bersamaan dengan dicetuskannya

proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka struktur pemerintahan berubah pula.

Wilayah Tanah Karo yang tadinya terdiri dari lima landschap20 menjadi sebuah

kabupaten, dan terdiri dari kewedanan yaitu: Kewedanaan Karo Hilir, Kewedanan

Kabanjahe dan Kewedanan Karo Jahe. ketiga kewedanan ini, masing-masing

membawahi sejumlah kecamatan, seluruhnya terdiri dari 15 kecamatan.21

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tangkidik

merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan

hidupnya setiap masyarakat harus melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi

ini harus dilakukan karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, setiap orang

pasti membutuhkan orang lain. Hal ini juga tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi

Setelah Negara Indonesia berdiri, Kerajaan Barusjahe dihapuskan, dan

berubah menjadi daerah kecamatan di Tanah Karo, dan di bawah kekuasaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Kedudukan sibayak diganti menjadi seorang camat.

Camat adalah salah satu pembantu dari Bupati untuk memimpin suatu wilayah yang

sudah ditentukan salah satunya adalah Kecamatan Barusjahe, dalam pemilihan

seseorang itu menjadi camat adalah bupati.

2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tangkidik.

20

Adapun Landschap yang di maksud adalah Landschap Suka, Landschap Lingga, Landschap barusjahe, Landschap Sarinembah, dan Landschap Kuta Buluh

21

(32)

yang harus dipenuhi. Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, masyarakat Desa

Tangkidik pada umumnya bekerja dengan mengolah tanahnya yakni bertani, namun

di samping bertani masyarakat Desa Tangkidik ada juga yang bekerja sebagai guru,

berdagang atau dalam bidang usaha jasa.

Manusia adalah mahluk sosial yang bermasyarakat. Kehidupan manusia tidak

akan sempurna jika hidup sendirian. Dengan demikian manusia harus mengadakan

interaksi dengan sesamanya untuk dapat menyesuaikan diri, dan memelihara

lingkungan hidupnya.22

Masyarakat Desa Tangkidik mengenal adanya stratifikasi sosial. Stratifikasi

sosial ini tidak jelas terlihat stratifikasi sosial ini berdasarkan perbedaan tingkat umur,

perbedaan tingkat pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian dan status kawin.23

22

Ramli Barus, ‘’Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lama Kecamatan Pancur Batu (1950-1984)’’, Skripsi S-1, Medan: USU, 1978, hal. 50.

23

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2004, hal. 110.

Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan perbedaan umur tampak dalam

perbedaan hak dan kewajiban terutama dalam upacara adat. Perbedaan berdasarkan

umur ini juga berlaku dalam hal pembagian warisan.

Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan pangkat dan jabatan sangat jelas

terlihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tangkidik terdahulu. Lapisan

yang paling tinggi adalah lapisan bangsawan, keturunan raja-raja dan kepala-kepala

wilayah. Lapisan ini disebut dengan lapisan biak raja. Lapisan di bawahnya adalah

(33)

Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan sifat keaslian tampak dalam

perbedaan antara merga taneh atau pendiri kampung dengan penduduk yang datang

kemudian. Pada umumnya masyarakat yang masuk ke dalam kategori merga taneh

ini memiliki tanah yang lebih luas dari pada penduduk yang datang kemudian.

Dalam masyarakat Desa Tangkidik khususnya dan masyarakat Karo pada

umumnya dikenal sistem kekerabatan yang disebut dengan merga silima,24 yaitu

dalam etnik karo memiliki lima marga yang di jadikan sebagai identitas masyarakat

karo. Tutur siwaluh,25 yaitu ertutur adalah salah satu ciri orang karo bila seseorang

berkenalan dengan orang yang belum pernah dikenalnya. Rakut sitelu, terdiri dari

kalimbubu, senina, dan anak beru.26

Masyarakat Desa Tangkidik memiliki ikatan kekerabatan yang sangat kuat,

hal ini tidak terlepas dari hubungan kekeluargaan yang masih sangat dekat. Seperti

Masing-masing mempunyai peranannya sendiri.

Perbedaan status sosial seseorang seperti kalimbubu, senina, anak beru ini hanya

berlaku di dalam acara adat. Status sosial ini tidak dipandang dari kekayaan atau

kekuasaan sesorang tetapi berdasarkan kapasitasnya dalam sebuah upacara adat.

Apabila sesorang memiliki jabatan lebih tinggi di pemerintahan misalnya sebagai

bupati, namun jika di dalam upacara adat dia berperan sebagai anak beru maka beliau

harus menghormati kalimbubu nya meskipun memiliki jabatan yang lebih rendah.

24

Merga silima terdiri dari lima bagian yaitu : Merga Karo-karo, Ginting, Sembiring, prangin-angin, dan Tarigan.

25

Tutur siwaluh terdiri dari delapan bagian yaitu : Sembuyak, senina, senina sepemeren, senina siparibanen, anak beru, anak beru mentri, kalimbubu, dan puang kalimbubu.

26

(34)

yang telah diuraikan penulis pada paragraf terdahulu bahwa masyarakat yang ada di

Desa Tangkidik merupakan keturunan marga Barus pendiri Kerajaan Barusjahe.

Keturunan dari raja Barusjahe yang kemudian menyebar ke daerah-daerah yang

dahulunya merupakan wilayah kerajaan ini.

Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup bermasyarakat sehingga dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya manusia harus hidup saling tolong menolong sesama

manusia dalam masyarakat.27

Salah satu contoh aktivitas gotong royong yang diadakan oleh masyarakat

Desa Tangkidik yakni dalam mengadakan air ke desa dan membuat bak umum untuk

menampung air tersebut. Masyarakat Desa Tangkidik bersama-sama membuat Seperti halnya desa-desa lain di Indonesia. Desa

Tangkidik masih memegang teguh sistem gotong royong. Sistem gotong royong ini

masih dijalankan masyarakat Desa Tangkidik hingga pada tahun 1995. Masyarakat

Desa Tangkidik menerapkan sistem gotong royong dalam kehidupan sehari-hari

mereka misalnya dalam membangun infrastruktur desa seperti membangun kamar

mandi umum dan lain sebagainya.

Aktivitas gotong royong dalam masyarakat Desa Tangkidik biasanya

diakomodir oleh kepala desa dan perangkat-perangkat desa lainnya. Para perangkat

desa biasanya lebih dahulu membuat pengumuman sebelum dilakukannya gotong

royong. Apabila ada gotong royong biasanya setiap anggota masyarakat yang

memiliki keinginan untuk menyumbangkan sebagian rejekinya maka ia akan

menyediakan makanan dan minuman kecil untuk masyarakat tersebut.

27

(35)

saluran pipa air yang didatangkan dari gunung agar sampai ke rumah-rumah warga.

Dengan demikian kebutuhan akan air di desa ini akan terpenuhi. Masyarakat Desa

Tangkidik bersama-sama mengelola dan merawat fasilitas-fasilitas umum seperti pipa

saluran air dan kamar mandi umum dengan menugaskan warga secara bergilir. Setiap

kepala keluarga bergiliran meninjau ke mata air yang berada di gunung agar kondisi

air tetap terjaga. Gotong royong juga dilakukan dalam pekerjaan lain seperti

memperbaiki jalan di kampung, dan membersihkan desa.

Aktivitas gotong royong yang dilakukan masyarakat Desa Tangkidik secara

spontanitas yang bersifat kekeluargaan terlihat apabila ada masyarakat yang

mengalami musibah kemalangan. Masyarakat Desa Tangkidik akan memberikan

bantuan berupa materi ataupun tenaga. Dalam hal ini masyarakat Desa Tangkidik

tidak pernah memandang agama, suku maupun status sosialnya. Masyarakat Desa

Tangkidik menganggap bahwa mereka adalah satu keluarga yang seharusnya saling

membantu. Hal seperti ini menyebabkan masyarakat Desa Tangkidik dapat hidup

berdampingan secara rukun, meskipun kadang-kadang terjadi konflik-konflik kecil

antar sesama tetangga.

Demikian juga apabila salah satu dari warganya yang baru mendapatkan

kehadiran seorang anak ditengah-tengah keluargannya, maka masyarakat Desa

Tangkidik terutama kaum ibu akan datang ke rumah tersebut untuk memberikan

ucapan selamat. Biasanya pada waktu berkunjung mereka membawa beras dan telur

yang dimasukkan di dalam sebuah wadah yang terbuat dari anyaman daun-daunan

yang lajim disebut dengan sumpit. Beras ini ditujukan untuk anak yang dilahirkan

(36)

Selain itu apabila salah satu masyarakat Desa Tangkidik mengadakan upacara

pernikahan, maka semua tetangga akan menghadiri pesta tersebut untuk

mengucapkan selamat. Masyarakat Desa Tangkidik juga akan membantu si

penyelenggara pesta dalam hal tenaga untuk mempersiapkan acara tersebut dan juga

dalam hal dana karena biasanya pada saat pesta diadakan setiap keluarga akan

memberikan sumbangan sukarela yang lajim disebut oleh orang Karo yaitu beras

piher.

Masyarakat Desa Tangkidik yang mayoritasnya adalah etnik Karo dapat hidup

berdampingan secara damai dengan etnik pendatang. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat Desa Tangkidik merupakan masyarakat yang terbuka dan memiliki rasa

toleransi yang cukup tinggi. Hubungan yang erat dan saling memiliki antara

masyarakat Desa Tangkidik tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat

dari beberapa hal seperti apabila ada masyarakat yang sakit atau tertimpa musibah,

maka masyarakat akan saling mengunjungi dan memberikan bantuan semampunya.

Penduduk asli Desa Tangkidik dan penduduk pendatang dapat hidup

berdampingan secara harmonis. Adanya pernikahan antara penduduk asli dengan

penduduk pendatang sangat mendukung keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya pernikahan ini menyebabkan terjalinnya hubungan kekeluargaan antara satu

sama lain sehingga timbul rasa saling memiliki dan menghormati.

Aktivitas gotong royong yang bersifat ekonomi di Desa Tangkidik akan

terlihat dalam kehidupan masyarakat petani. Dalam suku Karo kegiatan gotong

royong yang dilakukan untuk kegiatan pertanian disebut aron. Kelompok aron ini

(37)

ataupun di sawah secara berkelompok. Mereka terlebih dahulu mengerjakan sawah

yang perlu dikerjakan lalu kemudian sawah berikutnya hingga seluruh sawah atau

ladang setiap anggota kelompok selesai dikerjakan. Namun akibat perkembangan

teknologi dan dorongan ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan rasa

kebersaman antara mereka semakin berkurang dan mengakibatkan sistem kerja aron

lambat laun mengarah pada sistem pengupahan.

Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak

manusia itu ada. Banyak hal yang menjadi pendorong terhadap usaha memenuhi

kebutuhan tersebut, diantaranya dorongan yang bersifat alamiah, baik untuk

mempertahankan diri, mengembangkan diri maupun untuk mempertahankan

kelompok. Selain itu dorongan yang bersifat sosial juga ikut berperan karena manusia

itu adalah mahluk sosial yang ingin hidup berkelompok.

Orang Karo yang terlahir sebagai masyarakat agraris sudah sejak dahulu

handal dalam mengolah lahan pertanian. Dengan demikian tidak mengherankan

apabila masyarakat Desa Tangkidik pada umumnya hidup dari usaha mengolah tanah

(bertani). Kegiatan pertanian telah digeluti oleh masyarakat Desa Tangkidik sejak

zaman dahulu kala.

Dalam bidang pola tanam dan tertib tanam, seperti halnya orang Karo pada

umumnya, masyarakat Desa Tangkidik masih sangat lemah dalam hal mengantisipasi

kebutuhan pasar. Hal ini dapat dilihat dari contoh berikut, ketika harga cabe di

pasaran mahal maka masyarakat kemudian menanamnya secara bersamaan yang

(38)

pertaniannya tidak menguntungkan, tanpa pikir panjang para petani menggantinya

dengan tanaman lain.

Bagi sebahagian besar masyarakat Desa Tangkidik bertani adalah mata

pencaharian utama, namun untuk sebahagian orang bertani merupakan pekerjaan

sampingan. Hal ini terjadi karena sebagian kecil masyarakat Desa Tangkidik

memiliki pekerjaan lain seperti berdagang, usaha jasa terutama dalam bidang

transportasi, guru dan pegawai di kantor-kantor pemerintahan. Biasanya mereka

(39)

BAB III

KONDISI PERTANIAN JERUK DI DESA TANGKIDIK 1980-1995

3.1 Awal Mula Pertanian Jeruk Di DesaTangkidik.

Masyarakat Desa yang pada umumnya hidup dari hasil pertanian selalu

memperhitungkan nilai-nilai ekonomis yang ada di tengah masyarakat. Pada dasarnya

status sosial seseorang dilihat dari kondisi ekonominya. Untuk itu setiap orang

berusaha meningkatkan keadaan ekonominya untuk memperoleh sebuah status sosial.

Masyarakat Desa Tangkidik merupakan masyarakat yang tidak terlepas dari

kegiatan pertanian, oleh karena itu tidak mengherankan apabila mayoritas

masyarakatnya hidup sebagai petani. Kegiatan pertanian ini sudah berlangsung sejak

zaman dahulu. Masyarakat Desa Tangkidik mengolah lahan pertaniannya dengan cara

sederhana yang masih bersifat tradisional. Alat-alat yang digunakan biasanya belum

menggunakan alat-alat yang terbuat dari mesin tetapi masih menggunakan alat-alat

tradisional seperti cangkul, babat, dan arit disamping mengandalkan tenaga fisik

manusia. Produksi pertanian masyarakat Desa Tangkidik pada awalnya masih bersifat

konsumtif artinya hasil pertanian diutamakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan

pokok keluarga, baru selebihnya dijual untuk kebutuhan lainnya. Pola pemikiran yang

seperti itu menyebabkan masyarakat Desa Tangkidik pada awalnya hanya menanam

tanaman palawija (tanaman yang berumur pendek). Ada beberapa jenis tanaman yang

biasanya ditanam oleh masyarakat Desa Tangkidik pada saat itu seperti

sayur-sayuran, padi, ubi, jagung, cabe, buncis, kentang, tomat, kacang-kacangan dan

(40)

Pada tahun 1980 terjadi perubahan pada sistem pertanian masyarakat Desa

Tangkidik. Perubahan pertanian terjadi dari pertanian palawija (tanaman berumur

pendek) kepada pertanian holtikultura (tanaman keras). Ada beberapa hal yang

menyebabkan terjadinya perubahan sistem pertanian di Desa Tangkidik seperti alasan

ekonomis (harga), kepraktisan dalam mengelola dan masalah kesuburan tanah.

Pada awal memulai pertanian holtikultura, masyarakat Desa Tangkidik

menanam buah-buahan yakni buah jeruk28 khususnya jeruk manis. Hal ini

menyebabkan masyarakat Desa Tangkidik terkenal dengan petani jeruk. Jeruk yang

mereka budidayakan adalah jeruk manis. Jeruk manis merupakan salah satu jenis

jeruk yang dibudidayakan di Indonesia. Jeruk manis ini memiliki nama latin yaitu

citrus aurantinium atau citrus sinensis.29

Budidaya pertanian jeruk di Desa Tangkidik ini pada awalnya dilakukan oleh

salah seorang masyarakat desa tersebut yang bernama Norsan Barus.

Jeruk termasuk dalam jenis buah-buahan yang nilai gizinya cukup tinggi dan

memberi penghasilan yang tidak sedikit artinya bila diusahkan secara

sungguh-sungguh. Di samping itu jeruk merupakan salah satu bahan makanan tambahan yang

mengandung zat-zat pengatur proses dalam tubuh manusia yang setiap hari mutlak

dibutuhkan dan makin digemari masyarakat.

30

28

Jeruk terdiri dari berbagai varietas yang mempunyai arti penting dari segi ekonomis. Berdasarkan karakteristik (bentuk, sifat fisik buah, dan manfaatnya) jeruk yang dibudidayakan di Indonesia dapat dibagi menjadi enam golongan besar, yakni: jeruk keprok (citrus nobilis), jeruk siam (citrus microcarpa), jeruk manis (citrus sinensis), jeruk besar (citrus maximamus herr), dan jeruk sayur.

29

R. Bambang Soelaroso, Budidaya Jeruk Bebas Penyakit, Jakarta: Knsius, 1996, hal.19. 30

Wawancara dengan Karben Barus di Desa Tangkidik Kecamatan Barusjahe, pada tanggal 23 Juli 2010.

Norsan Barus

(41)

Barus memulai budidaya tanaman jeruk ini dengan menanam 400 batang jeruk manis

di tanah seluas satu hektar. Ketertarikan Norsan Barus untuk menanam jeruk ini

setelah melihat keberhasilan petani-petani jeruk diberbagai daerah yang ada di Tanah

Karo. Norsan Barus kemudian meminta bibit jeruk dari salah seorang temannya

bernama Johannis Ginting yang tinggal di Desa Barus Julu.

Percobaan Norsan Barus dalam menggeluti usaha bertani jeruk ternyata

membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Hal ini kemudian membangkitkan minat

masyarakat Desa Tangkidik untuk mengikuti jejak Norsan Barus dalam menanam

jeruk. Tanaman ini dianggap sebagai tanaman komersil oleh masyarakat Desa

Tangkidik yang dapat meningkatkan taraf hidupnya.

Pertanian jeruk tentunya membutuhkan lahan yang dapat digunakan dalam

jangka panjang karena tanaman ini termasuk jenis tanaman yang berumur panjang.

Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena masyarakat Desa Tangkidik pada

umumnya memiliki lahan sendiri, oleh karena itu memungkinkan untuk menanam

jeruk.

3.2 Proses Pertanian Jeruk 1980-1995

Tanaman jeruk yang mempunyai nama latin citrus sp ini termasuk komoditi

buah-buahan terpenting ketiga di Indonesia setelah pisang dan mangga. Hal ini tidak

terlepas dari banyaknya minat masyarakat untuk mengkonsumsi buah ini yang

berdampak pada perluasan areal pertanian jeruk untuk meningkatkan produksi.

Penanaman jeruk oleh masyarakat Desa Tangkidik dilakukan dengan berbagai

(42)

berdampingan. Cara seperti ini sering disebut dengan sistem tumpang sari.

Tanaman-tanaman muda yang ditanam di antara pohon-pohon jeruk beranekaragam seperti

cabe, sayur-sayuran, padi, kacang, ubi dan sebagainya. Penanaman tanaman muda ini

dimaksudkan untuk menambah kesuburan tanah sekaligus menambah penghasilan

keluarga. Tanaman jeruk sudah dapat dipanen setelah pokoknya berumur lima tahun.

Oleh karena waktu lima tahun cukup lama untuk menunggu hasil panen sehingga

petani seringkali menambah pemasukan dengan menanam tanaman-tanaman muda

tersebut diantara pohon jeruk. Kedua, jeruk ditanam khusus dalam satu lahan secara

tersendiri, artinya jeruk ditanam tanpa adanya tanaman-tanaman lain di sampingnya.

Bibit yang digunakan oleh masyarakat Desa Tangkidik diperoleh dengan

berbagai cara. Cara pertama yaitu dengan membeli bibit jeruk yang siap tanam di

pasar-pasar tradisional. Bibit yang siap tanam adalah bibit yang sudah mempunyai

usia yang cukup dan sudah distek dari jeruk asam menjadi jeruk manis. Bibit yang

dijual di pasar tradisional ini berasal dari berbagai daerah seperti dari Tanah Karo

sendiri, Simalungun, maupun daerah-daerah lain di luar Sumatera Utara. Masyarakat

Desa Tangkidik dapat memperoleh bibit jeruk dengan harga per satu pohon yang siap

ditanam. Cara kedua yaitu dengan memperoleh dari sanak saudara yang telah lebih

dahulu membudidayakan tanaman jeruk ini. Dengan cara kedua ini bibit jeruk itu

diperoleh dengan cara pembibitan kemudian setelah umurnya cukup baru distek oleh

petani tersebut. Bibit jeruk ini diperoleh dari kebun-kebun jeruk milik masyarakat

yang telah lebih dahulu membudidayakan tanaman jeruk ini.

Jeruk manis di Desa Tangkidik ditanam dengan jarak yang berbeda-beda.

(43)

6×6. Pengaturan jarak yang tidak menentu ini menyebabkan penghitungan jumlah

pohon jeruk milik penduduk sulit dilakukan, bahkan oleh pemiliknya sendiri.

Mayarakat Desa Tangkidik melakukan budidaya tanaman jeruk dengan pengetahuan

yang sangat sederhana. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman saudara

maupun orang lain. Masyarakat Desa Tangkidik tidak pernah mendapatkan bekal dari

sekolah ataupun penyuluhan-penyuluhan yang diselenggarakan oleh dinas pertanian

dalam usaha untuk membudidayakaan pertanian jeruk ini.

Pemeliharaan tanaman jeruk ini dilakukan masyarakat Desa Tangkidik dengan

cara yang sederhana. Pada tahun-tahun pertama penduduk melakukan perawatan

terhadap jeruk di sela-sela perawatan tanaman lain yang ada diantara pohon jeruk

tersebut. Hal ini dilakukan karena biasanya ditahun-tahun pertama jeruk belum

banyak membutuhkan perhatian khusus. Perawatan yang intensif mulai dilakukan

setelah jeruk mulai menghasilkan bunga pertama.

Adapun peralatan-peralatan yang digunakan masyarakat dalam perawatan

penanaman jeruk adalah seperti cangkul, pompa, arit, gunting. Cangkul ini biasa

digunakan untuk membersihkan lahan-lahan yang ada di sekitar pohon jeruk tersebut.

Pompa, ini digunakan untuk menyemprot jeruk tersebut. Arit ini biasanya digunakan

untuk memotong rumput yang tumbuh di bawah pohon jeruk tersebut, babat ini juga

biasanya dipakai unuk membersihkan atau memotong rumput. Gunting ini biasa

digunakan untuk menggunting ranting-ranting yang sudah kering atau tidak bisa

menghasilkan buah.

Jeruk pada umumnya bisa menghasilkan buah dan dapat dipanen ketika sudah

(44)

setahun. Biasanya waktu pemanenan tidak dapat ditentukan, tetapi pada umumnya

jeruk akan menghasilkan buah yang lebih banyak dari biasanya yakni pada bulan dua

dan bulan delapan.

Tidak seperti pohon karet yang waktu pemanenan getah (penyadapan) yang

harus dilakukan pada pagi hari agar menghasilkan getah yang maksimal, pemetikan

jeruk ini tidak mengenal waktu tertentu. Pemetikan jeruk dapat dilakukan kapan saja,

baik itu pagi hari, siang ataupun sore. Dalam hal pemetikan jeruk, masyarakat Desa

Tangkidik mengusahakan cara yang terbaik agar buah tersebut tidak rusak. Untuk itu

dipekerjakanlah orang yang sudah terbiasa melakukan hal tersebut.

Pemetikan buah jeruk dapat dilakukan oleh keluarga atau oleh tenaga kerja

upahan. Pemetikan buah oleh keluarga dilakukan apabila jumlah pohon jeruk hanya

sedikit atau pada saat harga sedang rendah. Pemetikan oleh tenaga kerja keluarga ini

umumnya dilakukan dengan cara yang sangat berhati-hati. Pemetik buah jeruk

upahan dilakukan apabila tenaga kerja keluarga tidak dapat memetik buah jeruk

mereka karena jumlah pohon yang dimiliki sangat banyak dan pada saat harga jeruk

tinggi. Berbeda dengan tenaga kerja keluarga, tenaga upahan selalu melakukannya

dengan cara yang kurang hati-hati, sehingga banyak buah jeruk yang berlobang akibat

salah pemetikan, cabang yang patah dan sebagainya. Cara ini dilakukan karena tenaga

kerja cenderung memetik buah jeruk dengan cepat agar pekerjaan lekas selesai

sehingga dapat segera pulang.

Penggunaan tenaga kerja upahan semakin berkurang pada saat harga rendah.

Ketika harga jeruk rendah, pemetikan buah jeruk dilakukan oleh tenaga kerja

(45)

kerja upahan. Pemetikan buah jeruk pada saat harga rendah seringkali menyebabkan

kerugian pada si petani, namun meskipun demikian pemetikan harus tetap dilakukan

agar jeruk tidak rusak.

3.3 Latar Belakang Tanaman Jeruk.

Citrus Sinensi atau yang sering disebut oleh masyarakat Desa Tangkidik

dengan jeruk manis merupakan salah satu dari sekian banyak jenis jeruk. Jeruk manis

ini awalnya berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, Birma Utara, dan Cochin

Cina (daerah sekitar Vietnam).31

Jeruk manis dapat ditanam didaerah antara 40o LU dan 40o LS. Namun

tanaman jeruk paling banyak terdapat di daerah 20o - 40o LUdan 20o - 40oLS.

Temperatur cuaca tempat pembudidayan jeruk turut diperhatikan. Aktivitas jeruk

manis sangat dipengaruhi oleh temperatur. Jeruk manis dapat tumbuh dengan Di Indonesia sejarah tanaman jeruk ini tidak begitu

dikenal. Tanaman jeruk yang ada sekarang adalah merupakan peninggalan dari zaman

penjajahan Belanda.

Jeruk adalah tanaman tahunan yang mampu memproduksi buah cukup lama

dan dapat mencapai ketinggian 2 sampai 3 meter. Jenis pohon jeruk ini ideal.

Produksi maksimum jeruk dicapai pada usia 5 sampai 8 tahun, tetapi semua masih

tergantung dengan iklim, jenis tanaman, jarak tanam, dan perawatan jeruk tersebut.

Kualitas dan kuantitas jeruk juga ditentukan oleh ketinggian lahan, suhu udara, curah

hujan, radiasi matahari, kecepatan angin, serta tipe dan kualitas tanah.

31

(46)

temperatur optimal antara 25oC dan30oC. Di bawah dan di atas temperatur optimal

pertumbuhannya akan berkurang. Apabila temperatur diatas 380 C atau dibawah 130

C kemungkinan pertumbuhannya akan terhenti.

Citrus sinensis atau jeruk manis dapat tumbuh subur pada ketinggian 1400 di

atas permukaan laut. Tanaman jeruk dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran

tinggi. Ketinggian tempat yang tidak memenuhi syarat sering menimbulkan kendala

sendiri. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka akan berpengaruh terhadap kualitas

buah. Misalnya, rasa buah yang tadinya manis berubah menjadi masam ataupun pahit.

Tanaman jeruk memerlukan sinar matahari yang penuh agar proses

pertumbuhan dan produksi jeruk dapat berkembang dengan baik. Ini berarti sinar

matahari mempunyai peranan yang sangat penting pada tanaman jeruk. Dengan

semakin bertambahnya ketinggian suatu tempat, maka semakin bertambah pula

intensitas sinar. Oleh karena itu tanaman jeruk yang ditanam di daerah pegunungan

seperti Desa Tangkidik akan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan

tanaman yang ditanam pada ketinggian lebih rendah.

Curah hujan yang cocok untuk tanaman jeruk manis ini adalah antara 1.000

mm sampai 2.000 mm per tahun. Curah hujan yang lebih rendah dari 1.000 mm per

tahun mengakibatkan perkembangan bunga dan buah terganggu. Sedangkan jika

curah hujan lebih tinggi dari 2.000 mm tidak hanya menyebabkan perkembangan

bunga dan buah yang terganggu tetapi juga menimbulkan banyaknya cendawaan.

Tanaman jeruk ini bisa tumbuh dengan baik di Desa Tangkidik karena daerah

ini memiliki tanah yang subur dan ph tanahnya cocok untuk pembudidayaan tanaman

(47)

pasir kasar hingga tanah liat berat, dan tanah pun tidak boleh tergenang air. Tanah

yang baik untuk tanaman jeruk yaitu bila berasal dari tanah endapan yang subur,

cukup dalam dan tidak bergaram.

Sejak Norsan Barus mengawali pembudidayaan tanaman jeruk di Desa

Tangkidik yang menghasilkan hasil yang cukup maksimal menimbulkan ketertarikan

masyarakat di sekitarnya untuk mengikuti jejaknya. Hal ini menyebabkan terjadinya

peningkatan jumlah petani jeruk di Desa Tangkidik sejak tahun 1983. Peningkatan

jumlah petani jeruk di Desa Tangkidik tentunya berdampak pada bertambahnya

jumlah pohon jeruk yang ditanam sekaligus lahan pertanian yang digunakan.

[image:47.612.159.474.415.621.2]

Peningkatan ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 6

Perkembangan Jumlah Petani, dan Luas Lahan Yang Digunakan No Tahun Jumlah Petani

Jeruk

Luas Lahan

1 1980 1 5000 m

2 1983 7 33500 m

3 1986 12 54500 m

4 1989 22 102500 m

5 1992 37 157000 m

6 1995 45 190500 m

Sumber: Wawancara dengan beberapa petani jeruk di Desa Tangkidik antara

lain: Tokih Ginting, Ganin br Tarigan, Peraten br Barus, Sep

Sembiring, Megaria br Perangin-angin, Jenda Tarigan, dan Ganefo

(48)

Dari tabel di atas tampak bahwa hingga tahun 1995 masih terjadi perluasan

penanaman jeruk di Desa Tangkidik. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan

masyarakat Desa Tangkidik tersebut untuk menanam jeruk semakin bertambah.

Terdapat beberapa alasan mengapa penanaman jeruk, khususnya jeruk manis

mengalami perkembangan yang cukup pesat di Desa Tangkidik sejak tahun 1980

hingga tahun 1995. Pertama, sifat tanaman jeruk manis yang cocok dengan kondisi

lahan, ketinggian, dan iklim di Desa Tangkidik. Kedua, penanaman dan

perawatannya yang relatif mudah. Ketiga, proses penanaman jeruk di Desa Tangkidik

tidak merubah pola pertanian penduduk, karena dapat dilakukan bersama-sama

dengan tanaman-tanaman palawija lainnya. Keempat, proses produksi dan

pemasarannya yang relatif lebih mudah. Para pedagang besar ataupun kecil siap

membeli langsung dari tangan petani. Kelima, bibit jeruk sangat mudah diperoleh.

Pada awalnya bibit jeruk diperoleh di pasar-pasar tradisional terdekat ataupun dari

sanak saudara yang tinggal di kampung-kampung yang ada di Desa Tangkidik.

Setelah pohon-pohon jeruk manis milik masyarakat Desa Tangkidik dapat

menghasilkan bibitnya sendiri, maka pembelian bibit tidak perlu lagi keluar dari Desa

Tangkidik.

3.4 Pembiayaan, Tenaga Kerja dan Pemasaran.

Dalam menjalankan sebuah kegiatan tentunya tidak terlepas dari biaya atau

modal, karena tanpa adanya modal maka kegiatan tersebut tidak akan terlaksana

(49)

Tangkidik tentunya sangat memerlukan modal. Modal yang dipergunakan untuk

pertanian jeruk ini sangatlah besar, hal ini sesuai dengan hasil yang dicapai apabila

jeruk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dan harga yang lumayan.

Pertanian jeruk membutuhkan modal sejak awal dari kegiatan ini dilakukan.

Modal dibutuhkan sejak pengolahan lahan, mendapatkan tenaga kerja, bibit,

perawatan sampai kepada memetik hasil panen. Pertanian jeruk di Desa Tangkidik

diawali dari pengolahan lahan. Dalam hal mengolah lahan ini sebagian masyarakat

menggunakan tenaga kerja upahan. Hal ini sering terjadi karena tenaga kerja keluarga

tidak dapat mengerjakan semua lahan yang harus dibersihkan sehingga membutuhkan

tenaga kerja upahan agar pekerjaan tersebut cepat selesai. Dalam hal inilah modal

diperlukan dalam hal pengolahan tanah yakni untuk biaya tenaga kerja. Tenaga kerja

ini tidak hanya diperlukan pada saat pengolahan lahan tetapi juga pada saat

penanaman, perawatan tanaman jeruk hingga pada pemanenan. Dengan demikian

biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang petani jeruk untuk tenaga kerja diperlukan

sejak pengolahan lahan hingga panen. Tanaman jeruk tentunya membutuhkan

perawatan yang maksimal agar menghasilkan kualitas dan kuantitas jeruk yang

memuaskan. Perawatan jeruk ini meliputi pemberian kompos, pupuk, penyemprotan

dengan pestisida, pemangkasan cabang, penyiangan rumput dan sebagainya. Dalam

seluruh kegiatan ini biaya yang harus dikeluarkan yaitu biaya untuk membeli

kompos, pupuk dan pestisida.

Pemerolehan modal untuk kegiatan pertanian jeruk di Desa Tangkidik ini

sangatlah beragam. Sebahagian masyarakat Desa Tangkidik menggunakan modal

(50)

dengan cara-cara lain. Biasanya cara seperti ini dilakukan oleh petani jeruk yang

berpenghasilan menengah ke bawah. Keterbatasan modal yang tersedia

mengakibatkan sebagian masyarakat harus terlebih dahulu meminjam modal dari

orang lain. Biasanya modal ini dikembalikan setelah jangka waktu kesepakatan yang

telah dibuat. Modal yang dikembalikan ada yang beserta bunga atau ada yang hanya

modal pokok, hal ini tergantung cara peminjaman dan kesepakatan awal antara

peminjam dan si pemberi modal. Modal yang digunakan untuk pertanian jeruk ini

tentunya juga beragam tergantung pada luas lahan, banyaknya tenaga kerja upahan

yang digunakan, kondisi lahan, iklim dan cuaca, perawatan dan sebagainya.

Di bawah ini penulis membuat perbandingan biaya yang dikeluarkan oleh

petani jeruk per tahun sesuai dengan jumlah pohon yang ditanam. Hal ini

dimaksudkan untuk melihat seberapa besar biaya yang diperlukan untuk kegiatan

pertanian jeruk. Untuk memperoleh data mengenai biaya ini penulis berusaha

mengumpulkan informasi dari para petani jeruk di Desa Tangkidik. Meskipun data ini

bukanlah informasi yang bersifat akurat namun membantu penulis memberikan

gambaran mengenai biaya untuk budidaya pertanian. Perbandingan biaya tersebut

(51)
[image:51.612.150.475.145.274.2]

Tabel 7

Perbandingan Biaya Budidaya Pertanian Jeruk di Desa Tangkidik Berdasarkan Jumlah Pohon Pada Tahun 1995. No Jumlah Pohon Biaya Yang Dikeluarkan Per

Tahun

1 200 Rp. 8.880.000,00

2 300 Rp. 13.320.000,00

3 400 Rp. 17.760.000,00

4 500 Rp, 22. 200.000,00

Sumber: Wawancara dengan beberapa petani jeruk di Desa Tangkidik yaitu,

Tiur br Silalahi, Nur br Barus, Permina br Ginting, Jakob Barus, dan

Pelat Barus (September 2010).

Dalam mengelola usaha pertanian tentunya tidak terlepas dari tenaga kerja.

Tenaga kerja merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam usaha pertanian

karena tanpa adanya tenaga kerja maka kegiatan pertanian akan terbengkalai.

Terdapat dua jenis tenaga kerja yang terlibat dalam pertanian jeruk manis di Desa

Tangkidik, yakni dari dalam keluarga petani dan dari luar keluarga atau yang biasa

disebut tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini biasanya berasal dari penduduk

setempat dan terkadang dari luar desa tersebut. Pada pertanian jeruk di Desa

Tangkidik hampir semua kebutuhan akan tenaga kerja ini diperlukan pada saat panen.

Tenaga kerja keluarga biasanya diperlukan mulai sejak membersihkan lahan,

penanaman, perawatan hingga kepada saat panen buah jeruk. Meskipun demikian

masih ada petani jeruk di Desa Tangkidik yang menggunakan tenaga kerja upahan

sejak dimulainya pengolahan lahan untuk menanam jeruk. Hal ini dikarenakan oleh

(52)

alasan untuk menggunakan tenaga kerja upahan beragam, pertama karena petani

tersebut memiliki pekerjaan lain di luar bertani. Semakin banyak seorang pemilik

terlibat dalam aktifitas mata pencaharian lain, semakin mungkin tenaga kerja upahan

digunakan. Alasan kedua yaitu apabila musim panen tiba. Biasanya pada musim

panen, buah jeruk melonjak drastis, untuk itu diperlukan tenaga kerja yang banyak

dalam memanennya. Alasan ketiga adalah apabila jumlah pohon jeruk yang dimiliki

seorang petani sangat banyak sehingga tidak dapat dikerjakan oleh tenga kerja

keluarga. Untuk mengatasi hal tersebut maka biasanya diperlukan tenaga kerja

upahan.

Biasanya jeruk yang dipanen itu memiliki jumlah yang banyak maka

membutuhkan tenaga yang cukup banyak. Dalam pengumpulan tenaga kerja itu

biasanya tergantung dalam sistem penjualan jeruk tersebut. Jika penjualan jeruk dijual

dengan sistem borong maka dalam pengumpulan tenaga kerja itu biasanya dilakukan

oleh si pembeli dan jika jeruk tersebut dijual dengan sistem perkilo maka yang

mengumpulkan tenaga kerjanya biasanya pemilik jeruk terse

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 15 : Rata-Rata Keseluruhan Pendapatan Petani Sampel dari Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Selama Tahun 2012 di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten

Hubungan Sosial Antara Petani dan Buruh Tani Dalam Meningkatkan Kesejahteraan (Studi Deskriptif Pada Pertanian Jeruk di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari,

Hubungan Sosial Antara Petani dan Buruh Tani Dalam Meningkatkan Kesejahteraan (Studi Deskriptif Pada Pertanian Jeruk di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang masyarakat di Desa Simangumban Jae bertani karet, perkembangan pertanian karet mulai dari proses

Luas lahan yang ditanami jeruk di Desa Sambimulyo adalah 82% dari keseluruhan lahan pertanian berdasarkan persentase (BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015). Masyarakat Jawa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang masyarakat di Desa Simangumban Jae bertani karet, perkembangan pertanian karet mulai dari proses

Serangan hama dan penyakit pada tanaman jeruk telah mengakibatkan petani mengganti tanaman jeruk menjadi tanaman lain diantaranya tanaman perkebunan yang bersifat tahunan yaitu

Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo merupakan salah satu tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan usahatani jeruk dan usahatani kopi