SKRIPSI
PENGARUH STRUKTUR ASET, PROFITABILITAS, DAN
PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
OLEH
LODI SALIM 100503079
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
skripsi saya yang berjudul “PENGARUH STRUKTUR ASET, PROFITABILITAS,
DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG
PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang saya buat sebagai
bagian dari tugas akademik guna menyelesaikan studi Strata 1 pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bagian dari data yang saya peroleh dari
perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah sesuai
dengan prinsip penulisan etika ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya
plagiatrisme dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Medan, 2 April 2014
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH STRUKTUR ASET, PORFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN
PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh struktur aset, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI, baik secara parsial maupun bersama-sama. Data yang dipakai pada penelitian ini merupakan data sekunder. Sampel penelitian yang didapat dengan metode purposive sampling sebanyak 8 perusahaan. Sampel ini didapat melalui
website BEI,software
SPSS versi 19.
Metode statistika yang dipakai dalam pengujian adalah pengujian linier berganda. Hasil penelitian memakai uji T menunjukkan bahwa struktur aset dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas berpengaruh signifikan negatif. Hasil penelitian dengan uji F menunjukkan bahwa struktur aset, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan secara simultan.
ABSTRACT
IMPACT OF ASSETS’ STRUCTURE, PROFIT, AND SALES GROWTH ON DEBT POLICY ON AGRICULTURE COMPANY LISTED ON INDONESIA
STOCK EXCHANGE.
The purpose of this research is to determine impact of asset’ structure, profit, and sales growth on agriculture company listed in Indonesia Stock Exchange. Data used in this research is secondary data. Sample in this research consisted of 8 agriculture company listed on Indonesia Stock Exchange. Sample was obtained through purposive sampling method and analyzed with SPPS’ software version 19.
Statistical method in testing hypothesis is a double regression method. Result shows that asset’ structure and sales growth is insignificance to debt policy while profit shows a significance and negative relation with funding policy. Result also shows that asset’ structure, profit, and sales growth does not simultaneously affect debt policy.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari
berbagai pihak, terutama dari pihak keluarga peneliti selama penulisan skripsi. Tanpa
dukungan dari keluarga tercinta, peneliti tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini.
Tiada kata yang bisa peneliti gunakan dalam menggambarkan rasa terima kasih
peneliti kepada ayah, ibu, dan nenek yang telah berjasa membesarkan peneliti selama
ini serta kedua saudara kandung peneliti, Andi Salim dan Denny Salim yang telah
memberikan dukungan selama ini kepada peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima
kasih kepada kerabat peneliti yang selama ini banyak memberikan nasihat kepada
peneliti
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan bapak Drs.Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan
Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing peneliti
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
perbaikan berulang kali dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Yang sangat saya cintai kedua abang saya, Andi Salim dan Denny Salim yang telah
memberikan dukungan dalam membantu proses penelitian. Teman-teman angkatan
2010 Steven, Ivan, Winson Wijaya, dan masih banyak yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu. Saya berterima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam memperbaiki skripsi
ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para akademisi.
Medan, 2 April 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Batasan Masalah ... 8
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 11
2.1.1 Hutang ... 11
2.1.2 Struktur Aset ... 19
2.1.3 Profitabilitas ... 19
2.1.4 Pertumbuhan Penjualan ... 21
2.2Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 23
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 35
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian ... 42
3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
3.3Jenis dan Sumber Data ... 44
3.4Defenisi Operasional ... 44
3.5Pengukuran Variabel ... 46
3.5.1 Variabel dependen ... 46
3.5.2 Variabel independen... 46
3.6Metode Analisis Data ... 47
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 48
3.6.1.1Uji normalitas ... 49
3.6.1.2Uji Multikolinieritas ... 49
3.6.1.3Heterokedastisitas ... 51
3.6.1.4Uji Autokorelasi ... 52
3.6.2 Uji Hipotesa ... 53
3.6.2.1Uji T ... 53
3.6.2.2Uji F ... 53
3.7 Jadwal Penelitian ... 55
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian ... 56
4.2Analisis Statistik Deskriptif ... 56
4.3Uji Asumsi Klasik ... 59
4.3.1 Uji Normalitas Data ... 59
4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 61
4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 63
4.4Pengujian Hipotesis ... 68
4.4.1 Uji Parsial (t-test) ... 68
4.4.2 Uji Simultan (F-test) ... 73
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 75
5.2Keterbatasan Penelitian ... 77
5.3Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 30
Tabel 3.1 Kriteria Perusahaan yang dijadikan sampel ... 43
Tabel 3.2 Perusahaan Perkebunan yang Memenuhi Kriteria ... 44
Tabel 3.3 Definisi Operasional ... 44
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian... 55
Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 57
Tabel 4.2 Hasil Uji NormalitasSebelum Normalisasi Data ... 60
Tabel 4.3 Hasil Uji NormalitasSebelum Normalisasi Data ... 61
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Normalisasi Data ... 62
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Normalisasi Data ... 63
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Normalisasi Data ... 67
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Sesudah Normalisasi Data ... 68
Tabel 4.8 Hasil Uji T Sesudah Normalisasi Data. ... 69
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 36
Gambar 4.1 Grafik Uji Heterokedastisitas Sebelum Normalisasi. ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI ... 84
Lampiran 2 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ... 85
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio ... 85
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Struktur Aktiva ... 86
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Rasio Profitabilitas ... 86
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Pertumbuhan Penjualan ... 87
Lampiran 7 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 87
Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas Sebelum Normalisasi ... 88
Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Sesudah Normalisasi ... 88
Lampiran 10 Hasil Uji Multikolienaritas Sebelum Normalisasi ... 89
Lampiran 11 Hasil Uji Multikolienaritas Sesudah Normalisasi ... 89
Lampiran 12 Grafik Uji Heterokedastisitas Sebelum Normalisasi Data...90
Lampiran 13 Grafik Uji Heterokedastisitas Sesudah Normalisasi Data...91
Lampiran 14 Tabel Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Normalisasi Data... 92
Lampiran 15 Tabel Hasil Uji Autokorelasi Sesudah Normalisasi Data... 92
Lampiran 16 Tabel Hasil Uji T Sesudah Normalisasi Data...92
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang.
Sektor perkebunan adalah salah satu sektor penting bagi Indonesia yang
merupakan negara agraris. Pada krisis tahun 1997, banyak perusahaan mengalami
kesulitan keuangan. Kondisi yang sebaliknya berlaku bagi sektor perkebunan yang
mencatat keuntungan besar akibat pelemahan rupiah. Pada tahun 2008, Direktorat
Jendral Perkebunan mencatat devisa yang dihasilkan dari sub sektor perkebunan
mencapai US$ 22,8 miliar. Komoditi kelapa sawit menyumbang banyak peran dalam
sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil
olahan kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) merupakan komoditas andalan dalam
sektor perkebunan karena dapat dimanfaatkan oleh industri pangan maupun non
pangan.
Kegunaan CPO membuat luas lahan sawit di Indonesia menjadi 6,1 juta ha
pada tahun 2006. Pada tahun 2007, luas lahan sawit di Indonesia menjadi 6,78 juta ha
dengan total produksi menjadi 17,37 juta ton. Ekspor CPO pada tahun tersebut
mencapai 5,13 juta ton atau sekitar 30,54% dari total produksi. Sejak harga CPO dan
hasil perkebunan lainnya dikaitkan dengan harga minyak bumi, investasi pada
perkebunan terus meningkat. Investasi pada perkebunan membutuhkan dana yang
perusahaan. Manajemen harus mempertimbangkan keseimbangan pemakaian modal
perusahaan dan hutang pada kebijakan struktur kapital.
Beberapa alasan seperti yang telah disebutkan sebelumnya membuat peneliti
tertarik untuk mengkaji faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada
perusahaan perkebunan. Beberapa penelitian terdahulu mengkaji dari sisi perusahaan
manufaktur. Beberapa faktor umum yang mempengaruhi kebijakan hutang pada
perusahaan menurut pecking order theory adalah free cash flow, struktur aset,
profitabilitas, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, resiko
bisnis, kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, kebijakan dividen, dan laba
ditahan. Peneliti hanya mengambil tiga faktor saja yaitu struktur aset, profitabilitas,
dan pertumbuhan penjualan.
Peneliti memakai struktur aset karena aset dalam perusahaan perkebunan lebih
khusus dibandingkan aset peusahaan lainnya. Pada perusahaan perkebunan ada yang
dimaksud dengan aset biologis. Nilai aset biologis dicatat berdasarkan depresiasi atau
nilai wajar pada saat aset tesebut dijual. Pencatatan nilai aset biologis ini
menimbulkan kontroversi karena tidak semua aset biologis dapat dijual. Pencatatan
dengan metode ini tidak mencerminkan nilai aset biologis di laporan keuanagan
perusahaan. Permasalahan ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan untuk
menerapkan International Accounting Standard (IAS) 41 di Indonesia. Peneliti
memakai faktor profitabilitas karena perusahaan perkebunan mencatat laba yang
tinggi pada saat melemahnya rupiah pada tahun 1997 di mana kebanyakan
profitablitas perusahaan perkebunan pada saat nilai tukar rupiah tidak melemah.
Peneliti memakai faktor pertumbuhan penjualan karena penjualan pada perusahaan
perkebunan berbeda dengan penjualan pada perusahaan manufaktur yang hanya
berdasarkan jumlah bahan baku dan jam kerja. Pada perusahaan manufaktur, jumlah
produksi bisa diubah dengan cara memperbanyak bahan baku, memperpanjang jam
kerja, dan memperbanyak jumlah mesin yang digunakan pada produksi. Pada
perusahaan perkebunan, produksi perusahaan tidak bisa diubah dengan
memperbanyak bahan baku ataupun memperpanjang jam kerja karena beberapa hasil
perusahaan perkebunan seperti buah tidak dapat diperbanyak dengan menambah jam
kerja atau bibit buah. Hasil produksi perusahaan perkebunan seperti buah tergantung
pada waktu untuk menghasilkan atau waktu untuk memanen buah tersebut, hal inilah
yang membuat peneliti tertarik untuk mengambil variabel pertumbuhan penjualan.
Peneliti tertarik untuk melihat apakah pertumbuhan penjualan bisa berubah signifikan
dari tahun ke tahun dan apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
Tujuan utama perusahaan beroperasi adalah mendapatkan laba. Dalam
operasionalnya perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan perusahaan, baik
untuk mendanai aset tetap ataupun mendanai operasional perusahaan. Perusahaan
dapat memakai pendanaan yang berasal dari sumber internal maupun eksternal.
Dasar keputusan pendanaan yang berkaitan dengan pemilihan sumber pendanaan,
baik sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan secara teoritis
Yuliningrum, 2008 : 1) “Ada dua kerangka teori yang mendasari pendanaan yaitu
balance theory (static trade-off) dan pecking order theory”. Berdasarkan balance
theory, perusahaan mendapatkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang
optimal dengan menyeimbangkan manfaat dari pendapatan pajak atas penggunaan
hutang terhadap biaya kebngkrutan. The pecking order theory menyebutkan bahwa
perusahaan cenderung memilih sumber pendanaan internal dibanding sumber
pendanaan eksternal.
Pemilihan pendanaan, baik berasal dari pihak eksternal maupun internal
sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Suatu perusahaan yang melakukan
pemenuhan modal menggunakan dana yang berasal dari dalam perusahaan akan
mengurangi ketergantungannya pada pihak lain. Perusahaan yang kebutuhan
modalnya terus meningkat akan memilih untuk menggunakan hutang atau penerbitan
saham baru apabila sumber dana internal telah habis dipakai. Perusahaan akan
menggunakan eksternal finance pada saat internal equity tidak mencukupi.
Penggunaan eksternal finance sendiri pertama-tama menggunakan hutang, apabila
hutang tidak mencukupi, maka akan digunakan eksternal equity (Rachman, 2012 : 2).
Manajer sebagai pengelola dana perusahaan harus memperhatikan pemakaian
sumber dana untuk mengoptimalkan pendanaan perusahaan. Sumber dana internal
diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi. Sumber dana eksternal berasal dari hutang
dan penerbitan saham. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit
merupakan modal sendiri. Proporsi antara penggunaan modal sendiri dan hutang
disebut dengan kebijakan hutang perusahaan.
Penentuan proporsi antara modal dan hutang dalam kebijakan hutang oleh
manajer perusahaan. Kebijakan hutang melihat angka perbandingan antara hutang
dengan modal sendiri yang disebut dengan debt to equity ratio (DER). Semakin
tinggi rasio DER, semakin tinggi pula resiko perusahaan karena pendanaan
bersumber dari hutang. Angka DER lebih dari satu artinya penggunaan hutang lebih
besar dalam mendanai aktivitas pendanaan. Dalam mengatur nilai DER, manajer
harus menentukan struktur modal yang optimal bagi perusahaan agar resiko yang
diambil perusahaan dapat dikurangi.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang memaksimumkan
harga saham perusahaan. Salah satu cara memaksimumkan harga saham adalah
memaksimumkan laba perusahaan. Meningkatkan penjualan adalah salah satu cara
memaksimumkan laba perusahaan. Dalam meningkatkan penjualan, perusahaan harus
memperhatikan pendanaan dalam operasinya. Pendanaan secara umum dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti struktur aset, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman,
pertumbuhan penjualan, profitabilitas, resiko bisnis, ukuran perusahaan, dan
operating leverage.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi pendanaan membuat peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih lanjut mengenai beberapa faktor yang lebih spesifik yaitu
dalam penelitian ini adalah struktur aset, profitabilitas, dan tingkat pertumbuhan
penjualan. Variable dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang.
Struktur aset diukur dengan cara membagi jumlah aset tetap terhadap total
aset. Profitabilitas diukur dengan cara membagi laba terhadap total aset yang
menunjukkan ratio return on assets (ROA). Tingkat pertumbuhan penjualan didapat
dengan cara membagi selisih penjualan dua tahun berturut-turut terhadap penjualan
tahun lalu. Kebijakan hutang diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang
menunjukkan proporsi penggunaan hutang terhadap ekuitas pada pendanaan
perusahaan.
Penelitian ini memakai sampel dari perusahaan perkebunan yang terdaftar di
BEI. Peneliti memakai perusahaan perkebunan sebagai sampel karena perusahaan
perkebunan tergolong sebagai usaha yang lebih spesifik dibandingkan dengan usaha
lain seperti usaha bank atau pertambangan. Perusahaan perkebunan diklasifikasikan
sebagai perusahaan yang khusus karena jumlah perusahaan perkebunan yang terdaftar
di BEI hanya mencapai 15 perusahaan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu.
Penelitian terdahulu lebih banyak mengkaji kebijakan hutang dari sisi perusahaan
manufaktur. Penelitian yang sama pada perusahaan manufaktur memberikan hasil
penelitian yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur
oleh Yuliningrum (2008), Santika (2011), dan Susilawati dkk. (2012) menyimpulkan
bahwa struktur aset tidak berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang, hal
Hardiningsih & Oktaviani (2012) yang menyimpulkan bahwa struktur aset
berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel profitabilitas dan
pertumbuhan penjualan juga mempunyai hasil yang berbeda.
Pada peneltian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh
Indahningrum & Handayani (2009) dan Ivan Nugroho (2011) menyimpulkan bahwa
profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Kusrini
(2012) yang menyimpulkan profitabilitas memberikan pengaruh yang tidak signifikan
pada kebijakan hutang. Hasil penelitian yang berbeda lainnya adalah penelitian yang
dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Nugrahaini (2012) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan pada kebijakan
hutang, tetapi hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh
Santika dan Sudiyanto (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan
berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang.
Hasil penelitian yang berbeda dengan variabel yang sama pada perusahaan
menufaktur membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut variabel tersebut.
Peneliti telah mengambil referensi dari beberapa penelitian terdahulu mengenai sektor
perkebunan seperti Harmoni (2009), Tampubulon (2009), Hasugian (2010), Simbolon
1.2Perumusan Masalah
1. Apakah struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada
perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada
perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?
3. Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kebijakan hutang
pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?
4. Apakah struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan
berpengaruh secara bersama-sama terhadap kebijakan hutang pada
perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?
1.3Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan di antaranya:
1. Penelitian hanya menggunakan perusahaan perkebunan sebagai sampel.
2. Penelitian ini hanya memakai perusahaan perkebunan yang terdaftar di
BEI.
3. Penelitian hanya menggunakan perusahaan perkebunan yang menerbitkan
laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012 di BEI.
4. Penelitian hanya memiliki tiga variable independen yaitu struktur aset,
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian. a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan
penjualan terhadap kebijakan hutang.
2. Untuk mengetahui apakah struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan
penjualan secara bersama-sama mempengaruhi kebijakan hutang.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh struktur aset, profitabilitas,
dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang.
b. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Akademi
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
mengenai manajemen keuangan yang sering dipakai dalam perhitungan
rasio pada laporan keuangan.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam
mencari hubungan antara variabel yang ada. Penelitian ini juga membantu
penulis untuk mempraktekkan ilmu yang dipelajari selama masa
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini berguna untuk dijadikan referensi dalam memutuskan
kebijakan hutang dengan mempertimbangkan proporsi struktur aset,
profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.
4. Bagi Pembaca
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pembaca dan
membantu pembaca memahami hubungan antara variabel.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini berguna untuk dijadikan referensi dalam melakukan
penelitian yang sejenis. Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang
a. Kebijakan Hutang.
Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen
dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan dari pihak ketiga untuk membiayai
aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan hutang berkaitan dengan struktur modal
yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan antara pemakaian
modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pada tingkat tertentu, pemilik
perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang agar dapat
mengendalikan perilaku manajer dan komisaris perusahaan. Hutang akan mengurangi
konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan
leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan - kesulitan keuangan atau
kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong para manajer bekerja
lebih efisien sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan
membayar pokok hutang dan bunga hutang yang menyebabkan free cash flow
berkurang dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri
sendiri.
Kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control yang dapat
pecking order theory, perusahaan menggunakan pendanaan internal jika tersedia dan
lebih memilih menggunakan hutang daripada ekuitas ketika pendanaan eksternal
digunakan (Hasugian, 2010:39). Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan,
perusahaan akan memakai pendanaan yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai
dari hutang, obligasi konvertibel, dan ekuitas sebagai langkah terakhir. Para manajer
yang mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor luar cenderung
memilih untuk tidak mengeluarkan saham ketika mereka percaya harga saham terlalu
rendah. Para manajer lebih menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai rendah.
Para investor memahami dan mengetahui masalah tersebut sehingga
menginterpretasikan keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk
(Siswandi, 2011:13).
Kebijakan hutang diukur menggunakan debt ratio yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh kewajibannya yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang. Nilai debt ratio yang semakin rendah menunjukkan kemampuan perusahaan
yang semakin tinggi untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang
akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham
termasuk dividen yang akan diterima. Debt ratio yang rendah diharapkan dapat
b. Pecking Order Theory
Menurut Brealey (2004 : 412) :
The pecking order explains why the most profitable firms generally borrow less. It is not because they have low target debt ratios, but because they don’t need outside money. Less profitable firms issue debt because they do not have sufficient internal funds for their capital investment program and because debt is first in the pecking order for external finance.
Selain dari pengurutan resiko berdasarkan pecking order theory, penggunaan dana
internal lebih disukai karena perusahaan tidak perlu mempublikasikan data keuangan
perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Perusahaan cenderung memilih
untuk memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa melakukan publikasi terhadap
pihak luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam
bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Husnan (2004 dalam
Sarasati, 2013 : 20) menjelaskan bahwa “pertama adalah pertimbangan biaya emisi.
Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan
karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer
khawatir penerbitan saham baru akan diartikan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan
membuat harga saham akan turun”.
Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas.
Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga.
Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen. Perusahaan
akan memilih pendanaan yang paling menguntungkan di antara alternatif yang ada.
pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Urutan penggunaan dana
yang berasal dari pihak eksternal dimulai dari hutang, penerbitan ekuitas baru, dan
laba ditahan. Cara pendanaan tersebut mengajukan teori tentang informasi asimetri
manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan
investor di pasar modal. Komposisi hutang dan ekuitas yang tidak optimal akan
mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya.
Pecking Order Theory mengenai struktur modal menurut Keown dkk. (2010 : 157) mempunyai empat poin penting yaitu:
a. Perusahaan menerapkan kebijakan dividen untuk kesempatan investasi.
b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.
c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, pertama perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas hutang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.
d. Dengan demikian banyaknya dana eksternal untuk mendanai proyeknya dengan nilai sekarang atau pendekatan positif pecking order
akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang beresiko, artinya pada hutang konvertibel, modal preferen dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.
c. Signaling Theory
Menurut Brigham dkk. (2001 dalam Pithaloka, 2009 : 14) “Signaling theory
adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk
bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”.
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan
setiap modal baru yang diperlukan dengan cara seperti penggunaan hutang yang
melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang
menguntungkan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh
suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat bahwa pihak manajemen
perusahaan memandang prospek perusahaan tersebut kurang baik. Suatu perusahaan
yang sering menawarkan penjualan saham baru akan membuat harga sahamnya
menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang
kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
d. Agency Theory
Agency theory muncul karena adanya pemisahan fungsi antara pemilik
dengan pengelola, hal ini disebabkan kebutuhan modal perusahaan tidak dapat
disediakan oleh satu pemilik. Teori perusahaan klasik tidak dapat dijadikan basis
analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa pemilik perusahaan merupakan
seorang wiraswasta yang mengelola dan mendanai sendiri perusahaannya untuk
menciptakan profit yang sebesar – besarnya. Perusahaan – perusahaan besar tidak
dapat memenuhi kebutuhan modal dari satu pemilik. Perusahaan – perusahaan besar
mengundang pihak lain untuk menanamkan modal pada perusahaan, hal ini akan
berakibat pada pemisahan wewenang perusahaan, yaitu wewenang antara pemilik dan
pengelola.
Pemilik atau pemegang saham ini disebut principal, sedangkan pengelola
perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Para manajer
yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang
saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang saham dengan pihak
manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang saham dan manajer yang
berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung mengutamakan kepentingan
pribadinya dibandingkan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham tidak
menyukai ambisi pribadi para manajer sehingga pemegang saham melakukan
pengawasan yang dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan.
Biaya yang muncul karena pengawasan tersebut dengan sendirinya akan menurunkan
tingkat laba perusahaan. Biaya – biaya yang timbul ini disebut dengan biaya
keagenan.
Wahidawati (2002 dalam Nugrahaini, 2012 : 23) menyatakan ada
beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yaitu:
1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian, kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara maksimal 2. Dengan meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan
menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.
free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen.
4. Memperkerjakan investor institutional sebagai monitoring agent. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong penigkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen.
e. Klasifikasi Hutang
Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan
hutang tidak lancar. Hutang lancar adalah kewajiban – kewajiban yang
penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aset lancar atau pembentukan
aset lainnya atau dapat diartikan sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam
waktu satu tahun. Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan
sebagai hutang tidak lancar. Hutang lancar yang biasanya terdapat dalam perusahan
adalah hutang dagang, hutang wesel, hutang gaji, hutang bunga, dan hutang pajak
penghasilan.
Hutang tidak lancar terdiri dari hutang obligasi, hutang bank, dan sewa jangka
panjang. Pendanaan perusahaan pada dasarnya terdapat dua sumber, yaitu berasal dari
pemilik dan kreditur. Kebutuhan dana untuk tujuan jangka pendek didanai oleh
hutang lancar. Kebutuhan dana yang bersifat permanen didanai dengan hutang tidak
lancar. Menurut Djarwanto (2004:34), klasifikasi hutang dibagi menjadi dua yaitu:
1 ) Hutang jangka pendek
umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau hutang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka pendek meliputi:
a. Hutang dagang (Accounts payable) adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit.
b. Wesel bayar (Notes payable) adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang ditetapkan.
c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deferred revenue) adalah penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya.
d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accrual payable) adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan
e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo (Maturing long term debt) adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang menjadi hutang jangka pendek karena sudah waktunya untuk dilunasi. 2 ) Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Yang termasuk hutang jangka panjang ialah:
a. Hutang hipotek (Mortgage note payable) adalah surat tanda berhutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu misalnya bangunan, tanah, atau perabot.
b. Hutang obligasi (Bonds payable) adalah surat tanda berhutang yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan membayar bunganya secara teratur pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati. c. Wesel bayar jangka panjang (Long term notes payable) adalah wesel
2.1.2 Struktur Aset
Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap
pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset
yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih
banyak. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aktiva tetap suatu perusahaan
dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva
tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena
aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman”. Pendapat Mamduh
tersebut berbeda dengan pendapat Mayangsari (2001 : 10) yang menyatakan “pada
perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan
kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri sehingga modal asing hanya
berfungsi sebagai pelengkap”. Penjelasan pendapat tersebut adalah penggunaan aset
tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost. Suatu
perusahaan yang memakai modal asing untuk membelanjai aset tetapnya akan
membuat biaya tetap yang ditanggungnya besar.
2.1.3 Profitabilitas.
Profitabilitas menggambarkan kinerja operasional perusahaan dengan
memberikan besar keuntungan yang mampu diraih perusahaan dalam menjalankan
operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor
total aset, dan modal sendiri. Ketiga pengukuran tersebut memungkinkan seorang
penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungan dengan volume
penjualan, jumlah aset, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Akuntansi
menggunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodik dengan didasarkan pada
pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi. Prosedur tersebut
mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya - biaya sebagai elemen yang
membentuk laba atau rugi dalam suatu periode.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal. Ada tiga rasio
yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio net profit margin (NPM),
return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). Net profit margin mengukur
sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Rasio NPM yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio
ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Rasio ROE menggambarkan tingkat
pengembalian yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. Dalam
penelitian ini, rasio yang dipakai untuk profitabilitas adalah rasio ROA. Profitabilitas
dalam penelitian ini merupakan variable independen. Semakin tinggi profit suatu
perusahaan, semakin menurun hutangnya karena dana internal yang tersedia untuk
mendanai investasinya bertambah.
Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 24) “perusahaan
relative kecil”. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan
untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap
besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat
pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Return on asset
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.
Profitabilitas diukur dengan rasio return on assets (ROA) dengan rumus:
ROA= Laba TotalAset
Rasio ini mempunyai arti besarnya laba yang diberikan terhadap modal yang
dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut.
2.1.4 Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan merupakan indikator maju atau tidaknya suatu perusahaan.
Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan
yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk pendanaan perusahaan.
Perusahaan yang pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang
daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat.
Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju
pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai
mempunyai kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal
dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.
Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 28) “perusahaan
dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak
pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan
bahwa pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku.
Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan karena
penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aset. Jika penjualan
ditingkatkan, maka aset pun harus ditambah. Dengan mengetahui penjualan dari
tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Suatu
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak membutuhkan
pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang tumbuh dengan pesat
memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat tingkat pertumbuhan,
semakin besar kebutuhan modal.
Studi yang dilakukan oleh Kaaro (2000) menunjukkan bahwa tingkat
pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang negatif dengan
struktur modal. Teori ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan Brigham
(1983) yang menunjukkan hubungan pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai
Formulasi pertumbuhan penjualan yaitu:
Pertumbuhan penjualan = Penjualant−Penjualant−1 Penjualant−1
Keterangan :
Penjualan t = Besar penjualan pada tahun ke t Penjualan t-1 = Besar penjualan pada tahun ke t-1
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008)
Penelitian Yuliningrum berjudul “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur
Aset, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah profitabilitas, struktur aset, dan kebijakan dividen. Variabel dependen adalah
struktur pendanaan yang diwakili dengan debt to equity ratio. Hasil penelitian
menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to
equity ratio. Struktur aset dan ratio pembayaran deviden secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap debt toequity ratio. Profitabilitas, struktur aset, dan
rasio pembayaran deviden secara simultan mempunyai pengaruh signifikan positif
terhadap debt to equity ratio.
2. Eka Prasetya Harmoni (2009)
Penelitian dengan judul “Analisis Variabel Kinerja Keuangan Terhadap
independen pada penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on common
equity (ROE), earning per share (EPS), total assets turnover ratio (TATO). Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ROA, ROE, EPS, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
secara parsial. Pengujian membuktikan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO secara
simultan mempengaruhi harga saham.
3. Indahningrum & Handayani (2009)
Penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas
Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”. Sumber data berasal dari Bursa Efek
Indonesia dengan sampel perusahaan manfaktur. Variabel dependennya adalah
kebijakan hutang dengan ukuran debt ratio. Variabel independennya adalah
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas, dan free cash flow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial, kepemilikan instiusional, dividen, dan free cash flow berpengaruh positif
dan signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dan
profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.
4. Rizki Tampubulon (2009)
Penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return
Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah earning per share (EPS), debt to equity ratio (DER), price to
Variabel independen pada penelitian ini adalah return saham. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa earning per share, price to earning ratio, return on investment
berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa return on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham secara parsial. Penelitian juga menunjukkan bahwa
earning per share, debt to equity ratio, price to earning ratio, return on investment ,
dan return on equity berpengaruh terhadap return saham secara simultan.
5. Christnova Hasugian (2010)
Penelitian Hasugian berjudul “Pengaruh Free Cash Flow Dan
Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah free cash flow
dan profitabilitas. Variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara parsial free cash flow dan profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow dan profitabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang secara simultan.
6. Ika Pratiwi Simbolon (2010)
Penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To
Total Assets, Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero)”. Penelitian ini membuktikan bahwa current ratio
pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan
signifikan terhadap return on investment. Debt to total assets memiliki hubungan
return on investment pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki
hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment.
7. Fitri Andika Sari (2011)
Penelitian dengan judul “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada
Perkebunan Nusantara IV Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
likuiditas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah arus kas yang dibagi
menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa arus kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan
tidak mempengaruhi likuiditas secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan arus
kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas
secara simultan. Dari penelitian ini didapatkan angka R sebesar 0,465, hal ini
menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara likuiditas dengan variabel
independent sangat erat yaitu sebesar 46,5%. Angka R square atau koefisien
determinasi sebesar 0,216. Angka ini mengindikasikan bahwa 21.6% variasi atau
perubahan dalam likuiditas dapat dijelaskan oleh variasi variable aktivitas operasi,
aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.
8. Ivan Nugroho (2011)
Penelitian dengan judul “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas
Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI 2006-2009”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow. Sementara variabel
kepemilikan institusional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash
flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan.
9. Zera Selvira Hendrianti (2011)
Penelitian dengan judul “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap
Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel
independen pada penelitian ini adalah capital expenditure, dividend payment, current
investment, operating cash flow. Variabel dependen pada penelitian ini adalah
perubahan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital
expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow berpengaruh
signifikan positif terhadap perubahan hutang jangka panjang.
10.Santika dan Sudiyanto (2011)
Penelitian dengan judul ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur Di Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan profitabilitas terhadap struktur modal.
Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan penjualan
berpengaruh signifikan dan positif pada struktur modal. Struktur aset tidak
berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan
11.Hari Kusrini (2012)
Kusrini dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko
Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan
Manufaktur”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas. Variabel dependen adalah kebijakan
hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang sedangkan risiko bisnis
dan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap
kebijakan utang secara simultan.
12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)
Penelitian dengan judul jurnal “Determinan Kebijakan Hutang Dalam
Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”. Tujuan
dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel free cash flow,
profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan, retained earning
dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Variabel independen adalah
free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan,
retained earning dan kepemilikan manajerial. Variabel dependen adalah debt to
equity ratio. Sampel dalam penelitian ini adalah manufaktur perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011 dengan jumlah 135 sampel
perusahaan manufaktur. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan hutang. Variabel struktur aset perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Variabel free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap hutang.
13.Sarsa Meta Nugrahaini (2012)
Penelitian dengan judul “Analasis Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan
Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan Manajerial Ownership Terhadap Struktur Modal
Perusahan”. Penelitian ini mengambil perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2008-2010 sebagai sampel. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan
bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan
manajerial ownership berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal
perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel profitabilitas,
manajerial ownership dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
14.Susilawati Dkk. (2012)
Penelitian dengan judul jurnal “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Periode sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur tahun 2006-2010. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, institusional,
kebijakan dividen, struktur aset, profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan.
dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Struktur aset,
profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama, Tahun, dan Judul
Penelitian
Variabel Penelitian Hasil penelitian
1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008) “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur Asset, Dan Kebijakan Dividen
Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” signifikan terhadap debt to equity ratio. Strukur aset dan rasio pembayaran deviden secara parsial tidak signifikan terhadap debt to
equity ratio. Secara
simultan, profitabilitas, terhadap debt to equity ratio.
3. Indahningrum & Handayani
(2009) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan” dividen, dan free cash flow
berpengaruh positif dan signifikan dengan pre- diksi utang perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan
dan profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan.
4. Rizki Tampubulon (2009)
“Pengaruh Kinerja
Earning per share, price to earning ratio, return on investment berpengaruh signifikan terhadap return
saham secara parsial. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa return
on equity dan debt to equity 5. Christnova Hasugian (2010)
“Pengaruh Free Cash Flow
Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III
Free cash flow dan
6. Ika Pratiwi Simbolon (2010) “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets,
Dan Total Assets Turnover
Dengan Return On To Total Assets, dan
Total Assets Turnover
Variabel Dependen:
Return On Investment
Current ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return on investment. Debt to total
assets ratio pada PT.
Perkebunan Nusantara III
(Persero) memiliki hubungan positif dan tidak
signifikan terhadap return on investment. Total assets turnover memiliki hubungan positif dan tidak signifikan
terhadap return on
investment.
7. Ivan Nugroho (2010)
“Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas
Dan Free Cash Flow
Terhadap Kebijakan Utang
8. Zera Selvira Hendrianti (2011) “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan
Pertambangan Yang Terdaftar di BEI”.
Variabel independen: Capital Expenditure,
Dividend Payment, menunjukkan bahwa capital
expenditure, dividend
payment, current
9. Santika dan Sudiyanto
10. Fitri Andika Sari (2012) “Pengaruh Arus Kas
kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan secara parsial tidak mempengaruhi likuiditas. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan
tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan.
12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)
“Determinan Kebijakan Hutang Dalam Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”
Variabel Independen:
Free cash flow, Profi-tabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset Perusahaan,
Retained Earning dan Kepemilikan kebijakan hutang, saldo laba
ditahan berpengaruh negatif
signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash
flow dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
13. Sarsa Meta Nugrahaini
(2012) “Analasis
Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan
manajerial ownership
berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran
perusahaan. Variabel profitabilitas, manajerial
14. Susilawati Dkk. (2012) “Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” dividen, dan struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, Profitabilitas, free cash flow
dan ukuran perusahaan ber-pengaruh signifikan ter-hadap kebijakan hutang.
Sumber: diolah oleh peneliti
2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan cara bagaimana variabel dalam suatu
permasalahan dihubungkan sehingga didapatkan gambaran mengenai penelitian yang
akan mempermudah peneliti dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini
terdapat tiga variabel independen yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan
penjualan. Variabel independen ini akan diuji kebenarannya terhadap variabel
Kerangka konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam
perusahaan. Kebijakan hutang menunjukkan proporsi penggunaan hutang dengan
modal sendiri pada perusahaan. Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil
oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi
perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional
perusahaan. Sumber dana perusahaan berasal dari sumber dana internal dan sumber
dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari arus kas perusahaan sedangkan
sumber dana eksternal diperoleh dari kreditor dalam bentuk hutang dan dari ekuitas
pemegang saham. Proporsi hutang yang relatif kecil mengindikasikan bahwa
perusahaan cenderung lebih memilih pendanaan melalui penerbitan saham dan H4
Struktur Aset (X1)
Profitabilitas (X2)
Pertumbuhan Penjualan (X3)
Kebijakan Hutang
(Y) H1
H2
H3
penggunaan laba ditahan dibandingkan dengan melakukan pinjaman atau hutang agar
perusahaan dapat terhindar dari beban hutang yang tinggi
Kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme kontrol
terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Hutang
merupakan suatu mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol
konflik keagenan. Perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan
principal. Pembayaran atas bunga dan principal mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan aliran kas bebas. Pemegang saham menginginkan aliran kas bebas
tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sedangkan manajer
berkeinginan menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada
proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah
insentif bagi manajer.
Para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan
keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka
menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut. Hutang dapat digunakan untuk
mengendalikan penggunaan aliran kas bebas. Hutang dapat dipakai untuk
menghindari investasi yang sia - sia karena hutang yang meningkat menyebabkan
manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan
pinjaman pokok secara periodik sehingga aliran kas bebas yang tersisa menjadi kecil.
Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap
pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset
banyak. Struktur aset mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan dengan beberapa
cara. Perusahaan yang mempunyai aset tetap yang signifikan akan banyak
menggunakan hutang hipotik jangka panjang dalam pendanaannya. Dengan
demikian, struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang secara tidak langsung.
Pendanaan dengan hutang dapat diklasifikasikan sebagai eksternal finance.
Pendanaan eksternal kurang disukai karena menimbulkan beban tetap berupa bunga
yang akan mempengaruhi tingkat leverage perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
modal yang memadai dalam pendanaannya akan lebih memilih pendanaan secara
internal. Pemenuhan hutang dengan modal sendiri sesuai dengan pecking order
theory yang menyatakan perusahaan memakai modal internal sebelum memakai
modal eksternal.
Profitabilitas adalah bagian yang mencerminkan kemampuan dari perusahaan
untuk menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan kinerja perusahaan pada
periode tertentu. Profitabilitas diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh
perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan
perusahaan seperti jumlah aset perusahaan atau penjualan investasi. Profitabilitas
memiliki pengaruh yang berbanding terbalik dengan kebijakan hutang karena
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang yang
relatif kecil, hal ini disebabkan perusahaan telah memperoleh dana untuk pembiayaan
melalui laba ditahan.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk
internal. Perusahaan dengan profitabiitas yang rendah lebih memilih untuk memakai
hutang untuk pendanaan. Kebijakan hutang dipengaruhi profitabilitas karena
profitabilitas akan merefleksikan laba yang akan digunakan untuk pendanaan
investasi. Keputusan kebijakan hutang secara langsung berpengaruh terhadap
besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat
pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Profitabilitas dapat diukur
dengan berbagai rasio seperti return on investment, return on total assets, net interest
margin, dan return on equity. Peneliti memakai ratio return on total assets karena
ratio tersebut menunjukkan hubungan antara profitabilitas dengan efisiensi
penggunaan aset.
Penjualan yang relatif stabil dan selalu meningkat pada sebuah perusahaan
memberikan kemudahan dari perusahaan tersebut untuk memperoleh aliran dana
eksternal atau hutang untuk meningkatkan operasionalnya. Perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi mempunyai kecenderungan
menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal dibandingkan dengan
perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Jika pertumbuhan
penjualan meningkat setiap tahun, maka kreditor akan lebih percaya akan
kemampuan perusahaan sehingga perusahaan bisa mendapatkan dana lebih banyak
untuk operasional perusahaan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat
lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak
membutuhkan hutang sebagai pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang
tumbuh dengan pesat memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat
tingkat pertumbuhan, semakin besar kebutuhan modal.
2.3.2 Hipotesis Penelitian.
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai
karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian
yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol merupakan hipotesis yang
diterima, kecuali bahwa data yang yang kita kumpulkan salah. Hipotesis alternatif
merupakan hipotesis yang diterima hanya jika data yang kita kumpulkan
mendukungnya. Menurut Erlina (2011 : 42), “hipotesis adalah proposisi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan
ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau di uji kebenarannya
mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi
fenomena-fenomena”.
Landasan teori menjelaskan beberapa pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Analisis pengaruh masing - masing variabel independen terhadap
variabel dependen memberikan hipotesis yang diduga menjadi kesimpulan penelitian.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Struktur Asetberpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.
H2 : Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.
H3 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan
hutang.
H4 : Struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.
Desain penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah desain
asosiatif kausal. Menurut Harahap (2010 : 154) “desain asosiatif kausal adalah
desain yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat
hubungan atau pengaruh yang menyatakan hubungan bersifat sebab dan akibat antara
dua variable atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori
yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala”.
Data yang diperoleh penulis merupakan data sekunder. Menurut Erlina (2011 : 22)
“data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data
dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data“. Data sekunder yang
didapatkan selama proses penelitian akan diolah, dianalisis, dan diproses untuk
dipakai pada perhitungan penelitian. Metode penelitian dirancang melalui langkah –
langkah penelitian dari penentuan sampel, metode pengumpulan data, operasional
variable, pengukuran variable, sampai analisis data melalui statistik untuk
mendapatkan kesimpulan dan saran.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua perusahaan
perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data populasi didapatkan penulis
data dilakukan dengan cara purposive sampling. Menurut Erlina (2011 : 88)
“purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan atau berdasarkan kuota
tertentu”. Perusahaan yang dipilih menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang
memenuhi kriteria berikut :
1. Perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI serta mempublikasikan laporan
keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012.
2. Perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI serta mendapat laba
berturut-turut pada tahun 2010, 2011, dan 2012.
Kriteria tersebut disajikan dalam tabel berikut untuk mengklasifikasikan jumlah
sampel yang akan dipakai dalam penelitian:
Tabel 3.1 Kriteria Perusahaan Yang Dijadikan Sampel.
Keterangan Jumlah
• Total perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI
• Perusahaan perkebunan yang tidak mengeluarkan
laporan keuangan berturut-turut untuk tahun 2010-2012
• Perusahaan perkebunan yang tidak mendapat laba
berturut-turut untuk tahun 2010-2012
• Jumlah perusahaan yang disajikan sampel
15
(6)
(1)