• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Mutu Pendidikan

Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, sebagian orang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain, sehingga tidak aneh jika ada dua atau lebih pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.

Tapi suatu hal yang bisa kita yakini adalah mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya. Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga mutu jelas sekali merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.

Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang bermutu yang memiliki standar mutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu pula.

1. Pengertian Mutu

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).23

Mutu memiliki pengertian yang bervariasi. Seperti yang dinyatakan Nomi Preffer dan Anna Coote setelah mereka berdiskusi tentang mutu

22

Ibid, h.561

23 Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, depdikbud, kamus besar bahasa

22

dalam jasa kesejahteraan, bahwa ”Mutu merupakan konsep yang licin”. Mutu mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing orang.24

Tak dapat dipungkiri bahwasannya setiap orang setuju terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hanya saja, masalah yang muncul kemudian adalah kurangnya kesamaan makna tentang mutu tersebut.

Membicarakan tentang pengertian kualitas atau mutu dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena mutu memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnya. Dalam mendefinisikan mutu ada lima pakar utama dalam TQM (Total Quality Managemen) yang saling berbeda pendapat, tetapi memiliki maksud yang sama.

Menurut Edward Sallis, mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang secara bersama-sama absolut sekaligus relatif. Konsep mutu yang absolut jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep sedemikian adalah elit, karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan dengan ”mutu tinggi” kepada peserta didik. Sebagian besar peserta didik tidak bisa menjangkaunya, dan sebagian besar institusi tidak berangan-angan untuk memenuhinya.25

Sedangkan definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apaka produk terakhir sesuai dengan standar atau belum.26

Lain halnya dengan konsep relatif yang memandang mutu, Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri. (Tom Peters dan Nancy Austin, A Passkin For Excellence, 1985). Mutu

24 Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD ), Cet.

Ke-I, h. 50,

25

Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD ), Cet. Ke-I,h. 52

Pendidikan Secara umum dapat dikatakan sebagai suatu gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.

2. Standar Mutu Pendidikan

Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut:

a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan kepala sekolah dalam bidang pendidikan.

b. Kesulitan yang dihadapi para professional pendidikan adalah ketidakmampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada. c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.

Norma dan kepercayaan lama harus dirubah. Sekolah harus belajar bekerja sama dengan sumber-sumber yang terbatas. Para professional pendidikan harus membantu para siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia global.

d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staff, pengawas, dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, teamwork, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi. Uang tidak menjadi penentu dalam peningkatan mutu.

e. Kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efesiensi, produktivitas dan kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan baru atau model-model mengajar,

24

membimbing, dan melatih dalam membantu perkembangan siswa. Demikian juga stafadministrasi, ia akan menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, menyelesaikan maslah, dan mengembangkan program baru.

f. Banyak professional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan, atau takut melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru.

g. Program penigkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan dan proses kerja tiap organisasi berbeda.

h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan para professional pendidikan dapat memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik terhadapa siswa, orang tua maupun masyarakat.

i. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan “program singkat”, peningkatan mutu dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-program singkat.27

Setelah memahami definisi mutu, maka diketahui pula apa saja yang termasuk dalam dimensi mutu. Garvin, seperti yang dikutip oleh M. N. Nasution28 mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan

27 Nana Syaodih Sukmadinata. dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Cet. Ke-1, h. 9-11

28 M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Jakarta;

untuk menganalisis karakteristik kualitas produk. Kedelapan dimensi itu adalah sebagai berikut:

1. Kinerja/performa (performance), yaitu berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk yakni karakteristik pokok dari produk inti.

2. Features, merupakan aspek kedua dari performa yang menambah fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya, yaitu cirri-ciri/keistimewaan tambahan atau karakteristik pelengkap/tambahan.

3. Keandalan (reliability), yaitu berkaitan dengan kemungkinan suatu produk yang berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi tertentu. Dengan demikian, keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk.

4. Konformitas (conformance), yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Kalau menurut Tjiptono, konformitas berkaitan dengan sejauh mana karakteristik desain operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.

26

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu karakteristik yang berkaitan dengan reputasi (brand name, image).29

Adapun indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur mutu pendidikan yaitu hasil akhir pendidikan, hasil langsung pendidikan (hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolok pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan, misal: tes tertulis daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap), proses pendidikan, instrument input (alat berinteraksi dengan raw input, yakni siswa), serta raw input dan lingkungan.

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu berpedoman pada konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (missal: setiap semester, setahun, 5 tahun dan sebagainya). Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misal: ulangan umum, UN dan lain-lain) atau prestasi dibidang lain (misal: dalam cabang olahraga dan seni). Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (Intangible), seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati dan sebagainya.

Dokumen terkait