• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada SMPN 244 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada SMPN 244 Jakarta"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

FADLI HASAN

104018200657

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

(2)
(3)
(4)
(5)

iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fadli Hasan

NIM : 104018200657

Program Studi : Manajemen Pendidikan

Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Jakarta,23 Juni 2011

Penulis

(6)

ABSTRAK

Fadli Hasan, 104018200657 Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SMP Negeri 244 Jakarta

Meningkatkan mutu bukan hanya di dunia industri dianggap penting, tapi dalam dunia pendidikan pun sangatlah penting. Berdasarkan pentingnya suatu mutu pendidikan, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya atau langkah-langkah kongkrit dalam meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dibentuknya Komite Sekolah. sebab langsung berhubungan dengan perannya sebagai penyelenggara pendidikan. Untuk mendapat-kan mutu pendidikan yang baik maka diperlukan peran serta masyarakat yang terwadahi dalam Komite Sekolah.

Skripsi yang berjudul “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan di SMP Negeri 244 Jakarta”, dimaksudkan untuk

mengetahui peran komite sekolah yang telah dilakukan oleh anggota komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang beracuan pada Operasional Kegiatan dan Indikator Komite Sekolah, yaitu Komite Sekolah berperan dalam hal memberikan pertimbangan (advisory), sebagai pendukung (supporting), pengontrol (controlling), dan mediator.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kualitatif, yaitu penelitian dengan cara menganalisis data yang diarahkan untuk menjawab rumusan masalah, tetapi tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data utama dari penelitian ini dapat diketahui dengan jelas dari analisis deskriptif.

(7)

iv

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta

salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing umatnya menuju jalan yang diridhai-NYA.

Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka mencapai gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunannya penulis mengalami kendala-kendala,

namun semuanya dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dan masukan yang

berarti dari banyak pihak.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

mendalam kepada :

1. Bapak Dr. H. Fathi Ismail, M.M, pembimbing yang telah banyak memberikan

waktunya untuk membimbing saya dengan keikhlasan dan kesabaran dalam

memberikan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah “skripsi” ini hingga

selesai.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed. M.Phil dan Bapak Drs. Muarif SYAM,

M.Pd, Ketua program studi Manajemen Pendidikan jurusan Kependidikan

Islam yang telah memberikan nasehat, arahan dan kemudahan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Drs. H. Nurochim, M.M, Dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan motivasi, bimbingan, dan bantuan selama menjalani proses

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Siti Aisyah Ketua Komite Sekolah dan Bapak Drs. T. Rianto, M.Pd.

(8)

v

staff dan guru SMP Negeri 244 Jakarta yang telah memperkenankan dan

mambantu penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Negeri 244 Jakarta.

6. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, dan keluarga penulis yang

senantiasa memberikan dorongan, do’a, dan dukungannya kepada penulis

selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima

kasih atas cinta, kasih sayang, dan pengorbanan yang diberikan.

7. Sahabat-sahabat KIMP Angkatan 2004 (Hawari, Faisal, Encep Ade, dan

kawan-kawan kelas B KIMP 2004) atas semua masukan dan dukungan yang

diberikan.

8. Kanda-kanda, Kawan-kawan, sahabat, IMMawan dan IMMawati seperjuangan

di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Keluarga Pondok

Modern (IKPM).

9. Staf perpustakaan utama UIN, Fakultas tarbiyah, yang telah menyediakan

buku-buku sumber dalam penulisan skripsi ini.

Tentunya kesalahan takkan luput dari penulisan kecil ini, semoga kritikan

dapat menjadi masukan yang berarti bagi penulis di kemudian hari, jika dalam

penulisannya ada yang kurang berkenan, mohon juga dibukakan pintu maaf yang

sebesar-besarnya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat,

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian. Demikian

semoga Allah meridhoi apa yang telah, sedang dan akan kita lakukan. Amin.

Jakarta, 23 Juni 2011

(9)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Organisasi Komite Sekolah ... 8

1. Peran Komite Sekolah dalam MBS ... 9

2 Tujuan, Tugas dan Fungsi Komite Sekolah ... 11

3. Hubungan Komite Sekolah Dengan Sekolah ... 13

a. Pemberi Pertimbangan ... 14

b. Forum Komunikasi ... 15

c. Dukungan Keuangan/Financial ... 18

d. Kendali Mutu ... 19

B. Mutu Pendidikan ... 20

1. Pengertian Mutu ... 21

2. Standar Mutu Pendidikan ... 22

(10)

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Sumber Data ... 29

D. Metode Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknis Pengolahan Data ... 31

G. Instrumen Penelitian ... 31

H. Tekhnik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 34

1. Profil Sekolah SMPN 244 Jakarta ... 34

2. Visi dan Misi ... 34

3. Biodata Sekolah ... 36

B. Deskrispsi dan Analisis Data ... 37

1. Badan Pemberi Pertimbangan (dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan) ... 38

2. Badan Pendukung (financial, pemikiran dan tenaga) ... 40

3. Badan Pengontrol (transparansi dan akuntabilitas) ... 42

4. Badan Penghubung (mediator/komunikator antara pemerintah dan masyarakat) ... 44

5. Pengendalian Mutu ... 45

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49

(11)

viii

Tabel 3 Biodata Sekolah ... 36

Tabel 4 Komite Sekolah diikutsertakan dalam penentuan program

sekolah ... 38

Tabel 5 Komite sekolah ikut memberikan pertimbangan dalam menentukan

siswa yang akan diterima di sekolah tersebut ... 38

Tabel 6 Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam hal peningkatan kesejahteraan guru ... 39

Tabel 7 Komite Sekolah memberikan pertimbangannya untuk ikut

menentukan siapa guru yang yang dianggap berprestasi ... 39

Tabel 8 Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam hal

pengadaan buku ... 39

Tabel 9 Rekapitulasi Badan pemberi pertimbangan ... 39

Tabel 10 Komite Sekolah secara aktif mencari dana sendiri dan tidak

bergantung kepada dana alokasi dari pihak sekolah ... 40

Tabel 11 Komite Sekolah melakukan pendataan sendiri ... 40 Tabel 12 Komite Sekolah melibatkan secara aktif tokoh masyarakat atau

Pemerintah ... 41

Tabel 13 Komite Sekolah ikut mengawasi proses rehabilitasi/perbaikan

fisik ... 41

Tabel 14 Komite Sekolah ikut menyumbang dalam bentuk tenaga kerja ... 41 Tabel 15 Komite Sekolah memberi saran tentang proses belajar

mengajar di kelas ... 41

Tabel 16 Rekapitulasi Badan Pendukung ... 42 Tabel 17 Komite Sekolah ikut mengawasi proses belajar mengajar

di kelas ... 42

(12)

ix

Jawaban (SPJ) proyek atau kegiatan ... 43

Tabel 20 Rekapitulasi Badan Pengontrol ... 43 Tabel 21 Komite Sekolah mengadakan pertemuan dengan dinas pendidikan

setempat dalam hal meningkatkan mutu ... 44

Tabel 22 Komite Sekolah mengadakan pertemuan dengan para

tokoh-tokoh pendidikan... 45

Tabel 23 Komite Sekolah memfasilitasi pertemuan antara pihak sekolah

dengan wali murid ... 45

Tabel 24 Rekapitulasi Badan Penghubung (Mediator Antara Pemerintah

Dan Masyarakat) ... 45

Tabel 25 Komite Sekolah memberikan saran tentang layanan sekolah ... 46 Tabel 26 Komite Sekolah memberi saran tentang lingkungan dan

sumber daya fisik di sekolah ... 46

Tabel 27 Komite Sekolah memberi saran atau kritik kepada

kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya ... 46

Tabel 28 Rekapitulasi Pengendalian Mutu ... 46 Tabel 29 Rekapitulasi Persentase Peran Komite Sekolah

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Harapan yang merata pada dunia pendidikan masih suatu

permasalahan yang belum terselesaikan. Walaupun otonomi daerah sudah

berjalan masih banyak daerah-daerah yang tertinggal dalam dunia pendidikan.

Pemerataan dan perluasan memperoleh pendidikan dasar bagi seluruh warga

Negara harus secara terus menerus diwujudkan, dengan kebijakan pemerintah

tentang wajib belajar pendidikan dasar yang dimulai sejak 2 Mei 1984.

Perkembangan masyarakat yang semakin kompetitif menuntut setiap

orang untuk berkompetisi secara sehat. Demikian halnya dengan lembaga

pendidikan. Kompetisi untuk merebut pasar menuntut setiap lembaga guna

mengedepankan kualitas dalam proses manajerial dan pembelajarannya.

Kualitas juga sering disamaartikan dengan mutu. Oleh karena itu, peningkatan

kualitas Sumber Daya Manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan

secara terencana, terarah intensif, efektif, dan efesien dalam proses

pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era

globalisasi.

Dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini

pendidikan sangat berperan penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa dan membentuk manusia-manusia terampil guna berpartisipasi dalam

(14)

2

Dalam undang-undang No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional

adalah “Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”.1

Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar secara aktif

mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan peserta didik, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini setidaknya menghadapi empat

tantangan besar yang kompleks. Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai

tambah (added value), yaitu bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam

rangka meningkatkan produktivitas serta pertumbuhan dan pemerataan

ekonomi sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan

berkelanjutan. Kedua, tantangan untuk melakukan pengkajian secara

komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan)

struktur masyarakat, dari masyarakat yang agraris ke masyarakat industri yang

menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan

pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Ketiga, tantangan dalam

persaingan global yang semakin ketat, yaitu bagaimana meningkatkan daya

saing bangsa dalam meningkatkan karya-karya yang bermutu dan mampu

bersaing sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni

(IPTEKS). Keempat, munculnya kolonialisme baru di bidang IPTEK dan

ekonomi yang menggantikan kolonialisme politik.2

Dukungan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan pendidikan

dasar menunjukkan antusiasme yang cukup menggembirakan, tampak dengan

1 Diknas, Undang-Undang No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional.

2 Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di era Otonomi Pendidikan,

(15)

adanya banyak lembaga pendidikan swasta, baik umum maupun yang

berafiliasi kepada agama-agama tertentu. Partisipasi masyarakat juga sering

diwujudkan dengan keikutsertaan para orangtua dalam kegiatan lain di sekolah

yang terwadahi di dalam komite sekolah, dan sejalan dengan pelaksanaan

manajemen pendidikan berbasis sekolah.

Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis yang dilakukan oleh

Depdiknas pada tahun 2001, sedikitnya ada 4 faktor yang menyebabkan

pendidikan tidak mengalami peningkatan secara nyata, yaitu: (1) kebijakan

dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan

education production function atau input-output analysis yang dilaksanakan

secara tidak konsekuen; (2) penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan

secara birokratik-sentralistik: (3) rendahnya peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan; dan (4) rendahnya anggaran pendidikan.3

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, tentu saja perlu dilakukan

upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi

penyelenggaraan pendidikan, yaitu dibentuknya Komite Sekolah. Komite

sekolah adalah merupakan badan yang mewadahi peran serta masyarakat

dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan

pendidikan. Tanpa mengesampingkan komponen lainnya, khususnya Komite

Sekolah mempunyai peran yang sangat strategis, karena Komite Sekolah

berperan sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan

dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan, pendukung

(supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga

dalam penyelesaiaan pendidikan di satuan pendidikan, pengontrol (controlling

angency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelengaraan dan

keluaran pendidikan di satuan pendidikan serta mediator antara pemerintah

(eksekutif) dengan masyarakat di lingkungan satuan pendidikan.

SMPN 244 Jakarta merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai

Visi “Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa, cerdas, mandiri,

3 Marimin, Tesis; Peran Komite Sekolah dalam Peningkatkan Mutu Pendidikan,

(16)

4

kreatif dan kompetitif dalam kebersamaan” merupakan suatu jawaban dari

suatu tantangan yang hadir di era dimana teknologi informasi dimanfaatkan

secara menyeluruh dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, telah

menggesernya nilai-nilai sosial budaya yang telah terpelihara berabad-abad

lamanya. Perubahan pandangan dan perilaku telah terjadi baik secara individu

ataupun kelompok. Hal tersebut akan menciptakan terjadinya dehumanisasi,

jika kita tidak mampu memanfaatkan alat yang super canggih tersebut secara

arif dan bijak.

Sebagai masyarakat pendidikan, komponen-komponen (para pendidik)

lembaga pendidikan SMPN 244 Jakarta sedang mengarahkan peserta didiknya

untuk mampu hidup dalam masyarakat sepuluh tahun yang akan datang.

Komponen-komponen tersebut tidak sedang mengajarkan mereka untuk hidup

seperti yang sekarang kita alami. Tapi komponen-komponen ini mengarahkan

peserta didik untuk hidup dalam era global dalam suhu kompetisi.

Memasuki era global, fakta menunjukkan bukan saja semakin ketatnya

persaingan kemampuan diri, tetapi semakin terbuka pintu-pintu yang

mengarah pada perusakan moral. Sekolah SMPN 244 Jakarta sebagai lembaga

pendidikan telah menjadi alternatif yang memiliki peranan penting dalam

pembentukkan watak, kepribadian, dan kualitas bangsa di masa yang akan

datang.

Dalam upaya mempertahankan dan usaha untuk lebih meningkatkan

prestasi dan reputasi, maka Sekolah SMPN 244 Jakarta menitikberatkan

pembinaan pada pembentukkan watak, kepribadian, dan kualitas bangsa di

masa yang akan datang. Titik berat pembinaan ini menjadi trade mark (merek

dagang) Sekolah SMPN 244 Jakarta dan menjadi landasan penyusunan

program tahunan sehingga hasilnya akan dirasakan oleh peserta didik.

SMPN 244 Jakarta berbenah diri dengan melakukan perubahan dan

perombakan kurikulum guna memenuhi tuntutan perkembangan zaman

sebagai konsekuensi dari trade mark di atas. Pembenahan juga dilakukan dari

(17)

dari sasaran pembenahan adalah sarana dan prasarana sebagai pendukung

proses belajar mengajar yang kondusif.

Untuk mewujudkan semua hal tersebut, Sekolah Menengah Pertama

Negeri 244 Jakarta sebagai lembaga pendidikan memerlukan dukungan dan

partisipasi dari semua pihak, terutama peran orang tua siswa sebagai pemberi

amanat.

Berdasarkan atas kenyataan tersebut, kiranya tepat jika dilakukan

penelitian dengan judul “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan (Studi Pada SMP Negeri 244 Jakarta).”

B. Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi

masalah yang akan diteliti yaitu:

a. Peran dan kontrol komite sekolah yang belum dapat menyikapi

kebijakan Sekolah

b. Peran komite sekolah yang kurang dalam penyelenggaraan

pembangunan sekolah

c. Kurangnya peran komite sekolah untuk perkembangan mutu output

lembaga pendidikan

d. Organisasi Komite Sekolah belum mendukung otonomi.

e. Komite Sekolah belum membumikan Manajemen Berbasis Sekolah

2. Pembatasan Masalah

Komite Sekolah dan peranannya yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah meliputi empat aspek, yaitu:

1. Sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency).

2. Sebagai pendukung (supporting agency)

3. Sebagai pengontrol (controlling agency), dan

(18)

6

3. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dikaji adalah “Bagaimanakah peran Komite

Sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, jika dianalisis dari

empat aspek, yakni sebagai pemberi pertimbangan, sebagai pendukung,

sebagai pengontrol dan sebagai mediator.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran terhadap:

1. Peranan Komite Sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan dalam ikut

serta menyusun rencana program sekolah, melaksanakan program dan

mengelola sumber daya sekolah.

2. Peranan Komite Sekolah sebagai badan pendukung dalam ikut serta

penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

3. Peranan Komite Sekolah sebagai badan pengontrol (mewujudkan

transparansi dan akuntabilitas) penyelenggaraan dalam pendidikan di

sekolah.

4. Peranan Komite Sekolah sebagai badan mediator antara Komite Sekolah

dengan masyarakat, Komite Sekolah dengan sekolah, dan Komite Sekolah

dengan dewan pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan mendasarkan pada rumusan masalah yang dianalisis, maka

hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Proses dan hasil penelitian ini dapat merupakan pengembangan penelitian

komite sekolah yang mempunyai peran dan fungsi meningkatkan

keikutsertaan masyarakat, khususnya peran dan fungsi komite sekolah

(19)

2. Manfaat Praktis

a. Bahan masukan kepada Dewan Pendidikan dalam rangka pembinaan

terhadap Komite Sekolah berkaitan dengan perannya sebagai badan

pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator di satuan

pendidikan.

b. Bahan masukan kepada Kepala Sekolah dalam rangka peningkatan

fungsi manajemen berkaitan dengan kerjasamanya dengan Komite

(20)

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Organisasi Komite Sekolah

Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan

secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi, yang

bekerja atas dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan

bersama atau sekelompok tujuan.1 Organisasi adalah kumpulan orang-orang yang sedang bekerja bersama melalui pembagian tenaga kerja untuk

mencapai tujuan yang bersifat umum.2

Dalam Kamus Besar Indonesia yang lain Komite diartikan “Panitia”

(beberapa orang yang diserahi untuk melakukan tugas).3

Madrasah/Sekolah sebagai lembaga/institusi mempunyai satu tujuan

atau lebih. Dalam mencapai tujuan tersebut, perlu disusun rencana strategis

dan bagaimana mencapai tujuan tesebut. Cara pencapaiannya dilakukan

melalui berbagai perencanaan dan program kegiatan yang dituangkan dalam

1

Stephen P. Robbins, Teori Organisasi Struktur, Desain & Aplikasinya, (Jakarta; Arcan). Cet-1, h.4

2 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta; RjaGrafindo Persada, 2007),

Cet.ke-I, h.60

3 W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),

(21)

Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M). RKS/M adalah rencana kerja

yang disusun bersama oleh sekolah/madrasah dan komite sekolah/madrasah.

Dengan adanya RKS/M yang jelas, semua pihak yang

berkepentingan seperti orangtua, guru, pegawai, dan kepala sekolah sendiri

akan mengetahui: apa yang dibutuhkan oleh sekolah, apa yang perlu

dilakukan untuk memperbaiki keadaan sekolah, maksud dan tujuan kegiatan

kegiatan yang akan dilakukan selama beberapa tahun yang akan datang.4 Dibentuknya komite sekolah merupakan konsekuensi perluasan

makna partisipasi masyarakat serta menampung dan menyalurkannya dalam

penyelengaraan pendidikan pada tingkat sekolah. Selain itu adanya komite

sekolah juga mewadahi partisipasi masyarakat dalam menciptakan suasana

dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelengaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

pendidikan.5

Komite Sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non profit dan

non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para

stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi

dari berbagai unsur yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas

proses dan hasil pendidikan.

1. Peran Komite Sekolah

2. Peran Komite Sekolah dalam MBS

Manajemen Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagai model

manajemen sekolah yang memberikan otonomi kepada sekolah dan

mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan langsung

4 Muhaimin. dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana 2009), Cet. ke-I, h.200

5 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta; CV. Sagung Seto),

(22)

10

semua warga sekolah dan masyarakat yang dilayani, dengan tetap selaras

dengan kebijakan nasional tentang pendidikan.6

MBS merupakan salah satu model manajemen pendidikan yang

berbasis pada otonomi atau kemandirian sekolah dan aparat daerah dalam

menentukan arah, kebijakan, serta jalannya pendidikan di daerah

masing-masing. Keberhasilan dalam pelaksanaan MBS sangat ditentukan oleh

perwujudan kemandirian manajemen pendidikan pada tingkatan kabupaten

atau kota. Gagasan MBS sebenarnya merupakan jawaban atas tantangan

pendidikan kita ke depan.

Selain itu MBS merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah

yang efektif dan produktif. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika

Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan

dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. MBS

merupakan paradigma baru manajemen pendidikan, yang memberikan

otonomi luas pada sekolah, dan pelibatan masyarakat dalam kerangka

kebijakan pendidikan Nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa

mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan

mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap

terhadap kebutuhan setempat.

Dalam sistem MBS, semua kebijakan dan program sekolah

ditetapkan oleh Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan, badan ini

merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat

daerah setempat, komisi pendidikan pada Dewan Perwakilan Daerah

(DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan,

perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lemabaga

inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan

ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku. Selanjutnya, komite sekolah

perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan

(23)

berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional

untuk mencapai tujuan sekolah.7

3. Tujuan, Tugas dan Fungsi Komite Sekolah

Pembentukan dewan pendidikan sebagai pemberi pertimbangan

dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan ditingkat

kabupaten sedangkan Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan

dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan ditingkat satuan

pendidikan merupakan langkah yang positif dari perencanaan

pembangunan pendidikan di Negara ini.

Nanang Fatah dalam bukunya menjelaskan tujuan dibentuknya

Komite sekolah yaitu adalah suatu organisasi “Masyarakat Sekolah” yang

mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan

kualitas peserta didik.

Menurut Bedjo Sujanto dalam bukunya tentang tujuan Komite

sekolah, yaitu; pertama, mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa

masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan di satuan

pendidikan. Kedua, meningkatkan tanggungjawab peran serta aktif dari

seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan

pendidikan. Ketiga, menciptakan suasana dan kondisi yang transparan,

akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan

pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.8

Komite sekolah selaras dengan wewenangnya mempunyai tugas

pokok sebagai berikut:

7 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. REMAJA

ROSDAKARYA, 2005), h.35

8

(24)

12

a. Menyelengarakan rapat-rapat sesuai program yang ditetapkan

b. Bersama-sama sekolah merumuskan dan menetapkan visi dan misi

c. Bersama-sama sekolah menyusun standar pelayanan pembelajaran

di sekolah

d. Bersama-sama sekolah menyusun rencana strategis pengembangan

sekolah

e. Membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan

kesejahteraan berupa uang honorium yang diperoleh dari

masyarakat kepada kepala sekolah, tenaga guru dan tenaga

administrasi sekolah

f. Bersama-sama sekolah mengembangkan potensi kearah prestasi

unggulan, baik yang bersifat akademis maupun yang non akademis

g. Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat untuk

meningkatkan kualitas pelayanan sekolah

h. Mengelola kontribusi masyarakat berupa uang yang diberikan

kepada sekolah

i. Mengelola kontribusi masyarakat yang berupa non material

(tenaga, pikiran) diberikan kepada kepala sekolah

j. Mengevaluasi program sekolah secara profesional sesuai

kesepakatan dengan pihak sekolah meliputi pengawasan

penggunaan sarana dan prasarana sekolah, pengawasan keuangan

secara berkala dan berkesinambungan

k. Mengindentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkan

bersama-sama dengan pihak sekolah

l. Memberikan respon terhadap kurikulum yang dikembangkan

secara standar nasioal maupun lokal

m. Memberikan motivasi, penghargaan (baik berupa materi maupun

non materi) kepada tenaga kependidikan atau kepada seseorang

yang berjasa kepda sekolah secara profesional sesuai dengan

(25)

n. Memerikan otonomi profesional kepada guru mata pelajaran dalam

melaksanakan tugas-tugas kependidikannya sesuai kaidah dan

kompetensi guru

o. Membangun jaringan kerjasama dengan pihak luar sekolah yang

bertujaun untuk meningkatkan kualitas pelayanan proses dan hasil

pendidikan

p. Memantau kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan di

sekolah

q. Mengkaji laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program yang

dikonsultasikan oleh kepala sekolah

r. Menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah

untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan

kebutuhan sekolah.9 Fungsi Komite sekolah :

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat

2. Kerjasama dengan masyarakat

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide dan tuntutan, dan

berbagai kebutuhan pendidikan

4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada

satuan pendidikan (kebijakan dan program pendidikan, RAPBS,

kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria fasilitas pendidikan, dan

hal-hal yang terkait dengan pendidikan)

5. Mendorong partisipasi orangtua dan masyarakat

6. Mengalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan pendidikan

7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan.10

9 Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah, (Bandung:

Pustaka Bani Quraisy, 2004), Cet. Ke-1 h. 164-165

10 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta; CV. Sagung Seto),

(26)

14

4. Hubungan Komite Sekolah dengan Sekolah

Tidak bisa dipungkiri persekolahan di Indonesia menunjukan

perkembangan yang mengagumkan, sekiranya dalam kurun waktu

beberapa dekade terakhir ini. Perkembangan tersebut tidak bisa dilihat

hanya karena suatu prestasi kepala sekolah dan pemerintah, tapi peranan

komite sekolah juga berperan dalam mengembangkan persekolahan di

Indonesia sebagai bukti tanggungjawab terhadap mutu pendidikan yang

berhubungan dengan Lembaga Pendidikan.

Bedjo Sujanto dalam bukunya menuliskan peranan Komite Sekolah

sebagai berikut:

1. Pemberian pertimbangan (advisory) dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

2. Pendukung

- Finansial,

- Pemikiran,

- Tenaga

3. Pengontrol transparansi dan akuntabilitas.

4. Mediator antara eksekutif dengan masyarakat di satuan

pendidikan.11

a. Pemberi Pertimbangan

Ada tiga langkah utama yang dilakukan perusahaan dalam

merumuskan strategi. Pertama mengembangkan visi dan strategic

mission. Kedua, penetapan tujuan, dan ketiga, langkah terakhir

menyusun strategi untuk mencapi tujuan tersebut.12

11 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta; CV. Sagung Seto),

Cet. Ke-1, h.62

12 Bambang Haria, Strategi Manajemen; Strategi Memenangkan Perang Bisnis,

(27)

Visi merupakan gambaran perubahan pada masa datang yang

ingin kita ciptakan. Sedangkan misi adalah jalan yang perlu ditempuh

(the chosen track) agar visi dapat tercapai.13

Penetapan visi dan misi organisasi harus didasarkan

pengamatan tajam trend perkembangan lingkungan sekitarnya dalam

kurun waktu jangka panjang. Kesesuaian antara misi dan asumsi

perkembangan lingkungan akan menjadi misi lembaga pendidikan

sebagai jalan lurus dan bebas hambatan yang memudahkan lembaga

pendidikan mencapai tujuan.

Disinilah peran komite sekolah sebagai pemberi

pertimbangan dimana visi dan misi yang akan diimplementasikan

melalui kebijakan-kebijakan sekolah yang tidak sesuai menjadi sesuai

dengan perkembangan zaman sekarang ini.

b. Forum Komunikasi

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam

bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.14 Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita

atau informasi dari seseorang ke orang lain.15

W. Weaver seorang tokoh komunikasi berpendapat tentang

komunikasi, “Komunikasi adalah semua prosedur dimana pikiran

seseorang dapat memengaruhi orang lain”. Miller juga berpendapat

Komunikasi berarti bahwa informasi disampaikan dari satu tempat

ketempat yang lain.

Komunikasi keorganisasian mempunyai beberapa tujuan.

1.Memberikan Informasi: tujuan utama komunikasi ialah

mengirimkan informasi dari suatu sumber kepada

13 Ibid, h.23

14

T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta; BPFE-YOGYAKARTA), h.272

15 Miftah Toha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta; PT.

(28)

16

orang atau kelompok-kelompok alamat komunikasi. Beragai

jenis informasi dikirimkan dalam kebijakan organisasi,

peraturan-peraturan, dan perubahan-perubahan serta

perkembangan dalam organisasi dan sebagainya.

2.Umpan Balik: diperlukan adanya umpan balik bagi para

karyawan tentang prestasi mereka; untuk bagian-bagian

tentang prestasi mereka; dan bagi manajemen yang lebih

tinggi tentang pencapaian tujuan dan kesulitan yang

dijumpai. Komunikasi umpan balik membantu usaha

mengambil langkah-langkah perbaikan dan penyesuain

yang diperlukan, dan memberikan mtivasi kepada

orang-orang untuk mengembangkan rencana-rencana yang

menantang dan realistis.

3.Pengendalian: sistem informasi manajemen dikenal sebagai

suatu mekanisme pengendalian. Informasi diberikan untuk

menjamin pelaksanaan rencana-rencana sesuai dengan

maksud semula.

4.Pengaruh: informasi merupakan kekuasaan. Satu tujuan

organisasi ialah mempengaruhi orang.

5.Memecahkan Persoalan: dalam banyak hal komunikasi

bertujuan memecahkan persoalan. Banyak pertemuan

kelompok diadakan sebagai sumber saran guna

mendapatkan penyelesaian-penyelesaian alternative bagi

suatu persoalan dan sampai kepada terpilihnya suatu

penyelesaian tertentu.

6.Pengambilan Putusan: untuk mencapai suatu putusan

diperlukan beberapa macam komunikasi, misalnya

pertukaran informasi pendapat, alternatif-alternatif yang

ada, segi-segi menguntungkan atau tidak menguntungkan

dari tiap alternatif, dan sebagainya. Komunikasi sangat

(29)

7.Mempermudah Perubahan: efektivitas suatu perubahan

yang diadakan dalam suatu organisasi sebagian besar

tergantung pada kejernihan dan spontanitas komunikasi.

8.Pembentukan Kelompok: komunikasi membantu

pembangunan hubungan. Bahkan dalam perselisihan yang

berat, hubungan baik hanya dapat dikembalikan jika proses

komunikasi terus dilanjutkan. Jika terputus, kelompok bisa

hancur. Dalam hubungan ini komunikasi perasaan,

perhatian, dan dukungan terutama penting sekali.

9.Menjaga Pintu: komunikasi membantu membangun

hubungan organisasi dengan dunia luar. Organisasi dapat

menggunakan lingkungannya untuk meningkatkan

efektivitasnya. Organisasi juga dapat mempengaruhi

lingkungan itu sendiri, pemerintah, sistem pelanggannya,

sistem sumber dayanya, dan sebagainya. Komunikasi dalam

hal ini memainkan suatu peranan yang kritis.16

Gordon I Zimmerman et. al, merumuskan bahwa kita dapat

membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori dasar. Pertama,

untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita

untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan

kepanasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua,

untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi itu

memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi sosial yaitu untuk kesenangan,

untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan

memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambil keputusan, yaitu

16 Udai Pareek, Perilaku Organisasi; Pedoman ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi

(30)

18

memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada

suatu saat tertentu.17

Dari beberapa fungsi dasar yang diungkapkan para tokoh

komunikasi terlihat jelas bahwa fungsi komunikasi yaitu sebagai

fungsi sosial untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi

kebutuhan kita dalam menikmati hidup (kepuasan), dan fungsi

pengambil keputusan, yaitu memutuskan untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu.

c. Dukungan Keuangan

Dalam melaksanakan kegiatannya, sekolah memerlukan

dukungan pembiayaan yang memadai. Pertanyaan mendasar yang

perlu dijawab dalam menjelaskan standar pembiayaan sekolah adalah:

“bagaimana kondisi pembiayaan untuk pendidikan di sekolah baik

yang terkait dengan biaya investasi, biaya operasi, maupun biaya

personal yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat?”.

Perencanaan keuangan sekolah sedikitnya mencakup dua

kegiatan, yakni penyusunan anggaran, dan pengembangan Rencana

Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS).

Penyusunan anggaran keuangan sekolah sering disebut

Anggaran Belanja Sekolah (ABS), biasanya dikembangkan dalam

format-format yang meliputi: (1) sumber pendapatan terdiri dari

UYHD, DPP, OPF; dan lain-lain; (2) pengeluaran untuk kegiatan

belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana,

baha-bahan dan alat pelajaran honorarium dan kesejahteraan.18

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan

keuangan sekolah atau anggaran belanja sekolah menurut Morphet

(1975) adalah sebagai berikut:

17 Elvinaro Ardianto. Bambang Q-Aneed, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung; Simbiosa

Rekatama Media) Cet.I. h.3

18 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. REMAJA

(31)

a.Anggaran belanja sekolah harus dapat mengganti beberapa

peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan

perkembangan kebutuhan pendidikan.

b.Merevisi peraturan dan input lain yang relevan, dengan

merancang pengembangan sistem secara efektif.

c.Memonitor dan menilai keluaran pendidikan secara terus

menerus dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan

tahap berikutnya.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa

perencanaan keuangan sekolah dapat dikembangkan secara efektif jika

didukung oleh beberapa sumber yang esensial, seperti: a) sumber daya

manusia yang kompeten dan mempunyai wawasan luas tentang

dinamika sosial masyarakat; b) tersedianya informasi yang akurat dan

tepat waktuuntuk menunjang pembuatan keputusan; c) menggunakan

manajemen dan teknologi yang tepat dalam perencanaan; d)

tersedianya dana yang memadai untuk menunjang pelaksanaan.19 Pengembangan RAPBS pada umumnya menempuh

langkah-langkah pendekatan dengan prosedur diantaranya pada tingkat

kerjasama dengan komite sekolah. Kerjasama antara komite sekolah

dengan kelompok kerja yang telah terbentuk dalam organisasi,

dilakukan untuk melakukan rapat pengurus dan rapat anggota dalam

rangka mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan

dengan pengembangan RAPBS.20

d. Kendali Mutu

Dari beberapa peran Komite Sekolah di lembaga pendidikan,

kendali mutu merupakan faktor penting dalam meningkatkan mutu

yang berkesinambungan. dalam pengendalian mutu ini ada dua hal

19

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. REMAJA ROSDAKARYA), Cet. Ke-1, h. 200

(32)

20

yang penting untuk dibahas, prinsip pengendalian mutu dan proses

pengendalian mutu.

Prinsip pengendalian mutu dalam rangka penjaminan mutu

pendidikan pada tingkat satuan pendidikan didasarkan pada

prinsisp-prinsip tersebut.

a. Quality First, yaitu seluruh pikiran dan tindakan

kepala/pimpinan pada berbagai tingkat organisasi atau unit di

satuan pendidikan harus mengutamakan atau memprioritaskan

mutu.

b. Stakeholder-In, yaitu seluruh pikiran dan tindakan

kepala/pemimpin pada berbagai tingkat organisasi atau unit di

satuan pendidikan harus ditujukan pada kepuasan stakeholders.

c. The Next Process is Our Stakeholder, yaitu setiap orang yang

melakukan tugas dalam penyelanggaraan proses pendidikan di

sekolah harus menganggap pihak lain yang menggunakan hasil

pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholders yang harus

dipuaskan.

d. Speak with Data, yaitu setiap orang yang menyelenggarakan

proses pendidikan di sekolah dalam melakukan tindakan dan

pengambilan keputusan harus didasarkan pada hasil analisis

data yang akurat dan relevan.

e. Upstream Management, yaitu seluruh pengambilan keputusan

dalam menyelenggarakan proses pendidikan di sekolah

dilakukan secara partisipatif.21

Proses peengendalian mutu dalam rangka penjaminan mutu

pendidikan di sekolah mengarah pada pengendalian mutu berbasis

Plan, Do, Check, Action (PDCA). Proses ini sesuai dengan model

pengendalian mutu yang sering digunakan di lembaga

(33)

pendidikan/sekolah. Proses pengendalian mutu berbasis PDCA ini

akan menghasilkan perbaikan berkelanjutan atas mutu pendidikan.22

B. Mutu Pendidikan

Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan

mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, sebagian

orang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki.

Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk

diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan

mutu dalam pandangan orang lain, sehingga tidak aneh jika ada dua atau lebih

pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara

menciptakan institusi yang baik.

Tapi suatu hal yang bisa kita yakini adalah mutu merupakan suatu hal

yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya. Bertolak dari

kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal yang

membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga mutu jelas sekali

merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam

meraih status ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.

Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang bermutu

yang memiliki standar mutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan

SDM yang bermutu pula.

1. Pengertian Mutu

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Mutu adalah ukuran baik

buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan,

dan sebagainya).23

Mutu memiliki pengertian yang bervariasi. Seperti yang dinyatakan

Nomi Preffer dan Anna Coote setelah mereka berdiskusi tentang mutu

22

Ibid, h.561

23 Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, depdikbud, kamus besar bahasa

(34)

22

dalam jasa kesejahteraan, bahwa ”Mutu merupakan konsep yang licin”.

Mutu mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing

orang.24

Tak dapat dipungkiri bahwasannya setiap orang setuju terhadap

peningkatan mutu pendidikan. Hanya saja, masalah yang muncul

kemudian adalah kurangnya kesamaan makna tentang mutu tersebut.

Membicarakan tentang pengertian kualitas atau mutu dapat berbeda

makna bagi setiap orang, karena mutu memiliki banyak kriteria dan sangat

tergantung pada konteksnya. Dalam mendefinisikan mutu ada lima pakar

utama dalam TQM (Total Quality Managemen) yang saling berbeda

pendapat, tetapi memiliki maksud yang sama.

Menurut Edward Sallis, mutu dapat dipandang sebagai sebuah

konsep yang secara bersama-sama absolut sekaligus relatif. Konsep mutu

yang absolut jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep

sedemikian adalah elit, karena hanya sedikit institusi yang dapat

memberikan pengalaman pendidikan dengan ”mutu tinggi” kepada peserta

didik. Sebagian besar peserta didik tidak bisa menjangkaunya, dan

sebagian besar institusi tidak berangan-angan untuk memenuhinya.25

Sedangkan definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai

atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari

produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah

layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara

yang menentukan apaka produk terakhir sesuai dengan standar atau

belum.26

Lain halnya dengan konsep relatif yang memandang mutu, Mutu

adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri. (Tom

(35)

Pendidikan Secara umum dapat dikatakan sebagai suatu gambaran dan

karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.

2. Standar Mutu Pendidikan

Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan

program mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut:

a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan kepala

sekolah dalam bidang pendidikan.

b. Kesulitan yang dihadapi para professional pendidikan adalah

ketidakmampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem”

yang mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara

atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.

c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.

Norma dan kepercayaan lama harus dirubah. Sekolah harus belajar

bekerja sama dengan sumber-sumber yang terbatas. Para

professional pendidikan harus membantu para siswa dalam

mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna

bersaing di dunia global.

d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu

pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staff,

pengawas, dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap

yang terpusat pada kepemimpinan, teamwork, kerja sama,

akuntabilitas, dan rekognisi. Uang tidak menjadi penentu dalam

peningkatan mutu.

e. Kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen

pada perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki

komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah

mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki

efesiensi, produktivitas dan kualitas layanan pendidikan. Guru akan

(36)

24

membimbing, dan melatih dalam membantu perkembangan siswa.

Demikian juga stafadministrasi, ia akan menggunakan proses baru

dalam menyusun biaya, menyelesaikan maslah, dan

mengembangkan program baru.

f. Banyak professional di bidang pendidikan yang kurang memiliki

pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki

pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan,

atau takut melakukan perubahan akan mengakibatkan

ketidaktahuan bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru.

g. Program penigkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat

dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan

penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan dan proses

kerja tiap organisasi berbeda.

h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem

pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran

memungkinkan para professional pendidikan dapat

memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai tambah dari

pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik terhadapa

siswa, orang tua maupun masyarakat.

i. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari

kebiasaan menggunakan “program singkat”, peningkatan mutu

dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan

program-program singkat.27

Setelah memahami definisi mutu, maka diketahui pula apa saja

yang termasuk dalam dimensi mutu. Garvin, seperti yang dikutip oleh M.

N. Nasution28 mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan

27 Nana Syaodih Sukmadinata. dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Cet. Ke-1, h. 9-11

28 M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Jakarta;

(37)

untuk menganalisis karakteristik kualitas produk. Kedelapan dimensi itu

adalah sebagai berikut:

1. Kinerja/performa (performance), yaitu berkaitan dengan aspek

fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang

dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk

yakni karakteristik pokok dari produk inti.

2. Features, merupakan aspek kedua dari performa yang menambah

fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan dan

pengembangannya, yaitu cirri-ciri/keistimewaan tambahan atau

karakteristik pelengkap/tambahan.

3. Keandalan (reliability), yaitu berkaitan dengan kemungkinan suatu

produk yang berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu

dibawah kondisi tertentu. Dengan demikian, keandalan merupakan

karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan

dalam penggunaan suatu produk.

4. Konformitas (conformance), yaitu berkaitan dengan tingkat

kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan

sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Kalau menurut

Tjiptono, konformitas berkaitan dengan sejauh mana karakteristik

desain operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan

sebelumnya.

5. Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama

produk tersebut dapat terus digunakan.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability), merupakan karakteristik

yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi,

kemudahan, serta penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan

yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan

(38)

26

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu karakteristik

yang berkaitan dengan reputasi (brand name, image).29

Adapun indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur

mutu pendidikan yaitu hasil akhir pendidikan, hasil langsung pendidikan

(hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolok pengukuran mutu

pendidikan suatu lembaga pendidikan, misal: tes tertulis daftar cek,

anekdot, skala rating, dan skala sikap), proses pendidikan, instrument input

(alat berinteraksi dengan raw input, yakni siswa), serta raw input dan

lingkungan.

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu berpedoman pada

konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh

sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (missal: setiap semester, setahun,

5 tahun dan sebagainya). Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes

kemampuan akademis (misal: ulangan umum, UN dan lain-lain) atau

prestasi dibidang lain (misal: dalam cabang olahraga dan seni). Bahkan

prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang

(Intangible), seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati dan

sebagainya.

C. Kerangka Berfikir

Mutu Pendidikan secara umum merupakan suatu gambaran dan

karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam

konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output

pendidikan. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengelolaan input

pendidikan dilakukan secara harmonis, seperti guru yang mampu menciptakan

situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu

mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu

memberdayakan peserta didik.

29 Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,

(39)

Komite Sekolah dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Komite

Sekolah dibentuk di setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan

pendidikan. Keberadaan Komite Sekolah kini telah diperkuat dari aspek legal

karena telah dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tantang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pada Pasal 56.

Komite Sekolah dibentuk agar ada suatu organisasi masyarakat

sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap

peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah yang dibentuk dapat

dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis,

nilai kesepakatan.

Oleh karena itu, Komite Sekolah yang dibangun harus merupakan

pengembang kekayaan filosifis masyarakat secara kolektif. Artinya, Komite

Sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna (client

model), berbagi kewenangan (power sharing and advocacy model), dan

kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada peningkatan mutu

pendidikan.

Komite sekolah tidak mempunyai hubungan yang hierarkis dengan

satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite sekolah

merupakan badan yang pada dasarnya memiliki tujuan, tugas pokok, peran

dan fungsi yang dibentuk pada satuan pendidikan khususnya sekolah.

Peran komite sekolah yang dijabarkan dalam fungsi komite sekolah

adalah sebagai pemberi pertimbangan (advisory), pendukung (supporting),

pengontrol (controlling), dan mediator.

Pemberi pertimbangan ialah memberikan masukan, pertimbangan dan

rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai (1) kebijakan dan program

pendidikan, (2) RAPBS, (3) kriteria kinerja satuan pendidikan (4) kriteria

tenaga kependidikan, (5) kriteria fasilitas pendidikan, dan (6) hal-hal lain yang

terkait dengan pendidikan. Sebagai pendukung yang dijabarkan dalam fungsi

komite sekolah adalah mendorong orang tua dan masyarakat untuk

(40)

28

pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, mendorong tumbuhnya perhatian

dan komitmen masyarakat terhadap penyelengaraan pendidikan yang bermutu.

Sebagai pengontrol yang dimaksud ialah melakukan evaluasi dan pengawasan

terhadap kebijakan, program, penyelengaraan, dan keluaran pendidikan.

Sebagai mediator ialah melakukan kerjasama dengan masyarakat, menampung

dan menganalisis aspirasi, ide,tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan

yang diajukan oleh masyarakat.30

Terbentuknya komite sekolah diharapkan agar ada organisasi

masyarakat sekolah yang memiliki komitmen dan loyalitas tinggi serta peduli

terhadap peningkatan kualitas pendidikan.

Dengan demikian, apabila komite sekolah mengerti dan paham akan

apa yang harus dilakukan dengan komitmen dan loyalitas yang tinggi, maka

kualitas atau mutu pendidikan pun akan menjadi baik, dan akan terlihat peran

komite sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah.

30 Departemen Pendidikan Nasional, Acuan Operasional Kegiatan dan Indikator Komite

(41)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peran Komite sekolah di SMP

Negeri 244 Jakarta dalam meningkatkan mutu pendidikan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 244 Jakarta. Adapun

penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga April 2011.

C. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah

subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian

ini adalah Kepala Sekolah, guru dan anggota komite sekolah dengan jumlah

anggota 17 orang.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya

(42)

30

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan tekhnik:

a. Wawancara

Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan Ketua Komite

Sekolah guna mendapat informasi tentang peran komite sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Metode wawancara ini

digunakan untuk dapat mengetahui bentuk peran komite sekolah yang

telah dilakukan oleh komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dimaksudkan untuk memperkuat data yang diperoleh dari

hasil wawancara. Adapun dokumen yang dibutuhkan terkait dengan

penelitian ini adalah dokumen tentang kegiatan komite sekolah yang telah

dilakukan oleh segenap pihak komite sekolah.

c. Observasi

Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang menyeluruh

mengenai kondisi objek yang sedang diteliti, seperti mengamati

lingkungan sekolah keadaan guru, struktur organisasi komite sekolah, serta

untuk melihat secara langsung tentang peran komite sekolah di SMP

Negeri 244 Jakarta.

d. Angket

Sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan peran

komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta. Angket ini disusun sesuai

dengan kisi-kisi instrument penelitian yang telah dibuat dan disebarkan

kepada anggota-anggota komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta, guna

mengetahui peran komite sekolah yang dilakukan komite sekolah SMP

Negeri 244 Jakarta. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan

cara penelitian lapangan, yaitu terjun langsung di lokasi penelitian untuk

(43)

F.

Tekhnik Pengolahan Data

Teknik dalam pengoalah data ini, penulis mengerjakan dengan cara

sebgai berikut:

1. Editing/Verifikasi

Setelah angket diisi oleh responden dan dikembalikan kepada

penulis, penulis segera meneliti kelengkapan dalam pengisian

angket apabila ada jawaban tidak dijawab, penulis menghubungi

responden yang bersangkutan untuk disempurnakan jawabannya

agar angket tersebut sah.

2. Coding (pengkodean)

Tahap pengkodean meliputi kegiatan mengubah data berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan hasil isian

angket yang diserahkan kepada responden.

3. Tabulating

Tabulating (menyusun data dalam bentuk tabel) merupakan tahap

lanjutan dalam proses editing, lewat tabulasi ini data lapangan

akan tampak ringkas dan tersusun dalam suatu tabel yang baik,

sehingga dapat dipahami dengan mudah.

4. Skoring (penilaian)

Pada tahap skoring ini peneliti memberi nilai pada data sesuai

dengan skor yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang

telah diisi oleh responden.

G.

Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data

mengenai Peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di

SMP Negeri 244 Jakarta dibuat dalam bentuk non test dengan menggunakan

angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

tertutup, dengan jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden

(44)

32

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan agar data yang

terkumpul itu dapat dianalisa kemudian diambil kesimpulan.

Dalam analisis data penulis mengkategorikan hasil angket menurut

indikator masing-masing, dan perhitungan yang penulis gunakan adalah untuk

mengetahui peran komite sekolah dan mutu pendidikan di SMP Negeri 244

Jakarta, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(45)

Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan ditampilkan terlebih

dahulu beserta analisisnya oleh peneliti. Selanjutnya data yang diperoleh dari

hasil angket akan ditampilkan kemudian dalam tiga tahap, yaitu: tampilan tiap

butir soal, tampilan tiap indikator, dan tampilan keseluruhan data. Untuk

mengetahui peranan komite sekolah di SMP Negeri 244 Jakarta, pertama-tama

terlebih dahulu ditentukan skor ideal/kriterium. Skor ideal adalah skor yang

ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap responden memberi jawaban dengan

skor tertinggi. Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan yang berkenaan

dengan peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu dapat dilakukan

dengan cara membagi jumlah skor hasil penelitian dengan skor ideal.1

Untuk mengetahui setiap butir pernyataan maka hasil angket akan

dideskripsikan lebih rinci dengan menghitung nilai setiap butir pernyataan

dalam instrumen, sehingga dapat diketahui mana yang mendapat nilai rendah,

nilai tinggi dan nilai rata-rata.

Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative, yangdapat

berupa kata-kata.2 Untuk menentukan tingkat keefektifan tiap butir/indikator digunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 2

Klasifikasi nilai rentang interval Klasifikasi Persentase Mean

Sangat Efektif 76 % - 100 %

Cukup Efektif 51 % - 75 %

Kurang Efektif 26 % - 50 %

Sangat Tidak Efektif 0 % - 25 %

1 Sugiono Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : PT Alfa Beta, 2008), Cet. Ke-16,

h. 204

(46)

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah

1. Profil SMP Negeri 244 Jakarta

Sebelum disahkan atau ditetapkan oleh pemerintah nama SMP N

244 adalah SMP N 114 KJ (kelas jauh), artinya dalam kegiatan operasional

SMP N 114 KJ ini menginduk pada SMP N 114 di daerah Semper. Dalam

melakukan kegiatan belajar mengajar masa SMP N 114 KJ ada di dua

tempat atau lokasi, yakni :

Pada tahun pembelajaran 1982-1983 tempat pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar bertempat di Marunda dengan Kepala Sekolah Drs. O.

Napitupulu dan Wakil Kepala Sekolah Sahureka Johanes

Pada tahun pembelajaran 1983-1984, 1984-1985 dan 1985-1986,

tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bertempat di Kelapa Dua

(kelas 1 dan 2) dan di Jl. Swasembada (kelas 3), dengan Kepala Sekolah

Drs. O. Napitupulu dan Wakil Kepala Sekolah Sahureka Johanes

2. Visi dan Misi

Visi : Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa, cerdas,

(47)

Indikator Visi :

1. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan pengembangan kurikulum

yang adaktif dan proaktif

2. Unggul dan bermutu dalam mewujudkan sosialisasi KTSP, baik dalam

tingkat sekolah, kecamatan,kodya maupun provinsi

3. Unggul dan bermutu serta dinamis dalam mewujudkan pengembangan

silabus

4. Aktif dan kreatif serta bermutu dalam kegiatan sosialisasi silabus

5. Aktif dalam melaksanakan kegiatan pendalaman materi khusus siswa

kelas IX, terutama dalam mata pelajaran UN

6. Aktif dalam kegiatan proses pembelajaran melalui Try Out untuk

kelas 7,8 dan 9

7. Aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran US khusus siswa

kelas IX

8. Unggul dalam media pembelajaran, melalui pemenuhan sarana

prasarana

9. Aktif dalam penggunaan media pembelajaran dengan menggunakan

konsep CTL

10. Aktif bekerja sama dengan komite dalam rangka memenuhi standar

pembiayaan

Pendidikan

1. Aktif memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik dan

kependidikan untuk mengikuti kegiatan-keiatan peningkatan

sumber daya manusia.

2. Siswa dapat hidup dengan berbagai keragaman suku, agama, ras

dan budaya yang saling menghormati dan menghargai

3. Siswa selalu bersaing dalam memperoleh nilai hasil tes, ulangan

atau ujian akhir

4. Siswa menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran

Gambar

Tabel 20 Rekapitulasi Badan Pengontrol .......................................................
Kisi-Kisi AngketTabel 1
Tabel 2  Klasifikasi nilai rentang interval
Tabel 3   Biodata Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik butir tes dapat terungkap dengan menggunakan dua analisis yakni analisis secara rasional untuk menentukan validitas isi dilakukan menggunakan

Gangguan pendengaran akibat bising atau noise induced hearing loss/NIHL adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan

asam jawa pada ikan tongkol dapat menurunkan kadar logam kadmium. c) Merendam kerang darah dengan belimbing wuluh.. Kadar

Immunomodulatory activity in vivo from EPS was measured using phagocytic activity and phagocytic capacity macrophage cells from mice peritoneal cavity

Perilaku pendidikan kesehatan yang dilakukan res- ponden tentang cuci tangan menggunakan sabun yang mempunyai kategori kurang baik terdapat pada pernyataan tentang menyuruh anak

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisa

Procession culture is then interesting to study as a traditional media in conveying the message of communication.. This message not only to the public, but this message

penelitian ini yaitu total 103 perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi linear berganda. Hasil temuan dari penelitian ini adalah : 1) konvergensi