• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRUKTUR ASET, PROFITABILITAS, DAN

PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

OLEH

LODI SALIM 100503079

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

skripsi saya yang berjudul “PENGARUH STRUKTUR ASET, PROFITABILITAS,

DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang saya buat sebagai

bagian dari tugas akademik guna menyelesaikan studi Strata 1 pada Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bagian dari data yang saya peroleh dari

perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah sesuai

dengan prinsip penulisan etika ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya

plagiatrisme dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Medan, 2 April 2014

Yang membuat pernyataan,

(3)

ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR ASET, PORFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN

PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh struktur aset, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI, baik secara parsial maupun bersama-sama. Data yang dipakai pada penelitian ini merupakan data sekunder. Sampel penelitian yang didapat dengan metode purposive sampling sebanyak 8 perusahaan. Sampel ini didapat melalui

website BEI,software

SPSS versi 19.

Metode statistika yang dipakai dalam pengujian adalah pengujian linier berganda. Hasil penelitian memakai uji T menunjukkan bahwa struktur aset dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas berpengaruh signifikan negatif. Hasil penelitian dengan uji F menunjukkan bahwa struktur aset, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan secara simultan.

(4)

ABSTRACT

IMPACT OF ASSETS’ STRUCTURE, PROFIT, AND SALES GROWTH ON DEBT POLICY ON AGRICULTURE COMPANY LISTED ON INDONESIA

STOCK EXCHANGE.

The purpose of this research is to determine impact of asset’ structure, profit, and sales growth on agriculture company listed in Indonesia Stock Exchange. Data used in this research is secondary data. Sample in this research consisted of 8 agriculture company listed on Indonesia Stock Exchange. Sample was obtained through purposive sampling method and analyzed with SPPS’ software version 19.

Statistical method in testing hypothesis is a double regression method. Result shows that asset’ structure and sales growth is insignificance to debt policy while profit shows a significance and negative relation with funding policy. Result also shows that asset’ structure, profit, and sales growth does not simultaneously affect debt policy.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap

Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari

berbagai pihak, terutama dari pihak keluarga peneliti selama penulisan skripsi. Tanpa

dukungan dari keluarga tercinta, peneliti tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini.

Tiada kata yang bisa peneliti gunakan dalam menggambarkan rasa terima kasih

peneliti kepada ayah, ibu, dan nenek yang telah berjasa membesarkan peneliti selama

ini serta kedua saudara kandung peneliti, Andi Salim dan Denny Salim yang telah

memberikan dukungan selama ini kepada peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima

kasih kepada kerabat peneliti yang selama ini banyak memberikan nasihat kepada

peneliti

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen

Akuntansi dan bapak Drs.Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen

(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan

Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing peneliti

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan

perbaikan berulang kali dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Yang sangat saya cintai kedua abang saya, Andi Salim dan Denny Salim yang telah

memberikan dukungan dalam membantu proses penelitian. Teman-teman angkatan

2010 Steven, Ivan, Winson Wijaya, dan masih banyak yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu. Saya berterima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam memperbaiki skripsi

ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para akademisi.

Medan, 2 April 2014 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 8

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1 Hutang ... 11

2.1.2 Struktur Aset ... 19

2.1.3 Profitabilitas ... 19

2.1.4 Pertumbuhan Penjualan ... 21

2.2Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 35

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 35

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian ... 42

3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

3.3Jenis dan Sumber Data ... 44

3.4Defenisi Operasional ... 44

3.5Pengukuran Variabel ... 46

3.5.1 Variabel dependen ... 46

3.5.2 Variabel independen... 46

3.6Metode Analisis Data ... 47

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 48

3.6.1.1Uji normalitas ... 49

3.6.1.2Uji Multikolinieritas ... 49

3.6.1.3Heterokedastisitas ... 51

3.6.1.4Uji Autokorelasi ... 52

3.6.2 Uji Hipotesa ... 53

3.6.2.1Uji T ... 53

3.6.2.2Uji F ... 53

3.7 Jadwal Penelitian ... 55

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian ... 56

4.2Analisis Statistik Deskriptif ... 56

4.3Uji Asumsi Klasik ... 59

4.3.1 Uji Normalitas Data ... 59

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 61

4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 63

(9)

4.4Pengujian Hipotesis ... 68

4.4.1 Uji Parsial (t-test) ... 68

4.4.2 Uji Simultan (F-test) ... 73

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 75

5.2Keterbatasan Penelitian ... 77

5.3Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 30

Tabel 3.1 Kriteria Perusahaan yang dijadikan sampel ... 43

Tabel 3.2 Perusahaan Perkebunan yang Memenuhi Kriteria ... 44

Tabel 3.3 Definisi Operasional ... 44

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian... 55

Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 57

Tabel 4.2 Hasil Uji NormalitasSebelum Normalisasi Data ... 60

Tabel 4.3 Hasil Uji NormalitasSebelum Normalisasi Data ... 61

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Normalisasi Data ... 62

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Normalisasi Data ... 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Normalisasi Data ... 67

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Sesudah Normalisasi Data ... 68

Tabel 4.8 Hasil Uji T Sesudah Normalisasi Data. ... 69

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 36

Gambar 4.1 Grafik Uji Heterokedastisitas Sebelum Normalisasi. ... 65

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI ... 84

Lampiran 2 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ... 85

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio ... 85

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Struktur Aktiva ... 86

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Rasio Profitabilitas ... 86

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Pertumbuhan Penjualan ... 87

Lampiran 7 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 87

Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas Sebelum Normalisasi ... 88

Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Sesudah Normalisasi ... 88

Lampiran 10 Hasil Uji Multikolienaritas Sebelum Normalisasi ... 89

Lampiran 11 Hasil Uji Multikolienaritas Sesudah Normalisasi ... 89

Lampiran 12 Grafik Uji Heterokedastisitas Sebelum Normalisasi Data...90

Lampiran 13 Grafik Uji Heterokedastisitas Sesudah Normalisasi Data...91

Lampiran 14 Tabel Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Normalisasi Data... 92

Lampiran 15 Tabel Hasil Uji Autokorelasi Sesudah Normalisasi Data... 92

Lampiran 16 Tabel Hasil Uji T Sesudah Normalisasi Data...92

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang.

Sektor perkebunan adalah salah satu sektor penting bagi Indonesia yang

merupakan negara agraris. Pada krisis tahun 1997, banyak perusahaan mengalami

kesulitan keuangan. Kondisi yang sebaliknya berlaku bagi sektor perkebunan yang

mencatat keuntungan besar akibat pelemahan rupiah. Pada tahun 2008, Direktorat

Jendral Perkebunan mencatat devisa yang dihasilkan dari sub sektor perkebunan

mencapai US$ 22,8 miliar. Komoditi kelapa sawit menyumbang banyak peran dalam

sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil

olahan kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) merupakan komoditas andalan dalam

sektor perkebunan karena dapat dimanfaatkan oleh industri pangan maupun non

pangan.

Kegunaan CPO membuat luas lahan sawit di Indonesia menjadi 6,1 juta ha

pada tahun 2006. Pada tahun 2007, luas lahan sawit di Indonesia menjadi 6,78 juta ha

dengan total produksi menjadi 17,37 juta ton. Ekspor CPO pada tahun tersebut

mencapai 5,13 juta ton atau sekitar 30,54% dari total produksi. Sejak harga CPO dan

hasil perkebunan lainnya dikaitkan dengan harga minyak bumi, investasi pada

perkebunan terus meningkat. Investasi pada perkebunan membutuhkan dana yang

(14)

perusahaan. Manajemen harus mempertimbangkan keseimbangan pemakaian modal

perusahaan dan hutang pada kebijakan struktur kapital.

Beberapa alasan seperti yang telah disebutkan sebelumnya membuat peneliti

tertarik untuk mengkaji faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada

perusahaan perkebunan. Beberapa penelitian terdahulu mengkaji dari sisi perusahaan

manufaktur. Beberapa faktor umum yang mempengaruhi kebijakan hutang pada

perusahaan menurut pecking order theory adalah free cash flow, struktur aset,

profitabilitas, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, resiko

bisnis, kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, kebijakan dividen, dan laba

ditahan. Peneliti hanya mengambil tiga faktor saja yaitu struktur aset, profitabilitas,

dan pertumbuhan penjualan.

Peneliti memakai struktur aset karena aset dalam perusahaan perkebunan lebih

khusus dibandingkan aset peusahaan lainnya. Pada perusahaan perkebunan ada yang

dimaksud dengan aset biologis. Nilai aset biologis dicatat berdasarkan depresiasi atau

nilai wajar pada saat aset tesebut dijual. Pencatatan nilai aset biologis ini

menimbulkan kontroversi karena tidak semua aset biologis dapat dijual. Pencatatan

dengan metode ini tidak mencerminkan nilai aset biologis di laporan keuanagan

perusahaan. Permasalahan ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan untuk

menerapkan International Accounting Standard (IAS) 41 di Indonesia. Peneliti

memakai faktor profitabilitas karena perusahaan perkebunan mencatat laba yang

tinggi pada saat melemahnya rupiah pada tahun 1997 di mana kebanyakan

(15)

profitablitas perusahaan perkebunan pada saat nilai tukar rupiah tidak melemah.

Peneliti memakai faktor pertumbuhan penjualan karena penjualan pada perusahaan

perkebunan berbeda dengan penjualan pada perusahaan manufaktur yang hanya

berdasarkan jumlah bahan baku dan jam kerja. Pada perusahaan manufaktur, jumlah

produksi bisa diubah dengan cara memperbanyak bahan baku, memperpanjang jam

kerja, dan memperbanyak jumlah mesin yang digunakan pada produksi. Pada

perusahaan perkebunan, produksi perusahaan tidak bisa diubah dengan

memperbanyak bahan baku ataupun memperpanjang jam kerja karena beberapa hasil

perusahaan perkebunan seperti buah tidak dapat diperbanyak dengan menambah jam

kerja atau bibit buah. Hasil produksi perusahaan perkebunan seperti buah tergantung

pada waktu untuk menghasilkan atau waktu untuk memanen buah tersebut, hal inilah

yang membuat peneliti tertarik untuk mengambil variabel pertumbuhan penjualan.

Peneliti tertarik untuk melihat apakah pertumbuhan penjualan bisa berubah signifikan

dari tahun ke tahun dan apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap

kebijakan hutang.

Tujuan utama perusahaan beroperasi adalah mendapatkan laba. Dalam

operasionalnya perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan perusahaan, baik

untuk mendanai aset tetap ataupun mendanai operasional perusahaan. Perusahaan

dapat memakai pendanaan yang berasal dari sumber internal maupun eksternal.

Dasar keputusan pendanaan yang berkaitan dengan pemilihan sumber pendanaan,

baik sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan secara teoritis

(16)

Yuliningrum, 2008 : 1) “Ada dua kerangka teori yang mendasari pendanaan yaitu

balance theory (static trade-off) dan pecking order theory”. Berdasarkan balance

theory, perusahaan mendapatkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang

optimal dengan menyeimbangkan manfaat dari pendapatan pajak atas penggunaan

hutang terhadap biaya kebngkrutan. The pecking order theory menyebutkan bahwa

perusahaan cenderung memilih sumber pendanaan internal dibanding sumber

pendanaan eksternal.

Pemilihan pendanaan, baik berasal dari pihak eksternal maupun internal

sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Suatu perusahaan yang melakukan

pemenuhan modal menggunakan dana yang berasal dari dalam perusahaan akan

mengurangi ketergantungannya pada pihak lain. Perusahaan yang kebutuhan

modalnya terus meningkat akan memilih untuk menggunakan hutang atau penerbitan

saham baru apabila sumber dana internal telah habis dipakai. Perusahaan akan

menggunakan eksternal finance pada saat internal equity tidak mencukupi.

Penggunaan eksternal finance sendiri pertama-tama menggunakan hutang, apabila

hutang tidak mencukupi, maka akan digunakan eksternal equity (Rachman, 2012 : 2).

Manajer sebagai pengelola dana perusahaan harus memperhatikan pemakaian

sumber dana untuk mengoptimalkan pendanaan perusahaan. Sumber dana internal

diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi. Sumber dana eksternal berasal dari hutang

dan penerbitan saham. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit

(17)

merupakan modal sendiri. Proporsi antara penggunaan modal sendiri dan hutang

disebut dengan kebijakan hutang perusahaan.

Penentuan proporsi antara modal dan hutang dalam kebijakan hutang oleh

manajer perusahaan. Kebijakan hutang melihat angka perbandingan antara hutang

dengan modal sendiri yang disebut dengan debt to equity ratio (DER). Semakin

tinggi rasio DER, semakin tinggi pula resiko perusahaan karena pendanaan

bersumber dari hutang. Angka DER lebih dari satu artinya penggunaan hutang lebih

besar dalam mendanai aktivitas pendanaan. Dalam mengatur nilai DER, manajer

harus menentukan struktur modal yang optimal bagi perusahaan agar resiko yang

diambil perusahaan dapat dikurangi.

Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang memaksimumkan

harga saham perusahaan. Salah satu cara memaksimumkan harga saham adalah

memaksimumkan laba perusahaan. Meningkatkan penjualan adalah salah satu cara

memaksimumkan laba perusahaan. Dalam meningkatkan penjualan, perusahaan harus

memperhatikan pendanaan dalam operasinya. Pendanaan secara umum dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti struktur aset, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman,

pertumbuhan penjualan, profitabilitas, resiko bisnis, ukuran perusahaan, dan

operating leverage.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi pendanaan membuat peneliti tertarik

untuk mengkaji lebih lanjut mengenai beberapa faktor yang lebih spesifik yaitu

(18)

dalam penelitian ini adalah struktur aset, profitabilitas, dan tingkat pertumbuhan

penjualan. Variable dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang.

Struktur aset diukur dengan cara membagi jumlah aset tetap terhadap total

aset. Profitabilitas diukur dengan cara membagi laba terhadap total aset yang

menunjukkan ratio return on assets (ROA). Tingkat pertumbuhan penjualan didapat

dengan cara membagi selisih penjualan dua tahun berturut-turut terhadap penjualan

tahun lalu. Kebijakan hutang diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang

menunjukkan proporsi penggunaan hutang terhadap ekuitas pada pendanaan

perusahaan.

Penelitian ini memakai sampel dari perusahaan perkebunan yang terdaftar di

BEI. Peneliti memakai perusahaan perkebunan sebagai sampel karena perusahaan

perkebunan tergolong sebagai usaha yang lebih spesifik dibandingkan dengan usaha

lain seperti usaha bank atau pertambangan. Perusahaan perkebunan diklasifikasikan

sebagai perusahaan yang khusus karena jumlah perusahaan perkebunan yang terdaftar

di BEI hanya mencapai 15 perusahaan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu.

Penelitian terdahulu lebih banyak mengkaji kebijakan hutang dari sisi perusahaan

manufaktur. Penelitian yang sama pada perusahaan manufaktur memberikan hasil

penelitian yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur

oleh Yuliningrum (2008), Santika (2011), dan Susilawati dkk. (2012) menyimpulkan

bahwa struktur aset tidak berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang, hal

(19)

Hardiningsih & Oktaviani (2012) yang menyimpulkan bahwa struktur aset

berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel profitabilitas dan

pertumbuhan penjualan juga mempunyai hasil yang berbeda.

Pada peneltian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh

Indahningrum & Handayani (2009) dan Ivan Nugroho (2011) menyimpulkan bahwa

profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Kusrini

(2012) yang menyimpulkan profitabilitas memberikan pengaruh yang tidak signifikan

pada kebijakan hutang. Hasil penelitian yang berbeda lainnya adalah penelitian yang

dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Nugrahaini (2012) yang menyatakan

bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan pada kebijakan

hutang, tetapi hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh

Santika dan Sudiyanto (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan

berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang.

Hasil penelitian yang berbeda dengan variabel yang sama pada perusahaan

menufaktur membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut variabel tersebut.

Peneliti telah mengambil referensi dari beberapa penelitian terdahulu mengenai sektor

perkebunan seperti Harmoni (2009), Tampubulon (2009), Hasugian (2010), Simbolon

(20)

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

3. Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kebijakan hutang

pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

4. Apakah struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan

berpengaruh secara bersama-sama terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

1.3Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan di antaranya:

1. Penelitian hanya menggunakan perusahaan perkebunan sebagai sampel.

2. Penelitian ini hanya memakai perusahaan perkebunan yang terdaftar di

BEI.

3. Penelitian hanya menggunakan perusahaan perkebunan yang menerbitkan

laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012 di BEI.

4. Penelitian hanya memiliki tiga variable independen yaitu struktur aset,

(21)

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian. a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan

penjualan terhadap kebijakan hutang.

2. Untuk mengetahui apakah struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan

penjualan secara bersama-sama mempengaruhi kebijakan hutang.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh struktur aset, profitabilitas,

dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang.

b. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Akademi

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan

mengenai manajemen keuangan yang sering dipakai dalam perhitungan

rasio pada laporan keuangan.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam

mencari hubungan antara variabel yang ada. Penelitian ini juga membantu

penulis untuk mempraktekkan ilmu yang dipelajari selama masa

(22)

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini berguna untuk dijadikan referensi dalam memutuskan

kebijakan hutang dengan mempertimbangkan proporsi struktur aset,

profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pembaca dan

membantu pembaca memahami hubungan antara variabel.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini berguna untuk dijadikan referensi dalam melakukan

penelitian yang sejenis. Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan pada

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang

a. Kebijakan Hutang.

Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen

dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan dari pihak ketiga untuk membiayai

aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan hutang berkaitan dengan struktur modal

yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan antara pemakaian

modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pada tingkat tertentu, pemilik

perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang agar dapat

mengendalikan perilaku manajer dan komisaris perusahaan. Hutang akan mengurangi

konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan

leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan - kesulitan keuangan atau

kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong para manajer bekerja

lebih efisien sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan

membayar pokok hutang dan bunga hutang yang menyebabkan free cash flow

berkurang dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri

sendiri.

Kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control yang dapat

(24)

pecking order theory, perusahaan menggunakan pendanaan internal jika tersedia dan

lebih memilih menggunakan hutang daripada ekuitas ketika pendanaan eksternal

digunakan (Hasugian, 2010:39). Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan,

perusahaan akan memakai pendanaan yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai

dari hutang, obligasi konvertibel, dan ekuitas sebagai langkah terakhir. Para manajer

yang mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor luar cenderung

memilih untuk tidak mengeluarkan saham ketika mereka percaya harga saham terlalu

rendah. Para manajer lebih menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai rendah.

Para investor memahami dan mengetahui masalah tersebut sehingga

menginterpretasikan keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk

(Siswandi, 2011:13).

Kebijakan hutang diukur menggunakan debt ratio yang mencerminkan

kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh kewajibannya yang

ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar

hutang. Nilai debt ratio yang semakin rendah menunjukkan kemampuan perusahaan

yang semakin tinggi untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang

akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham

termasuk dividen yang akan diterima. Debt ratio yang rendah diharapkan dapat

(25)

b. Pecking Order Theory

Menurut Brealey (2004 : 412) :

The pecking order explains why the most profitable firms generally borrow less. It is not because they have low target debt ratios, but because they don’t need outside money. Less profitable firms issue debt because they do not have sufficient internal funds for their capital investment program and because debt is first in the pecking order for external finance.

Selain dari pengurutan resiko berdasarkan pecking order theory, penggunaan dana

internal lebih disukai karena perusahaan tidak perlu mempublikasikan data keuangan

perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Perusahaan cenderung memilih

untuk memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa melakukan publikasi terhadap

pihak luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam

bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Husnan (2004 dalam

Sarasati, 2013 : 20) menjelaskan bahwa “pertama adalah pertimbangan biaya emisi.

Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan

karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer

khawatir penerbitan saham baru akan diartikan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan

membuat harga saham akan turun”.

Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas.

Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga.

Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen. Perusahaan

akan memilih pendanaan yang paling menguntungkan di antara alternatif yang ada.

(26)

pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Urutan penggunaan dana

yang berasal dari pihak eksternal dimulai dari hutang, penerbitan ekuitas baru, dan

laba ditahan. Cara pendanaan tersebut mengajukan teori tentang informasi asimetri

manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan

investor di pasar modal. Komposisi hutang dan ekuitas yang tidak optimal akan

mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya.

Pecking Order Theory mengenai struktur modal menurut Keown dkk. (2010 : 157) mempunyai empat poin penting yaitu:

a. Perusahaan menerapkan kebijakan dividen untuk kesempatan investasi.

b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.

c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, pertama perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas hutang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.

d. Dengan demikian banyaknya dana eksternal untuk mendanai proyeknya dengan nilai sekarang atau pendekatan positif pecking order

akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang beresiko, artinya pada hutang konvertibel, modal preferen dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

c. Signaling Theory

Menurut Brigham dkk. (2001 dalam Pithaloka, 2009 : 14) “Signaling theory

adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk

bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”.

(27)

menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan

setiap modal baru yang diperlukan dengan cara seperti penggunaan hutang yang

melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang

menguntungkan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh

suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat bahwa pihak manajemen

perusahaan memandang prospek perusahaan tersebut kurang baik. Suatu perusahaan

yang sering menawarkan penjualan saham baru akan membuat harga sahamnya

menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang

kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

d. Agency Theory

Agency theory muncul karena adanya pemisahan fungsi antara pemilik

dengan pengelola, hal ini disebabkan kebutuhan modal perusahaan tidak dapat

disediakan oleh satu pemilik. Teori perusahaan klasik tidak dapat dijadikan basis

analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa pemilik perusahaan merupakan

seorang wiraswasta yang mengelola dan mendanai sendiri perusahaannya untuk

menciptakan profit yang sebesar – besarnya. Perusahaan – perusahaan besar tidak

dapat memenuhi kebutuhan modal dari satu pemilik. Perusahaan – perusahaan besar

mengundang pihak lain untuk menanamkan modal pada perusahaan, hal ini akan

berakibat pada pemisahan wewenang perusahaan, yaitu wewenang antara pemilik dan

pengelola.

Pemilik atau pemegang saham ini disebut principal, sedangkan pengelola

(28)

perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Para manajer

yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang

saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang saham dengan pihak

manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang saham dan manajer yang

berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung mengutamakan kepentingan

pribadinya dibandingkan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham tidak

menyukai ambisi pribadi para manajer sehingga pemegang saham melakukan

pengawasan yang dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan.

Biaya yang muncul karena pengawasan tersebut dengan sendirinya akan menurunkan

tingkat laba perusahaan. Biaya – biaya yang timbul ini disebut dengan biaya

keagenan.

Wahidawati (2002 dalam Nugrahaini, 2012 : 23) menyatakan ada

beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yaitu:

1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian, kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara maksimal 2. Dengan meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan

menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.

(29)

free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen.

4. Memperkerjakan investor institutional sebagai monitoring agent. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong penigkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen.

e. Klasifikasi Hutang

Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan

hutang tidak lancar. Hutang lancar adalah kewajiban – kewajiban yang

penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aset lancar atau pembentukan

aset lainnya atau dapat diartikan sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam

waktu satu tahun. Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan

sebagai hutang tidak lancar. Hutang lancar yang biasanya terdapat dalam perusahan

adalah hutang dagang, hutang wesel, hutang gaji, hutang bunga, dan hutang pajak

penghasilan.

Hutang tidak lancar terdiri dari hutang obligasi, hutang bank, dan sewa jangka

panjang. Pendanaan perusahaan pada dasarnya terdapat dua sumber, yaitu berasal dari

pemilik dan kreditur. Kebutuhan dana untuk tujuan jangka pendek didanai oleh

hutang lancar. Kebutuhan dana yang bersifat permanen didanai dengan hutang tidak

lancar. Menurut Djarwanto (2004:34), klasifikasi hutang dibagi menjadi dua yaitu:

1 ) Hutang jangka pendek

(30)

umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau hutang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka pendek meliputi:

a. Hutang dagang (Accounts payable) adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit.

b. Wesel bayar (Notes payable) adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang ditetapkan.

c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deferred revenue) adalah penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya.

d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accrual payable) adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan

e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo (Maturing long term debt) adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang menjadi hutang jangka pendek karena sudah waktunya untuk dilunasi. 2 ) Hutang jangka panjang

Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Yang termasuk hutang jangka panjang ialah:

a. Hutang hipotek (Mortgage note payable) adalah surat tanda berhutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu misalnya bangunan, tanah, atau perabot.

b. Hutang obligasi (Bonds payable) adalah surat tanda berhutang yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan membayar bunganya secara teratur pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati. c. Wesel bayar jangka panjang (Long term notes payable) adalah wesel

(31)

2.1.2 Struktur Aset

Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap

pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset

yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih

banyak. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aktiva tetap suatu perusahaan

dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva

tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena

aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman”. Pendapat Mamduh

tersebut berbeda dengan pendapat Mayangsari (2001 : 10) yang menyatakan “pada

perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan

kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri sehingga modal asing hanya

berfungsi sebagai pelengkap”. Penjelasan pendapat tersebut adalah penggunaan aset

tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost. Suatu

perusahaan yang memakai modal asing untuk membelanjai aset tetapnya akan

membuat biaya tetap yang ditanggungnya besar.

2.1.3 Profitabilitas.

Profitabilitas menggambarkan kinerja operasional perusahaan dengan

memberikan besar keuntungan yang mampu diraih perusahaan dalam menjalankan

operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor

(32)

total aset, dan modal sendiri. Ketiga pengukuran tersebut memungkinkan seorang

penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungan dengan volume

penjualan, jumlah aset, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Akuntansi

menggunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodik dengan didasarkan pada

pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi. Prosedur tersebut

mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya - biaya sebagai elemen yang

membentuk laba atau rugi dalam suatu periode.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal. Ada tiga rasio

yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio net profit margin (NPM),

return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). Net profit margin mengukur

sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

Rasio NPM yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio

ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba

dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Rasio ROE menggambarkan tingkat

pengembalian yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. Dalam

penelitian ini, rasio yang dipakai untuk profitabilitas adalah rasio ROA. Profitabilitas

dalam penelitian ini merupakan variable independen. Semakin tinggi profit suatu

perusahaan, semakin menurun hutangnya karena dana internal yang tersedia untuk

mendanai investasinya bertambah.

Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 24) “perusahaan

(33)

relative kecil”. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan

untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan

secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap

besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat

pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Return on asset

menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva

untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.

Profitabilitas diukur dengan rasio return on assets (ROA) dengan rumus:

ROA= Laba TotalAset

Rasio ini mempunyai arti besarnya laba yang diberikan terhadap modal yang

dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut.

2.1.4 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan merupakan indikator maju atau tidaknya suatu perusahaan.

Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan

yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk pendanaan perusahaan.

Perusahaan yang pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang

daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat.

Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju

pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai

(34)

mempunyai kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal

dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.

Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 28) “perusahaan

dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak

pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan

bahwa pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang

dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku.

Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan karena

penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aset. Jika penjualan

ditingkatkan, maka aset pun harus ditambah. Dengan mengetahui penjualan dari

tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Suatu

perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak membutuhkan

pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang tumbuh dengan pesat

memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat tingkat pertumbuhan,

semakin besar kebutuhan modal.

Studi yang dilakukan oleh Kaaro (2000) menunjukkan bahwa tingkat

pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang negatif dengan

struktur modal. Teori ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan Brigham

(1983) yang menunjukkan hubungan pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai

(35)

Formulasi pertumbuhan penjualan yaitu:

Pertumbuhan penjualan = Penjualant−Penjualant−1 Penjualant−1

Keterangan :

Penjualan t = Besar penjualan pada tahun ke t Penjualan t-1 = Besar penjualan pada tahun ke t-1

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008)

Penelitian Yuliningrum berjudul “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur

Aset, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah profitabilitas, struktur aset, dan kebijakan dividen. Variabel dependen adalah

struktur pendanaan yang diwakili dengan debt to equity ratio. Hasil penelitian

menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to

equity ratio. Struktur aset dan ratio pembayaran deviden secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap debt toequity ratio. Profitabilitas, struktur aset, dan

rasio pembayaran deviden secara simultan mempunyai pengaruh signifikan positif

terhadap debt to equity ratio.

2. Eka Prasetya Harmoni (2009)

Penelitian dengan judul “Analisis Variabel Kinerja Keuangan Terhadap

(36)

independen pada penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on common

equity (ROE), earning per share (EPS), total assets turnover ratio (TATO). Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ROA, ROE, EPS, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

secara parsial. Pengujian membuktikan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO secara

simultan mempengaruhi harga saham.

3. Indahningrum & Handayani (2009)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas

Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”. Sumber data berasal dari Bursa Efek

Indonesia dengan sampel perusahaan manfaktur. Variabel dependennya adalah

kebijakan hutang dengan ukuran debt ratio. Variabel independennya adalah

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan,

profitabilitas, dan free cash flow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan

manajerial, kepemilikan instiusional, dividen, dan free cash flow berpengaruh positif

dan signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dan

profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.

4. Rizki Tampubulon (2009)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return

Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah earning per share (EPS), debt to equity ratio (DER), price to

(37)

Variabel independen pada penelitian ini adalah return saham. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa earning per share, price to earning ratio, return on investment

berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa return on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh

signifikan terhadap return saham secara parsial. Penelitian juga menunjukkan bahwa

earning per share, debt to equity ratio, price to earning ratio, return on investment ,

dan return on equity berpengaruh terhadap return saham secara simultan.

5. Christnova Hasugian (2010)

Penelitian Hasugian berjudul “Pengaruh Free Cash Flow Dan

Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III

(Persero) Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah free cash flow

dan profitabilitas. Variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara parsial free cash flow dan profitabilitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow dan profitabilitas

tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang secara simultan.

6. Ika Pratiwi Simbolon (2010)

Penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To

Total Assets, Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero)”. Penelitian ini membuktikan bahwa current ratio

pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan

signifikan terhadap return on investment. Debt to total assets memiliki hubungan

(38)

return on investment pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki

hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment.

7. Fitri Andika Sari (2011)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada

Perkebunan Nusantara IV Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

likuiditas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah arus kas yang dibagi

menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa arus kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan

tidak mempengaruhi likuiditas secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan arus

kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas

secara simultan. Dari penelitian ini didapatkan angka R sebesar 0,465, hal ini

menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara likuiditas dengan variabel

independent sangat erat yaitu sebesar 46,5%. Angka R square atau koefisien

determinasi sebesar 0,216. Angka ini mengindikasikan bahwa 21.6% variasi atau

perubahan dalam likuiditas dapat dijelaskan oleh variasi variable aktivitas operasi,

aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.

8. Ivan Nugroho (2011)

Penelitian dengan judul “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas

Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di BEI 2006-2009”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow. Sementara variabel

(39)

kepemilikan institusional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash

flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan.

9. Zera Selvira Hendrianti (2011)

Penelitian dengan judul “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap

Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel

independen pada penelitian ini adalah capital expenditure, dividend payment, current

investment, operating cash flow. Variabel dependen pada penelitian ini adalah

perubahan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital

expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow berpengaruh

signifikan positif terhadap perubahan hutang jangka panjang.

10.Santika dan Sudiyanto (2011)

Penelitian dengan judul ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan

Manufaktur Di Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan profitabilitas terhadap struktur modal.

Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan penjualan

berpengaruh signifikan dan positif pada struktur modal. Struktur aset tidak

berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan

(40)

11.Hari Kusrini (2012)

Kusrini dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko

Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan

Manufaktur”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,

risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas. Variabel dependen adalah kebijakan

hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang sedangkan risiko bisnis

dan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap

kebijakan utang secara simultan.

12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)

Penelitian dengan judul jurnal “Determinan Kebijakan Hutang Dalam

Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”. Tujuan

dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel free cash flow,

profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan, retained earning

dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Variabel independen adalah

free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan,

retained earning dan kepemilikan manajerial. Variabel dependen adalah debt to

equity ratio. Sampel dalam penelitian ini adalah manufaktur perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011 dengan jumlah 135 sampel

perusahaan manufaktur. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap

(41)

kebijakan hutang. Variabel struktur aset perusahaan berpengaruh positif signifikan

terhadap kebijakan hutang. Saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan hutang. Variabel free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh signifikan terhadap hutang.

13.Sarsa Meta Nugrahaini (2012)

Penelitian dengan judul “Analasis Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan

Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan Manajerial Ownership Terhadap Struktur Modal

Perusahan”. Penelitian ini mengambil perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

periode 2008-2010 sebagai sampel. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan

bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan

manajerial ownership berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal

perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel profitabilitas,

manajerial ownership dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal.

14.Susilawati Dkk. (2012)

Penelitian dengan judul jurnal “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

Periode sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur tahun 2006-2010. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, institusional,

kebijakan dividen, struktur aset, profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan.

(42)

dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Struktur aset,

profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan hutang.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama, Tahun, dan Judul

Penelitian

Variabel Penelitian Hasil penelitian

1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008) “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur Asset, Dan Kebijakan Dividen

Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan

Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” signifikan terhadap debt to equity ratio. Strukur aset dan rasio pembayaran deviden secara parsial tidak signifikan terhadap debt to

equity ratio. Secara

simultan, profitabilitas, terhadap debt to equity ratio.

(43)

3. Indahningrum & Handayani

(2009) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan” dividen, dan free cash flow

berpengaruh positif dan signifikan dengan pre- diksi utang perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan

dan profitabilitas berpengaruh negatif dan

signifikan.

4. Rizki Tampubulon (2009)

“Pengaruh Kinerja

Earning per share, price to earning ratio, return on investment berpengaruh signifikan terhadap return

saham secara parsial. Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa return

on equity dan debt to equity 5. Christnova Hasugian (2010)

“Pengaruh Free Cash Flow

Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III

Free cash flow dan

(44)

6. Ika Pratiwi Simbolon (2010) “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets,

Dan Total Assets Turnover

Dengan Return On To Total Assets, dan

Total Assets Turnover

Variabel Dependen:

Return On Investment

Current ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return on investment. Debt to total

assets ratio pada PT.

Perkebunan Nusantara III

(Persero) memiliki hubungan positif dan tidak

signifikan terhadap return on investment. Total assets turnover memiliki hubungan positif dan tidak signifikan

terhadap return on

investment.

7. Ivan Nugroho (2010)

“Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas

Dan Free Cash Flow

Terhadap Kebijakan Utang

8. Zera Selvira Hendrianti (2011) “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan

Pertambangan Yang Terdaftar di BEI”.

Variabel independen: Capital Expenditure,

Dividend Payment, menunjukkan bahwa capital

expenditure, dividend

payment, current

(45)

9. Santika dan Sudiyanto

10. Fitri Andika Sari (2012) “Pengaruh Arus Kas

kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan secara parsial tidak mempengaruhi likuiditas. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan

tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan.

(46)

12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)

“Determinan Kebijakan Hutang Dalam Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”

Variabel Independen:

Free cash flow, Profi-tabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset Perusahaan,

Retained Earning dan Kepemilikan kebijakan hutang, saldo laba

ditahan berpengaruh negatif

signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash

flow dan kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

13. Sarsa Meta Nugrahaini

(2012) “Analasis

Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan

manajerial ownership

berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran

perusahaan. Variabel profitabilitas, manajerial

(47)

14. Susilawati Dkk. (2012) “Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” dividen, dan struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, Profitabilitas, free cash flow

dan ukuran perusahaan ber-pengaruh signifikan ter-hadap kebijakan hutang.

Sumber: diolah oleh peneliti

2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan cara bagaimana variabel dalam suatu

permasalahan dihubungkan sehingga didapatkan gambaran mengenai penelitian yang

akan mempermudah peneliti dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini

terdapat tiga variabel independen yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan

penjualan. Variabel independen ini akan diuji kebenarannya terhadap variabel

(48)

Kerangka konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam

perusahaan. Kebijakan hutang menunjukkan proporsi penggunaan hutang dengan

modal sendiri pada perusahaan. Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil

oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi

perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional

perusahaan. Sumber dana perusahaan berasal dari sumber dana internal dan sumber

dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari arus kas perusahaan sedangkan

sumber dana eksternal diperoleh dari kreditor dalam bentuk hutang dan dari ekuitas

pemegang saham. Proporsi hutang yang relatif kecil mengindikasikan bahwa

perusahaan cenderung lebih memilih pendanaan melalui penerbitan saham dan H4

Struktur Aset (X1)

Profitabilitas (X2)

Pertumbuhan Penjualan (X3)

Kebijakan Hutang

(Y) H1

H2

H3

(49)

penggunaan laba ditahan dibandingkan dengan melakukan pinjaman atau hutang agar

perusahaan dapat terhindar dari beban hutang yang tinggi

Kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme kontrol

terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Hutang

merupakan suatu mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol

konflik keagenan. Perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan

principal. Pembayaran atas bunga dan principal mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan aliran kas bebas. Pemegang saham menginginkan aliran kas bebas

tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sedangkan manajer

berkeinginan menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada

proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah

insentif bagi manajer.

Para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan

keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka

menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut. Hutang dapat digunakan untuk

mengendalikan penggunaan aliran kas bebas. Hutang dapat dipakai untuk

menghindari investasi yang sia - sia karena hutang yang meningkat menyebabkan

manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan

pinjaman pokok secara periodik sehingga aliran kas bebas yang tersisa menjadi kecil.

Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap

pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset

(50)

banyak. Struktur aset mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan dengan beberapa

cara. Perusahaan yang mempunyai aset tetap yang signifikan akan banyak

menggunakan hutang hipotik jangka panjang dalam pendanaannya. Dengan

demikian, struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang secara tidak langsung.

Pendanaan dengan hutang dapat diklasifikasikan sebagai eksternal finance.

Pendanaan eksternal kurang disukai karena menimbulkan beban tetap berupa bunga

yang akan mempengaruhi tingkat leverage perusahaan. Perusahaan yang mempunyai

modal yang memadai dalam pendanaannya akan lebih memilih pendanaan secara

internal. Pemenuhan hutang dengan modal sendiri sesuai dengan pecking order

theory yang menyatakan perusahaan memakai modal internal sebelum memakai

modal eksternal.

Profitabilitas adalah bagian yang mencerminkan kemampuan dari perusahaan

untuk menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan kinerja perusahaan pada

periode tertentu. Profitabilitas diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh

perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan

perusahaan seperti jumlah aset perusahaan atau penjualan investasi. Profitabilitas

memiliki pengaruh yang berbanding terbalik dengan kebijakan hutang karena

perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang yang

relatif kecil, hal ini disebabkan perusahaan telah memperoleh dana untuk pembiayaan

melalui laba ditahan.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk

(51)

internal. Perusahaan dengan profitabiitas yang rendah lebih memilih untuk memakai

hutang untuk pendanaan. Kebijakan hutang dipengaruhi profitabilitas karena

profitabilitas akan merefleksikan laba yang akan digunakan untuk pendanaan

investasi. Keputusan kebijakan hutang secara langsung berpengaruh terhadap

besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat

pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Profitabilitas dapat diukur

dengan berbagai rasio seperti return on investment, return on total assets, net interest

margin, dan return on equity. Peneliti memakai ratio return on total assets karena

ratio tersebut menunjukkan hubungan antara profitabilitas dengan efisiensi

penggunaan aset.

Penjualan yang relatif stabil dan selalu meningkat pada sebuah perusahaan

memberikan kemudahan dari perusahaan tersebut untuk memperoleh aliran dana

eksternal atau hutang untuk meningkatkan operasionalnya. Perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi mempunyai kecenderungan

menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal dibandingkan dengan

perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Jika pertumbuhan

penjualan meningkat setiap tahun, maka kreditor akan lebih percaya akan

kemampuan perusahaan sehingga perusahaan bisa mendapatkan dana lebih banyak

untuk operasional perusahaan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat

lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang

(52)

Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak

membutuhkan hutang sebagai pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang

tumbuh dengan pesat memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat

tingkat pertumbuhan, semakin besar kebutuhan modal.

2.3.2 Hipotesis Penelitian.

Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai

karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian

yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol merupakan hipotesis yang

diterima, kecuali bahwa data yang yang kita kumpulkan salah. Hipotesis alternatif

merupakan hipotesis yang diterima hanya jika data yang kita kumpulkan

mendukungnya. Menurut Erlina (2011 : 42), “hipotesis adalah proposisi yang

dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan

ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau di uji kebenarannya

mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi

fenomena-fenomena”.

Landasan teori menjelaskan beberapa pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Analisis pengaruh masing - masing variabel independen terhadap

variabel dependen memberikan hipotesis yang diduga menjadi kesimpulan penelitian.

(53)

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Struktur Asetberpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.

H2 : Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.

H3 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan

hutang.

H4 : Struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.

Desain penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah desain

asosiatif kausal. Menurut Harahap (2010 : 154) “desain asosiatif kausal adalah

desain yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat

hubungan atau pengaruh yang menyatakan hubungan bersifat sebab dan akibat antara

dua variable atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori

yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala”.

Data yang diperoleh penulis merupakan data sekunder. Menurut Erlina (2011 : 22)

“data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data

dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data“. Data sekunder yang

didapatkan selama proses penelitian akan diolah, dianalisis, dan diproses untuk

dipakai pada perhitungan penelitian. Metode penelitian dirancang melalui langkah –

langkah penelitian dari penentuan sampel, metode pengumpulan data, operasional

variable, pengukuran variable, sampai analisis data melalui statistik untuk

mendapatkan kesimpulan dan saran.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua perusahaan

perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data populasi didapatkan penulis

(55)

data dilakukan dengan cara purposive sampling. Menurut Erlina (2011 : 88)

purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan atau berdasarkan kuota

tertentu”. Perusahaan yang dipilih menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang

memenuhi kriteria berikut :

1. Perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI serta mempublikasikan laporan

keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012.

2. Perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI serta mendapat laba

berturut-turut pada tahun 2010, 2011, dan 2012.

Kriteria tersebut disajikan dalam tabel berikut untuk mengklasifikasikan jumlah

sampel yang akan dipakai dalam penelitian:

Tabel 3.1 Kriteria Perusahaan Yang Dijadikan Sampel.

Keterangan Jumlah

• Total perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI

• Perusahaan perkebunan yang tidak mengeluarkan

laporan keuangan berturut-turut untuk tahun 2010-2012

• Perusahaan perkebunan yang tidak mendapat laba

berturut-turut untuk tahun 2010-2012

• Jumlah perusahaan yang disajikan sampel

15

(6)

(1)

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Kriteria Perusahaan Yang Dijadikan Sampel.
Tabel 3.3 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bank Tabungan Negara ini sebagai topik penelitian untuk tujuan mendapatkan pemahaman apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan dengan membandingkan kinerja

Adapun judul Penelitian dalam Laporan Akhir ini adalah Pengaruh Penambahan Volume Mikroba Dan Enzim Terhadap Pembuatan Bioetanol dari Singkong Karet

Fokus utama dari Belantara adalah untuk mengalokasi hibah untuk mendukung pemulihan, perlindungan dan konservasi spesies yang terancam punah (khususnya Harimau Sumatera,

Sumber radiasi dari material pascairadiasi dalam berbagai bentuk berupa utilisasi (peralatan) dengan berbagai tingkat paparan radiasi perlu dikendalikan mulai dari

Pada menjalankan kuasa-kuasa yang diberi oleh Seksyen 168, Kanun Tanah Negara, notis adalah dengan ini diberi bahawa adalah dicadangkan hendak mengeluarkan

Kesimpulan: faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada mahasiswa semester VI Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Dari hasil pembuatan umpan zirkonil nitrat dari bahan zirkon oksidklorid hasil proses PTAPB yang berwarna kuning ternyata tidak bisa larut sempurna dan setelah

Pelaksanaan konsep desain kapasitas struktur adalah memperkirakan urutan kejadian dari kegagalan suatu struktur berdasarkan beban maksimum yang dialami struktur, sehingga