LAMPIRAN A
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Muhammad Akhyar dan Eha Kurniasih, 2000. “Analisis Tingkat Kesehatan
Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan
Altman (Kasus pada Sepuluh Perusahaan di Indonesia)”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 4 Nomor 2.
Altman, E. T. dan T. McGough, 1974. “Evaluation of a Company as a Going Concern”, Journal of Accountancy, Desember, hal 50-57.
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000. Teori Akuntansi, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Boynton, W. C., R. N. Johnson, dan W. G Kell, 2002. Modern Auditing, Erlangga, Jakarta
Chen, Kevin C. W. dan Bryan K. Church, 1992. “Default on Debt Obligations and the
Issuance of Opini Going-Concern Opinions”, Auditing: A Journal of Practice and Theory, Volume 11 Nomor 2: 30-49.
Deis, Donald L. dan Gari A. Giroux, 1992. “Determinants of Audit Quality in the
Public Sector”, The Accounting Review , Volume 67 Nomor 3, Juli, hal 462 -479.
Endri, 2009. “Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola
Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman Z-Score”, Perbanas Quarterly, Volume 2 Nomor 1.
Erlina, 2011. Metodologi Penelitian: Untuk Akuntansi, USU Press, Medan.
Espahbodi, Reza, 1991. “Second Opinion, Opinion Shopping and Independence”,
The CPA Journal Online.
Fanny, M. dan Saputra, S., 2005. “Opini Audit Going Concern: Kajian berdasarkan
Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi
Geiger, M. dan K. Raghunandan. 2002. “Going Concern Opinions in The “New”
Legal Environtment”, Accounting Horizons, Volume 16 Nomor 1 hal 17-26.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghosh, Aloke dan Doo Cheol Moon, 2003. “Does Auditor Tenure Impair Audit Quality?”
Ho, Joanna L., 1994. “The Effect of Experience on Consensus of Going-Concern
Judgements”, Behavioral Research in Accounting, Volume 6: 160-172.
Hofer, C. W., 1980. “Turnaround Strategies”, Journal of Business Strategy.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta.
Januarti, Indira, 2009. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
(Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,
Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang.
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono, 2010. “Faktor NonKeuangan pada Opini Going Concern”, Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto: 13-15 Oktober.
Koh, Hian Chye dan Sen Suan Tan, 1999. “A Neural Network Approach to Prediction of Going Concern Status”, Accounting and Business Research,
Volume 29 Nomor 3: 211-216.
Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Lennox, C., 2002. Opinion Shopping, Audit Firm Dismissals, and Audit Committees.
Louwers, Timothy J., 1998. “The Relation between Going-Concern Opinions and the
Mayangsari, Sekar, 2003. “Pengaruh Kualitas Audit dan Independensi terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya:
16-17 Oktober.
McKeown, et al., 1991. “Towards an Explanation of Audiotor Failure to Modify the
Audit Opinions of Bankrupt Companies”, Auditing: A Journal of Practice and Theory, Supplement, 1-13.
Mutchler, et. al., 1997. “The Influence of Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Report Decisions on Bankrupt Companies”, Journal of Accounting Research. Autumn.
N, Suprobo Ningtias. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
http://eprints.undip.ac.id/26741/1/Suprobo_Ningtias_N_%28skripsi%29_%2 8r%29.pdf (23 Mar. 2014)
Petronela, Thio Anastasi, 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit, BALANCE, 1 Maret, Volume 1Nomor 1 hal 46-55.
Praptitorini, Mima Dyah dan Indira Januarti, 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi X.
Putra, I Gede Cahyadi, 2010. “Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen”, Universitas Udayana, Bali.
Ramadhany, Alexander, 2004. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi, Volume 4
hal 146-160.
Santosa, Arga Fajar dan Linda K. Wedari, 2007. “Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”,
JAAI, Volume 11 Nomor 2 hal 141-158.
Setiawan, Santy, 2006. “Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan”, Jurnal Ikatan Akuntansi, Volume 5 Nomor 1 hal 59-67.
Setyarno, et al., 2007. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini
Audit Going Concern”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Volume 7 Nomor 2 hal 129-140.
Sinason, et al., 2001. An Investigation of Auditors and Client Tenure. http://www.bsu.edu/mcobwin/majb/?p=235 (20 Mar. 2014).
Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Umar, Husein, 2001. Riset Akuntansi: Metode Riset Sebagai Cara Penelitian Ilmiah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Venuti, Elizabeth K., 2007. “The Going Concern Assumption Revisited: Assesing a Company’s Future Viability”, The CPA Journal Online.
Weston, J. F. dan Copeland T. E., 1992. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Erlangga.
Whitaker, R. B., 1999. “The Early Stages of Financial Distress”, Journal of Economics and Finance.
Wooten, T. G., 2003. “It is Impossible to Know the Number of Poor Quality Audits that Simply Go Undectected and Unpublicized”, The CPA Journal, Januari, hal 48-51.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kausal. Menurut Sugiyono (2004: 30), penelitian desain kausal adalah
penelitian yang bertujuan untuk menganalisi hubungan sebab akibat antara
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen
(variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini akan menguji pengaruh atau
hubungan sebab akibat variabel independen, yaitu pertumbuhan perusahaan,
audit client tenure, pergantian auditor, dan kesulitan keuangan terhadap
variabel dependen, yaitu opini audit going concern.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian,
peneliti akan menggunakan data-data yang disediakan oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data
yang diukur dalam bentuk skala numeric dan merupakan data sekunder, yaitu
laporan historis yang telah tersimpan dalam arsip, baik yang dipublikasikan
maupun yang tidak dipublikasikan (Kuncoro, 2003: 124). Data bersumber
dari situs Bursa Efek Indonesia , www.idx.co.id.
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah bulan Januari 2014 dimulai
dengan pengajuan judul dan pengesahan judul hingga bulan Juni 2014 untuk
penyelesaian dan pengesahan skripsi.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan
ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Alasan peneliti
menetapkan batasan operasional adalah untuk menghindari munculnya salah
pengertian atau salah tafsir terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian.
Tujuan dari batasan operasional adalah agar peneliti dapat mencapai suatu alat
ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan
konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat
ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang akan
diteliti. Oleh karena itu, batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2012.
3. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari : pertumbuhan
perusahaan, audit client tenure, pergantian auditor dan kesulitan
keuangan.
3.4 Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat adanya variabel independen (Sugiyono, 2004: 33).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going
concern. Opini audit going concern, yaitu salah satu konsep yang
paling penting yang menjadi dasar pelaporan keuangan (Gray &
Manson, 2000). Opini audit going concern ada merupakan opini audit
modifikasi yang diberikan auditor bila terdapat keraguan atas
kemampuan going concern perusahaan atau terdapat ketidakpastian
yang signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam
menjalankan operasinya (SPAP, 2011). Variabel ini merupakan
variabel dummy yang diukur dengan angka 1 bila perusahaan
meneriman Going Concern Audit Opinion (GCAO) dan angka 0 bila
menerima opini Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO)
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (Sugiyono, 2004: 33). Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pertumbuhan Perusahaan
Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur
kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan.
Pertumbuhan penjualan = � ℎ −� ℎ −1
� ℎ −1
Data ini diperoleh dengan menghitung sales growth ratio
berdasarkan laporan laba/rugi masing-masing auditee. Hasil
perhitungan rasio pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala
rasio.
b. Audit client tenure
Gheiger dan Ragunandhan (2002) menjelaskan tenure adalah
hubungan auditor dan klien diukur dengan jumlah tahun. Semakin
kemungkinan perusahaan menerima opini going concern (Junaidi
dan Hartono, 2010: 8). Variabel audit tenure dalam penelitian ini
menggunakan rasio interval, yaitu memberikan skor +1 untuk
auditee yang tidak diaudit oleh KAP yang sama pada tahun
berikutnya dan 0 untuk auditee yang diaudit oleh KAP yang sama.
c. Pergantian Auditor
Pergantian auditor dapat terjadi apabila kesepakatan mengenai
kontrak kerja yang telah habis disepakati untuk tidak diperpanjang
atau dapat juga apabila auditor mengundurkan diri ditengah-tengah
waktu penugasan. Dalam penelitian ini, pergantian auditor
menggunakan variabel dummy, dimana nilai “0” diberikan untuk
perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor, sedangkan
nilai “1” diberikan untuk perusahaan yang melakukan pergantian
auditor.
d. Kesulitan Keuangan
Variabel ini menggunakan proksi yaitu dengan prediksi
Model revisi Altman :
Dimana :
Z = Z (Zeta) Score
Z1 = Working Capital/Total Asset
Z2 = Retained Earnings/Toatal Asset
Z3 = Earnings before interest and taxes/Total Asset
Z4 = Market value of equity/Book value of debt
Z5 = Sales/Total Asset
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Erlina (2011: 48) menyatakan bahwa pengukuran merupakan suatu
proses pemberian angka atau simbol pada karakteristik atau property sesuai
dengan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. Pengukuran variabel
menggunakan skala yang dapat dibedakan atau skala nominal, skala ordinal,
skala interval, dan skala rasio. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
skala nominal dan skal rasio. Erlina (2011: 49) juga memberikan definisi
bahwa skala nominal merupakan skala pengukuran yang menggunakan
kategori, kelompok, atau klasifikasi konstruk yang diukur dalam bentuk
kategori, peringkat, jarak, dan perbandingan konstruk yang diukur dan
memiliki dasar (based value) yang tidak dapat diubah.
Pergant
Melalui tabel 3.1 dapat dilihat bagaimana pengukuran yang dilakukan
dalam penilitian ini, baik variabel dependen maupun variabel independen.
Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari pengukuran
melalui skala rasio maupun skala nominal. Tabel diatas juga menyajikan
definisi dari masing-masing variabel yang terdapat dalam variabel ini.
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi Penelitian
Sugiyono (2004: 72) menyatakan populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2012 (4 tahun).
3.6.2 Sampel Penelitian
Erlina (2011: 81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian
populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.
Teknik pengambila sampel yang digunakan adalah purposive sampling
yaitu teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan
atau kriteria tertentu. Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2009-2012 dan tidak sedang berada dalam proses delisting
pada periode tersebut.
2. Perusahaan telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan
keuangan lengkap yang telah diaudit oleh auditor independen
untuk tahun buku 2009-2012.
3. Perusahaan memiliki periode laporan keuangan berakhir pada
tanggal 31 Desember.
4. Tidak mengalami laba bersih setelah pajak yang negative
sekurangnya dua periode laporan keuangan selama periode
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria di atas dapat dilihat
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
NO. KRITERIA yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2012 dan tidak
3. Periode laporan keuangan
berakhir tanggal 31 Desember 0 34
4.
Tidak mengalami laba setelah pajak yang negatif sekurangnya dua periode laporan keuangan
(18) 16
Jumlah perusahaan sampel 23 16
Jumlah tahun pengamatan 4
Total sampel selama periode
2. Bakrieland Development Tbk. ELTY
3. Ciputra Property Tbk. CTRA
4. Ciputra Surya Tbk. CTRS
6. Duta Graha Indah Tbk. DGIK 7. Gowa Makassar Tourism Development Tbk. GMTD
8. Intiland Development Tbk. DILD
9. Jakarta International Hotel & Development Tbk. JIHD 10. Jakarta Setiabudi International Tbk. JSPT
11. Kawasan Industri Jababeka Tbk. KIJA
12. Lippo Cikarang Tbk. LPCK
13. Lippo Karawaci Tbk. LPKR
14. Mas Murni Indonesia Tbk. MAMI
15. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. PJAA
16. Summerecon Agung Tbk. SMRA
3.7 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain (Umar,
2001: 69). Data penelitian ini mencakup laporan keuangan yang telah
dipublikasikan yang diambil dari database Bursa Efek Indonesia dengan cara
mengunduh data melalui website resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu
www.idx.co.id selama tahun 2009-2012.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan cara
dokumentasi, dimana penulis mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data
langsung dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan di Bursa Efek
cara mengunduh data yang tersedia, terdiri dari laporan auditor independen
dan laporan keuangan perusahaan real estate yagn terdaftar di BEI dan sesuai
dengan kriteria pemilihan sampel.
3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui
karakteristik sampel yang digunakan dalam menggambarkan
variabel-variabel dalam penelitian. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah,
sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan
standar deviasi.
3.9.2 Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis
multivariat melalui regresi logistic (logistic regression). Hal ini
dilakukan karena variabel dependen merupakan data kualitatif yang
menggunakan variabel dummy. Regresi logistik digunakan untuk
menguji apakah probabilitas terjadinya variabel dependen dapat
diprediksi dengan menggunakan variabel independen. Pada teknik
analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji
asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Regresi
tidak memerlukan homescedacity untuk masing-masing variabel
independennya. Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
OGC = α + β1 GROWTH + β2 AUCT + β3 AUCH + β4 BANKRUPT + ԑ
α = konstanta
OGC = Variabel dummy, opini audit (kategori 1 untuk
auditee dengan opini audit going concern
(GCAO) dan 0 untuk auditee dengan opini audit
non going concern (NGCAO))
GROWTH = Rasio Pertumbuhan Perusahaan
AUCT = Audit Client Tenure
AUCH = Pergantian Auditor
BANKRUPT =Prediksi kebangkrutan menggunakan revised
Altman
ԑ = Kesalahan Residual
3.9.2.1 Menguji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)
Kebanyakan model regresi dinilai dengan
menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan
antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Hipotesis yang digunakan untuk menilai
model fit adalah sebagai berikut :
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Jika nilai statistik Hosmer dan Lemeshow’s
sama dengan atau kurang dari 0,05 nmaka hipotesis nol
ditolak yang berarti terdapat perbedaan signifikan
antara model dengan nilai observasinya sehingga
goodnessfit model tidak baik, karena model yang telah
dirumuskan tidak dapat memprediksi nilai
observasinya. Jika nilai Hosmer dan Lemershow’s
lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol diterima yang
berarti model mampu memprediksi nilai observasinya.
3.9.2.2 Menguji Model Keseluruhan Model (Overall Fit Model)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang
Hipotesis untuk menilai model fit adalah :
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data
maka H0 harus diterima. Statistik yang digunakan
berdasarkan Likelihood. Likelihood L dari model
adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan
menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis
nol dan alternative, L ditransformasikan menjadi -2
LogL.O utput SPSS memberikan dua nilai -2Log L,
yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan
konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta
tambahan bebas.
Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal
dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya
menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit
dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada
regresi logistic mirip dengan pengertian “Sum of Square
Error” pada model regresi, sehingga penurunan modal
Log Likelihood menunjukkan model regresi yang
3.9.2.3 Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Estimasi parameter dapat dilihat melalui
koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap
variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan
antara variabel yang satu dengan yang lainnya.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara
membandingkan antara nilai probabilitas (sig). Apabila
terlihat angka signifikan lebih kecil dari 0,05 maka
koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat 5%
maka berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti
bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan
terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula
sebaliknya, jika angka signifikansi lebih besar dari 0,05
maka berarti H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
bahawa variabel bebas tidak berpengaruh tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya
variabel terikat.
3.9.2.4 Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen (pertumbuhan perusahaan, audit
keuangan) secara bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap opini audit going concern.
Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho akan
ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikansi F<5 %.
Data analisis dengan model regresi berganda sebagai
berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4 + e
Keterangan :
Y : Opini Going-Concern
α : Konstanta
X1 : Pertumbuhan perusahaan
X2 : Audit client tenure
X3 : Pergantian auditor
X4 : Kesulitan keuangan
β1, β2, β3, β4 ,: Koefisien Regresi
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik.
Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft
excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian
menggunakan regresi logistik. Pengujian asumsi klasik dan regresi logistik
digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 21. Prosedur dimulai
dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut
dan menghasilkan output-output sesuai dengan metode analisis data yang
telah ditentukan.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 16 perusahaan
yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian dan diamati
selama periode 2009-2012.
4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai
variance, serta standar deviasi data yang digunakan dalam
penelitian. Dimana komponen-komponen statistik deskriptif dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata (mean) adalah jumlah seluruh angka pada data
yang dibagi dengan jumlah data yang ada,
2. Median adalah nilai tengah data setelah data tersebut
diurutkan dari angka terkecil ke angka tertinggi,
3. Range adalah selisih dari nilai tertinggi dengan nilai terendah
dalam suatu kumpulan data,
4. Standard deviation adalah nilai simpangan baku. Semakin
kecil nilainya, maka data yang digunakan mengelompok di
sekitar nilai rata-rata,
5. Variance adalah jumlah selisih antara data dengan rata-rata
data dan kemudian dibagi dengan jumlah data dikurangi
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum Max Mean Std. Deviation Variance
Rasio Pertumbuhan 64 1,6524 -,4222 1,2302 ,320945 ,3987865 ,159
Audit Client Tenure 64 3 1 4 2,19 1,097 1,202
Pergantian Auditor 64 1 0 1 ,09 ,294 ,086
Kesulitan keuangan 64 3,4768 ,6413 4,1181 1,668261 ,6627437 ,439
Opini Audit Going
Concern
64 1 0 1 ,97 ,175 ,031
Valid N (listwise) 64
Sumber: Diolah dengan SPSS, 2014.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan penggambaran tentang data
yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Variabel Rasio Pertumbuhan memiliki nilai minimum yaitu -0,4222 dan
nilai maksimum yaitu 1,2302, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu
0,320945. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa perusahaan yang
dijadikan sampel penelitian memiliki pertumbuhan keuangan menurun
dari tahun sebelumnya yang menyebabkan nilai negatif. Standard
deviation variabel ini adalah 0,3987865 dan variance 0,519. Rentang
dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai
antara nilai maksimum dan nilai minimum.
2. Variabel Audit Client Tenure memiliki nilai minimum yaitu 1 dan nilai
maksimum yaitu 4, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 2,19. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai audit tenure bersifat interval atau data
berbentuk tingkatan yang dimulai dari angka 1 sampai angka 4. Hal ini
juga mengindikasikan bahwa sedikitnya ada beberapa perusahaan yang
dijadikan sampel penelitian diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
berturut-turut selama tahun 2009-2012. Standard deviation variabel ini
adalah 1,097 dan variance 1,202. Rentang nilai (range) senilai 3
menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan
nilai minimum.
3. Variabel Pergantian Auditor memiliki nilai minimum yaitu 0 dan nilai
maksimum yaitu 1, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,09. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel pergantian auditor bersifat dummy.
Standard deviation variabel ini adalah 0,294 dan variance 0,086.
Rentang nilai (range) senilai 1 menunjukkan bahwa data yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya
perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.
4. Variabel kesulitan keuangan memiliki nilai minimum yaitu 0,6413 dan
1,668261. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun sampel
penelitian yang memiliki nilai kesulitan keuangan negatif. Standard
deviation variabel ini adalah 0,6627437 dan variance 0,439. Rentang
nilai (range) senilai 3,4768 menunjukkan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai
antara nilai maksimum dan nilai minimum.
5. Variabel Opini audit going concern memiliki nilai minimum yaitu 0 dan
nilai maksimum yaitu 1, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,97. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel opini audit going concern bersifat dummy.
Dimana dapat disimpulkan nilai mean sebesar 0,97 atau 97% yang
mengindikasikan bahwa hampir seluruh sampel penelitian
menggunakan angka 1 dalam konversi data penelitiannya yang berarti
banyak opini audit menggunakan opini audit going concern. Standard
deviation variabel ini adalah 0,175 dan variance 0,131. Rentang nilai
(range) senilai 1 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara
nilai maksimum dan nilai minimum.
4.2.2 Uji Multikolonieritas
Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala
korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Multikolonieritas adalah
dengan yang lainnya, dalam hal ini variabel-variabel ini disebut tidak
orthogonal. Variabel yang bersifat orthogonal adalah variabel yang
memiliki nilai korelasi diantaranya sama dengan nol. Dalam penelitian
ini jejak multikolonieritas dapat dilihat dari nilai korelasi antar
variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Hasil uji gejala
multikolonieritas disajikan pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas Correlation Matrix
Constant X1 X2 X3 X4
Step 1
Constant ,546 -,039 -,622 -,494 -,656
X1 -,039 ,768 -,171 -,160 -,199
X2 -,622 -,171 ,786 ,583 ,002
X3 -,494 -,160 ,583 ,345 -,037
X4 -,656 -,199 ,002 -,037 ,855
Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2014.
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
multikolonieritas antar variabel independen. Gejala multikolonieritas terjadi
apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0.90. Matriks
korelasi di atas memperlihatkan bahwa korelasi antar variabel independen
disimpulkan bahwa variable rasio pertumbuhan, audit client tenure,
pergantian auditor dan kesulitan keuangan perusahaan lolos uji gejala
multikolonieritas.
4.2.3 Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah
dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (block
number = 0) dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (block number =
1). Nilai -2 log likelihood awal pada block number = 0, dapat
ditunjukkan melalui tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL awal)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 25,762 1,875
2 18,905 2,757
3 17,859 3,264
4 17,800 3,421
6 17,800 3,434
Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2014
Nilai -2 log likelihood akhir pada block number = 1, dapat ditunjukkan
melalui tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4
Nilai -2 log likelihood (-2 LL akhir)
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant X1 X2 X3 X4
Step 1
1 25,010 1,905 -,079 ,025 -,551 -,005
2 17,243 2,841 -,230 ,076 -1,196 -,014
3 15,520 3,432 -,502 ,176 -1,708 -,030
4 15,258 3,646 -,778 ,303 -1,884 -,046
5 15,243 3,657 -,877 ,368 -1,894 -,055
6 15,242 3,654 -,884 ,375 -1,893 -,056
7 15,242 3,654 -,884 ,375 -1,893 -,056
Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2014
Dari tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa -2 log
memasukkan konstanta yang dapat dilihat pada step 1, memperoleh
nilai sebesar 25,762. Kemudian pada tabel selanjutnya dapat dilihat
nilai -2 LL akhir dengan block number = 1 nilai -2 log likelihood pada
tabel 4.3 mengalami perubahan setelah masuknya beberapa variabel
independen pada model penelitian, akibatnya nilai -2 LL akhir pada
step 7 menunjukkan nilai 15,242.
Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL
function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir)
menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data
(Ghozali,2005). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa
model penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan
variabel bebas yaitu rasio pertumbuhan, audit client tenure, pergantian
auditor dan kesulitan keuangan perusahaan ke dalam model penelitian
akan memperbaiki model fit penelitian ini.
4.2.4 Menguji Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan
menggunakan goodness of fitness test yang diukur dengan nilai chi
square pada bagian bawah uji hosmer and lemeshow. Jika nilai
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ≤ 0,05, maka berarti
sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya (Ghozali, 2005).
Tabel 4.5
Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 8,053 8 ,428
Sumber: Diolah dengan SPSS, 2014
Tabel 4.5 menunjukkan nilai Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit sebesar 8,053 dengan signifikansi 0,428. Nilai
signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 maka Ho tidak dapat
ditolak (diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk
digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan
yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati.
Tabel 4.6
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Opini Audit Going Concern =
opini audit non going concern
Opini Audit Going Concern =
opini audit going concern
Total
Step 1
1 1 1,000 5 5,000 6
2 0 ,224 6 5,776 6
3 0 ,142 6 5,858 6
4 0 ,120 6 5,880 6
5 1 ,112 5 5,888 6
6 0 ,101 6 5,899 6
7 0 ,086 6 5,914 6
8 0 ,077 6 5,923 6
9 0 ,059 6 5,941 6
10 0 ,078 10 9,922 10
Sumber: Diolah dengan SPSS, 2014
Dari tabel kontijensi untuk uji hosmer and lemeshow, dapat
dilihat bahwa dari sepuluh langkah pengamatan untuk opini audit yang
baik (1) maupun tidak baik (0), nilai yang diamati maupun nilai yang
diprediksi, tidak mempunyai perbedaan yang terlalu ekstrim. Ini
menunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan dalam
penelitian ini mampu memprediksi nilai observasinya.
4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis
Regresi logistik ingin menguji apakah probabilitas terjadinya
variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali,
perusahaan sampel yang terdiri dari 62 perusahaan yang memiliki
opini audit going concern (ditandai dengan angka 1) dan hanya 2
perusahaan yang tidak memiliki opini audit going concern (ditandai
dengan angka 0).
Hasil pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah
pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap kualitas audit.
Pengujian dengan regresi logistik ditunjukkan dalam tabel-tabel
berikut ini.
Tabel 4.7
Ikhtisar Pengolahan Data
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 64 98,5
Missing Cases 1 1,5
Total 65 100,0
Total 65 100,0
Data diolah dengan SPSS, 2014
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diambil analisis sebagai berikut:
a. Jumlah sampel pengamatan sebanyak 64 sampel, dan seluruh
sampel telah diperhitungkan ke dalam pengujian hipotesis;
b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan dengan nilai
dummy variabel. Variabel dependen bernilai 1 untuk opini audit
going concern dan bernilai 0 untuk opini audit non going concern.
c. Metode yang digunakan untuk memasukkan data adalah metode
enter dimana apabila menggunakan metode ini seluruh variabel
bebas (independen) disertakan dalam pengolahan (analisis) data
untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Selanjutnya variabilitas antara variabel dependen dengan
variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 15,242a ,039 ,161
Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2014
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, maka dapat dilihat bahwa hasil
analisis regresi logistik secara keseluruhan menunjukkan nilai Cox &
Snell R Square sebesar 0.039. Cox & Snell R Square merupakan
ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression
yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai
maksimum kurang dari satu, sehingga sulit untuk diinterpretasikan.
Nagelerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien
Cox and Snell. Untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0
(nol) sampai 1 (satu) hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox
and Snell’s R square dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelerke R2
dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression.
Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagalerke R Square
adalah sebesar 0.161 yang berarti variabilitas variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 16.10 %,
sisanya sebesar 84,90 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
model.
Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan
prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
keterjadian variabel terkait (dependen) pada perusahaan dilihat
melalui classification tabel.
Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2014
Tabel 4.9 secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa
kemungkinan penerimaan opini going concern sebesar 96,9 %
dari seluruh sampel yang ada yang menunjukkan pengertian
bahwa sebesar 62 sampel penelitian yang mendapatkan opini
hanya 2 sampel penelitian saja yang mendapatkan opini audit
non going concern.
b. Menguji Koefisien Regresi
Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi
logistik, pengujian koefisien regresi logistik mencerminkan
penjabaran lebih rinci mengenai pengaruh masing masing
variabel independen terhadap variabel dependennya.
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Regresi
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
X1 ,884 2,142 ,170 1 ,007 ,413 ,006 27,526
X2 ,375 1,049 ,128 1 ,720 1,456 ,186 11,374
X3 -1,893 1,847 1,050 1 ,306 ,151 ,004 5,626
X4 -,056 1,293 ,002 1 ,965 ,945 ,075 11,925
Cnstant 3,654 3,137 1,356 1 ,244 38,613
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4.
Sumber: Diolah dengan SPSS, 2014
Persamaan regresi dapat dilihat dari kolom B pada tabel 4.10. Tanda
kolom B. Persamaan regresi logistik yang terbentuk dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Y = 3,654 + 0.884 X1 + 0,375 X2 – 1,893 X3 -0,056 X4 + e
Keterangan:
Y : Opini audit going concern
X1 : Rasio Pertumbuhan
X2 : Audit Client tenure
X3 : Pergantian Auditor
X4 : Kesulitan Keuangan
Penjelasan persamaan regresi logistik diatas adalah sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 3,654 yang menunjukkan bahwa apabila tidak ada
variabel Rasio Pertumbuhan, Audit Client tenure, Pergantian Auditor,
Kesulitan Keuangan maka nilai dari Opini audit going concern adalah
sebesar 3,654.
2. Variabel X1 (Rasio Pertumbuhan) menunjukkan nilai koefisien sebesar
0,884 dengan tingkat signifikansi 0.007 lebih kecil dari 0.05 (5%) artinya
dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien positif
dan signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Tanda
pertumbuhan yang lebih besar akan memberikan kemungkinan terjadinya
penerimaan opini audit going concern.
3. Variabel X2 (Audit client tenure) menunjukkan nilai koefisien sebesar
0,375 dengan tingkat signifikansi 0.720 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya
dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien positif
dan tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Tanda positif pada koefisien audit tenure menunjukkan bahwa audit client
tenure yang lebih besar (berturut-turut) akan memberikan kemungkinan
terjadinya penerimaan opini audit going concern.
4. Variabel X3 (Pergantian Auditor) menunjukkan nilai koefisien sebesar
-1,893 dengan tingkat signifikansi 0.306 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya
dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien negatif
dan tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Tanda negatif pada koefisien pergantian auditor menunjukkan bahwa
pergantian auditor yang terlalu besar mengakibatkan penurunan opini
audit going concern.
5. Variabel X4 (Kesulitan Keuangan) menunjukkan nilai koefisien sebesar
-0,056 dengan tingkat signifikansi 0.965 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya
dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien negatif
dan tidak signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
kesulitan keuangan yang terlalu besar mengakibatkan penurunan opini
audit going concern.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel rasio
pertumbuhan mempengaruhi penerimaan opini audit going concern secara
signifikan. Sedangkan audit client tenure, pergantian auditor dan kesulitan
keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Dan rasio pertumbuhan dan audit client tenure memiliki hubungan
positif terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan variabel
lainnya yaitu pergantian auditor dan kesulitan keuangan memiliki hubungan
negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.
1. Hubungan Rasio Pertumbuhan (X1) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Y)
Variabel independen Rasio pertumbuhan berpengaruh secara
signifikan dengan arah yang positif terhadap penerimaan opini audit going
concern. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,007 yang lebih kecil dari
signifikansi alpa yang telah di tetapkan (0,05). Hal ini menunjukan bahwa
variabel rasio pertumbuhan dapat dijadikan pedoman dalam menentukan
atau tidak. Tanda positif ini mengindikasikan bahwa hubungan antara rasio
pertumbuhan dan penerimaan audit going concern sejalan atau searah,
dengan asumsi semakin tinggi rasio pertumbuhan perusahaan dari tahun
ketahun mengindikasikan bahwa kemungkinan besar perusahaan akan
menerima opini audit going concern.
Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Santosa (2007) yang menyatakan bahwa variabel rasio
pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit
going concern.
2. Hubungan Audit Client Tenure terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Audit Client Tenure memiliki hubungan positif dan tidak signifikan
terhadap Opini audit going concern. Hubungan positif ini menunjukkan
bahwa peningkatan audit client tenure secara berurutan akan berpotensi
untuk meningkatkan penerimaan opini audit going concern yang dikeluarkan
oleh auditor. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ningtias (2011).
Dan bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Junaidi dan Hartono (2010) yang menyatakan bahwa audit tenure
3. Hubungan Pergantian Auditor Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Pergantian Auditor memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan pergantian auditor akan menyebabkan penurunan opini audit
going concern. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Januarti (2009).
Namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Praptirorini, et al. (2006) yang menyatakan bahwa pergantian auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern.
4. Hubungan Kesulitan Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Kesulitan keuangan memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan kesulitan keuangan perusahaan akan menyebabkan penurunan
opini audit going concern. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Putra (2010).
Namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit
going concern.
4.4 Uji Signifikansi Model Secara Simultan Tabel 4.11
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 2,557 4 ,006
Block 2,557 4 ,006
Model 2,557 4 ,006
Sumber : Diolah dengan SPSS, 2014
Untuk melihat hasil pengujian secara simultan pada regresi logistik
yaitu melihat pengaruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama
terhadap variabel dependen menggunakan tabel Omnibus Test of Model
Coefficients. Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar
0.006. Karena nilai ini lebih kecil dari 5% maka Ho ditolak pada tingkat
signifikansi 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang
digunakan yaitu rasio pertumbuhan, audit client tenure, pergantian auditor,
dan kesulitan keuangan secara bersama-sama berpengaruh terhadap
penerimaan Opini audit going concern suatu perusahaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan mengacu pada perumusan
serta tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan dengan objek penelitian perusahaan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2009-2012
dengan menggunakan 16 perusahaan sebagai sampel penelitian.
2. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik,
menunjukkan bukti empiris bahwa variabel rasio pertumbuhan
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern dan memiliki pengaruh koefisien positif sebesar 0.8443 pada
tingkat signifikansi 5%.
3. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik,
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern dan memiliki pengaruh koefisien positif sebesar 0.375 pada
tingkat signifikansi 5%.
4. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik,
menunjukkan bukti empiris bahwa variabel pergantian auditor tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern dan memiliki pengaruh koefisien negatif sebesar 1,893 pada
tingkat signifikansi 5%.
5. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik,
menunjukkan bukti empiris bahwa variabel kesulitan keuangan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern dan memiliki pengaruh koefisien negatif sebesar 0,056 pada
tingkat signifikansi 5%.
6. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik,
menunjukkan bukti empiris bahwa variabel independen rasio
pertumbuhan, audit client tenure, pergantian auditor, kesulitan keuangan
perusahaan berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
yaitu penerimaan opini audit going concern dengan tingkat signifikansi
0.006 ˂ 5%.
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Sampel penelitian terbatas pada perusahaan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak dapat menggambarkan secara
umum semua jenis perusahaan di Indonesia.
2. Periode penelitian hanya empat tahun, sehingga belum cukup lama untuk
menentukan tren kualitas audit dalam jangka panjang.
3. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel yaitu : rasio
pertumbuhan, audit client tenure, pergantian auditor, kesulitan keuangan
perusahaan
5.3 SARAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan keterbatasan penelitian, maka
peneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain :
1. Penelitian ini hanya memasukkan empat variabel bebas saja. Sebaiknya,
peneliti yang akan menggunakan pendekatan yang sama menambahkan
variabel bebasnya dengan variabel yang juga diperkirakan dapat
mempengaruhi penerimaan opini audit going concern seperti debt default,
good corporate governance dan lain sebagainya.
2. Sebaiknya tahun penelitian ditambah untuk memperluas observasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pada
penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan
pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam
industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan
(Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno et al. , 2006).
Sebagai kegiatan operasi utama perusahaan, penjualan dituntut
untuk selalu mengalami peningkatan. Auditee yang mempunyai rasio
pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa auditee
dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).
Jika tingkat penjualan stabil, tanpa ada peningkatan, ada
indikasi bahwa perusahaan mengalami stagnan yang akan
mempengaruhi perkembangan perusahaan ke depan. Tapi jika tingkat
perusahaan. Hal ini dikarenakan penjualan merupakan aktivitas
operasi utama perusahaan yang menopang perusahaan sebagai sumber
pemasukan utama. Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke
tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh peningkatan
laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan
semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit
going concern.
Selain itu, hal ini membuktikan bahwa sesuai dengan kondisi
yang dinyatakan dalam SA Seksi 341 (IAI, 2001) mengenai trend
negatif, yaitu jika perusahaan mengalami tingkat pertumbuhan
perusahaan yang negatif, maka ada indikasi mengenai
keberlangsungan usaha. Kesimpulannya, perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan perusahaan yang negatif akan memperoleh opini audit
going concern.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fanny dan Saputra
(2005) dengan menggunakan pertumbuhan aktiva sebagai proksi,
memperoleh hasil yang tidak signifikan. Pertumbuhan perusahaan
tidak mempengaruhi pemberian opini audit going concern. Santosa
dan Wedari (2007) dengan menggunakan laba sebagai proksi
pertumbuhan perusahaan memperoleh hasil yang sama bahwa
pertumbuhan ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap
H1 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going
concern.
2.1.2 Audit Client Tenure
Gheiger dan Raghunandan (2002) menyatakan tenure adalah
lamanya hubungan auditor klien diukur dengan jumlah tahun. Ketika
auditor memiliki jangka waktu hubungan yang lama dengan klien, hal
ini akan mendoromg pemahamam yang lebih atas kondisi keuangan
klien dan oleh karena itu mereka akan dapat mendeteksi masalah
going concern.
Dalam sudut pandang kedua, menjaga hubungan dengan kantor
akuntan publik yang sama untuk jangka waktu yang lama dianggap
lebih ekonomis untuk klien. Adanya hubungan antar auditor dengan
kliennya dalam waktu yang lama dikhwatirkan akan membuat auditor
kehilangan independensinya. Karena antara auditor dengan klien
sudah terikat hubungan yang nyaman dan saling menguntungkan
sehingga kualitas audit menjadi rendah. Auditor menjadi kurang
skeptis dan kurang waspada dalam mendapatkan bukti. Rentang
hubungan yang lama ini berpotensi untuk menjadikan auditor cepat
puas pada apa yang dilakukan, melaksanakan prosedur audit yang
Dalam laporannya yang dikeluarkan oleh Bagian Praktek
Securities of Exchange Commision (SEC) Komite Eksekutif
(American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) 1992
dalam Sinason et al., 2001) dinyatakan beberapa argumen yang dibuat
tentang audit tenure. Argumen ini menyatakan bahwa dalam jangka
panjang hubungan antara auditor dan perusahaan klien akan
menyebabkan masalah berikut :
a. Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan
manajemen klien yang menyebabkan auditor kehilangan skeptisme
professional.
b. Auditor mungkin menganggap pengujian yang dilakukan sebagai
pengulangan dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa
mengetahui lebih dulu hasil pengujian tersebut. Hal ini
menyebabkan auditor kurang mampu mengevaluasi perubahan
penting dalam kondisi klien.
c. Auditor mungkin berkeinginan untuk menyelesaikan masalah
perusahaan klien dalam rangka mempertahankan hubungan baik
dengan klien, memenuhi keinginan klien mungkin menjadi
prioritas auditor dibandingkan dengan mengikuti standar
professional. Untuk menjaga independensinya, beberapa negara
menetapkan peraturan mengenai rotasi KAP. Di Indonesia sendiri
Kantor Akuntan Publik per 5 tahun dan auditor per 3 tahun yang
mengaudit sebuah perusahaan secara berturut-turut.
H2 : Audit client-tenure berpengaruh terhadap opini audit going
concern.
2.1.3 Pergantian Auditor
Perusahaan umumnya menggunakan pergantian auditor untuk
menghindari penerimaan opini going concern. Auditee yang diaudit
oleh KAP baru mungkin merasa lebih puas dengan beberapa
pertimbangan. Pertama perusahaan cenderung untuk mengganti
auditor karena ketidakpuasan akan pelayanan yang diberikan dari
auditor sebelumnya atau mereka mempunyai beberapa jenis
perselisihan dengan auditor sebelumnya. Schwartz dan Menon (1985)
menyatakan bahwa pergantian auditor banyak dilakukan pada
perusahaan yang bermasalah dibandingkan pada perusahaan yang
sehat.
Oleh karena itu, perusahaan mengganti auditor dalam tiga
tahun dengan harapan akan mengalami suatu peningkatan dalam
kepuasan klien. Kedua perikatan audit yang baru, ada ketidakyakinan
management klien terhadap kualitas pelayanan yang disediakan KAP.
Hal ini menimbulkan dorongan yang kuat dari KAP untuk
memperoleh klien yang baru. Klien-klien baru mungkin mendapatkan
perhatian khusus, dan mereka mungkin menikmati perspektif dan
pandangan yang berbeda yang diberikan oleh auditor baru.
Pergatian auditor yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan
dapat mempengaruhi kepuasan klien. Seorang auditor baru akan
cenderung memperlihatkan kinerjanya pada tahun-tahun pertama saat
auditor melakukan audit. Pada awal tahun kontrak pelaksanaan audit,
auditor baru akan berusaha mencari tahu kinerja auditor lama, dan
untuk itu auditor baru akan membandingkan dengan kinerja yang
mungkin dapat dicapainya. Harapan seorang auditor baru adalah
pelaksanaan audit sebaik-baiknya, tanpa mengurangi sikap
profesionalnya sebagai seorang auditor. Tujuan pergantian auditor
dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau
kondisi keuangan perusahaan. Pergantian auditor menyebabkan
dampak negatif.
H3 : Pergantian auditor berpengaruh terhadap opini audit going
concern.
2.1.4 Kesulitan Keuangan
Kesulitan keuangan (Financial distress) merupakan suatu
kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Hal
menilai kesehatan suatu perusahaan dapat digunakan laporan keuangan
yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang
ditahan, dan laporan posisi keuangan.
Hoffer (1980: 20) dan Witaker (199: 24) dalam (Endri, 2009)
memberikan perumpamaan bahwa kondisi financial distress sebagai
suatu kondisi dari perusahaan yang mengalami laba bersih (net profit)
negatif selama kurun waktu beberapa tahun. Kebangkrutan sebagai
akibat kegagalan kemudian didefinisikan dalam berbagai arti, yaitu :
kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan (Adnan dan Kurniasih,
2000: 137). Kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi
perusahaan untuk dapat menghasilkan laba (Endri, 2009).
Perusahaan yang kondisinya buruk, banyak ditemukan
indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004). Perusahaan
yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, tidak menerima
opini going concern dari auditor. Namun semakin buruknya
perusahaan akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima
opini audit going concern (McKeown, 1991 dalam Januarti, 2009).
Pemakai laporan keuangan seringkali merasa pengeluaran opini going
concern sebagai sebuah prediksi kebangkrutan (Altman, 1982 dalam
Setiawan, 2006).
Altman (1968) telah melakukan studi serupa untuk
periode sebelum kebangkrutan benar-benar terjadi. Altman dan
McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyarankan agar
penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor
untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan
kelangsungan hidupnya, karena penelitiannya menememukan bahwa
tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model
prediksi mencapai tingkat keakuratan hingga 82%. Penelitian yang
dilakukan oleh Setyarno, et al. (2006) juga berhasil membuktikan
bahwa model prediksi Altman berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Model Z-score Altman sampai sekarang adalah yang paling
banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi serta akademisi dibidang
akuntansi dibandingkan dengan model prediksi kebangkrutan lainnya
(Altman, 1993 dalam Fanny dan Saputra 2005). Model yang
dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi.
Model Z-score dinilai dapat menganalisis dengan baik dan
handal tanpa memperhatikan ukuran perusahaan yang dianalisis.
Apabila perusahaan sangat makmur didapat Z-score mulai turun tajam
maka perusahaan harus waspada terhadap kebangkrutan. Atau apabila
perusahaan baru survive, maka Z-score dapat membantu perusahaan
mengevaluasi dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan
Penelitian yang dilakukan oleh Altman untuk perusahaan yang
bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang
digunakan untuk dapat memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan
dengan model diskriminan adalah dengan melihat zone of ignorance
yaitu daerah nilai Z.
Rumus Model Altman Z-score untuk perusahaan manufaktur
dan go public:
� = , ℎ � + , ℎ ℎ
+ , �
ℎ + ,6
� �
+ , ℎ
ℎ
Tabel 2.1
Kriteria titik cut off Model Z-score
Kriteria Nilai Z
Tidak bangkrut jika Z lebih besar dari (>) 2,99 Daerah rawan bangkrut (grey area) 1,81-2,99 Bangkrut jika Z kurang dari (<) 1,81
Berdasarkan analisis ini apabila nilai z dari perusahaan yang
diteliti lebih kecil dari 1,8 beresiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila
kebangkrutan, bila diatas nilai 2,99 maka dikatakan aman dari resiko
kebangkrutan.
H4 : Kesulitan keuangan berpengaruh terhadap pemberian opini
audit going concern.
2.1.5 Going Concern
Going concern menurut Belkaoui (1997: 135) adalah suatu
dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus
operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan
proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak
berhenti. Dalil ini memberikan gambaran bahwa suatu entitas akan
diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas
atau tidak diarahkan menuju arah likuidasi. Diperlukannya suatu
operasi yang berlanjut dan berkesinambungan untuk menciptakan
suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit di suatu
periode mempunyai sifat semetara sebab masih merupakan satu
rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan. Kosasih (1985: 33)
menyatakan bahwa istilah going concern diartikan sebagai anggapan
bahwa operasi satuan ekonomi akan berlangsung terus di masa yang
akan datang. Going concern adalah salah satu konsep yang paling
PSA 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai
asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya
informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya
informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi
kelangsungan hidup suatu usaha adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada
saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva
kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan
operasi yang diperlukan dari luar atau kegiatan serupa lainnya.
Going concern menentukan kelangsungan hidup suatu entitas.
Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan
mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang
atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas
dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan
operasinya dan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan dapat
melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual
aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari
luar, merestrkturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain.
Hal yang demikian kan menimbulkan keraguan besar terhadap going
2.1.6 Opini Audit Going Concern
Auditor memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan.
Akan tetapi, pemberian status going concern bukanlah hal yang mudah
(Koh dan Tan, 1999 dalam Januarti 2009). Penyebabnya adalah
adanya hipotesis self-fulfilling prophecy yang menyatakan apabila
seorang auditor memberikan opini going concern maka perusahaan
tersebut akan menjadi cepat bangkrut karena banyak kreditor yang
akan menarik dananya atau investor yang membatalkan investasinya.
Oleh sebab itu, sulit memprediksi kelangsungan hidup suatu entitas
sehingga banyak auditor mengalami dilemma antara moral dan etika
dalam pemberian opini going concern.
Auditor dalam memberikan pendapat atau opini audit harus
melalui beberapa tahap. Hal ini dimaksudkan agar auditor dapat
memberikan kesimpulan mengenai opini yang harus diberikan atas
laporan keuangan yang diauditnya.
SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor
tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelaangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut :
1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan