• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio dalam mata pelajaran kimia: studi eksperimen di SMA Negeri I Pondok Aren Tangerang, Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio dalam mata pelajaran kimia: studi eksperimen di SMA Negeri I Pondok Aren Tangerang, Banten"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN METODE PEMBELAJARAN PORTOFOLIO DALAM MATA PELAJARAN KIMIA, yang disusun oleh: Baejuri, NIM: 102016023880, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Kimia telah melalui bimbingan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosyah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Jakarta, 01 September 2010

Yang Mengesahkan,

Pembimbing (I) Pembimbing (II)

Dra. Etty Sofyatiningrum, M.Ed Dedi Irwandi, M.Si

(2)

METODE PEMBELAJARAN PORTOFOLIO DALAM MATA PELAJARAN KIMIA”, disusun oleh Baejuri, NIM 102016023880, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 31 Agustus 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Kimia.

Jakarta, 31 Agustus 2010 Pada Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Prodi Pendidikan Kimia)

Dedi Irwandi, M.Si ... ... NIP. 19710528 200003 1 002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd ... ... NIP. 19790510 200604 2 001

Penguji I

Prof. Dr. Hj. Zurinal Z ... ... NIP. 19490801 197611 2 001

Penguji II

Tonih Feronika, M.Pd ... ... NIP. 19760107 200501 1 007

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(3)
(4)

i

METODE PEMBELAJARAN PORTOFOLIO DALAM MATA

PELAJARAN KIMIA. Skripsi jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan tentang pengaruh pembelajaran berbasis portofolio terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem periodik unsur dan ikatan kimia. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN I Pondok Aren Tangerang (SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan) pada tanggal 22 Agustus s.d 25 Oktober 2006. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Sampel diambil sebanyak 80 siswa secara random sampling dan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil belajar kemudian hasil diuji melalui statistik uji-t. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3,44

sedangkan untuk ttabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 1,99 atau thitung >

ttabel. Dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan

(5)

ii

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah, dan inayah kepada penulis karena dengan karunia-Nya

tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini penulis

mengetengahkan judul

“Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan

Metode Pembelajaran Konvensional dan Metode Pembelajaran Portofolio

dalam Mata Pelajaran Kimia.”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

penyelesaian skripsi ini, telah banyak bimbingan dan bantuan yang penulis terima

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan FITK Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam dan Ibu Nengsih Junaengsih, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Alam.

3.

Ibu Etty Sofyatiningrum, M.Ed, selaku pembimbing I dan selaku pembimbing II

Bapak Dedi Irwandi. M.Si, yang telah memberikan pengarahan serta meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk memberikan

bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4.

Bapak/Ibu Dosen dan staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan dan

dukungannya.

5.

Bapak Drs. Dedi Hidayat selaku Kepala SMAN 1 Pondok Aren Tangerang (SMA

(6)

iii

besarku yang telah memberikan bantuan baik secara materil maupun moril kepada

penulis.

7.

Rekan-rekan sesama anak bimbingan Ibu Etty Sofyatiningrum, M.Ed dan Bapak

Dedi Irwandi, M.Si yang telah memberikan dorongan dan semangat serta

bantuannya kepada penulis.

8.

Muhammad Yusuf S.Pd, Islahul Karim, S.Pd, dan Yahya, S.Pd serta teman-teman

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam angkatan 2002.

9.

Keluarga Besar Yayasan Pendidikan Risalatul Ummah, SMP Syekh Abdurrauf

dan SMK Bina Karya Insan Kota Tangerang Selatan yang merupakan lembaga

yang berperan aktif untuk mengangkat penulis menjadi manusia pembelajar sejati.

10.

KH. Muhammad Syafii Hadzami (Alm), KH. Benyamin, Drs. KH. Saifudin

Amsir, Drs. KH. Sofwan Nizhomi, KH. Muhammad Abrais serta KH. Bahrudin,

S.Ag selaku Pimpinan Pesantren Daar el-Hikam yang semuanya telah

memberikan pendidikan agama sehingga penulis berusaha menjadi hamba Allah

yang religius dan muttaqiin.

11.

Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abi Bakar bin Salim selaku pimpinan Pondok

Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman desa Waru Jaya Parung Bogor yang setiap

detik selalu mendoakan penulis.

12.

Keluarga Besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam sebagai tempat mengeksplorasi

ilmu-ilmu Agama Islam.

13.

Keluarga Besar Bimbel Primagama Kampung Utan dan Smart Ciledug yang

selalu memberikan motivasi kepada penulis.

14.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan atas jasa dan segala

pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Dalam sains kimia sang

(7)

iv

laporan ini dapat bermanfaat, baik kepada penulis sendiri maupun kepada seluruh

pembaca.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 31 Januari 2011

(8)

v

ABSTRAK

...

i

KATA PENGANTAR

...

ii

DAFTAR ISI

...

v

DAFTAR TABEL

... viii

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

...

x

DAFTAR LAMPIRAN

...

xi

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Identifikasi Masalah ...

6

C.

Pembatasan Masalah ...

6

D.

Perumusan Masalah ...

7

E.

Manfaat Penelitian ...

7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoritis ...

9

1.

Hakikat Pembelajaran dan Metode Pembelajaran ...

9

2.

Hakikat Pembelajaran Portofolio...

12

a.

Pembelajaran Portofolio ...

12

b.

Jenis – jenis Portofolio ...

15

c.

Isi Portofolio ...

16

d.

Manfaat Portofolio ...

17

e.

Penilaian Portofolio...

18

f.

Prinsip Penilaian Portofolio...

19

(9)

vi

j.

Pelaksanaan atau langkah-langkah Penilaian Portofolio...

28

k.

Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia...

30

3.

Hakikat Pembelajaran Ekspository ...

34

4.

Definisi Hasil Belajar ...

36

5.

Tes Hasil Belajar ...

39

6.

Pembelajaran Kimia...

40

B.

Hasil Penelitian yang Relevan...

43

C.

Kerangka Pikir...

43

D.

Pengajuan Hipotesis Penelitian ...

45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tujuan Penelitian ...

46

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ...

46

C.

Variabel Penelitian ...

46

D.

Metode dan Desain Penelitian ...

47

1.

Metode Penelitian ...

47

2.

Desain Penelitian ...

47

E.

Populasi dan Sampel ...

48

1. Populasi...

48

2. Sampel...

49

F.

Teknik Pengambilan Sampel...

49

G.

Instrumen Pengumpulan Data... ...

49

H.

Tekhnik Pengumpul Data ...

50

1.

Validitas Instrumen ...

50

2.

Realibilitas Instrumen ...

53

(10)

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data ... 56

B.

Analisis Data...

58

1.

Pengujian Prasyarat Penelitian...

58

2.

Pengujian Hipotesis dengan Uji-t...

59

C.

Interpretasi Data ...

64

D.

Pembahasan ...

65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ...

68

B.

Saran ...

68

DAFTAR PUSTAKA

(11)

viii

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 48

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi hasil belajar kelas eksperimen ... 56

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi hasil belajar kelas kontrol ... 57

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 58

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 59

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Hipotesa dengan Uji-t ... 60

Tabel 4.6. Hasil Penilaian Artikel Portofolio Kelas Eksperimen ... 60

Tabel 4.7. Hasil Penilaian Artikel Portofolio Kelas Kontrol ... 62

Tabel 5. Skenario Pembelajaran ... 144

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 154

Tabel 7. Analisis Butir Instrumen ... 162

Tabel 8. Perhitungan Uji Validitas ... 165

Tabel 9. Perhitungan Tingkat Taraf Kesukaran ... 168

Tabel 10. Perhitungan Daya Pembeda ... 170

Tabel 11.Daftar Validitas Soal, Tingkat Kesukaran Soal, dan Daya Pembeda... 171

Tabel 12.Skor Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 180

Tabel 13.Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol... 186

Tabel 14.Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 188

(12)

x

Pembelajaran Portofolio ... 56 Gambar 4.2. Histogram Hasil Belajar Kimia Siswa tanpa menggunakan

[image:12.612.113.529.154.542.2]
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 yang tercantum pada pasal 3 secara lengkap berbunyi:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

UNESCO mengemukakan dua prinsip pendidikan yang sangat relevan dengan makna yang terkandung dalam ideologi pancasila. Pertama; pendidikan haruslah diletakkan pada lima pilar, yaitu belajar mengetahui

(learning to know), belajar melakukan (learning to do), pembelajaran yang lebih diarahkan dalam upaya membentuk kepribadian untuk memahami mengenai keanekaragaman (pluralitas) sehingga terbentuk sikap dan perilaku positif dalam melakukan respon terhadap perbedaan dan keanekaragaman

(learning to live together), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), belajar bagaimana belajar yang baik, efektif dan efisien (learning how to learn). Kedua; Belajar seumur hidup (life long to learning).2 Dua prinsip pendidikan tersebut harus dikembangkan pada pembangunan sistem pendidikan nasional, salah satunya dalam pembelajaran kimia.

1

Permin silaban, dkk. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , (Jakarta: PT. Kloang Klede Putra Timur dan DEPDAGRI, 2005), h.6

2

(14)

Pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari siswa sekolah formal dari SMP hingga SMA dan bahkan sampai ke perguruan tinggi. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat, transformasi, dinamika, dan energetika zat. Oleh karena itu mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses kerja ilmiah. Oleh sebab itu, dalam penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses.3

Di samping itu pembelajaran kimia di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif , terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain; memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, di mana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat; memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

3

(15)

Kondisi yang terjadi dalam pembelajaran kimia saat ini antara lain pembelajaran kimia hanya menitikberatkan pada aspek kognitif dan belum maksimal merambah pada aspek afektif dan psikomotorik. Untuk mendukung hal ini maka dalam pembelajaran kimia perlu menggunakan model pembelajaran portofolio yang mencakup pendekatan dan metode pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah Portofolio Kerja Harian (working portofolio) dan Portofolio Dokumentasi (documentacy Portofolio) Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai upaya peningkatan komponen yang terdapat di dalamnya .

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kualitas pendidikan tentunya tak terlepas dari upaya peningkatan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya. Di antara komponen itu antara lain adalah metode pembelajaran dan guru.

Di sekolah tentunya berlangsung kegiatan belajar mengajar. Agar kegiatan tersebut dapat terwujud dengan baik, maka dibutuhkan sumber daya manusia guru yang baik dan professional. E. T. Ruseffendi (1988:73) mengatakan bahwa terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Diantara faktor itu hampir separuhnya tergantung siswa, yaitu faktor kecerdasan anak, kesiapan anak, dan bakat anak. Sedangkan faktor penyebab yang lain tergantung pada guru, yaitu kemampuan kompetensi guru, suasana belajar dan kepribadian guru serta kondisi masyarakat.

Kompetensi guru mencakup penguasaan metodologi (cara mengajar) yang akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih sistematik, penguasaan konsep (materi) sebagai salah satu bukti profesionalisme seorang guru, penguasaan sosial yang akan membuat interaksi positif antara kedua

(16)

Dari beberapa faktor yang telah dijabarkan di atas, guru merupakan salah satu faktor penyebab dari keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas pada proses belajar mengajar. Di samping itu juga guru harus membuat strategi dan metode mengajar dengan tepat serta memberikan motivasi kepada siswa agar dapat menumbuhkembangkan semangat dan minat siswa dalam belajar sehingga diperoleh hasil belajar yang diinginkan.

Berdasarkan pengaruh guru terhadap keberhasilan belajar siswa di atas maka dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu metode mengajar yang tepat sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. Metode ini pula yang akan mengantarkan siswa mencapai kompetensi, yakni perpaduan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pengertian kompetensi yang dikemukakan McAshan dalam Mulyasa bahwa kompetensi itu adalah “...a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his

or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular

cognitive, afective, and psychomotor behaviors”. Menurut McAshan, kompetensi itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.4 Kondisi yang terjadi saat ini dalam pelajaran kimia pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia tidak mudah dicerna dan diterima oleh siswa. Beberapa penyebab kesulitan tersebut antara lain siswa beranggapan bahwasanya pelajaran kimia bersifat abstrak, memerlukan hafalan, serta menjadi pelajaran yang ditakuti oleh siswa. Banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran kimia dan menganggap pelajaran ini sulit. Anggapan sulit ini karena telah tertanam dalam benak mereka bahwasanya pembelajaran kimia hanya didominasi oleh aspek kognitif belaka. Di samping itu telah

4

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan Implementasi

(17)

tertanam dalam jiwa mereka bahwasanya guru kimia umumnya sering menggunakan metode mengajar yang kurang menarik, pembelajaran berpusat kepada guru (teacher oriented), monoton, serta membosankan.

Di sini penulis akan mengemukakan salah satu solusi bagaimana materi pelajaran diharapkan mudah diterima siswa dan agar tujuan pembelajaran itu tercapai dengan baik. Penulis akan mengambil salah satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa secara positif sehingga animo siswa terhadap pelajaran kimia menjadi semakin meningkat. Pembelajaran tersebut yakni pembelajaran berbasis portofolio. Pembelajaran yang tercakup dalam portofolio yang digunakan adalah seluruh peserta didik dilibatkan untuk membuat artikel kimia selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung. Di samping itu tes formatif, tes sumatif dan ulangan remedial dan tugas-tugas lainnya menjadi seluruh rangkaian penilaian yang menjadi bahan pembelajaran dalam portofolio Pembelajaran ini mengacu pada sejumlah prinsip dasar pembelajaran, diantaranya prinsip belajar kooperatif, belajar siswa aktif, pembelajaran partisipatorik dan mengajar yang reaktif.5

Menurut Paulson (1991:69) portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan siswa dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan bukti refleksi diri.

Pembelajaran berbasis portofolio termasuk dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang merupakan inovasi dalam pendidikan dan improvisasi pembelajaran. Melalui pendekatan ini siswa tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga belajar dari luar kelas seperti lingkungan masyarakat, ahli suatu bidang atau ilmuwan, media cetak maupun elektronika serta sarana-sarana yang tersedia.

Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur.

5

(18)

Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.

Mengingat begitu banyaknya jenis portofolio, guru dapat mengumpulkannya melalui berbagai macam cara. Cara yang akan dipakai disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah berikut ini:

1. Kondisi pembelajaran kimia yang terjadi bersifat monoton, pembelajaran berpusat pada pengajar/guru (teacher oriented), metode pembelajaran yang kurang menarik dan membosankan.

2. Pembelajaran kimia adalah pembelajaran yang abstrak dan hal ini telah tertanam dalam benak siswa bahwasanya pembelajaran kimia di kelas hanya mengeksplorasi aspek kognitif saja tidak merefleksikan diri sebagai pengamalan dari aspek afektif dan aspek psikomotorik.

C. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang telah diidentifikasi di atas, peneliti akan membatasi ruang lingkup masalah, agar pemecahannya terfokus dengan jelas.

Masalah yang akan diteliti adalah mengenai Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional dan Metode Pembelajaran Portofolio dalam Mata Pelajaran Kimia. Apakah dengan digunakannya kedua jenis pembelajaran tersebut akan menghasilkan perbedaan hasil belajar.

(19)

1. Portofolio Kerja Harian (Working Portofolio)

Portofolio jenis ini merupakan koleksi bahan bukti pembelajaran yang dikumpulkan dalam satu jangka waktu (satu semester/satu tahun) dan bahan atau materi dipilih oleh peserta didik.

2. Portofolio Dokumentasi (Documentacy Portofolio)

Portofolio jenis ini mempunyai bahan bukti pembelajaran yang dikumpul secara selaras, relevan, dan objektif. Bisa juga disebut sebagai hasil pembelajaran untuk tugas tertentu (task based). Proses menghasilkan bahan tugasan perlu ditunjukkan dengan jelas. Penilaian jenis ini meliputi penilaian secara formatif dan penilaian sumatif.

Metode pembelajaran konvensional yang digunakan adalah metode pembelajaran expository learning yakni pengajaran dengan sistem menyampaikan materi melalui metode ceramah.

Hasil belajar kimia siswa yang dimaksud pada penelitian ini selain dibatasi pada aspek kognitif tetapi juga ditambah dengan penilaian portofolio. Dan untuk lebih memfokuskan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penelitian ini dibatasi pada siswa kelas X SMA Negeri I Pondok Aren (SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan) Tahun Pelajaran 2006/2007.

Mata Pelajaran kimia dibatasi pada bab Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional dan Metode Pembelajaran Portofolio?

E. Manfaat Penelitian

(20)

1. Untuk mengembangkan kurikulum kimia, sehingga dapat membantu para guru atau calon guru MIPA dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa. 2. Sebagai sumbangan kepada dunia pendidikan mengenai hasil belajar siswa

atau peserta didik yang dikembangkan lewat pembelajaran ini.

3. Sebagai bahan perbandingan bagi sekolah-sekolah yang belum melaksanakan metode pembelajaran berbasis portofolio.

(21)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR,

DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Pembelajaran dan Metode Pembelajaran

Pembahasan tentang pembelajaran tidak terlepas dari belajar dan proses belajar. Belajar dan proses belajar adalah suatu sistem yang tidak bisa saling terpisah, keduanya saling berhubungan erat. Karena proses belajar tidak akan terjadi apabila tidak ada yang mengajar, begitu juga sebaliknya apabila tidak ada yang belajar maka tidak ada yang mengajar. Dalam proses belajar mengajar sebenarnya yang mengajar dan belajar pada kondisi yang unik, karena sedikit tidak sengaja masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi sebenarnya secara tidak langsung, seorang pengajar juga melakukan kegiatan belajar.

Belajar mengandung pengertian yang sangat kompleks, sehingga banyak ahli yang menemukan pengertian belajar dengan ungkapan dan pandangan yang berbeda. Secara umum belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang, dan belajar adalah suatu proses, bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

Kaitannya dengan belajar, proses belajar serta pembelajaran, ada beberapa definisi belajar, antara lain sebagai berikut:

(22)

pengalaman. Kedua belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus

2) Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Barow dalam bukunya

Educational Phsycology: The Teaching Learning Process, bahwa belajar seperti yang dikutip oleh Muhibin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar adalah: “Suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif”

3) Biggs dalam bukunya Teaching for Learning: The few from cognitive Phsycology mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu:

Rumusan kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti suatu kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai oleh siswa.

Rumusan institusional (tujuan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari. Ukurannya adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru, maka semakin baik pula mutu perolehan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.

Rumusan kuantitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia sekeliling siswa.1

Hakikat belajar sebenarnya adalah proses pengajaran yaitu proses berubahnya tingkah laku siswa melalui berbagai pengalaman yang dilaluinya. Proses belajar atau proses berubahnya tingkah laku tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

Reigeluth dan Merill berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat preskiptif, yaitu teori yang memberikan resep untuk mengatasi masalah belajar. Teori

1

(23)

pembelajaran yang preskiptif itu harus memperhatikan tiga variabel, yaitu variabel kondisi, metode, dan hasil.2

Menurut Joyse dan Weil “ ada banyak cara untuk belajar, sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang berbeda pula. Dengan banyaknya variasi metode pembelajaran yang ada telah membuktikan bahwasanya masing-masing metode memiliki kelemahan dan keunggulan. Oleh karena itu ketepatan dalam memilih metode pembelajaran memainkan peranan penting dan signifikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa”.3

Menurut Soeparman, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut Surachmad mengemukakan bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan salah satu untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) maupun bagi murid (metode belajar).

Metode pembelajaran harus mengandung rumusan pengorganisasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan faktor tujuan belajar, karakteristik siswa agar dapat diperoleh efektifitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran. Makin baik metode itu maka pencapaian tujuan akan makin efektif.

Dengan demikian, pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Bukan hanya penyampaian pesan berupa materi

2

Yusuf Hadimiarso, Strategi Pembelajaran, Jurnal Pendidikan, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan Pustekom dan Informasi Pustek Diknas, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 529

3

(24)

pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran didasarkan kepada metode dalam proses pembelajaran. Salah satu alat untuk mencapai suatu tujuan dalam proses pembelajaran disebut dengan metode

2. Hakikat Pembelajaran Portofolio a. Pembelajaran Portofolio

Pembelajaran berbasis portofolio merupakan pembelajaran yang melaksanakan empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO, yaitu: “learning to know, learning to be, leaning to do, and learning to live together”, yang merupakan salah satu pendekatan di kelas. Pembelajaran tidak seharusnya memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah dari guru, bagaikan botol kosong yang diisi dengan ilmu pengetahuan. Siswa harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksinya terhadap lingkungan fisik dan sosialnya sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know). Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok individu yang bervariasi akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup

(learning to live together).4 Pembelajaran portofolio merupakan satu bentuk perubahan pola pikir tersebut, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Pembelajaran ini

4

(25)

dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat.

Selain perubahan pola pikir dalam hal pembelajaran maka pola pikir penilaian pun perlu diubah. Penilain tidak dilakukan hanya sesaat. Penilaian harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Bukan hanya menaksir sesuatu secara parsial melainkan harus menaksir sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dicapai oleh warga belajar. Pembelajaran portofolio pada umumnya mengacu pada prinsip-prinsip dasar tesebut.

Namun secara khusus, portofolio sebenarnya dapat diartikan sebagai wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience (kumpulan pengalaman belajar) yang terdapat di dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif).5 Adapun sebagai suatu adjective, portofolio memberi keragaman bentuk. Banyak para ahli memberi batasan tentang definisi portofolio; Menurut Paulson mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan, dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan bukti refleksi diri.6 Menurut Grounlund, portofolio mencakup contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada kelulusan tujuan, apa yang harus tergantung kepada

5

Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, (Bandung: PT. Genesindo, 2002), h. 1

6

(26)

subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan ini memberikan dasar bagi perkembangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua, serta pihak lain yang berkepentingan atau terkait. Ketiga; portofolio merupakan strategi yang menghasilkan bukti belajar tuntas pengembangan kompetensi dan aktualisasi diri peserta didik tingkat sekolah menengah atau kompetensi rekayasa sosial untuk mahasiswa.7

Portofolio adalah suatu kaidah yang digunakan oleh guru untuk mengumpulkan dan merekap bukti pencapaian belajar dalam jangka waktu tertentu. Pendapat lain mengatakan bahwa Portofolio berbentuk dokumentasi yang berstruktur. Di samping itu portofolio memerlukan perancangan, pelaksanaan, dan penilaian yang teliti. Proses pembelajaran dijalankan secara kolaboratif untuk mencapai kepahaman dan mendokumentasikan pemikiran secara kritis dan kreatif serta pemilihan fakta dari awal hingga akhir.8

Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup. Portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap, keterampilan, dan ekspresinya terhadap sesuatu.

Di samping itu portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini para siswa membuat artikel tentang sistem periodik unsur dan ikatan kimia yang proses dan hasilnya dijadikan sebagai bahan portofolio.

7

Dadan Supratman, Menyikapi Perubahan Pendidikan, http://www.Suara Merdeka.com/harian/0312/015/kha 1. htm, 24 Maret 2004

8

(27)

Dengan demikian terjadilah suatu pembelajaran yang dikenal pembelajaran berbasis portofolio.

b. Jenis-jenis Portofolio

Berikut ini adalah jenis portofolio, diantaranya:9 1) Portofolio Kerja Harian (working portofolio)

Portofolio jenis ini merupakan koleksi bahan bukti pembelajaran yang dikumpulkan dalam satu jangka waktu (satu semester/satu tahun) dan bahan atau materi dipilih oleh peserta didik.

2) Portofolio Dokumentasi (documentacy portofolio)

Portofolio jenis ini mempunyai bahan bukti pembelajaran yang dikumpul secara selaras, relevan, dan objektif. Bisa juga disebut sebagai hasil pembelajaran untuk tugas tertentu (task based). Proses menghasilkan bahan tugasan perlu ditunjukkan dengan jelas. Penilaian jenis ini meliputi penilaian secara formatif dan penilaian sumatif.

3) Portofolio Hasil Terbaik (show portofolio)

Portofolio jenis ini merupakan bahan bukti pembelajaran yang dipilih dari hasil yang terbaik dalam portofolio kerja harian. Penilaian adalah penilaian sumatif. Dalam portofolio jenis ini menghasilkan tugasan tidak penting. Yang terpenting adalah hasil akhir yang terbaik yang kemudian akan disajikan ke khalayak ramai atau peserta didik lainnya untuk dipresentasikan.

Dari uraian di atas yang digunakan penulis dalam pembelajaran portofolio adalah portofolio dokumentasi dan portofolio Kerja Harian. Penilaian yang meliputi penilaian secara formatif dan penilaian sumatif serta penilaian yang merupakan bahan bukti pembelajaran yang dikumpulkan dalam jangka wktu tertentu.

9

(28)

c. Isi Portofolio

Portofolio dapat memuat kumpulan hasil karya atau hasil belajar siswa seperti tugas-tugas atau catatan-catatan, ide-ide siswa, karangan siswa, rangkuman materi yang disajikan dalam berbagai bentuk (tabel, diagram), karya seni dan lain sebagainya. Setiap portofolio harus memuat bahan-bahan yang merupakan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting untuk ditampilkan. Tampilan portofolio berupa tampilan visual dan audio yang tersusun sistematis serta melukiskan proses berpikir yang didukung oleh data yang relevan, dan secara utuh melukiskan “integrated learning experiences” atau pengalaman belajar yang terpadu dan dialami siswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan.

Johnson and Johnson mengemukakan butir-butir yang relevan untuk portofolio, yakni:10

1) pekerjaan rumah lengkap, tugas-tugas di kelas. 2) tes (buatan guru, curriculum supplied).

3) komposisi (essay, laporan, cerita). 4) presentasi (rekaman, observasi). 5) investigasi, penemuan, proyek. 6) buku harian atau jurnal.

7) ceklis observasi (guru, teman sekelas).

8) seni visual (mengambar, melukis, memahat, puisi). 9) refleksi diri dan ceklis (analysis check list).

10)hasil-hasil kelompok. 11)bukti kecakapan sosial.

12)bukti kebiasaan dan sikap kerja. 13)catatan anekdot, laporan naratif.

10

(29)

14)hasil-hasil tes baku. 15)foto, sketsa, otobiografi.

16)kinerja (menari, thespian activities).

d. Manfaat Portofolio

Penilaian portofolio digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer berikut ini:11

1) Mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu 2) Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki

3) Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar 4) Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar

Sedangkan menurut Grounlund, portofolio memiliki beberapa keuntungan antara lain sebagai berikut:12

1) Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas

2) Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar

3) Membandingkan pekerjaan sekarang dengan pekerjaan yang lalu serta memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain

4) Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik

5) Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai tingkat level mereka tapi sama-sama menuju tujuan umum)

6) Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.

11

Elin Rusoni, Portofolio dan Paradigma Baru dalam Penilaian Matematika, http://www.depdiknas.go.id/publikasi/buletin/Pppg tertulis/082001/Portofolio & Paradigma Baru. htm, 24 April 2004

12

(30)

Portofolio meliputi koleksi kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu, dapat dalam satu semester, satu tahun. Portofolio sangat berguna bagi siswa dalam mengembangkan keahliannya untuk menilai diri sendiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan introspeksi diri dan refleksi pengembangan dirinya.

e. Penilaian Portofolio

Penilaian merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Menurut Arrend istilah penilaian

(assessment) biasanya mengacu pada pengumpulan informasi dengan sistematis oleh guru mengenai siswa dan kelasnya. Informasi dapat dikumpulkan pada siswa dengan cara informal seperti melalui observasi dan percakapan. Informasi juga dapat dikumpulkan secara formal seperti melalui pekerjaan rumah, tes, dan laporan tertulis.

Johnson dan Johnson mengemukakan bahwa informasi yang diperoleh melalui penilaian dapat digunakan untuk mengevaluasi diantaranya:13

1) siswa, yakni tingkatan, penghargaan, dan lulusan yang sesuai dengan kriteria

2) guru, apakah program pembelajaran efektif? Dan apakah guru berhak mendapat pengakuan dan peningkatan pendapatan

3) sekolah dan distrik, yakni untuk menentukan efektifitas sekolah dan distrik

Penilaian portofolio ini menempatkan kegiatan penilaian yang terjalin erat dengan kegiatan pembelajaran. Artinya pembelajaran dan penilaian berlangsung pada saat yang sama. Karena meliputi penilaian terhadap proses dan hasil karya, maka model penilaian portofolio ini

13

(31)

dapat berfungsi sebagai penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif berlangsung pada saat terjadinya proses pembelajaran dengan dimaksudkan memberikan umpan balik (feed back) kepada siswa dalam rangka pengembangan portofolionya. Sasaran pengamatan guru dalam penilaian formatif ini adalah apakah siswa telah belajar secara maksimal dan efisien. Bila hasil pengamatan guru menunjukkan gejala positif, maka kegiatan pembelajaran dilangsungkan terus dan bila sebaliknya pengamatan guru menunjukkan gejala negatif, maka kegiatan pembelajaran mungkin perlu dimodifikasi. Pada penilaian formatif ini, siswa perlu diinformasikan mengenai kemajuan yang dicapainya serta dimotivasi untuk menggairahkan kegiatannya.

Penilaian sumatif dilakukan pada akhir semester, akhir tahun, atau program. Maksudnya adalah untuk memberikan penilaian akhir terhadap hasil belajar siswa dalam kaitannya dengan perbandingan antara seorang siswa dengan siswa lainnya, perbandingan antara hasil yang dicapai oleh siswa sebelum dan setelah melewati proses belajar. Lebih jauh, hasil penilaian sumatif dapat dijadikan sebagai masukan untuk memberikan penilaian yang komprehensif terhadap kesuksesan program atau kurikulum.

f. Prinsip Penilaian Portofolio

Berbeda dengan penilai lainnya, keterlibatan peserta didik dalam penilaian portofolio merupakan sesuatu yang harus dikerjakan. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:14

1) Saling percaya

Dalam penilaian portofolio guru dan peserta didik ataupun antar peserta didik dengan peserta didik lainnya harus memiliki

14

(32)

rasa saling mempercayai. Mereka harus merasa sebagai pihak-pihak yang saling memerlukan dan memiliki semangat untuk saling membantu. Oleh karena itu semua pihak harus saling terbuka dan jujur satu sama lain

2) Kerahasiaan bersama

Kerahasiaan objek penilaian peserta didik merupakan hal yang amat penting dalam portofolio. Hasil pekerjaan peserta didik secara individu atau kelompok sebaiknya tidak diperlihatkan kepada peserta didik lain, sebelum diadakan pameran.

3) Milik bersama

Semua pihak, guru maupun peserta didik harus menganggap bahwa semua objek penilaian merupakan milik bersama yang harus dijaga bersama-sama pula sehingga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri mereka

4) Kepuasan dan kesesuaian

Hasil akhir portofolio adalah ketercapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kepuasan semua pihak terletak pada tercapai atau tidaknya standar kompetensi, kompetensi dasar atau indikator tersebut yang dimanifestasikan melalui objek penilaian peseta didik

5) Penciptaan budaya mengajar

(33)

nyata serta menggambarkan pengembangan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada taraf yang lebih tinggi.

6) Refleksi bersama

Penilaian portofolio memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi bersama-sama, di mana peserta didik dapat merefleksikan tentang proses berpikir mereka sendiri yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah dan pengalaman belajar peserta didik.

7) Proses dan hasil

Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian peserta didik (anecdot) mengenai sikapnya dalam belajar, antusi tidaknya dalam mengikuti pelajaran dan sebagainya. Aspek lain dari penilaian portofolio adalah peniaian hasil, yaitu menilai hasil akhir suatu tugas yang diberikan oleh guru.

g. Karakteristik Pembelajaran portofolio

Menurut Barton & Collin seperti dikutip oleh Sumarna Surapranata dalam bukunya yang berjudul Penilaian Portofolio (Implementasi Kurikulum 2004) terdapat beberapa karakteristik esensial dalam pennembangan berbagai bentuk portofolio, yaitu: 1) Multisumber, artinya portofolio memungkinkan untuk menilai

berbagai macam objek penilaian mencakup orang, foto, rancangan, jurnal, audio, dan video tape

2) Authentic, artinya objek penilaian ditinjau dari konteks maupun fakta harus saling berkaitan satu sama lain

3) Dinamis, artinya portofolio mencakup perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu

(34)

5) Integrasi, artinya portofolio senantiasa berkaitan antara program yang dilakukan peserta didik di kelas dengan kehidupan nyata sehingga peserta didik tidak jauh dari apa yang mereka alami 6) Kepemilikan, artinya peserta didik harus merasa memiliki semua

objek penilaian yang mereka hasilkan

7) Beragam tujuan, dengan menggunakan proses pembelajaran berbasis portofolio dapat dilihat keefektifan suatu program dan pada saat yang sama mengevaluasi perkembangan individu atau kelompok sebagai komunitas peserta didik.

h. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Portofolio dan pembelajaran konvensional

P. Slamet Widodo berpendapat bahwa pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan siswa untuk:15

1) Berlatih memadukan konsep yang diberikan guru atau buku sumber 2) Mempunyai kesempatan dan kebebasan mencari informasi di luar

kelas

3) Memiliki kemampuan dalam memutuskan sesuatu bersama teman 4) Membuat alternatif untuk mengatasi masalah/objek yang dikaji 5) Berlatih merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk

mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

Kelemahan penilaian portofolio dapat berasal dari kondisi guru atau bahkan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dan peserta didik yang belum mengenal penilaian portofolio dan adanya kebiasan guru dalam menggunakan tes sebagai alat penilaian yang mendarah daging, derajat reliabilitasnya kurang karena penilaian melibatkan siswa dalam menilai diri mereka sendiri (self assesment),

15

(35)

memerlukan ketekunan, kesabaran, dan keterampilan guru serta keterbatasan waktu dan fasilitas.

[image:35.612.117.505.143.707.2]

Dalam pembelajaran konvensional guru merasa lebih puas karena dapat menuntasan materi pelajaran dalam waktu singkat. Namun dibalik kepuasan guru tersebut terdapat hal-hal yang merugikan siswa antara lain materi tidak terkuasai semua karena akibat dijelaskan terburu-buru. Di samping itu kompetensi siswa tidak terkembangkan terutama konsep mengemukakan pendapat, menyanggah, bertanya, berargumentasi dan lainnya karena guru terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran. Dan siswa tidak merasa leluasa serta kurang berani.

Tabel 2.1 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Portofolio

No Keunggulan Kelemahan

1 Dalam kurikulum baru, diharapkan topik materi pembelajaran tidak terlalu banyak, namun dimuat satu sampai 2 topik atau materi pelajaran per semester, sehingga model pembelajaran portofolio dapat dilaksanakan tanpa kekurangan waktu atau menyalahi apa yang telah digariskan dalam kurikulum. Model ini dapat dilakukan satu tahun satu kali;

Diperlukan waktu yang cukup banyak, bahkan diperlukan waktu di luar jam pembelajaran di sekolah, sehingga untuk menuntaskan satu studi kasus atau suatu kebijakan publik diperlukan lebih dari 20 jam pelajaran seperti yang telah ditentukan dalam jadwal;

2 Hak otonomi mengajar pada

guru dalam mengembangkan kemampuan, kemauan, daya nalar, serta fungsi perannya sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan

(36)

Berdasarkan keunggulan dan kelemahan pembelajaran portofolio dan pembelajaran konvensional dapat disimpulkan kelebihan pembelajaran portofolio antara lain :

1) Pembelajaran portofolio mengembangkan kemampuan, kemauan, daya nalar serta berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator dan rekonstruktor pembelajaran didalam kelas

2) Pembelajaran portofolio mengembangkan tukar pendapat, tukar informasi pengetahuan

3) Pembelajaran portofolio meningkatkan aspek kerjasama atau kolaborasi yang terbingkai dalam pembelajaran kooperatif

rekonstruktor pembelajaran di dalam kelas;

3 Tukar pendapat, informasi, pengetahuan untuk meningkatkan daya nalar dan pengetahuan dengan rekan guru pada MGMP setempat;

Kurang kesadaran guru dalam mengembangkan kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan fungsi perannya;

4 Siswa dapat mengunjungi instansi/lembaga pemerintah yang terkait untuk mencari atau memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Kurangnya jalinan komunikasi antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat khususnya para birokrat/instansi yang dikunjungi oleh para siswa untuk dimintai

keterangannya; dan

5 Kerjasama/kolaborasi antara Kepala Sekolah dan pihak Dewan Sekolah/Komite Sekolah untuk menangani masalah pendanaan;

(37)

4) Pembelajaran portofolio mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran . hal ini berkaitan dengan pendekatan belajar aktif.

i. Langkah-langkah Pembelajaran Portofolio16 1) Mengidentifikasi masalah.

Salah satu warga negara yang baik adalah peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya. Untuk meningkatkan kepekaan siswa tersebut tiada pilihan lain guru hendaknya menjadikan masalah-masalah tersebut sebagai sumber belajar. Hal yang pertama dilakukan adalah:

a) Kegiatan Kelompok Kecil

Untuk mengidentifikasi masalah, perlu diawali dengan diskusi kelas guna berbagai pengetahuan tentang maslah-maslah yang terjadi dimasyarakat. Di sini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (5-6 orang). Maslah yang dikaji adalah masalah yang berasal dari kaitan mata pelajaran kimia khususnya materi sistem periodik unsur dan ikatan kimia yang berkembang di masyarakat selain polusi tanah, air dan udara. Di sini penulis menjadikan artikel yang berjudul ‘Betapa signifikanya air dan Ada Apa dengan Ikatan’untuk dijadikan bahan kajian.

b) Pekerjaan Rumah

Untuk mengidentifikasi lebih mendalam mengenai masalah masalah yang dikaji maka siwa melanjutkan diskusi mereka di rumah.

2) Memilih Masalah untuk kajian kelas

Apabila kelas menganggap telah memiliki cukup informasi, maka kelas harus memastikan memilih satu masalah yang akan dikaji. Masalah yang telah dipilih adalah artikel berjudul Betapa Signifikannya air dan artikel yang berjudul Ada apa dengan Ikatan

16

(38)

3) Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas Mencari informasi lebih banyak adalah hal yang harus dilakukan berikutnya. Kemudian sumber-sumber informasi yang mana yang akan dijadikan rujukan. Di sini Penulis menjadikan majalah, koran, internet, buku pelajaran (pustaka) sebagai sumber informasi 4) Mengembangkan Portofolio Kelas

Portofolio ini meliputi penayangan dan dokumentasi. Dalam penelitian ini portofolio yang digunakan adalah portofolio dokumentasi yang merupakan kumpulan dokumen atau bukti penelitian yakni berupa artikel, pembuatan artikel sendiri dan lainnya. 5) Penyajian Portofolio

Setelah mengembangkan portofolio kelas, kemudian dilakukan gelar kasus (show case). Penulis di sini menjadikan siswa sebagai juri yang akan menilai karya masing-masing dengan penyajian lisan dan tanya jawab antar kelompok.

6) Kriteria dan format penilaian

Kriteria portofolio meliputi:17 a) Kejelasan

(1)Apakah portofolio disusun dengan baik?

(2)Apakah portofolio ditulis dengan jelas sesuai dengan kaidah tata bahasa, dan menurut ejaan yang benar?

(3)Apakah hal-hal pokok dan argumen-argumen mudah untuk dipahami

b) Informasi

(1)Apakah informasi akurat?

(2)Apakah informasi mencakup fakta utama dan konsep-konsep penting?

(3)Apakah informasi yang dimasukkan penting untuk memahami masalah kajian kelas?

c) Kelengkapan

17

(39)

(1)Apakah setiap siswa telah memasukkan lebih dari yang diperlukan?

d) Dukungan

(1)Apakah portofolio memuat contoh-contoh untuk menjelaskan atau mendukung hal-hal pokok?

(2)Apakah portofolio memuat penjelasan yang mendalam untuk hal-hal pokok?

e) Koordinasi

(1)Apakah setiap paragraf dalam artikel portofolio saling berkaitan antara satu dan lainnya?

(2)Apakah portofolio dokumentasi memberikan bukti untuk artikel portofolio?

f) Persuasif

(1)Apakah artikel portofolio yang disusun mengarah kepada masalah?

(2)Apakah isi portofolio yang disusun mendapat dukungan publik?

(3)Apakah portofolio yang disusun mengajak kepada kebijakan positif?

g) Refleksi

(1)Apakah bagian refleksi dan evaluasi pembuatan portofolio menunjukkan bahwa para siswa telah memikirkan secara cermat tentang pengalaman belajarnya?

(2)Apakah para siswa memperlihatkan bahwa dirinya telah belajar dari pengalaman membuat portofolio?

(40)

7) Refleksi pengalaman belajar

Refleksi merupakan satu cara untuk belajar, yaitu belajar untuk menghindari kesalahan di masa datang dan untuk meningkatkan kinerja. Merefleksi pada pengalaman belajar dalam rangka mengerjakan tugas portofolio merupakan prose dan upaya kelas yang bersifat kooperatif. Diantara nilai itu adalah bertanggung jawab mengatasi masalah, menyelesaikan masalah dan mengambil kebijakan terhadap suatu masalah.

j. Pelaksanaan atau Langkah-langkah Penilaian Portofolio

Pelaksanaan penilaian portofolio mensyaratkan kejujuran siswa dalam melaporkan hasil belajarnya dan sikap guru dalam menilai siswa sesuai dengan kriteria yang telah disepakati. Guru harus mampu menunjukkan urgensi laporan yang jelas dari siswa. Hal ini terlihat jelas pada tahap pelaksanaan berikut ini:18

1) Tahap orientasi

Tahap orientasi ini biasanya berupa pemberian informasi mengenai portofolio yang diharapkan untuk dihasilkan siswa setelah selesai mengikuti pelajaran untuk jangka waktu satu semester, satu tahun, atau tiga tahun. Informasi yang perlu disampaikan pada tahap orientasi ini adalah: (1) jadwal yang mencakup uraian tentang waktu pelaksanaan untuk setiap tugas, (2) beban tugas yang menggambarkan beberapa buah tugas yang harus diwujudkan dalam bentuk karya siswa, (3) tema untuk setiap tugas, (4) hasil kerja yang perlu tercakup pada portofolio. Termasuk didalamnya adalah karya final beserta unsur-unsur pendukungnya seperti sket, komponen, bahan referensi, berbagai eksperimen media, catatan-catatan dan komentar sumber dan siswa mengenai karyanya.

18

(41)

2) Tahap penilaian formatif

Tahap penilaian formatif seiring dengan langkah-langkah siswa dalam memecahkan masalah artistik akan mengikuti tahap: (1) studi pendahuluan untuk mendalami masalah, (2) pembuatan beberapa alternatif pemecahan masalah dalam bentuk sket kasar, (3) pembuatan karya berdasarkan salah satu karya yang terpilih.

Selama proses penciptaan karya ini berlangsung, guru memberikan umpan balik kepada siswa berdasarkan pengamatan terhadap apa yang dilakukan atau apa yang dibuatnya. Fokus pengamatan guru terarah pada dua hal yakni ide siswa dan bagaimana ide tersebut dinyatakan dalam kegiatan pencarian sumber-sumber nantinya. Dari kegiatan tersebut terjadi diskusi dalam proses pembelajaran dalam rangka menemukan tema atau topik yang hendak dijadikan hasil karya nanti, diskusi ini memungkinkan seorang guru untuk menilai tiga aspek yakni: (1) argumentasi tentang tema yang dipilih, (2) gambaran mengenai pemilihan tema, (3) mengambil keputusan bersama-sama untuk hasil karya yang akan dibuat. Dalam penelitian ini aspek yang digunakan adalah kebenaran konsep, logika berpikir, keserasian antar paragraf, keserasian antar kalimat, penggunaan tanda baca, kualitas dan kuantitas tulisan, dan kerapihan tulisan.

3) Tahap penilaian sumatif

Tahap penilaian sumatif dilakukan pada akhir semester, tahun, atau program setelah portofolio sebagaimana yang telah ditugaskan pada tahap orientasi yag telah dirampungkan siswa. Penilaian sumatif diberikan untuk menunjukkan prestasi hasil belajar siwa yang tercermin dalam portofolio yang dikembangkannya.Dalam pelaksanaannnya guru dapat memberikan penilaian terhadap prestasi belajar siswa dengan cara:

(42)

b) Membandingkan antara prestasi siswa dengan standar kualitas artistik yang ditetapkan berdasarkan pendekatan referensi kriteria c) Membandingkan antara prestasi belajar siswa antara masa sebelum

belajar dan masa sesudah belajar.

Dalam penelitian ini Penulis membandingkan antar artikel. Penulis membandingkan antar artikel kesatu, kedua, dan artikel ketiga dari tiap siswa.

k. Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia 1. Sistem Periodik19

1) Perkembangan penggolongan unsur

(a). Penggolongan berdasarkan sifat logam dan non logam (b). Triad Dobereiner

J.W Dobereiner mengolongkan unsur-unsur yang memiliki kesamaan sifat. Masing-masing kelompok terdiri atas tiga unsur yang disebut Triad. Dalam suatu Triad massa atom unsur yang terletak di tengah meupakan harga rata-rata massa atom unsur pertama dengan unsur ketiga.

(c). Oktaf Newlands

Jhon Newland menyusun unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relative, yang kemudian disebut dengan hukum oktaf.

(d). Sistem Periodik Mendeleyev

Lothar Meyer dan Mendeleyev dengan menggunakan prinsip dari Newlands melakukan penggolongan unsur-unsur berdasarkan massa atom dan sifat-sifat unsur. Menurut Mendeleyev sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya.

(e). Sistem Periodik Modern (Sistem Periodik Panjang)

19

(43)

Hendry Moseley melakukan eksperimen dan menyimpulkan bahwa sifat dasar atom adalah nomor atom bukan massa atom relativ. Dengan penemuan ini maka hukum periodik modern dengan sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya.

(2). Periode dan Golongan

Periode adalah jumlah kulit dari suatu unsur-unsur. Unsur-unsur yang sama jumlah kulitnya ditempatkan pada periode (baris) yang sama.

[image:43.612.111.504.129.597.2]

Golongan adalah jumlah elektron valensi dari suatu unsur-unsur. Unsur-unsur yang memiliki jumlah elektron valensi sama ditempatkan pada golongan (kolom) yang sama. Golongan terbagi atas golongan utama dan golongan transisi. Adapun golongan utama terbagi atas delapan golongan, sebagaimana tercantum pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Golongan Sistem Periodik Unsur Golongan Nama Golongan Elektron valensi

I A II A III A IV A V A VI A VII A VII A

Alkali Alkali tanah

Boron Karbon Nitrogen Oksigen Halogen Gas Mulia

1 2 3 4 5 6 7 8

(3). Sifat-sifat Periodik

(44)

konfigurasi elektron. Beberapa sifat periodik diantaranya adalah:

1). Jari-jari atom

Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron yang terluar. Semakin besar nomor atom unsur-unsur semakin banyak pula jumlah kulit elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari atomnya. Dalam suatu periode dari kiri ke kanan nomor atom bertambah berarti semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektron tetap yang menyebabkan semakin kecilnya jari-jari atom.

2). Energi ionisasi

Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam bentuk gas untuk melepaskan satu elektron membentuk ion bermuatan + 1. Dalam satu periode dari kanan ke kiri, semakin kuat daya tarik inti terhadap elektron terluar mengakibatkan elektron semakin sukar dilepaskan, sehingga energi ionisasinya bertambah. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi akan berkurang, yang diakibatkan bertambahnya jari-jari atom dan menyebabkan gaya tarik menarik inti atom semakin lemah.

3). Keelektronegatifan

(45)

4). Afinitas elektron

Afinitas elektron adalah energi yang terlibat jika suatu atom atau ion dalam fase gas menerima satu elektron membentuk ion negatif. Dalam satu periode, afinitas elektron cenderung berkurang dari kiri ke kanan. Adapun dalam satu golongan, afinitas elektron akan bertambah dari atas ke bawah.

2. Ikatan Kimia

1). Pengertian ikatan kimia

Ikatan kimia adalah ikatan yang terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki struktur elektron stabil (Golongan). Agar dapat mencapai struktur elektron seperti gas mulia, antara unsur mengadakan hal-hal berikut:

a) Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (serah terima elektron). Atom yang melepaskan elektron akan membentuk ion positif, sedangkan atom yang menerima elektron akan berubah menjadi ion negatif sehingga terjadi gaya elektrostatik atau tarik-menarik antara kedua ion yang berbeda muatan. Ikatan ini disebut ikatan ion.

b) Pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga terbentuk ikatan kovalen. Selain itu dikenal juga adanya ikatan lain seperti ikatan logam, ikatan hidrogen, ikatan Vanderwaalls

2) Jenis-jenis ikatan kimia a) Ikatan ion

Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik-menarik antara ion positif dan ion negatif. Ikatan ion terbentuk antara:

(46)

(2) atom-atom berenergi potensial ionisasi kecil dengan atom-atom berafinitas elektron besar (Atom-atom unsur golongan IA, II A dengan atom-atom unsur golongan VIA, VIIA),

(3) atom-atom dengan keelektronegatifan kecil dengan atom -atom yang memiliki keelektronegtaifan besar. b) Ikatan kovalen

Ikatan Kovalen adalah ikatan yang terjadi antara unsur non logam dengan unsur non logam yang lain dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron. Berdasarkan pemakaian elektron, ikatan kovalen dibagi menjadi 3: 1) Ikatan kovalen tunggal

2) Ikatan kovalen rangkap 3) Ikatan kovalen rangkap tiga

Berdasarkan kepolaran, ikatan kovalen terbagai menjadi:

1) ikatan kovalen polar 2) ikatan kovalen non polar

3) ikatan kovalen semi polar (ikatan kovalen koordinasi) Ikatan kovalen yang lain seperti ikatan hidrogen, ikatan logam, ikatan vanderwaals.

3. Hakikat Pembelajaran Expository

Pembelajaran dengan metode exspository adalah pengajaran dengan sistem menyampaikan materi dengan metode ceramah. Guru terlebih dahulu menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap sehinga peserta didik dipersilakan untuk menyimak dan mencernanya saja secara tertatur dan tertib.

Prosedur pembelajaran expository ialah sebagai berikut:20

20

(47)

(a) Preparasi: Guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapih

(b) Apersepsi: Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian peserta didik pada materi yang akan diajarkan (c) Presentasi: Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah

atau memerintahkan peserta didik membaca bahan yang telah dipersiapkan dari teks tertentu atau ditulis oleh guru.

(d) Resitasi: guru bertanya dan peserta didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau peserta didik diperintahkan untuk menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri mengenai pokok-pokok bahasan yang telah dipelajari (lisan atau tertulis).

Metode pembelajaran expository merupakan pendekatan yang seringkali guru gunakan. Hal ini telah menjadi kebiasaan berahun-tahun. Guru merasa belum puas dan belum mengajar bila tidak banyak menyajikan informasi mengenai suatu mata pelajaran. Pola interaksi dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan tersebut memang banyak didominasi oleh guru atau dikenal dengan istilah “teacher centered”.

Pendekatan tersebut hanya membuat siswa menjadi menerima informasi materi pelajaran yang baik. Rasa bosan, jenuh, serta berkurangnya kepuasan belajar pada diri siswa merupakan situasi yang menekan emosi siswa. Perasaan-perasaan demikian akan mempengaruhi proses belajar pada diri siswa. Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan oleh para guru karena penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran tersebut setidaknya dapat merugikan pengetahuan dan hasil belajar siswa.

(48)

Dalam penelitian ini guru menjelaskan materi pada konsep sistem periodik unsur dan ikatan kimia tanpa disertai pembelajaran yang lain. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran portofolio yang mengandung penilaian portofolio.

4. Definisi Hasil Belajar

Secara kodrati manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimiliki manusia itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan belajar.21

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan lingkunganya. Burton menyatakan “Learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which feel a

need and make him more capable of dealing adeguately with his

environment.” Dalam ungkapan di atas terdapat kata “change” atau perubahan yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tak bisa menjadi bisa, dan tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Kriteria keberhasilan dalam belajar ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku individu yang belajar.22

Menurut Gonbach, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dengan mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya. Sedangkan menurut Hilgard, belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan

21

H. Sunarto & Agung hartono, Perkembangan Peseta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet Ke-2, h. 170

22

(49)

perubahan yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh yang lainnya.23

Abdurrahman Abror membuat definisi belajar dengan tiga kriteria, yaitu:24

(1) Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti tingkah laku, kapasitas) yang relatif tetap.

(2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan setelah melakukan belajar.

(3) Bahwa perubahan itu dilakukan melalui kegiatan, usaha, atau praktik yang disengaja atau diperbuat.

Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar ini nyata terlihat dari apa yang dilakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya. Dalam hal ini terjadi perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat dibuktikan dengan perbuatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan S. Nasution yang mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu perbuatan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaaan, dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar.25

Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan dapat diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman dapat berupa interaksi dengan lingkungan eksternal dan melibatkan proses yang tidak nampak. Belajar juga merupakan perilaku aktif sisw

Gambar

Gambar  4.1.   Histogram Hasil Belajar Kimia Siswa menggunakan
Tabel 2.1 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Portofolio
Tabel 2.2 Golongan Sistem Periodik Unsur
Tabel 3.1. Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain Instagram, Sha’an d’Anthes juga menggunakan media Tumblr sebagai sarana untuk berinteraksi dengan pengikut dan para netizen.. Tumblr yang dapat diakses melalui

skor rata-rata lebih tinggi pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor dari pada pembelajaran konvensional, sehingga pembelajaran multiple intelligences lebih

Dasar Kewenangan yang digunakan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dalam Pengembangan Daya Tarik wisata alam air terjun Tegenungan adalah berdasarkan Undang-Undang

Penerapan pembelajaran yang dilengkapi dengan alat peraga ini memang belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena siswa masih sangat tergantung pada instruksi guru

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis

The results showed partially significant influence of the locus of control, self-efficacy, and learning achievements on career maturity of the accounting students, and a

SEGMEN BERITA REPORTER A Walikota Award Penghargaan Pemkot Bagi Media. Apa Kabar Jogja RBTV Menerima 2

penurunan nilai aset keuangan yang termasuk dalam instrumen keuangan pada. PSAK 55, tidak seluruh instrumen keuangan