• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

IFANY DAMAYANTI

F1107013

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(3)

commit to user

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

There is no over night success ~Penulis~

Success is a journey, not a destination ~Penulis~

Kunci sukses itu ada 2, fokus dan positive feeling ~Penulis~

Tuhan itu tepat janji dan tepat waktu ~Penulis~

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Untuk Papa dan Mama tersayang yang dalam sujudnya selalu berdoa untuk kebahagiaan dan keberhasilanku. Ini sebagai tanda baktiku

untuk Papa & Mama.

Untuk kakak – kakakku tercinta Ferdian, Feriska dan Cici Kalianlah sumber kekuatanku.

Untuk sahabat karibku Caesa Septiani Putri dan Sinurmauli Fornia Gultom yang tiada henti-hentinya memberikan semangat, dukungan

serta doanya padaku

Untuk Teman-Teman Kosku Mbak Dhian, Mbak Widi, Mbak Ines & Mbak Della yang selalu menemani hari-hari dengan penuh suka.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikkum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT

karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, serta dengan usaha sungguh-sungguh,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul “ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA”, ini sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak sedikit

kesulitan dan hambatan yang penulis temui dalam penyusunan laporan magang

ini. Namun dengan bantuan serta bimbingan berbagai pihak, maka laporan

magang ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankan penulis

sampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dari beberapa pihak yang telah

meluangkan waktunya dalam membantu penyusunan laporan magang ini. Penulis

ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang

dengan sabar ,bijak serta yang telah meluangkan waktu dan fikiran dalam

mengarahkan serta memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak

langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas

(7)

commit to user

vii

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan.

4. Dwi Prasetiayani, SE, MSi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.

5. Para penguji skripsi yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran dalam memberikan masukan yang berarti pada saat ujian

skripsi.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.

7. Keluarga Besar Pasar Gede yang sangat kekeluargaan yang telah membantu

penulis melakukan penelitian, ditambahi main gamelan sareng Keluarga

Besar, gayeng ^_^. Matur Nuwun Bapak, Ibu sareng Mbak-Mbak.

8. Papa ku tercinta, terima kasih untuk semua nasehat, arahan serta kasih sayang

yang selama ini telah diberikan. I will always love you, daddy.

9. Mama ku tersayang, terima kasih perhatian yang setiap hari diberikan serta

dorongan untuk selalu sabar dan menjadi wanita yang kuat. Don’t stop loving

me, mom. I never feel so lonely because you’re always here with me.

10.Kakak-kakakku tersayang ( Mas Ferdi, Mbak Mano, Che-Che ) terima kasih

kasih sayang serta inspirasi yang selalu diberikan. I love you forever.

11.dr. Soffin Arfian dan keluarga selaku om, terima kasih banyak untuk sangkar

emasnya ^_^. Selama ponakan di Solo selalu menjaga & menghibur. Karaoke

& wisata kuliner bersama om dan keluarga sangat menyenangkan. Doakan

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

12.Sahabat-sahabatku tercinta di Bandung, Nchy, Vivi, Yanie, Noor, Fitrea,

Nenden, Cha-cha, Ricka, Cinta, Gantria, Meida, Wulan, Jesi, Meilda, Icha,

Lusie, Novi. Dimanapun kita berada, kalian sahabatku selamanya. Pepeundak

diditunya sayang-sayangkuh...

13.Teman-teman EP angkatan 2007, kakak tingkat angkatan 2006 terima kasih

atas segala bantuan dan dukungannya.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung

maupun tidak langsung telah memberi bantuan hingga terselesaikannya

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam

rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan

sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 18 Mei 2011

(9)

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Dan Ciri-Ciri Sektor Infomal ... 8

B. Definisi Bisnis Kecil ... 10

C. Definisi Pasar Tradisional, Pedagang Pasar, Pendapatan Dan Kinerja Pedagang... 12

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang ... 15

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

B. Jenis dan Sumber Data ... 23

C. Metode Pengumpulan Data ... 23

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 24

E. Definisi Operasional Variabel ... 25

F. Metode Analisis Data ... 26

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta ... 33

B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Jebres ... 43

C. Pasar Tradisional (Pasar Gede) ... 48

1. Sejarah Berdirinya Pasar Gede ... 48

2. Jenis Dagangan di Pasar Gede ... 49

3. Jumlah Pedagang dan Pendapatan di Pasar Gede ... 51

E. Karakteristik Demografi dan Sosial Pedagang di Kawasan Pasar Gede ... 51

(11)

commit to user

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76

B. Keterbatasan... 77

C. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta

Tahun 2009 ... 4

2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal ... 10

4.1 Banyaknya Kelurahan, RT dan RW di Kota Surakarta ... 35

4.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis kelamin tahun 2000-2009 ... 36

4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat KepadatanTiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009 ... 37

4.4 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009 ... 37

4.5 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surakarta ... 39

4.6 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009.. 40

4.7 Fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009 ... 41

4.8 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta Tahun 2005-2009 ... 42

4.9 Banyaknya RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008 ... 44

4.10 Pedagang Pasar Gede Menurut Umur ... 52

4.11 Pedagang Pasar Gede Menurut Jenis Kelamin dan Status Pernikahan ... 53

4.12 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendidikan Formal ... 54

4.13 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jenis Dagangan ... 56

4.14 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jam Kerja (hari) ... 57

(13)

commit to user

xiii

4.17 Pedagang di Pasar Gede Menurut Asal Modal Usaha ... 60

4.18 Pedagang di Pasar Gede Menurut Besar Modal Usaha ... 60

4.19 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendapatan ... 62

4.20 Hasil Uji Regresi Linier berganda ... 63

4.21 Hasil Uji Regresi Linier berganda ... 65

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar/Diagram Halaman

3.1 Uji t ... 28

3.2 Uji Durbin Watson... 32

4.1 Scatterplot Umur Dengan Lama Usaha ... 64

(15)

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA

Ifany Damayanti NIM. F1107013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta baik secara individu maupun bersama-sama.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan motode survey dengan bantuan instrumen kuesioner dalam pengambilan data. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kombinasi proportionated sampling dengan area random sampling. Ukuran sampel yang diambil sebanyak 150 pedagang di Pasar Gede dari populasi pedagang di Pasar Gede yaitu sebanyak 741 pedagang. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda.

Dari hasil analisis data ditemukan bahwa variabel independen yang mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede yaitu modal dan jam kerja dengan tingkat signifikansi α = 5%. Variabel independen jenis dagangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede pada tingkat signifikansi α= 5% .

Penelitian ini mengajukan saran antara lain guna mengembangkan usaha pedagang sebaiknya menyisihkan sebagian hasil keuntungan yang diperoleh untuk menambah modal dagangan sehingga pedagang mampu menambah variasi dagangan yang diperjual-belikan. Selain itu pedagang disarankan sebaiknya memliki tenaga kerja tambahan untuk membantu proses perdagangan terutama pedagang yang memiliki porsi jam kerja yang banyak. Hal ini sangat membantu pedagang dalam melayani pembeli dan proses perdagangan.

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INCOME MARKET TRADERS IN THE CITY SURAKARTA GEDE

Ifany Damayanti NIM. F1107013

Purpose of this study was to determine and analyze the influence of the variables age, length of business, capital, working hours and types of merchandise to the merchant Gede market revenues Surakarta, both individually and together.

This study is a descriptive study using survey method with the help of instruments kuisoner in data retrieval. sampling technique in this study using a combination proportionated sampling with random sampling area. The sample size is taken as many as 150 traders in Gede market from the population of Gede market traders in the 741 merchants. Data analysis techniques used to test the hypothesis is multiple linear regression analysis.

From the results of data analysis found that independent variables that have a significant influence on earnings Gede market traders in the capital and hours worked by income level significance α= 5%. The independent variable type of merchandise do not have a significant influence on the income of traders in the Gede market at the level of significance α = 5%.

This research proposed suggestions, among others, to develop business traders should set aside a portion of profits to increase the capital of merchandise so that merchants can add variety merchandise trade. Also recommended traders should have additional manpower to help process trades, especially traders who have a portion of a lot of working hours. This is very helpful in serving buyers and traders trading process.

(17)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan sektor informal berperan cukup penting dalam pengembangan

masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya,ketika program pembangunan

kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal

dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif

peluang kerja bagi para pencari kerja. ketidakmampuan pembangunan

menyediakan peluang kerja menjadikan bertambahnya jumlah pengangguran

sehingga sektor informal mampu meredam gelombang para pengangguran dan

kemiskinan tidak meledak. Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama

dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan

ekonomi. Sektor informal cukup dominan menyerap angkatan kerja khususnya di

perkotaan. Terbukti sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi anggota

masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta ketrampilan

yang sangat terbatas sektor informal mampu memegang peranan penting

menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum

berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Peran

sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan sangat diperlukan,

terutama sebagai sumber alternatif penciptaan kesempatan kerja. Sektor informal

merupakan unit usaha kecil maka modal yang diperlukan juga kecil bahkan sistem

(18)

orang-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

orang yang bekerja di sektor informal mampu mempertahankan hidupnya. Data

menunjukkan bahwa tahun 1995 tenaga kerja Indonesia yang ditampung sektor

informal berturut-turut sebesar 62,7 persen serta pada tahun 1999 sebesar 62,0

persen (SAKERNAS 1999). Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal

merupakan sektor penyangga (buffer sector) dari luapan tenaga kerja yang tidak

dapat ditampung oleh sektor formal.

Solo merupakan salah satu kota pertama di Indonesia yang dibangun

dengan konsep tata kota modern dan Pasar Gede merupakan salah satu tujuan

wisata, terutama wisatawan domestik. Selain bangunannya terkesan antik, di

bagian dalam pasar tradisional ini tampak lega, tertib, dan bersih. Bangunan

semacam ini memiliki nilai-nilai filosofi bangunan Jawa. Dalam filosofi

kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan yang ada dikomplek

keraton dikenal adanya Catur Gatra Tunggal, yaitu :

a. Kraton, merupakan pusat pemerintahan

b. Alun-alun, sebagai simbol suara rakyat

c. Masjid Agung, sebagai tempat peribadatan

d. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat

Pasar Gede Hardjonagoro adalah pasar terbesar di Kota Surakarta. Pasar ini asalah

salah satu ciri khas atau identitas Kota Surakarta, karena kekhasannya dan

aktivitasnya. Kekhasan pasar ini adalah karena Pasar Gede menjual kebutuhan

primer yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya. Pasar tradisional ini

menggabungkan konsep arsitektur Jawa-Eropa buatan 1930. Tjan Sie Ing, seorang

(19)

commit to user

legitimasi oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar 100 tahun silam. Selain

mendapat fasilitas dari Pemerintah Belanda, pimpinan kelompok Cina ini juga

mendapat konsensi dari pemerintah keraton Kasunanan Surakarta berupa hak

pengelolaan pasar tradisional Hardjonegoro, yang kemudian menjadi Pasar Gede.

Pada masa lalu pusat berkumpulnya masyarakat sebenarnya ada di pasar

tradisional. Pasar tradisional berfungsi sebagai ruang ekonomi, ruang sosial dan

ruang budaya. Sebagai ruang ekonomi karena jelas merupakan tempat jual beli.

Sebagai ruang sosial karena merupakan tempat interaksi, dan sebagai ruang

budaya terlihat dari fungsinya sebagai sarana pembelajaran. Pasar Gede mulanya

merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar,

berlokasi di persimpangan jalan dari Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang

oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten pada tahun 1930 dan

diberi nama Pasar Gede Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gede atau

“pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan

masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Di pasar Gede

terdapat berbagai jenis barang dagangan yang merupakan dagangan unggulan atau

ciri khas pasar Gede, yaitu : ikan laut, daging babi, daging sapi, ayam goreng

ditempat, dan buah-buahan. Namun pasar Gede lebih dikenal dengan pasar

buahnya atau lebih lengkapnya dagangan yang ada dipasar Gede, yaitu : wade,

grosir buah, kembang, daging sapi, daging babi, ikan laut, ayam potong, ayam

hidup, pakaian, buah, penjahit, pedagang sayur, grabatan, pedagang makanan, dan

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tabel 1.1 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009

Kecamatan

petani

sendiri Buruh tani Pengusaha

Buruh Industri

Buruh Bangunan

(Farmers) (Farm workers) (Enterpreneur) (Industry Workers)

Kecamatan Pedagang Angkutan PNS/TNI/POLRI Pensiunan Lain-Lain Retail (Transportation)

Sumber : BPS Kota Surakarta

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat di lihat, bahwa mata pencaharian

tertinggi yang berdiri sendiri di Kota Surakarta ialah pedagang (retail) yaitu

sebanyak 33.526 orang. Mata pencaharian buruh menduduki peringkat pertama

namun tidak menjadi patokan mata pencaharian yang dominan, hal ini di

karenakan buruh menggantungkan hidupnya kepada pabrik sedangkan jumlah

permintaan buruh jumlahnya tidak stabil tiap tahunnya. Mata pencaharian formal

tercatat sebanyak 26.935 orang yang terserap dan sisanya masuk ke dalam sektor

informal sehingga dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian di

sektor informal mampu menjadi sektor penyangga (buffer sector) dari luapan

(21)

commit to user

Keberadaan Pasar Gede sebagai pasar tradisional juga pasar wisata

diharapkan mampu membuka peluang kerja di sektor informal khususnya

terhadap pedagang. Pedagang adalah orang yang dengan modal yang relatif

bervariasi yang berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang atau

jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat.

Modal yang dimiliki relatif tidak terlalu besar sehingga berdagang merupakan

salah satu alternatif lapangan kerja informal yang banyak menyerap tenaga kerja.

Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal yang mampu

menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus menyerap tenaga

kerja. Pasar Gede sebagai tradisional yang digunakan sebagian masyarakat untuk

mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sebagai pasar

wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Surakarta.

Potensi Pasar Gede bila dikembangkan dan dikelola lagi akan

menguntungkan pemerintah daerah baik dari sisi financial maupun penyediakan

peluang kerja dalam sektor informal. berdasarkan latar belakang diatas maka

penelitian ini mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh umur pedagang terhadap besarnya pendapatan

yang diperoleh pedagang?

2. Bagaimanakah pengaruh lama usaha terhadap besarnya pendapatan yang

diperoleh pedagang?

3. Bagaimanakah pengaruh modal terhadap besarnya pendapatan yang

diperoleh pedagang?

4. Bagaimanakah pengaruh jam kerja terhadap besarnya pendapatan yang

diperoleh pedagang?

5. Bagaimanakah pengaruh jenis dagangan terhadap besarnya pendapatan

yang diperoleh pedagang?

6. Bagaimanakah pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan

jenis dagangan terhadap pendapatan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel umur terhadap

pendapatan pedagang di Pasar Gede.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel lama usaha

(23)

commit to user

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel modal terhadap

pendapatan pedagang di Pasar Gede.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel jam kerja terhadap

pendapatan pedagang di Pasar Gede.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel jenis dagangan

terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.

6. Untuk mengetahui pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja

dan jenis dagangan terhadap pendapatan?

D. Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat

sebagai berikut :

1. Secara pribadi, penulis memperoleh banyak pengalaman dan merupakan

penerapan dan evaluasi terhadap teori yang telah diperoleh selama masa

perkuliahan.

2. Dapat dijadikan referensi berikutnya.

3. Sebagai motivasi bagi pedagang di Pasar Gede dalam mengembangkan

usahanya dalam rangka peningkatan pendapatan yang diperoleh.

4. Sebagai bahan pertimbangan sektor informal yang berwenang untuk

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Ciri-Ciri Sektor Informal

Definisi sektor informal menurut Ebert dan Griffin (2000;150) dalam

Alma Buchari (2006:95) ialah suatu usaha yang dimiliki dan dikelola secara

bebas dan yang menjalankan bisnis adalah pemiliki sendiri, bekerja bebas

sesuai kesanggupannya.

Definisi teoritis sektor informal adalah sebagai berikut sektor informal

terdiri dari unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan

barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan

pendapatan bagi diri sendiri dan bahwa usahanya itu sangat dihadapkan

berbagai kendala seperti faktor modal, maupun manusia (pengetahuan) dan

faktor-faktor ketrampilan (Hidayat, 1983:560).

Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya di sektor

informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka

tidak mempunyai ketrampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja.

Oleh sebab itu, produktifitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah

daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu,

mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan

keselamatan kerja dan fasilitasfasilitas kesejahteraan seperti yang dinikmati

rekan-rekan yang berada di sektor formal, misalnya tunjangan keselamatan

(25)

commit to user

Adapun ciri-ciri sektor informal antara lain (Alma Buchari, 2006:96) :

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik.

2. Belum mempunyai izin usaha yang resmi.

3. Teknologi yang digunakan sangat sederhana.

4. Modal dan perputaran usaha sangat kecil.

5. Pendidikan formal dari para pengelolamya tidak menjadi

pertimbangan dalam membuka usaha.

6. Usahanya bersifar mandiri, jika ada karyawan biasanya dari keluarga

sendiri.

Pengertian ciri-ciri sektor informal yang diberikan oleh Committe for

Economic Development ialah (Alma Buchari, 2006:95) :

1. Manjemennya dilakukan secara bebas, biasanya pemilik langsung

menjadi manajer.

2. Modal berasal dari pemilik atau kelompoknya.

3. Daerah operasionalnya bersifat lokal, dan si pemilik bertempat

tinggal tidak jauh dari lokasi bisnis.

4. Dalam hal usaha industri ukuran besar dan kecil itu sangat relatif.

Suatu bisnis dikatakan kecil jika dibandingkan dengan bisnis yang

sejenis.

Clifford M.Baumback Ph.D menyatakan ciri sektor informal ialah (Alma

Buchari, 2006:98) :

1. Manjemen oleh pemilik.

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Daerah operasional bersifat lokal.

4. Permodalan sangat bergantung pada sumber dari dalam bisnis.

Setelah diuraikan beberapa ciri sektor informal maka secara umum

dapat diuraikan perbedaan karakteristik antara sektor formal dan sektor

informal sebagai berikut, menurut Alan Gilbert dan Josef Gugler dalam

Rasida Nur Hapsari (2004) :

Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal

No. Sektor Informal Sektor Formal

1. Mudah untuk dimasuki. Sulit untuk dimasuki. 2. Bersandar pada sumber daya

lokal.

Sering bergantung pada sumber daya luar negeri.

3. Usaha milik sendiri. Pemiliknya patungan. 4. Operasinya dalam skala kecil. Operasinya berskala luas. 5. Padat karya dan teknologinya

bersifat adaptif.

Padat modal dan seringkali menggunakan teknologi impor.

6. Ketrampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal.

Membutuhkan ketrampilan yang berasal dari sekolah formal, bahkan seringkali berasal dari luar negeri.

7. Tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.

Pasar diproteksi (melalui tarif, kuota dan tarif dagang).

Sumber : Laporan ILO 1976

B. Definisi Bisnis kecil

Di Indonesia bisnis kecil sering disebut sektor informal, yaitu suatu

kegiatan bisnis yang dilakukan sambilan, oleh seseorang dibantu sanak famili.

Kegiatan bisnis kecil yang bergerak dalam bidang perdagangan dapat

diklasifikasikan secara garis besar yaitu (Alma Buchari, 2006:95) :

1. Skala besar, dengan modal lebih dari 100 juta.

2. Skala menengah dengan modal Rp.25 juta – Rp.100 juta.

(27)

commit to user

Kegiatan bisnis kecil memiliki kelebihan dan kelemahan dalam

pelaksanaannya. Kelemahan usaha kecil yaitu (Alma Buchari, 2006:99) :

1. Pendapatan pengusaha bisnis kecil tidak mementu, tidak tetap

dibandingkan dengan menerima gaji tetap dari perusahaan.

2. Resiko pengusaha lebih besar, dibandingkan dengan sesorang yang bekerja

di perusahaan.

3. Dalam keadaan sulit maka saat-saat membayar gaji pegawai dirasakan

merupakan beban berat. Tetapi keadaan ini tidak akan terasa bila keadaan

telah lancar kembali.

4. Pengusaha dibatasi geraknya oleh berbagai peraturan yanh dikeluarkan oleh

pemerintah pusat, kotamadya, kecamatan, RT, RW dan sebagainya.

Peraturan – peraturan ini mungkin di anggap sebagai penghamabat oleh

pengusaha yang belum berpengalaman, terutama pada saat permulaan

bisnis beroperasi.

Kelebihan bisnis kecil antara lain :

1. Pengusaha memiliki kebebasan yang luas dalam menjalankan usahanya

sendiri. Ini merupakan satu keuntungan bagi pengusaha karena hidup

aman dan tidak ada tekanan.

2. Pengusaha mampu mengekspresikan ide-ide yang dimiliki dengan mudah.

Tidak seperti bisnis besar yang banyak melalui birokrasi sehingga untuk

mengekspresikan ide cenderung sulit.

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

4. Pengusaha bisnis kecil lebih cenderung mudah mendapatkan penghargaan

masyarakat, dibandingkan seseorang yang bekerja di perusahaan.

C. Pengertian Pasar Tradisional, Pedagang Pasar, Pendapatan, dan Kinerja

Pedagang

Ditinjau dari perspektif ekonomi, pasar adalah wahana pertemuan antara

penjual dengan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar tradisional

merupakan sarana tempat berlangsungnya transaksi jual beli, dimana

pedagang secara langsung dan kontinyu memperdagangkan aneka barang dan

jasa. Bentuk fisik pasar tradisional biasanaya terdiri dari los dan kios

sederhana, relatif kurang terawat dan terkesan kumuh (Sinungan, 1987 dalam

jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Kebanyakan menjual kebutuhan

sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayursayuran,

telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain

Pasar adalah tempat dimana para pembeli dan para penjual dari suatu

barang atau jasa melakukan interaksi untuk menentukan jumlah dan harga

barang atau jasa yang diperjualbelikan (Sukirno, 2002;42)

Salah satu karakterisktik yang menonjol dari pasar tradisonal adalah

banyaknya pedagang yang menjual jenis barang dagangan yang sama. Selain

itu penentuan harga barang dilakukan melalui proses tawar menawar.

Walaupun harga barang relatif murah namun kualitas dan kebersihan barang

kurang diperhatikan (Sinungan, 1987 dan Alexander, 1987 dalam jurnal

(29)

commit to user

Salah satu fungsi dari pasar adalah sebagai fasilitas umum untuk melayani

kebutuhan sehari-hari masyarakat. Meskipun secara fisik suasana berbelanja

di pasar tradisional kurang menyenangkan, namun pasar tradisional

mempunyai jangkauan pelayanan yang luas kepada masyarakat. Berdasarkan

survey yang dilakukan oleh Asosiasi Pengecer dan Pusat Pertokoan Indonesia

(AP3I) di Jakarta setiap hari hampir sejuta orang yang berbelanja ke pasar

tradisional. Bahkan pangsa pasarnya mencapai 50% dari seluruh konsumen

(Sinungan, 1987 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008).

Sebagai pusat perdagangan kota, pasar merupakan unsur penggerak

kegiatan perekonomian kota dan sebagia unsur utama pembentuk struktur tata

ruang kota. Oleh karena itu. Kawasan perdagangan kota pada umumnya

tumbuh dan berkembang dari adanya pasar (Ali, 1994 dalam jurnal NeO-Bis

vol.2 no.2.Desember 2008). Secara langsung pasar memberi kesempatan

pekerjaan dan berusaha kepada mantri pasar, tukang parkir, pemasok barang,

buruh angkut, penjaga malam, renternir dan pemulung

Pedagang pasar adalah spekulatif yang tidak berani mengambil resiko

jangka panjang dan cenderung untuk memencarkan resiko dan laba (Geertz,

1992;44).

Pendapatan atau keuntungan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh

pengusaha, setelah dikurangi oleh ongkos yang tersembunyi (Sadono Sukirno,

1982:38). Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan dari kegiatan usaha

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pemimpin usaha memproduksi barang dan jasa dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan.

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan

maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari warga

masyarakat dalam transaksi jual-beli. Pendapatan diperoleh apabila terjadi

transaksi antar pedagang dan pembeli dalam satu kesepakatan bersama.

Kinerja dalam suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi yang

diperlihatkan dalam rangka meningkatkan kuantitas maupun kualitas daripada

output yang dihasilkan. Untuk mengetahui kinerja dari perusahaan dapat

dilihat dari laporan keuangan, yaitu neraca perhitungan rugi/laba, laporan

perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan ( Wijayanti,

2003:14 ). Begitu pula dengan usaha pedagang pasar, kinerja pedagang adalah

suatu proses inovatif dari pedagang untuk meningkatkan keuntungan usahanya.

Berhasil tidaknya kinerja suatu perdagangan, dilihat dari besarnya laba yang

diperoleh. .

Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan antara hasil penjualan dan

biaya produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari

biaya produksi, dan kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang dari

biaya produksi. Keuntungan yang maksimum dicapai apabila perbedaan

diantara hasil penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang paling

(31)

commit to user

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang

1) Umur

Umur merupakan sebagian dari pengalaman usaha selama

melakukan kegiatan pemasaran produknya. Pengusaha yang lebih lama

berjualan biasanya memiliki pengalaman yang cukup dalam untuk

mempertahankan usahanya. Asumsinya semakin banyak pengalaman yang

alami semakin matang umur pedagang.

2) Lama Usaha

Jangka waktu pengusaha dalam melakukan usahanya memberikan

pengaruh penting bagi pemilihan strategi dan cara melakukan usahanya,

dan sangat bervariasi antara pengusaha satu dengan pengusaha yang

lainnya. Pengusaha yang lebih lama dalam melakukan usahanya akan

memiliki strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola,

memproduksi dan memasarkan produknya. Karena pengusaha yang

memiliki jam terbang tinggi di dalam usahanya akan memiliki

pengalaman, pengetahuan serta mampu mengambil keputusan dalam

setiap kondisi dan keadaan. Selain itu, pengusaha dengan pengalaman dan

lama usaha yang lebih banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan

jaringan atau koneksi yang luas yang berguna dalam memasarkan

produknya. Pengalaman usaha seseorang dapat diketahui dengan melihat

jangka waktu atau masa kerja seseorang dalam menekuni suatu pekerjaan

tertentu. Semakin lama seseorang melakukan usaha/kegiatan, maka

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dimasukkan ke dalam pendidikan informal, yaitu pengalaman sehari-hari

yang dilakukan secara sadar atau tidak dalam lingkungan pekerjaan dan

sosialnya (Wijayanti, 2005:18).

Lamanya seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan

mepengaruhi kemampuan profesionalnya. Semakin lama menekuni bidang

usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan tentang selera

ataupun perilaku konsumen. Keterampilan berdagang makin bertambah

dan semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil

dijaring.

3) Modal

Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perdagangan

adalah modal. Didalam persepsi pasar yang dimaksud dengan modal atau

biasanya disebut pawitan (bahasa jawa) adalah sejumlah barang dagangan

dan bukannya dalam pengertian uang (Alexander, 1987 dalam jurnal

NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Beberapa hasil penelitian terhadap

pedagang sektor informal menunjukan terdapatnya kaitan langsung antara

modal dengan tingkat pendapatan pedagang (Tjiptoroso, 1993; jafar,1994;

Santayani, 1996 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Modal

yang relatif besar akan memungkinkan suatu unit penjualan menambah

variasi komoditas dagangannya. Dengan cara ini berarti akan makin

memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar.

Modal adalah pada umumnya sumber permodalan bisnis kecil

(33)

commit to user 1. Uang tabungan sendiri

2. Dari kawan atau relasi

3. Pinjaman barang dagangan

4. Kredit bank

5. Laba yang diperoleh.

4) Jam Kerja

Jam kerja lamanya waktu yang digunakan untuk menjalankan

usaha. Dimulai sejak persiapan sampai pasar tutup. Adapun jam kerja

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh

para pedagang pasar tradisional dalam menjajakan barang dagangannya

setiap hari. Hal ini banyak tergantung dari berbagai hal seperti jenis barang

dagangannya, kecepatan laku terjual barang dagangan, cuaca dan

sebagainya, yang dapat mempengaruhi jam kerja pedagang.

Jones G dan Bondan Supraptilah membagi lama jam kerja

seseorang dalam satu minggu menjadi tiga kategori yaitu ( Ananta dan

Hatmaji,1985:75):

a. seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Jika seseorang

bekerja dibawah 35 jam per minggu, maka ia dikategorikan bekerja

dibawah jam normal.

b. seseorang yang bekerja antara 35 sampai 44 jam per minggu. Disini

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. seseorang yang bekerja diatas 45 jam per minggu. Bila seseorang

dalam satu minggu bekerja diatas 45 jam, maka ia dikategorikan

bekerja dengan jam kerja panjang.

5) Jenis Dagangan

Jenis dagangan adalah jenis barang yang dijual di pasar tradisional.

Biasanya jenis barang yang diperdagangkan meliputi berupa ikan, buah,

sayursayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan

lain-lain. Kebutuhan masyarakat pada umumnya tersedia di pasar tradisional

dan proses transaksi jual beli yang dilakukan yaitu dengan cara tawar

menawar sehingga konsumen dapat memperoleh barang yang diperoleh

dengan harga yang relatif murah di pasar tradisional.

E. Kerangka Pemikiran

P E N D A P A T A N

UMUR

LAMA USAHA

MODAL

JAM KERJA

JENIS

(35)

commit to user

Dalam kerangka teoritis diatas terlihat bahwa pendapatan merupakan variabel

dependen, sedangkan umur, lama usaha, kam kerja, modal dan jenis dagangan

merupakan variabel independen. Skema tersebut mengatakan bahwa

pendapatan pedagang Pasar Gede dipengaruhi oleh umur, lama usaha, modal,

jam kerja dan jenis dagangan.

F. Hipotesis

Merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diujikan

kebenarannya, dalam penelitian ini maka hipotesisnya sebagai berikut:

1. Variabel umur memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.

2. Variabel lama usaha memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.

3. Variabel modal pengaruh yang positif terhadap pendapatan.

4. Variabel jam kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.

5. Variabel jenis dagangan pengaruh yang positif terhadap pendapatan.

6. Secara bersama-sama variabel umur, lama usaha, jam kerja, modal dan

jenis dagangan memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.

G. Penelitian Sebelumnya

Asmie Poniwatie.2008.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Tingakt Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta.Jurnal

NeO-Bis.vol.2.No.2. dalam penelitian ini diperoleh hasil faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tradisonal di kota Yogyakarta

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

usaha yang dijalankan. Diantara ketiga faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan pedagang pasar, maka modal usaha merupakan faktor yang paling

dominan mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar. Tingkat

pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional di Kota Yogyakarta

rata-rat sebesar Rp.479.000,00 per-minggu. Sedangkan jumlah modal usaha

yang digunakan rata-rata sebesar Rp.479.000,00 per minggu. Sedangkan

jumlah modal yang digunakan rata-rata sebesar Rp.3.583.000,00. Pedagang

pasar tradisional di kota Yogyakarta beroperasi atau menjalankan usaha yang

dimulai sejak persiapan sampai pasar tutup rata-rata selama 46,02 jam

perminggu atau rata-rata selama 6,57 jam perhari. Hal ini menunjukan bahwa

rata-rata waktu operasi pedagang pasar tradisional sudah cukup wajar bial

dikaitkan dengan pendapatan yang diperoleh. sedangkan jumlah tenaga kerja

yang digunakan pedagang pasar rata-rata berjumlah 2 orang. Hal ini

menggambarkan bahwa usaha perdagangan di pasar tradisonal di kota

Yogyakarta telah menekuni usahanya rata-rata selama 6 tahun. Hal ini

menunjukan bahwa usaha perdagangan pasar cukup prospektif sebagai sumber

penghidupan yang memungkinkan pelakunya memperoleh pendapatan yang

layak.

Ahmad Iqbal Baq.2000.Strategi Usaha Rumah Tangga Pedagang Kaki

Lima Minangkabau Di Kawasan Malioboro Kotamdya Yogyakarta.Jurnal

TEKNOSAINS.vol.13.No.3. dalam penelitian ini diperoleh hasil tiap sepuluh

rumah tangga terdapat lima anggota rumah tangga yang bekerja pada

(37)

commit to user

Malioboro. Kecilnya proporsi itu dibandingkan dengan yang membantu usaha

dagang karena jam kerja yang cukup panjang rata-rata hampir mencapai 11

jam setiap hari. Rata pendapatan satu rumahtangga adalah Rp.21.997,-/hari

sedangkan rata-rata sumbangan pendapatan yang diperoleh dari

trotoarmalioboro mencapai Rp. 16.608,-/hari (75,5 persen). Jadi sumbangan

pendapatan diluar usaha dagang yang dijajakan di trotoar untuk rumahtangga

cukup signifikan. Sumbangan pendapatan itu cukup besar untuk mencukupi

kebutuhan hidup rumah tangga, artinya pendapatan yang diharapkan dari

Malioboro diperkirakan kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo (studi kasus

di pasar nguter kecamatan nguter) “ oleh Nur Rahmat Wahyudi pada tahun

2010. Ia menggunakan 169 responden yaitu pedagang di Pasar Nguter

Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

modal, pengalaman usaha, tenaga kerja, dan jam kerja terhadap pendapatan

yang diperoleh pedagang. Hasil yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya

pendapatan pedagang di Pasar Nguter adalah modal dan jam kerja. Sedangkan

faktor-faktor pengalaman usaha dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadapa

pendapatan pedagang di Pasar Nguter Kota Sukoharjo. Penelitian ini

menghasilkan bahwa variabel modal adalah variabel yang paling besar berpengaruh

terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang.

Penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Wijayanti pada tahun 2005. Ia menggunakan 75 responden yaitu pedagang

kaki lima di kawasan alun-alun Setya Negara Sukoharjo. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pedagang, pengalaman usaha, jam

kerja, lokasi berdagang, cara berdagang, dan jenis barang dagangan terhadap

keuntungan pedagang kaki lima. Hasilnya yang mempunyai pengaruh

terhadap besarnya keuntungan adalah faktor jam kerja, lokasi usaha, dan cara

berdagang. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap keuntungan

pedagang kaki lima adalah umur pedagang, pengalaman usaha, dan jenis

(39)

commit to user

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

yang menganalisis faktor-faktor yang berhubungan terhadap pendapatan para

pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta. Lokasi penelitian di Pasar Gede ,

Jebres, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer : data tentang pedagang yang dikumpulkan melalui

wawancara dari responden dengan menggunakan kuisioner.

b. Data Sekunder : data tentang pedagang yang diperoleh dari lembaga atau

instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Surakarta dan dari

literatur-literarut atau sumber-sumber lain yang terkait dengan data yang digunakan.

C. Metode Pengumpulan Data

1) Observasi

Pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian sehingga dapat

mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk proses penyelesaian

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2) Interview

Wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian ini.

3) Kuisioner

Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan terlebih

dahulu yang kemudian diberikan kepada pedagang yang bekerja di Pasar

Gede.

4) Studi Pustaka

Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik di buku, jurnal,

majalah, koran, internet atau data yang berasal dari dinas atau instansi

yang berhubungan dengan masalah penelitian.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Ukuran Populasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Teknik pengambilan data dari penelitian ini adalah seluruh pedagang yang

membuka usaha dagang di Pasar Gede, yaitu sebanyak 741 pedagang yang

meliputi pedagang wade, grosir buah, kembang, daging sapi, daging babi,

ikan laut, ayam potong, ayam hidup, pakaian, buah, penjahit, pedagang

sayur, grabatan, pedagang makanan, dan oleh-oleh khas Solo.

2. Ukuran Sampel

Pengolahannya diambil secara proporsional. Adapun sampel

(41)

commit to user

Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2002:112), bahwa apabila

subyeknya kurang dari seratus sebaiknya diambil semuanya sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun apabila subyek

jumlahnya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, atau lebih.

3. Teknik sampling yang digunakan adalah

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

kombinasi proportionated sampling dengan area random sampling. Jumlah

sampel dalam setiap stratum ditentukan secara proposional. Yang

dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum

sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel Dependen/Tak bebas :

Pendapatan adalah adalah jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari

aktivitasnya, dengan satuan rupiah.

Variabel independen/Bebas meliputi :

a. Umur adalah usia dari pedagang, dengan satuan tahun.

b. Lama usaha adalah waktu yang dilalui oleh responden berdagang dari

semenjak responden melakukan kegiatan usaha pertama kali sampai

sekarang, dengan satuan tahun.

c. Modal adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh pedagang untuk

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

d. Jam kerja adalah waktu lama responden melakukan kegiatan perdagangan

setiap harinya, dengan satuan jam.

e. Dummy Jenis Dagangan adalah macam-macam yang dijual oleh

pedagang.

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode analisa kuantitatif. Analisa

kuantitatif adalah analisa dengan menggunakan rumus-rumus dan teknik

perhitungan yang dapat digunakan untuk menganalisa masalah-masalah yang

diteliti. Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesa, dalam

penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda

dengan metode Ordinary Least Square yaitu analisis peramalan yang

menggunakan lebih dari satu macam variabel bebas. Dengan cara ini maka kita

dapat mengetahui sejauh mana hubungan umur, lama usaha, modal, jam kerja

dan jenis dagangan sebagai variabel independen (variabel yang menjelaskan)

terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede sebagai variabel dependen

(variabel yang dijelaskan). maka digunakan model regresi berganda dan dapat

dirumuskan model fungsi sebagai berikut :

Y = f {X1, X2, X3, X4, X5} (3.1)

Dimana :

Y : Pendapatan Pedagang (satuan rupiah)

(43)

commit to user X2 : Lama Usaha (satuan tahun)

X3 : Modal (satuan rupiah)

X4 : Jam Kerja (satuan jam)

X5 : Jenis Dagangan, dinyatakan dalam Dummy

0 = Bukan sembako

1 = Sembako

Dari fungsi tersebut kemudian diturunkan menjadi persamaan regresi sebagai

berikut :

Y = α0+ β1X1+ β2X2 + β3X3+ β4X4+ β5X5 + ei (3.2)

1. Alat Uji yang digunakan

Pada hipotesis tersebut kemudian dilakukan pengujian yang

meliputi uji statistik dan uji asumsi klasik.

a. Uji Statistik

1) Uji t

Uji t adalah pengujian untuk mengetahui signifikansi

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen,

dengan analisis sebagai berikut:

Hipotesis : Ho : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jika H0 ditolak, maka koefisien regresi signifikan pada tingkat α

Perhitungan nilai t :

ditolak artinya koefisien regresi variabel independen

tidak mempengaruhi variabel dependen secara

(45)

commit to user

2) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya koefisien regresi variabel

independen mempengaruhi variabel dependen secara

signifikan.

2) Analisis koefisiensi determinasi berganda (R2)

Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa jauh

variasi variabel bebas atau independent variabel dapat

menerangkan dengan baik variabel terkait atau dependen variabel.

Hal ini dapat dilihat dan nilai R2nya. Analisis koefisien determinasi

berganda mempunyai ketentuan sebagai berikut: Jika R2 mendekati

0, maka variabel yang dipilih tidak dapat menerangkan variabel

terkaitnya dan jika R2 mendekati 1, maka variabel bebas yang

dipilih dapat menerangkan dengan baik variabel terkaitnya:

Formula penguji adalah sebagai berikut;

a. Pengujian secara serentak ( Uji F-test)

Uji F ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terkait. Tahap

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Hipotesa : Ho: b1= b2= b3=b4=b5= b6 = 0

Ha: b1= b2= b3=b4=b5= b6≠ 0

F hitung rumusnya : F =

R2 : Koefisien determinasi berganda

N : Jumlah sampel

k : Banyaknya parameter total yang diperkirakan

F-tabel ditentukan level of signifikan (α = 0,05) dengan (n-k, k-1)

Dimana : F : F-hitung

Jika F-hitung <F-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya

koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama tidak

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan pada tingkat α.

Jika F-hitung >F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima , artinya

koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependen secaea signifikan pada tingkat α.

b. Uji asumsi klasik

1) Multikolinearitas

Untuk mengetahui hubungan antara beberapa atau semua

variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model

tersebut terdapat Multikolinearitas maka model tersebut memiliki

kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat

ditaksir dengan ketepatan tinggi. Cara pengujiannya adalah dengan

menggunakan metode Klein, yaitu dengan membandingkan nilai r2

(47)

commit to user

Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah Multikolinearitas.

Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah Multikolinearitas.

2) Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah bahwa

variansi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain adalah

tidak sama. Apabila variansi tersebut tidak sama, maka berarti

telah terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas

untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan

Uji White bantuan program Eviews. Perintah yang dapat dilakukan

adalah dengan meregresi variabel bebas dan variabel terikat,

kemudian dari hasil dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai

Obs*R-squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu dibandingkan

dengan nilai chi-squared tabel dengan df sesuai jumlah regresor

dan level of significant yang dipakai.

Jika nilai chi-square lebih besar dari nilai Obs*R-squared

(tidak signifikan), maka tidak terdapat heteroskedastik dalam

model tersebut.

Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik

tidak mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas.

3) Autokorelasi

Untuk mengetahui adanya autokorelasi antara variabel

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

maupun sampel besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi

adalah dengan percobaan Durbin-Watson (d-test), dimana prosedur

Durbin Watson test adalah sebagai berikut:

Menghitung nilai d dengan menggunakan rumus:

d =

dan du dalam tabel Durbin-Watson

Hipotesis :

Gambar III.2 Uji Durbin Watson

(49)

commit to user

33

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta

Deskripsi Kota Surakarta ditinjau dari aspek geografis, sosial dan

ekonomi berdasarkan dari BPS Kota Surakarta sebagai berikut :

1. Keadaan Geografis

a. Letak Geografis

Kota Surakarta terletak di provinsi Jawa Tengah, terletak

antara 110015"-110035" Bujur Timur dan 7036"-7056" Lintang

Selatan. Sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara

Semarang. Kota ini berada di dataran rendah ( ± 92 m dari permukaan

laut) yang diapit Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu di timur.

Surakarta memiliki iklim muson tropis dengan temperatur berkisar

antara 24,9°C sampai dengan 28,6°C sedangkan kelembaban udara

berkisar antara 66% - 86%.

Batasan wilayah Kota Surakarta secara administratif ialah :

Sebelah utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah selatan : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

b. Luas Wilayah

Luas wilayah Kota Surakarta yaitu 44,04 km2, yang dibagi

menjadi lima kecamatan, berikut kecamatan di Surakarta beserta

kodeposnya, antara lain :

· Kecamatan Banjarsari (57130)

· Kecamatan Jebres (57120)

· Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan, 57140)

· Kecamatan Pasar Kliwon (57110)

· Kecamatan Serengan (57150)

Luas penggunaan tanah di Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha,

yang terdiri dari luas tanah perumahan/pemukiman (House Compound)

2.737,48 Ha, tanah perusahaan (Establishment) 287,48 Ha. Tanah

Industri (Manufacture) 101,42 Ha. Tanah kosong (Fallow Land) 53,38

Ha. Tegalan (Dryland) 83,96 Ha. Tanah sawah (Wet land) 146,17.

Tanah kuburan (Cemestry) 72,86 Ha. Tanah lapangan olah raga

(Sportryard) 65.14 Ha. Tanah taman kota (City Park) 31,60 Ha. Tanah

jasa (Services) 427,13 Ha dan luas tanah lain-lain (other) 397,44 Ha.

c. Pemerintahan

Pembagian Wilayah Administrasi

Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 kecamatan, 51

Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan RT sebanyak 2.669.

(51)

commit to user

Tabel 4.1 Banyaknya Kelurahan, RT dan RW di Kota Surakarta

No Kecamatan Kelurahan RW RT

1 Banjarsari 13 169 851

2 Jebres 11 149 631

3 Laweyan 11 105 454

4 Pasar Kliwon 9 100 424

5 Serengan 7 72 309

Jumlah 51 595 2669

Sumber : Bagian Pemerintahan Umum Kota Surakarta

d. Penduduk dan Tenaga Kerja

1) Kependudukan

Berdasarkan hasil estimasi survei penduduk antar sensus

bahwa tahun 2009 jumlah penduduk Kota Surakarta mencapai

528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89.38; yang

artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat

sebanyak 89 penduduk laki-laki. Pada tahun 2009 jumlah

penduduk di Kota Surakarta yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 249.287 orang sedangkan yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 278.915 orang. Jumlah ini mengalami

kenaikan dari tahun 2008. Berikut tabel jumlah penduduk Kota

(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis kelamin tahun 2000-2009

Tahun Jenis Kelamin Total Ratio Jenis Kelamin

Sumber : BPS Kota Surakarta

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah penduduk

terbanyak di Kota Surakarta yaitu pada tahun 2005 sebanyak

534.540 orang. Tahun 2006 penduduk Kota Surakarta mengalami

penurunan jumlah penduduk. Namun hingga saat ini jumlah

penduduk di Kota Surakarta tiap tahunnya mengalami kenaikan,

terhitung dari 2006 sampai dengan tahun 2009.

Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun

2009 mencapai 11.988 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kota

Surakarta terdapat di Kecamatan Serengan. Berikut tabel luas

wilayah, jumlah penduduk, rasio jenis kelamin dan tingkat

(53)

commit to user

Tabel 4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat KepadatanTiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009

penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh industri. Berikut

tabel penduduk Kota Surakarta per kecematan menurut mata

pencaharian tahun 2009.

(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Kecamatan Pedagang Angkutan PNS/TNI/

POLRI Pensiunan

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penduduk

bermata pencaharian buruh indusri (Industry Workers) sebanyak

68.556 orang. Akumulasi tersebut menjadi mata pencaharian

tertinggi di Kota Surakarta tahun 2009.

e. Sosial

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam

meningkatkan sumber daya manusia. Ketersediaan fasillitas

pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang

dalam meningkatkan pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas

Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta tahun 2009 jumlah

sekolah taman kanak-kanak terdapat 289 buah, jumlah sekolah

dasar sebanyak 272 buah, jumlah sekolah lanjutan tingkat pertama

sebanyak 79 buah, jumlah sekolah menengah atas sebanyak 42

buah, jumlah sekolah menengah kejuruan sebanyak 47 buah,

(55)

commit to user

perguruan tinggi swasta sebanyak 29 Buah. Berikut tabel jumlah

sekolah menurut kecamatan di Kota Surakarta.

Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surakarta

Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta

Perguruan Tinggi

Negeri Swasta

3 29

Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta

2) Kesehatan

Sarana kesehatan di Kota Surakarta pada tahun 2009 tidak

mengalami perubahan, hanya ada sedikit peningkatan terhadap

jumlah tenaga kesehatan seperti : dokter, dokter gigi dan tenaga

kesehatan lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota

Surakarta, pada tahun 2009 jumlah fasilitas kesehatan yang ada

terdiri dari 12 Rumah Sakit, 17 Puskesmas, 25 Puskesmas

Pembantu, 17 Puskesmas Roda 4, 1 Gudang Farmasi, 138 Apotek

dan 26 Toko Obat. Sementara iitu tenaga kesehatan (tidak

termasuk yang di rumah sakit) yang tersedia dari dokter spesialis

(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2.027 orang, bidan 261 orang, tenaga farmasi 341 orang, tenaga

gizi 62 orang dan tenaga keteknisan lainnya 284 orang.

3) Pemeluk Agama dan Tempat Peribadatan

Setiap penduduk berhak memilih agama sesuai

kepercayaannya masing-masing. Agama memiliki arti penting

dalam hidup seseorang, tidak hanya sebagai identitas namun juga

sebagai pembentuk perilaku yang etis terhadap lingkungan sekitar

dalam bergaul dan beradaptasi. Kota Surakarta merupakan daerah

yang penduduknya memeluk agama islam (Moslem), tercatat

bahwa di Kota Surakarta pemeluk agama islam 438.323 jiwa.

Tabel 4.6 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota

(Catholic) (Protestan) (Moslem) moslem

(%)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pemeluk

agama islam di Kota Surakarta terbanyak ada di Kecamatan

Banjarsari yaitu sebanyak 130.892 jiwa atau 30% dari pemeluk

agama islam di 4 kecamatan lainnya. Peringkat kedua pemeluk

agama kristen protestan yaitu sebanyak 69.497 jiwa. Peringkat

(57)

commit to user

Peringkat ke 4 pemeluk agama budha yaitu sebanyak 3.762 dan

1.638 jiwa pemeluk agama hindu.

4) Perlindungan Sosial

Kota Surakarta juga memiliki sarana perlindungan sosial,

tujuannya agar penduduk tidak terlantar dan aman. Panti asuhan di

Kota Surakarta sebanyak 12 Buah, panti jompo sebanyak 2 buah,

panti cacat sebanyak 4 buah dan fasilitas perlindungan sosial berupa

panti rehabilitasi sebanyak 7 buah. Berikut fasilitas perlindungan

sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009.

Tabel 4.7 Fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009

Kecamatan Panti

Asuhan Panti Jompo Panti Cacat

Panti

Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

5) Industri dan Perdagangan

Berdasarkan data dari Dinas Perindustria dan Perdagangan

Kota Surakarta bahwa pada tahun 2009 di Kota Surakarta jumlah

industri besar sebanyak 53 unit dengan tenaga kerja 8.893 orang.

Selain itu terdapat pula 100 unit dari kelompok industri

sedang/menengah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7.957

orang. Sedangkan industri kecil di Kota Surakarta sebanyak 5.759

(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

f. PDRB dan Inflasi

1) PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 Kota

Surakarta atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar 8,880,691.24

(Jutaan Rupiah) dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar

4,817,877.63 (Jutaan Rupiah). Pertumbuhan ekonomi yang

ditunjukan oleh perkembangan PDRB pada tahun 2009 yaitu,

ADHB 12,39% dan ADHK sebesar 5,90%

Tabel 4.8 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta Tahun 2005-2009

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

ADHB 5,15 5,43 5,82 5,69 5,9

ADHK 17,43 10,82 11,62 14,37 12,39

Sumber: Surakarta Dalam Angka 2009

Dilihat berdasarkan dari data ADHB, sektor yang

menyumbang kontribusi paling besar ialah sektor industri, yaitu

21,98% sedangkan sektor pertambangan dan penggalian

merupakan sektor terkecil yang memberikan kontribusi, tercatat

bahwa sektor pertambangan dan penggalian hanya memberikan

sumbangsih sebesar 0,03% pada tahun 2009.

2) Inflasi

Inflasi Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai titik

terendah dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2009 inflasi Kota

Surakarta tercatat sebesar 2,63%. Angka ini jauh lebih kecil

(59)

commit to user

tahun 2009, inflasi di Kota Surakarta tertinggi jatuh pada bulan

Oktober sebesar 2,64% dan terendah pada bulan Pebruari sebesar

0,50%. Tahun 2009 di Kota Surakarta penyumbang inflasi terbesar

adalah kelompok bahan makanan yang mencapai 6,25% kemudian

kelompok makanan jadi,minuman,rokok& tembakau sebesar

5,65% dan peringkat tiga besar berikutnya ialah kelompok

perumahan sebesar 2,28%. Sedangkan penyumbang terendah

adalah kelompok sandang sebesar 0,72 dan kelompok pendidikan,

rekreasi dan olahraga sebesar 1,79%

B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Jebres

1. Letak Geografis Administratif

Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan dari 5

Kecamatan yang ada di Kota Surakarta dengan letak 110°BT - 111°BT dan

7,6°LS - 8°LS dengan ketinggian 80 sampai dengan 130 m diatas

permukaan laut.

Secara administratif batas-batas wilayah Kecamatan Jebres adalah

sebagai berikut :

Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar

Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah selatan: Kecamatan Pasar Kliwon dan Kabupaten Sukoharjo

(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Luas Wilayah

Luas wilayah administratif Kecamatan Jebres adalah 1.258,18 Ha

yang terdiri dari kelurahan Kepatihan Kulon 17,50 Ha, Kepatihan Wetan

22,50 Ha, Sudiroprajan 23,00 Ha, Gandekan 35 Ha, Sewu Ha, Pucangsawit

127 Ha, Jagalan 65 Ha, Purwodiningratan 37,30 Ha, Tegalharjo 32,50 Ha,

Jebres 317 Ha dan Mojosongo seluas 532,88 Ha.

3. Pembagian Wilayah Administratif

Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan, 149 RW dan 631 RT.

Kelurahan yang paling banyak RT dan RW yaitu Kelurahan Mojosongo

sejumlah 35 Rw dan 172 RT. Berikut keterangan banyaknya jumlah RT

dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008.

Tabel 4.9 Banyaknya RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008

Kelurahan RW RT

Purwadiningratan 10 35

Tegalharjo 6 33

Jebres 36 128

Mojosongo 35 172

Jumlah 149 621

Sumber : Kecamatan Jebres

Berdasarkan dari data Kecamatan Jebres terdapat 149 RW dan 621

Gambar

Tabel
Gambar/Diagram
Tabel 1.1 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009
Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melihat demikian kompleksnya permasalahan ekonomi makro dan mikro yang disebabkan telah bergulirnya globalisasi ekonomi, gerakan Koperasi baik dalam bentuk Koperasi

Telah dilakukan penelitian mengenai skrining fitokimia, aktivitas antibakteri dan antioksidan dari ekstrak metanol dan etil asetat dari daun benalu kopi (Loranthus. parasiticus

Warga NU merasa keberatan dengan materi dan metode pendekatan yang dilakukan MTA dalam melaku- kan dakwah karena MTA tidak menghormati perbedaan fiqhiyah , cenderung melecehkan

Pasuruan 243,600,000 Penelitian Geologi Teknik dan Lingkungan di Lereng Gunung Penanggungan dan Gunung Arjuno Welirang 4 Inventarisasi Potensi dan Penyusunan Data

Penelitian ini penting dilakukan di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara dengan pola kepemilikan terkonsentrasi pada pihak keluarga sebagai pengendali

Menteri Sekretaris Negara Nomor 1 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara, Sekretariat Wakil Presiden adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan

1) Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. 2) Ketepatan waktu, yaitu suatu

Changes in the frequency, intensity, spatial extent and duration of weather and climate events, alongside increases in population growth and density in many areas, mean