• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kebiasaan belajar siswa dalam pelajaran ekonomi para siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kebiasaan belajar siswa dalam pelajaran ekonomi para siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINGKAT KEBIASAAN BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI PARA SISWA KELAS XI PROGRAM IPS

SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

Amandus Tena Labaketoy Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian ini adalah populasi terbatas, yaitu seluruh siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 88 siswa (putera = 51 dan puteri = 37).

Masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar siswa putera dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? (2) Bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar siswa puteri dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? (3) Apakah ada perbedaan signifikan antara tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan siswa puteri dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008?

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam pelajaran Ekonomi dengan jumlah pernyataan sebanyak 70 item. Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan masalah penelitian, variabel penelitian, kajian teoritis dan mengenai semua unsur kebiasaan belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.

Hasil penelitian ini adalah (1) Jumlah siswa putera yang memiliki tingkat kebiasaan belajar tinggi dalam pelajaran ekonomi lebih banyak (60,78%) daripada jumlah siswa yang memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah (39,22%). (2) Jumlah siswa puteri yang memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah dalam pelajaran ekonomi lebih banyak (56,76%) daripada jumlah siswa yang memiliki tingkat kebiasaan belajar tinggi (43,24%). (3) Uji hipotesis membuktikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan puteri kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pelajaran ekonomi tahun ajaran 2007/2008.

(2)

ABSTRACT

THE STUDY HABIT LEVEL ON ECONOMIC SUBJECT OF THE STUDENTS IN GRADE XI OF SOCIAL SCIENCE PROGRAM

IN BOPKRI 1 SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN 2007/2008.

Amandus Tena Labaketoy Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research was a descriptive research using survey method. The population of this research was limited population, they were all of the students both boys and girls in grade XI of Social Science program in BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta, that consisted of 88 students (boys = 51 and girls = 37).

The problems of this research were: (1) How is the study habit level of boys student in Economic subject of the students in grade XI of Social Science program in BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in 2007/2008? (2) How is the study habit level of girls student in Economic subject of the students in grade XI of Social Science program in BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in 2007/2008? (3) Is there any difference in the study habit level among boys and girls in Economic subject of the students in grade XI of Social Science program in BOPKRI I Senior High School Yogyakarta in 2007/2008?

The instrument in this research was questionnaire about the study habit level of students in Economic subject which consisted of 70 statements. The instrument in this research was based on the problems of research, the variable of research, theoretical review, and all about element of study habit in Economic subject.

The results of this research were (1) The total of male student who had high level of study habit in Economic subject (60,78%) was more than the amount of students who had low level of study habit in Economic subject (39,22%). (2) The total of female students who had high level of study habit in Economic subject (43,24%) was less than the amount of student who had less study habit level in Economic subject (56,76%). (3) The hypothesis test showed that there was no difference study habit level among boys and girls in Economic subject of the students in grade XI of Social Science program in BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in 2007/2008.

(3)

TINGKAT KEBIASAAN BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI PARA SISWA KELAS XI PROGRAM IPS

SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Amandus Tena Labaketoy NIM : 031114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

TINGKAT KEBIASAAN BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI PARA SISWA KELAS XI PROGRAM IPS

SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Amandus Tena Labaketoy NIM : 031114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

(5)
(6)
(7)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO:

Orang yang setia dengan kesabaran dan sikap disiplin dalam bekerja

akan memperoleh keberhasilan dalam hidupnya.

Orang yang mengabaikan pentingnya disiplin dan semangat kerja keras

dalam hidupnya akan memperoleh kegagalan.

(Penulis)

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orangtuaku tercinta Yulius Doni dan Maria Sinai serta abangku tercinta Gregorius Kia Labaketoy

(8)
(9)

(10)

ABSTRAK

TINGKAT KEBIASAAN BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI PARA SISWA KELAS XI PROGRAM IPS

SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

Amandus Tena Labaketoy Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian ini adalah populasi terbatas, yaitu seluruh siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 88 siswa (putera = 51 dan puteri = 37).

Masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar siswa putera dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? (2) Bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar siswa puteri dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? (3) Apakah ada perbedaan signifikan antara tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan siswa puteri dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008?

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam pelajaran Ekonomi dengan jumlah pernyataan sebanyak 70 item. Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan masalah penelitian, variabel penelitian, kajian teoritis dan mengenai semua unsur kebiasaan belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.

Hasil penelitian ini adalah (1) Jumlah siswa putera yang memiliki tingkat kebiasaan belajar tinggi dalam pelajaran ekonomi lebih banyak (60,78%) daripada jumlah siswa yang memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah (39,22%). (2) Jumlah siswa puteri yang memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah dalam pelajaran ekonomi lebih banyak (56,76%) daripada jumlah siswa yang memiliki tingkat kebiasaan belajar tinggi (43,24%). (3) Uji hipotesis membuktikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan puteri kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pelajaran ekonomi tahun ajaran 2007/2008.

(11)

ABSTRACT

THE STUDY HABIT LEVEL ON ECONOMIC SUBJECT OF THE STUDENTS IN GRADE XI OF SOCIAL SCIENCE PROGRAM

IN BOPKRI 1 SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN 2007/2008.

Amandus Tena Labaketoy Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research was a descriptive research using survey method. The population of this research was limited population, they were all of the students both boys and girls in grade XI of Social Science program in BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta, that consisted of 88 students (boys = 51 and girls = 37).

The problems of this research were: (1) How is the study habit level of boys student in Economic subject of the students in grade XI of Social Science program in BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in 2007/2008? (2) How is the study habit level of girls student in Economic subject of the students in grade XI of Social Science program in BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in 2007/2008? (3) Is there any difference in the study habit level among boys and girls in Economic subject of the students in grade XI of Social Science program in BOPKRI I Senior High School Yogyakarta in 2007/2008?

The instrument in this research was questionnaire about the study habit level of students in Economic subject which consisted of 70 statements. The instrument in this research was based on the problems of research, the variable of research, theoretical review, and all about element of study habit in Economic subject.

The results of this research were (1) The total of male student who had high level of study habit in Economic subject (60,78%) was more than the amount of students who had low level of study habit in Economic subject (39,22%). (2) The total of female students who had high level of study habit in Economic subject (43,24%) was less than the amount of student who had less study habit level in Economic subject (56,76%). (3) The hypothesis test showed that there was no difference study habit level among boys and girls in Economic subject of the students in grade XI of Social Science program in BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta in 2007/2008.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di bidang Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Wens Tanlain, M.Pd., Dosen Pembimbing yang dengan tulus memberikan tuntunan, petunjuk, bimbingan dan perhatian hingga penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah menyetujui dan memberikan ijin melakukan penelitian ini.

3. SMA BOPKRI 1 Yogyakarta yang penuh keterbukaan menerima penulis untuk melakukan penelitian.

4. BAPEDA Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

5. Bapak Drs. Edi Krusmanto, Koordinator Bimbingan dan Konseling kelas XI SMA BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah memberikan jadwal bimbingan pengumpulan data.

(13)

6. Segenap dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah dan pernah mendidik penulis selama kuliah serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis, yaitu: Ibu Retha, Pak Fajar, Pak Wens, Pak Sinurat, Pak Adi, Pak Tatung, Ibu Retno, Ibu Maslichah, Pak Puji, Pak Medi, Pak Masidjo, Pater Sigit, Ibu Setyandari, Pak Gendon, Dokter Lusi, Pak Pranowo, Pak Bambang, Ibu Amitya, Pak Wahana, Ibu Nina, Pater Sudiarja, Pak Pratik, Suster Milburga, Pak Chosa dan Pak Samana.

7. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar.

8. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah meminjamkan buku.

9. Orangtuaku tercinta bapak Yulius Doni dan ibu Maria Sinai atas doa, dukungan, perhatian dan biaya yang telah diberikan kepada penulis serta abangku Gregorius Kia Labaketoy yang telah banyak memberikan pengarahan dan dukungan kepada penulis.

10.Ene’ Laki, Ene’ Bini dan seluruh adik sepupuku di Simpang Agal, Mandor, Kalimantan Barat: Sisko, Kosmas, Aan, Piok, Wewen, Ria, Eta, Ema, Ari, Indri, Figo dan Aldi.

11.Keluarga di Tagawiti, Lembata, NTT: Ene’ Janggut, Ene’ Panjang (alm) dan bibi Shinta, terima kasih atas doanya.

(14)

xi

12.Pacarku tercinta Elshinta Tresye Ketty Sambenthiro atas semangat, doa, pikiran-pikiran dan perhatian yang diberikan kepada penulis. Kehadiranmu selalu membuatku bersemangat dalam menulis skripsi ini. 13.Teman-teman angkatan 2003. Kelas B: Gugun, Juna, Berthus, Magna,

Bayu, Bismo, Agung, mba Surmi, Litha, Pipiet, Dian, Tutus, Wulan, Sonya, Arie, Iin, Wicha, Rosa, Bertha dan Erna. Kelas A: Putri, Sr. Eme, Sr. Gaudent, Ida, Heny dan Andang.

14.Teman-teman kelompok latihan senam pernapasan Daya Sejati: Marsel, Selawit, Yustinus (Jupentus), Ali (Konco), Elson, Pak Sulis, Pak Pras dan Pak Hapsoro.

15.Para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 atas kontribusinya dalam pengisian kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih.

Yogyakarta, 12 Mei 2008

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1. Tujuan Penelitian ... 4

2. Manfaat Penelitian ... 4

D. Batasan Istilah dan Variabel ... 5

1. Batasan Istilah ... 5

(16)

2. Batasan Variabel ... 5

E. Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN TEORITIS ... 6

A. Pendidikan SMA ... 6

1. Pengertian Pendidikan SMA ... 6

2. Kegiatan Pendidikan Siswa ... 8

3. Fungsi Pendidikan Sekolah ... 9

4. Tujuan Pendidikan ... 10

B. Kurikulum SMA ... 12

1. Pengertian Kurikulum Siswa ... 12

2. Kurikulum Wajib Siswa SMA ... 13

3. Struktur Kurikulum SMA Kelas XI Program IPS ... 13

C. Mata Pelajaran Ekonomi SMA ... 14

1. Fungsi Mata Pelajaran Ekonomi ... 14

2. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi ... 15

3. Kegiatan Guru dan Siswa ... 16

a. Kegiatan guru dan siswa di dalam kelas ... 16

b. Latihan siswa di dalam kelas ... 17

c. Latihan siswa di luar kelas ... 17

4. Sumber Bahan ... 17

a. Sumber bahan tertulis ... 17

b. Sumber bahan masyarakat ... 18

5. Kegiatan Siswa Mempelajari Mata Pelajaran Ekonomi ... 18

(17)

6. Kegiatan Bimbingan dan Konseling Belajar ... 19

a. Kegiatan bimbingan belajar ... 19

b. Kegiatan konseling belajar ... 20

c. Siswa dilatih menggunakan cara belajar dengan metode SQ3R ... 21

d. Siswa dilatih mengkaji bahan dari sumber masyarakat .... 23

D. Jenis Kelamin dan Tingkat Kebiasaan Belajar ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Alat Pengumpul Data ... 26

1. Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa ... 26

a. Item-item kuesioner ... 26

b. Skoring ... 27

c. Kategori ... 27

2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 28

a. Validitas kuesioner ... 28

b. Reliabilitas kuesioner ... 29

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

D. Pengumpulan Data ... 30

1. Tahap Persiapan ... 30

2. Tahap Pelaksanaan ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 32

1. Perhitungan Koefisien Reliabilitas ... 32

(18)

xv

2. Perhitungan Koefisien Validitas ... 33

3. Mean ... 33

4. Chi-Kuadrat ... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 39

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

1. Masalah Penelitian ... 43

2. Hasil Penelitian ... 43

B. Saran ... 44

1. Program Bimbingan Belajar ... 44

2. Program Konseling Belajar ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI Program IPS ... 14 Tabel 2. Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam Pelajaran

Ekonomi Para Siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1

Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 ... 27 Tabel 3. Koefisien Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Tingkat

Kebiasaan Belajar Siswa Para Siswa Kelas XI Program IPS

SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 ... 29 Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Korelasi Alat Ukur ... 29 Tabel 5. Tingkat Kebiasaan Belajar Para Siswa Putera dalam

Pelajaran Ekonomi Para Siswa Kelas XI Program IPS

SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 ... 36 Tabel 6. Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Puteri dalam

Pelajaran Ekonomi Para Siswa Kelas XI Program IPS

SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 ... 37 Tabel 7. Tingkat Kebiasaan Belajar Para Siswa Kelas XI Program

IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam Pelajaran Ekonomi

Tahun Ajaran 2007/2008 ... 38 Tabel 8. Perhitungan Koefisien Realibilitas dan Validitas Penelitian

Kusioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam Pelajaran Ekonomi Para Siswa Kelas XI Program IPS

(20)

SMA BOPKRI 1Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 ... 57 Tabel 9. Skor-skor Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa

dalam Pelajaran Ekonomi Para Siswa Kelas XI Program IPS

SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 ... 59

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa ... 48 Lampiran 2. Perhitungan Koefisien Realibilitas dan Validitas

Penelitian Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam Pelajaran Ekonomi Para Siswa Kelas XI

Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2007/2008 ... 57 Lampiran 3. Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Kuesioner

Penelitian Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam Pelajaran Ekonomi Para Siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran

2007/2008 ... 62 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta ... 63 Lampiran 5. Surat Ijin penelitian dari BAPEDA Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta ... 64 Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perizinan Pemerintah

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan di segala bidang yang dirasakan belakangan ini telah membawa perubahan yang cukup berarti dalam berbagai aspek kehidupan

manusia termasuk aspek ekonomi. Hal ini terjadi sebagai akibat dari tuntutan era globalisasi. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan sumber daya manusia

yang berkualitas tinggi dan memiliki integritas diri serta siap menghadapi tugas-tugas baru.

Peningkatan sumber daya manusia dapat diupayakan lewat pendidikan

formal yang dimulai sejak Sekolah Dasar. Ada beberapa mata pelajaran berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari siswa sejak Sekolah Dasar. Salah satu bidang mata pelajaran yang dipelajari siswa adalah Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu

Pengetahuan Sosial bersifat umum, yaitu perpaduan dari mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi dan sosiologi. Di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah

Menengah Atas mata pelajaran IPS bukan lagi perpaduan dari beberapa mata pelajaran, melainkan sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri secara otonom.

Sebagian besar aktivitas siswa di sekolah adalah mempelajari bahan mata

pelajaran. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan maksud untuk memperoleh perubahan dalam pemahaman dan memperoleh pengertian-pengertian baru

melalui pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang ia lakukan. Pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang dilakukan siswa secara

(23)

berulang kali akan membentuk suatu kebiasaan dalam belajar siswa. Kebiasaan

belajar tersebut dibuat siswa dengan maksud untuk memahami isi dari materi pelajaran.

Siswa mempelajari mata pelajaran IPS sejak ia berada di Sekolah Dasar. Tiap-tiap siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam mempelajari mata pelajaran tersebut. Ada siswa yang menghafal tanggal dan tahun

kejadian-kejadian bersejarah, membaca buku pelajaran/buku paket, melihat kembali catatan-catatan yang dibuat, membuat catatan-catatan, dan meringkas materi

pelajaran. Tiap-tiap siswa memiliki kebiasaan mempelajari setiap mata pelajaran. Kebiasaan siswa mempelajari bahan mata pelajaran IPS dilakukan siswa melalui kegiatan yang dilakukan di dalam kelas maupun kegiatan yang dilakukan di luar

kelas.

Kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas di antaranya adalah mengerjakan setiap tugas individu/kelompok yang diberikan oleh guru. Kegiatan

yang biasa dilakukan siswa di luar kelas di antaranya adalah mempelajari ulang materi pelajaran, meringkas materi pelajaran, mencari dan mempelajari bahan

dari sumber-sumber lain mengenai materi pelajaran, mengerjakan pekerjaan rumah, atau membaca berita media cetak.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan

belajar siswa menunjuk pada kegiatan siswa yang teratur dan tetap dilakukan dalam mempelajari materi bahan pelajaran. Sedangkan kebiasaan siswa

(24)

maupun yang diperoleh dari sumber-sumber lain. Pada umumnya kebiasaan

belajar siswa berkorelasi dengan hasil akademik siswa. Hal ini diungkapkan Sorenson bahwa “...students with better habits should obtain better marks than

those who have not such good study practices” (Sorenson, 1954 : 54).

Salah satu unsur kegiatan siswa dalam kurikulum sekolah adalah pengembangan diri siswa. Kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa

termasuk dalam pengembangan diri siswa yang dilakukan siswa bersama guru dengan maksud agar siswa dapat berkembang sesuai bakatnya. Salah satu

kegiatan bimbingan dan konseling adalah kegiatan bimbingan belajar dan konseling belajar. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar baik terus mengembangkannya melalui kegiatan bimbingan belajar yang dilaksanakan

secara klasikal oleh guru pembimbing bersama siswa di dalam kelas. Sedangkan siswa yang memiliki kebiasaan belajar belum baik meningkatkannya melalui kegiatan konseling belajar yang dilakukan siswa bersama guru pembimbing.

Penelitian ini berpusat pada mata pelajaran IPS, khususnya mata pelajaran ekonomi dengan permasalahan utama bagaimanakah kebiasaan belajar para siswa

kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dalam mata pelajaran ekonomi?

B. Rumusan Masalah

Masalah utama di atas dijabarkan secara rinci sebagai masalah penelitian

(25)

1. Bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar siswa putera dalam pelajaran

ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008?

2. Bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar siswa puteri dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008?

3. Apakah ada perbedaan signifikan antara tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan siswa puteri dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI

program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran mengenai tingkat kebiasaan belajar siswa dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI SMA BOPKRI 1

Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

2. Manfaat Penelitian

(26)

D. Batasan Istilah dan Variabel

1. Batasan Istilah

Kebiasaan belajar adalah kegiatan yang secara teratur dan tetap dalam

melakukan latihan.

2. Batasan Variabel

a. Tingkat kebiasaan belajar siswa dalam pelajaran ekonomi adalah

kecenderungan kegiatan-kegiatan siswa secara teratur dan tetap dalam mempelajari bahan mata pelajaran ekonomi meliputi kegiatan siswa

dalam mengerjakan setiap tugas individu/kelompok yang diberikan oleh guru, mempelajari ulang materi pelajaran, meringkas materi pelajaran, mencari dan mempelajari bahan dari sumber-sumber lain yang berkaitan

dengan materi, mengerjakan pekerjaan rumah, atau membaca berita media cetak seperti yang diukur dengan Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dan ditunjuk dengan skor-skor yang diperoleh siswa. Ada

dua kategori yaitu rendah dan tinggi.

b. Jenis kelamin siswa adalah identitas diri laki-laki atau perempuan. Ada

dua kelompok yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan.

E. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan signifikan antara tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan puteri kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam

(27)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pendidikan SMA

1. Pengertian Pendidikan SMA

Pendidikan merupakan bantuan yang diberikan orang yang sudah

dewasa kepada orang yang belum dewasa dengan maksud supaya orang yang belum dewasa menjadi dewasa. Menurut Langeveld “pendidikan meliputi

semua unsur yang turut mempunyai peranan dalam pemberian bantuan pada perkembangan manusia itu menjadi orang dewasa dalam arti seluas-luasnya” (Langeveld, 1972 : 53).

“Pendidikan berlangsung dalam pergaulan, yakni dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak” (Langeveld, 1972 : 59). Anak-anak tumbuh dan berkembang pertama kali dalam lingkungan keluarga. Ayah dan

ibu merupakan sosok orang dewasa dalam sebuah keluarga. Pendidikan itu sendiri bermula dari lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga anak

diajar, dibimbing dan dilatih oleh ayahnya atau ibunya agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Kegiatan ini berlangsung dalam kehidupan anak sehari-hari ketika ia mengalami kesulitan-kesulitan tertentu yang dihadapi dalam

hidupnya.

Pendidikan juga berlangsung dalam lingkungan masyarakat. Ketika

tiba saatnya tiap-tiap anak akan berinteraksi dengan pribadi-pribadi di luar lingkungan keluarganya. Dalam lingkungan masyarakat terjadi proses

(28)

sosialisasi antar pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Dalam proses

tersebut tiap-tiap anak diajar, dibimbing dan dilatih oleh orang dewasa dalam melakukan tindakan-tindakan menurut norma-norma yang berlaku di

masyarakat, antara lain norma-norma dalam agama, etika dalam pergaulan, etika dalam berbicara atau sopan santun, tanggung jawab, dan lain sebagainya. Kegiatan ini digunakan oleh anak untuk mengubah diri lambat

laun menjadi pribadi dewasa. Hal ini berlangsung dalam kehidupan anak sehari-hari.

Kegiatan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di atas bersifat informal, karena tidak dilakukan secara terencana dan terjadwal. Hal itu terjadi secara sadar atau tidak sadar

dalam interaksi antara pribadi yang sudah dewasa dengan pribadi yang belum dewasa dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua tidak selamanya mampu dalam mendidik anak menjadi pribadi yang dewasa. Hal ini disebabkan oleh

keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh orangtua. Oleh karena itu orangtua mengirim anaknya ke pendidikan formal untuk mendapatkan

pengajaran, pembimbingan dan pelatihan yang dilakukan secara terencana dan terjadwal demi perkembangan pribadi anaknya menjadi pribadi dewasa.

Kegiatan pendidikan formal dilakukan tiap-tiap anak dalam

lingkungan pendidikan sekolah. Dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah tiap-tiap anak mendapatkan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan

(29)

Pengalaman pendidikan formal tersebut diperoleh tiap-tiap anak mulai

dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan pendidikan tersebut

terutama mengolah bahan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan demi tercapainya tujuan pendidikan tertentu.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, menegaskan bahwa pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003 : 5).

Hal ini menjadi pegangan bagi guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan pendidikan secara terencana, teratur demi perkembangan diri siswa yaitu siswa memperoleh kemampuan-kemampuan yang diperlukan diri untuk

hidup.

2. Kegiatan Pendidikan Siswa

Dalam pendidikan berlangsung serangkaian proses kegiatan yang diprogramkan secara terencana dan terjadwal dengan baik. Kegiatan tersebut meliputi pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Kegiatan ini dirancang

dan diprogramkan untuk mencapai perkembangan kedewasaan tiap-tiap siswa. Masing-masing kegiatan ini dilaksanakan tiap-tiap siswa bersama guru

(30)

tiap-tiap siswa diajar, dibimbing dan dilatih untuk memahami dan mencapai

tujuan mata pelajaran ekonomi.

Interaksi antara guru dan siswa terjadi melalui kegiatan pengajaran,

pembimbingan dan pelatihan ini. Tujuan kegiatan ini adalah agar tiap-tiap siswa dapat berkembang memperoleh kemampuan baru sesuai bakat masing-masing.

Dengan demikian kegiatan pendidikan siswa adalah serangkaian proses meliputi kegiatan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan yang

terprogram secara terencana dan terjadwal yang dilakukan oleh guru bersama siswa dalam mengolah bahan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan agar tiap siswa dapat menjadi manusia dewasa yang memiliki sejumlah

kemampuan dan keterampilan yang diperlukan siswa dalam hidup sehari-hari.

3. Fungsi Pendidikan Sekolah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, menegaskan bahwa fungsi pendidikan adalah “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa...” (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003 : 8). Hal ini berarti bahwa pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian

tiap-tiap siswa untuk bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan negara dan siswa dapat menjalani hidupnya sesuai martabat manusia serta menampilkan

(31)

Pendidikan dapat menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri

tiap-tiap siswa. Perubahan itu nampak pada diri tiap-tiap-tiap-tiap siswa dalam bentuk pikiran atau pandangan, perasaan dan tindakan atau perbuatan yang dilakukan

tiap-tiap siswa. Dengan kata lain pendidikan menghasilkan perubahan pada diri tiap-tiap siswa menyangkut aspek kognitifnya, aspek afektifnya dan aspek psikomotorik serta konatif. Perubahan-perubahan ini diharapkan dapat

dialami tiap-tiap siswa sesuai dengan potensi dan bakat masing-masing, dan dengan demikian dapat menjadi manusia yang berguna bagi diri, masyarakat

dan negara.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan sekolah adalah memperlancar proses pembentukan tiap-tiap siswa menjadi

pribadi-pribadi dewasa yang berguna dan bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan negara yang nampak pada pikiran, perasaan dan tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan yang dilakukan.

4. Tujuan Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya bertujuan membantu tiap-tiap siswa

menjadi pribadi dewasa dan bertanggung jawab sehingga ia dapat mengatur hidupnya sendiri. Hal ini senada dengan ungkapan Langeveld bahwa “pendidikan hendaknya ditujukan untuk membantu anak didik, agar ia

sanggup menentukan diri sendiri dalam tata kesusilaan, yang membolehkan tanggung jawab kepada manusia itu” (Langeveld, 1972 : 76).

(32)

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3

Undang-Undang tersebut menegaskan:

“...berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003 : 8). Tujuan pendidikan nasional ini menjadi acuan dalam merumuskan

tujuan pendidikan di tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Sekolah Menengah Atas merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Masing-masing

jenis dan jenjang pendidikan memiliki tujuan. Tujuan pendidikan Sekolah Menengah Atas tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi tiap-tiap siswa agar dapat menjadi manusia dewasa

yang bertanggung jawab. Dengan demikian pendidikan di Sekolah Menengah Atas bertujuan mengembangkan potensi tiap-tiap siswa melalui kegiatan pendidikan siswa agar tiap siswa dapat berkembang menjadi manusia dewasa

yang bertanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan negara.

Tujuan pendidikan ini harus dilaksanakan oleh masing-masing tingkat

dan jenis pendidikan agar tiap-tiap siswa dapat berkembang menjadi manusia dewasa sesuai dengan bakatnya masing-masing. Tujuan pendidikan ini terintegrasi dalam pengalaman kegiatan pendidikan siswa, meliputi kegiatan

pengajaran, pembimbingan dan pelatihan yang terjadi dalam interaksi guru dan siswa dalam mengolah bahan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan.

(33)

B. Kurikulum SMA

1. Pengertian Kurikulum Siswa

Kurikulum merupakan sejumlah pengalaman yang harus dilalui siswa

pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Menurut Alberty kurikulum adalah “all of the activities that are provided for the students by the school” (Nasution, 1982 : 11). Pengalaman siswa itu dirancang dalam kurikulum

pedoman sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, Pasal 2, bahwa kurikulum merupakan:

“Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003 : 7).

Pengalaman tersebut dialami tiap-tiap siswa mulai tingkat pertama hingga tingkat terakhir. Pada jenjang pendidikan SMA pengalaman tersebut dimulai pada tingkat pertama dan berakhir pada tingkat ketiga. Pengalaman

tersebut diperoleh melalui kegiatan-kegiatan pendidikan meliputi pengajaran, pembimbingan dan pelatihan serta latihan-latihan yang dilakukan tiap-tiap

siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dari pengertian kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa (1) kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang direncanakan tiap-tiap sekolah

mulai dari kelas yang paling rendah hingga kelas yang paling atas dalam bentuk sejumlah mata pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

(34)

mengolah sejumlah mata pelajaran dan menghasilkan pengalaman pendidikan

tertentu.

2. Kurikulum Wajib Siswa SMA

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 37, menegaskan bahwa kurikulum yang wajib ditempuh pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu sebagai

berikut:

a. Pendidikan Agama

b. Pendidikan Kewarganegaraan c. Bahasa

d. Matematika

e. Ilmu Pengetahuan Alam f. Ilmu Pengetahuan Sosial g. Seni dan Budaya

h. Pendidikan Jasmani dan Olahraga i. Keterampilan/Kejuruan; dan

j. Muatan Lokal (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003 : 26).

3. Struktur Kurikulum SMA Kelas XI Program IPS

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa “struktur

kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran”. Struktur kurikulum SMA Kelas XI Program IPS menurut lampiran Peraturan Menteri Pendidikan

(35)

Tabel 1. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI program IPS

Alokasi Waktu Kelas XI Komponen

Smt 1 Smt 2 A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4

5. Matematika 4 4

6. Sejarah 3 3

7. Geografi 3 3

8. Ekonomi 4 4

9. Sosiologi 3 3

10.Seni Budaya 2 2

11.Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 12.Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 13.Keterampilan/Bahasa Asing 2 2

B. Muatan Lokal 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*)

Jumlah 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Mata pelajaran ekonomi termasuk mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh setiap siswa kelas XI program IPS. Mata pelajaran ekonomi

kelas XI program IPS dialokasikan empat jam pertemuan dalam setiap semester.

C. Mata Pelajaran Ekonomi SMA

1. Fungsi Mata Pelajaran Ekonomi

Mata pelajaran ekonomi merupakan bagian dari kurikulum dan harus dipelajari tiap siswa kelas XI program IPS. Menurut Kurikulum 2004 Sekolah

(36)

mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan

teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat” (www.bsnp.co.id).

Melalui mata pelajaran ekonomi tiap-tiap siswa disiapkan untuk mampu berekonomi, mengenal dan memahami peristiwa-peristiwa ekonomi serta dilatih memecahkan persoalan ekonomi yang ada di masyarakat.

Dengan demikian mata pelajaran ekonomi berfungsi menyiapkan tiap-tiap siswa menjadi warga negara yang mampu berekonomi dan mengenal

peristiwa-peristiwa ekonomi serta mampu memecahkan persoalan ekonomi yang dihadapi diri, masyarakat dan negara.

2. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi

Setiap mata pelajaran yang diberikan kepada siswa pada dasarnya bertujuan membekali tiap-tiap siswa berbagai pengetahuan agar dapat digunakan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai persoalan

menyangkut diri, masyarakat dan negara dengan baik dan bijaksana. Tujuan mata pelajaran ekonomi menurut Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Atas

dan Madrasah Aliyah adalah:

a. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu/rumah tangga, masyarakat dan negara.

b. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya. c. Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan

memiliki jiwa wirausaha.

(37)

Tujuan ini harus dikuasi tiap-tiap siswa dan diharapkan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi diri, masyarakat dan negara. Guru mata

pelajaran membantu tiap-tiap siswa dalam mencapai tujuan tersebut melalui latihan-latihan, kegiatan-kegiatan atau melalui latihan pemecahan masalah yang tugaskan guru kepada siswa.

3. Kegiatan Guru dan Siswa

Peranan guru dan siswa di dalam kelas sangat penting dalam

mencapai tujuan dari setiap mata pelajaran termasuk mata pelajaran ekonomi. Guru dan siswa bersama-sama mengolah bahan pelajaran agar fungsi dan tujuan tersebut di atas dapat dicapai dengan baik. Tugas seorang guru dan

siswa dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa.

a. Kegiatan guru dan siswa di dalam kelas

Kegiatan guru di dalam kelas adalah menyampaikan dan menjelaskan bahan materi mata pelajaran serta memberikan tuntunan

kepada tiap siswa dalam mencapai tujuan mata pelajaran tersebut. Tiap-tiap siswa harus dibantu untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu cara di antaranya adalah membantu siswa dengan menjelaskan kembali materi

bahan mata pelajaran kepada tiap-tiap siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan mata pelajaran.

(38)

mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru, mengikuti petunjuk

guru serta menggunakannya dalam berbagai latihan dalam rangka memahami materi bahan mata pelajaran. Latihan-latihan ini akan

membentuk kebiasaan siswa di dalam belajar mata pelajaran ekonomi.

b. Latihan siswa di dalam kelas

Latihan-latihan yang biasa dilakukan tiap siswa di dalam kelas di

antaranya adalah latihan pemecahan masalah atau studi kasus yang ditugaskan oleh guru mata pelajaran dalam bentuk tugas individual atau

kelompok. Dalam melakukan latihan tersebut siswa didampingi oleh guru mata pelajaran. Latihan ini dilakukan siswa untuk memahami materi bahan mata pelajaran.

c. Latihan siswa di luar kelas

Tiap-tiap siswa diharapkan dapat memahami bahan materi mata pelajaran ekonomi dengan baik dan mampu menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Di luar kelas tiap siswa berlatih memahami materi bahan mata pelajaran ekonomi melalui kegiatan latihan, misalnya latihan

berwirausaha, menabung, atau berlatih hidup hemat. Latihan ini juga dilakukan siswa untuk memahami materi bahan mata pelajaran.

4. Sumber Bahan

a. Sumber bahan tertulis

Sumber bahan tertulis yang digunakan tiap siswa dalam

(39)

cetak. Tiap-tiap bahan kemudian dikaji dan dipelajari tiap siswa untuk

memperoleh pemahaman materi bahan mata pelajaran. Kegiatan ini dilakukan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Tiap-tiap siswa

memiliki cara yang berbeda-beda dalam menggunakan sumber bahan tersebut dalam kegiatan belajar yang dilakukan tiap siswa. Cara-cara belajar yang dilakukan siswa berulang kali akan membentuk kebiasaan

belajar dalam diri tiap-tiap siswa.

b. Sumber bahan masyarakat

Sumber bahan masyarakat diperoleh tiap siswa melalui kegiatan observasi yang dilakukan siswa terhadap sejumlah peristiwa dan pengalaman yang terjadi dalam kehidupan siswa sehari-hari. Sumber

bahan masyarakat yaitu dapat berupa barang, manusia, pasar atau pun pelaku pasar. Bahan yang diperoleh kemudian dikaji dan dipelajari oleh siswa sehingga diharapkan dapat membantunya dalam memahami materi

bahan mata pelajaran.

5. Kegiatan Siswa Mempelajari Mata Pelajaran Ekonomi

Kegiatan siswa mempelajari mata pelajaran ekonomi di lakukan siswa di dalam kelas dan di luar kelas. Kegiatan tersebut dilakukan tiap siswa secara mandiri baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan

menggunakan sumber bahan yang diperoleh. Tiap-tiap siswa memiliki cara atau kebiasaan yang berbeda-beda dalam mempelajari mata pelajaran

(40)

membantu siswa dalam memahami bahan mata pelajaran. Ketujuh hal

tersebut menurut Sorenson yaitu sebagai berikut:

a. Read and study with the primary intention of understanding the material.

b. Try to single out the ideas and principles being presented; formulate the main thought and the supporting ideas in each paragraph.

c. Reread any sections of the material that are not understood; look up unfamiliar words in the dictionary, keep a list of new words, and review them occasionally.

d. Study charts, tables, and formulas carefully; generally, they will yield much knowledge to the student who will do this rather than run over them quickly, as is often done.

e. Usually, outline and/or take notes about the material being studied in class to be integrated with what is read out of class.

f. Stop occasionally while studying and try to recall the ideas and principles that have already been presented; this is both test and practice; then, skim over the material again and restudy important points that were not recalled.

g. Study a number of different sources (Sorenson, 1964 : 392 - 394).

6. Kegiatan Bimbingan dan Konseling Belajar

a. Kegiatan bimbingan belajar

Bimbingan belajar merupakan kegiatan pemberian informasi yang dilakukan oleh guru pembimbing kepada tiap siswa mengenai cara berlatih dalam memecahkan masalah-masalah menyangkut kegiatan

(41)

Bimbingan belajar dilaksanakan guru pembimbing bersama siswa

secara klasikal di dalam kelas. Kebiasaan belajar siswa yang belum baik dapat ditingkatkan melalui kegiatan bimbingan belajar secara klasikal di

dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru pembimbing bersama siswa. Dalam kegiatan bimbingan belajar tiap-tiap siswa mendapat informasi dari guru pembimbing mengenai cara berlatih dan memecahkan masalah

seputar kegiatan pendidikan. Burton menyebutkan ada empat hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam membantu siswa menyangkut kebiasaan

belajarnya. Keempat hal tersebut yaitu:

1). Teach in such a way as to utilize and give constant practice in numerous and varied study (learning) activities.

2). Be sensitive to and diagnose cases of inefficient study or actual ignorance of study procedures.

3). Give direct, specific help suited to individual or group needs as revealed by diagnostic methods.

4). Organize a definite course in how-to-study (Burton, 1952 : 356 - 365).

Dengan demikian bimbingan belajar adalah kegiatan guru pembimbing melatih tiap-tiap siswa mengolah informasi dan memahami

masalah-masalah yang dihadapi menyangkut kegiatan pendidikan yang dialaminya.

b. Kegiatan konseling belajar

Proses belajar tiap-tiap siswa di sekolah tidak selamanya berjalan dengan lancar. Ada siswa yang sudah yakin dengan kebiasaan belajarnya.

(42)

dapat meyakini kebiasaan belajarnya dan dengan demikian diharapkan

dapat menguasai materi mata pelajaran dengan baik.

Menurut Krumboltz and Thoresen, konseling merupakan “a

process of helping people with their troubles” (Shertzer and Stone, 1981 : 168). Menurut Mortensen and Schmuller konseling merupakan “a person-to-person process in which one person in helped by another to increase in understanding and ability to meet his problems” (Mortensen and Schmuller, 1976 : 395). Jadi konseling merupakan bantuan yang

diberikan kepada seseorang yang dilakukan antara orang per orang untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

Belkin mendefinisikan konseling belajar sebagai “...the total

process of helping the client decide upon his educational plans, make sound and appropriate choices, and succeed in all his educational endeavors” (Belkin, 1975 : 432). Konseling belajar dimaksudkan untuk membantu klien memutuskan rencana-rencana pendidikan, membuat keputusan dan pilihan-pilihan yang tepat, dan berhasil dalam segala usaha

keras pendidikannya. Siswa yang belum baik kebiasaan belajarnya dapat ditingkatkan melalui kegiatan konseling belajar. Dalam kegiatan ini tiap siswa dilatih menggunakan cara pemecahan masalah mengenai kegiatan

pendidikan yang dialaminya sehingga ia mahir dalam menggunakannya.

c. Siswa dilatih menggunakan cara belajar dengan metode SQ3R

(43)

bahwa “this formula, originally used as a study procedure, guides the student to (a) survey the assigned reading, (b) formulate questions to answer, (c) read to answer the questions, (d) recite the answers, and (e) finally rewiew to check the answers” (Singer and Donlan, 1980 : 375). Hal ini lebih menyerupai suatu langkah atau prosedur yang harus dilakukan secara berurutan atau sistematis. Tiap-tiap siswa menggunakan

metode SQ3R dalam memahami isi bacaan dari buku teks. Langkah-langkah penggunaan metode SQ3R menurut Robinson (1946 : 28 - 31)

yaitu sebagai berikut:

1). Survey (Langkah Orientasi)

Pada langkah ini siswa melihat secara garis besar isi bab atau

point-point penting dari bab guna memperoleh gambaran secara umum mengenai bahan yang akan dipelajari siswa. Kegiatan itu di antaranya siswa mengambil beberapa materi

topik bacaan yang sudah biasa dibaca siswa dari sebuah surat kabar, majalah, bacaan lanjut dari buku teks atau melihat

bagian utama bab dari sebuah artikel. 2). Question (Langkah Bertanya)

Pada langkah ini timbul rasa keingintahuan siswa terhadap apa

yang telah diamati pada langkah pertama di atas dan siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan atasnya yang kemudian

(44)

3). Read (Langkah Membaca)

Pada langkah ini siswa membaca bahan secara menyeluruh untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah

dirumuskan sebelumnya. 4). Recite (Langkah Merumuskan)

Pada langkah ini siswa merumuskan jawaban-jawaban yang

telah diperoleh atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya dalam kata-kata, kalimat dan bahasa sendiri.

5). Review (Langkah Peninjauan Kembali)

Pada langkah ini siswa melihat kembali jawaban-jawaban yang telah ia rumuskan sebelumnya untuk memperoleh

pengertian dan keyakinan yang pasti atas jawaban yang telah dirumuskan tersebut.

Guru pembimbing dapat membantu siswa memahami kebiasaan

belajarnya melalui kegiatan bimbingan belajar dan konseling belajar dengan memberikan informasi kepada siswa mengenai metode SQ3R ini

dan melatihkan kepada siswa bagaimana cara menggunakannya. Dengan demikian diharapkan siswa semakin berkembang dalam kegiatan akademiknya.

d. Siswa dilatih mengkaji bahan dari sumber masyarakat

Siswa berlatih mengkaji masalah dengan menggunakan bahan dari

(45)

pemahaman yang diperoleh dalam kelas dengan keadaan nyata di

lapangan melalui kegiatan observasi yang dilakukannya. Dengan mengkaji bahan dari sumber masyarakat ini tiap-tiap siswa akan

memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai bahan materi mata pelajaran yang dipelajari tiap siswa.

D. Jenis Kelamin dan Tingkat Kebiasaan Belajar

Jenis kelamin merupakan identitas diri sebagai laki-laki atau perempuan

yang diperoleh sejak pembuahan. Namun demikian tiap-tiap orang baru menyadari bahwa ia laki-laki atau perempuan setelah berusia kira-kira dua tahun. Menurut Sears, dkk “pengetahuan bahwa kita adalah pria atau wanita,

penghayatan kita terhadap identitas jenis kelamin, diperoleh pada saat-saat awal kehidupan” (Sears, dkk 1985 : 203). Menurut Sears pada usia dua atau tiga tahun anak-anak sudah menyadari jenis kelaminnya dan dapat mengatakan kepada

orang lain tentang jenis kelamin yang dimilikinya.

Perbedaan jenis kelamin sebagai laki-laki atau perempuan juga nampak

dalam kebiasaan belajar siswa mempelajari suatu bahan pelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Eleanor Maccoby dan Carol Jacklin pada tahun 1974 mengenai kemampuan verbal dan sifat agresif pada diri laki-laki dan perempuan

menyimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin hanya terjadi dalam empat hal, yaitu:

1. Wanita memperoleh nilai lebih tinggi daripada pria dalam kemampuan verbal seperti membaca dan kosa kata.

(46)

3. Pria mendapat nilai lebih tinggi daripada wanita dalam kemampuan visual-spasial.

4. Pria lebih agresif daripada wanita (Sears, dkk 1985 : 212).

Sebagian sumber utama bahan mata pelajaran ekonomi adalah sumber tertulis

berupa buku catatan, buku pelajaran, buku ilmu, buku kamus, majalah atau surat kabar. Keadaan ini menuntut tiap-tiap siswa mempelajari bahan dari sumber bahan tersebut. Siswa diharapkan teratur mempelajari bahan dari sumber-sumber

tertulis dan membentuk kebiasaan, menelaah bahan pelajaran dari sumber ilmiah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kebiasaan belajar para

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. “Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status

gejala saat penelitian dilakukan” (Furchan, 2004 : 447). Gejala yang diteliti adalah tingkat kebiasaan belajar siswa dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas

XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

B. Alat Pengumpul Data

1. Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa

a. Item-item kuesioner

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dengan bentuk tertutup. “Kuesioner bentuk tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai

dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut” (Furchan, 2004 : 260). Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa ini terdiri dari empat bagian, yaitu pendahuluan, identitas diri siswa, petunjuk pengisian

dan item pertanyaan. Item-item pertanyaan dalam Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam pelajaran ekonomi dirinci sebagai

berikut:

(48)

Tabel 2. Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam Pelajaran Ekonomi Para Siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008

No. Aspek Nomor Item Jumlah

Item

1 Membaca 1, 12, 26, 27, 36, 37, 52, 53 8

2 Menghafal 2, 13, 33 3

3 Merumuskan 3, 9, 14, 21, 34, 48, 49, 56,

61, 62 10

4 Mencatat

4, 5, 10, 16, 17, 23, 30, 31, 32, 40, 41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 54, 55, 60

20

5 Mengerjakan tugas 6, 11, 15, 22, 29 5 6 Menggunakan sumber

bahan 7, 8, 18, 20, 24, 28, 35, 68 8

7 Meringkas 19, 25 2

8 Mendengar 38, 39 2

9 Latihan 50, 51, 57, 63, 67 5 10 Observasi 58, 59, 66 3 11 Membuat kesimpulan 64, 65, 69, 70 4

Total jumlah item 70

b. Skoring

Pemberian skor tiap pernyataan sebagai berikut: Selalu = 4; Banyak Kali = 3; Kadang-kadang = 2; Tidak Pernah = 1.

c. Kategori

Ada dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Penggunaaan dua

kategori atas pertimbangan:

1). Segi bimbingan dan konseling

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu proses pengembangan diri siswa di sekolah. Siswa yang memiliki tingkat kebiasaan belajar

tinggi ditingkatkan melalui kegiatan bimbingan belajar yang dilakukan secara klasikal oleh guru pembimbing bersama siswa.

(49)

melalui kegiatan konseling belajar yang dilakukan oleh guru

pembimbing bersama siswa. Hal inilah yang menjadi pertimbangan dalam penggunaan dua kategori yaitu rendah dan tinggi.

2). Segi pendekatan statistik

Menurut Sudjana, “statistik dipakai untuk menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non-bilangan yang disusun dalam tabel dan atau

diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan” (Sudjana, 2002 : 2). Skor-skor yang diperoleh siswa dan disusun

dalam tabel dan dihitung Meannya, maka diperoleh sebuah nilai kelompok. Mean merupakan nilai yang paling stabil. Menurut Hadi:

“Oleh karena kerapkali kita hanya dapat menguji sekelompok kecil anak-anak untuk menaksir kelompok anak-anak yang lebih besar jumlahnya, stabilitas ini merupakan unsur statistik yang sangat penting. Dalam hal semacam ini melaporkan atau mendasarkan diri pada Mean akan lebih tepat” (Hadi, 2004 : 59).

Siswa yang memperoleh skor ≥ Mean termasuk dalam kategori tinggi

dan siswa yang memperoleh skor < Mean termasuk kategori rendah.

2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Sebuah alat ukur harus memenuhi dua syarat utama yaitu valid dan

reliabel.

a. Validitas kuesioner

Kuesioner yang valid ditunjuk oleh validitasnya. Validitas menandakan sejauh mana alat itu dapat mengukur apa yang hendak diukurnya. Menurut Donald Ary, dkk “validitas menunjuk kepada sejauh

(50)

2004 : 293). Item-item kuesioner disusun berdasarkan masalah penelitian,

variabel penelitian, kajian teoritis dan mengenai semua unsur kebiasaan belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi. Hal ini merupakan dasar

validnya kuesioner. Validitas ini disebut validitas isi (content validity). Validitas ditunjuk oleh koefisien validitas.

b. Reliabilitas kuesioner

Kuesioner yang reliabel ditunjuk oleh reliabilitasnya. Menurut Donald Ary, dkk reliabilitas menunjuk kepada “derajat keajegan alat

tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya” (Furchan, 2004 : 310). Derajat keajegan ditunjuk oleh koefisien reliabilitas kuesioner.

Koefisien validitas dan reliabilitas Kuesioner Tingkat Kebiasaan

Belajar Siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Koefisien Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Para Siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008

Koefisien Hasil Penelitian

Reliabilitas 0,97 Validitas 0,98

Koefisien reliabilitas dan validitas diinterpretasikan dengan

mengacu pada pedoman yang dikemukakan oleh Garrett (1967 : 176) berikut ini:

Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Korelasi Alat Ukur

Koefisien Korelasi Klasifikasi

0,70 - ±1,00 Tinggi – sangat tinggi

0,40 - ±0,70 Cukup

0,20 - ±0,40 Rendah

(51)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas

dan validitas Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa adalah sangat tinggi.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Donald Ary, dkk populasi adalah “semua anggota sekelompok

orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara jelas” dan sampel adalah “sebagian dari populasi” (Furchan, 2004 : 193). Populasi dalam penelitian

ini adalah populasi terbatas yaitu seluruh siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 88 siswa (putera = 51 dan puteri = 37).

D. Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SMA BOPKRI 1 Yogyakarta yang diwakili oleh Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat.

b. Meminta surat pengantar penelitian dari Program Studi Bimbingan dan Konseling.

c. Mengurus Surat Pengantar Penelitian di BAPEDA Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

d. Mengurus Surat Ijin Penelitian di Dinas Perizinan Pemerintah Kota

(52)

e. Menyerahkan surat pengantar penelitian dari Program Studi Bimbingan

dan Konseling dan dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta kepada Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum.

f. Melakukan koordinasi dengan Koordinator Bimbingan dan Konseling untuk pengaturan jadwal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Datang ke sekolah sesuai jadwal yang telah ditentukan. b. Masuk ke kelas dan memperkenalkan diri kepada para siswa.

c. Membagikan kuesioner dan menjelaskan tujuan pengisian Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa.

d. Mempersilahkan siswa mengisi Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar

Siswa dan peneliti menunggu di dalam kelas.

e. Mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi siswa.

Pengumpulan data dilakukan pada siswa kelas XI Program IPS SMA

BOPKRI 1 Yogyakarta yang terdiri dari empat kelas dengan rincian sebagai berikut:

a. Rabu, 05 Maret 2008

Pukul 11.15 – 11.45 WIB : Kelas XI IPS3 b. Sabtu, 08 Maret 2008

Pukul 09.30 – 09.55 WIB : Kelas XI IPS2 c. Senin, 17 Maret 2008

(53)

Pukul 10.10 – 10.30 WIB : Kelas XI IPS1

E. Teknik Analisis Data

1. Perhitungan Koefisien Reliabilitas

Perhitungan koefisien reliabilitas dimulai dengan menghitung koefisien korelasi skor item ganjil dan skor item genap dengan rumus

koefisien korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu sebagai berikut:

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X N Y X XY N r xy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = Dimana: xy

r : Koefisien korelasi skor belahan ganjil dan genap

N : Jumlah subjek X : Skor belahan ganjil

Y : Skor belahan genap

XY : Hasil perkalian nilai skor X dengan nilai skor Y

Langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien reliabilitas skor item ganjil dan skor item genap dengan teknik belah dua dari Spearman-Brown dengan rumus sebagai berikut:

xy xy tt

r

r

r

+

=

1

.

2

(Guilford, 1965 : 457)

Dimana:

tt

r : Koefisien reliabilitas Spearman-Brown

xy

(54)

2. Perhitungan Koefisien Validitas

Perhitungan koefisien validitas dihitung dengan menggunakan rumus:

tt

t

r

r

=

(Guilford, 1965 : 443)

Dimana:

t

r : Koefisien validitas

tt

r : Koefisien reliabilitas

3. Mean

Mean merupakan nilai kelompok yang dipandang konstan dan karena itu digunakan untuk menetapkan batas tinggi atau rendah suatu skor. Skor yang < Mean dikategorikan rendah. Skor yang ≥ Mean dikategorikan tinggi.

Rumus yang digunakan dalam menghitung Mean adalah sebagai berikut:

Ν ΣΧ =

Μ (Hadi, 2004 : 40)

Dimana:

: Mean

Μ

: Jumlah total skor X

ΣΧ

Ν : Jumlah siswa

(55)

Siswa yang memperoleh skor ≥ 121 termasuk kategori tinggi dalam

kebiasaan belajar dan siswa yang memperoleh skor < 121 termasuk kategori rendah dalam kebiasaan belajar.

4. Chi-Kuadrat

Chi-Kuadrat digunakan untuk menghitung perpedaan tingkat kebiasaan belajar siswa putera dan siswa puteri dalam pelajaran ekonomi.

Rumus yang digunakan dalam menghitung Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:

(

)

(

a b

)(

c d

)(

a c

)(

b d

)

bc

ad N

+ + + +

= 2

2

χ

Dimana:

2

χ : Chi-Kuadrat

N : Jumlah subjek

a : Jumlah pada kolom 1 baris 1 b : Jumlah pada kolom 2 baris 1 c : Jumlah pada kolom 1 baris 2

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian merupakan jawaban berdasarkan data terhadap tiga masalah penelitian yaitu (1) bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar siswa putera dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta

tahun ajaran 2007/2008? (2) bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar siswa puteri dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? (3) apakah ada perbedaan signifikan antara

tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan puteri kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pelajaran ekonomi tahun ajaran 2007/2008?

Berdasarkan hasil penelitian ini dilakukan pembahasan berkaitan dengan kajian teoritis.

A. Hasil Penelitian

Ada tiga masalah penelitian dan jawaban terhadap masing-masing masalah disajikan berturut-turut berikut ini. Kebiasaan belajar siswa digolongkan menjadi dua tingkat yaitu rendah dan tinggi. Patokan yang digunakan untuk

menentukan skor mana termasuk kategori rendah dan skor mana termasuk kategori tinggi adalah Mean total. Mean total dari skor-skor 88 siswa (putera = 51 dan puteri = 37) adalah 121. Siswa yang memiliki skor ≥ Mean dikategorikan

tinggi dalam tingkat kebiasaan belajar dalam pelajaran ekonomi. Siswa yang memiliki skor < Mean dikategorikan rendah dalam tingkat kebiasaan belajar

dalam pelajaran ekonomi. Penggunaan dua kategori yaitu rendah dan tinggi

(57)

berdasarkan pertimbangan bahwa program bimbingan diperuntukkan bagi siswa

yang berubah maju tanpa kesulitan berarti, sedangkan program konseling diperuntukkan bagi siswa yang terhambat maju karena kesulitan yang berarti. Penggunaan nilai tendensi sentral Mean berdasarkan pertimbangan bahwa nilai

Mean nampak nilai tendensi sentral yang stabil dan dapat digunakan untuk pendekatan dasar dalam menentukan kualitas perubahan yang dialami siswa.

Hasil penelitian dan jawaban terhadap masing-masing masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dalam pelajaran ekonomi para

siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008

Masalah penelitian adalah bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? Hasil penelitian

tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dalam pelajaran ekonomi disajikan dalam tabel berikut di bawah ini:

Tabel 5. Tingkat Kebiasaan Belajar Para Siswa Putera dalam Pelajaran Ekonomi Para Siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008

Tingkat Kebiasaan Belajar Jumlah (%)

Tinggi 31 (60,78%)

Rendah 20 (39,22%)

Jumlah Siswa 51 (100%)

(58)

banyak daripada jumlah siswa yang memiliki tingkat kebiasaan belajar

rendah.

2. Tingkat kebiasaan belajar para siswa puteri dalam pelajaran ekonomi para

siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008

Masalah penelitian adalah bagaimanakah tingkat kebiasaan belajar

para siswa puteri dalam pelajaran ekonomi para siswa kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? Hasil penelitian tingkat kebiasaan belajar para siswa puteri dalam pelajaran ekonomi disajikan

dalam tabel berikut di bawah ini:

Tabel 6. Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Puteri dalam Pelajaran Ekonomi Para Siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008

Tingkat Kebiasaan Belajar Jumlah (%)

Tinggi 16 (43,24%)

Rendah 21 (56,76%)

Jumlah Siswa 37 (100%)

Dari tabel di atas disimpulkan bahwa jumlah siswa puteri yang memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah dalam pelajaran ekonomi lebih banyak daripada jumlah siswa yang memiliki tingkat kebiasaan belajar tinggi.

3. Perbedaan tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan puteri kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pelajaran ekonomi tahun

ajaran 2007/2008

(59)

SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pelajaran ekonomi tahun ajaran

2007/2008?

a. Hipotesis penelitian

Ada perbedaan signifikan antara tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan puteri kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pelajaran ekonomi tahun ajaran 2007/2008.

b. Hipotesis statistik

Jumlah siswa putera berbeda dengan jumlah siswa puteri dalam tingkat kebiasaan belajar dalam pelajaran ekonomi.

c. Hipotesis nol

Jumlah siswa putera tidak berbeda dengan jumlah siswa puteri dalam

tingkat kebiasaan belajar dalam pelajaran ekonomi.

Uji hipotesis dengan mengunakan teknik Chi-Kuadrat. Perhitungan nilai Chi-Kuadrat dengan menggunakan data pada tabel 2 × 2 berikut ini dan

rumus:

(

)

(

a b

)(

c d

)(

a c

)(

b d

)

bc ad N + + + + − = 2 2 χ

Tabel 7. Tingkat Kebiasaan Belajar Para Siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2007/2008

Jenis Kelamin Rendah Tinggi Σ

Laki-laki 20 31 51

Perempuan 21 16 37

Σ 41 47 88

(

)

(

a b

)(

c d

)(

a c

)(

b d

)

bc ad N + + + + − = 2 2 χ

(

)

(60)

(

)

( )( )( )( )

51 37 41 47

651 320

88 2

2 = −

χ 249 . 636 . 3 561 . 109 88

2 = ×

χ 249 . 636 . 3 368 . 641 . 9 2 = χ 65 , 2 2 = χ

Nilai dengan taraf signifikansi 5% dan derajat tabel kebebasan 1

adalah 3,841. Nilai empiris < nilai tabel. Hal ini berarti bahwa

hipotesis nol diterima dan hipotesis penelitian ditolak. Jadi, tidak ada

perbedaan signifikan antara tingkat kebiasaan belajar para siswa putera dan puteri kelas XI program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dalam pelajaran

ekonomi tahun ajaran 2007/2008.

2

χ

2

χ χ2

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian berikut di bawah ini dilakukan dengan berdasarkan pada kajian teoritis. Hasil penelitian dan pembahasan tingkat

kebiasaan belajar para siswa dalam pelajaran ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Putera dan Siswa Puteri

a. Jumlah siswa putera yang memiliki tingkat kebiasaan belajar tinggi dalam

pelajaran ekonomi lebih banyak daripada jumlah siswa yang memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah

(61)

siswa diharapkan dapat mencapai tujuan mata pelajaran ekonomi melalui

kegiatan yang dilakukannya secara teratur dan tetap, sehingga akan membentuk suatu kebiasaan baginya dalam belajar ekonomi.

Mata pelajaran ekonomi wajib ditempuh di kelas XI program IPS,

karena itu siswa yang masih memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah dalam pelajaran ekonomi perlu mendapatkan bantuan untuk

meningkatkan kebiasaan belajar dalam pelajaran ekonomi. Siswa yang sudah memiliki tingkat kebiasaan belajar tinggi dalam pelajaran ekonomi perlu mempertahankan kebiasaan belajar dalam pelajaran ekonomi.

Guru mata pelajaran membantu siswa yang masih memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah dalam pelajaran ekonomi dengan

memberikan petunjuk dan melakukan latihan-latihan dan mendampingi siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran. Guru pembimbing membantu para siswa yang masih memiliki tingkat

kebiasaan belajar rendah dalam pelajaran ekonomi me

Gambar

Tabel 2.  Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam Pelajaran
Tabel 9.  Skor-skor Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa
Tabel 1. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI program IPS
Tabel 2. Kuesioner Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa dalam Pelajaran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Masalah- masalah Penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat kebiasaan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia para siswa jurusan IPS kelas II SMA Pangudi Luhur Sedayu

Hasil penelitian menunjukkan deskripsi kebiasaan belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta sebagai berikut: (1) 5 siswa memiliki kebiasaan belajar sangat baik, (2) 31

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebiasaan belajar para siswa kelas XI SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah: (1) 5 orang siswa (12%)

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa (1) Sebanyak 62,5 % siswa SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2008-2009 mengikuti kegiatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) masalah - masalah paling tinggi yang dirasakan siswa kelas XI SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011, (2)

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui deskripsi pembelajaran menulis cerita pendek pada siswa kelas XI MIA SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, 2) mengetahui kendala yang

Dengan begitu siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020 telah matang secara karier dalam membuat keputusan masa depan yang ditandai dengan kemandirian dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap motivasi siswa kelas XI di SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal serta memberi usulan topik bimbingan