• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. KAJIAN TEORI

2.1.5 PENDEKATAN KARAKTER

2.1.5.2. PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR…

Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukan dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013:6) Tujuan pendidikan karakter adalah terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap/nilai hidup yang dimilikinya. Jadi pendidikan karakter dapat dilakukan dengan pendidikan nilai (Adi Susilo, 2012:78).

Banyak permasalahan siswa yang terjadi di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sekolah harus pintar membuat suatu perubahan. Lickona (2012:55) sekolah harus bekerja lebih keras dalam menyikapi perubahan yang terjadi di dalam keluarga yang mempengaruhi beban sekolah sebagai media pendidik moral.

Keluarga dan sekolah harus mau bekerjasama dalam hal ini. Akan lebih baik jika siswa selalu mendapatkan pendidikan karakter di keluarga saat mereka ada di rumah bersama orang tua, dan di sekolah saat mereka ada di sekolah. Ketika di rumah siswa pun harus mendapat teladan dari orang tua bagaimana mereka sebaiknya bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat di sekitar rumah, dengan tetangga dan teman di rumah misalnya. Jika hanya mendapat pendidikan karakter dari sekolah, maka perilaku dan sikap baik yang telah dimiliki akan luntur karena tidak mendapat dukungan dari keluarga yang pada dasarnya sebagai tumpuan siswa berkembang. Pendidikan karakter bisa dikatakan penting. Pendidikan karakter penting, karena memiliki empat alasan (Maksudin, 2013: 52). Pertama karakter adalah bagian esensial manusia, oleh karena itu harus didikan. Kedua saat ini karakter generasi muda bahkan juga orang tua merosot keberadaannya. Ketiga terjadi detailisasi kehidupan yang diukur dengan uang. Keempat, karakter merupakan salah satu bagian manusia yang menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan bangsa.

Lalu bagaimana kaitannya antara pendidikan karakter di sekolah dengan moral, nilai, agama, dan kewarganegaraan yang ada di sekolah? Dalam hal ini Koesoema (2012:205) menyimpulkan bahwa pendidikan karakter yang ada di sekolah mensyaratkan adanya pendidikan moral, pendidikan agama dan kesadaran akan nilai-nilai religius. Nilai-nilai moral yang ada dalam pendidikan agama sebaiknya tumbuh bersamaan dengan nilai-nilai kebangsaan sehingga terjalin kesatuan masyarakat yang dapat mendukung perkembangan individu dalam mengembangkan kehidupan sosial. Upaya pemerintah dalam menerapkan

pembelajaran pendidikan karakter di sekolah sudah ada, hal tersebut nampak pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan "pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,..." Kata watak yang ada dalam undang-undang tersebut didukung dengan adanya komponen pengembangan diri dalam struktur kurikulum yang biasanya terdapat pembiasaan diri siswa di sekolah (Kurikulum, 2006).

2.1.6 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pembuatan perangkat pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, oleh karena itu dalam menyusun suatu perangkat pembelajaran dibutuhkan suatu model pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan langkah- langkah penyusunannya. Model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Jerrold E. Kemp yang telah direvisi, merupakan pengembangan yang kontinum (Trianto, 2009: 179). Tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi dimana pengembangan perangkat dapat dimulai dan titik manapun dalam siklus. Berikut ini model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini:

Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Perangkat pembelajaran milik Jerrold E. Kemp

(Trianto, 2009: 179)

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructoinal Problems)

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan antara tujuan kurikulum dengan fakta yang berlaku di lapangan saat ini baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai pembelajaran (Trianto, 2009: 180). Indikasi adanya sebuah masalah yakni adanya kesenjangan di lapangan.

2. Analisis Siswa (Learner Characteristic)

Analisis ini diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu

maupun kelompok. Karakteristik siswa dianalisis dengan melihat kemampuan akademik, usia, dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap muatan pembelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial, dan sebagainya (Trianto, 2009: 181).

3. Analisis Tugas (Task Analysis)

Kemp menjelaskan analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi dan suatu pengajaran (Trianto, 2009: 181). Analisis tugas adalah kegiatan untuk mengetahui keterkaitan tugas yang diberikan oleh guru dengan kurikulum, pokok bahasan yang diajarkan dan tujuan dari dilaksanakannya pembelajaran tersebut. Komponen-komponen dalam analisis tugas adalah (1) analisis isi pelajaran, (2) analisis konsep, (3) analisis pemrosesan, dan (4) analisis prosedur.

4. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)

Perumusan indikator bertujuan untuk mengarahkan aktivitas pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah disusun. Perumusan indikator berdasarkan hasil analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Tujuan dari perumusan indikator ini adalah (1) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, (2) kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi hasil belajar siswa dan (3) panduan siswa dalam belajar (Trianto, 2009: 182).

5. Penyusunan Instrumen Evaluasi (Evaluation Instrument)

Penyusunan instrumen evaluasi merupakan penyusunan suatu alat ukur ketercapaian indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Ketercapaian itu

dilihat dari hasil belajar atau nilai evaluasi yang diperoleh siswa. Soal evaluasi dengan tujuan pembelajaran harus saling berhubungan.

6. Strategi Pembelajaran (Instructional Starategic)

Strategi pembelajaran ditentukan pada tahap ini. Kegiatan ini terdiri dari pemilihan metode, pendekatan atau model pembelajaran, dan pemilihan format penulisan perangkat pembelajaran. Strategi yang digunakan merupakan strategi yang dipandang baik, dimana dapat memberi pengalaman yang bermakna bagi siswa, serta dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran (Instructional Resources)

Pemilihan media atau sumber belajar dalam pembelajaran disesuaikan dengan rumusan tujuan pembelajaran. Pemilihan media dan sumber belajar mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran, oleh karena itu media harus disiapkan dengan hati-hati. Media yang tepat dapat memotivasi siswa dengan cara yang menarik dan menstimulasi perhatian pada materi pelajaran, melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan dan menggambarkan isi materi dan keterampilan-keterampilan kinerja, membantu pengembangan rasa menghargai atau apresiasi, serta memberi kesempatan menganalisis sendiri kinerja individual (Trianto, 2009: 185).

8. Pelayanan Pendukung (Support Services)

Layanan pendukung adalah seluruh layanan yang dibutuhkan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Layanan tersebut adalah kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga-tenaga terkait serta layanan perpustakaan.

9. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)

Evaluasi formatif merupakan penilaian yang berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam mencapai tujuan. (Trianto, 2009: 186). Penilaian formatif dilakukan selama proses pengembangan dan uji coba desain produk. Melalui penilaian formatif, peneliti dapat mengetahui kelemahan dari produk yang dikembangkan yang nantinya dapat dilakukan perbaikan.

10.Evaluasi Sumatif (Sumative Evaluation)

Evaluasi sumatif digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan utama pada akhir pembelajaran. Sumber utama penilaian ini adalah hasil post tes dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil ujian akhir unit, atau hasil uji akhir untuk muatan pembelajaran tertentu (Trianto, 2009: 186).

Model pengembangan diatas, semua langkah yang terdapat dalam lingkaran saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan seluruh langkah yang ada, tidak akan terlepas dari kegiatan revisi. Kegiatan revisi dilakukan secara terus menerus pada setiap langkah pengembangan. Setiap langkah rancangan pembelajaran selalu berhubungan dengan kegiatan revisi. Kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang telah dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sumatif, evaluasi formatif, dan pelayanan pendukung di lingkungan tempat pengembangan. Revisi pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan karakteristik perangkat pembelajaran yang dijelaskan oleh (Cunningswoth (1995:3) yaitu adanya (1) aims and approaches atau tujuan dan

pendekatan. (2) design and organization atau desain dan pengorganisasian, (3) content atau isi, (4) topic atau topik, dan (5) methodology atau metodologi.

Dokumen terkait