SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPEGARUHI PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG GO-PUBLIK PERIODE 2010-2012
OLEH
SYAHRIL HUDA 090502170
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ““Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Perbankan yang go publik periode 2010-2012” adalah asli hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi da Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skipsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 7 Juli 2014
Yang membuat Pernyataan
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPEGARUHI PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO-PUBLIK
PERIODE 2010-2012
Penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang muncul dari data rata – rata PER, DER, ROE, ROA, dan EPS pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2012 terdapat data yang tidak konsisten antara variabel yang diteliti. Perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka perlu diuji bagaimana pengaruh dari keempat variabel independen (DER, ROE, ROA, dan EPS) dalam mempengaruhi PER pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2012. Penelitian ini menggunakan populasi 15 perusahaan pertambangan dari jumlah semua populasi sebanyak 31 perusahaan. Populasi yang sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan adalah sebanyak 15 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Bersamaan DER , ROE , ROE dan EPS tidak mempengaruhi PER . Sedangkan secara parsial variabel yang mempengaruhi PER adalah DER , ROE , ROE dan EPS . Koefisien determinasi ( adjusted R square ) sebesar 0.101 . Ini berarti bahwa variabel DER , ROE , ROE dan EPS dapat menjelaskan PER 10,1 % , sedangkan 89,9 % sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model .
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE PRICE
EARNING RATIO ON THE BANKING COMPANIES IN THE JAKARTA
STOCK EXCHANGE YEARS IN 2010-2012
The research is based on problems that arise from the averages of data PER, DER, ROE, RER and EPS on the mining companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2012 has inconsistent data between the variables studied and differences in the results of research that has been conducted by previous researchers, it is necessary to test the influence of the four independent variables (DER, ROE, RER and EPS) in influencing the PER on banking companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2012. This study uses a population of 15 banking companies from the sum of all population of 31 companies. The appropriate populations with many criteria that have been defined are 15 companies. The analysis technique used is multiple linear regression with analysis to test the classical assumption. Simultaneously DER, ROE, ROE and EPS does not affect the PER. While partially variables that affect the PER is DER, ROE, ROE and EPS. The coefficient of determination (adjusted R square) of 0,101. This means that the variable DER, ROE, ROE and EPS can explain PER 10.1%, while 89.9% is explained by other variables outside the model.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT karena Atas
rahmad dan karunua-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul“Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Perbankan yang go publik periode 2010-2012”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Manajemen,
Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga telah menerima bimbingan, saran, motivasi dan do’a baik
secara moril maupun materil dari berbagai pihak selama proses penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penuli menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ak, CA, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Drs. Marhayanie, M.Si, selaku ketua
dan sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Departemen Manajemen, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistia Rini, SE, M.Si, dan Drs. Friska Sipayung,
M.Si, selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Manajemen, Universitas
4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
dan bimbingan dari awal hingga selesai skripsi ini dan Ibu Dra. Nisrul
Irawati, MBA, selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan
dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang terkasih, Ayahanda
M.Jarad dan Ibunda Yalfiati serta saudara-saudara penulis Khainur El
Imani dan Ihsanul Hakim yang telah memberikan kasih sayang, doa,
dukungan serta bimbingan yang tak terbatas yang tak terbatas kepada
penulis dalam menyesaikan skripsi ini
6. Teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkata 2009,
khususnya kepada Dika, Yoki, Coco, Fahmi, Herli, Habib, Ihsan,
Baidi, Defri, Surya, Rizky, Kautsar, Rozi serta seluruh staf pengajar,
staf Departemen Manajemen, dan Staf administrasi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebukan satu
persatu.
Medan, 7 Juli 2014 Penulis
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 30
4.2 Hasil Penelitian ... 42
4.3 Pembahasan ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Price Earning Ratio perusahaan Perbankan ... 6
2.1 Penelitian Terdahulu ... 15
3.1 Nama Perusahaan yang Menjdai Sampel Penelitian ... 22
3.2 Kiteria Pengambilan keputusan ... 27
4.1 Deskripsi Statistik ... 43
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Perusahaan Perbankan ... 47
4.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 49
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 49
4.5 Hasil Uji Run Test ... 50
4.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 51
4.7 Hasil Uji Simultan (Uji-F) ... 53
4.8 Hasil Uji Parsial (Uji-t) ... 54
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 18
4.1 Histogram Uji Normalitas ... 45
4.2 Normal P-P Plot Perusahaan Perbankan ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi dan Sampel Perbankan ... 65
2 Data Variabel Penelitian ... 66
3 Statistik Destkriptif ... 69
4 Uji Normalitas Data ... 69
5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 71
6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71
7 Hasil Uji Autokorelasi ... 72
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPEGARUHI PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO-PUBLIK
PERIODE 2010-2012
Penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang muncul dari data rata – rata PER, DER, ROE, ROA, dan EPS pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2012 terdapat data yang tidak konsisten antara variabel yang diteliti. Perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka perlu diuji bagaimana pengaruh dari keempat variabel independen (DER, ROE, ROA, dan EPS) dalam mempengaruhi PER pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2012. Penelitian ini menggunakan populasi 15 perusahaan pertambangan dari jumlah semua populasi sebanyak 31 perusahaan. Populasi yang sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan adalah sebanyak 15 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Bersamaan DER , ROE , ROE dan EPS tidak mempengaruhi PER . Sedangkan secara parsial variabel yang mempengaruhi PER adalah DER , ROE , ROE dan EPS . Koefisien determinasi ( adjusted R square ) sebesar 0.101 . Ini berarti bahwa variabel DER , ROE , ROE dan EPS dapat menjelaskan PER 10,1 % , sedangkan 89,9 % sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model .
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE PRICE
EARNING RATIO ON THE BANKING COMPANIES IN THE JAKARTA
STOCK EXCHANGE YEARS IN 2010-2012
The research is based on problems that arise from the averages of data PER, DER, ROE, RER and EPS on the mining companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2012 has inconsistent data between the variables studied and differences in the results of research that has been conducted by previous researchers, it is necessary to test the influence of the four independent variables (DER, ROE, RER and EPS) in influencing the PER on banking companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2010-2012. This study uses a population of 15 banking companies from the sum of all population of 31 companies. The appropriate populations with many criteria that have been defined are 15 companies. The analysis technique used is multiple linear regression with analysis to test the classical assumption. Simultaneously DER, ROE, ROE and EPS does not affect the PER. While partially variables that affect the PER is DER, ROE, ROE and EPS. The coefficient of determination (adjusted R square) of 0,101. This means that the variable DER, ROE, ROE and EPS can explain PER 10.1%, while 89.9% is explained by other variables outside the model.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Melihat perkembangan perekonomian Indonesia saat ini yang cukup pesat
tidak lepas dari peran penanaman modal yang ada di Indonesia baik dari luar negri
maupun dalam negeri. Kompetisi antar perusahaan yang berusaha merebut pasar
dengan meningkatkan keunggulan kompetitif dan manajemen perusahaan yang
bagus serta meningkatkan kualitas produk, maka diperlukan modal yang besar
untuk melakukannya. Pasar modal merupakan salah satu sarana untuk
mendapatkan dana tersebut.
Sesuai dengan pengertian pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjual belikan sekuritas (Tandelilin, 2001:13), dari hal ini dapat dilihat
bahwasanya pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam
melaksanakannya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana
dari lender ke borrower (Husnan, 1994:3).
Pasar modal sebagai salah satu sarana investasi di Indonesia pada saat ini
mengalami kemajuan yang cukup pesat, jumlah emiten yang diperjualbelikan
dapat dilihat dari nilai transaksi. Investasi di pasar modal dinilai sangat menarik
karena banyaknya instrumen pasar modal yang di perjualbelikan dan setiap
sering kita dengar adalah saham. Saham merupakan instrumen pasar modal yang
memiliki tingkat return dan risiko yang tinggi.
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu
perusahaan dan bukti keikutsertaan investor dalam suatu perusahaan sebagai
pemodal. Investor kemungkinan akan mendapatkan imbal hasil berupa deviden
dan capital gain. Saat investor akan menanamkan modalnya pada suatu perusahaan, maka investor harus ada penilaian terhadap saham atau sekuritas yang
diperjualbelikan, karena saham merupakan investasi yang memiliki risiko yang
tinggi dan investor harus memiliki informasi yang jelas dan akurat terhadap
kondisi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan oleh karena itu
investor harus bisa memilih saham perusahaan yang bisa memberikan imbal hasil
yang menguntungkan dengan melihat kondisi suatu perusahaan.
Ada dua buah cara dalam penilaian saham yaitu melalui analisis fundamental
(fundamental analysis) dan analisis teknikal (technical analysis). Analisis teknikal didasarkan pada data perubahan harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk
memperkirakan harga saham di masa mendatang (Halim, 2005:5), analis teknikal
berupaya mengidentifikasi saham yang dinilai rendah dengan mencari pola harga
saham, dengan memadukan pola harga saham periode yang sebelumnya dengan
rumus-rumus matematis tertentu akan memberikan gambaran masa depan tentang
bagaimana saham itu di kemudian hari.
Menurut Halim (2005:21) analisis fundamental akan membandingkan nilai
intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasar. Para pendukung pendekatan ini
suatu sekuritas ditentukan oleh faktor-faktor fundamental perusahaan seperti
penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan sebagainya.
Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering
digunakan para analisis (Tandelilin, 2001 :184) yaitu :
1. Pedekatan nilai sekarang (Present Value)
Present value merupakan perhitungan nilai saham dengan mendiskontokan semua alira kas yang diharapkan dimasa datang dengan
tingkat diskonto sebesar return yang disyaratkan investor.
2. Pendekatan Price earning ratio
Price earning ratio merupakan penaksiran nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu yang
menggunakan nilai earning untuk megistimasi nilai intrinsik.
Salah satu rasio keuangan sering digunakan perusahaan dalam penilaian pasar
adala price earning ratio. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan dimasa lalu serta prospeknya dimasa
mendatang (Moeljadi, 2006:76). Menurut Darmaji (2001:287) price earning ratio
menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilka laba bagi investor.
Debt to equity merupakan rasio mengukur tinggkat penggunaan hutang terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan, meningkatnya hutang berarti risiko
yang dihadapi perusahaan akan meningkat, sehingga kemugkinan kepercayaan
pasar terhadap perusahaan akan semakin berkurang dan menciptakan harga saham
Return on Asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keuntung bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva, dengan kata lain,
semakin tinggi rasio ini kemungkinan semakin baik produkivitas asset dalam
memperoleh keuntungan, hal ini berdampak bahwa PER dari perusahaan tersebut
di pasar modal juga akan semakin tinggi.
Return on equity menunjukan sejauh mana perusahaan mampu megelola modal sendiri secara efektif, semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian
diharapkan investor juga besar, maka semakin besar nilai ROE maka perusahaan
diaggap semakin menguntungkan. Return on Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi ROE berarti semakin
baik kinerja perusahaan dalam mengelola modal secara efektif untuk memperoleh
laba.
Earning per share sangat berkaitan dengan ekspektasi pasar, pendapatan yang akan diperoleh dari suatu perusahaan merupakan faktor penentu harga
saham perusahaan tersebut. Saham dengan return yang tinggi pada umumnya
memiliki pendapatan yang lebih besar, sehingga earning per share juga akan semakin besar.
Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti memilih perusahaan pada
industri perbankan untuk di teliti. Peneliti memilih sektor perbankan karena
perusahaan perbankan sangat erat kaitanya denga tingkat suku bunga dan inflasi
dari pada sektor lain, sehingga pengaruh perubahan perekonomian dunia maka
akan berdampak besar pada sektor perbankan, salah satu kasus adalah pada krisis
bankrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat yang ikut
mempengaruhi perekonomian Indonesia terutama sektor perbankan.
Selanjutnya perekonomian Indoesia setelah krisis keuangan dalam 5 tahun
terakhir mengalami pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup pesat jika dibandingkan dengan perekonomian dunia yang sedang
lesu, saat Badan Pusat Statistik mencatat pada triwulam III tahun 2009
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,27%, kemudian truwulan III 2011 sebesar
6,49%, dan pada triwulan III 2012 pertumbuhan 6,16 %, demikian di kutip dari
perusahaan perbankan yang ada di Indonesia.
Tabel 1.1
Data Rata-Rata Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Return on Equity, dan Earning per Share Pada Perusahan Perbankan Tahun 2010-2012
Pada tabel 1.1 debt to equity ratio setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 7,501 kali, pada tahun 2011
meningkat sebanyak 0,311 kali menjadi 7,812 tetapi PER mengalami penurunan
dan tahun 2012 terjadi peningkat signifikan menjadi 10,029 kali tetapi PER
kembali mengalami penurunan menjadi 12,225 kali, kenaikan debt to equity
kemungkinan akan memperngaruhi investor terhadap perusahaan karena
peningkatan hutang perusahaan setiap tahunya. Return on asset perusahaan perbangkan mengalami peningkatan 0,2 % dari tahun 2010 sampai 2011, dan
kembali naik 0,1 % pada tahun 2012 tetapi PER mengalami penurunan setiap
tahunnnya dari 17,176 kali di tahun 2010 menjadi 13,947 kali di tahun 2011, dan
kembali turun menjadi 12,225 kali di tahun 2012 hal ini menunjukan menaikan
ROA tidak di ikuti dengan kenaikan PER.
Pada tabel 1.1 persentase return on equity dari tahun 2010 ke 2011 mengalami penurunan sebanyak 0,1 % dan juga PER mengalami penurunan
sebanyak 5,22 kali, dan pada tahun 2012 ROE mengalami kenanaikan menjadi
12,6%, akan tetapi PER kembali mengalami penurunan menjadi 12,225 kali .
return on equity perusahaan diasumsikan karena beberapa faktor, salah satunya penggunaan hutang yang terlalu banyak yang menyebabkan perusahaan
menanggu beban bunga. Hal itu akan mengurangi jumlah keuntungan bagi
perusahaan dari tahun sebelumnya dan investorpun akan mempertimbangkan lagi
untuk menanampakan modalnya pada perusahaan.
Earning per share perusahaan mengalami peningkatan, terlihat pada tahun 2010-2012 terjadi peningkatan dari Rp 164 hingga mencapai Rp 233 pada tahun
2012 , sehingga peningkatan laba pada per lembar saham (EPS) yang dibelikan
Berhubungan dengan latarbelakang tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Perbankan yang go publik periode 2010-2012”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka penulis merumuskan masalah bagaimana pengaruh Debt to Equity , Return on Asset , Return on Equity , dan Earning Per Share terhadap Price Earning Ratio
pada perusahaan sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity , Return on Asset , Return on Equity , dan Earning Per Share terhadap Price Earning Ratio
Perbankan yang go-public di bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan rekomendasi dan informasi untuk menentukan strategi dan
kebijakan untuk menarik investor membeli saham.
2. Memberikan pertimbangan dan informasi bagi para investor dalam rangka
menilai untuk mengambil keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan
perbankan yang go-public beberapa tahun terakhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Price Earning Ratio (PER)
Price earnig ratio memberikan petunjuk mengenai apa yag di pikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa
mendatang (Moeljadi, 2006:176). Menurut Darmaji (2001:79) Price earning ratio
menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba investor.
PER (price earning ratio) merupakan faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan investor sebelum mengambil keputusan investasi, karena PER
mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk
memperoleh satu rupiah earning perusahaan (Tandelilin, 2001)
Pendekataan ini lebih populer dipakai dikalangan analisis saham
dan praktisi karena lebih mudah untuk di hitung. Price Earning Ratio. sering juga disebut pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali earning yang tercermin dalam suatu saham.
Rumus menghitung PER sebagai berikut (Brigham, 2006:110) :
Price Earning Ratio =����� ��� ������ ��ℎ��
2.1.2 Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan ekuitas pemegang saham (Martono, 2002:236). Debt to Equity Ratio dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap Price Earning Ratio. Penambahan hutang meningkatkan resiko perusahaan tetapi sekaligus juga
meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin tinggi resiko
akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, yang berarti
akan menurunkan Price Earning Ratio.
Penambahan hutang memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga
memperbesar tingkat pengembalian (return) yang diharapkan (Sawir, 2001:105). Hal ini digambarkan dengan peluang pertumbuhan perusahaan dianggap cukup
tinggi, sehingga penambahan hutang dan proporsi hutang pada struktur dana akan
memberikan gains from leverage dan meningkatkan pertumbuhan. Kepercayaan para pemodal mungkin lebih tinggi pada perusahaan dengan DER yang relative
besar, umumnya ada pada perusahaan besar dan bonafide, sehingga akan
membuat naiknya PER perusahaan tersebut.
Debt to Equity Ratio merupakan satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan.
Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Van
Horne, 2005:209)
Debt to Equity Ratio = ����� ������
Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman
(hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan
terhadap pihak luar (kreditur).
2.1.3 Return on Asset
Pengertian return on asset yaitu rasio antara net Income after tax terhadap aset secara keseluruhan menunjukan ukuran produktivitas aktiva dalam
memberikan pengembalian pada penanaman modal (Sawir, 2001:332). Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
Return on asset merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio Return On Asset digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan.
Tandelilin (2010:372) Return On Assets menggambarkan sejauh mana kemampuan aset – aset yang dimiliki perusahaan bisa mengahsilkan laba. Hal ini
mengartikan bahwa ROA yang positif menunjukan aktiva yang digunakan
beroperasi dengan maksimal dan mampu menghasilkan laba bagi perusahaan,
Investor akan sangat tertarik dengan perusahaan dengan ROA yang relative besar
tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula
posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
Maka dari itu perusahaan mempunyai return on asset tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan laba. Dua perusahaan
dengan profit margin dan total asset turnover yang berbeda dapat saja memiliki
Return on Asset yang sama (Van Horne, 225:2005).
ROA =Laba bersih setelah pajak
����� ������
2.1.4 Return on Equity
Return on equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari pendapatan yang tersedia dari para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan
di dalam perusahaan (Lukman Syamsudin, 2007: 64). Return on equity
menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian
pada pemegang saham. Return on equity sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan ekuitas yang dimiliki sehingga Return on equity ini sering di sebut juga sebagai rentabilitas modal sendiri.
Semakin besar persentase Return on equity yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi pula penghasilan yang diterima perusahaan (Faisal, 2005:61), Hal
ini mengartikan bahwa semakin efektif kinerja perusahaan dalam menghasilkan
laba, maka investor akan sangat tertarik dengan perusahaan dengan ROE yang
Return on Equity digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity
membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan
ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan. Rasio ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Van Horne, 2005:225) :
Return on Equity =������� �������� ��ℎ��
���� ����� ℎ������ ℎ �����
2.1.5 Earning Per Share
Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham
yang dimiliki (Fahmi, 2012:97). Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmadji, 2001:139). Earning Per Share
adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dirumuskan bahwa Earning Per Share
adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh
investor atau pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang dimiliki
selama periode tertentu.
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002:7) memaksimalkan
kekayaan pemegang saham dapat diukur dari pendapatan per lembar saham
kepercayaan investor pada perusahaan. Hal ini juga akan mempengaruhi kenaikan
PER perusahaan.
Earning Per Share (EPS) menunjukkan tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. Earning Per Share diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. Earning Per Share
merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk
setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan.
Earning Per Share dapat dianggap sebagai indikator laba yang harus diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara
pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham.
Earning Per Share yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham.
Peningkatan Earning Per Share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong
investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan
itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan
kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya. Besarnya nilai Earning Per Share
suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan
langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi
perusahaan dengan rumus sebagai berikut (Van Horne, 2005:240):
EPS = ���� ����� ℎ
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdaulu No Nama Penelitian Judul
ratio (PER)
Nur haryati (2010) Faktor-Faktor
Jurnal
Manajemen
dan Akuntansi
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka berfikir menurut Sugiyono (2006 : 49) adalah sintesa tentang hubungan variabel yang disusun dari
berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan
sistematis, sehingga menghasilkan sitesa tentang hubungan antar variabel yang
diteliti. kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara
teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu
dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen.
Debt to equity merupakan rasio mengukur tinggkat penggunaan hutang terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan, pertambahan hutang memperbesar
risiko perusahaan tetapi sekaligus memperbesar tingkat pengembalian (Sawir,
2001: 224), sehingga kemugkinan kepercayaan pasar terhadap perusahaan akan
semakin berkurang dan menciptakan harga saham yang lebih rendah dan
mengakibatkan PER saham semakin kecil.
Return on asset digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva, Kasmir (2003:68) menunjukkan bahwa
semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dapat dicapai
dan semakin baik pula posisi perusahaan itu dari segi penggunaan asset dan
rasio ini kemungkinan semakin baik produkivitas asset dalam memperoleh
keuntungan, hal ini berdampak kepada PER perusahaan tersebut di pasar modal
juga akan semakin tinggi.
Return on equity menunjukan sejauh mana perusahaan mampu megelola modal sendiri secara efektif, semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian
diharapkan investor juga besar, maka semakin besar nilai ROE maka perusahaan
diaggap semakin menguntungkan. Menurut Faisal (2005:61) semakin tinggi ROE
maka semakin tinggi pula penghasilan yang diterima pemilik perusahaan. Maka
demikian ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola modal
secara efektif untuk memperoleh laba.
Earning per share sangat berkaitan dengan ekspektasi pasar, pendapatan yang akan diperoleh dari suatu perusahaan merupakan faktor penentu harga
saham perusahaan tersebut. Saham dengan return yang tinggi pada umumnya
memiliki pendapatan yang lebih besar, karena para calon pemengang saham
tertarik dengan EPS yang besar, hal ini merupakan salah satu indikator
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka
kerangka pemikiran pada gambar 2.1 sebagai berikut :
Kerangka Konseptual Gambar 2.1
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual, maka di hipotesiskan bahwa debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan earning per share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terterhadap price earning ratio
(PER) perusahaan perbakan yang terdaftar di BEI.
Debt to Equity Ratio
Price Earning Ratio Return on Equity
Return on Asset
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal-komparatif. Menurut
Kuncoro (2003:11), Penelitian kausal-komparatif adalah “penelitian yang
bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan sebab-akibat antara
variabel-variabel yang diteliti”. “Variabel yang mempengaruhi disebut
variabel bebas, sedangkan variabel yang dipengaruhi oleh perubahan
variabel bebas disebut sebagai variabel terikat” (Istijanto, 2005:29).
.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui media internet dengan situs resmi dari
Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia melalui situs
website perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan sejak 13 Maret 2014 sampai dengan 13 April 2014.
3.3 Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
a. Variabel bebas, yaitu ROA, ROE, DER, dan EPS .
b. Variabel terikat, yaitu struktur modal yang dalam penelitian ini
diproksikan dengan price earning ratio (EPS).
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan
tahunan perusahaan periode 2010-2012.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas
a. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang dengan total modal sendiri. Dimana menggambarkan seberapa besar
perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya.
Debt to Equity Ratio = ����� ������
������� �������� ��ℎ��
b. Return on Equity
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan ekuitas yang dimiliki.
Return on Equity =������� �������� ��ℎ��
c. Return on Asset
Return on Asset (ROA) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan dengan membandingkan
antara laba seblum pajak dengan total aktiva.
Return on Asset =Laba bersih setelah pajak
����� ������
d. Earning per Share
Earning per share adalah Informasi suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua
pemegang saham perusahaan. Earning per share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntunganyang diperoleh investor atau
pemegang saham per lembar saham.
EPS = ���� ����� ℎ
����� ℎ��ℎ�� �������
2. Variabel Terikat (Price Earning Ratio)
Variable terikat yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Variable terikat yang
digunakan adalah price earning ratio (PER). Price earning ratio merupakan
perbandingan antara harga perlembar saham dengan laba perlembar saham
Price Earning Ratio =����� ��� ������ ��ℎ��
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang
terdaftar dibursa efek Indonesia selama periode 2010-2012 sebanyak 31
emiten. Dan sampel yang di ambil adalah 15 perusahaan. Adapun kriteria atau
karakteristik dari perusahaan yang dijadikan sebagai sampel peneltian adalah
:
1. Perusahaan yang terus menerus tercatat di bursa ekfek indonesia selama
periode penelitian dan sudah di audit.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap
selama periode penelitian.
3. Perusahaan yang memiliki Price Earning Ratio positif.
Hasil Penarikan sampel dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 3.1
Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Perusahaan
No NAMA PERUSAHAAN KODE PERUSAHAAN
1 PT Bank Capital Indonesia Tbk BACA
2 PT Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK
3 PT Bank Central Asia Tbk BBCA
4 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
5 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
6 PT Bank Tabungan Negara (Perseroan) Tbk BBTN
7 PT Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
8 PT Bank Madiri (Persero) Tbk BMRI
9 PT Bank CIMB Niaga Tbk BNGA
10 PT Bank Permata Tbk BNLI
11 PT Bank Sinar Mas Tbk BSMI
12 PT Bank Swadesi Tbk BSWD
13 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk INPC
14 PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk MCOR
15 PT Bank NISP OCBC Tbk NIPS
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia, buku-buku referensi, literatur ilmiah, dan website perusahaan yang diteliti.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi dimana data dikumpulkan, dicatat, dan dikaji melalui
dokumentasi pada website resmi Bursa Efek Indonesia dan website perusahaan yang diteliti.
3.8 Teknik Analisis Data
Metode analisis jalur ini menggunakan program SPSS , sehingga dasar
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda untuk mengetahui
variabel independen yang mempengaruhi secara signifikan terhadap Price earning ratio pada perusahaan perbankan yaitu debt equity ratio (DER), Return on equity (ROE), Return on asset (ROA), dan Earning per share digunakan persamaan umum regresi linier berganda atas empat variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas umum regresi berganda.
Y = α +β1X1+β2X2+β3X3+β4X4 + e
Dimana :
α : Konstanta
β1,2,3,4, : Penaksiran koefisien regresi
X1 : debt equity ratio X2 : Return on equity
X3 : Return on asset
X4 : Earning per share
E : Variabel Residual (tingkat kesalahan)
Nilai koefisien regresi disini sangat menetukan sebagai dasar analisis. Hal
ini berarti jika koefisien α bernilai positif maka dapat dikatakan terjadi pengaruh
searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Bila variabel bebas
mengalami kenaikan, maka variabel terikat juga akan mengalami kenaikan.
Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai β bernilai negatif hal ini
menunjukkan adanya pengaruh negative dimana kenaikan nilai variabel bebas
akan mengakibatkan penurunan nilai variabel terikat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, maka untuk
menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atau beberapa asumsi
klasik yang mendasari model regresi. Pengujian asumsi klasik yang digunakan
pada penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas,
dan autokorelasi
3.8.1 Uji Asumsi Klasik
Tujuan dilakukannya pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik yaitu
untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh mengalami penyimpangan
(Statistic Product & Service Solution). Adapun syarat Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai
berikut:
3.8.1.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau mendekati
normal (Ghozali, 2007: 110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal apada grafik atau
melihat histogram dari residualnya (Ghozali, 2007: 28). Data tersebut normal atau
tidak dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
a. Jika data menyebar diatas garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis
diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:
a. Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah
b. Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05,
distribusi adalah
normal (Ghozali, 2007: 30)
Maka untuk mendeteksi normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test (K S) dilakukan dengan membuat hipotesis :
Ho : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
1. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho
ditolak, yang berarti data tersebut terdistribusi tidak normal.
2. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik maka
Ho diterima, yang berarti data tersebut terdistribusi normal.
b
. Pendekatan HistogramUntuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva
normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah
mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak
kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau
“kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).
c. Pendekatan Grafik
PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan
nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya
berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa
plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari
garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.
3.8.1.2Uji Multikolinieritas
Ghozali (2007:91) menyatakan bahwa uji multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar
variabel bebasnya, atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan menggunakan nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah
nilai tolerance < 0,1 atau sama dengan nilai VIF > 10. Namun, apabila angka VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,1; maka dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.
3.8.1.3Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2007: 105) uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbada
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
Suatu model dikatakan terdapat gejala heteroskedastisitas jika koefisien
parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik.
Sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik maka hal ini
menunjukkan bahwa data model empiris yang diestimasi tidak terdapat
heteroskedastisitas.
3.8.1.4Uji Autokorelasi
Menurut Safrizal Helmi (2011:120) Autokorelasi adalah korelasi antara
anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam deret
waktu) atau ruang (Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi
dideteksi dengan menggunakan Durbin-Watson test. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada Tabel 3.1
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis nol Jika Keputusan
Tidak ada autokorelasi positif 0<DW<dL Ditolak Tidak ada autokorelasi positif DL< DW < dU No decision Tidak ada autokorelasi negatif 4-dL< DW < 4 Ditolak Tidak ada autokorelasi negatif 4-dU < DW < 4-dL No decision Tidak ada autokorelasi, positif atau
negatif
Keterangan: dL = Batas bawah
dU = Batas Atas
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
autokorelasi, salah satunya adalah Uji Durbin Watson (DW). Pengambilan
keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
a. Nilai Durbin Watson (DW) terletak antara batas atas dan Upper Bound
(DU) dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti
tidak ada autokorelasi.
b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound (DL),
maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada
autokorelasi positif.
c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-DL), maka koefisien autokorelasi
lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.
Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DW) dan batas bawah (DL) atau
DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3.8.2 Pengujian Hipotesis
3.8.2.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ikhsan, 2008: 248). Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai
berikut:
c. Jika tingkat signifikansi dibawah 0,05% maka H0 ditolak atau Ha diterima.
3.8.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pangaruh secara simultan
terhadap variabel dependen (Ikhsan, 2008: 249). Adapun kriteria pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut:
a. Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak.
b. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 1. PT Bank Capital Indonesia, Tbk
PT Bank Capital Indonesia, Tbk dahulu bernama PT Bank Credit
Lyonnais Indonesia didirikan pada tanggal 20 April 1989, sebagai bank
campuran (joint venture) antara Credit Lyonnais SA, Perancis dengan PT Bank Internasional Indonesia, Tbk., Jakarta. Anggaran Dasar Bank disetujui oleh
Menteri Kehakiman dan Menteri Keuangan berturut-turut pada tanggal 27 Mei
1989 dan 25 Oktober 1989, dan diumumkan pada Berita Negara tanggal 5 Juni
1990.
Setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia pada tanggal 3
maret 2004, pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS) yang di
selenggarakan pada tanggal 31 Agustus 2004 secara resmi saham Credit
Lyonnais diakuisis oleh Sdr. Danny Nugroho yang nama Bank dirubah dari PT
Bank Credit Lyonnais Indonesia menjadi PT Bank Capital Indonesia, Tbk.
2. PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk
PT BCA Finance berdiri pada tahun PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk
didirikan pada tanggal 15 Mei 1989 dengan nama awal PT. Bank Mitra Raharja
lalu 4 bulan kemudian berganti nama menjadi PT Bank Ekonomi Raharja, Tbk
yang lebih dikenal dengan nama Bank Ekonomi. Bank Indonesia menyatakan
Bank Ekonomi berhasil mengakreditasi status menjadi Bank Devisa sehingga
pelayana kepada masyarakat semakin diperluas dan di kembangkan.
Bank Ekonomi adalah perusahaan publik yang telah mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Sejak 22 Mei 2009, Bank Ekonomi
menjadi bagian dari grup institusi keuangan internasional, HSBC Holdings
Plc., melalui anak perusahaannya, HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited.
Grup HSBC mengambil alih 88,89% saham Bank Ekonomi dan kemudian
melalui penawaran tender, kepemilikan meningkat menjadi 98,96%. Sebagai
anggota Grup HSBC, Bank Ekonomi merupakan bagian dari salah satu
organisasi jasa keuangan terkuat di dunia.
3. PT Bank Central Asia, Tbk
1981 dengan nama PT Central Sari Metropolitan Leasing Corporation
(CSML). Pada awal berdirinya, pemegang saham Perusahaan adalah PT Bank
Central Asia dan Japan Leasing Corporation. Saat itu Perusahaan masih
memfokuskan usaha pada pembiayaan komersial, seperti pembiayaan
mesin-mesin produksi, alat berat dan transportasi.
Selanjutnya pada tahun 2001 PT Central Sari Metropolitan Leasing
berubah nama menjadi PT Central Sari Finance (CSF), diikuti dengan perubahan
kepemilikan saham, dimana PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) menjadi
pemegang saham mayoritas, serta perubahan fokus usaha menjadi pembiayaan
kendaraan bermotor, khususnya roda empat atau lebih. Terakhir, Sesuai dengan
No.C-08091 HT.01.04.TH.2005, maka per tanggal 28 Maret 2005 PT Central
Sari Finance telah berubah nama menjadi PT BCA Finance.
4. PT. Bank Negara Indonesia(Persero), Tbk
Bank Negara Indonesia didirikan pada tangaal 5 Juli 1946, sebagai
Bank Pertama yang secara resmi dimiliki Negara RI, BNI merupakan pelopor
terciptanya berbagai produk dan layanan jasa perbankan. BNI terus
memperluas perannya, tidak hanya terbatas sebagai bank pembangunan, tetapi
juga ikut melayani kebutuhan transaksi perbankan masyarakat umum dengan
berbagi segmentasinya, mulai dari Bank Terapung, Bank Sarinah (bank khusus
perempuan) sampai dengan Bank Bocah khusus untuk anak-anak.
Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi
pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang
Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya
beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati
sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada
tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javche Bank yang merupakan warisan dari
Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah
membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank
sentral. Bank Begara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan
kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa dengan akses
5. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk , didirikan 16 Desember
1895. Kantor pusat BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman
Kav. 44-46, Jakarta 10210. Pada saat ini BBRI memiliki 18 kantor wilayah, 1
kantor inspeksi pusat, 17 kantor inspeksi wilayah, 449 kantor cabang
domestik, 1 kantor cabang khusus, 565 kantor cabang pembantu, 950 kantor
kas, 5.144 BRI unit, dan 2.212 teras.
Bank juga memiliki 1 kantor cabang luar negeri yang berlokasi di
Cayman Islands dan 2 kantor perwakilan yang berlokasi di New York dan
Hong Kong, serta memiliki 3 Anak Usaha yaitu PT Bank Rakyat Indonesia
Agroniaga Tbk), PT Bank BRISyariah, dan BRI Remittance Co. Ltd. Hong
Kong.
6. PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya
saat itu gemar menabung. . Pada ta
Tyokin Kyoku atau
chokinkyoku, tujuan didirikan tetap sama yaitu untuk membuat masyarakat rajin menabung, tapi dalam perjalanan tidak semulus Postpaarbank karena
masyarakat berpikiran bahwan menabung di Tyokin Kyoku ada unsur keterpaksaan, Tyokin Kyoku telah berhasil membuka cabangya di Jogjakarta
pada masa itu.
Setelah kemerdekaan berhasil diraih, Tyokin Kyoku diambilalih
disingkat KTP. Pembentukan KTP pada saat itu diprakarsai oleh
Darmosoetanto selaku direktur pertama KTP. Dalam perjalanannya, pada
akhirnya KTP mempunyai peran yang sangat besar. Peran yang sangat berarti
pada saat itu adalah adanya tugas KTP dalam pengerjaan penukaran uang
Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Setelah
i diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan
diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1998 diubah
menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini.
7. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk
PT Bank Danamon Indonesia Tbk. didirikan pada 1956. Nama Bank
Danamon berasal dari kata dana moneter dan pertama kali digunakan pada 1976,
ketika perusahaan berubah nama dari Bank Kopra. Pada 1988, Bank Indonesia
meluncurkan paket reformasi perbankan yang dikenal dengan Paket Oktober
1988 atau PAKTO 88. Tujuan utama PAKTO 88 adalah untuk membangun
kompetisi dalam sektor perbankan dengan memberikan kemudahan persyaratan,
termasuk liberalisasi peraturan tentang pendirian bank swasta domestik baru dan
bank joint-venture. Sebagai hasil dari reformasi ini,
Bank Danamon menjadi salah satu bank valuta asing pertama di Indonesia,
dan menjadi perusahan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Saat ini,
Danamon adalah salah satu institusi keuangan terbesar di Indonesia dari jumlah
8. PT Bank Madiri (Persero), Tbk
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank Bumi
Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank
Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana
masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Segera setelah merger, Bank Mandiri
melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh.
Pada saat itu, kami menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan
dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi
17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh
kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank Mandiri
yang paling signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya secara
menyeluruh. Bank Mandiri mewarisi total 9 core banking system yang berbeda dari 4 bank pendahulunya Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan
tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia
perbankan dan perekonomian Indonesia.
9. PT Bank CIMB Niaga, Tbk
CIMB Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank
Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun
nilai-nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Sebagai hasilnya, Bank
Niaga dikenal luas sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang
pesaingnya di pasar domestic dengan menjadi Bank yang pertama menawarkan
nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia dan tahun 1991
dengan menjadi yang pertama memberikan nasabahnya layanan perbankan
online. Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group
Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30
September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik
CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi
internal yang sama.
Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB
Group) dan LippoBank, sejak tahun 2007 Khazanah memandang penggabungan
(merger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi
kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger pertama di Indonesia terkait
dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008, nama Bank Niaga berubah menjadi
Bank CIMB Niaga
10.PT Bank Permata, Tbk
PermataBank dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah
pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali
Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan
PT Bank Patriot pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan
PT Astra International Tbk mengambil alih PermataBank dan memulai proses
transformasi secara besar-besaran didalam organisasi. Selanjutnya, sebagai wujud
Dan saat ini PermataBank telah berkembang menjadi sebuah bank swasta
utama yang menawarkan produk dan jasa inovatif serta komprehensif terutama
disisi delivery channel-nya termasuk Internet Banking dan Mobile Banking.
PermataBank memiliki aspirasi untuk menjadi penyedia jasa keuangan terkemuka
di Indonesia, dengan fokus di segmen Konsumer dan Komersial. Melayani sekitar
2 juta nasabah di 58 kota di Indonesia, PermataBank memiliki 302 cabang (14
Cabang Syariah & 288 Cabang Konvensional), 18 Cabang Bergerak (Mobile
Branch), tiga Payment Point, 868 ATM dengan akses di lebih dari 50.000 ATM
(VisaPlus, Visa Electron, MasterCard, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima) dan
jutaan ATM di seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan Visa, Mastercard,
Cirrus.
11.PT Bank Sinar Mas, Tbk
Pada tahun 2005 PT. Sinar Mas Multiartha, Tbk yang merupakan
Kelompok Usaha Sinar Mas yang berada di bawah kelompok usaha Financial Services mengambil alih PT. Bank Shinta Indonesia yang didirikan pada tahun 1989 yang memulai operasionalnya sejak Maret 1990. PT. Bank Shinta Indonesia mengalami perubahan nama menjadi Bank Sinarmas pada Desember 2006.
Sebagai upaya untuk memenuhi arahan Bank Indonesia yaitu agar
bank-bank umum segera menjadi perusahaan Go Public sehingga sebagian sahamnya dapat dimiliki oleh masyarakat umum, maka pada tahun 2010
setelah mendapatkan pernyataan efektif dari otoritas yang berwenang,
tepatnya pada tanggal 13 Desember Bank Sinarmas mencatatkan saham
permodalan sebesar Rp. 160 miliar, dari sebelumnya Rp. 568 miliar menjadi
Rp. 728 miliar.
Tuntutan fasilitas teknologi informasi yang serba canggih di masa kini
dan masa depan menjadi tantangan perbankan untuk menyediakan layanan
terbaik kepada masyarakat. Oleh karena itu tahun 2007 Bank Sinarmas
memfasilitasi teknologi perbankan terintegrasi yang tidak terbatas ruang dan
waktu yakni Phone Banking, Internet Banking, dan Automatic Teller Machine
(ATM). Keperluan di bidang IT ini dari waktu ke waktu terus dikembangkan
seiring dengan keperluan bisnis.
12.PT Bank swadesi, Tbk
PT Bank of India Indonesia Tbk (dahulu PT Bank Swadesi Tbk)
didirikan 28 September 1968 dengan nama PT Bank Pasar Swadesi. Kantor
pusat BSWD di Jalan H. Samanhudi No. 37, Jakarta Pusat. Saat ini BSWD
mempunyai 8 kantor cabang, 5 kantor cabang pembantu dan 5 kantor kas.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BSWD adalah
menjalankan dan mengusahakan kegiatan yang berhubungan dengan perbankan.
Pada tanggal 12 April 2002, BSWD memperoleh pernyataan efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)
Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 60.000.000 dengan nilai nominal
Rp200,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham
13. PT. BankArtha Graha Internasional, Tbk
PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk., berkedudukan di Jakarta
Selatan, semula didirikan dengan nama PT. Inter-Pacific Financial Corporation
berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 7 September 1973, dibuat dihadapan
Bagijo, S.H., pengganti dari Eliza Pondaag, S.H., Notaris di Jakarta, dengan
ruang lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, dan Akta tersebut
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975, serta telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975
Tambahan Nomor 47.
Berdasarkan Akta Nomor 44 tanggal 13 Juni 1997 juncto Akta Nomor 8
tanggal 15 Januari 1998, keduanya dibuat dihadapan Sri Nanning, S.H., Notaris
di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
Nomor 70 tanggal 1 September 1998 Tambahan Nomor 5056, PT. Inter-Pacific
Bank berubah nama menjadi PT. Bank Inter-Pacific, Tbk.
Pada tanggal 14 April 2005, PT . Bank Inter-Pacific, Tbk. Telah
menandatangani Akta Penggabungan Nomor 17, dibuat dihadapan Imas
Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dimana PT. Bank Artha Graha
menggabungkan diri kedalam PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. Penggabungan
tersebut telah mendapat izin dari Bank Indonesia dengan Keputusan Gubernur
Bank Indonesia Nomor 7/32/KEP.GBI/2005 tanggal 15 Juni 2005, dan berlaku
efektif pada tanggal 11 Juli 2005.
Berdasarkan Akta Nomor 27 tanggal 12 Juli 2005, dibuat dihadapan Imas
Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
7/49/KEP.GBI/2005 tanggal 16 Agustus 2005, PT. Bank Inter-Pacific, Tbk.
berganti nama menjadi PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk. Perubahan
tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 101
tangal 19 Desember 2006 Tambahan Nomor 13128.
14. PT Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk
PT Bank Windu Kentjana International Tbk (dahulu PT Bank Multicor
Tbk) didirikan 02 April 1974 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1974. Kantor pusat MCOR berlokasi di Equity Tower Lantai 9, Jl. Jend
Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta. Pada saat ini, MCOR memiliki 22 Kantor
Cabang, 20 Kantor Cabang Pembantu dan 31 Kantor Kas.
Pada tanggal 20 Juni 2007, MCOR memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MCOR
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 300.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp200,- per saham. Saham-saham tersebut
15. PT Bank CIMB Niaga Tbk
Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP)
merupakan bank tertua keempat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4
April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En
Deposito Bank. Bank OCBC NISP kemudian berkembang menjadi bank yang
solid dan handal, terutama melayani segmen Usaha Kecil dan Menengah
(UKM). Bank OCBC NISP resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967,
bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 1994.
Pada akhir tahun 1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati krisis
keuangan Asia dan jatuhnya sektor perbankan di Indonesia, tanpa dukungan
obligasi rekapitalisasi pemerintah. Bank OCBC NISP pada saat itu menjadi
salah satu bank di Indonesia yang melanjutkan penyaluran kreditnya segera
setelah krisis. Inisiatif ini memungkinkan Bank mencatat pertumbuhan yang
tinggi.
Reputasi Bank OCBC NISP yang baik di industrinya dan pertumbuhannya yang
menjanjikan, telah menarik perhatian International Finance Corporation (IFC),
bagian dari Grup Bank Dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada
tahun 2001 - 2010 dan dari OCBC Bank-Singapura yang kemudian menjadi
pemegang saham Bank OCBC NISP dan akhirnya menjadi pemegang saham
pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender sejak tahun 2004.
OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85.06% di Bank OCBC
4.2 Hasil Penelitian
Tujuan Peneltian ini adalah untuk menguji apakah debt to equity, return on equity, return on asset dan earning per share bepengaruh terhadap priec earning ratio pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah berdasarkan kriteria tertentu, dan dari
31 perusahaan perbankan yang ada di bursa efek Indonesia, diperoleh 15
sampel yang memenuhi kriteria. Periode yan diambil adalah 3 (Tiga) tahun yaitu
tahun 2010 hingga tahun 2012.
3.2.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan ringkasaan dan gambaran
umum tetang objek penelitian yang dijadiakan sampel penelitian. Penjelasan
data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan gambaran awal tentang
masalah yang diteliti. Deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel
yang meliputi nlai mean, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi
baik dari variabel bebas dan variabel terikat pada perusahaan sektor aneka
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Sumber : Output SPSS (2014)
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.1 maka dapat
dijelaskan bahwa :
1. Variabel debt to equity (DER) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 45,
dengan nilai minimum 0,071 dan nilai maksimum 65,35. Rata-rata sebesar
8.44771 dengan standar deviasi 9.758032.
2. Variabel return on equity (ROE) memiliki jumlah sampel (N) 45, nilai minimum sebesar 0,001 dan tingkat maksimum sebesar 0,313 dengan
rata-rata 0,12556 dengan standard deviasi sebesar 0,076888.
3. Variabel return on asset (ROA) memiliki jumlah sampel (N) 45, nilai minimum 0,001 dan nilai maksimum 0,034, dengan tingkat rata-rata
sebesar 0,01597 dan tingkat standard deviasi 0,008381.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DER 45 .073 65.350 8.44771 9.758032
ROE 45 .001 .313 .12556 .076888
ROA 45 .001 .034 .01597 .008381
EPS 45 5.110 778.930 197.35156 207.113300
PER 45 6.531 29.185 14.45387 5.280803
Valid N (listwise)