Armania, Veronica Oky. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum
SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Kata Kunci: Kurikulum SD 2013 dan Perangakat pembelajaran
Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan perangkat pembelajaran
mengacu Kurikulum SD 2013. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur
pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Benca Alam
untuk siswa kelas I Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk
pengembangan perangkat pembelajaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan prosedur
pengembangan hasil modifikasi langkah-langkah Kemp dengan langkah-langkah Borg dan Gall.
Prosedur penelitian ini terdiri dari 5 langkah yaitu, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan
data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, sehingga, hingga menghasilkan desain
produk final berupa perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana
Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Wawancara dilaksanakan kepada guru kelas I SD
Muhammadiyah Demangan pada bulan April 2014. Wawancara digunakan untuk mengetahui
kebutuhan awal guru akan perangkat pembelajaran dan kuesioner digunakan untuk validasi
kualitas perangkat pembelajaran oleh pakar kurikulum dan guru kelas I Sekolah Dasar yang telah
melaksanakan Kurikulum SD 2013.
Armania, VeronicaOky. (2015). The DevelopmentBasedLearningElementary School 2013
Curriculum
“
Subtheme
Bencana Alam“
forElementary SchoolStudentsClass I. Thesis.
Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program.Sanata Dharma University.
Keywords: Elementary School 2013 Curriculum and Learning instruments
This
studyoriginatedfromthe
need
for
teachersto
bethe
availability
ofthe
learningdevicerefersElementary School 2013 Curriculum.This study aimed(1) todescribethe
procedurerefers
tothe
development
oflearningtoolsElementary
School
2013
CurriculumSubtheme
“Bencana Alam”
forthe firstgradeelementary schoolstudents, and(2) to
describethe quality ofthe productdevelopmentof learningtools.
This
type
of
researchis
thedevelopmentof
research.
This
study
used
amodifiedproceduredevelopmentKempstepsby
stepsBorgandGall.
The
procedureof
thisstudyconsistsof5steps, namely, (1) the potentialandproblems, (2) data collection, (3) the
design ofthe product, (4) design validation, (5) revisionof design, to producethe finalproduct
designin the formof learningdevicerefersElementary School 2013 CurriculumSubtheme
“Bencana
Alam”
forthe
firstgradeelementary
schoolstudents.
Interviews
were
conductedto
theclassroomteacherI SDMuhammadiyahDemanganin April2014.Interviewsare usedto determine
theneed forteachersto bethebeginning oflearningandquestionnairesare usedtovalidatethequality
oflearningbycurriculum
specialistsand
teachers
ofelementary
schoolclass
Ihaveto
implementElementary School 2013 Curriculum.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MENGACU KURIKULUM SD 2013
SUBTEMA BENCANA ALAM
UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Veronica Oky Armania
111134277
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
!
"
#
$
$
%
& '(
%
#
%
%
#
%
%
%
() * +
+
#
% %
!
)
&
*
!
+
%
*
%
%
,
*
&
&
+
!
" #
$
"
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama : Veronica Oky Armania
NIM : 111134277
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh
orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan
mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.
Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, 6 Januari 2015
Penulis
Veronica Oky Armania
NIM. 111134277
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Veronica Oky Armania
No Mahasiswa : 111134277
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberitahukan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU
KURIKULUM 2013 SUBTEMA BENCANA ALAM UNTUK SISWA
KELAS I SEKOLAH DASAR
Beserta perngakat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan
secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 6 Januari 2015
Yang menyatakan,
Veronica Oky Armania
ABSTRAK
Armania, Veronica Oky. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Kata Kunci: Kurikulum SD 2013 dan Perangakat pembelajaran
Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Benca Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk pengembangan perangkat pembelajaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan hasil modifikasi langkah-langkah Kemp dengan langkah-langkah Borg dan Gall. Prosedur penelitian ini terdiri dari 5 langkah yaitu, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, sehingga, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Wawancara dilaksanakan kepada guru kelas I SD Muhammadiyah Demangan pada bulan April 2014. Wawancara digunakan untuk mengetahui kebutuhan awal guru akan perangkat pembelajaran dan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh pakar kurikulum dan guru kelas I Sekolah Dasar yang telah melaksanakan Kurikulum SD 2013.
Hasil penelitian ini merupakan hasil validasi dua pakar kurikulum, dua guru kelas I SD dan dua teman sejawat. Skor yang didapat dari dua pakar kurikulum adalah 4,48 dan 4,44, Guru kelas I adalah 4,37 dan 4,71, dan dari teman sejawat adalah 4,62 dan 4,62. Berdasarkan skor tersebut diperoleh skor rata-rata 4,54 dengan kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek (1) identitas RPP, (2) perumusan indikator, (3) perumusan tujuan pembelajaran, (4) pemilihan materi ajar, (5) pemilihan sumber belajar, (6) pemilihan media belajar, (7) metode pembelajaran, (8) scenario pembelajaran, (9) penilaian, (10) Lembar Kerja Siswa (LKS), dan (11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran layak digunakan untuk pembelajaran siswa kelas I Sekolah Dasar mengacu Kurikulum SD 2013.
ABSTRACT
Armania, Veronica Oky. (2015). The Development Based Learning Elementary School 2013 Curriculum “Subtheme Bencana Alam“ for Elementary School Students Class I. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program. Sanata Dharma University.
Keywords: Elementary School 2013 Curriculum and Learning instruments
This study originated from the need for teachers to be the availability of the learning device refers Elementary School 2013 Curriculum. This study aimed (1) to describe the procedure refers to the development of learning tools Elementary School 2013 Curriculum Subtheme “Bencana Alam” for the first grade elementary school students, and (2) to describe the quality of the product development of learning tools.
This type of research is the development of research. This study used a modified procedure development Kemp steps by steps Borg and Gall. The procedure of this study consists of 5 steps, namely, (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) revision of design, to produce the final product design in the form of learning device refers Elementary School 2013 Curriculum Subtheme “Bencana Alam” for the first grade elementary school students. Interviews were conducted to the classroom teacher I SD Muhammadiyah Demangan in April 2014. Interviews are used to determine the need for teachers to be the beginning of learning and questionnaires are used to validate the quality of learning by curriculum specialists and teachers of elementary school class I have to implement Elementary School 2013 Curriculum.
The results of this study is the result of two expert validation of curriculum, classroom teacher first two elementary and two colleagues. Scores were obtained from two curriculum specialists are 4.48 and 4.44, first grade teacher was 4.37 and 4.71, and from peers is 4.62 and 4.62. Based on the scores obtained an average score of 4.54 with the category of "very good" in terms of aspects (1) identity of the lesson plan, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) teaching material, (5) selection of learning resources, (6) Selection of Media Study, (7) Learning Method, (8) Scenario learning, (9) Assesment, (10) Student Work Sheet, (11) Languages. Thus the learning device suitable for use in teaching elementary school students in grade I refer to Elementary School 2013 Curriculum.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pemilik alam
semesta. Syukur atas segala nikmat dan karuniaNya, karena dengan rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi engan judul
“PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU
KURIKULUM 2013 SUBTEMA BENCANA ALAM UNTUK SISWA
KELAS I SEKOLAH DASAR”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata
Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya setulus hati penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat,
1. Bapak Drs. Rohandi., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., selaku Kepala Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan dorongan, motivasi, dan perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang
telah dengan sabar meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
saran dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Para dosen dan staff PGSD, terima kasih atas bantuan dan saran yang telah
diberikan.;
6. Ibu Desiana Maya, S.Pd., M.Pd dosen Universitas Sanata Dharma dan,
Bapak Achmad Nur Triatmo, M.Pd dosen Universitas Negeri Tidar
Magelang sebagai validator pakar kurikulum dalam penelitian.
7. Ibu Itah Sensualita, S.Pd Sd dan Ibu Esti Aprilia Fatma, S.Pd SD sebagai
validator dari Sekolah Dasar selaku Guru.
8. Orang tua yang terkasih Bapak Ignasius Sutarman dan Ibu Maria
Magdalena Rina Ariyani, adikku Reinardus Devo Arkadia dan Stanislaus
Michel Saputra yang telah memberikan dukungan, kepercayaan dan kasih
sayang.
9. Mas Rofy Fajar Sanjaya, terima kasih atas sayang, cinta, dukungan,
perhatian, dan semangat yang selalu diberikan.
10. Sahabat-sahabatku Rifka, Dian, Anisa Ayu, Anisa, dek Bene, dek Lusy
dan Fatimah.
11.Teman-teman seperjuangan Payung dan kelas F Abil, Palupi, Satria,
Suster, Sekar, Christin, Fika, Dika, Diana, Aya, Anjar, Liena dan semua
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
12.Semua pihak yang membantu tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu proses penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini hingga akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir Skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan. Akhir kata, penulis berharap penulisan Tugas Akhir
Skripsi ini dapat memberi manfaat.
Yogyakarta, 6 Januari 2015
Penulis
Veronica Oky Armania
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………..………....
HALAMAN PERSEMBAHAN……….
HALAMAN MOTTO……….
LEMBAR PENGESAHAN I………..
LEMBAR PENGESAHAN II……….
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….………
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………
ABSTRAK………..
ABSTRACT ………...
KATA PENGANTAR………
DAFTAR ISI………...
BAB I PENDAHULUAN………..
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH……….
1.2. RUMUSAN MASALAH……….
1.3. TUJUAN PENELITIAN………..
1.4. MANFAAT PENELITIAN………..
1.5. BATASAN ISTILAH………..
1.6. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIKEMBANGKAN………..
BAB II LANDASAN TEORI………...
2.1. KAJIAN TEORI………...
2.1.1. KURIKULUM SD 2013………...
2.1.1.1. PENGERTIAN KURIKULUM………
2.1.1.2. FAKTOR-FAKTOR PENGEMBANGAN
KURIKULUM SD 2013………
2.1.1.3. KARAKTERISTIK KURIKULUM SD 2013…………..
2.1.2. PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF………
2.1.2.1. KARAKTERISTIK PENDEKATAN TEMATIK
INTEGRATIF………...
2.1.2.2. FUNGSI DAN TUJUAN PENDEKATAN TEMATIK
INTEGRATIF………...
2.1.2.3. MODEL-MODEL PENDEKATAN INTEGRATIF…….
2.1.2.4. TAHAP PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF…..
2.1.3. PENDEKATAN SAINTIFIK………...
2.1.3.1. KRITERIA PEMBELAJARAN DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK………
2.1.3.2. PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF…………
2.1.4. PENILAIAN OTENTIK………...
2.1.4.1. HAKIKAT PENILAIAN OTENTIK………
2.1.4.2. KARAKTERISTIK PENILAIAN OTENTIK…………..
2.1.4.3. MACAM-MACAM PENILAIAN OTENTIK…………..
2.1.5 PENDEKATAN KARAKTER………..
2.1.5.1. HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER………
2.1.5.2. PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR…
2.1.6. MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT
PEMBELAJARAN………...
2.2. PENELITIAN YANG RELEVAN………..
2.3. KERANGKA BERPIKIR………
2.4. PERTANYAAN PENELITI………
BAB III METODE PENELITIAN………..
3.1.JENIS PENELITIAN……….
3.2.PROSEDUR PENGEMBANGAN………..
3.2.1. POTENSI DAN MASALAH……….
3.2.2. PENGUMPULAN DATA………..
3.2.3. DESAIN PRODUK………
3.2.4. VALIDASI PRODUK………
3.2.5. REVISI DESAIN………
3.2.6. REVISI DESAIN PRODUK………..
3.3. INSTRUMEN PENELITIAN…………...………...
3.3.1 JENIS DATA UJI COBA………..
3.3.2 INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA…………...
3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA………...
3.5. TEKNIK ANALISIS DATA………...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………
4.1. HASIL PENELITIAN………..
4.1.1. DATA ANALISIS KEBUTUHAN………..
4.1.2. DESKRIPSI PRODUK AWAL………...
4.1.2.1. SILABUS………..………
4.1.2.2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) ………...
4.1.2.3. KERANGKA PERANGKAT PEMBELAJARAN...
4.1.2.4. PERANGKAT PEMBELAJARAN………..
4.1.3. DATA UJI COBA DAN REVISI PRODUK………...
4.1.3.1. DATA VALIDASI TEMAN SEJAWAT DAN
REVISI PRODUK………
4.1.3.2. DATA VALIDASI PAKAR KURIKULUM DAN
REVISI PRODUK………...……….
4.1.3.3. DATA VALIDASI GURU SD KELAS I DAN
REVISI PRODUK………...………….
4.1.4. KAJIAN PRODUK AKHIR………
BAB V PENUTUP……….
5.1. KESIMPULAN………
5.2. KETERBATASAN PENELITIAN………..
5.3. SARAN………
DAFTAR PUSTAKA………
LAMPIRAN………...
78
79
80
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam suatu pendidikan bertujuan membentuk kepribadian peserta didik.
Banyak hal yang dapat dilakukan dalam setiap pendidikan untuk menjadikan
peserta didiknya sebagai manusia yang siap menghadapi tantangan dalam
perubahan jaman. Pendidikan mampu menjadikan manusia yang berkualitas
melalui media pembelajaran, kualitas pengajar, Perangkat pembelajaran, fasilitas
belajar yang ada disekolah, serta di lingkungan sekolah. Selain itu peserta didik
dapat belajar berbagai macam ilmu pengetahuan dan membentuk sebuah karakter
kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yakni
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, beriman, berakhlak mulia, berilmu, sehat, cakap,
mandiri, kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU No. 20 Tahun 2003).
Berkaitan kondisi saat ini dengan kualitas pendidikan, jelas terlihat sangat
rendahnya sumber daya manusia. Terlihat pada moral manusia dan perilaku
memprihatinkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pola pikir yaitu media
internet. Contohnya antara lain adalah game online, pornografi yang dapat diakses
oleh berbagai kalangan. Kondisi seperti ini hendaknya diperbaiki melalui
peningkatan kualitas pendidikan nasional di setiap satuan pendidikan. Supaya
pendidikan dapat diselenggarakan sebagai kegiatan pembelajaran dengan baik dan
sesuai dengan tujuan pendidikan, maka dibutuhkan suatu kurikulum. Pengertian
kurikulum dijabarkan dalam UU No.20 Tahun 2003, kurikulum merupakan
perangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam
mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan pengertian kurikulum diatas
(Sukmadinata, 2011 ; UU No.20 Tahun 2003), maka dengan adanya kurikulum
sekolah mampu menjadi sarana belajar bagi peserta didik supaya memiliki
kualitas pendidikan yang baik.
Telah beberapa kali dilakukan pergantian kurikulum sejak Indonesia
merdeka. Mulai dari kurikulum 1947 sampai dengan 2006. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sektor pendidikan di Indonesia belum mampu mengatasi
masalah pendidikan dalam mengikuti kompetensi regional maupun global
(Abdullah, 2007). Mulai tahun pelajaran 2013/2014 Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan melakukan implementasi Kurikulum SD 2013 walaupun banyak pro
dan kontra muncul terhadap kurikulum ini, namun Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Muhammad Nuh menyimpulkan bahwa orang-orang
mempertanyakan Kurikulum SD 2013 karena adanya perbedaan sudut pandang
atau mungkin belum memahami konsep dalam kurikulum berbasis kompetensi
yang menjadi dasar Kurikulum SD 2013 (Suara Merdeka, 5 Mei 2013).
Pengembangan Kurikulum SD 2013 bertujuan agar menghasilkan peserta didik
Indonesia yang kreatif, inovatif, produktif dan efektif melalui ketrampilan, sikap
dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013 : 65). Perlunya pengembangan
Abad 21, dimana sumber daya manusia di Indonesia yang memasuki usia
produktif melimpah. Melalui pendidikan, masyarakat dapat mengambil suatu
langkah yang rasional dalam bertindak dan mengambil keputusan (Atmananti,
2005).
Peneliti melakukan wawancara kepada salah satu guru kelas I Sekolah
Dasar yang telah melaksanakan Kurikulum SD 2013. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai sejauh mana pemahaman guru dan pelaksanaan
Kurikulum SD 2013. Hasil wawancara dengan guru kelas I SD Muhammadiyah I
Demangan Yogyakarta pada hari Sabtu, diperoleh informasi bahwa Kurikulum
SD 2013 adalah kurikulum yang baik. Perangkat pembelajaran yang tersedia
masih perlu dikembangkan. Informasi lain yang diperoleh adalah materi yang
terdapat pada Perangkat pembelajaran masih perlu pengembangan Perangkat
pembelajaran lain seperti media pembelajaran agar lebih mempermudah
menyampaikan pembelajaran. Guru kelas I mengatakan bahwa sudah mampu
mengembangkan Perangkat pembelajaran secara mandiri namun tetap
menggunakan pedoman buku panduan Kurikulum SD 2013. Perangkat
pembelajaran yang tersedia sudah cukup baik namun guru sebenarnya masih
kesulitan dalam penilaian. Sejauh ini siswa mampu mengikuti pembelajaran
dengan baik dan semangat namun guru masih kesulitan memberikan penilai yang
terperinci untuk siswa. Pemahaman guru terhadap Kurikulum SD 2013 adalah
pembelajaran yang tematik, dimana muatan pelajaran tidak terpisah-pisah karena
anak-anak belum akan mengkonsep dirinya pada satu muatan pelajaran.
menggunakan pendekatan saintifik, pendidikan karakter dan penilaian otentik.
Menurut guru kelas I penilaian dalam Kurikulum SD 2013 baik karena
mengutamakan proses pembelajaran, namun banyaknya penelitian yang harus
dilaksanakan , guru membutuhkan waktu lebih banyak untuk menilai
masing-masing siswa. Saran yang disampaikan beliau pada Perangkat pembelajaran yang
sudah ada adalah perbaikan pada beberapa pengetikan atau penulisan yang salah
pada Perangkat pembelajaran. Guru membutuhkan media pembelajaran untuk
mendukung kelengkapan materi disetiap muatan pelajarannya. Guru
memanfaatkan media internet untuk melengkapi materi-materi yang ada di dalam
Perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran merupakan sebuah media baik informasi, alat,
maupun teks yang disusun secara sistematis yang dapat menampilkan kompetensi
siswa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan
perencanaan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2013:298). Pada
implementasi Kurikulum SD 2013 guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan
buku panduan guru dan buku paduan siswa yang telah disiapkan oleh tim
pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2013:80). Buku pedoman siswa yang banyak
dikenal sebagai buku siswa atau Perangkat pembelajaran, berisi jabaran usaha
minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang
diarapkan (Kemendikbud, 2013). Buku panduan siswa tersebut masih harus
dikembangkan oleh guru sesuai dengan konteks atau lingkungan sekolah. Oleh
dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dengan bersumber pada
lingkungan social dan alam (Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan beberapa hal mengenai Perangkat pembelajaran dalam
Kurikulum SD 2013 serta hasil wawancara dengan guru kelas I SD pelaksanaan
Kurikulum SD 2013, peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran
dalam sebuah Perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013.
Pengembangan Perangkat pembelajaran ini terbatas pada Subtema Bencana Alam
untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Perangkat pembelajaran yang akan
dikembangkan dalam satu Subtema terdiri dari 6 pembelajaran selama satu
minggu.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi Guru terletak pada pembuatan rubrik
penilaian, beliau mengaku kurang paham dalam pembuatan rubrik penilaian
karena terlalu rumit, didalam penelitian tersebut tidak menilai permuatan tetapi
per KD dalam muatan tersebut sehingga harus membuat rubrik penilaian yang
cukup banyak dan memakan waktu yang lama. Selama masa penelitian lebih
banyak melakukan analisis buku Guru dan Siswa sehingga Guru mempelajari
sendiri cara membuat rubrik penilaian dari buku panduan yang ada.
Guru membutuhkan contoh-contoh perangakat pembelajaran karena
perangkat pembelajaran yang ada disekolah masih kurang lengkap, misalnya saja
guru belum mengetahui format silabus, prosem, dan prota sama dengan KTSP
atau berbeda. Contoh perangkat pembelajaran tersebut sangat penting bagi guru
supaya semua guru mempunyai persepsi yang sama jadi dapat berlaku di semua
lebih menguasai Kurikulum SD 2013 dan menerapkan kurikulum sesuai dengan
prosedurnya.
Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa guru masih
membutuhkan contoh perangkat pembelajaran dan peneliti akan membantu
memberikan solusi berupa pengembangan perangkat pembelajaran mengacu
Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar.
Perangkat pembelajaran tersebut meliputi RPPTH, materi ajar, instrument,
penilaian dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dengan perangkat pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dalam proses mengajar di kelas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengembangan produk yang berupa perangkat pembelajaran
Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I
Sekolah Dasar ?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk pengembangan perangkat pembelajaran
Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk menjabarkan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran
Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I
Sekolah Dasar.
1.3.2 Untuk menghasilkan kualitas produk pengembangan perangkat
pembelajaran Sekolah Dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa sebagai calon guru dapat semakin terampil dalam mengolah
dan mengembangkan perangkat pembelajaran Subtema Bencana Alam
mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.
1.4.2 Bagi Guru
Guru sekolah dasar memperoleh dan dapat menggunakan perangkat
pembelajaran Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013
untuk siswa kelas I Sekolah Dasar yang telah dikembangkan oleh
mahasiswa.
1.4.3 Bagi Sekolah
Sekolah dapat memperoleh perangkat pembelajaran Subtema Bencana
Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar
yang telah dikembangkan oleh mahasiswa.
1.4.4 Bagi Prodi PGSD
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Perangkat pembelajaran adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan
dari setiap tema dan subtema yang terdiri dari unsur: tema, subtema,
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan
pembelajaran,uraian materi, kegiatan pembelajaran, refleksi, aksi atau
tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian , tindak lanjut, daftar kata
penting , serta daftar pustaka.
1.5.2 Pendekatan Tematik Integratif adalah pendekatan pembelajaran yang
digunakan dalam Kurikulum SD 2013, dimana muatan pembelajaran
menjadi satu dalam kegiatan aktif dan memberi pengalaman langsung
kepada anak yang sudah direncanakan berdasarkan tema/subtema sehingga
materi pembelajaran saling terkait.
1.5.3 Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam Kurikulum SD 2013 yang terdiri dari kegiatan mengamati,
bertanya/menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan/mencoba
dan mengkomunikasikan.
1.5.4 Pendidikan Karakter adalah proses pembelajaran nilai-nilai moral
kehidupan yang ada dalam diri seseorang.
1.5.5 Penilaian Otentik adalah penilaian terhadap aspek sikap spiritual, sikap
social, ketrampilan dan pengetahuan yang digukana dalam Kurikulum SD
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut:
1.6.1 Perangkat Pembelajaran disusun dengan memperhatikan keutuhan
perkembangan pribadi siswa (karakter, ketrampilan dan intelektual) yang
Nampak dalam rumrusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.2 Perangkat pembelajaran disusun dengan pendekatan tematik integratif.
1.6.3 Perangkat pembelajaran disusun berbasis aktivitas siswa dengan
menerapkan pendekatan Saintifik.
1.6.4 Perangkat pembelajaran berbasis budaya lokal.
1.6.5 Penilaian dalam perangkat pembelajaran menggunakan penilaian otentik.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Kurikulum SD 2013
2.1.1.1 Pengertian Kurikulum
Sekolah merupakan sarana bagi peserta didik untuk melaksanakan
pembelajaran yang menyenangkan dan demokratis (Mulyasa, 2013: 6). Dalam
lingkup sekolah yang tepat dibutuhkan pula sebuah kurikulum yang tepat. Konsep
dalam sebuah kurikulum sebagai substansi, kurikulum dipandang sebagai suatu
system rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu
perangkat tujuan yang ingin dicapai (Sukmadinata, 2011: 27). Kurikulum adalah
perangkat rencana dan konsep mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No.20 Tahun 2003). Berdasarkan
pengertian kurikulum (Sukmadinata, 2011; UU No.20 Tahun 2003) yang telah
dijabarkan, diharapkan dapat menjadi suatu substansi, system dalam sekolah dan
suatu bidang study yang tepat bagi peserta didik.
Mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah diberlakukan Kurikulum SD 2013.
Kurikulum ini diberlakukan untuk memenuhi standar mengenai tujuan, isi dan
bahan pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran (Kemendikbud,
2013). Kesuksesan pelaksanaan Kurikulum SD 2013 ini dibutuhkan koordinasi
kerjasama dan komunikasi berbagai pihak. Yang dimaksud adalah pihak sekolah,
orangtua masyarakat dan pemerintah, baik di dalam merencanakan,
melaksanakan, maupun mengevaluasi serta pengawasan yang diharapkan dapat
saling terkait (Mulyasa, 2013: 12).
2.1.1.2 Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum SD 2013
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan
Kurikulum SD 2013. Berikut ini faktor-faktor pengembangan Kurikulum SD 2013
seperti yang dijabarkan Kemendikbud (2013: 1-3):
1. Tantangan Internal
Tantangan Internal adalah kondisi pendidikan dan perkembangan
penduduk Indonesia. Kondisi pendidikan dikaitkan dengan adanya Standar
Nasional Pendidikan yang terdiri dari (1) standar isi (2) standar proses (3) standar
kompetensi lulusan (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan (5) standar
sarana dan prasarana (6) standar pengelolaan (7) standar pembiayaan, dan (8)
standar penilaian pendidikan. Perkembangan penduduk berkaitan dengan
melimpahnya Sumber Daya Manusia. Tantangannya adalah bagaimana
mengupayakan sumber daya manusia yang produktif menjadi manusia yang
memiliki kompetensi dan ketrampilan melalui pendidikan.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan Eksternal dapat mempengaruhi perubahan dan pengembangan
kurikulum adalah antara lain globalisasi dan berbagai masalah terkait lingkungan
hidup, kemajuan teknologi dan informasi, industry dan budaya, serta
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Ada beberapa pola pikir yang disempurnakan dalam Kurikulum SD 2013
ini yaitu: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru diubah menjadi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki
pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang
sama. (2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam-sumber/media lain). (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran
serta jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan darimana
saja yang dapat dihubungi dan diperoleh melalui internet). (4) pola pembelajaran
pasif menjadi pembelajaran aktif (pembelajaran siswa aktif semakin diperkuat
dengan model pembelajaran pendekatan sains. (5) pola belajar sendiri menjadi
belajar kelompok ( berbasis tim). (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi
pembelajaran berbasis alat multimedia. (7) pola pembelajaran berbasis masal
menjadi kebutuhan pelanggan (user) dengan memperkuat perkembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik. (8) pola pembelajaran ilmu
pengetahuan tunggal (mono discipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan
jamak diganti (multi discipline). (9) pola pembelajaran pasif menjadi
pembelajaran kritis.
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Kurikulum SD 2013 dilakukan penguatan tata kelola yang sesuai dengan
kurikulum satuan pendidikan. Penguatan tata kelola yang dilakukan adalah (1) tata
penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajeman kepala
sekolah sebagai pimpinan kependidikan (education leader). (3) penguatan sarana
dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
5. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan memperdalam materi yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Bisa dengan pembelajaran yang menyenangkan
menggunakan media pembelajaran dengan menggunakan benda kongkrit atau
benda disekitar.
2.1.1.3 Karakteristik Kurikulum SD 2013
Kemendikbud (2013 : 3-4) menerangkan karakteristik Kurikulum SD
2013, berikut diantaranya: (1) mengembangkan keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, kerja sama
dengan kemampuan intelektual dan psiko motor. (2) sekolah merupakan bagian
dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta
didik menerapkan apa yang dipelajari disekolah kemasyarakatan dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. (3) mengembangkan sikap,
pengetahuan dan ketrampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di
sekolah dan masyarakat. (4) memberi waktu yang cukup banyak untuk
mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. (5) kompetensi
dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar muatan pembelajaran. (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur
dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti. (7) kompetensi dasar dikembangkan
berdasarkan prinsip akumulatif, saling memperkuat, dan memperkaya antar
muatan pembelajaran dan jenjang pendidikan.
2.1.1.4 Tujuan Kurikulum SD 2013
Kurikulum SD 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
reproduktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia
(Kemendikbud, 2013 : 4).
2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan, diharap
agar peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan atau
percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan peserta didik dimana
terdapat dimensi ke-Tuhanan, individual, sosial dan moral. Pembelajaran yang
menggunakan pendekatan tematik integrative pemersatunya adalah tema.
Kurikulum SD 2013 menggunakan pendekatan Tematik Terpadu, dimana
pembelajaran dirangkai dan dipadukan menggunakan tema (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
2.1.2.1 Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif
Dalam menerapkan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik
integratif, guru perlu menampilkan karakteristik tematik integratif untuk
membedakan dengan pembelajaran lain. Hajar, (2013 : 43-56), menerangkan
bahwa karakteristik pendekatan Tematik Integratif adalah : (1) pembelajaran
berpusat pada peserta didik. (2) kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman
langsung pada peserta didik. (3) guru memisahkan antara muatan pembelajaran
secara jelas. (4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai materi pelajaran dengan
tujuan supaya pemahaman para peserta didik terhadap materi pelajaran tidak
sepotong-potong. (5) fleksibel, yang berarti ada keterkaitan antara peserta didik
dengan lingkungan sekitarnya. (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik, dimana guru harus memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada peserta didik. (7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan. (8) mengembangkan komunikasi peserta didik. (9)
mengembangkan kemampuan metakognitif peserta didik. (10) dan lebih
menekankan proses daripada hasil.
Trianto, (2007: 13-15) juga menerangkan bahwa dalam pembelajaran
tematik integrative sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik.
Karakteristik tersebut yaitu: (1) holistik, yang berarti bahwa pembelajaran
terintegrasi memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena dari
segala sisi. (2) bermakna, terbentuknya jalinan antar konsep, yang dapat peserta
didik manfaatkan untuk menyelesaikan berbagai masalah. (3) otentik, berarti
(4) dan aktif, pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun
emosional supaya pembelajaran optimal. Trianto, (2007: 11) juga menerangkan
bahwa tahap perkembangan anak adalah dunia nyata sehingga selalu dimulai dari
hal nyata, yang dapat guru kemas dalam sebuah tema pembelajaran.
Selain kedua tokoh diatas (Hajar, 2013 & Trianto, 2007), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menjelaskan beberapa karakteristik
pendekatan Tematik Integratif yang diterapkan dalam Kurikulum SD 2013, yaitu:
pembelajaran berpusat pada peserta didik, pemisahan antara muatan pembelajaran
tidak begitu jelas atau menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan,
menyajikan konsep dari berbagai muatan pembelajaran dalam suatu proses
pembelajaran, bersifat luwes atau adanya keterpaduan antar muatan pembelajaran,
serta hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak melalui penilaian proses dan hasil belajarnya.
Dari ketiga karakteristik yang telah dijelaskan oleh tokoh diatas (Hajar,
2013, Trianto, 2007 & Kemendikbud, 2013) dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pendekatan tematik integrative antara lain: (1) pelajaran berpusat
pada peserta didik. (2) pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada
peserta didik sehingga materi yang diterima otentik dari lingkungan yang nyata,
dan bersifat holistik, karena peserta didik memahami suatu hal secara menyeluruh.
(3) pemisahan antar muatan pembelajaran tidak begitu nampak jelas, dimana
materi-materi pelajaran menyatu dalam kegiatan yang dirancang oleh guru. (4)
pembelajaran yang satu dengan yang lain saling terkait melalui konsep-konsep
oleh guru tidak kaku. (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan
minat dan kebutuhan peserta didik melalui kegiatan belajar sambil bermain, serta
(8) pembelajaran yang dirancang sebaiknya mengembangkan komunikasi dan
kemampuan metakognitif peserta didik.
2.1.2.2 Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integrative dalam Kurikulum SD 2013 berfungsi
untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan
mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah
semangat belajar peserta didik, karena materi yang dipelajari merupakan materi
yang kontekstual dan bermakna bagi peserta didik (Kemendikbud, 2013). Selain
fungsi pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integrative,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 8) menjelaskan tujuan
pembelajaran tematik integrative. Tujuan dari pendekatan tematik integrative
adalah:
1. Mudah memutuskan perhatian pada satu tema atau topic tertentu.
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
muatan pembelajaran dalam tema yang sama.
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan
berbagai muatan pembelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta
5. Lebih bersemangat belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari
pelajaran lain.
6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
7. Guru dapat menghemat waktu, karena muatan pembelajaran yang disajikan
secara terintegrasi dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2
sampai 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan
menggunakan sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
2.1.2.3 Model-Model Pendekatan Integratif
Dilihat dari cara memadukan konsep, ketrampilan, topik dan unit
tematiknya, menurut Forgarty (1991) dalam Hernawan, Resmini, dan Andayani
(2007) dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) terdapat sepuluh
model dalam merencanakan pembelajaran. Kesepuluh model tersebut adalah
model penggalan, model keterhubungan, model sarang, model urutan, model
bagiran, model jaring laba-laba, model galur, model terpadu, model celupan, dan
model jaringan. Model yang pertama adalah model penggalan (Fragmented),
model ini ditandai oleh ciri pemanduan yang hanya terbatas pada satu muatan
pembelajaran saja. Dalam pembelajaran butir-butir materi tersebut dilaksanakan
secara terpisah-pisah pada waktu yang berbeda-beda. Kedua, model
pembelajaran dapat dipayungkan pada induk muatan pembelajaran tertentu.
Ketiga, model sarang (nested), ini merupakan pemaduan berbagai bentuk
penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Keempat,
model urutan (sequenced), merupakan model pemanduan topik-topik antar muatan
pembelajaran yang berbeda secara paralel. Topic-topik tersebut dapat dipadukan
pembelajarannya pada alokasi waktu yang sama. Kelima, model bagian (shared),
merupakan model pemanduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep
atau ide pada dua muatan pembelajaran atau lebih. Keenam, model jarring
laba-laba (webbed), model ini paling popular dan paling banyak digunakan. Model ini
bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan
pembelajaran. Tema dapat mengaitkan kegiatan pembelajaran baik dalam muatan
pembelajaran maupun lintas muatan pembelajaran. Ketujuh, model galur
(threaded) ini merupakan modal pemaduan bentuk ketrampilan. Bentuk ini
berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum. Kedelapan, model terpadu
(integrated), merupakan pemaduan sejumlah topic dari muatan pembelajaran yang
berbeda, tetapi essensinya sama dalam sebuah topic tertentu. Kesembilan, model
celupan (immersed), ini dirancang untuk membantu peserta didik dalam
menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan
dengan situasi pemakaiannya. Kesepuluh, model jaringan (networked), ini
merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan
pengubahan konsep maupun bentuk ketrampilan baru.
Perangkat pembelajaran sebagai produk pengembangan dalam penelitian
muatan pembelajaran disatukan oleh tema yang dibentuk seperti jaring laba-laba.
Indikator masing-masing muatan pembelajaran disatukan dalam sebuah tema. Di
dalam Kurikulum SD 2013, kelas I dari delapan tema yang terbagi dua semester.
2.1.2.4 Tahap Pendekatan Tematik Integratif
Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan tematik integrative,
perlu mengetahui bagaimana tahap-tahap merancang pembelajaran dengan
pendekatan tematik integrative. Rencana kegiatan pembelajaran yang akan dibuat
harus benar-benar matang karena dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Menurut Hajar (2013: 59-80), ada beberapa tahap yang sebaiknya diperhatikan
dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan tematik integrative,
diantaranya adalah memilih tema pelajaran, mengorganisasikan tema berdasarkan
jarring-jaring tema, mengumpulkan bahan atau sumber belajar, mendesain
kegiatan pembelajaran, kemudian implementasi pembelajaran.
Tema sudah ditentukan oleh pembuat kebijakan, guru atau ditetapkan
bersama oleh guru dan peserta didik (Kemendikbud, 2013). Memilih tema
pelajaran tidak sembarangan sebaiknya memperhatikan tema-tema pembelajaran
dalam kurikulum, isu-isu faktual yang menarik bagi peserta didik, berdasarkan
peristiwa-peristiwa khusus yang diadakan di sekolah, serta minat atau kesukaan
peserta didik ( Hajar, 2013: 58-60). Dalam Kurikulum SD 2013, tema telah
ditentukan oleh Tim Penyusun Kurikulum Kementrian Pendidikan dan
Sumber belajar yang akan digunakan guru dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan tematik integrative berbeda dengan pembelajaran lain
yang hanya menggunakan buku paket sebagai perangkat pembelajaran. Sumber
yang dapat guru pergunakan antara lain media cetak, sumber visual, literature,
atau artefak (Hajar, 2013: 74-75). Sumber-sumber tersebut bisa yang sudah
dikenal oleh peserta didik maupun yang belum. Dari penggunaan sumber belajar
yang beraneka ragam, pengetahuan dan pengalaman peserta didik akan lebih kaya.
2.1.3 Pendekatan Saintifik
Pembelajaran yang terjadi di kelas, menekankan pada perkembangan
sikap, ketrampilan dan pengetahuan peserta didik. Para ilmuwan, lebih
mengedepankan penalaran induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran
induktif adalah cara berpikir dengan memandang fenomena atau situasi spesifik
untuk kemudian menarik kesimpulan secara menyeluruh. Sedangkan penalaran
deduktif adalah cara berpikir dengan memandang fenomena atau situasi yang
umum yang kemudian menarik kesimpulan yang lebih spesifik. Proses
pembelajaran dalam Kurikulum SD 2013 menitik beratkan pada esensi
pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013)
2.1.3.1 Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik, perlu memiliki
kriteria yang membedakan dengan pembelajaran lain. Ada beberapa kriteria yang
fenomena nyata yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran, penjelasan
guru , respon, peserta didik dan interaksi antara guru dan peserta didik terbebas
dari pemikiran subjektif, mendorong peserta didik untuk berfikir kritis. Kriteria
selanjutnya yakni, mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk berfikir
hipoteknik, mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk memahami,
menerapkan dan mengembangkan pola pikir rasional serta objektif, pembelajaran
berdasarkan pada konsep teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan yang terakhir yakni tujuan pembelajaran dirumuskan
secara sederhana, jelas dan system penyajiannya menarik (Kemendikbud, 2013).
2.1.3.2 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran pendekatan saintifik memiliki lima langkah pembelajaran,
yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Muatan pembelajaran dalam
pembelajaran yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Oleh sebab itu langkah
tersebut tidak selalu harus ada pada setiap pembelajaran. Berikut ulasan mengenai
kelima langkah pembelajaran tematik integrative dengan pendekatan saintifik
(Kemendikbud, 2013).
1. Mengamati
Kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebaiknya memberi
makna bagi peserta didik. Metode mengamati memiliki keunggulan tertentu bagi
peserta didik, seperti menyajikan media objek secara nyata sehingga peserta didik
peserta didik dapat terjawab. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan
dalam beberapa langkah. Langkah tersebut adalah (1) menentukan objek yang
akan diamati, (2) membuat pedoman pengamatan sesuai dengan obyek yang akan
diamati, (3) menentukan secara jelas data-data yang perlu diamati, (4)
menentukan tempat pelaksanaan pengamatan, (5) menentukan cara yang sesuai
dalam pengamatan, (6) menentukan cara yang digunakan untuk mencatat data
pengamatan.
Kegiatan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran pasti
melibatkan siswa. Selain langkah pengamatan, guru perlu menentukan bentuk
pengamatan yang akan digunakan dalam pelajaran. Ada tiga bentuk keterlibatan
peserta didik dalam melakukan pengamatan. Pertama, pengamatan biasa. Pada
umumnya pengamatan ini peserta didik sebagai subjek pengamatan, dimana
peserta didik tidak melibatkan diri dengan objek pengamatan. Kedua, pengamatan
terkendali. Sama seperti pengamatan biasa namun dalam pengamatan ini objek
pengamatan ditempatkan pada ruangan khusus yang telah dikendalikan, sehingga
termuat nilai-nilai percobaan. Ketiga, pengamatan partisipatif. Pada pengamatan
ini peserta didik terlibat secara langsung dengan objek yang diamati
(Kemendikbud, 2013).
2. Menanya atau Bertanya
Pembelajaran di kelas maupun luar kelas tidak lepas dari kegiatan
bertanya. Kemendikbud (2013), menerangkan ada beberapa fungsi bertanya.
Fungsi bertanya antara lain, membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian
didik untuk belajar mengembangkan pertanyaan yang dibuat dari dan untuk
dirinya sendiri, mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, membangkitkan
ketrampilan peserta didik dalam bidang komunikasi, mendorong partisipasi
peserta didik dalam kegiatan kelompok, mendorong sikap keterbukaan serta saling
kerjasama untuk menerima dan memberi masukan atau gagasan pada orang lain,
dan melatih kesantunan dalam berbicara.
Kegiatan bertanya di dalam pembelajaran, harus memiliki tujuan yang
jelas dan tepat untuk suatu pembelajaran yang dilaksanakan. Ada beberapa kriteria
pertanyaan yang baik, diantaranya adalah pertanyaan harus singkat dan jelas,
menginspirasi jawaban, memiliki focus, bersifat probing atau divergen, bersifat
validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang,
merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, dan merangsang proses
interaksi (Kemendikbud, 2013).
3. Mengumpulkan Informasi
Dalam mengumpulkan informasi merupakan salah satu tindak lanjut dari
kegiatan bertanya untuk mendapatkan suatu tindak lanjut atau jawaban hasil dari
bertanya. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai cara.
Melalui kegiatan ini peserta didik dilatih untuk menghubungkan antara informasi
yang satu dengan yang lainnya. Setelah peserta didik dapat menghubungkan
informasi yang satu dengan yang lainnya diharapkan peserta didik mampu
4. Mengkomunikasikan
Banyak hal yang telah peserta didik peroleh dari kegiatan mengamati,
bertanya, mencari informasi dan mengolah informasi yang ada. Kegiatan-kegiatan
tersebut sebaiknya diceritakan atau ditulis sebagai bentuk komunikasi. Peserta
didik dibiasakan mengemukakan pendapat atau mengkomunikasikan hasil
belajarnya (Kemendikbud, 2013).
5. Mengasosiasikan / Mencoba
Yang dimaksud dari mengasosiasikan dapat diartikan dengan mengolah
informasi. Informasi yang telah peserta didik temukan selanjutnya akan diolah
untuk mendapatkan kesimpulan. Pada pengertian lain, mengasosiasikan adalah
menautkan sesuatu pada barang lain atau orang (KBBI, 2008: 94). Pengolahan
informasi dapat berupa menambah sampai mengolah informasi yang bersifat
pencarian solusi yang berdasarkan sumber-sumber yang ada (Kemendikbud,
2013). Dari pengertian mengasosiasikan tersebut (KBBI, 2008 & Kemendikbud,
2013) dapat disimpulkan bahwa mengasosiasikan merupakan kegiatan mengolah
dan mengaplikasikan suatu materi pelajaran terhadap suatu permasalahan.
2.1.4 Penilaian Otentik
2.1.4.1 Hakikat Penilaian Otentik
Di dalam dunia pendidikan, kita sering mendengar istilah penilaian
menurut Arikunto (2012: 3), penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan
penilaian dilakukan setelah dilakukan pengukuran. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran (Arikunto, 2012: 3).
Penilaian otentik digunakan untuk mengetahui proses dan hasil belajar
peserta didik. Penilaian otentik menitik beratkan pada kemampuan peserta didik
untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna
(Nurgiyantoro, 2011: 23). Penilaian tidak hanya menekankan pada pengetahuan
yang dimiliki peserta didik, namun juga untuk mengetahui bagaimana kinerja
serta sikap dari masing-masing peserta didik.
2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik
Dilaksanakannya implementasi Kurikulum SD 2013, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menyusun panduan teknis penilaian di
sekolah dasar. Penilaian dalam Kurikulum SD 2013 memiliki beberapa
karakteristik (Kemendikbud, 2013: 5). Pertama, belajar tuntas atau masi perlu
perbaikan. Pandangan yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik
dapat mencapai kompetensi yang ditentukan, jika peserta didik mendapat bantuan
yang tepat dan diberi waktu sesuai kebutuhan.
Kedua, otentik. Penilaian otentik mencerminkan masalah dunia nyata atau
kehidupan sehari-hari yang siswa ketahui, bukan dunia sekolah. Penilaian
menggunakan berbagai cara dan kriteria yang menyeluruh agar penilaian dapat
sesuai dengan hasil dari jawaban yang akan dinilai. Di dalam penilaian otentik
tidak hanya mengukur apa yang diketahui peserta didik namun lebih
berkesinambungan. Yang dimaksud dengan penilaian berkesinambungan adalah
penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama
pembelajaran berlangsung.
Keempat, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik penilaian
yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek,
pengamatan, maupun penilaian diri. Kelima, berdasarkan acuan kriteria.
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan kelompoknya atau siswa
lain di dalam kelasnya namun dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan.
Kriteria tersebut misalnya KKM. Dengan adanya kriteria, guru dapat segera
mengetahui peserta didik mana yang belum dapat menguasai materi atau
kemampuan tertentu.
2.1.4.3 Macam-Macam Penilaian Otentik
Ada banyak tugas dan kegiatan penilaian yang dapat dikelompokkan ke
dalam penilaian otentik. Menurut Nugiyantoro (2011: 34-48) ada enam jenis
penilaian otentik. (1) Penilaian Kinerja. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk
menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan
ketrampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan sebagaimana
ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu. (2) Wawancara Lisan.
Dalam penilaian ini terjadi Tanya jawab antara pihak yang diwawancarai yakni
peserta didik dengan pewawancara atau guru. Di dalam penilaian ini, ketepatan
(3) Pertanyaan terbuka. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan
pertanyaan atau tugas pada peserta didik. Pertanyaan yang diberikan pada peserta
didik harus dibatasi supaya jawaban yang dilontarkan peserta didik sesuai dengan
pertanyaan. (4) Menceritakan kembali teks atau cerita. Penilaian ini tidak untuk
mengukur pemahaman wacana yang didengar atau dibaca oleh peserta didik. (5)
Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang
dikumpulkan secara sengaja, terencana, dan sistematik yang kemudian dianalisis
secara cermat untuk menunjukkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik
setiap waktu. (6) Proyek. Proyek merupakan bentuk penugasan yang
menghasilkan karya tertentu yang dilakukan secara berkelompok dalam kaitannya
dengan penilaian hasil pembelajaran. Hasil kerja akhir suatu proyek dapat berupa
laporan.
2.1.5 Pendidikan Karakter
2.1.5.1 Hakikat Pendidikan Karakter
1. Pendidikan
Sudah banyak persoalan yang ditemui pada dibidang Pendidikan. Dalam
bagian ini akan digali mengenai hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan,
dimana akan menjadi dasar dari pendidikan karakter. Dari asal usul kata
pendidikan diartikan sebagai sebuah proses menumbuhkan, mengembangkan,
mendewasakan dan menata diri seseorang seperti yang disimpulkan oleh
Koesoema (2007: 53). Selain itu dalam pendidikan juga merupakan proses
Sama seperti yang diutarakan Koesoema (2007) pendidikan dalam UU No. 20
tahun 2003 merupakan usaha membimbing diri seseorang supaya tertata dan
berkembang menjadi individu yang berkompeten dan berakhlak.
Berbagai usaha telah ditempuh pada setiap satuan pendidikan untuk
mencerdaskan siswanya baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
Pendidikan agama yang cukup diberikan pada siswa dalam keluarga kini
diupayakan pemerintah untuk dapat dipelajari di sekolah supaya tujuan system
pendidikan nasional seperti tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3
mengenai fungsi pendidikan nasional yang mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU No. 20 2003 pasal 3), jadi tujuan akhir dari pendidikan bukan hanya
sekedar gelar pendidikan atau keahlian para peserta didik akan tetapi nilai hati
nurani yang ter asah baik.
2. Karakter
Sering kita mendengar kata karakter dalam dunia pendidikan dan
kehidupan bermasyarakat. Karakter dipahami sebagai nilai-nilai universal perilaku
manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan
dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun lingkungan yang terwujud
agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat (Suryadi, 2012: 81) karakter
merupakan nilai dalam tindakan seseorang. Nilai atau tindakan yang ada pada diri
seseorang tersebut biasa baik atau buruk.
Baik buruknya tindakan seseorang bisa saja dikatakan sebagai bawaan
lahir yang sudah melekat sejak awal. Tindakan baik yang sudah melekat pada diri
seseorang memang tidak perlu dipermasalahkan lagi akan tetapi tindakan yang
dianggap buruk yang sebaiknya diperbaiki. Usaha-usaha yang ditempuh
pemerintah dalam dunia pendidikan banyak, salah satunya memasukkan karakter
dalam proses pembelajaran di sekolah sehingga diharapkan siswa memiliki
kepribadian yang baik, sesuai dengan ungkapan Koesoema (2007: 80) bahwa
karakter erat kaitannya dengan kepribadian seseorang.
2.1.5.2 Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana
dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukan dalam
kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013:6) Tujuan pendidikan karakter adalah
terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap/nilai hidup
yang dimilikinya. Jadi pendidikan karakter dapat dilakukan dengan pendidikan
nilai (Adi Susilo, 2012:78).
Banyak permasalahan siswa yang terjadi di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Sekolah harus pintar membuat suatu perubahan. Lickona (2012:55)
sekolah harus bekerja lebih keras dalam menyikapi perubahan yang terjadi di
Keluarga dan sekolah harus mau bekerjasama dalam hal ini. Akan lebih baik
jika siswa selalu mendapatkan pendidikan karakter di keluarga saat mereka ada di
rumah bersama orang tua, dan di sekolah saat mereka ada di sekolah. Ketika di
rumah siswa pun harus mendapat teladan dari orang tua bagaimana mereka
sebaiknya bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat di sekitar rumah, dengan
tetangga dan teman di rumah misalnya. Jika hanya mendapat pendidikan karakter
dari sekolah, maka perilaku dan sikap baik yang telah dimiliki akan luntur karena
tidak mendapat dukungan dari keluarga yang pada dasarnya sebagai tumpuan
siswa berkembang. Pendidikan karakter bisa dikatakan penting. Pendidikan
karakter penting, karena memiliki empat alasan (Maksudin, 2013: 52). Pertama
karakter adalah bagian esensial manusia, oleh karena itu harus didikan. Kedua saat
ini karakter generasi muda bahkan juga orang tua merosot keberadaannya. Ketiga
terjadi detailisasi kehidupan yang diukur dengan uang. Keempat, karakter
merupakan salah satu bagian manusia yang menentukan kelangsungan hidup dan
perkembangan bangsa.
Lalu bagaimana kaitannya antara pendidikan karakter di sekolah dengan
moral, nilai, agama, dan kewarganegaraan yang ada di sekolah? Dalam hal ini
Koesoema (2012:205) menyimpulkan bahwa pendidikan karakter yang ada di
sekolah mensyaratkan adanya pendidikan moral, pendidikan agama dan kesadaran
akan nilai-nilai religius. Nilai-nilai moral yang ada dalam pendidikan agama
sebaiknya tumbuh bersamaan dengan nilai-nilai kebangsaan sehingga terjalin
kesatuan masyarakat yang dapat mendukung perkembangan individu dalam
pembelajaran pendidikan karakter di sekolah sudah ada, hal tersebut nampak pada
UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyebutkan "pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,..." Kata watak yang ada dalam undang-undang
tersebut didukung dengan adanya komponen pengembangan diri dalam struktur
kurikulum yang biasanya terdapat pembiasaan diri siswa di sekolah (Kurikulum,
2006).
2.1.6 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pembuatan perangkat
pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, oleh
karena itu dalam menyusun suatu perangkat pembelajaran dibutuhkan suatu model
pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
langkah-langkah penyusunannya. Model pengembangan perangkat pembelajaran menurut
Jerrold E. Kemp yang telah direvisi, merupakan pengembangan yang kontinum
(Trianto, 2009: 179). Tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan
aktivitas revisi dimana pengembangan perangkat dapat dimulai dan titik manapun
dalam siklus. Berikut ini model pengembangan perangkat pembelajaran yang
Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Perangkat pembelajaran milik Jerrold E.
Kemp
(Trianto, 2009: 179)
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructoinal Problems)
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan antara tujuan
kurikulum dengan fakta yang berlaku di lapangan saat ini baik yang menyangkut
model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru untuk
mencapai pembelajaran (Trianto, 2009: 180). Indikasi adanya sebuah masalah
yakni adanya kesenjangan di lapangan.
2. Analisis Siswa (Learner Characteristic)
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
maupun kelompok. Karakteristik siswa dianalisis dengan melihat kemampuan
akademik, usia, dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap muatan pembelajaran,
pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerjasama, keterampilan
sosial, dan sebagainya (Trianto, 2009: 181).
3. Analisis Tugas (Task Analysis)
Kemp menjelaskan analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk
menentukan isi dan suatu pengajaran (Trianto, 2009: 181). Analisis tugas adalah
kegiatan untuk mengetahui keterkaitan tugas yang diberikan oleh guru dengan
kurikulum, pokok bahasan yang diajarkan dan tujuan dari dilaksanakannya
pembelajaran tersebut. Komponen-komponen dalam analisis tugas adalah (1)
analisis isi pelajaran, (2) analisis konsep, (3) analisis pemrosesan, dan (4) analisis
prosedur.
4. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)
Perumusan indikator bertujuan untuk mengarahkan aktivitas pembelajaran
sesuai dengan indikator yang telah disusun. Perumusan indikator berdasarkan
hasil analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Tujuan dari
perumusan indikator ini adalah (1) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran,
(2) kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluas