• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4.1. Pengertian Pendidikan

Dalam Garis-Garis Besar Hukum Negara ditegas bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang, baik didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Tegasnya pendidikan itu dapat berlangsung sejak lahir dan seumur hidup dan dapat diselenggarakan disekolah maupun diluar sekolah. Menurut Phil.Coombs pendidikan itu dapat dibedakan atas tiga betuk, yaitu (a) pendidkan formal, (b) pendidiikan informal, (c) pendidikan informal. Selain itu, Ivann Illich menggunakan istilah lain untuk membedakan tiga bentuk pendidikan yang dikemukakan oleh

Phill.Coombs ini. Ketiga bentuk pendidikan yang dikemukakan oleh Ivann Illich adalah (a) pendidikan formal, (b) pendidikan informal, (c) pendidikan subsistem.

Departemen pendidikan dan pengajaran di negara kita lebih cenderung mempergunakan istilah-istilah yang dikemukakan oleh P.Coombs untuk membedakan tiga bentuk pendidikan yang ada. Sebenarnya istilah pendidikan non formal dan pendidikan informal memiliki pengertian yang sama, yaitu menyangkut pendidikan yang diadakan diluar sekolah. Untuk itu dalam penulisan ini penulis lebih cenderung mempergunakan istilah yang dikemukakan oleh Ivann Illich dalam membedakan tiga bentuk pendidikan yang disebut diatas. Sebenarnya tiga bentuk pendidkan yang dikemukakan oleh P.Coombs dan Ivann Illich tidak berbeda. Perbedaanya hanya terletak pada penggunaan istilahnya saja.

2.4.2. Bentuk-bentuk Pendidikan

Bentuk-bentuk pendidikan yang dimaksud diatas oleh Ivann Illich, yaitu sebagai berikut :

a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal ialah pendidikan yang di selenggarakan di sekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Untuk menyelenggarakan pendidikan formal ini masyarakat telah memberikan mandat kepada sekolah agar mendidik dan dan mengajar anak-anaknya. Sekolah merupakan lembaga utama yang bertugas untuk (a) mengembangkan dan membentuk pribadi siswa, (b) mentransmisikan kulturil, (c) Intraksi sosial, (d) Inovasi dan (e) pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja.

Jadi sekolah bertugas menyiapkan anak didik sebagai calon pekerja dalam masyarakat, sebagai calon warga negara dan sebagai manusia yang berkepribadian.

Namun demikian sejauh manakah bentuk pendidikan formal ini mempunyai pengaruh yang jelas atas perkembangan sistem sosial ekonomi dalam masyarakat.

Yang jelas adalah selama siswa mengalami pendidikan disekolah telah dihadapkan pada peristiwa seleksi yang sangat ketat. Sehingga menyebabkan siswa yang putus sekolah dan tidak dapat meneruskan sekolah ketingkat yang lebih tinggi adalah cukup besar. Menurut pengamatan bahwa faktor sosial ekonomi memang cukup menentukan sebagai penyebab utama putus sekolah dan mengecilkan arus siswa memasuki sekolah yang lebih tinggi. Biaya dan harga sosial yang harus dibayar oleh para orang tua untuk menyekolahkan anaknya sangat besar. Keinginan membayar harga yang setingginya untuk menyekolahkan anaknya itu cukup kuat, walaupun disadari pula bahwa kesudahan pendidikan anaknya itu kadang-kadang tidak menentu.

Dengan demikian kesempatan yang teresedia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih lama hanya diikuti siswa-siswa yang berasal dari golongan ekonomi yang lebih baik. Disamping itu biaya masyarakat yang ditumpuhkan pada pendidikan itu bertambah besar sejajar dengan tingginya tingkat pendidikan. Sehingga siswa yang berhasil menduduki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat juga menikmati juga menikmati biaya masyarakat yang lebih banyak dari pada siswa yang putus sekolah.

b. Pendidikan Informal.

Salah satu pendidikan yang dipopulerkan di negara-negara sedang berkembang, yaitu untuk membina anak-anak yang putusw sekolah agar dapat memiliki keterampilan kerja melaluin “ out off school” atau pendidikan diluar sekolah

(Ivann Illich) pendidikan diluar sekolah dinegara kita lebih dikenal dengan istilah

non formal education” atau pendidikan non formal. Sebenarnya istilah “out off

school, non formal education, informal education,” mempunyai pengertian yang sama yaitu pendidikan diluar sekolah yang bersifat kursus-kursus yang lebih menekankan pada pengetahuan keterampilan.

Pendidikan formal ialah pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah oleh badan-badan pemerintah maupun swasta secara teratur dalam waktu yang relatif singkat yang lebih menekankan kepada kecakapan dan keterampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ketat dan tetap seperti pada pendidikan formal. Selain itu biaya pendidikan yang dipergunakan untuk membiayai program yang diikutinya itu tidak terlalu mahal. Pada bentuk informal ini sifatnya lebih fleksibel dan mungkin lebih efektif untuk mengembangkan anak pada bidang kecakapan tertentu dalam waktu yang tidak begitu lama. Oleh karena itu program pendidikan informal lebih spesifik, maka bisa dilaksanakan dalam lingkungan yang sesuai.

Namun demikian, pelaksanaan pendidikan informal tidak semudah yang seperti yang diperkirakan. Sebab untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam arti efektif dan murah sehingga dirasakan kegunaannya maka diperlukan persyaratan dan persiapan-persiapan yang lebih seksama. Diantara persyaratan yang diharapkan adalah :

1. Pendidikan informal harus jelas tujuannya dan harus jelas pula hasil yang diharapkan untuk dicapai sehingga, dapat memberikan kegunaan bagi masyarakat terutama bagi yang bersangkutan.

2. Program pendidikan informal harus menarik baik dari hasil yang ingin dicapainya maupun dari cara pelaksanaannya. Sehingga mendapat dukungan dan partisipasi dari masyarakat untuk melancarkan program yang hendak dilaksanakan dalam pendidikan informal itu.

3. Program pendidikan informal harus diintergrasikan dengan program-program pembangunan dalam masyarakat. Sebab satu program pendidikan tidak akan berhasil kalau tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembangunan baik dibidang ekonomi maupun dibidang sosial didaerah itu.

c. Pendidikan Subsistem

Selain dari pada pendidikan formal dan pendidikan informal ada juga bentu pendidikan yang lain yang disebut dengan istilah “ subsistence education” atau pendidikan subsistem. Perkataan subsistem ini banyak sekali dipergunakan dalam tulisan-tulisan mengenai pertanian sebagai terjemahan dari perkataan “subsistence”

dari kata subsistem yang berarti hidup.

Pertanian yang subsistem dengan demikian diartikan sebagai suatu sistem bertani diman tujuan utama dari petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya (Mubyarto, 1973 :40). Istilah subsistem ini kemudian diterapkan juga kedalam bidang pendidikan untuk membedakan bentuk pendidikan yang diberikan oleh orang tua atau orang dewasa lainya kepada anak baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyarakatnya tanpa adanya pungutan biaya.

Menurut Prof.DR.Hans Dieter Evers bahwa yang dimaksudkan dengan pendidikan subsistem ialah pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh orang

tua atau orang lain kepada anak baik dari keluarga maupun lingkungan hidupnya, tanpa mengeluarkan biaya pendidikan.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau juga dapat dipergunakan untuk mencari nafkah. Misalnya saja, seorang anak mendapatkan pendidikan subsistem dari orang tuanya atau orang lain seperti memasak, menjahit pakaian, mengemudikan mobil, membangun rumah, mencangkul sawah, memelihara ternak dan keterampilan lainnya dapat dipergunakan sebagai sumber pencarian nafkah.

Dengan demikian pendidikan subsistem dapat diartikan sebagai suatu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak tanpa biaya yang nantinya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk pendidikan subsistem ini merupakan salah satu cara yang paling murah yang harus dikembang kan dalam setiap rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga itu sendiri maupun untuk masyarakat sekitarnya

Dokumen terkait