• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Rumah Makan di Kecamatan Medan Selayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Rumah Makan di Kecamatan Medan Selayang"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG RUMAH MAKAN DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

SKRIPSI

Diajukan Oleh : Yenni Handayani

070523014

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Yenni Handayani

Nim : 070523014

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Rumah Makan di Kecamatan Medan Selayang

Tanggal Ketua Departemen

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP. 132 206 574

)

Tanggal Dekan

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Adapun penulisan skripsi ini disusun dengan judul “ Faktor_faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Rumah Makan di Kecamatan Medan Selayang”. Isi materi skripsi ini didasarkan pada penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan yaitu data-data yang terkait dengahal yang diteliti

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi oleh penulis baik itu materil maupun moril oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih atas bantuan yang telah diberikan semua pihak yang terkait sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, Khususnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Irsyad Lubis, Msoc, Sc, Phd, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Drs. Raina Linda Sari, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, dan arahan serta waktu dan tenaga dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, MSi selaku dosen penguji I yang dengan penuh semangat memberikan bimbingan dan perhatian lebih untuk skripsi ini.

6. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosen penguji II yang telah memberikan suatu

(4)

7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendukung, mendidik, dan membimbing penulis dengan baik.

8. Dengan rasa hormat saya kepada kedua orang tua saya, ayahanda Aliunsyah dan ibunda Yusmaniar. Terimakasih kepada kedua orang tua yang tiada hentinya memberikan do’a dan dukungan kepada saya sehingga sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini

9. Kepada saudara-saudaraku, terima kasih atas do’a dan dukungan kalian buat ku

10. Buat teman-teman ku semua terima kasih yang sebesar-besarnya atas dorongan dan semangat dari kalian .

Ahir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritikdan saran yang bersifat membangun untuk dapat meningkatkan kualitas skripsi ini sehingga pada ahirnya akan dapat dipergunakan dalam pembangunan dan pemahaman ilmiah.

Medan, meret 2010

Penulis

(5)

ABSTRAK

Judul dari skripsi ini adalah ” faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang rumah makan di kecamatan medan selayang”.

Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel independent yaitu modal, jumlah jam kerja dan tingkat pendidikan terhadap variabel dependent yaitu pendapatan pedagang rumah makan di kecamatan medan selayang.

Metode penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan kuisioner. Selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa.

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil bahwa modal dan jumlah jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang, sedangkan tingkat pendidikn berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang. Variabel dependent yaitu modal, jumlah jam kerja dan tingkat pendidikan dapat menjelaskan secara bersama-sama variabel dependent yaitu pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

Sektor informal merupakan salah satu sektor yang dapat membantumasyarakat di Kecamatan Medan Selayang dalam hal sumber pandapatan dan juga sebagai tempat pemenuhan konsumsi bagi masyarakat berpendapat menengah kebawah.

(6)

ABSTRACT

Title from this skripsi is ” Factors Analysis Influencing Seller Benefit Of Restaurant In Medan Selayang Town ”.

Research done to know the influence from variable independent that is capital, number of hours work and mount the education to variable dependent that is seller benefit of restaurant in Medan Selayang town.

Research Method executed by reasearch of field and bibliography research. Data collecting done with the direct interview and quetioner. Hereinafter data which have been gathered and analysed.

(7)

DAFTAR ISI

1.1 LatarBelakang………... 1

1.2 PerumusanMasalah………... 4

1.3 Hipotesis……… 5

1.4 Tujuan Penelitian………... 5

1.5 ManfaaPenelitian……….. 6

BAB II TUJUANPUSTAKA………..……… …… 7

2.1 Pendapatan………. 7

2.1.1. Pengertian Pendapatan……….. 7

2.1.2. Sebab-Sebab Ketimpangan Pendapatan……… 9

2.2 Pengusaha Informal……… 12

2.2.1. Pengertian Pengusaha Informal……… 13

2.2.2. Kekuatan Pengusaha Informal………. 14

(8)

2.4. Pendidikan... 20

2.4.1. Pengertian Pendidikan... 20

2.4.2.Bentuk-bentuk Pendidikan... 21

2.5. Penelitian Terdahulu... 25

BAB III METODE PENELITIAN………. 27

3.1. Metode Penelitian……… 27

3.2. Lokasi Penelitian………... 27

3.3. Jenis dan Sumber Data………... 27

3.4. Penentuan Populasi dan Sampel………... 28

3.5. Pengolaan Data……… 28

3.8. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 32

3.8.1. Multikolinearity... 32

3.8.2. Heterokedastisitas... 34

3.8.3. Uji Linieritas... 35

3.8.4. Uji Normalitas... 35

3.9. Defenisi Operasional... 35

BAB IV ANALISIS DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN………... 37

4.1. Deskriptif daerah Penelitian………... 37

4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Medan... 37

(9)

BAB V HASIL ESTIMASI DAN INTERPRESTASI... 47

5.1. Analisis dan Pengumpulan Data... 47

5.2. Analisis Hasil Penelitian... 48

5.3. Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Fit)... 50

5.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 59

6.1. Kesimpulan... 59

6.2. Saran... 60

DAFTAR PUSTAKA KUISIONER

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

4.1. Luas Wilayah Kota Medan... 38

4.2. Sebaran dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan... 40

4.3. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kota Medan... 42

4.4. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan Kecamatan Medan Selayang... 43

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 44

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Jam Kerja... 45

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 46

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

1. Kurva uji t-statistik variabel modal... 52

2. Kurva uji t-statistik variabel jumlah jam kerja... 53

3. Kurva uji t-statistik variabel tingkat pendidikan... 54

(12)

ABSTRAK

Judul dari skripsi ini adalah ” faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang rumah makan di kecamatan medan selayang”.

Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel independent yaitu modal, jumlah jam kerja dan tingkat pendidikan terhadap variabel dependent yaitu pendapatan pedagang rumah makan di kecamatan medan selayang.

Metode penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan kuisioner. Selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa.

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil bahwa modal dan jumlah jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang, sedangkan tingkat pendidikn berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang. Variabel dependent yaitu modal, jumlah jam kerja dan tingkat pendidikan dapat menjelaskan secara bersama-sama variabel dependent yaitu pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

Sektor informal merupakan salah satu sektor yang dapat membantumasyarakat di Kecamatan Medan Selayang dalam hal sumber pandapatan dan juga sebagai tempat pemenuhan konsumsi bagi masyarakat berpendapat menengah kebawah.

(13)

ABSTRACT

Title from this skripsi is ” Factors Analysis Influencing Seller Benefit Of Restaurant In Medan Selayang Town ”.

Research done to know the influence from variable independent that is capital, number of hours work and mount the education to variable dependent that is seller benefit of restaurant in Medan Selayang town.

Research Method executed by reasearch of field and bibliography research. Data collecting done with the direct interview and quetioner. Hereinafter data which have been gathered and analysed.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya akan mengarah kepada masyarakat adil dan makmur merupakan cita-cita dari bangsa Indonesia yang harus menjadi beban setiap anak bangsa untuk mencapai hal tersebut. Pembangunan kesejahteraan rakyat harus senantiasa memperhatikan bahwa setiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan yang layak serta berkewajiban ikut serta dalam upaya mewujudkan kemakmuran rakyat.

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi diwilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan.

Dalam hal ini pembangunan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia Indonesia dan memperluas serta meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan penghidupan yang layak.

(15)

produktifitasnya rendah, namun telah berperan positif dalam memberikan kesempatan kerja. Oleh karena itu pengusaha informal tidak bisa diabaikan begitu saja.

Hingga saat ini, pengertian pengusaha informal sering dikaitkan dengan ciri-ciri berikut :

1.

Kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian rakyat

2.

Memanfaatkan teknologi sederhana

3.

Pekerjaannya terutama berasal dari tenaga kerja keluarga tanpa upah

4.

Bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya lokal

5.

Sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah kebawah.

Disatu sisi pengusaha informal masih memegang peranan penting menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Keadaan ini mempunyai dampak positif karena mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Tetapi di segi lain menunjukkan gejala tingkat produktifitas yang rendah, karena masih menggunakan alat-alat tradisional dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah.

(16)

pada Februari 2008 turun 9,11% mencapai 8,46%, dibanding Agustus 2007, dan turun 9,75% (yoy) terhadap Februari 2007.

Sementara jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2008 naik 1,54 juta mencapai 111,48 juta orang, dibanding Agustus 2007, atau naik 3,35 juta orang (yoy) dari Februari 2007. Sedangkan jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2008 naik 2,12 juta menjadi 102,05 juta orang, dibanding Agustus 2007, atau naik 4,47 juta orang (yoy) dari Februari 2007.

Peningkatan jumlah pekerja itu, lanjut Hendri, didominasi sektor informal. Ini berarti bahwa jika orang menganggur berkurang akibat mereka masuk sektor informal, maka tidak ada pengangguran. "Kalau semua sektor informal itu dianggap lapangan kerja, ya memang tidak akan ada orang menganggur," katanya.

Menurutnya, BPS seharusnya mengeluarkan data tentang berapa lapangan kerja formal yang berhasil diciptakan. Hal ini inilah yang perlu lebih dicermati oleh pengambil kebijakan nantinya. Pasalnya, angka kemiskinan saat ini tidak ada hubungannya dengan sektor manufaktur yang pertumbuhannya terus menurun.

Pekerja sektor informal mencakup 69% dan hanya 31% yang bekerja di sektor formal. Mayoritas pekerja sektor informal adalah di sektor pertanian. Sektor ini menghidupi total 41% total penduduk pekerja tahun 2007 yang totalnya mencakup 99,9 juta orang. Urutan kedua ditempati sektor informal non pertanian, perdagangan formal dan industri manufaktur.

(17)

barat, Medan Johor dan Medan Polonia di timur, Medan Tuntungan di selatan dan Medan Sunggal dan Medan Baru di utara.

Di Kecamatan Medan Selayang merupakan kawasan yang strategis dalam melakukan berbagai usaha perdagangan. seperti pedagang rumah makan. Rumah makan yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang sangat bervariasi dimulai yang berskala besar, menengah hingga kecil. Menurut hasil penelitian di Kecamatan Medan Selayang pedagang rumah makan yang paling banyak ditemukan adalah yang berskala kecil dengan jenis usaha pedagang rumah makan Padang.

Dari uraian-uraian diatas telah membuat rasa ingin tahu penulis untuk mempelajari dan mencoba menganalisa kedalam bentuk skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG RUMAH MAKAN DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas adapun yang menjadi pokok permasalahan ialah :

1. Bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang rumah makan

di Kecamatan Medan Selayang

2. Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang rumah

makan di Kecamatan Medan Selayang

(18)

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang masih perlu dikaji kebenaranya melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Modal memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang

2. Jumlah jam kerja memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

3. Tingkat pendidikan memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan

pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan

pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah jam kerja terhadap

pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

(19)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah :

1. Menambah dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah ada khususnya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

2. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan

3. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa dan masyarakat yang

tertarik untuk mengetahui tantang pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENDAPATAN

Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatanya. Pendapatan dapat menunjukan seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Dengan kata lain, pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun nonfisik selama ia melakukan suatu pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi atau tempat ia bekerja. Orang yang bekerja berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar dapat kerja yang bersedia melakukan pekerjaan tersebut adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup baginya dan keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidup atau rumah tangganya maka kehidupan yang sejahtera akan tercapai.

2.1.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan uang yang diterima oleh seseorang dari perusahaan dalam bentuk gaji (wages), upah (salaries), sewa (rent), bunga (interest), laba (profit),

(21)

makro istilah pendapatan nasional (national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk pembayaran transfer (tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya).

Menurut kamus ekonomi, pendapatan adalah berhubungan dengan pendapatan pemerintah dari pajak, bea impor dan sebagainya. Dan istilah ini juga diterapkan terhadap pendapatan perusahaan dan pendapatan individu-individu.

Lebih umum lagi, dari seseorang yang berkepentingan, setiap uang yang diterima di hitung sebagai pendapatan (apakah uang tersebut berasal dari faktor-faktor produksi, atau dalam bentuk uang pensiun, tunjangan pengangguran, atau pembayaran jasa-jasa social lainya). Setiap pendapatan ahir (final income) adalah suatu penentuan penting dari kemampuan pengeluaran seseorang.

Pada awal abad ke-20, gagasan-gagasan berkenaan dengan pendapatan, diperkenalkan oleh Fisher dan Hicks

Fisher menegaskan bahwa pendapatan adalah sebahagian rangkaian kejadian yang berkaitan dengan beberapa tahap yang berbeda yaitu :

1. Kenikmatan pendapatan psikis 2. Pendapatan riil

3. Pendapatan uang

(22)

Pendapatan ini diukur dengan biaya hidup dengan kata lain kepuasan yang diciptakan oleh kenikmatan psikis dari keuntungan yang diukur dengan pengeluaran uang yang dilakukan untuk memperoleh barang dan jasa sebelum dan sesudah konsumsi. Jadi pendapatan psikis, pendapatan riil dan biaya hidup merupakan tiga tahap yang berbeda bagi pendapatan.

Akhirnya pendapatan uang menunjukan seluruh jumlah uang yang diterima dan dimaksudkan akan dipergunakan untuk konsumsi dalam memenuhi biaya hidup. Sementara pendapatan psikis lebih mendasar dan pendapatan uang sering disebut dengan pendapatan.

2.1.2 Sebab-sebab Ketimpangan Pendapatan a. Usia

Pola pendapatan riil sebagian besar pekerja memiliki bentuk yang lazim disebut profit usia-pendapatan (ageearning profile) sampai batas tertentu, pendapatan meningkat seiring bertambahnya usia dan masa kerja seseorang, lewat batas itu pertamhan usia akan diiringi dengan penurunan pendapatan. Batas atau titik puncak diperkirakan ada pada usia 45-50 tahun. Perhatikan bahwa gambar ini tidak memperhitungkan variasi tingkat produktivitasnya, produktivitas nasional dianggap sebagai unsur konstan. Jika perubahan produktivitas nasional diperhitungkan, bentuk gambar ini akan berubah.

(23)

biasanya mulai berkurang ketika ia mulai berumur 45-50 tahun, karena daya tahan dan kesehatan mulai pudar.Produktivitasnya mulai turun dan pendapatanya juga berkurang. Sampai kemudian mereka berhenti bekerja dan garis pendapatan mereka menghilang. Dimana disini pendapatan mereka adalah pendapatan yang diterima sebagai imbalan bagi pelayanan atau kerja mereka, sehingga pendapatan pensiun tidak termasuk definisi pendapatan dalam konteks ini. Tentu saja jika pendapatan pensiun, bunga simpanan mereka dan tunjangan-tunjangan sosial turut dihitung, maka garis pendapatan tidak pernah hilang.

b. Karakteristik Bawaan

Besarnya pendapatan kalangan pekerja tertentu, misalnya para aktor dan artis sangat ditentukan oleh karakteristik bawaan mereka. Seseorang yang dianugrahi paras rupawan dan suara merdu jauh lebih mencetak pendapatan yang berlipat ganda dari pendapatan orang-orang lain. Demikian juga dengan seseorang yang terlahir dengan IQ lebih dari 160, asal dia tidak aneh-aneh pasti ia akan lebih muda memperoleh pendapatan. Tapi dilain pihak kita harus mengakui keberhasilan orang-orang yang secara alamiah biasa-biasa saja tetapi ia sangat tekun dalam memperjuangkan nasib hidupnya. Itu sebabnya sejauh mana besar kecilnya pendapatan biasa dihubungkan dengan karakteristik bawaan masih diperdebatkan, apalagi keberhasilan seseorang sering kali dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan masyarakatnya.

c. Keberanian Mengambil Resiko

(24)

paribus. Siapa yang berani mempertaruhkan kesehatan dan nyawanya dibidang kerja yang berbahaya pasti menerima imbalan yang lebih besar.

d. Ketidakpastian dan Varian Pendapatan

Bidang-bidang kerja yang hasilnya tidak pasti, misalnya bidang kerja pemasaran mengandung resiko yang paling besar. Karena itu, seperti telah disinggung diatas, mereka yang menekuni bidang kerja itu akan menuntut lebih dan menerima pendapatan yang lebih besar, jelas tingkatan pendapatan mereka melebihi mereka yang bekerja dibidang-bidang yang lebih aman.

e. Bobot Latihan

Bila karakteristik bawaan dianggap sama atau tidak diabaikan, maka yang menguasai bobot latihan yang lebih tinggi pasti memperoleh pendapatan lebih banyak. Latihan itu biasa bersumber dari pendidikan formal, seperti bangku kuliah atau lewat kursus tertulis, bisa pula latihan berupa pengetahuan dan pengalaman informal yang didapat seseorang selama ia bekerja, bahkan peranan latihan selama kerja atau magang (on the job training) sangat penting dan merupakan salah satu faktor penentu bentuk profil usia pendapatan yang baru saja kita bicarakan. Bobot latihan memperbesar pendapatan karena latihan itu meningkatkan ketermpilan seseorang sehingga ia mampu menghasilkan produk fisik marjinal yang lebih tinggi.

f. Kekayaan Warisan

(25)

g. Ketidak Sempurnaan Pasar

Monopoli (hanya ada satu penjualan), monopsoni (hanya ada satu pembeli), kebijakan sepihak serikat buruh, penetapn tingkat upah minimum oleh pemerintah, ketentuan syarat-syarat lisensi, setifikat dan sebagianya. Turut melibatkan perbedaan-perbedaan pendapatan uang dikalangan kelas-kelas pekerja. Mereka yang diuntungkan oleh ketida ksempurnaan pasar itu akan menerima pendapatan lebih tinggi, sebaliknya yang akan dirugikan akan menerima pendapatan yang lebih rendah.

h. Diskriminasi

Dipasar tenaga kerja sering terjadi diskriminasi ras, agama, atau jenis kelamin dan itu semua merupakan penyebab fariasi tingkat pendapatan. Berbagai penelitian yang mencoba mengoreksi perbedaan produktifitas fisik marjinal kelas-kelas pekerja yang dikelompokkan pada dasar kelas atau jenis kelamin umumnya mendapati adanya faktor residual yang tidak bisa dijelaskan yang diakibatkan oleh deskriminasi tersebut.

2.2. PENGUSAHA INFORMAL

(26)

Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para pengangguran terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam dengan tersedianya peluang kerja oleh pengusaha informal. Begitupun ketika kebijakan sektor pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, pengusaha informal kendati tanpa dukungan fasilitas dari negara, dapat memberikan subsidi sebagai penyedia jasa murah untuk mendukung kelangsungan hidup para pekerja hidup skala besar. Bahkan, tak kala perekonomian nasional mengalami kemunduran akibat resesi, pengusaha informal mampu bertahan tanpa membebani ekonomi naisonal, sehingga roda perekonomian nasional tetap bertahan. Peran pengusaha informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi.

Hasil Analisis Pendapatan Pedagang Rumah Makan Di Kecamatan Medan Selayang

dengan metode Ordinary Least Square (OLS)

Dependent Variable: LPDPTN

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.201069 0.178024 12.36389 0.0000

LMD 0.653888 0.038329 17.05969 0.0000*

JK 0.025474 0.008231 3.094795 0.0038*

TP 0.016585 0.017944 0.924258 0.3615***

R-squared 0.960722 Mean dependent var 6.328133

Adjusted R-squared 0.957449 S.D. dependent var 0.374798

S.E. of regression 0.077313 Akaike info criterion -2.187273

(27)

Log likelihood 47.74546 F-statistic 293.5162

Durbin-Watson stat 1.539826 Prob(F-statistic) 0.000000

Ket:

* )Signifikan pada α = 1 %

**)Signifikan pada α = 5% ***)Signifikan pada α = 10%

2.2.1 Pengertian Pengusaha Informal

ILO (Internaational of Labor Organization) mendefenisikan pengusaha

informal sebagai sektor yang mudah untuk dimasuki oleh pengusaha pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam negeri yang dimiliki oleh kelompok berskala kecil, menggunakan teknologi yang disesuaikan, keterampilan yang dibutuhkan diperoleh diluar bangku sekolah, tidak diatur pemerintah dan bergerak dalam pasar persaingan.

Sedangkan menurut Michael P. Todaro (1990 : 322) karakteristik khas pengusaha informal adalah sangat bervariasi bidang kegiatan produksi barang dan jasa, skala kecil, unit produksi dimiliki secaar perorangan atau kelompok, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya), dan teknologi yang digunakan relatif sederhana. Para pekerja sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal, umumnya mereka tidak memiliki keterampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja. Oleh karena itu, produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah.

Maka secara terperinci yang termasuk katagori pengusaha informal :

(28)

2. Sektor Jasa misalnya : tukang pijat, tukang cukur, pembantu rumah tangga, tukang sol sepatu dan lain sebagainya.

3. Sektor Perdagangan misalnya : pedagang kaki lima, pedagang pakaian, tukang roti keliling dan lain sebagainya.

4. Sektor industri pengolahan, misalnya : industri kecil-kecilan seperti industri

makanan dan minuman, industri kayu, bahan bangunan dan lain sebagainya.

2.2.2. Kekuatan Pengusaha Informal

Beberapa kekuatan yang dimiliki pengusaha informal sebagai berikut : a. Daya Tahan

Selama krisis ekonomi terbukti pengusaha informal tidak hanya bertahan bahkan berkembang pesat. Hal ini disebabkan oleh faktor permintaan (pasar output) dan faktor penawaran. Dari sisi permintaan, akibat krisis ekonomi pendapatan riil rata-rata masyarakat turun drastis dan terjadi pergeseran permintaan masyarakat, dari barang-baran pengusaha informal atau impor (yang harganya relatif mahal) kebarang-barang sederhana pengusaha informal (yang harganya relatif murah). Misalnya, sebelum krisis terjadi, banyak pegawai-pegawai kantoran, mulai kelas menangah hingga tinggi makan siang direstoran-restoran mahal diluar kantor. Namun dimasa krisis, banyak dari mereka berubah kebiasaan makan siang ditempat, yang mahal ke rumah-rumah makan sederhana atau warung-warung murah disekitar kantor mereka. b. Padat Karya

(29)

mendukung (seperti kualitas produk yang dibuat baik dan tingkat efisiensi usaha serta produktifitas pekerja tinggi), maka upah murah merupakan komperatif yang dimiliki usaha kecil di Indonesia.

c. Keahlian Khusus (Tradisional)

Bila dilihat dari jenis-jenis produk yang dibuat di Industri Kecil (IKA) dan Industri Rumah Tangga (IRT) di Indonesia dapat dikatakan bahwa produk-produk yang mereka buat umumnya sederhana dan tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal, tetapi membutuhkan keahlian khusus (traditional skill). Di sinilah keunggulan lain pengusaha informal yang selama ini terbukti bisa membuat mereka bertahan walaupun persaingan selalu ada dari sektor formal, termasuk import yang sangat tinggi. Keahlian tersebut biasanya dimiliki pekerja atau pengusaha secara turun temurun.

d. Permodalan

Kebanyakan pengusaha informal menggantungkan diri pada uang atau (tabungan) sendiri, atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal (diluar sektor perbankkan / keuangan) untuk kebutuhan dan modal kerja dan investasi mereka. Walaupun banyak juga pengusaha-pengusaha kecil yang memakai fasilitas-fasilitas dari pemerintah. Selain itu, investasi pengusaha informal jauh lebih rendah dari pada investasi yang dibutuhkan oleh pengusaha formal. Tentu besarnya investasi bervariasi menurut jenis kegiatan dan skala usaha.

(30)

Selain faktor-faktor tersebut diatas, masa depan perkembangan pengusaha informal di Indonesia juga sangat ditentukan kemampuan sektor tersebut, dibantu maupun dengan kekuatan sendiri, menaggulangi permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari. Dengan kata lain mampu atau tidaknya pengusaha formal bersaing dengan pengusaha informal tergantung pada seberapa serius dan sifat dalam menjalankannya serta bentuk dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki pengusaha informal. Kelemahan pengusaha informal tercermin pada kendala-kendala yang dihadapinya yang sering sekali menjadi hambatan-hambatan serius bagi perkembangannya.

Kendala-kendala yang banyak dialami pengusaha informal, terutama adalah keterbatasan modal, khususnya modal kerja. Kendala lain adalah kesulitan penyediaan bahan-bahan baku, keterbatasan sumber daya manusia, pengetahuan minim mengenai bisnis dan kurang penguasaan teknologi.

Sebagian besar industri kecil, terlebih industri rumah tangga di Indonesia merupakan pengusaha informal. Masalah paling besar yang dialami mereka adalah keterbatasan modal dan pemasaran. Juga yang menjadi permasalahan adalah mereka menghadapai persaingan yang tajam dan kemampuan mereka berkomunikasi sangat rendah, termasuk akses mereka kefasilitas-fasilitas untuk berkomunikasi sangat terbatas.

(31)

mereka agar mampu bersaing dipasar domestik dan eksport. Apalagi ketika mereka harus menangani masalah-masalah itu sendiri.

2.2.4 Tantangan Pengusaha Informal

Tantangan yang dihadapi oleh pengusaha informal saat ini dan dimasa yang akan datang, terutama dalam aspek-aspek sebagai berikut :

a. Persaingan Makin Bebas

Dengan diterapkannya sisitem pasar bebas dengan pola atau sistem persaingan yang berbeda dan intensifitas lebih tinggi, ditambah lagi dengan perbahan teknologidan selera masyarakat akibat pendapatan masyarakat yang terus meningkat. Maka setiap pengusaha informal, baik disektor industri manufaktur, sektor perdagangan, maupun disektor jasa ditantang apakah mereka sanggup menghadapi atau menyesuaikan usaha mereka dengan semua perubahan ini. Misalnya, dengan makin banyaknya orang menyukai fast food services, maka pemilik-pemilik warung dan rumah makan tradisional harus memikirkan strategi agar tetap dapat bertahan di pasar yang sama (walaupun didalam segmen yang berbeda)

b. Perkembangan Pesat Teknologi

(32)

berkaitan dengan perubahan teknologi. Disini, antara lain penguatan sumber daya manusia sangat penting.

2.2.5 Peluang Pengusaha Informal

Peluang pengusaha informal untuk tetap bertahan atau berkembang, dapat dilihat dari dua sisi. Dari sisi penawaran, masih ada persoalan struktural ketenagakerjaan dalam negeri memberi peluang beras bagi pertumbuhan pengusaha informal. Dengan adanya krisis ekonomi, peluang tersebut semakin besar. Terbukti krisis ekonomi selama tahun 1998 lalu menjadi sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan output (bukan produktifitas) disektor tersebut lewat labour market

effect, yakni pertumbuhan jumlah unit usaha, pekerja dan pengusaha akibat

meningkatnya jumlah pengangguran (akibat banyak pekerja di sektor formal yang di PHK-kan).

Dorongan positif lainnya dari sisi penawaran (produksi) adalah munculnya penawaran dari sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau aliansi dengan sektor informal karena kondisi memaksa. Dengan kata lain, muncul kesempatan besar untuk melakukan kemitraan atau misalnnya subcontracting antara industri besar dengan industri kecil. Selain itu krisis ekonomi dengan kondisi nilai tukar rupiah merosot besar terhadap dolar Amerika, sebenarnya dapat memberi kesempatan ekspor lebih besar bagi industri perkembangan ekspor Indonesia secara umum dan perkembangan industri kecil pada khususnya, tidak terlalu signifikan.

(33)

kerja (pasar buruh) tetapi juga dari sisi penjaminan ketersediaan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin (pasar output).

2.3. MODAL

2.3.1 Pengertian Modal

Modal merupakan kontribusi dari investasi dalam bentuk uang maupun modal fisik (pabrik, mesin, kantor, peralatan) dan kontribusi dari modal manusia (human

capital) yaitu pendidikan umum, pelatihan khusus dalam kegiatan produksi. Modal

adalah salah satu dari tiga faktor produksi (factor of production) utama disamping tenaga kerja (labor) dan sumber daya alam (natural resource). Modal fisik (manusia) memberikan kontribusi yang berarti dalam pertumbuhan ekonomi (economic growth).

2.3.2 Akumulasi Modal dan Pembentukan Modal Adapun pengertian dari akumulasi modal yaitu :

1. Proses penambahan modal (capital stock) fisik bersih dalam suatu perekonomian dalam upaya untuk meningkatkan output. Akumulasi barang modal (capital good)

adalah gambaran dari konsumsi sebelum yang mengharuskan adanya suatu pengembalian dari modal yang didapat dalam bentuk pengembalian bunga

(interest) keuntungan (profit) semakin besar dan manfaat sosial. Tingkat

akumulasi persedian modal fisik suatu perekonomian merupakan suatu hal yang penting dalam penentuan pertumbuhan ekonomi dan digambarkan dalam beragam fungsi produksi (production function) dan model-model pertumbuhan ekonomi

(economic growth). Suatu cabang dari ilmu ekonomi, ekonomi pembangunan

(34)

pengakumulasian modal yang sesuai, bentuk modal yang dibutuhkan bentu proyek investasi untuk memaksimumkan pembangunan negara-negara terbelakang. Di negara-negara maju tingkat bunga mempengaruhi keputusan mengenai tabungan

(saving) dan investasi (investment) atau akumulasi kapital. Di sektor swasta dan secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh pemerintah. Pemerintah sendiri melakukan investasi dibidang infrastruktur. Pengawasan langsung terhadap pengakumulasian modal ini dan pengawasan tidak langsung terhadap swasta menjadi kewajiban pemerintah dalam mencapai arah pertumbuhan ekonomi yang optimal. Sifat dari pengakulasian modal atau pendalaman modal adalah juga sesuatu yang penting.

2. Proses peningkatan ketersedian modal (capital) secara internal dari perusahaan tertentu dengan menahan keuntungan yang kemudian ditambahkan pada cadangan modal.

2.4. PENDIDIKAN

2.4.1. Pengertian Pendidikan

Dalam Garis-Garis Besar Hukum Negara ditegas bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang, baik didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

(35)

Phill.Coombs ini. Ketiga bentuk pendidikan yang dikemukakan oleh Ivann Illich adalah (a) pendidikan formal, (b) pendidikan informal, (c) pendidikan subsistem.

Departemen pendidikan dan pengajaran di negara kita lebih cenderung mempergunakan istilah-istilah yang dikemukakan oleh P.Coombs untuk membedakan tiga bentuk pendidikan yang ada. Sebenarnya istilah pendidikan non formal dan pendidikan informal memiliki pengertian yang sama, yaitu menyangkut pendidikan yang diadakan diluar sekolah. Untuk itu dalam penulisan ini penulis lebih cenderung mempergunakan istilah yang dikemukakan oleh Ivann Illich dalam membedakan tiga bentuk pendidikan yang disebut diatas. Sebenarnya tiga bentuk pendidkan yang dikemukakan oleh P.Coombs dan Ivann Illich tidak berbeda. Perbedaanya hanya terletak pada penggunaan istilahnya saja.

2.4.2. Bentuk-bentuk Pendidikan

Bentuk-bentuk pendidikan yang dimaksud diatas oleh Ivann Illich, yaitu sebagai berikut :

a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal ialah pendidikan yang di selenggarakan di sekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Untuk menyelenggarakan pendidikan formal ini masyarakat telah memberikan mandat kepada sekolah agar mendidik dan dan mengajar anak-anaknya. Sekolah merupakan lembaga utama yang bertugas untuk (a) mengembangkan dan membentuk pribadi siswa, (b) mentransmisikan kulturil, (c) Intraksi sosial, (d) Inovasi dan (e) pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja.

(36)

Namun demikian sejauh manakah bentuk pendidikan formal ini mempunyai pengaruh yang jelas atas perkembangan sistem sosial ekonomi dalam masyarakat.

Yang jelas adalah selama siswa mengalami pendidikan disekolah telah dihadapkan pada peristiwa seleksi yang sangat ketat. Sehingga menyebabkan siswa yang putus sekolah dan tidak dapat meneruskan sekolah ketingkat yang lebih tinggi adalah cukup besar. Menurut pengamatan bahwa faktor sosial ekonomi memang cukup menentukan sebagai penyebab utama putus sekolah dan mengecilkan arus siswa memasuki sekolah yang lebih tinggi. Biaya dan harga sosial yang harus dibayar oleh para orang tua untuk menyekolahkan anaknya sangat besar. Keinginan membayar harga yang setingginya untuk menyekolahkan anaknya itu cukup kuat, walaupun disadari pula bahwa kesudahan pendidikan anaknya itu kadang-kadang tidak menentu.

Dengan demikian kesempatan yang teresedia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih lama hanya diikuti siswa-siswa yang berasal dari golongan ekonomi yang lebih baik. Disamping itu biaya masyarakat yang ditumpuhkan pada pendidikan itu bertambah besar sejajar dengan tingginya tingkat pendidikan. Sehingga siswa yang berhasil menduduki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat juga menikmati juga menikmati biaya masyarakat yang lebih banyak dari pada siswa yang putus sekolah.

b. Pendidikan Informal.

(37)

(Ivann Illich) pendidikan diluar sekolah dinegara kita lebih dikenal dengan istilah

non formal education” atau pendidikan non formal. Sebenarnya istilah “out off

school, non formal education, informal education,” mempunyai pengertian yang sama yaitu pendidikan diluar sekolah yang bersifat kursus-kursus yang lebih menekankan pada pengetahuan keterampilan.

Pendidikan formal ialah pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah oleh badan-badan pemerintah maupun swasta secara teratur dalam waktu yang relatif singkat yang lebih menekankan kepada kecakapan dan keterampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ketat dan tetap seperti pada pendidikan formal. Selain itu biaya pendidikan yang dipergunakan untuk membiayai program yang diikutinya itu tidak terlalu mahal. Pada bentuk informal ini sifatnya lebih fleksibel dan mungkin lebih efektif untuk mengembangkan anak pada bidang kecakapan tertentu dalam waktu yang tidak begitu lama. Oleh karena itu program pendidikan informal lebih spesifik, maka bisa dilaksanakan dalam lingkungan yang sesuai.

Namun demikian, pelaksanaan pendidikan informal tidak semudah yang seperti yang diperkirakan. Sebab untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam arti efektif dan murah sehingga dirasakan kegunaannya maka diperlukan persyaratan dan persiapan-persiapan yang lebih seksama. Diantara persyaratan yang diharapkan adalah :

(38)

2. Program pendidikan informal harus menarik baik dari hasil yang ingin dicapainya maupun dari cara pelaksanaannya. Sehingga mendapat dukungan dan partisipasi dari masyarakat untuk melancarkan program yang hendak dilaksanakan dalam pendidikan informal itu.

3. Program pendidikan informal harus diintergrasikan dengan program-program pembangunan dalam masyarakat. Sebab satu program pendidikan tidak akan berhasil kalau tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembangunan baik dibidang ekonomi maupun dibidang sosial didaerah itu.

c. Pendidikan Subsistem

Selain dari pada pendidikan formal dan pendidikan informal ada juga bentu pendidikan yang lain yang disebut dengan istilah “ subsistence education” atau pendidikan subsistem. Perkataan subsistem ini banyak sekali dipergunakan dalam tulisan-tulisan mengenai pertanian sebagai terjemahan dari perkataan “subsistence”

dari kata subsistem yang berarti hidup.

Pertanian yang subsistem dengan demikian diartikan sebagai suatu sistem bertani diman tujuan utama dari petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya (Mubyarto, 1973 :40). Istilah subsistem ini kemudian diterapkan juga kedalam bidang pendidikan untuk membedakan bentuk pendidikan yang diberikan oleh orang tua atau orang dewasa lainya kepada anak baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyarakatnya tanpa adanya pungutan biaya.

(39)

tua atau orang lain kepada anak baik dari keluarga maupun lingkungan hidupnya, tanpa mengeluarkan biaya pendidikan.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau juga dapat dipergunakan untuk mencari nafkah. Misalnya saja, seorang anak mendapatkan pendidikan subsistem dari orang tuanya atau orang lain seperti memasak, menjahit pakaian, mengemudikan mobil, membangun rumah, mencangkul sawah, memelihara ternak dan keterampilan lainnya dapat dipergunakan sebagai sumber pencarian nafkah.

Dengan demikian pendidikan subsistem dapat diartikan sebagai suatu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak tanpa biaya yang nantinya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk pendidikan subsistem ini merupakan salah satu cara yang paling murah yang harus dikembang kan dalam setiap rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga itu sendiri maupun untuk masyarakat sekitarnya

2.5 PENELITIAN TERDAHULU

Adapun penelitian terdahulu mengenai “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja sektor informal dikota Binjai”.

(40)

Metode penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian lapangan dan kepustakaan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara langsung dan kuisioner. Selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa.

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil bahwa modal dan jumlah jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan tarhadap pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai, sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pendapatan sektor informal dikota Binjai. Variabel independen yaitu modal, jumlah jam kerja dan tingkat pendidikan dapat menjelaskan secara bersama-sama variabel dependen yaitu pendapatan pekerja sektor informal dikota Binjai, dengan R- square (R2) sebesar 92%.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini di lakukan untuk mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang, adapun variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pendapatan yaitu modal, jumlah jam kerja dan tingkat pendidikan. Serta membahas yang menyangkut dengan variabel-variabel tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa dan variable-variabel yang telah diajukan terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Medan di Kecamatan Medan Selayang dengan kriteria para pengusaha informal yaitu pedagang rumah makan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

(42)

2. Data Sekunder yaitu melakukan penelitian langsung kepustakaan (Library research)

yaitu dengan membaca buku-buku, majalah ilmiah, jurnal dan sebagainya yang menurut penulis dapat membantu penelitian ini.

3.4 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi bahan penelitian adalah pengusaha informal yaitu pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu seperti pedagang rumah makan yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang.yang sesuai dengan tujuan penelitian, dan sampel yang dipergunakan adalah para pengusaha informal dengan jumlah responden sebanyak 40 orang.

3.5 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer eviews 5.0 untuk mengolah data dalam skripsi ini.

3.6 Model Analisis Data

Untuk melihat pengaruh modal, jam kerja dan tingkat pendidikan maka dilakukan analisis dengan model analisa yang digunakan dalam menganalisa data adalah model ekonometrika. Metode analisis data menggunakan persamaan Ordinary Least Squre (OLS). Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(43)

Kemudian dari fungsi tersebut diteransformasikan kedalam model persamaan regresi linier dengan spesifikasi model yaitu :

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 +µ

Dimana :

Y : Pendapatan pengusaha informal (ribuan rupiah)

X1 : Modal (ribuan rupiah)

X2 : Jam kerja (Jam)

X3 : Tingkat pendidikan (Dalam Angka)

β1,β2, β3 : Koefisien

α : Intersept / konstanta

µ : Tingkat kesalahan / terms error

Bentuk hipotesisnya sebagai berikut :

0

pedagang rumah makan) akan mengalami kenaikan ceteris paribus.

0

artinya Jika terjadi peningkatan X2 (Jam kerja), maka Y (Pendapatan

pedagang rumah makan) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

0

artinya Jika terjadi peningkatan pada X3 (Tingkat pendidikan), maka Y

(44)

3.7. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)

3.7.1 Koefisien Determinasi (R- Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variable-variabel bebas (independen variable-variabel) secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variable terikat (dependen variable)

3.7.2 Uji t-Statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variable dependen dengan menganggap variable dependen lainya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 :bi = b

Ha : bi ≠b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-I nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variable X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti

bahwa variabel dependen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

(45)

Dimana :

bi = Koefisien variabel independen ke - I

b = Nilai hipotesis nol

Se(bi) = Simpangan baku dari variabel independen ke – I

3.7.3 Uji F- Statistik

Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel. Independen secara bersama-sama (serempak) terhadap variabel dependen. Rumus untuk mencari F-hitung (F*) adalah :

R2 = Koefisien Determinan K = Jumlah Variabel Independen n = Jumlah Sampel

Ho : b1 = b2 = … = bk = 0 Ha : b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0,

Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, yang berarti nilai variabel independen

(46)

3.8. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Uji penyimpangan asumsi klasik adalah pengujian terhadap beberapa asumsi klasik untuk melihat apakah suatu model dikatakan baik atau efisien. Gujarati (2003) mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linier agar hasil tersebut dapat dikatakan baik ban efisien.

Adapun asumsi klasik yang dapat dipenuhi antara lain :

1. Model regresi adalah linier, yaitu linier didalam parameter

2. Residual variable pengganggu ( µi ) mempunyai nilai rata-rata nol (zero mean value disturbance µi )

3. Homokedastisitas atau varian dari (µi )

4. Tidak ada autokorelasi antara variable pengganggu (µi ) 5. Kevarian antara µi dan variable independen (x1) adalah nol

6. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak disbanding dengan jumlah parameter yang akan diestimasi

7. Tidak ada multikolinearitas

8. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal. Wahyu Aryo Pratomo dan Paidi Hidayat, 2007 : 88

3.8.1. Multikolinearitas

(47)

Ciri-ciri multikolinearitas ditandai dengan :

1. Standar error tidak terhingga

2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 10%, α = 5%,

α = 1%

3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

4. R square sangat tinggi

Langkah-langkah mendeteksi multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Korelasi antar variabel

Nilan R2 yang dihasilkan dari hasil estimasi model empiris sangat tinggi, tetapi tingkat signifikan variabel sangat bebas berdasarkan uji t-statistik sangat rendah (tidak ada atau sangat sedikit variabel bebas yang signifikan)

2. Menggunakan korelasi parsial

Pengujian ini dapat digunakan untuk melihat multikolinearitas antar variabel adalah dengan menggunakan uji parsial.

(48)

3.8.2. Heterokedastisitas

Suatu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah gangguan yang Dalam fungsi regresi populasi adalah homokendastik yaitu semua gangguan tadi mempunyai varians yang sama. Bila asumsi ini tidak dapat dipenuhi maka dalam penelitian tersebut terdapat heterokedastisitas yang berakibat bahwa estimasi tidak efisien. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat digunakan uji korelasi Rank Spearman dimana korelasinya dirumuskan sebagai berikut :

rs =

Di = Selisih dalam rank dua karakteristik yang berbeda

n = banyaknya sampel yang diteliti

Selanjutnya untuk memastikan apakah model memiliki gejala heterokendastisitas digunakan rumus :

t = Rs 2

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

Ho : Rs = 0 ( tidak terdapat gejala heterokendastisitas)

Ha : Rs ≠ 0 ( terdapat gejala heterokendastisitas

(49)

Ho diterima jika t-hitung< tα

Ho ditolak jika t-hitung> tα

3.8.3 Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah benar atau tidak. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah uji Ramsey (Ramsey RESET Test).

3.8.4 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah faktor pengganggu berdistribusi normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas digunakan Jarcue-Bera Test (JB Test

3.9 Defenisi Operasional

1. Pendapatan ialah seluruh uang yang diterima dan dimaksudkan akan dipergunakan untuk konsumsi dalam memenuhi biaya hidup (dalam rupiah)

2. Modal merupakan kontribusi dari investasi dalam bentuk uang yang digunakan dalam proses kegiatan usaha (dalam rupiah)

(50)
(51)

BAB IV

ANALISA DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Deskriptif Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan

a. Lokasi

(52)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Medan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan , 2007

b. Letak Geografis

Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ – 3”43’ LU dan 98”35’ – 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batasbatas sebagai berikut :

• Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

• Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

(53)

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Dari luas wilayah Kota Medan dapat dipersentasekan sebagai berikut :

1. Pemukiman 36,3 % 2. Perkebunan 3,1 % 3. Lahan Jasa 1,9 % 4. Sawah 6,1 % 5. Perusahaan 4,2 %

6. Kebun Campuran 45,4 % 7. Industri 1,5 %

8. Hutan Rawa 1,8 %

c. Jumlah Penduduk Kota Medan

Sejak tahun 1996, jumlah penduduk Kota Medan mengalami mengalami kenaikan yang cukup nyata hingga tahun 2007. pada tahun 1997, penduduk Kota Medan jumlahnya 1.730.725 jiwa, dan menjadi 6.993.601 jiwa pada akhir 2007. Pertumbuhan penduduk rata rata adalah 1,68%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 1,94%, sedangkan pertumbuhan terendah sebesar 0,08% terjadi pada tahun 1999. Kepadatan penduduk rata-rata Kota Medan adalah 7.520 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Perjuangan (22.813 jiwa/km2), sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Medan Labuhan (2.551 jiwa/km2).

(54)

Penduduk kelompok umur 15 – 64 tahun merupakan penduduk terbanyak, yaitu 1.365.218 orang (68,48% dari jumlah penduduk). Hal ini perlu diperhatikan karena usia tersebut merupakan usia produktif.

Tabel 4.2

Sebaran dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan

(55)

d. Mata Pencaharian di Kota Medan

Kota Medan merupakan ibu kota dari Propinsi Sumatera Utara yang terletak antara -270.21. – 20.47 lintang Utara -980.44 bujur Timur Kota Medan 2,5 – 37,5, meter diatas permukaan laut.

(56)

Tabel 4.3

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kota Medan

No Kecamatan Negeri Swasta ABRI Petani Nelayan Pedagang Pensiun Lainya

1 Medan tuntungan 3760 8027 273 3232 0 221 338 1660

(57)

e.Statistik Mata Pencaharian di Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan selayang terbagi atas 6 Kelurahan , mata pencaharian penduduk menurut kelurahan di Kecamatan Medan Selayang

Tabel 4.4

Komposisi mata pencaharian penduduk menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang

No. Kelurahan Negiri Swasta ABRI petani Nelayan Pedagang Pensiunan Lainnya

1 Sempaka 453 1415 32 381 0 351 67 491

2 Beringin 391 2317 37 278 0 1917 193 71

3 PB Selayang II 1881 716 569 193 0 195 119 145

4 PB Selayang I 331 1371 42 191 0 276 154 274

5 Tanjung Sari 618 2021 74 272 0 427 103 372

6 Asam Kumbang 517 323 832 293 0 157 139 0

Total 4191 8163 1584 1608 0 3323 775 5147

Sumber. Badan Pusat Statistik Medan, 2007

4.1.2. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Modal

(58)

b. Usia

Dari hasil penelitian dapat diketahuinbahwa usia responden adalah bervariasi antara 16 sampai 70 tahun. Usia responden tersebut didominasi oleh usia 30 sampai 39 tahun, usia yang dinyatakan bahwa sebagian besar mereka beradaa pada potensi fisik optimum untuk melakukan pekerjaanya. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia (tahun) Jumlah (orang) %

1 Dibawah 30 8 20

2 30 – 39 14 35

3 40 – 49 6 15

4 50 keatas 12 30

Jumlah 40 100

(Sumber : kuisioner)

(59)

c. Jumlah Jam Kerja

Berdasarkan hasil penelitian jumlah jam kerja para pedagang rumah makan tersebut bervariasi yaitu dimulai dari 4 jam sampai 18 jam perhari. Jumlah jam kerja pengusaha informal didominasi antara 5 jam sampai dengan 9 jam perhari, selanjutnya diikuti dengan 10 jam sampai 15 jam perhari. Kondisi tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Jam Kerja

No. Jumlah Jam Kerja (Jam) Jumlah %

1. 4 kebawah 3 7.5

2. 5 – 9 28 70

3. 10 – 12 9 22.5

Jumlah 40 100

(Sumber : kuisioner)

(60)

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden didominasi oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan kemudian disusul oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan responden bervariasi jumlahnya. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan selayang

No. Tingkat Pendidikan Jumlah %

1. Sekolah Dasar Ke bawah 10 25

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 15 37.5

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 15 37.5

4. Akademi 0 0

5. Perguruan Tinggi 0 0

Jumlah 40 100

( Sumber : Kuisoner )

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 40 responden pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang rata-rata tingkat pendidikan responden adalah sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 15 orang, yaitu 37,5%, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 15 orang,37,5% dan Sekolah Dasar (SD) 10 orang, yaitu 25%. Sedangkan untuk tingkat pendidikan Akademi dan Perguruan Tinggi tidak dijumpai.

(61)

BAB V

HASIL ESTIMASI DAN INTERPRETASI

5.1. Analisis dan Pengumpulan Data

Dengan melihat hubungan antara variabel bebas (independent variable) yaitu modal, jumlah jam kerja, tingkat pendidikan, terhadap variabel terikat (dependent

variable) yaitu pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang

maka digunakan model ekonometrika dengan metode analisis data yang digunakan kuadrat terkecil biasa.

(62)

5.2. Analisis Hasil Penelitian

Adapun hasil analisis regresi terhadap model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.8

Hasil analisis pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang

dengan metode Ordinary Least Square (OLS)

Dependent Variable: LPDPTN

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.201069 0.178024 12.36389 0.0000

LMD 0.653888 0.038329 17.05969 0.0000*

JK 0.025474 0.008231 3.094795 0.0038*

TP 0.016585 0.017944 0.924258 0.3615***

R-squared 0.960722 Mean dependent var 6.328133

Adjusted R-squared 0.957449 S.D. dependent var 0.374798

S.E. of regression 0.077313 Akaike info criterion -2.187273

Sum squared resid 0.215182 Schwarz criterion -2.018385

Log likelihood 47.74546 F-statistic 293.5162

Durbin-Watson stat 1.539826 Prob(F-statistic) 0.000000

Ket:

* )Signifikan pada α = 1 %

(63)

Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yaitu modal (X1), jumlah jam kerja (X2), tingkat pendidikan (X3),

terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

1. Modal

Modal berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi modal yakni sebesar 0.653888. Artinya bahwa setiap penambahan modal sebanyak seribu rupiah akan meningkatkan pendapatan sebesar 0.65 ribu atau sekitar lima ratus rupiah, cateris paribus

2. Jumlah Jam Kerja

Jumlah jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi modal yakni sebesar 0.025474.Artinya bahwa setiap penambahan waktu kerja setiap 1 jam, maka akan meningkatkan pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang sebesar 0.02 ribu rupiah atau sekitar dua puluh rupiah, cateris paribus

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi tingkat pendidikan yakni sebesar 0.016585.Artinya bahwa setiap kenaikan satu tingkat pendidikan maka akan meningkatkan pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang sebesar 0.01 ribu rupiah atau 10 rupiah, cateris paribus.

(64)

5.3 Uji kesesuaian (Test Of Goodness Fit) A. Koefisien Determinasi (R-Square)

Dari hasil analisis dengan model OLS pada tabel 4.8 maka diperoleh nilai

koefisien determinasi ( ) adalah sebesar 0.960722. Ini berarti bahwa variabel Modal (X1), dan Jumlah Jam Kerja (X2), Tingkat Pendidikan (X3), dapat menjelaskan

variabel pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang adalah sebesar 96%. sedangkan 4% dapat dijelaskan oleh variabel lainnya.

B. Uji F-Statistik (Uji Overall)

Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen.

Hipotesis : Ho : bi = 0 Tidak Signifikan

Ha : bi 0 Signifikan

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho : = = 0

diterima jika < , artinya variabel bebas secara serentak/bersama tidak mempengaruhi variabel terikat.

Ho : 0

(65)

Dari hasil regresi diketahui F-hitung = 293.5162

Dimana α = 1%, V1 = k = 3

V2 = n-k-1

40-3-1 = 36

Maka F-Tabel = 4.31

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh bahwa F-hitung> F-tabel (293.5162 > 4.31). Dengan demikian, Ha diterima yang artinya bahwa variabel modal (X1), jumlah jam

kerja (X2), tingkat pendidikan (X3) secara keseluruhan mempengaruhi besarnya

pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.

C. Uji t-statistik

1. Modal (X1)

Dari analisis regresi diketahui t- hitung= 17.05969.

Dengan α = 1% : df = n-k-1 = 40-3-1

df = 36

Maka t-tabel= 2.57

Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa nilai t-hitungvariabel modal (X1) =

(66)

nyata terhadap variabel pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang dengan selang kepercayaan 99%.

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-17.05 -2.57 0 2.57 17.05

Gambar 1. Kurva uji t-statistik variabel modal

1. Jumlah Jam Kerja (X2)

Dari analisis regresi diketahui t-hitung= 3.094795.

Dengan α = 1% : df = n-k-1 = 40-3-1

df = 36

maka t-tabel = 2.57.

Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa jumlah jam kerja (X2) signifikan

(67)

dan Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel jumlah jam kerja berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang dengan selang kepercayaan 99%.

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-3.09 -2.57 0 2.57 3.09

Gambar 2. Kurva uji t-statistik variabel jumlah jam kerja

2. Tingkat pendidikan (X3)

Dari analisis regresi diketahui t- hitung = 0.924258.

Dengan α = 10% : df = n-k-1 = 40-3-1

df = 36

maka t- tabel = 1,697

Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan\ (X3) tidak

(68)

demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan selayang dengan selang kepercayaan 90%.

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

-1.697 -0.924 0 0.924 1.697

Gambar 3. Kurva uji t-statistik variabel tingkat pendidikan

5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

1. Multikolinearitas

(69)

Dari model analisa :

Y = α + + + + µ...(1)

Modal (X1) = f( Jam Kerja (X2),Tingkat Pendidikan (X3))

Diketahui bahwa koefisien determinasi model analisa di atas (R2)= 0,963 Maka perlu dilakukan pengujian di antara masing-masing variabel independen. Hal ini penting untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen.

=α+ + + µ...(1.1)

Setelah diregresi maka diperoleh R2 = 0,563, artinya adalah variabel Modal (X1)

mampu memberi penjelasan sebesar 75 % terhadap variabel Jam Kerja (X2), tingkat

pendidikan (X3). Dari hasil R2 persamaan (1.1) dapat disimpulkan bahwa tidak ada

multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (1.1) lebih kecil dai R2 model analisis persamaan (1) yaitu : (0.563 < 0,963).

Jam Kerja (X2) = f(Modal (X1, Tingkat Pendidikan (X3))

= α + + +µ...(1.2)

Setelah diregresi maka diperoleh R2 = 0.492 yang artinya adalah variabel Jam Kerja (X2) mampu memberi penjelasan sebesar 49 % terhadap variabel Modal (X1),

Tingkat Pendidikan (X3). Dari hasil R2 persamaan (1.2) dapat disimpulkan bahwa tidak

(70)

Tingkat Pendidikan (X3) = f(Modal (X1), Jam Kerja (X2))

= α + + µ...(1.3)

Setelah diregresi maka diperoleh R2 = 0.238 artinya adalah variabel nilai tingkat pendidikan (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 23 % terhadap variabel Modal (X1),

variabel Jam Kerja (X2). Dari hasil R2 persamaan (1.3) dapat disimpulkan bahwa tidak

ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (1.3) lebih kecil dai R2 model analisis persamaan (1) yaitu : (0.238 < 0.963).

2. Autokorelasi (Serial Correlation)

Autokorelasi dapat didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan log pada model dan tidak memasukkan variabel yang penting.

Uji Durbin –Watson (DW)

Hipotesa :

: ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi

: ρ 0 berarti ada autokorelasi

(71)

k = 3 ; n = 40 ; α = 5%

dl = 1,34 ; 4-1,14 = 2,86 du = 1,66 ; 4-1,66 = 2,34

Berdasarkan hasil regresi maka diperoleh bahwa DW hitung = 1.53 dan tidak berada pada posisi du < DW < 4-du. Ini berarti Ho ditolak (ada autokorelasi positif) pada tingkat kepercayaan 95%.

0 1.34 1.53 2 2.34 2.86 4

Autokorelasi + Autokorelasi

-Ho diterima (no serial correlation)

1.66

Gambar 4

Pada hasil estimasi ini terdapat autokorelasi sehingga diperlukan langkah-langkah pada program Eviews untuk mengobati autokorelasi tersebut. Caranya adalah setiap variabel diawali dengan huruf D (difference). hal ini menunujukkan bahwa kedua variabel dibuat dalam bentuk pembedaan pertama (first difference).

(72)

inconclusive

0

1.34 2 2.46 2.86 4

Autokorelasi + Autokorelasi

-Ho diterima (no serial correlation)

1.66

Gambar 5

(73)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha informal di Kota Medan Kecamatan Medan Selayang diambil kesimpulan bahwa :

1. Modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.

2. Jumlah Jam Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang rumah makan di kecamatan Medan Selayang.

Gambar

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Medan
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, dan lama usaha terhadap pendapatan pedagang Kampoeng Batik

Hasil regresi dengan tingkat signifikan 5% menunjukkan bahwa modal, jumlah tenaga kerja dan jam kerja per hari berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil bahwa modal dan jumlah jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di kota

Untuk melihat pengaruh variabel independen yaitu modal, jam berdagang, pengalaman berdagang, sistem penjualan dan kejujuran terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pedagang

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari modal, lama usaha, lokasi usaha, tingkat pendidikan, dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang

menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel modal usaha, lama usaha, jam kerja, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan promosi online

menunjukkan bahwa semua variabel seperti modal usaha, modal kerja, jumlah jam kerja, lama usaha, tingkat pendidikan dan daerah pemasaran dapat menjelaskan semua variasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal dan jam kerja baik secara parsial maupun simultan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gulingan,