• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT MOTIVASI SISWA DALAM MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta Tahun Ajaran 2020/2021)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT MOTIVASI SISWA DALAM MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta Tahun Ajaran 2020/2021)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT MOTIVASI SISWA DALAM MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta Tahun Ajaran 2020/2021)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Konseling

Disusun oleh:

Nama : Febrina Kurniati (161114070)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

(2)

i

TINGKAT MOTIVASI SISWA DALAM MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta Tahun Ajaran 2020/2021)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Konseling

Disusun oleh:

Nama : Febrina Kurniati (161114070)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

(3)

i

(4)

i

(5)

iv

MOTTO

“Memulai dengan Penuh Keyakinan, Menjalankan dengan Penuh Keikhlasan, Menyelesaikan dengan Penuh Kebahagiaan”

“Dunia tidak butuh lebih banyak orang yang sukses, dunia butuh lebih banyak orang yang baik”

(Edho Zell)

“Jangan pernah mengeluh, itu hanya akan menghabiskan energi mu”

(Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M. Si.)

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini peneliti persembahkan kepada:

Allah SWT.

Keluargaku Heska Handrea Putra dan Arrafeyza Shankara Handrea Orang tuaku Mama Anna Ambar, Papa Sigit, dan Mama Heni

Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M. Si. yang telah sabar membimbing saya selama penulisan skripsi

Seluruh dosen Bimbingan Konseling Teman-teman Angkatan 2016

(7)

vi

(8)

vii

(9)

viii

ABSTRAK

TINGKAT MOTIVASI SISWA KELAS XI DALAM MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL DI SMA BOPKRI DUA YOGYAKARTA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Tahun Ajaran 2020/2021)

FEBRINA KURNIATI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap motivasi siswa kelas XI di SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal serta memberi usulan topik bimbingan yang relevan untuk mengembangkan motivasi setiap siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta Tahun Ajaran 2020/2021 yang berjumlah 110 mahasiswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tingkat motivasi yang disusun berdasarkan 2 aspek yaitu: 1) Minat dan perhatian siswa terhadap bimbingan klasikal 2) Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. Kuesioner tingkat motivasi ini memuat 60 butir item dengan 4 alternatif jawaban, sangat sering, sering, kadang- kadang, dan tidak pernah. Validitas item berjumlah 54 item dan diperoleh hasil reliabilitas nilai koefisien 0,924.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 18 siswa (19%) memiliki motivasi mengikuti bimbingan klasikal masuk pada kategori sangat tinggi, 53 siswa (55%) masuk dalam kategori tinggi, 23 siswa (24%) masuk dalam kategori sedang, 3 siswa (3%) masuk dalam kategori rendah dan tidak ada siswa yang memiliki motivasi mengikuti bimbingan klasikal masuk dalam kategori sangat rendah. Melalui hasil perhitungan skor item, terdapat 46 (85%) item tergolong kategori tinggi dan 8 (5%) item yang tergolong kategori sedang. Item dalam kategori sedang akan dijadikan dasar membuat usulan topik-topik bimbingan sebagai upaya meningkatkan motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta Tahun Ajaran 2020/2021.

Kata kunci: motivasi, bimbingan klasikal, topik bimbingan.

(10)

ix

ABSTRACT

THE LEVEL OF MOTIVATION OF CLASS XI STUDENTS IN FOLLOWING CLASSICAL GUIDANCE AT SMA BOPKRI DUA YOGYAKARTA

(Descriptive Study of Class XI Students of BOPKRI High School Two Academic Year 2020/2021)

FEBRINA KURNIATI SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2021

This study aims to reveal the motivation of class XI students at SMA BOPKRI Dua Yogyakarta in following classical guidance and provide suggestions for relevant guidance topics to develop motivation for each student.

This type of research is a quantitative descriptive study with the research subjects being students of class XI SMA BOPKRI Dua YogyakartaAcademic Year 2020/2021totaling 110 students. The instrument used in this study was a motivation level questionnaire which was arranged based on 2 aspects, namely: 1) Student interest and attention to classical guidance 2) The reaction shown by students to the stimulus provided by the teacher. This motivation level questionnaire contains 60 items with 4 alternative answers, very often, often, occasionally, and never. The validity of the items amounted to 54 items and the reliability results of the coefficient values were obtained0.924.

The results of this study indicate that 18 students (19%) have the motivation to follow classical guidance in the very high category, 53 students (55%) are in the high category, 23 students (24%) are in the medium category, 3 students (3%) fall into the low category and no student who has the motivation to follow classical guidance is in the very low category. Through the calculation of item scores, there are 46 (85%) items belonging to the high category and 8 (5%) items belonging to the moderate category. Items in the medium category will be used as the basis for making suggestions for guidance topics as an effort to increase the motivation of class XI students of SMA BOPKRI Dua Yogyakarta for the 2020/2021 academic year.

Keywords: motivation, classical guidance, guidance topics.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya sehingga peneliti mampu menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Tingkat Motivasi Siswa XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021. Karya ilmiah ini dibuat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kiranya karya ilmiah ini dapat menjadi pendorong dan semangat kepada pembaca untuk semakin dapat mengembangkan pendidikan karakter yang unggul, cerdas, dan humanis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi yang telah diselesaikan ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis. Oleh karena itu, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M. Si. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberi masukan dan bimbingan selama proses penulisan skripsi ini.

(12)

xi

4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuannya.

5. Bapak Stefanus Priyatmoko yang senantiasa membantu dalam menyelesaikan segala administrasi selama peneliti menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

6. Heska Handrea Putra dan Arrafaeyza Shankara Handrea yang selalu memberikan semangat dan doa.

7. Mama Anna Ambar yang selalu memberikan semangat dan doa, serta menjadi sumber kekuatan untuk menempuh perkuliahan dan menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Papa Sigit dan Mama Heni yang selalu memberikan semangat dan doa.

9. Pihak SMA BOPKRI Dua Yogyakarta yang telah menerima dan membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

10. Teman-teman bimbingan Bu Retno yang juga telah membantu dalam penulisan tugas akhiri ini dengan saling berdiskusi dan memberikan semangat satu sama lain.

11. Teman-teman angkatan 2016 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih banyak telah memberikan semangat dan dorongan bagi penulisan tugas akhir saya ini.

(13)

xii

Semoga tugas akhir ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian yang diberikan peneliti mengucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 23 Februari 2021

Peneliti,

Febrina Kurniati

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….…. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….… ii

HALAMAN PENGESAHAN …...………...……... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..……… vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………….……… vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Hakekat Motivasi ... 8

1. Pengertian Motivasi ... 8

2. Motivasi Belajar ... 10

(15)

xiv

3. Fungsi Motivasi Belajar ... 12

4. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 13

5. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 13

6. Karakteristik Siswa yang Memiliki Motivasi ... 15

7. Bentuk dan Cara Menggerakan Motivasi Siswa ... 17

8. Aspek-aspek Motivasi Belajar ... 21

B. Hakekat Bimbingan Klasikal ... 23

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 23

2. Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 24

3. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 25

4. Fungsi Bimbingan Klasikal... 26

C. Hakekat Remaja ... 26

1. Pengertian Remaja ... 26

2. Karakteristik Remaja ... 28

3. Tugas Perkembangan Remaja ... 30

D. Kajian yang Relevan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Validitas ... 37

H. Reliabilitas Instrumen ... 40

I. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

(16)

xv

1. Capaian Hasil Tingkat Motivasi Siswa kelas XI di SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021

... 47

2. Penggolongan Skor Item Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 49

B. Pembahasan ... 52

1. Deskripsi Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 52

2. Capaian Skor Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 56

3. Usulan Topik-topik untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021... 58

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Keterbatasan Peneliti ... 62

C. Saran-saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Norma Skoring Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 36 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 37 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 39 Tabel 3.4 Reliabilitas Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 41 Tabel 3.5 Kriteria Guilford ... 41 Tabel 3.6 Norma Kategorisasi... 43 Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 44 Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 45 Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Motivasi Siswa kelas XI di SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 47 Tabel 4.2 Distribusi Perolehan Skor Item Tingkat Motivasi Siswa kelas XI di SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 50 Tabel 4.3 Skor Item Kategori Sedang ... 57 Tabel 4.4 Usulan Topik-topik untuk Meningkatkan Motivasi Siswa kelas XI di SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 59

(18)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Kategorisasi Tingkat Motivasi Siswa kelas XI di SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 48 Grafik 4. 2 Distribusi Perolehan Skor Item Tingkat Motivasi Siswa kelas XI di

SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021 ... 51

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 67

Lampiran 2 Kuesioner Motivasi Siswa Dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal... 67

Lampiran 3 Kuesioner Item Valid... 75

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas ... 82

Lampiran 5 Tabulasi Data Kuesioner ... 90

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan ilmiah.

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat begitu maju sehingga memunculkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu di antaranya bidang pendidikan.

Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri.

Selain itu pula pendidikan sangat penting dalam pembangunan maka tidak salah jika pemerintah senantiasa mengusahakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik dari tingkat yang paling rendah maupun sampai ketingkat perguruan tinggi. Pendidikan merupakan salah satu alat yang digunakan dalam memajukan kualitas kehidupan suatu bangsa. Untuk itu perlu adanya pendidikan yang berkualitas dengan tujuan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat

(21)

2

mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.

Bimbingan klasikal salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling (BK). Bimbingan klasikal merupakan program yang dirancang, menuntut guru bimbingan klasikal untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Guru BK memberikan bimbingan klasikal secara terjadwal kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan klasikal ini bisa berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat), permainan, dinamika kelompok.

Seharusnya siswa menjadikan bimbingan klasikal sebagai wadah untuk mengembangkan diri. Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk menambah wawasan. Dalam hal ini motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta tahun ajaran 2020/2021 dalam proses bimbingan dapat dilihat dari segi aktifitas siswa di kelas. Semakin baik aktifitas siswa di kelas dalam proses bimbingan, maka dapat dikatakan siswa mempunyai motivasi yang tinggi dalam mengikuti bimbingan klasikal. Siswa dapat menjalankan kewajibannya belajar dengan sungguh-sungguh, selama di sekolah terutama pada jam bimbingan klasikal siswa harus memperhatikan guru jika menerangkan, tidak membolos, tidak bermain HP pada jam pelajaran, tidak tidur di kelas atau mengobrol dengan teman sebangku. Juga kewajiban untuk mengerjakan tugas yang diberikan dengan sungguh-sungguh dan mengumpulkan tugas tepat waktu.

(22)

3

Namun, pada realitanya pemandangan siswa yang tidak memiliki motivasi dalam mengikuti bimbingan klasikal sudah menjadi hal yang biasa dilihat terutama bagi kelas XI di hampir semua sekolah. Karena siswa kelas XI menganggap bimbingan klasikal tidak penting. Dapat dilihat pada jam bimbingan klasikal kebanyakan siswa yang pergi ke toilet berlama-lama, pergi ke kantin dan menjadikan alasan sakit untuk tidak mengikuti pembelajaran. Atau jika siswa masih bertahan di dalam kelas ia hanya bermain hp dan tidur. Atau dapat dikatakan siswa di dalam kelas bisa hadir jiwanya namun tidak dengan psikologisnya, seringkali siswa tidak fokus dalam pembelajaran meski dia ada di dalam kelas karena pikirannya ada di tempat lain.

Dari pengalaman yang saya bersekolah jika siswa diberi pilihan untuk mengikuti bimbingan klasikal yang akan memberikan pencerahan untuk mereka atau dengan meninggalkan untuk istirahat mereka akan memilih untuk meninggalkan kelas untuk beristirahat. Hal yang dilakukan siswa pada jam bimbingan klasikal menunjukan kurangnya motivasi dalam mengikuti bimbingan klasikal seperti: ijin ke toilet namun malah pergi ke kantin, bermain hp sepanjang bimbingan klasikal, tidur di kelas atau mengobrol dengan teman sebangku yang tidak berhubungan dengan bimbingan klasikal.

Hanya sebagian siswa yang akan mendengarkan dengan seksama apa yang diberikan dalam bimbingan klasikal.

(23)

4

Dan dari beberapa kali pengamatan peneliti pada jam bimbingan klasikal di sekolah siswa menunjukan kurangnya motivasi dalam mengikuti bimbingan klasikal. Ini terlihat dari banyaknya siswa yang ijin ke toilet namun malah pergi ke kantin, bermain hp sepanjang bimbingan klasikal, tidur di kelas atau mengobrol dengan teman sebangku yang tidak berhubungan dengan bimbingan klasikal. Hanya sebagian siswa yang akan mendengarkan dengan seksama apa yang diberikan dalam bimbingan klasikal.

Dari latar belakang ini saya ingin melakukan penelitian tentang motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Banyak siswa yang pamitnya pergi ke toilet namun malah pergi ke kantin hingga jam bimbingan klasikal usai.

2. Banyak siswa yang tidur di kelas saat bimbingan klasikal.

3. Banyak siswa yang bermain HP saat bimbingan klasikal.

4. Banyak siswa yang mengobrol saat bimbingan klasikal.

5. Banyak siswa yang merasa bimbingan klasikal tidak bermanfaat.

6. Jam pembelajaran bimbingan klasikal yang kurang tepat.

C. Batasan Masalah

(24)

5

Agar permasalahan tidak terlalu luas, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti dengan tujuan agar hasil penelitian lebih terarah. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan yang ada, maka permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

1. Seberapa tinggi tingkat motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021?

2. Butir pengukuran motivasi mana yang capaian skornya rendah?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan diatas maka secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui tingkat motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021.

2. Untuk mengetahui butir motivasi mana yang capaian skornya rendah.

(25)

6 F. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini, dipandang sangat potensial untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dalam bidang bimbingan dan konseling mengenai motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021.

2. Manfaat praktis a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah sebagai informasi dan masukan mengenai motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021.

b. Bagi Guru BK

Dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas implimentasi bimbingan klasikal di sekolah.

G. Batasan Istilah

1. Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut menjadi

(26)

7

tergerak hatinya untuk bertindak melalukakan sesuatu sehingga hasil dan tujuannya tercapai.

2. Bimbingan Klasikal merupakan layanan dasar bimbingan untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan hidupnya yang mengacu kepada tugas perkembangan peserta didik, layanan ini ditujukan untuk seluruh peserta didik.

3. Remaja adalah masa antara kanak-kanak dan dewasa. Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya.

(27)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai hakekat motivasi, hakekat bimbingan klasikal, hakekat remaja, kajian yang relevan, dan kerangka pikir.

A. Hakekat Motivasi 1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno, 2007, h. 3).

Menurut Purwanto (2007, hal 71), “motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melalukakan sesuatu sehingga hasil dan tujuannya tercapai.”

Menurut Djiwandono (2006, hal 329), “Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu motivatum. Kata motivatum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak.”

(28)

9

Sementara itu, Aunurrahman (2014, h. 114) mengatakan hal berikut,

“Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat.

Motivasi sebagai suatu kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.”

Mc. Donal dalam Hamalik (2017, h. 158) mengatakan bahwa

“Motivation ia an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.”

Terdapat tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut:

a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.

Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan- perubahan tertentu di dalam system neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam system perencanaan maka timbulnya motivasi lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.

b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective around. Mula- mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif.

Perubahan ini mungkin bias dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat

(29)

10

melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar.

c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, karena adanya tujuan. Semua ini didorong karena adanya tujuan. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi tersebut tumbuh dalam diri seseorang.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi pada dasarnya adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dorongan ini dipengaruhi oleh suatu emosi, sehingga akhirnya bisa memicu motivasi dalam dirinya sehingga mampu memunculkan suatu bentuk tindakan berupa aktivitas fisik, aksi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2. Motivasi Belajar

(30)

11

Sardiman (1986) menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi merupakan faktor psikis yang bersifat non- intelektual. Perananannya adalah dapat menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat, maka peran guru penting untuk membangkitkan semangat dan mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi. Winkel (2004) mengungkapkan bahwa salah satu hal penting untuk mendukung kesuksesan belajar anak didik adalah adanya motivasi yang dimilikinya.

Widodo (2005) menjelaskan bahwa motivasi membutuhkan kondisi- kondisi baik internal maupun eksternal yang dapat mendukungnya.

Kegelisahan, ketakutan dan emosi-emosi negatif lain akan menurunkan motivasi belajar. Selain itu secara ekstrinsik, kondisi lingkungan yang buruk (suhu yang terlalu panas atau dingin, suara yang terlalu keras atau tidak beraturan, dan sebagainya) juga merupakan faktor enyebab turunnya motivasi. Oleh karenanya, dibutuhkan kondisi-kondisi positif baik internal maupun eksternal utnuk membangkitkan adanya motivasi belajar

(31)

12

sehingga pada akhirnya mendorong keberhasilan proses belajar. Kondisi positif ini dapat berupa kenyamanan diri (internal) yang banyak didukung oleh adanya faktor dari luar misalnya cuaca yang sejuk, cahaya yang cukup, dan suara-suara yang harmonis.

Peneliti menggunakan motivasi pembelajaran karena terdapat kesamaan dalam konteks di dalam kelas dengan menunjukkan peran guru, lingkungan, media, dapat menimbulkan efek untuk memotivasi para siswa dalam berkegiatan di kelas. Karena pada prinsipnya bimbingan klasikal sendiri berada dalam situasi kelas yang hampir mirip dengan pembelajaran di kelas.

Bimbingan klasikal merupakan kegiatan yang berada pada situasi kelas. Guru BK harus mampu menciptakan kondisi lingkungan kelas yang mendukung timbulnya semangat bagi para siswa supaya mereka memiliki motivasi saat berada di kelas. Guru BK di kelas diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta tahun ajaran 2020/2021. Siswa terdorong untuk terlibat dalam kegiatan, menggerakkan siswa untuk berpartisipasi di kelas,

3. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Hamalik (2005, h. 161) fungsi motivasi meliputi berikut:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

(32)

13

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

4. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Menurut Hamalik (2005, h. 162) motivasi terbagi menjadi dua jenis:

a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah tidak diperlukan karena hadiah tersebut tidak mempengaruhi siswa belajar. Motivasi instriksi mengacu pada factor- faktor dari dalam.

b. Motivasi ekstrinsik motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka, hadiah, persaingan, lingkungan keluarga, dan lain-lain.motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan disekolah, sebab tidak semua yang diajarkan di sekolah tidak semua menarik minat siswa atau sesuai kebutuhan siswa.

5. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Kenneth H. Hover dalam Hamalik (2001, h. 163-166) mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut:

a. Pujian lebih efektif daripada hukuman.

(33)

14

b. Semua siswa menpunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.

c. Motivasi yang berasal dari dalam individu akan lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar.

d. Terhadap perbuatan yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan.

e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.

f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi.

g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas- tugas itu dipaksakan oleh guru.

h. Pujian-pujian yang datang dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.

i. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif memelihara minat murid.

j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis.

k. Kegiatan-kegiatan yang akan merangsang minat murid-murid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai.

l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.

(34)

15

m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik.

n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada makna frustasi secara cepat menuju ke demoralisasi.

o. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan.

p. Tekanan kelompok murid kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa.

q. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.

6. Karakteristik Siswa yang Memiliki Motivasi

Menurut Sardiman (2007, h. 83) motivasi yang ada pada setia diri orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun dalam menghadapi tugas

Individu yang tekun akan mampu bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai.

b. Ulet menghadapi kesulitan

Individu yang ulet memiliki sifat tidak lekas putus asa, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaikmungkin dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.

c. Mempunyai minat terhadap macam-macam masalah

(35)

16

Seseorang yang memiliki minat berbagai macam masalah berarti mempunyai keinginan yang besar untuk menyelesaikan masalah tersebut.

d. Perasaan senang saat bekerja

Individu yang senang saat bekerja akan memiliki inisiatif dalam melakukan sesuatu, mampu mengambil keputusan dan mengatasi masalah sendiri tanpa bantuan orang lain.

e. Bosan pada tugas yang sifatnya ruti

Individu yang mudah bosan pada tugas yang sifatnya rutin tidak menyukai pekerjaan yang sifatnya berulang-ulang atau rutin, tetapi lebih menyukai pekerjaan yang sifatnya inovasi atau mengalami perubahan dengan mencari kreatifitas.

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

Jika individu sudah merasa yakin terhadap suatu hal dengan menggunakan pikiran secara rasional dan dapat diterima serta masuk akal, maka individu tersebut pasti akan berusaha untuk mempertahankan pendapatnya dalam setiap situasi.

g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

Sesuatu yang menjadi keyakinan hidup dalam diri individu, apapun bentuk keyakinan itu tidak dengan mudah dilepaskan, karena segala sesuatunya telah menjadi pedoman hidup bagi individu tersebut.

(36)

17

h. Senang mencari dan memecahkan masalah belajar

Individu suka mencari tantangan atau segala sesuatunya yang membuat dirinya tertantang dan suka menyelesaikan masalah terhadap berbagai jenis permasalahan dengan pikiran yang kritis.

7. Bentuk dan Cara Menggerakan Motivasi Siswa

Menurut Hamalik (2001, h. 166-168) guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakan atau membangkitkan siswa, dengan cara sebagai berikut:

a. Memberi angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angkanya baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik. Dengan pemberian angka-angka yang baik untuk siswa, bisa menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk siswa yang bersangkutan.

b. Hadiah

Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang mendapat atau menunjukan hasil belajar yang baik. Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu demikian, karena hadiah untuk suatu

(37)

18

pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut, sehingga hadiah tidak selalu bisa menimbulkan motivasi.

c. Saingan/ kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antar kelompok belajar.

d. Kerja kelompok

Dalam kerja kelompok dimana melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam belajar.

e. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika mengalami kemajuan/ peningkatan, akan mendorong siswa untuk terus belajar dan lebih giat lagi. Semakin mengetahui bahwa hasil belajar selalu mengalami kemajuan, maka aka nada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya selalu meningkat.

f. Pujian

(38)

19

Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar, dengan pemberian pujian akan menimbulkan rasa senang dan puas.

g. Karyawisata dan ekskursi

Cara ini dapat membangkitkan motivasi karena siswa dalam kegiatan ini akan mendapatkan pengalaman langsung dan bermakna baginya.

h. Film pendidikan

Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Para siswa mendapatkan pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.

i. Belajar melalui radio

Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar siswa. Kendati demikian, posisi guru tidak dapat digantikan dalam mengajar.

Selanjutnya, menurut De Decce dan Grawford dalam Wahab ada empat upaya guru sebagai pengajar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu:

a. Menggairahkan siswa

(39)

20

Dalam kegiatan rutin kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebiasaan tertentu dengan pengawasan.untuk meningkatkan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai di posisi awal setiap anak didiknya.

b. Memberikan harapan realistis

Guru harus memelihara harapan anak didik yag realistis dan memodifikasi harapan yang kurang raelistis atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan anak didik di masa lalu.

c. Memberikan insentif

Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik di dorong untuk melakukan usaha lebih lanjut.

d. Mengarahkan perilaku siswa

Guru di tuntut untuk memberikan respons terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Cara mengarahkan perilaku anak didik dengan memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut.

(40)

21 8. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa dapat dilihat melalui sikap yang ditunjukkan siswa pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Aspek belajar ini akan dijadikan aspek dalam pembuatan instrument. Menurut Sudjana (1994, h. 61) motivasi belajar siswa dapat dilihat dalam hal:

a. Minat dan perhatian siswa terhadap belajar siswa

Menurut Slameto (1995:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diminati seserorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1986:47) minat merupakan gejala kejiwaan yang berhubungan dengan sifat subjek terhadap objek. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa suka yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek sehingga rasa suka tersebut menimbulkan suatu aktivitas yang positif tanpa ada yang menyuruh.

Kegiatan belajar mengajar akan semakin efektif jika siswa mempunyai minat dan perhatian terhadap bimbingan klasikal tersebut.

Siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran akan terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Djamarah dan Zain (2006) menyatakan bahwa dalam kegiatan bimbingan klasikal di kelas ada siswa yang sering minta ijin keluar dengan alasan yang dibuat-buat.

Padahal siswa sebenarnya malas menerima pelajaran yang diberikan.

(41)

22

Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki minat dan perhatian yang rendah terhadap pelajaran. Siswa cenderung malas dan bosan untuk mengikuti atau menerima pelajaran yang diberikan guru sehingga mereka mencari-cari alasan untuk tidak terlibat aktif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

b. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru Proses interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena guru memberikan stimulus pada siswa dan siswa memberikan reaksi terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Menurut Rohani dan Ahmadi (1995:11) salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi adalah memberikan stimulus baru, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik. Sudjana (1992:61) berpendapat bahwa interaksi antara guru dengan siswa dapat dilihat dalam tanya jawab yang dilakukan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Dalam reaksi ini juga temasuk rasa senang dan tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:28) rasa senang siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru dapat diwujudkan melalui partisipasi dalam mengerjakan tugas tersebut. Apabila guru membentuk siswa dalam suatu kelompok belajar siswa langsung bergabung dalam kelompok belajarnya dan bersama-sama mengerjakan tugas dari guru.

(42)

23

Dalam kelompok belajar tersebut siswa tidak menggantungkan diri pada orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah (2000:162) yang menyatakan bahwa semua anggota kelompok seharusnya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi memberikan sumbangan pemikirannya.

Peneliti menggunakan aspek motivasi belajar karena bimbingan klasikal menuntut kontak langsung dengan para siswa di kelas secara terjadwal, dan guru BK memberikan pelayanan bimbingan ini kepada siswa dengan memberikan materi sesuai kebutuhan siswa bersadarkan asesmen yang telah dilakukan.

B. Hakekat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Menurut Nurihsan (2013:34) bimbingan klasikal merupakan layanan dasar bimbingan untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan hidupnya yang mengacu kepada tugas perkembangan peserta didik, layanan ini ditujukan untuk seluruh peserta didik. Bimbingan klasikal menurut Dirjen PTK Depdiknas (2007) mengemukan bahwa layanan bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik dikelas secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan ini kepada peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau curah

(43)

24

pendapat. Menurut Santoso (2011:139) bimbingan kelas (klasikal) adalah program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas, permainan, atau brain storming (curah pendapat).

2. Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

Menutur Erford (2009:115-117) layanan bimbingan klasikal merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan klasikal berbeda dengan mengajar. Layanan ini juga memiliki beberapa ketentuan dalam pelaksannanya. Adapun perbedaannya antara mengajar dan membimbing:

a. Layanan bimbingan klasikal kegiatan menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh terhadap tercapainya perkembangan yang optimal seluruh aspek perkembangan dan tercapainya kemandirian siswa atau konseli.

b. Materi bimbingan klasikal berkaitan erat dengan domain bimbingan dan konseling yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir, serta aspek-aspek perkembangan peserta didik.

Namun pada dasarnya bimbingan klasikal dengan mengajar memiliki banyak persamaan bimbingan klasikal seperti: terdapat kesamaan dalam konteks di dalam kelas dengan menunjukkan peran guru, lingkungan,

(44)

25

media, dapat menimbulkan efek untuk memotivasi para siswa dalam berkegiatan di kelas. Karena pada prinsipnya bimbingan klasikal sendiri berada dalam situasi kelas yang hampir mirip dengan pembelajaran di kelas dan menuntut kontak langsung dengan para siswa di kelas secara terjadwal.

3. Tujuan Bimbingan Klasikal

Ahmad Juntika Nurihsan (2006:8), berpendapat bahwa tujuan bimbingan memberikan arah agar individu dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa yang akan datang; mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan seoptimal mungkin; menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya; dan mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja.

Menentukan perilaku sebagai bukti hasil bimbingan klasikal dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengenal dan memahami potensi, kekuatan, serta tugas-tugasnya;

mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya;

mengenal dan menentukan tujuan, rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan tersebut; memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri; menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, lembaga tempat bekerja dan masyarakat; menyesuaikan diri dengan

(45)

26

keadaan dan tuntutan lingkungan; serta mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat, teratur, dan optimal.

Menurut Winkel dan Hastuti (2010:136) tujuan dari bimbingan klasikal adalah membantu individu agar mampu menyesuaikan diri, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri,mampu beradaptasi dalam kelompok, mampu menerima support atau memberikan support pada orang lain.

4. Fungsi Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel dan Hastuti (2010:136) “fungsi bimbingan klasikal lebih bersifat prefentive dan berorientasi pada pengembangan pribadi siswa yang meliputi bidang pelajaran, bidang sosial, dan bidang karir”.

Ahmad Juntika Nurihsan (2006:8) berpendapat bahwa “fungsi preventif atau pencegahan adalah fungsi bimbingan untuk menghindarkan diri dari terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan atau membahayakan diri dari orang lain”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi layanan bimbingan klasikal yaitu sebagai tindakan preventif atau untuk menghindarkan siswa dari tingkah laku yang menyimpang dan berorientasi pada pengembangan diri meliputi bidang pelajaran, bidang sosial dan bidang karir.

C. Hakekat Remaja 1. Pengertian Remaja

(46)

27

Istilah remaja berasal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Desmita, 2017:189). Menurut Santrock (2007:20), masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Papalia dan Olds (2008) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa sedangkan Ana Freud (Hurlock, 2004) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka. Masa remaja terbagi menjadi 3:

a. Remaja awal (12-15 tahun)

Masa remaja awal kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertas terbesar terjadi pada masa ini (Santrock, 2007: 21). Menurut Yusuf (2010:26), masa remaja awal biasanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Masa ini sering disebut masa negatif.

Secara garis besar sifat-sifat negatif tersebut dapat diringkas yaitu negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental, negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat.

(47)

28 b. Remaja madya (15-18 tahun)

Menurut Yusuf (2010:26), pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya.

c. Remaja akhir (19-22 tahun)

Menurut Yusuf (2010:27), setelah remaja dapat menetukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah mencapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.

Dalam penelitian ini berkaitan dengan perkembangan remaja madya karena mayoritas siswa kelas XI SMA berusia berkisar 16-17 tahun.

2. Karakteristik Remaja

Ada beberapa ciri atau karakteristik pada masa remaja, diantaranya:

a. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi

Granville Stanley Hall menyebut masa ini sebagai perasaan yang sangat peka. Remaja mengalami banyak sekali tantangan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Ada kalanya merasa bahagia, akan tetapi tiba-tiba menjadi sedih, ada kalanya sangat bergairah, akan tetapi tiba-tiba bisa berubah menjadi lesu, ada kalanya merasa sangat percaya diri berubah menjadi ragu-ragu.

(48)

29 b. Masa yang kritis

Remaja akan dihadapkan dengan berbagai persoalan, apakah ia akan menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak.

c. Kegelisahan

Pada umumnya, remaja mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Di satu pihak, mereka ingin mencari pengalaman karena diperlukan untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Di pihak lain, mereka merasa dirinya belum mampu melakukan berbagai hal. Akhirnya mereka hanya dikuasai oleh perasaan gelisa karena keinginan-keinginannya tidak tercapai.

d. Pertentangan

Pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri remaja akan menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Pada umumnya pertentangan ini muncul karena adanya perbedaan pendapat antara remaja dengan lingkungannya yaitu orang tua. Pertentangan inilah yang menimbulkan keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua.

e. Berkeinginginan besar untuk mencoba

Remaja ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang. Keingingan mencoba ini akan

(49)

30

menjadi suatu perilaku yang mengimpang jika tidak sesuai dengan norma dan aturan yang ada.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Ada beberapa tugas perkembanhan remaja yang dikemukakan oleh Havighurst (Gunarsa, 1986), diantaranya :

a. Menerima keadaan fisiknya dan menerima perananannya sebagai pria dan wanita.

b. Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama jenis maupun berlawanan jenis kelamin.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang-orang dewasa.

d. Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomi.

e. Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan.

f. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan kosep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara yang terpuji.

g. Menginginkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab.

h. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.

i. Menyusun nilai-nilai yang sesuai dengan gambaran dunia.

D. Kajian yang Relevan

(50)

31

Penelitian dengan topik motivasi belajar sebelumnya pernah diteliti oleh Putri (2014) dengan judul deskripsi motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blado Batang tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap bimbingan belajar. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 dengan menggunakan subyek siswa SMP kelas VIII yang berjumlah 95 siswa yang terbagi menjadi 4 kelas. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah kuisioner. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah 13% atau sebanyak 12 siswa miliki motivasi tinggi, 56% atau sebanyak 53 siswa memiliki motivasi cukup tinggi, dan 31% atau sebanyak 30 siswa memiliki motivasi rendah.

Penelitian dengan topik motivasi belajar sebelumnya juga pernah diteliti oleh Widiarti (2013) dengan judul pengaruh motivasi belajar dan kesiapan belajar siswa terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X ilmu-ilmu sosial di SMA Negeri 2 Banguntapan, Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto dan merupakan penelitian asosiatif kausal dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X ilmu-ilmu sosial tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 97 orang. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Terdapat pengaruh positif motivasi belajar terhadap hasil belajar ekonomi. 2) Terdapat pengaruh positif kesiapan belajar siswa terhadap hasil belajar ekonomi. 3) Terdapat pengaruh positif motivasi belajar dan kesiapan belajar siswa secara bersama-sama terhadap hasil belajar ekonomi.

(51)

32

Penelitian dengan topik motivasi belajar sebelumnya juga pernah diteliti oleh Husna (2018) dengan judul hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar mata pelajaran akidah akhlak siswa kelas xi madrasah aliyah ma‟arif 1 punggur tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan sifat penelitiannya adalah bersifat korelasi atau hubungan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 89 siswa.

Anggota sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik proporsional random sampling. Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 16 siswa atau 44,45% siswa menjawab bahwa motivasi belajarnya cukup, dan terdapat 20 siswa dari 36 siswa yang hasil belajarnya tergolong baik. Hal ini menunjukkan bahwa “Ada hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar mata pelajaran Akidah Akhlak kelas XI Madrasah Aliyah Ma‟arif 1 Punggur Tahun Pelajaran 2018/2019”.

(52)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai jenis atau desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek atau populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas, dan reliabilitas instrumen serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kuantitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Sugiyono (2015) menyatakan bahwa penelitian menggunakan kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan data berupa angka-angka dan analisis hasilnya menggunakan statistik.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta tahun ajaran 2020/2021 dalam mengikuti bimbingan klasikal. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan skor-skor untuk mengetahui tinggi rendahnya dari hasil kuesioner dan pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(53)

34

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019 hingga Desember 2020 yang bertempat di SMA BOPKRI Dua Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan populasi karena semua anggota populasi dijadikan sebagai subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 110 orang.

Tetapi dalam pengisian kuesioner hanya terdapat 97 siswa yang di jadikan sebagai subjek dengan jumlah laki-laki 51 orang dan perempuan 46 orang, 13 siswa lainnya tidak termasuk dalam subjek karena tidak mengisi kuesioner yang disebar.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini hanya satu yaitu motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah koesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

(54)

35

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, (Sugiyono, 2015: 199).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memuat pernyataan- pernyataan yang mengungkapkan tingkat motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021. Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup karena alternatif- alternatif jawaban sudah disediakan sehingga siswa tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan dirinya. Kuesioner ini disebar melalui sistem online (Google Forms).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2015). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket) motivasi. Pembuatan kuesioner ini berdasarkan aspek-apek motivasi yaitu: 1) minat dan perhatian terhadap bimbingan klasikal 2) reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. Dan dalam kuesioner penelitian mengenai motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta tahun ajaran 2020/2021 ini peneliti terbagi menjadi dari dua macam pernyataan, yaitu favourable (positif) dan unfavourable (negatif).

Kuesioner pada penelitian ini terdiri atas 60 item pernyataan, yaitu: 32 item favourable dan 28 item unfavourable.

(55)

36

Penentuan skor pada kuesioner menggunakan skala Likert. Skala Likert untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2015: 134). Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom alternatif jawaban yang telah disediakan. Alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang-kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP). Pemberian skor untuk setiap alternatif jawaban untuk masing-masing item pernyataan adalah seperti yang disajikan dalam tabel.

Tabel 3. 1

Norma Skoring Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran 2020/2021

Alternatif Jawaban Skoring Positif

Skoring Negatif

Sangat sering (SS) 4 1

Sering ( S ) 3 2

Kadang-kadang (KK) 2 3

Tidak pernah (TP) 1 4

Skoring dilakukan dengan mejumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka akan semakin rendah tingkat motivasi

(56)

37

siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021.

Kisi-kisi kuesioner tingkat motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021 sebelum pengumpulan data dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3. 2

Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran

2020/2021

NO ASPEK INDIKATOR NO ITEM

Favorable Unfavorable

1

Minat dan perhatian siswa dalam

bimbingan klasikal

➢ Ketepatan dalam mengikuti bimbingan klasikal

➢ Memahami dengan seksama bimbingan klasikal.

➢ Kefokusan dalam mengikuti bimbingan klasikal

1,2,39,47,55, 56,59,60 7,8,9,23,26,30, 41

20,27,45

48

28,40,46

3,4,5,6,11,16,1 8,22,34,37, 53

2

Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru

➢ Bersungguh-sungguh mengerjakan tugas

➢ Tepat waktu dalam mengerjakan tugas

➢ Berperan aktif dalam kegiatan bimbingan klasikal

13,14,17,19,21,3 2,49

12,25

10,24,38,42,44

15,35,36,50 31,33 29,43,51,52, 54,57,58,

Total 32 28

G. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi

(57)

38

sebuah tes. Dalam validitas isi, butir-butir kuesioner haruslah mencerminkan ciri dari variabel yang akan diukur, yaitu tingkat motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021. Validitas isi ini dianalisis dengan expert judgement atau yang biasa dikenal dengan penilaian oleh para ahli. Dalam hal ini expert judgement dilakukan oleh dosen pembimbing. Pada penelitian ini terdapat expert judgement yang dilaksanakan oleh Ibu Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M.Si. selaku dosen pembimbing penulisan skripsi. Peneliti meminta pertimbangan dari dosen pembimbing dalam penyusunan kuesioner.

Hasil penelitian dapat dikatakan valid bila terdapat kesamaan antara datayang telah dikumpulkan dengan data yang sesungguhnya. Menurut Sugiyono (2015) instrumen yang valid adalah instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Perhitungan uji validitas penelitian dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara masing-masing skor pernyataan. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Pearson Product Moment dan dihitung dengan bantuan program IBM SPSS Statistics for window 21. Adapun rumus korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:

Rumus Pearson Product Moment

r

xy

=

𝑁 ∑𝑋𝑌 − ( ∑𝑋)(∑𝑌)

{𝑁∑𝑋²−(∑𝑋)²}{𝑁∑𝑌2−(∑𝑌)²}

(58)

39 Keterangan :

r xy= Koefisien validitas X= nilai setiap item Y= nilai dari jumlah item N= Jumlah responden

∑ X: Jumlah skor X

∑ Y: Jumlah skor Y

∑ 𝑌2 :Jumlah kuadrat skor variabel X

∑ 𝑍2 :Jumlah kuadrat skor variabel Y

Sugiyono menjelaskan bila koefisien item besarnya 0,3 ke atas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas isi yang baik tetapi sebaliknya bila koefisien di bawah 0,3 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

Berikut tabel data intrumen kuesioner tingkat motivasi siswa kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam mengikuti bimbingan klasikal tahun ajaran 2020/2021 yang valid dan tidak:

Tabel 3. 3

Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Tingkat Motivasi Siswa Kelas XI SMA BOPKRI Dua Yogyakarta dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal Tahun Ajaran

2020/2021

NO ASPEK NO ITEM

Valid Tidak

Valid 1

Minat dan perhatian siswa dalam bimbingan klasikal

1,2,39,47,55,56,59,60, 48,8,23,26,30,41,28,4 0,46,20,27,45,3,4,5,6, 11.16,18,22,34,37,53

7,9

2

Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru

13,14,17,19,21,49,12, 25,10,38,44,35,36,50, 31,33,29,43,51,52,54, 57,58

15,24,32,4 2

(59)

40

TOTAL 54 6

H. Reliabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2015: 173) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas menjelaskan sejauh mana suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Suatu pengukuran dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang relatif sama walaupun terdapat perbedaan yang kecil. Namun bila perbedaannya cukup besar maka pengukuran tersebut dikatakan tidak reliabel.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan internal consistency, yaitu pengujian dilakukan dengan cara mencoba instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis (Sugiyono, 2015). Untuk mengukur taraf reliabilitas instrumen penelitian ini, peneliti menggunakan teknik uji coba terpakai yang pengambilan datanya hanya sekali dan hasil uji cobanya dianalisis menggunakan rumus Alpha Cronbach (α), dengan rumus koefisien reliabilitas sebagai berikut:

α

= [

𝑘

𝑘−1

] [1 −

∑𝑆𝑛²

𝑆𝑥−𝑡𝑜𝑡

]

Gambar

Tabel  3.1    Norma  Skoring  Tingkat  Motivasi  Siswa  Kelas  XI  SMA  BOPKRI  Dua  Yogyakarta  dalam  Mengikuti  Bimbingan  Klasikal  Tahun  Ajaran  2020/2021 ...............................................................................................
Grafik  4.  1    Kategorisasi  Tingkat  Motivasi  Siswa  kelas  XI  di  SMA  BOPKRI  Dua  Yogyakarta  dalam  Mengikuti  Bimbingan  Klasikal  Tahun  Ajaran  2020/2021 ..........................................................................................
Tabel 3. 6   Norma Kategorisasi  Rumus  Kategori  µ + 1,5 σ < X  Sangat Tinggi  µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ  Tinggi  µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ  Sedang  µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ  Rendah  X ≤ µ - 1,5 σ  Sangat Rendah  Keterangan :   X : Skor total

Referensi

Dokumen terkait

yang bertugas pada bagian identifikasi merasa terbantu sehingga dapat memunculkan sumber daya manusia yang ahli di bidang dactyloscopy, dengan adanya hal

[r]

apabila kelengkapan persyaratan berkas permohonan telah memenuhi ketentuan yang berlaku, petugas front office memberikan tanda bukti penerimaan berkas sebagai alat

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalil gugatannya dan memenuhi maksud Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor : 9 tahun 1975 dan Pasal 76

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ani Yuliyanti (2011) yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lamanya

Visi Kementerian Perindustrian sampai dengan 2014 : Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

Dalam pembingkaian berita demonstrasi mahasiswa Semarang terkait rencana kenaikan harga BBM di TV Borobudur, dalam siaran berita “Jendela Jateng Sore”, pembingkaian

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara