• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORITIS

A. Pendidikan SMA

1. Pengertian Pendidikan SMA

Pendidikan merupakan bantuan yang diberikan orang yang sudah dewasa kepada orang yang belum dewasa dengan maksud supaya orang yang belum dewasa menjadi dewasa. Menurut Langeveld “pendidikan meliputi semua unsur yang turut mempunyai peranan dalam pemberian bantuan pada perkembangan manusia itu menjadi orang dewasa dalam arti seluas-luasnya” (Langeveld, 1972 : 53).

“Pendidikan berlangsung dalam pergaulan, yakni dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak” (Langeveld, 1972 : 59). Anak-anak tumbuh dan berkembang pertama kali dalam lingkungan keluarga. Ayah dan ibu merupakan sosok orang dewasa dalam sebuah keluarga. Pendidikan itu sendiri bermula dari lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga anak diajar, dibimbing dan dilatih oleh ayahnya atau ibunya agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Kegiatan ini berlangsung dalam kehidupan anak sehari-hari ketika ia mengalami kesulitan-kesulitan tertentu yang dihadapi dalam hidupnya.

Pendidikan juga berlangsung dalam lingkungan masyarakat. Ketika tiba saatnya tiap-tiap anak akan berinteraksi dengan pribadi-pribadi di luar lingkungan keluarganya. Dalam lingkungan masyarakat terjadi proses

sosialisasi antar pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Dalam proses tersebut tiap-tiap anak diajar, dibimbing dan dilatih oleh orang dewasa dalam melakukan tindakan-tindakan menurut norma-norma yang berlaku di masyarakat, antara lain norma-norma dalam agama, etika dalam pergaulan, etika dalam berbicara atau sopan santun, tanggung jawab, dan lain sebagainya. Kegiatan ini digunakan oleh anak untuk mengubah diri lambat laun menjadi pribadi dewasa. Hal ini berlangsung dalam kehidupan anak sehari-hari.

Kegiatan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di atas bersifat informal, karena tidak dilakukan secara terencana dan terjadwal. Hal itu terjadi secara sadar atau tidak sadar dalam interaksi antara pribadi yang sudah dewasa dengan pribadi yang belum dewasa dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua tidak selamanya mampu dalam mendidik anak menjadi pribadi yang dewasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh orangtua. Oleh karena itu orangtua mengirim anaknya ke pendidikan formal untuk mendapatkan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan yang dilakukan secara terencana dan terjadwal demi perkembangan pribadi anaknya menjadi pribadi dewasa.

Kegiatan pendidikan formal dilakukan tiap-tiap anak dalam lingkungan pendidikan sekolah. Dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah tiap-tiap anak mendapatkan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan dari guru secara terencana dan terjadwal.

Pengalaman pendidikan formal tersebut diperoleh tiap-tiap anak mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan pendidikan tersebut terutama mengolah bahan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan demi tercapainya tujuan pendidikan tertentu.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, menegaskan bahwa pendidikan adalah:

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003 : 5).

Hal ini menjadi pegangan bagi guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan pendidikan secara terencana, teratur demi perkembangan diri siswa yaitu siswa memperoleh kemampuan-kemampuan yang diperlukan diri untuk hidup.

2. Kegiatan Pendidikan Siswa

Dalam pendidikan berlangsung serangkaian proses kegiatan yang diprogramkan secara terencana dan terjadwal dengan baik. Kegiatan tersebut meliputi pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Kegiatan ini dirancang dan diprogramkan untuk mencapai perkembangan kedewasaan tiap-tiap siswa. Masing-masing kegiatan ini dilaksanakan tiap-tiap siswa bersama guru mata pelajaran, guru pembimbing dan guru pelatih dalam mengolah bahan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Dalam mata pelajaran ekonomi

tiap-tiap siswa diajar, dibimbing dan dilatih untuk memahami dan mencapai tujuan mata pelajaran ekonomi.

Interaksi antara guru dan siswa terjadi melalui kegiatan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan ini. Tujuan kegiatan ini adalah agar tiap-tiap siswa dapat berkembang memperoleh kemampuan baru sesuai bakat masing-masing.

Dengan demikian kegiatan pendidikan siswa adalah serangkaian proses meliputi kegiatan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan yang terprogram secara terencana dan terjadwal yang dilakukan oleh guru bersama siswa dalam mengolah bahan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan agar tiap siswa dapat menjadi manusia dewasa yang memiliki sejumlah kemampuan dan keterampilan yang diperlukan siswa dalam hidup sehari-hari.

3. Fungsi Pendidikan Sekolah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, menegaskan bahwa fungsi pendidikan adalah “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa...” (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003 : 8). Hal ini berarti bahwa pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian tiap-tiap siswa untuk bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan negara dan siswa dapat menjalani hidupnya sesuai martabat manusia serta menampilkan perilaku cerdas.

Pendidikan dapat menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri tiap-tiap siswa. Perubahan itu nampak pada diri tiap-tiap-tiap-tiap siswa dalam bentuk pikiran atau pandangan, perasaan dan tindakan atau perbuatan yang dilakukan tiap-tiap siswa. Dengan kata lain pendidikan menghasilkan perubahan pada diri tiap-tiap siswa menyangkut aspek kognitifnya, aspek afektifnya dan aspek psikomotorik serta konatif. Perubahan-perubahan ini diharapkan dapat dialami tiap-tiap siswa sesuai dengan potensi dan bakat masing-masing, dan dengan demikian dapat menjadi manusia yang berguna bagi diri, masyarakat dan negara.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan sekolah adalah memperlancar proses pembentukan tiap-tiap siswa menjadi pribadi-pribadi dewasa yang berguna dan bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan negara yang nampak pada pikiran, perasaan dan tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan yang dilakukan.

4. Tujuan Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya bertujuan membantu tiap-tiap siswa menjadi pribadi dewasa dan bertanggung jawab sehingga ia dapat mengatur hidupnya sendiri. Hal ini senada dengan ungkapan Langeveld bahwa “pendidikan hendaknya ditujukan untuk membantu anak didik, agar ia sanggup menentukan diri sendiri dalam tata kesusilaan, yang membolehkan tanggung jawab kepada manusia itu” (Langeveld, 1972 : 76).

Tujuan pendidikan di Indonesia dapat dipahami melalui rumusan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 Undang-Undang tersebut menegaskan:

“...berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003 : 8). Tujuan pendidikan nasional ini menjadi acuan dalam merumuskan tujuan pendidikan di tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Sekolah Menengah Atas merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Masing-masing jenis dan jenjang pendidikan memiliki tujuan. Tujuan pendidikan Sekolah Menengah Atas tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi tiap-tiap siswa agar dapat menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian pendidikan di Sekolah Menengah Atas bertujuan mengembangkan potensi tiap-tiap siswa melalui kegiatan pendidikan siswa agar tiap siswa dapat berkembang menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan negara.

Tujuan pendidikan ini harus dilaksanakan oleh masing-masing tingkat dan jenis pendidikan agar tiap-tiap siswa dapat berkembang menjadi manusia dewasa sesuai dengan bakatnya masing-masing. Tujuan pendidikan ini terintegrasi dalam pengalaman kegiatan pendidikan siswa, meliputi kegiatan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan yang terjadi dalam interaksi guru dan siswa dalam mengolah bahan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Tiap-tiap siswa memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut.

Dokumen terkait