• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE INCOME LEVEL OF TRADITIONAL MARKET SELLERS

( A Case Study at Wates Traditional Market)

SKRIPSI

Oleh

ZAHROTUN NISA UTAMI 20130430018

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE INCOME LEVEL OF TRADITIONAL MARKET SELLERS

( A Case Study at Wates Traditional Market)

SKRIPSI

Oleh

ZAHROTUN NISA UTAMI 20130430018

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)
(4)
(5)
(6)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia,

rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR

TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)”. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah

banyak membantu, dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya

kepada :

1. Orang tua tercinta bapak Suprantyo dan ibu Turminiyati yang selalu

memberikan kasih sayang dan do‟a yang senangtiasa mereka panjatkan

untuk anak-anaknya.

2. Keluarga besar Suprantyo yang selalu memberikan semangat dan do‟a kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Dr. Imamuddin Yuliadi, MSi. Selaku dosen pembimbing yang selalu

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran,

dukungan seta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

5. Segenap dosen, staf, dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Teman –teman Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2013, terimakasih dan sukses untuk kita semua.

7. Terimakasih untuk semua sahabat-sahabatku yang senangtiasa

(7)

x

8. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses

penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari kekurang sempurnaan penulisan dalam skripsi

ini karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk

kesempurnaan skripsi ini, sehingga diharapkan sekali masukan yang

bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan dating.

Penuliss berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan,

Yogyakarta,13 Januari 2017

Penulis

(8)

xi

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang…………. 13

c. Sektor Informal……… 20

d. Pasar dan Pasar Tradisional………. 23

(9)
(10)

xiii

A. Uji Asumsi Klasik……… 59

1. Uji Normalitas………... 59

2. Uji Multikolinearitas………. 60

3. Uji Heteroskedastisitas………. 61

B. Analisis Regresi Linier……… 62

C. Uji Hipotesis……… 64

1. Uji Signifikasi variabel secara individu (Uji-t)………. 64

2. Uji signifikasi simultan (Uji – F)……….. 69

3. Hasil analisis Determinasi (R2)………. 70

E. Pembahasan……….. 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………. 78

A. Kesimpulan………... 78

B. Saran……….. 79

(11)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Pasar Tradisional ( Pasar Negeri) di Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2014……….. 7

Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal…... 22

Tabel 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian……… 34

Tabel 3.1 Variable Independen dan Variabel Dependen……….. 42

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Persentase Menurut Kecamatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014……… 51

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Kulon Progo……… 52

Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2014(dalam jutaan rupiah)……….. 54

Tabel 5.1 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test……. 59

Tabel 5.2 Ringkasa Hasil Uji Multikolinearitas………... 60

Tabel 5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas………. 61

Tabel 5.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda………. 62

Tabel 5.5 Tabel T hitung dan T tabel………. 65

Tabel 5.6 Hasil Uji – F……….. . 69

(12)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva permintaan dan penawaran pasar persaingan sempurna.. 27

Gambar 2.2 Kurva keuntungan maksimum pada pasar monopoli…………. 28

Gambar 2.3 Kurva permintaan patah (kinked demand)……….29

Gambar 4.1 Denah lokasi pasar tradisional Wates……….51

Gambar 4.2 Diagram perbandingan usia responden……… .56

Gambar 4.3 Diagram perbandingan tingkat pendidikan terakhir responden.57 Gambar 5.1 Uji-t untuk variabel modal awal………..66

Gambar 5.2 Uji-t untuk variabel lama usaha………..67

Gambar 5.3 Uji-t untuk variabel jam kerja……….68

(13)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional Wates, Kabupaten Kulon Progo. Responden dalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional, di pasar tradisional Wates, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 100 responden. Data diperoleh melalui data primer dengan cara mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada responden. Analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel modal awal dan jam kerja berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional, sedangkan lama usaha dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional. Secara serentak menunjukkan bahwa variabel modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.

(14)

viii ABSTRACT

This research aimed at learning the influence of initial capital, length of business, working hour, and gender toward the income level of the sellers at Wates traditional market, in Kulon Progo. The respondents of the research were 100 traditional market sellers at Wates traditional market, in Kulon Progo Municipality. The primary data were collected by asking the respondents questions in the written form. The data analysis was conducted by using double linear regression.

The result of the research indicated that partially, initial al and working hour influenced the variable of the income level of the traditional market sellers, meanwhile length of business and gender did not influence the variable of the income level of traditional market sellers. Altogether, it indicated that the variable of initial capital, length of business, working hour and gender influenced the income level of traditional market sellers.

(15)
(16)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional Wates, Kabupaten Kulon Progo. Responden dalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional, di pasar tradisional Wates, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 100 responden. Data diperoleh melalui data primer dengan cara mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada responden. Analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel modal awal dan jam kerja berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional, sedangkan lama usaha dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional. Secara serentak menunjukkan bahwa variabel modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.

(17)

viii ABSTRACT

This research aimed at learning the influence of initial capital, length of business, working hour, and gender toward the income level of the sellers at Wates traditional market, in Kulon Progo. The respondents of the research were 100 traditional market sellers at Wates traditional market, in Kulon Progo Municipality. The primary data were collected by asking the respondents questions in the written form. The data analysis was conducted by using double linear regression.

The result of the research indicated that partially, initial al and working hour influenced the variable of the income level of the traditional market sellers, meanwhile length of business and gender did not influence the variable of the income level of traditional market sellers. Altogether, it indicated that the variable of initial capital, length of business, working hour and gender influenced the income level of traditional market sellers.

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian Indonesia saat ini dapat diukur oleh

maraknya pembangunan pusat perdagangan. Keberadaan pusat

perdagangan merupakan indikator paling nyata dalam kegiatan ekonomi

masyarakat. Menurut bentuk fisik pusat perdagangan dibagi menjadi dua

yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

Pedagang pasar tradisional merupakan kegiatan sektor informal yang

memiliki peran penting dalam pengembangan masyarakat dan

pembangunan ekonomi suatu negara. Sektor informal (Todaro dan Smith,

2011:405) merupakan:

“Bagian dari perekonomian negara-negara berkembang yang dicirikan dengan adanya usaha kecil kompetitif perorangan atau keluarga, perdagangan kelontong dan layanan remeh temeh, berorientasi padat karya, tanpa adanya hambatan masuk, serta dengan harga faktor dan produk yang ditentukan pasar”.

Peran penting yang dimiliki oleh sektor informal berupa pengembangan

perekonomian masyarakat dan pembangunan nasional ketika adanya

program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi

angkatan kerja, disinilah sektor informal berperan dengan segala

kekurangannya mampu berperan sebagai alternatif peluang kerja bagi

pencari kerja. Lambatnya pembangunan suatu negara yang akan

(19)

2

menjadikan sektor informal sebagai jalan keluar dari maraknya

pengangguran dan kemiskinan, bila sektor informal berjalan dengan baik,

maka akan menekan pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan

suatu negara. Sektor informal cukup dominan menyerap angkatan kerja

khususnya di perkotaan. Sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia untuk

masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman dan

ketrampilan yang terbatas sektor informal mampu memegang peranan

penting menampung angkatan kerja, terutama bagi angkatan kerja berusia

muda yang hanya memiliki pengalaman serta ketrampilan yang sedikit.

Namun semua ini harus didukung dengan peran sektor informal yang

positif dalam proses pembangunan perekonomian, sehingga bila sektor

informal berjalan dengan baik maka angkatan kerja, pengangguran dan

masyarakat kurang mampu dapat diatasi dengan sektor informal sehingga

akan mengurangi kemiskinan suatu negara.

Sektor informal merupakan unit usaha kecil dan modal yang

diperlukan juga kecil bahkan sistem pengolahannya sangat sederhana,

walaupun dengan modal yang tidak banyak orang-orang yang bekerja di

sektor informal mampu mempertahankan hidupnya di era moderenisasi

saat ini. Sektor informal merupakan bentuk usaha yang paling banyak

ditemui, bentuk usaha pada sektor informal banyak dilakukan oleh

masyarakat yang berpendidikan rendah bahkan tidak berpendidikan sama

sekali dan bermodal usaha kecil namun sektor informal terbuka bagi siapa

(20)

3

Jumlah sektor informal sangatlah banyak sehingga mampu

mengurangi tingkat pengangguran. Menurut data Badan Pusat Statistika

Daerah Istimewa Yogyakarta, tingkat pengangguran terbuka pada Februari

2014 hingga Februari 2016 berkisar 2,0 persen, sedangkan pada Februari

2016, tingkat pengangguran terbuka mencapai 2,81 persen, ini mengalami

penurunan karena usaha kecil atau sektor informal yang semakin tumbuh.

Sektor informal mempunyai peran yang sangat besar dalam perekonomian.

Menurut data Badan Pusat Statistika menunjukan 90 persen usaha di

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sektor informal. Pekerjaan

disektor informal yang dapat dipilih adalah dengan membuat usaha kecil

ataupun berdagang dengan modal yang tidak terlalu besar dan juga

kemampuan dasar yang dimiliki seseorang dapat membuat usaha kecil

seperti berdagang, sehingga pada akhirnya sektor informal dianggap

sebagai jawaban yang tepat atas masalah ketenagakerjaan. Kuncoro

(2007:363) berpendapat bahwa :

“Usaha Kecil akan menimbulkan dampak positif terhadap

peningkatan jumlah angkatan kerja, pengangguran, jumlah kemiskinan, pemerataan distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi pedesaan. Jelas bila usaha kecil perlu dikembangkan dan mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia namun juga merupakan ujung tombak dalamupaya pengentasan kemiskinan”.

Modern saat ini masyarakat lebih yang memilih mendirikan usaha

kecil ataupun berdagang di pasar tradisional dari pada hanya menjadi

(21)

4

Kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam menjadikan masyarakat itu

sendiri berfikir tentang bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

dan berlomba untuk mencari peluang bisnis yang diharapkan dapat

memenuhi kebutuhannya. Sektor informal pada umumnya berkonsentrasi

disektor perdagangan dan sektor pelayanan jasa bagi masyarakat. Kegiatan

sektor informal yaitu menjadi pedagang di pasar tradisional ataupu

asongan dan lain lain.

Pertumbuhan pesat tempat perdagangan pasar tradisional dan modern

yang tidak seimbang akan mengakibatkan ketimpangan pendapatan yang

diperoleh oleh pedagang karena keduannya memiliki kesamaan fungsi

yaitu sama-sama tempat berbelanja. Sehingga perbelanjaan modern

dikawatirkan akan mematikan keberadaan pasar tradisional yang

merupakan refleksi dari ekonomi kerakyatan dan pasar tradisional

merupakan sektor informal yang didalamnya terdapat pedagang berskala

keci dengan modal kecil. Sehinggga setiap daerah harus memiliki cara

tersendiri dalam mengelola perekonomiannya.

Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang menerapkan bela

beli produk lokal yang dihasilkan dari dalam kabupaten Kulon Progo

sendiri, program ini merupakan gerakan untuk membeli dengan cara

membeli produk-produk lokal yang dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progo.

Sumber daya alam di Kulon Progo sangat melimpah seperti halnya pada

sektor pertanian dan perkebunan yang berada di wilayah selatan Kulon

(22)

5

perekonomian menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo

pada tahun 2013 sektor pertanian masih merupakan sektor yang paling

dominan dalam menyerap tenaga kerja yaitu mencapai 50,24 persen.

Karena Kulon Progo merupakan daerah agraris dengan sektor pertanian

yang merupakan penyumbang pendapatan daerah terbesar sehingga diikuti

dengan sektor perdagangan sebagai sektor penyumbang pendapatan daerah

yaitu sebesar 17,80 persen, sehingga saat ini Kulon Progo sangatlah gencar

mendukung sektor informal untuk memajukan perekonomian masyarakat.

Dengan program bela beli produk sendiri ini membantu petani untuk dapat

juga terjun kesektor perdagangan, seperti berdagang di pasar atau sebagai

pemasok hasil pertanian. inilah yang termaksud sektor informal yang

sedang di lestarikan di Kabupaten Kulon Progo,di kabupaten Kulon Progo

pemilik usaha kecil akan diberi fasilitas pendukung seperti tenda dan

gerobak untuk menunjang pendapatan dalam berdagang. Untuk

masyarakat yang bekerja di dalam pasar tradisional saat ini juga sedang

dilakukan perbenahan struktur pasar agar lebih nyaman untuk di datangi

sehingga pedagang juga akan merasakan dampak adanya pembenahan ini

seperti dalam berdagang akan merasa lebih nyaman dan tingkat

pendapatan pedagang akan meningkat karena konsumen atau pembeli

merasa nyaman saat ini berdagang dipasar tradisional. Pembenahan yang

diupayakan oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo tidak terlepas dari

maraknya pembangunan toko modern yang ada di Kabupaten Kulon

(23)

6

Mineral Kabupaten Kulon Progo, saat ini sebanyak 83 toko modern telah

berdiri di Kabupaten Kulon Progo. Dampak yang ditimbulkan karena

adanya pasar modern adalah pasar menjadi sepi pembeli sehingga banyak

pedagang yang merasa pendapatannya berkurang, karena pelangan yang

selama ini berbelanja telah berpindah ke toko modern, kemudian lokasi

usaha dengan biaya sewa yang berbeda tergantung strategis atau tidaknya

lokasi saat ini tidak berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima.

sehingga mengancam bertambahnya pengangguran.

Berdagang di pasar tradisional tentap menjadi pilihan masyarakat

yang memiliki modal terbatas dan pendidikan rendah dan tidak memiliki

ketrampilan kusus karena pada dasarnya siapa saja boleh berdagang

dipasar tradisional. Berdagang dipasar tradisional merupakan bentuk

aktifitas sektor informal yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi

suatu daerah, dan dapat mengurangi tingkat pengangguran yang terjadi di

suatu daerah karena sektor informal hanya memerlukan modal yang

sedikit, ketrampilan sendikit dan tidak perlu memiliki pendidikan tinggi

bila ingin bekerja disektor informal. Di Kabupaten Kulon Progo terdapat

(24)

7

Tabel 1.1

Data Pasar Tradisional ( Pasar Negeri) di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014

NO Nama Pasar Alamat Pasar

1 Glaeng Jangkaran, Temon

2 Pripih Hargomulyo, Kokap

3 Temon Temon Kulon, Temon

4 Dondongsari Kaligintung, Temon

5 Bendungan Bendunan, Wates

6 Gejlik Bojong, Panjatan

7 Ngaglik Pleret, Panjatan

8 Ngebung Bugel, Panjatan

9 Panjatan Gotakan, Panjatan

10 Menguri Hargo Tirto, Kokap

11 Sewugalur Karangsewu, Galur

12 Kranggan Kranggan, Galur

13 Brosot Brosot, Galur

14 Kasihan Ngentakrejo, Lendah

15 Bangeran Bumirejo, Lendah

16 Potrogaten Bumirejo, Lendah

17 Wates Wates, Wates

18 Burung Wates, Wates

19 Kelapa Wates, Wates

20 Pengasih Pengasih, Pengasih

21 Jombokan Tawangsari, Pengasih

22 Clereng Sendangsari, Pengasih

23 Nganggrung Srikayangan, Sentolo

24 Sentolo Salamrejo, Sentolo

25 Niten Giripurwo, Girimulyo

26 Nanggulan Jatisarono, Nanggulan

27 Kenteng Kembang, Nanggulan

28 Dekso Banjararum, Kalibawang

29 Jagalan Banjaroyo, Kalibawang

30 Klangon Banjaroyo, Kalibawang

31 Samigaluh Gerbosari, Samigaluh

32 Rumput Wates, Wates

Sumber : Desperindag Kabupaten Kulon Progo

Pada table 1.1 menjelaskan bahwa jumlah pasar tradisional per

kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Kulon Progo yang mana jumlah

(25)

8

dan di kecamatan Panjatan sebanyak 4 pasar. Kecamatan Wates

merupakan Ibukota dari Kulon Progo dan juga pusat perekonomian di

Kulon Progo sedangkan Panjatan adalah salah satu kecamatan yang

terletak dibagian selatan kabupaten Kulon Progo dengan mata pencaharian

penduduk rata-rata adalah petani dan pedagang sehingga pasar tradisional

memang banyak berdiri di kecamatan Panjatan. Ada hal unik yang

terdapat di dalam masyarakat Kulon Progo yaitu selain mereka bertani

mereka juga berdagang di pasar, mereka berdagang dengan hasil pertanian

sendiri maupun diperoleh dari pihak lain.

Dari seluruh pasar tradisional yang berada di Kulon Progo Pasar

Wates merupakan pasar tradisional terbesar dan terlengkap dan tidak ada

hari penentu untuk pasar beroperasi jadi setiap hari pasar Wates

beroperasi. Pasar Wates merupakan pasar yang potensial karena pasar

wates merupakan pasar terbesar dan memiliki tata letak yang baik

dibandigkan dengan pasar lainnya namun pasar wates juga memiliki

ancaman lebih besar dibandingkan dengan pasar lainnya karena pasar

wates dikelilingan dengan pasar modern seperti Alfamart, Indomart, WS,

HW, dan SidoAgung yang notabennya mereka berjualan sama seperti yang

dijual dipasar tradisional wates. Dari data yang diperoleh dari kantor pasar

tradisional Wates jumlah pedagang di pasar tradisional Wates berjumlah

714 pedagang.

Pada saat peneliti mengadakan studi pendahuluan, banyak pedagang

(26)

9

berakibat pada jumlah persediaan barang dagangan yang ada juga menurun

dan tingkat kunjungan pembeli di pasar tidak sebanyak tahun- tahun

sebelumnya.

Pasar tradisional Wates dipilih sebagai obyek penelitian karena

merupakan kawasan perdagangan yang melayani daerah sekitarnya juga

karena pasar tradisional Wates lokasinya yang terletak didekat pusat

ibukota Kulon Progo, barang yang dijual sangat beragam dari mulai

kebutuhan pokok seperti sembako, beras dan kebutuhan lainnya seperti

kain, mainan dan perabotan rumah tangga.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui

pengaruh modal awal, lama usaha, dan jam kerja terhadap pendapatan

pedagang pasar tradisional Wates, sehingga penulis memutuskan untuk

(27)

10

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini

adalah penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dirumuskan beberapa

permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah faktor modal awal berpengaruh secara parsial terhadap tingkat

pendapatan pedagang pasar tradisional ?

2. Apakah faktor lama usaha berpengaruh secara parsial terhadap tingkat

pendapatan pedagang pasar tradisional ?

3. Apakah faktor jam kerja berpengaruh secara parsial terhadap tingkat

pendapatan pedagang pasar tradisional ?

4. Apakah faktor jenis kelamin berpengaruh secara parsial terhadap

tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional ?

5. Apakah faktor modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin

berpengaruh secara simultan terhadap pendapatan pedagang pasar

(28)

11

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan msalah diatas, maka tujuan yang akan

dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui Pengaruh modal awal terhadap tingkat pedapatan

pedagang pasar tradisional.

2. Mengetahui lama usaha terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar

tradisional.

3. Mengetahui jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar

tradisional.

4. Mengetahui jenis kelamin terhadap tingkat pendapatan pedagang

pasar tradisional.

5. Mengetahui faktor modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis

kelamin berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pendapatan

pedagang pasar tradisional.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, manfaat yang dapat diperoleh antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bidang teoritis

a. Bagi Akademi

Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca, khususnya

(29)

12

b. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan tambahan dan wawasan dalam

penerapan pembelajaran yang pernah didapatkan, khususnya dalam

bidang pemasaran, persaingan usaha dan tentang perilaku konsumen.

Penelitian ini juga mengharapkan hasil yang dapat dijadikan sebagai

acuan lebih lajut demi pengembangan ilmu pengetahuan agar

penelitian semacam ini dapat bisa dilanjutkan lebih sempurna.

2. Manfaat diBidang Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan

pertimbangan bagi masing-masing perusahaan yang terkait untuk

menyusun strategi pemasaran agar perusahaan dapat menentukan

langkah-langkah yang diambil dalam menghadapi persaingan yang

semakin ketat ini. Sehingga industri dapat terus berkembang dan

mampu tumbuh secara seimbang, saling melengkapi serta dapat saling

memperkuat satu sama lain bagi kedua jenis toko modern dan pasar

tradisional.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan masukan bagi

pemerintah daerah sebagi bahan pertimbangan dalam memberikan

kebijakan atau ijin pendirian usaha berjejaring ataupun pasar

(30)
(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor terpenting bagi setiap manusia di dunia

ini, pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup suatu usaha.

Kemampuan suatu usaha untuk membiayai semua kegiatan yang

mendukung berkelanjutan suatu usaha sangat berpengaruh dengan

seberapa besar pendapatan usaha tersebut diperoleh.

Pendapatan merupakan uang bagi sejumlah pelaku usaha yang telah

diterima oleh suatu usaha dari pembeli sebagai hasil dari proses penjualan

barang ataupun jasa. Pendapatan atau dapat disebut dengan keuntungan

ekonomi merupakan pendapatan total yang diperoleh pemilik usaha

setelah dikurangi biaya produksi (Sukirno, 2005:37). Pendapatan dapat

juga disebut dengan income dari seseorang yang diperoleh dari hasil

transaksi jual-beli dan pendapatan diperoleh apabila terjadi transaksi

antara pedagang dengan pembeli dalam suatu kesepakatan harga bersama.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang

Didalam suatu usaha, selalu diikuti dengan pendapatan yang akan

diperoleh. Sehingga faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap

(32)

a. Modal Awal

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan

langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk

menambah pendapatan. Modal terdiri dari uang atau barang yang

bersama faktor produksi tanah dan tenaga kerja yang menghasilkan

barang-barang dan jasa-jasa baru. Modal merupakan faktor produksi

yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan,

namun bukan merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan

pendapatan (Suparmoko, 1986 dalam Firdausa, 2012). Didalam usaha,

modal memiliki hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya

suatu usaha yang telah didirikan. Modal dapat di bagi menjadi :

1. Modal Tetap

Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses

produksi dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah

produksi.

2. Modal Lancar

Modal lancar adalah modal yang hanya memberikan jasa sekali

saja dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan baku dan

kebutuhan lainnya sebagai penunjang usaha tersebut.

Modal merupakan nyawa dalam berbisnis tanpa modal bisnispun

(33)

menjadi permasalahan bagi para pedagangan dengan modal awal sangat

minim sangat bisa dipastikan bila usahanya akan susah berkembang

berbeda dengan usaha yang memiliki modal awal sangat besar pasti

usahanya sangat cepat berkembang karena modal sangat mempengaruhi

pendapatan pedagang.

Modal dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti dengan

1) Modal sendiri

Menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan bahwa modal

sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu

sendiri. Modal itu sendiri diperoleh dari hasil menabung,

sumbangan, hibah ataupun warisan.

Kelebihan mengunakan modal sendiri adalah :

a. Tidak ada tangungan membayar bunga atau biaya administrasi

sehingga tidak menjadi beban dalam berdagang.

b. Tidak bergantung pada pihak manapun artinya perolehan

dana diperoleh dari setoran pemilik modal.

c. Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan

waktu yang relative lama.

d. Tidak ada tangung jawab harus mengembalikan modal.

2) Modal Asing

Modal asing merupakan modal pinjaman yang diperoleh

dari pihak luar perusahaan. Keuntungan dari modal asing ini kita

(34)

dengan mengunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi

dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan

sungguh-sungguh agar usahanya tidak mengalami kebangkrutan dan dapat

bertangung jawab mengembalikan uang yang sudah dipinjam.

Dana asing dapat diperoleh dengan :

a) Pinjaman dari perbankan, baik dari bank konvensional maupun

bank syariah. Ataupun bank swasta maupun pemerintah atau

bank asing.

b) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti pegadaian, modal

venture, asuransi dan lain- lain.

c) Pinjaman dari perusahaan non keuangan

Peminjaman perusahaan non perbankan memiliki

kelebihan yaitu jumlahnya tidak terbatas artinya perusahaan

dapat mengajukan modal pinjaman keberbagai sumber.

Motivasi usaha tinggi karena kebalikan dari menggunakan

modal sendri.

3) Modal Patungan

Modal patungan merupakan modal yang didapat dengan

cara membagi modal yang diperlukan kepada orang yang mau

bekerjasama dengan cara mengabung modal sendiri dengan

modal satu orang temen atau beberapa orang.

Pada umumnya sumber pemodalan dalam usaha kecil berasal

(35)

(Buchari, 2006: 112)

1. Uang tabungan sendiri

2. Dari teman atau relasi

3. Pinjaman barang dagangan

4. Kredit bank

5. Laba yang diperoleh

b. Lama Usaha

Lama usaha menimbulkan suatu pengalaman berusaha,

pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam

bertingkah laku (Poniwati, 2008). Seseorang yang bekerja lebih lama

akan memiliki strategi khusus ataupun cara tersendiri dalam berdagang

karena memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam menekuni

usahanya.

Lama usaha merupakan ukuran tentang lama waktu atau masa

kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas suatu

pekerjaan dan melaksanakannya dengan baik. Lamanya seorang pelaku

usaha menekuni bidang usahanya akan memberi pengaruh terhadap

kemampuan profesionalnya. Semakin lama seseorang menekuni

bidang usaha perdagangan akan semakin meningkatkan pengetahuan

tentang selera ataupun perilaku konsumen. Ketrampilan dalam

berdagang yang semakin bertambah dan semakin banyak pula relasi

bisnis maupun pelanggan yang dijaring. Semakin lama usaha

(36)

pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam

bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena

itu lama usaha yang dijalani seseorang akan meningkatkan

kemampuan dalam melaksanakan usaha tersebut sehingga akan dapat

menigkatkan produktivitas usaha tersebut.

c. Jam Kerja

Jam kerja merupakan jangka waktu yang digunakan untuk

menjalankan suatu usaha. Yang dimaksud jam kerja didalam

penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh pedagang pasar

tradisional dalam menjajarkan barang dagangannya setiap harinya. Jam

kerja terganntung pada jenis dagangan yang dijual belikan, kecepatan

habis terjual suatu barang dagangan, cuaca dan lainnya yang

mempengaruhi jam kerja pedagang.

Jones G dan Bondan Supratilah membagi lama jam kerja

seseorang dalam satu minggu menjadi tiga kategori yakni : (Ananta

dan Hatmaji, 1985 : 75)

1) Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu, maka dia

dikategorikan bekerja dibawah jam normal.

2) Seseorang yang bekerja antara 35 sampai 44 jam perminggu,

maka dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.

3) Seseorang yang bekerja diatas 45 jam perminggu maka ia

(37)

Jam kerja erat kaitannya dengan pendapatan seseorang, pada

pedagang sektor informal ditentukan dengan kualitas barang atau jasa

dagangan yang terjual. Hubungan jam kerja dengan pendapatan juga

didasari oleh teori alokasi waktu kerja didasarkan pada teori utilitas

yaitu bekerja atau tidak bekerja untuk menikmati waktu luangnya.

Bekerja berarti akan menghasilkan upah yang selanjutnya akan

menigkatkan pendapatan. Dalam pendekatan mikro, tingkat upah

memiliki peran langsung dengan jam kerja yang ditawarkan, pada

kebanyakan pekerja, upah merupakan suatu motivasi dasar yang

mendorong seseorang untuk bekerja, sehingga hubungan antara upah

dengan jam kerja adalah positif, dimana pada saat jam kerja yang

ditawarkan semakin tinggi, maka upah yang diterima juga semakin

tinggi.

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat meningkatkan pendapatan (Citra,2013). Jenis

kelamin didalam usaha berkaitan dengan ketahanan fisik, komunikasi.

Laki-laki yang telah menikah produktifitasnya terhadap suatu

pekerjaan lebih meningkat sementara perempuan yang telah menikah

kebanyakan sebagian waktunya dicurahkan untuk mengurus

keluarganya dirumah.

Jenis kelamin dalam usaha juga berkaitan dengan kelincahan dalam

(38)

cenderung pasif dari pada perempuan dalam berkomunikasi dengan

konsumen.

3. Sektor Informal

Didalam negara berkembang dualisme wilayah perdesaan dengan

perkotaan yang terdapat di Indonesia telah memiliki dampak munculnya

sektor formal dan sektor informal dalam proses kegiatan perekonomian

suatu negara. Sektor informan menjadi perhatian pemerintah karena

sektor informal dianggap sebagai salah satu alternatif yang sangat

penting didalam memecahkan suatu masalah ekonomi seperti pada sektor

ketenagakerjaan dan kemiskinan yang melanda kebanyakan negara

berkembang seperti Indonesia. Saat ini sektor informal mengalami

pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini terjadi karena menurunya

kemampuan sektor formal dalam penyerapan tenaga kerja yang semakin

meningkat. Bertambah tahun semakin meningkatnya jumlah angkatan

kerja di Indonesia dan disertai dengan bertambahnya jumlah kesempatan

kerja sehingga akan menyebabkan jumlah pengangguran bertambah.

Sektor informal merupakan usaha berskala kecil yang memiliki

tujuan pokok memperoleh pendapatan bagi dirisendiri dan dapat

menciptakan peluang kerja bagi yang membutuhkan. Para pekerja yang

menciptakan lapangan pekerjaan disektor informal biasanya

berpendidikan rendah dan memiliki modal yang terbatas, pada umumnya

(39)

sehingga produktifitas dan pendapatannya cenderung lebih rendah

daripada mereka yang bekerja disektor formal.

Sektor informal dalam bidang perdagangan yang bersifat kompleks

ini keterbalikan dari sektor formal yang menggunakan teknologi maju,

bersifat padat modal, dan mendapat perlindungan dari pemerintah,

sedangkan sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat

golongan menengah kebawah dan umumnya berupa usaha berskala kecil

dengan modal dan ruang lingkup yang terbatas, dan pengembangan yang

terbatas (Harsiwi, 2002 :2). Namun meskipun demikian sektor informal

sangat membantu perekonomian suatu negara yaitu dapat menurunkan

angka pengangguran, kemiskinan dan juga menyediakan berbagai

kebutuhan masyarakat golongan menengah kebawah dengan harga yang

relatif murah.

Menurut Commite For Economic Development, sektor informal

memiliki ciri-ciri :

1) Memiliki manajemen yang dilakukan secara bebas dan biasanya

pemilik langsung menjadi manajer.

2) Daerah operasionalnya bersifat lokal dan sipemilik bertempat tinggal

tidak jauh dari lokasi usaha.

3) Modal berasal dari diri sendiri maupun kelompok usaha.

4) Dalam hal usaha industri ukuran besar dan kecil itu sangat relatif.

Menurut Todaro sektor informal pada umumnya ditandai oleh

(40)

1) Berskala kecil

2) Sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa

3) Unit produksinya dimiliki secara perorangan keluarga

4) Teknologi yang terbatas

5) Banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya)

Ciri-ciri sektor informal memiliki modal yang kecil yang berasal

dari diri sendiri ataupun kelompok usahanya, teknologi yang digunakan

sederhana atau seadanya saja, memiliki karyawan yang merupakan

keluarga atau saudara sendiri dan memiliki bidang usaha yang bervariasi

dan mudah untuk keluar masuk usaha.

Tabel 2.1

Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal

No Sektor Informal Sektor Formal

1 Mudah untuk dimasuki Sulit untuk dimasuki

2 Bersandar pada sumber daya lokal

Sering bergantung pada sumber daya luar negri

3 Usaha milik sendiri Pemiliknya patungan

4 Operasinya dalam skala kecil Operasi berskala luas

5 Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif

Padat modal dan seringkali mengunakan teknologi import

6 Ketrampilan dapat diperoleh diluar sekolah formal

Membutuhkan ketrampilan yang berasal dari sekolah formal bahkan sering kali berasal dari luar negeri

(41)

4. Pasar dan Pasar Tradisional

Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar memiliki arti yang luas,

pasar bukan hanya tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk

bertransaksi jual beli. Pengertian pasar mencakup keseluruhan

permintaan dan penawaran serta seluruh kontak antara penjual dan

pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa (Hanafie, 2010:176).

Dalam kamus Ekonomi & Bisnis “pasar merupakan tempat

terjadinya penawaran dan permintaan antara penjual yang ingin

menukarkan barang-barangnya dengan uang dan pembeli yang ingin

menukarkan uangnya dengan barang ataupun jasa” (Hadi dan Hastuti,

2011: 364-365).

Menurut teori makro ekonomi (Ensiklopedia Ekonomi Bisnis dan

Manajemen, 1992:44), pasar adalah wujud abstrak dari mekanisme ketika

pihak pembeli dan penjual saling bertransaksi. Pasar dapat berupa tempat

konkrit ataupun terpusat seperti pasar obligasi,saham atau pasar sayur

yang gedung atau tempatnya khusus dan mudah dilihat.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112

Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar, terdapat penjelasan

mengenai definisi pasar, pasar tradisional dan pasar modern/toko

modern. Penjelasan tersebut tertera pada pasal, sebagai berikut :

1) Pasal 1 Ayat 1 : Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan

(42)

perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat

perdagangan maupun sebutan lainnya.

2) Pasal 1 Ayat 2 : Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan

dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha

Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termaksud kerjasama

dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan

tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah,

swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal

kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar

menawar.

3) Pasal 1 Ayat 5 : Toko Modern ( Pasar Modern) adalah toko dengan

system pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara

eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, departemen store,

hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan.

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun

2007 juga mengatur tentang pendirian pusat perbelanjaan dan toko

modern yang harus memperhitungkan kondisi social ekonomi

masyarakat, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di wilayah yang

bersangkutan dan keberadaan pasar tradisional. Walaupun tidak tertulis

dengan jelas peraturan zonasi yang memisahkan antara pasar tradisional

dengan pasar modern , hal ini dikarenakan peraturan zonasi pendirian

pasar tradisional dan pasar modern diserahkan pada rencana tata ruang

(43)

Pasar tradisional merupakan soko guru perekonomian nasional di

Indonesia yang memberdayakan dan mensejahterakan rakyat secara

keseluruhan (Djojohadikusumo, 1981 : 56 dalam Jati, 2012). Pasar

tradisional yang kerap kali diidentifikasikan sebagai kekuatan ekonomi

kerakyatan merupakan bentuk dwitunggal antara pasar tradisional dengan

rakyat timbulnya pasar tradisional tidak lepas dari kebutuhan ekonomi

masyarakat setempat. Kelebihan produksi setelah kebutuhan sendiri

terpenuhi memerlukan tempat pengaliran yang dijual (Nastiti, 2003 : 23

dalam Jati, 2012). Perlunya untuk memenuhi kebutuhan pokok sehingga

perlu adanya tempat praktis untuk mendapatkan barang-barang baik

dengan menukar ataupun membeli, adanya kebutuhan inilah sehingga

muncul tempat dagang bernama pasar.

Lahirnya pasar tradisional di Indonesia membawa model ekonomi

dan model sosial. Dalam konteks pasar tradisional di indonesia

mengajarkan bahwa kegiatan bertransaksi ekonomi tidaklah selalu

memikirkan profit semata namun juga membagun hubungan

kekeluargaan dan persaudaraan.

Didalam pasar tradisional harga barang sangat bersahabat,

pembeli dapat menawar sendiri harganya, sehingga konsep perdagangan

dipasar tradisional tidak bisa dibandingkan dengan sistem perdagangan di

pasar moderen seperti di swalayan ataupun mall kebanyakan. Pola

(44)

saja, artinya memutar roda ekonominya sebatas kegiatan selingan untuk

mengisi waktu ( Nugroho, 2011 : 58 dalam Jati 2012).

Dilihat dari strukturnya, bentuk pasar dibedakan menjadi dua

macam yaitu :

1. Pasar Persaingan Sempurna (Perfect Competition Market)

Merupakan pasar dengan kondisi penjual dan pembeli yang

banyak dan produk yang dijual bersifat homogen, sehingga penjual

dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga jual beli. Pasar

persaingan sempurna memiliki ciri yaitu produk bersifat homogen,

penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang sempurna,

produsen mudah masuk dan keluar pasar, dan harga murni hasil

penawaran dan permintaan (Supply and Demand). Contoh pasar

persaingan sempurna di Indonesia itu seperti pasar tradisional yang

menjual bahan pangan.

Pada sistem harga paasar persaingan sempurna, dijelaskan

bahwa produsen dan konsumen tidak sapat mempengaruhi harga.

Harga pada pasar persaingan sempurna cenderung stabil, sehingga

bentuk kurva permintaan dan penawaran padapasar persaingan

sempurna berupa garis lurus mendatar sejajar dengan sumbu jumlah

barang (OQ). Berapapun jumlah barang yang dibeli atau yang

ditawarkan tidak akan menaikan atau menurunkan harga barang.

(45)

(Average Revenue) dan pendapatan marginal atau MR (Marginal

Revenue).

P

D=S=AR=MR

P

Gambar 2.1.

Kurva permintaan dan penawaran pasar persaingan sempurna

2. Pasar Persangan Tidak Sempurna (Imperfect Competition Market)

Merupakan pasar yang tidak terorganisasi secara sempurna,

pasar persaingan tidak sempurna terdiri dari pasar monopoli,

oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik.

Pasar monopoli merupakan suatu keadaan pasar dimana

hanya ada satu kekuatan atau satu penjual yang dapat menguasai

seluruh penawaran, sehingga tidak ada pihak lain yang menyaingi.

Contoh : perusahaan negara dan perusahaan minyak bumi serta gas

alam. Pada pasar monopoli keuntungan maksimum dapat

(46)

harga MC

P1 C AC

P2 B AR=D

0 Q1 output

MR

Gambar 2.2.

Kurva keuntungan maksimum pada pasar monopoli

Dari grafik keuntungan maksimum dapat diperoleh bahwa harga

pembentuk saat kurva MC memotong kurva MR, harga pasar

setinggi OP1 , kurva MC selalu memotong kurvs AC pada titik yang

terendah sehingga besarnya penerimaan total (TR) = OP1C Q1

sedangkan biaya total (TC) = OP2BQ1 sehingga akan diperoleh

keuntungan sebesar P1P2BC.

Pasar oligopoli merupakan keadaan pasar dimana terdapat

beberapa produsen atau penjual menguasai penawaran, baik secara

independen maupun secara diam-diam bekerja sama. Contoh pasar

oligopoly adalah perusahaan industri mobil atau motor,industri baja

dan industri rokok. Seorang ahli ekonomi P.Sweezy

memperkenalkan kurva permintaan patah (Kinked Demand).

(47)

oligopoli patah pada satu titik harga tertentu untuk mencerminkan

perilaku produsen oligopoli.

P MC

A D D1

P1 AC

A B D AR=D

0 Q MR Q

Gambar 2.3.

Kurva permintaan patah (kinked demand)

Kurva Keuntungan pada Pasar Monopoli

Dari teori kurva permintaan patah diatas dapat disimpulkan bahwa

industry telah dewasa, baik dengan direfensiasi produk maupun

tanpa diferensiasi produk, jika suatu perusahaan menurunkan harga

maka perusahaan lain akanmengikuti dan menandingi penurunan

harga tersebut, dan jika perusahaan menaikan harga maka

perusahaan lainnya dalam industri tidak akan mengikutinya.

Pasar monopolistic merupakan pasar yang terjadi bila

dalam suatu pasar terdapat banyak produsen namun ada perbedaan

(48)

produsen, sehingga pada dasarnya pasar persaingan monopolistic

sama dengan model pasar persaingan sempurna hanya saja dalam

pasar monoposlistik diperkenalkan adanya perbedaan produk.

Contoh dari pasar persaingan monopolistik adalah seperti rumah

makan, tukang cukur dan perusahaan angkutan.

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang

pernah mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

pedagang.

Adapun penelitian- penelitian tersebut adalah :

1. Menurut penelitian Artaman (2015), dalam penelitian yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang

Pasar Seni Sukawati Di Kabupaten Gianyar”. Dalam penelitian ini

menguji lima variabel independen yaitu modal usaha, lama usaha, jam

kerja, parkir, dan lokasi dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu

pendapatan pedagang pasar tradisional. Populasi yang diambil

didalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional. Sampel yang

digunakan didalam penelitian ini adalah sebanyak 89 responden

dengan metode slovin. Dalam penelitian ini mengunakan alat analisis

Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini adalah modal usaha,

lama usaha dan lokasi usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan

(49)

parkir tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang pasar

seni sukowati.

2. Menurut penelitian Nabela (2016) dalam penelitian yang berjudul

“Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Pedagang Di Pasar Tumenggungan Kabupaten

Kebumen”. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel independen

yaitu modal, lama usaha, lokasi usaha, tingkat pendidikan, produk

yang dijual berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan

pedagang pasar tumenggungan. Dalam penelitian ini mengunakan alat

analisis crosstab (tabel silang). Hasil penelitian ini adalah modal dan

lokasi usaha mempengaruhi besarnya pendapatan sedangkan lama

usaha, jam kerja, tingkat pendidikan dan produk yang dijual tidak

mempengaruhi besarnya pendapatan pedagang .

3. Menurut penelitian Damariyah (2015) dalam penelitian yang berjudul

“Pengaruh Modal Kerja, Lama Usaha Dan Jam Kerja, Lokasi Usaha

dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang (studi kasus

di pasar Desa Pandansari Kecamatan Warungasem Kabupaten

Batang)”. Dalam penelitian ini terdapat lima variabel independen

yaitu modal awal, lama usaha, jam kerja lokasi dan tingkat pendidikan

yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan

pedagang. Penelitian ini mengunakan alat analisis Regresi Linier

Berganda yang mendapatkan hasil bahwa modal kerja berpengaruh

(50)

lokasi, jam kerja dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap

pendapatan pedagang.

4. Menurut penelitian Damayanti (2011) dalam penelitian yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang

Di Pasar Gede Kota Surakarta” dalam penelitian ini terdapat tiga

variabel yaitu modal, jam kerja dan jenis dagangan dan satu satu

variabel dependen yaitu pendapatan pedagang di pasar gede kota

Surakarta. Dalam penelitian ini mengunakan alat analisis Regresi

Linier Berganda. Hasil dari penelitian ini variabel modal, jam kerja

dan jenis dagangan berpengaruh positif signifikan terhadap

pendapatan pedagang pasar gede.

5. Menurut penelitian Chintya dalam penelitian yang berjudul “Analisis

Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran, Keluarahan Jimbaran”.

Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen yaitu modal

kerja, jam kerja, lokasi usaha dan jenis produk yang dan satu variabel

dependen yaitu pendapatan pedagang di pasar jimbaran. Dalam

penelitian ini mengunakan alat analisis Regresi inier Berganda. Hasil

dari penelitian ini adalah variabel jam kerja, modal kerja, lokasi dan

jenis produk berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan

pedagang di pasar jimbaran.

6. Menurut penelitian Singgih dalam penelitian yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan pada

(51)

Situbondo)”dalam penelitian ini terdapat lima variabel yaitu

pengalaman berdagang, jam kerja, jenis kelamin, status perkawinan,

dan status usaha dengan variabel dependen yaitu pendapatan. Dalam

penelitian ini analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah

jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan pedagang, dan

pengalaman berdagang, jenis kelamin, status perkawinan dan status

usaha tidak berpengaruh.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pesatnya pembangunan pasar modern atau toko modern di

Kabupaten Kulon Progo dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap

keberadaan pasar tradisional Wates yang berdiri lebih lama dari pada pada

modern yang saat ini semakin banyak. Pasar modern dikelola secara

professional dengan fasilitas yang mendukung dan lengkap berbanding

terbalik dengan pasar tradisional Wates yang masih berkutat dengan

permasalahn klasik seputar pengelolaan yang kurang professional dan

ketidaknyamanan untuk belanja. Pasar modern dan pasar tradisional

bersaing dalam hal yang sama, hampir semua produk yang dijual dipasar

tradisional seluruhnya dapat ditemui di pasar modern.

Akibat dari hal tersebut maka secara tidak langsung akan

berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional

Wates sebagai dampak berkembangnya pasar modern di kabupaten Kulon

(52)

Pendapatan pedagang pasar tradisional Wates dipengaruhi oleh

faktor-faktor eksternal dan internal dilapangan sehingga diperlukan suatu

kajian yang matang untuk kedepannya dapat diantisipasi dalam rangka

mendapatkan hasil yang terbaik. Berkaitan dengan hal tertersebut

kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Kerangka Berpikir Penelitian

Permasalahan :

Kecenderungan penurunan tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional Wates di Kabupaten Kulon Progo karena permasalahan internal pedagang dan permasalahan eksternal linkungan Pasar tradisional Wates

Tetap bertahan dan berkembangnya pasar tradisional Wates dalam mengahadapi persaingan ekonomi pasar bebas

Faktor internal (Modal Awal,Lama Usaha, Jam Kerja dan jenis kelamin )

Analisis kuantitatif yaitu Data yang berbentuk angka dan satuan hiitung yang disajikan dalam statistik yaitu Analisis Regresi Linier Berganda

Pokok bahasan :

1. Pengaruh modal Awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional Wates

2. Pengaruh modal Awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin secara serempak berpengaruh signifikan

(53)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dalam penelitian ini

hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Modal awal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang

pasar tradisional.

H2: Lama Usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang

pasar tradisional.

H3: Jam kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang

pasar tradisional.

H4: Jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang

pasar tradisional

H5: Modal awal, lama usaha, jam kerja, jenis kelamin secara serempak

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional Wates

kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini ditunjukkan untuk menjelaskan

kedudukan- kedudukan variable yang akan diteliti serta hubungan antara

satu variable dengan variable yang lain atau dengan istilah lain adalah

untuk melihat hubungan variable independen ( modal awal, lama usaha,

jam kerja dan jenis kelamin) terhadap variable dependen yaitu pendapatan

pedagang pasar tradisional.

Hasil akhir yang diinginkan adalah suatu kesimpulan adanya

hubungan kausalitas antara variable- variable dalam penelitian agar dapat

dilihat variable manakah yang mempengaruhi pendapatan pedagang pasar

tradisional Wates.

B. Jenis Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini. Jenis

datayang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Data Kualitatif

Data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar, seperti

(55)

2. Data kuantitatif

Data yang berbentuk angka atau data yang dibuat menjadi angka

(scoring). Terdapat dua jenis sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu :

a. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik

dari individu ataupun perorangan seperti hasil dari wawancara atau

pengisian kuesioner yang bias dilakukan oleh peneliti ( Umar,

2004: 42). Dalam penelitian ini data primer dalam bentuk data

kuantitatif kemudian akan digunakan sebagai input data untuk

penelitian hipotesis.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan suatu

lembaga (Algifari, 1997). Atau data yang diperoleh lewat internet

ataupun lewat surat kabar.

C. Teknik Pengambilan Sampel dan Populasi a. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya

hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili seluruh populsi. Sebuah

sampel haruslah dipilih sehingga setiap satuan elemen mempunyai

kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang

tersebut tidak boleh sama dengan 0 ( Evendi dan Tukiran, 2012: 151).

Sampel dalam penelitian ini akan mengunakan random sampling yaitu

(56)

Penelitian ini hanya pedagang yang berjualan di pasar tradisional

yaitu pedagang kelontong, sayuran, pakaian, sandal dan sepatu, perabot

rumah tangga, pedagang buah dan pedagang makanan ringan, yang

kemudian meminta izin kepada yang yang bersangkutan untuk menjadi

responden peneliti.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 responden, angka 100

responden ini diperoleh menurut Long dalam Gudono (2014:174)

menyatakan minimum jumlah responden adalah 100. Sehingga penelitian

kali ini menggunakan acuan responden berjumlah 100 responden.

b. Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu

yang memiliki karakteristik tertentu ( Indrianto dan supomo, 1999),

sedangkan menurut Sugiyono (2008: 115), populasi adalah generalisasi

yang terdiri dari obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

pedagang di pasar tradisional Wates.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh

peneliti yang bertujuan untuk mengumpulkan data. Data dikumpulkan

mengunakan kuesioner dengan cara sejumlah daftar pertanyaan yang

diajukan kepada responden dan memiliki jawaban berupa data dalam

bentuk angka-angka yang kemudian data akan diolah dan ditabulasikan

(57)

kesulitan dalam mengerjakan kuesioner, sedangkan hasil dari pengambilan

data yang dilakukan dengan wawancara didapat hasil berupa data

kualitatif.

Sehingga dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah :

1. Wawancara atau Interview

Data yang akan diambil untuk dijadikan sebagai sumber data

dalam penelitian ini dengan mengunakan cara wawancara langsung

kepada para responden yang bersangkutan untuk melengkapi data

yang diperlukan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden yang kemudian dijawabnya. Daftar pertanyaan dan

pernyataan tersebut akan digunakan untk mendapatkan data, baik yang

dilakukan melalui telepon, surat ataupun bertatap muka secara

langsung. (Ferdinand, 2006).

Tujuan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang

relefan dengan tujuan survey, dengan memperoleh informasi yang

relefan dengan tujuan survey diharapkan memperoleh informasi

dengan tingkat kendala dan tingkat keabsahan setinggi mungkin.

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan

(58)

menyajikan pertanyaan dengan pilihan jawaban. Pertanyaan kuesioner

disebarkan kepada 100 orang responden.

3. Pengamatan

Pengamatan adalah cara memperoleh data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung di lokasi penelitian.

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel mencakup pengertian yang ada

hubungannya dengan data yang akan menjadi penelitian. Obyek penelitian

ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel

independen.

Variabel dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan

variabel terikat. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah pendapatan pedagang pasar tradisional (Y).

sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi

variabel dependen, baik yang berpengaruh positif ataupun yang

berpengaruh negatif (Ferdinan, 2006). Maka dari itu dalam penelitian ini,

peneliti mengunakan variabel independen antara lain modal awal (X1),

lama usaha (X2), jam kerja (X3) dan jenis kelamin (D1) . Dari kedua

(59)

1) Pendapatan pedagang

Merupakan hasil atau pendapatan yang diterima para pedagang

dari kegiatan mencari nafkah dari pekerjaan pokok dan sampingan

dengan satuan rupiah. Periode pendapatan pedagang Pasar Tradisional

Wates diukur selama periode 1 (satu) hari.

1) Modal Awal

Merupakan jumlah uang yang digunakan oleh pedagang pada saat

awal menjalankan usaha untuk membeli barang dagangannya yang

akan dijual kembali, yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

2) Lama Usaha

Merupakan lama waktu yang sudah dijalani oleh pedagang dalam

menjalankan usahanya, yang dinyatakan dalam satuan tahun

3) Jam Kerja

Merupakan lamanya waktu yang digunakan pedagang untuk

melakukan usahanya, yang dimulai sejak buka sampai dengan tutup

dalam satu hari kerja, yang dinyatakan dalam jam per hari

4) Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini jenis kelamin merupakan variabel dummy

dengan notasi Di. Notasi Di=0 adalah perempuan notasi Di= 1 adalah

(60)

TABEL 3.1

Variable Independen dan Variabel Dependen No Variable Independen (X) Variable Dependen (Y)

1 Modal Awal

Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional

2 Lama Usaha 3 Jam Kerja 4 Jenis Kelamin

F. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengolah data mentah yang

diperoleh dari hasil jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden

yang kemudian dikembalikan lagi kepada peneliti. Hasil analisis tersebut

akan dipresentasikan dalam bentuk tabel. Setelah diperlakukan atas hasil

kuesioner dari data tersebut agar bias lebih teliti lagi maka peneliti

menggunakan pengujian statistik sebagai berikut :

1. Analisis Regresi Linier

Regresi menunjukan hubungan pengaruh satu arah yaitu variable

independen dengan variable dependen. Analisis regresi berganda

digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable independen

terhadap variable dependen. Hubungan variable dependen dan variable

independen tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang

menghubungkan variable dependen Y dengan satu atau lebih variable

independen X1,X2,X3...Xn.

Untuk menguji keberadaan dari hipotesis yang diajukan dan untuk

mengetahui hubungan dan pengaruh dari masing-masing variabel bebas

(61)

(D1) terhadap pendapatan pedagang pasat tradisional (Y). rumus

matematis dari regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

Y= a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4D1 + e

Dimana : Y = variable dependen yaitu pendapatan pedagang pasar

tradisional

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi variabel ke-1

X1 = Modal Awal (dalam rupiah)

X2 = lama usaha (dalam bulan)

X3 =jam kerja (dalam jam)

D1 = jenis kelamin dinyatakan dalam dummy

0 = perempuan

1 = laki-laki

e = standar error

2. Uji Asumsi klasik

Uji asumsi klasik digunakan agar hasil regresi yang telah dapat

dipastikan terbebas dari penyakit asumsi klasik. Pengujian yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas

(62)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada model regresi dilakukan untuk menguji apakah

nilai residual atau variabel pengganggu terdistribusi secara normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah dengan melihat nilai residual yang

terdistribusi secara normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik normal

P-P Plot of regression standardized sebagai dasar pengambilan keputusan.

Jika data berasal dari distribusi normal maka nilai-nilai sebaran terletak

disekitar garis lurus. Cara lain menunakan uji statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistic

Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). jika signifikansi hasil uji

Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) nilainya lebih dari 5% (0,05)

maka data tersebut terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya

korelasi yang tinggi antara variable-variabel bebas dalam model regresi

linear berganda. Dalam regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variable independen jika variable independen terjadi korelasi

maka variable-variabel ini tidak orthogonal. Variable orthogonal adalah

variable bebas yang nilai korelasi antar sesame variable independen sama

dengan nol (Ghazali,2005).

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.1
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul: Pengaruh Pemberian Kapang Rhizopus oryzae atau Chrysonilia crassa terhadap Populasi Bakteri dalam Ileum Ayam Broiler yang Dipelihara pada

Setelah melihat perbedaan antara tokoh Nahdlatul ulama dan tokoh Muhammadiyah yang terkait tentang hukum pembuatan kue berbentuk makhluk bernyawa, serta membandingkan

Mampu menyusun konsep rancangan arsitektur yang mengintergrasikan hasil kajian aspek perilaku, lingkungan, teknis, dan nilai-nilai yang terkait dengan arsitektur.. Mampu

Flight Attendants Wanita dari berbagai Propinsi di Indonesia , dan dengan Karakteristik Etnis Indonesia yang menjadi ciri model seragam Garuda Indonesia, terinspirasi oleh

Dengan ayam panggang, bacon sapi muda atau bacon babi garing, telur goreng, tomat, daun selada romaine. Prime Beef

Merupakan suatu kehormatan dan kebanggan bagi Politeknik Negeri Jember, sebagai salah satu perguruan tinggi vokasi untuk dapatnya menyelenggarakan suatu kegiatan

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam pembelajaran tematik ini meliputi KI 3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca]

Setelah Revolusi Islam yang terjadi pada tahun 1979 berhasil menumbangkan Shah Reza Pahlevi, arah kebijakan Amerika Serikat terhadap Iran berubah secara drastis demikian