• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 subtema bencana alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 subtema bencana alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Armania, Veronica Oky. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum

SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta:

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: Kurikulum SD 2013 dan Perangakat pembelajaran

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan perangkat pembelajaran

mengacu Kurikulum SD 2013. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur

pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Benca Alam

untuk siswa kelas I Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk

pengembangan perangkat pembelajaran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan prosedur

pengembangan hasil modifikasi langkah-langkah Kemp dengan langkah-langkah Borg dan Gall.

Prosedur penelitian ini terdiri dari 5 langkah yaitu, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan

data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, sehingga, hingga menghasilkan desain

produk final berupa perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana

Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Wawancara dilaksanakan kepada guru kelas I SD

Muhammadiyah Demangan pada bulan April 2014. Wawancara digunakan untuk mengetahui

kebutuhan awal guru akan perangkat pembelajaran dan kuesioner digunakan untuk validasi

kualitas perangkat pembelajaran oleh pakar kurikulum dan guru kelas I Sekolah Dasar yang telah

melaksanakan Kurikulum SD 2013.

(2)

Armania, VeronicaOky. (2015). The DevelopmentBasedLearningElementary School 2013

Curriculum

Subtheme

Bencana Alam“

forElementary SchoolStudentsClass I. Thesis.

Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program.Sanata Dharma University.

Keywords: Elementary School 2013 Curriculum and Learning instruments

This

studyoriginatedfromthe

need

for

teachersto

bethe

availability

ofthe

learningdevicerefersElementary School 2013 Curriculum.This study aimed(1) todescribethe

procedurerefers

tothe

development

oflearningtoolsElementary

School

2013

CurriculumSubtheme

“Bencana Alam”

forthe firstgradeelementary schoolstudents, and(2) to

describethe quality ofthe productdevelopmentof learningtools.

This

type

of

researchis

thedevelopmentof

research.

This

study

used

amodifiedproceduredevelopmentKempstepsby

stepsBorgandGall.

The

procedureof

thisstudyconsistsof5steps, namely, (1) the potentialandproblems, (2) data collection, (3) the

design ofthe product, (4) design validation, (5) revisionof design, to producethe finalproduct

designin the formof learningdevicerefersElementary School 2013 CurriculumSubtheme

“Bencana

Alam”

forthe

firstgradeelementary

schoolstudents.

Interviews

were

conductedto

theclassroomteacherI SDMuhammadiyahDemanganin April2014.Interviewsare usedto determine

theneed forteachersto bethebeginning oflearningandquestionnairesare usedtovalidatethequality

oflearningbycurriculum

specialistsand

teachers

ofelementary

schoolclass

Ihaveto

implementElementary School 2013 Curriculum.

(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

MENGACU KURIKULUM SD 2013

SUBTEMA BENCANA ALAM

UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Veronica Oky Armania

111134277

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

(4)

!

"

#

$

$

%

& '(

%

#

%

%

#

%

%

%

() * +

+

#

% %

!

)

&

*

!

+

%

*

%

%

,

*

&

&

+

(5)

!

" #

$

"

(6)
(7)
(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama : Veronica Oky Armania

NIM : 111134277

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh

orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan

mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya

menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 6 Januari 2015

Penulis

Veronica Oky Armania

NIM. 111134277

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Veronica Oky Armania

No Mahasiswa : 111134277

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberitahukan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU

KURIKULUM 2013 SUBTEMA BENCANA ALAM UNTUK SISWA

KELAS I SEKOLAH DASAR

Beserta perngakat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan

secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 6 Januari 2015

Yang menyatakan,

Veronica Oky Armania

(10)

ABSTRAK

Armania, Veronica Oky. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: Kurikulum SD 2013 dan Perangakat pembelajaran

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Benca Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk pengembangan perangkat pembelajaran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan hasil modifikasi langkah-langkah Kemp dengan langkah-langkah Borg dan Gall. Prosedur penelitian ini terdiri dari 5 langkah yaitu, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, sehingga, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Wawancara dilaksanakan kepada guru kelas I SD Muhammadiyah Demangan pada bulan April 2014. Wawancara digunakan untuk mengetahui kebutuhan awal guru akan perangkat pembelajaran dan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh pakar kurikulum dan guru kelas I Sekolah Dasar yang telah melaksanakan Kurikulum SD 2013.

Hasil penelitian ini merupakan hasil validasi dua pakar kurikulum, dua guru kelas I SD dan dua teman sejawat. Skor yang didapat dari dua pakar kurikulum adalah 4,48 dan 4,44, Guru kelas I adalah 4,37 dan 4,71, dan dari teman sejawat adalah 4,62 dan 4,62. Berdasarkan skor tersebut diperoleh skor rata-rata 4,54 dengan kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek (1) identitas RPP, (2) perumusan indikator, (3) perumusan tujuan pembelajaran, (4) pemilihan materi ajar, (5) pemilihan sumber belajar, (6) pemilihan media belajar, (7) metode pembelajaran, (8) scenario pembelajaran, (9) penilaian, (10) Lembar Kerja Siswa (LKS), dan (11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran layak digunakan untuk pembelajaran siswa kelas I Sekolah Dasar mengacu Kurikulum SD 2013.

(11)

ABSTRACT

Armania, Veronica Oky. (2015). The Development Based Learning Elementary School 2013 Curriculum “Subtheme Bencana Alam“ for Elementary School Students Class I. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program. Sanata Dharma University.

Keywords: Elementary School 2013 Curriculum and Learning instruments

This study originated from the need for teachers to be the availability of the learning device refers Elementary School 2013 Curriculum. This study aimed (1) to describe the procedure refers to the development of learning tools Elementary School 2013 Curriculum Subtheme “Bencana Alam” for the first grade elementary school students, and (2) to describe the quality of the product development of learning tools.

This type of research is the development of research. This study used a modified procedure development Kemp steps by steps Borg and Gall. The procedure of this study consists of 5 steps, namely, (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) revision of design, to produce the final product design in the form of learning device refers Elementary School 2013 Curriculum Subtheme “Bencana Alam” for the first grade elementary school students. Interviews were conducted to the classroom teacher I SD Muhammadiyah Demangan in April 2014. Interviews are used to determine the need for teachers to be the beginning of learning and questionnaires are used to validate the quality of learning by curriculum specialists and teachers of elementary school class I have to implement Elementary School 2013 Curriculum.

The results of this study is the result of two expert validation of curriculum, classroom teacher first two elementary and two colleagues. Scores were obtained from two curriculum specialists are 4.48 and 4.44, first grade teacher was 4.37 and 4.71, and from peers is 4.62 and 4.62. Based on the scores obtained an average score of 4.54 with the category of "very good" in terms of aspects (1) identity of the lesson plan, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) teaching material, (5) selection of learning resources, (6) Selection of Media Study, (7) Learning Method, (8) Scenario learning, (9) Assesment, (10) Student Work Sheet, (11) Languages. Thus the learning device suitable for use in teaching elementary school students in grade I refer to Elementary School 2013 Curriculum.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pemilik alam

semesta. Syukur atas segala nikmat dan karuniaNya, karena dengan rahmatNya

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi engan judul

“PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU

KURIKULUM 2013 SUBTEMA BENCANA ALAM UNTUK SISWA

KELAS I SEKOLAH DASAR”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata

Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karenanya setulus hati penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat,

1. Bapak Drs. Rohandi., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., selaku Kepala Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan dorongan, motivasi, dan perhatian sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang

telah dengan sabar meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

saran dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen dan staff PGSD, terima kasih atas bantuan dan saran yang telah

diberikan.;

6. Ibu Desiana Maya, S.Pd., M.Pd dosen Universitas Sanata Dharma dan,

Bapak Achmad Nur Triatmo, M.Pd dosen Universitas Negeri Tidar

Magelang sebagai validator pakar kurikulum dalam penelitian.

(13)

7. Ibu Itah Sensualita, S.Pd Sd dan Ibu Esti Aprilia Fatma, S.Pd SD sebagai

validator dari Sekolah Dasar selaku Guru.

8. Orang tua yang terkasih Bapak Ignasius Sutarman dan Ibu Maria

Magdalena Rina Ariyani, adikku Reinardus Devo Arkadia dan Stanislaus

Michel Saputra yang telah memberikan dukungan, kepercayaan dan kasih

sayang.

9. Mas Rofy Fajar Sanjaya, terima kasih atas sayang, cinta, dukungan,

perhatian, dan semangat yang selalu diberikan.

10. Sahabat-sahabatku Rifka, Dian, Anisa Ayu, Anisa, dek Bene, dek Lusy

dan Fatimah.

11.Teman-teman seperjuangan Payung dan kelas F Abil, Palupi, Satria,

Suster, Sekar, Christin, Fika, Dika, Diana, Aya, Anjar, Liena dan semua

yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

12.Semua pihak yang membantu tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah membantu proses penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini hingga akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir Skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan. Akhir kata, penulis berharap penulisan Tugas Akhir

Skripsi ini dapat memberi manfaat.

Yogyakarta, 6 Januari 2015

Penulis

Veronica Oky Armania

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..………....

HALAMAN PERSEMBAHAN……….

HALAMAN MOTTO……….

LEMBAR PENGESAHAN I………..

LEMBAR PENGESAHAN II……….

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….………

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………

ABSTRAK………..

ABSTRACT ………...

KATA PENGANTAR………

DAFTAR ISI………...

BAB I PENDAHULUAN………..

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH……….

1.2. RUMUSAN MASALAH……….

1.3. TUJUAN PENELITIAN………..

1.4. MANFAAT PENELITIAN………..

1.5. BATASAN ISTILAH………..

1.6. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIKEMBANGKAN………..

BAB II LANDASAN TEORI………...

2.1. KAJIAN TEORI………...

2.1.1. KURIKULUM SD 2013………...

2.1.1.1. PENGERTIAN KURIKULUM………

2.1.1.2. FAKTOR-FAKTOR PENGEMBANGAN

KURIKULUM SD 2013………

2.1.1.3. KARAKTERISTIK KURIKULUM SD 2013…………..

(15)

2.1.2. PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF………

2.1.2.1. KARAKTERISTIK PENDEKATAN TEMATIK

INTEGRATIF………...

2.1.2.2. FUNGSI DAN TUJUAN PENDEKATAN TEMATIK

INTEGRATIF………...

2.1.2.3. MODEL-MODEL PENDEKATAN INTEGRATIF…….

2.1.2.4. TAHAP PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF…..

2.1.3. PENDEKATAN SAINTIFIK………...

2.1.3.1. KRITERIA PEMBELAJARAN DENGAN

PENDEKATAN SAINTIFIK………

2.1.3.2. PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM

PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF…………

2.1.4. PENILAIAN OTENTIK………...

2.1.4.1. HAKIKAT PENILAIAN OTENTIK………

2.1.4.2. KARAKTERISTIK PENILAIAN OTENTIK…………..

2.1.4.3. MACAM-MACAM PENILAIAN OTENTIK…………..

2.1.5 PENDEKATAN KARAKTER………..

2.1.5.1. HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER………

2.1.5.2. PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR…

2.1.6. MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT

PEMBELAJARAN………...

2.2. PENELITIAN YANG RELEVAN………..

2.3. KERANGKA BERPIKIR………

2.4. PERTANYAAN PENELITI………

BAB III METODE PENELITIAN………..

3.1.JENIS PENELITIAN……….

3.2.PROSEDUR PENGEMBANGAN………..

3.2.1. POTENSI DAN MASALAH……….

3.2.2. PENGUMPULAN DATA………..

(16)

3.2.3. DESAIN PRODUK………

3.2.4. VALIDASI PRODUK………

3.2.5. REVISI DESAIN………

3.2.6. REVISI DESAIN PRODUK………..

3.3. INSTRUMEN PENELITIAN…………...………...

3.3.1 JENIS DATA UJI COBA………..

3.3.2 INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA…………...

3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA………...

3.5. TEKNIK ANALISIS DATA………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………

4.1. HASIL PENELITIAN………..

4.1.1. DATA ANALISIS KEBUTUHAN………..

4.1.2. DESKRIPSI PRODUK AWAL………...

4.1.2.1. SILABUS………..………

4.1.2.2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) ………...

4.1.2.3. KERANGKA PERANGKAT PEMBELAJARAN...

4.1.2.4. PERANGKAT PEMBELAJARAN………..

4.1.3. DATA UJI COBA DAN REVISI PRODUK………...

4.1.3.1. DATA VALIDASI TEMAN SEJAWAT DAN

REVISI PRODUK………

4.1.3.2. DATA VALIDASI PAKAR KURIKULUM DAN

REVISI PRODUK………...……….

4.1.3.3. DATA VALIDASI GURU SD KELAS I DAN

REVISI PRODUK………...………….

4.1.4. KAJIAN PRODUK AKHIR………

(17)

BAB V PENUTUP……….

5.1. KESIMPULAN………

5.2. KETERBATASAN PENELITIAN………..

5.3. SARAN………

DAFTAR PUSTAKA………

LAMPIRAN………...

78

79

80

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam suatu pendidikan bertujuan membentuk kepribadian peserta didik.

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam setiap pendidikan untuk menjadikan

peserta didiknya sebagai manusia yang siap menghadapi tantangan dalam

perubahan jaman. Pendidikan mampu menjadikan manusia yang berkualitas

melalui media pembelajaran, kualitas pengajar, Perangkat pembelajaran, fasilitas

belajar yang ada disekolah, serta di lingkungan sekolah. Selain itu peserta didik

dapat belajar berbagai macam ilmu pengetahuan dan membentuk sebuah karakter

kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yakni

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, beriman, berakhlak mulia, berilmu, sehat, cakap,

mandiri, kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (UU No. 20 Tahun 2003).

Berkaitan kondisi saat ini dengan kualitas pendidikan, jelas terlihat sangat

rendahnya sumber daya manusia. Terlihat pada moral manusia dan perilaku

memprihatinkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pola pikir yaitu media

internet. Contohnya antara lain adalah game online, pornografi yang dapat diakses

oleh berbagai kalangan. Kondisi seperti ini hendaknya diperbaiki melalui

peningkatan kualitas pendidikan nasional di setiap satuan pendidikan. Supaya

pendidikan dapat diselenggarakan sebagai kegiatan pembelajaran dengan baik dan

(19)

sesuai dengan tujuan pendidikan, maka dibutuhkan suatu kurikulum. Pengertian

kurikulum dijabarkan dalam UU No.20 Tahun 2003, kurikulum merupakan

perangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam

mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan pengertian kurikulum diatas

(Sukmadinata, 2011 ; UU No.20 Tahun 2003), maka dengan adanya kurikulum

sekolah mampu menjadi sarana belajar bagi peserta didik supaya memiliki

kualitas pendidikan yang baik.

Telah beberapa kali dilakukan pergantian kurikulum sejak Indonesia

merdeka. Mulai dari kurikulum 1947 sampai dengan 2006. Hal tersebut

menunjukkan bahwa sektor pendidikan di Indonesia belum mampu mengatasi

masalah pendidikan dalam mengikuti kompetensi regional maupun global

(Abdullah, 2007). Mulai tahun pelajaran 2013/2014 Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan melakukan implementasi Kurikulum SD 2013 walaupun banyak pro

dan kontra muncul terhadap kurikulum ini, namun Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Muhammad Nuh menyimpulkan bahwa orang-orang

mempertanyakan Kurikulum SD 2013 karena adanya perbedaan sudut pandang

atau mungkin belum memahami konsep dalam kurikulum berbasis kompetensi

yang menjadi dasar Kurikulum SD 2013 (Suara Merdeka, 5 Mei 2013).

Pengembangan Kurikulum SD 2013 bertujuan agar menghasilkan peserta didik

Indonesia yang kreatif, inovatif, produktif dan efektif melalui ketrampilan, sikap

dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013 : 65). Perlunya pengembangan

(20)

Abad 21, dimana sumber daya manusia di Indonesia yang memasuki usia

produktif melimpah. Melalui pendidikan, masyarakat dapat mengambil suatu

langkah yang rasional dalam bertindak dan mengambil keputusan (Atmananti,

2005).

Peneliti melakukan wawancara kepada salah satu guru kelas I Sekolah

Dasar yang telah melaksanakan Kurikulum SD 2013. Wawancara dilakukan untuk

memperoleh informasi mengenai sejauh mana pemahaman guru dan pelaksanaan

Kurikulum SD 2013. Hasil wawancara dengan guru kelas I SD Muhammadiyah I

Demangan Yogyakarta pada hari Sabtu, diperoleh informasi bahwa Kurikulum

SD 2013 adalah kurikulum yang baik. Perangkat pembelajaran yang tersedia

masih perlu dikembangkan. Informasi lain yang diperoleh adalah materi yang

terdapat pada Perangkat pembelajaran masih perlu pengembangan Perangkat

pembelajaran lain seperti media pembelajaran agar lebih mempermudah

menyampaikan pembelajaran. Guru kelas I mengatakan bahwa sudah mampu

mengembangkan Perangkat pembelajaran secara mandiri namun tetap

menggunakan pedoman buku panduan Kurikulum SD 2013. Perangkat

pembelajaran yang tersedia sudah cukup baik namun guru sebenarnya masih

kesulitan dalam penilaian. Sejauh ini siswa mampu mengikuti pembelajaran

dengan baik dan semangat namun guru masih kesulitan memberikan penilai yang

terperinci untuk siswa. Pemahaman guru terhadap Kurikulum SD 2013 adalah

pembelajaran yang tematik, dimana muatan pelajaran tidak terpisah-pisah karena

anak-anak belum akan mengkonsep dirinya pada satu muatan pelajaran.

(21)

menggunakan pendekatan saintifik, pendidikan karakter dan penilaian otentik.

Menurut guru kelas I penilaian dalam Kurikulum SD 2013 baik karena

mengutamakan proses pembelajaran, namun banyaknya penelitian yang harus

dilaksanakan , guru membutuhkan waktu lebih banyak untuk menilai

masing-masing siswa. Saran yang disampaikan beliau pada Perangkat pembelajaran yang

sudah ada adalah perbaikan pada beberapa pengetikan atau penulisan yang salah

pada Perangkat pembelajaran. Guru membutuhkan media pembelajaran untuk

mendukung kelengkapan materi disetiap muatan pelajarannya. Guru

memanfaatkan media internet untuk melengkapi materi-materi yang ada di dalam

Perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran merupakan sebuah media baik informasi, alat,

maupun teks yang disusun secara sistematis yang dapat menampilkan kompetensi

siswa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan

perencanaan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2013:298). Pada

implementasi Kurikulum SD 2013 guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan

buku panduan guru dan buku paduan siswa yang telah disiapkan oleh tim

pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2013:80). Buku pedoman siswa yang banyak

dikenal sebagai buku siswa atau Perangkat pembelajaran, berisi jabaran usaha

minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang

diarapkan (Kemendikbud, 2013). Buku panduan siswa tersebut masih harus

dikembangkan oleh guru sesuai dengan konteks atau lingkungan sekolah. Oleh

(22)

dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dengan bersumber pada

lingkungan social dan alam (Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan beberapa hal mengenai Perangkat pembelajaran dalam

Kurikulum SD 2013 serta hasil wawancara dengan guru kelas I SD pelaksanaan

Kurikulum SD 2013, peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran

dalam sebuah Perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013.

Pengembangan Perangkat pembelajaran ini terbatas pada Subtema Bencana Alam

untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Perangkat pembelajaran yang akan

dikembangkan dalam satu Subtema terdiri dari 6 pembelajaran selama satu

minggu.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi Guru terletak pada pembuatan rubrik

penilaian, beliau mengaku kurang paham dalam pembuatan rubrik penilaian

karena terlalu rumit, didalam penelitian tersebut tidak menilai permuatan tetapi

per KD dalam muatan tersebut sehingga harus membuat rubrik penilaian yang

cukup banyak dan memakan waktu yang lama. Selama masa penelitian lebih

banyak melakukan analisis buku Guru dan Siswa sehingga Guru mempelajari

sendiri cara membuat rubrik penilaian dari buku panduan yang ada.

Guru membutuhkan contoh-contoh perangakat pembelajaran karena

perangkat pembelajaran yang ada disekolah masih kurang lengkap, misalnya saja

guru belum mengetahui format silabus, prosem, dan prota sama dengan KTSP

atau berbeda. Contoh perangkat pembelajaran tersebut sangat penting bagi guru

supaya semua guru mempunyai persepsi yang sama jadi dapat berlaku di semua

(23)

lebih menguasai Kurikulum SD 2013 dan menerapkan kurikulum sesuai dengan

prosedurnya.

Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa guru masih

membutuhkan contoh perangkat pembelajaran dan peneliti akan membantu

memberikan solusi berupa pengembangan perangkat pembelajaran mengacu

Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar.

Perangkat pembelajaran tersebut meliputi RPPTH, materi ajar, instrument,

penilaian dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dengan perangkat pembelajaran

diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dalam proses mengajar di kelas.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengembangan produk yang berupa perangkat pembelajaran

Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I

Sekolah Dasar ?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk pengembangan perangkat pembelajaran

Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk menjabarkan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran

Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I

Sekolah Dasar.

1.3.2 Untuk menghasilkan kualitas produk pengembangan perangkat

pembelajaran Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa sebagai calon guru dapat semakin terampil dalam mengolah

dan mengembangkan perangkat pembelajaran Subtema Bencana Alam

mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

1.4.2 Bagi Guru

Guru sekolah dasar memperoleh dan dapat menggunakan perangkat

pembelajaran Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013

untuk siswa kelas I Sekolah Dasar yang telah dikembangkan oleh

mahasiswa.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat memperoleh perangkat pembelajaran Subtema Bencana

Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar

yang telah dikembangkan oleh mahasiswa.

1.4.4 Bagi Prodi PGSD

(25)

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Perangkat pembelajaran adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan

dari setiap tema dan subtema yang terdiri dari unsur: tema, subtema,

Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan

pembelajaran,uraian materi, kegiatan pembelajaran, refleksi, aksi atau

tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian , tindak lanjut, daftar kata

penting , serta daftar pustaka.

1.5.2 Pendekatan Tematik Integratif adalah pendekatan pembelajaran yang

digunakan dalam Kurikulum SD 2013, dimana muatan pembelajaran

menjadi satu dalam kegiatan aktif dan memberi pengalaman langsung

kepada anak yang sudah direncanakan berdasarkan tema/subtema sehingga

materi pembelajaran saling terkait.

1.5.3 Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan

dalam Kurikulum SD 2013 yang terdiri dari kegiatan mengamati,

bertanya/menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan/mencoba

dan mengkomunikasikan.

1.5.4 Pendidikan Karakter adalah proses pembelajaran nilai-nilai moral

kehidupan yang ada dalam diri seseorang.

1.5.5 Penilaian Otentik adalah penilaian terhadap aspek sikap spiritual, sikap

social, ketrampilan dan pengetahuan yang digukana dalam Kurikulum SD

(26)

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut:

1.6.1 Perangkat Pembelajaran disusun dengan memperhatikan keutuhan

perkembangan pribadi siswa (karakter, ketrampilan dan intelektual) yang

Nampak dalam rumrusan indikator dan tujuan pembelajaran.

1.6.2 Perangkat pembelajaran disusun dengan pendekatan tematik integratif.

1.6.3 Perangkat pembelajaran disusun berbasis aktivitas siswa dengan

menerapkan pendekatan Saintifik.

1.6.4 Perangkat pembelajaran berbasis budaya lokal.

1.6.5 Penilaian dalam perangkat pembelajaran menggunakan penilaian otentik.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kurikulum SD 2013

2.1.1.1 Pengertian Kurikulum

Sekolah merupakan sarana bagi peserta didik untuk melaksanakan

pembelajaran yang menyenangkan dan demokratis (Mulyasa, 2013: 6). Dalam

lingkup sekolah yang tepat dibutuhkan pula sebuah kurikulum yang tepat. Konsep

dalam sebuah kurikulum sebagai substansi, kurikulum dipandang sebagai suatu

system rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu

perangkat tujuan yang ingin dicapai (Sukmadinata, 2011: 27). Kurikulum adalah

perangkat rencana dan konsep mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No.20 Tahun 2003). Berdasarkan

pengertian kurikulum (Sukmadinata, 2011; UU No.20 Tahun 2003) yang telah

dijabarkan, diharapkan dapat menjadi suatu substansi, system dalam sekolah dan

suatu bidang study yang tepat bagi peserta didik.

Mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah diberlakukan Kurikulum SD 2013.

Kurikulum ini diberlakukan untuk memenuhi standar mengenai tujuan, isi dan

bahan pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran (Kemendikbud,

2013). Kesuksesan pelaksanaan Kurikulum SD 2013 ini dibutuhkan koordinasi

kerjasama dan komunikasi berbagai pihak. Yang dimaksud adalah pihak sekolah,

(28)

orangtua masyarakat dan pemerintah, baik di dalam merencanakan,

melaksanakan, maupun mengevaluasi serta pengawasan yang diharapkan dapat

saling terkait (Mulyasa, 2013: 12).

2.1.1.2 Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum SD 2013

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan

Kurikulum SD 2013. Berikut ini faktor-faktor pengembangan Kurikulum SD 2013

seperti yang dijabarkan Kemendikbud (2013: 1-3):

1. Tantangan Internal

Tantangan Internal adalah kondisi pendidikan dan perkembangan

penduduk Indonesia. Kondisi pendidikan dikaitkan dengan adanya Standar

Nasional Pendidikan yang terdiri dari (1) standar isi (2) standar proses (3) standar

kompetensi lulusan (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan (5) standar

sarana dan prasarana (6) standar pengelolaan (7) standar pembiayaan, dan (8)

standar penilaian pendidikan. Perkembangan penduduk berkaitan dengan

melimpahnya Sumber Daya Manusia. Tantangannya adalah bagaimana

mengupayakan sumber daya manusia yang produktif menjadi manusia yang

memiliki kompetensi dan ketrampilan melalui pendidikan.

2. Tantangan Eksternal

Tantangan Eksternal dapat mempengaruhi perubahan dan pengembangan

kurikulum adalah antara lain globalisasi dan berbagai masalah terkait lingkungan

hidup, kemajuan teknologi dan informasi, industry dan budaya, serta

(29)

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Ada beberapa pola pikir yang disempurnakan dalam Kurikulum SD 2013

ini yaitu: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru diubah menjadi

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki

pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang

sama. (2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)

pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan

alam-sumber/media lain). (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran

serta jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan darimana

saja yang dapat dihubungi dan diperoleh melalui internet). (4) pola pembelajaran

pasif menjadi pembelajaran aktif (pembelajaran siswa aktif semakin diperkuat

dengan model pembelajaran pendekatan sains. (5) pola belajar sendiri menjadi

belajar kelompok ( berbasis tim). (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi

pembelajaran berbasis alat multimedia. (7) pola pembelajaran berbasis masal

menjadi kebutuhan pelanggan (user) dengan memperkuat perkembangan potensi

khusus yang dimiliki setiap peserta didik. (8) pola pembelajaran ilmu

pengetahuan tunggal (mono discipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan

jamak diganti (multi discipline). (9) pola pembelajaran pasif menjadi

pembelajaran kritis.

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Kurikulum SD 2013 dilakukan penguatan tata kelola yang sesuai dengan

kurikulum satuan pendidikan. Penguatan tata kelola yang dilakukan adalah (1) tata

(30)

penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajeman kepala

sekolah sebagai pimpinan kependidikan (education leader). (3) penguatan sarana

dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

5. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan memperdalam materi yang sesuai

dengan kebutuhan peserta didik. Bisa dengan pembelajaran yang menyenangkan

menggunakan media pembelajaran dengan menggunakan benda kongkrit atau

benda disekitar.

2.1.1.3 Karakteristik Kurikulum SD 2013

Kemendikbud (2013 : 3-4) menerangkan karakteristik Kurikulum SD

2013, berikut diantaranya: (1) mengembangkan keseimbangan antara

pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, kerja sama

dengan kemampuan intelektual dan psiko motor. (2) sekolah merupakan bagian

dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta

didik menerapkan apa yang dipelajari disekolah kemasyarakatan dan

memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. (3) mengembangkan sikap,

pengetahuan dan ketrampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di

sekolah dan masyarakat. (4) memberi waktu yang cukup banyak untuk

mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. (5) kompetensi

dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam

kompetensi dasar muatan pembelajaran. (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur

(31)

dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang

dinyatakan dalam kompetensi inti. (7) kompetensi dasar dikembangkan

berdasarkan prinsip akumulatif, saling memperkuat, dan memperkaya antar

muatan pembelajaran dan jenjang pendidikan.

2.1.1.4 Tujuan Kurikulum SD 2013

Kurikulum SD 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

reproduktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia

(Kemendikbud, 2013 : 4).

2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan, diharap

agar peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan atau

percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik

dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan peserta didik dimana

terdapat dimensi ke-Tuhanan, individual, sosial dan moral. Pembelajaran yang

menggunakan pendekatan tematik integrative pemersatunya adalah tema.

Kurikulum SD 2013 menggunakan pendekatan Tematik Terpadu, dimana

pembelajaran dirangkai dan dipadukan menggunakan tema (Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

(32)

2.1.2.1 Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif

Dalam menerapkan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik

integratif, guru perlu menampilkan karakteristik tematik integratif untuk

membedakan dengan pembelajaran lain. Hajar, (2013 : 43-56), menerangkan

bahwa karakteristik pendekatan Tematik Integratif adalah : (1) pembelajaran

berpusat pada peserta didik. (2) kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman

langsung pada peserta didik. (3) guru memisahkan antara muatan pembelajaran

secara jelas. (4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai materi pelajaran dengan

tujuan supaya pemahaman para peserta didik terhadap materi pelajaran tidak

sepotong-potong. (5) fleksibel, yang berarti ada keterkaitan antara peserta didik

dengan lingkungan sekitarnya. (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan

kebutuhan peserta didik, dimana guru harus memberi kesempatan seluas-luasnya

kepada peserta didik. (7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan. (8) mengembangkan komunikasi peserta didik. (9)

mengembangkan kemampuan metakognitif peserta didik. (10) dan lebih

menekankan proses daripada hasil.

Trianto, (2007: 13-15) juga menerangkan bahwa dalam pembelajaran

tematik integrative sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik.

Karakteristik tersebut yaitu: (1) holistik, yang berarti bahwa pembelajaran

terintegrasi memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena dari

segala sisi. (2) bermakna, terbentuknya jalinan antar konsep, yang dapat peserta

didik manfaatkan untuk menyelesaikan berbagai masalah. (3) otentik, berarti

(33)

(4) dan aktif, pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun

emosional supaya pembelajaran optimal. Trianto, (2007: 11) juga menerangkan

bahwa tahap perkembangan anak adalah dunia nyata sehingga selalu dimulai dari

hal nyata, yang dapat guru kemas dalam sebuah tema pembelajaran.

Selain kedua tokoh diatas (Hajar, 2013 & Trianto, 2007), Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menjelaskan beberapa karakteristik

pendekatan Tematik Integratif yang diterapkan dalam Kurikulum SD 2013, yaitu:

pembelajaran berpusat pada peserta didik, pemisahan antara muatan pembelajaran

tidak begitu jelas atau menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan,

menyajikan konsep dari berbagai muatan pembelajaran dalam suatu proses

pembelajaran, bersifat luwes atau adanya keterpaduan antar muatan pembelajaran,

serta hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan

anak melalui penilaian proses dan hasil belajarnya.

Dari ketiga karakteristik yang telah dijelaskan oleh tokoh diatas (Hajar,

2013, Trianto, 2007 & Kemendikbud, 2013) dapat disimpulkan bahwa

karakteristik pendekatan tematik integrative antara lain: (1) pelajaran berpusat

pada peserta didik. (2) pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada

peserta didik sehingga materi yang diterima otentik dari lingkungan yang nyata,

dan bersifat holistik, karena peserta didik memahami suatu hal secara menyeluruh.

(3) pemisahan antar muatan pembelajaran tidak begitu nampak jelas, dimana

materi-materi pelajaran menyatu dalam kegiatan yang dirancang oleh guru. (4)

pembelajaran yang satu dengan yang lain saling terkait melalui konsep-konsep

(34)

oleh guru tidak kaku. (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan

minat dan kebutuhan peserta didik melalui kegiatan belajar sambil bermain, serta

(8) pembelajaran yang dirancang sebaiknya mengembangkan komunikasi dan

kemampuan metakognitif peserta didik.

2.1.2.2 Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran tematik integrative dalam Kurikulum SD 2013 berfungsi

untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan

mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah

semangat belajar peserta didik, karena materi yang dipelajari merupakan materi

yang kontekstual dan bermakna bagi peserta didik (Kemendikbud, 2013). Selain

fungsi pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integrative,

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 8) menjelaskan tujuan

pembelajaran tematik integrative. Tujuan dari pendekatan tematik integrative

adalah:

1. Mudah memutuskan perhatian pada satu tema atau topic tertentu.

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi

muatan pembelajaran dalam tema yang sama.

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan.

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan

berbagai muatan pembelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta

(35)

5. Lebih bersemangat belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam

situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari

pelajaran lain.

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan

dalam konteks tema yang jelas.

7. Guru dapat menghemat waktu, karena muatan pembelajaran yang disajikan

secara terintegrasi dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2

sampai 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan

menggunakan sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.2.3 Model-Model Pendekatan Integratif

Dilihat dari cara memadukan konsep, ketrampilan, topik dan unit

tematiknya, menurut Forgarty (1991) dalam Hernawan, Resmini, dan Andayani

(2007) dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) terdapat sepuluh

model dalam merencanakan pembelajaran. Kesepuluh model tersebut adalah

model penggalan, model keterhubungan, model sarang, model urutan, model

bagiran, model jaring laba-laba, model galur, model terpadu, model celupan, dan

model jaringan. Model yang pertama adalah model penggalan (Fragmented),

model ini ditandai oleh ciri pemanduan yang hanya terbatas pada satu muatan

pembelajaran saja. Dalam pembelajaran butir-butir materi tersebut dilaksanakan

secara terpisah-pisah pada waktu yang berbeda-beda. Kedua, model

(36)

pembelajaran dapat dipayungkan pada induk muatan pembelajaran tertentu.

Ketiga, model sarang (nested), ini merupakan pemaduan berbagai bentuk

penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Keempat,

model urutan (sequenced), merupakan model pemanduan topik-topik antar muatan

pembelajaran yang berbeda secara paralel. Topic-topik tersebut dapat dipadukan

pembelajarannya pada alokasi waktu yang sama. Kelima, model bagian (shared),

merupakan model pemanduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep

atau ide pada dua muatan pembelajaran atau lebih. Keenam, model jarring

laba-laba (webbed), model ini paling popular dan paling banyak digunakan. Model ini

bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan

pembelajaran. Tema dapat mengaitkan kegiatan pembelajaran baik dalam muatan

pembelajaran maupun lintas muatan pembelajaran. Ketujuh, model galur

(threaded) ini merupakan modal pemaduan bentuk ketrampilan. Bentuk ini

berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum. Kedelapan, model terpadu

(integrated), merupakan pemaduan sejumlah topic dari muatan pembelajaran yang

berbeda, tetapi essensinya sama dalam sebuah topic tertentu. Kesembilan, model

celupan (immersed), ini dirancang untuk membantu peserta didik dalam

menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan

dengan situasi pemakaiannya. Kesepuluh, model jaringan (networked), ini

merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan

pengubahan konsep maupun bentuk ketrampilan baru.

Perangkat pembelajaran sebagai produk pengembangan dalam penelitian

(37)

muatan pembelajaran disatukan oleh tema yang dibentuk seperti jaring laba-laba.

Indikator masing-masing muatan pembelajaran disatukan dalam sebuah tema. Di

dalam Kurikulum SD 2013, kelas I dari delapan tema yang terbagi dua semester.

2.1.2.4 Tahap Pendekatan Tematik Integratif

Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan tematik integrative,

perlu mengetahui bagaimana tahap-tahap merancang pembelajaran dengan

pendekatan tematik integrative. Rencana kegiatan pembelajaran yang akan dibuat

harus benar-benar matang karena dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

Menurut Hajar (2013: 59-80), ada beberapa tahap yang sebaiknya diperhatikan

dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan tematik integrative,

diantaranya adalah memilih tema pelajaran, mengorganisasikan tema berdasarkan

jarring-jaring tema, mengumpulkan bahan atau sumber belajar, mendesain

kegiatan pembelajaran, kemudian implementasi pembelajaran.

Tema sudah ditentukan oleh pembuat kebijakan, guru atau ditetapkan

bersama oleh guru dan peserta didik (Kemendikbud, 2013). Memilih tema

pelajaran tidak sembarangan sebaiknya memperhatikan tema-tema pembelajaran

dalam kurikulum, isu-isu faktual yang menarik bagi peserta didik, berdasarkan

peristiwa-peristiwa khusus yang diadakan di sekolah, serta minat atau kesukaan

peserta didik ( Hajar, 2013: 58-60). Dalam Kurikulum SD 2013, tema telah

ditentukan oleh Tim Penyusun Kurikulum Kementrian Pendidikan dan

(38)

Sumber belajar yang akan digunakan guru dalam pembelajaran yang

menggunakan pendekatan tematik integrative berbeda dengan pembelajaran lain

yang hanya menggunakan buku paket sebagai perangkat pembelajaran. Sumber

yang dapat guru pergunakan antara lain media cetak, sumber visual, literature,

atau artefak (Hajar, 2013: 74-75). Sumber-sumber tersebut bisa yang sudah

dikenal oleh peserta didik maupun yang belum. Dari penggunaan sumber belajar

yang beraneka ragam, pengetahuan dan pengalaman peserta didik akan lebih kaya.

2.1.3 Pendekatan Saintifik

Pembelajaran yang terjadi di kelas, menekankan pada perkembangan

sikap, ketrampilan dan pengetahuan peserta didik. Para ilmuwan, lebih

mengedepankan penalaran induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran

induktif adalah cara berpikir dengan memandang fenomena atau situasi spesifik

untuk kemudian menarik kesimpulan secara menyeluruh. Sedangkan penalaran

deduktif adalah cara berpikir dengan memandang fenomena atau situasi yang

umum yang kemudian menarik kesimpulan yang lebih spesifik. Proses

pembelajaran dalam Kurikulum SD 2013 menitik beratkan pada esensi

pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013)

2.1.3.1 Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik, perlu memiliki

kriteria yang membedakan dengan pembelajaran lain. Ada beberapa kriteria yang

(39)

fenomena nyata yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran, penjelasan

guru , respon, peserta didik dan interaksi antara guru dan peserta didik terbebas

dari pemikiran subjektif, mendorong peserta didik untuk berfikir kritis. Kriteria

selanjutnya yakni, mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk berfikir

hipoteknik, mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk memahami,

menerapkan dan mengembangkan pola pikir rasional serta objektif, pembelajaran

berdasarkan pada konsep teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan, dan yang terakhir yakni tujuan pembelajaran dirumuskan

secara sederhana, jelas dan system penyajiannya menarik (Kemendikbud, 2013).

2.1.3.2 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran pendekatan saintifik memiliki lima langkah pembelajaran,

yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan

mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Muatan pembelajaran dalam

pembelajaran yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Oleh sebab itu langkah

tersebut tidak selalu harus ada pada setiap pembelajaran. Berikut ulasan mengenai

kelima langkah pembelajaran tematik integrative dengan pendekatan saintifik

(Kemendikbud, 2013).

1. Mengamati

Kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebaiknya memberi

makna bagi peserta didik. Metode mengamati memiliki keunggulan tertentu bagi

peserta didik, seperti menyajikan media objek secara nyata sehingga peserta didik

(40)

peserta didik dapat terjawab. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan

dalam beberapa langkah. Langkah tersebut adalah (1) menentukan objek yang

akan diamati, (2) membuat pedoman pengamatan sesuai dengan obyek yang akan

diamati, (3) menentukan secara jelas data-data yang perlu diamati, (4)

menentukan tempat pelaksanaan pengamatan, (5) menentukan cara yang sesuai

dalam pengamatan, (6) menentukan cara yang digunakan untuk mencatat data

pengamatan.

Kegiatan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran pasti

melibatkan siswa. Selain langkah pengamatan, guru perlu menentukan bentuk

pengamatan yang akan digunakan dalam pelajaran. Ada tiga bentuk keterlibatan

peserta didik dalam melakukan pengamatan. Pertama, pengamatan biasa. Pada

umumnya pengamatan ini peserta didik sebagai subjek pengamatan, dimana

peserta didik tidak melibatkan diri dengan objek pengamatan. Kedua, pengamatan

terkendali. Sama seperti pengamatan biasa namun dalam pengamatan ini objek

pengamatan ditempatkan pada ruangan khusus yang telah dikendalikan, sehingga

termuat nilai-nilai percobaan. Ketiga, pengamatan partisipatif. Pada pengamatan

ini peserta didik terlibat secara langsung dengan objek yang diamati

(Kemendikbud, 2013).

2. Menanya atau Bertanya

Pembelajaran di kelas maupun luar kelas tidak lepas dari kegiatan

bertanya. Kemendikbud (2013), menerangkan ada beberapa fungsi bertanya.

Fungsi bertanya antara lain, membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian

(41)

didik untuk belajar mengembangkan pertanyaan yang dibuat dari dan untuk

dirinya sendiri, mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, membangkitkan

ketrampilan peserta didik dalam bidang komunikasi, mendorong partisipasi

peserta didik dalam kegiatan kelompok, mendorong sikap keterbukaan serta saling

kerjasama untuk menerima dan memberi masukan atau gagasan pada orang lain,

dan melatih kesantunan dalam berbicara.

Kegiatan bertanya di dalam pembelajaran, harus memiliki tujuan yang

jelas dan tepat untuk suatu pembelajaran yang dilaksanakan. Ada beberapa kriteria

pertanyaan yang baik, diantaranya adalah pertanyaan harus singkat dan jelas,

menginspirasi jawaban, memiliki focus, bersifat probing atau divergen, bersifat

validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang,

merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, dan merangsang proses

interaksi (Kemendikbud, 2013).

3. Mengumpulkan Informasi

Dalam mengumpulkan informasi merupakan salah satu tindak lanjut dari

kegiatan bertanya untuk mendapatkan suatu tindak lanjut atau jawaban hasil dari

bertanya. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai cara.

Melalui kegiatan ini peserta didik dilatih untuk menghubungkan antara informasi

yang satu dengan yang lainnya. Setelah peserta didik dapat menghubungkan

informasi yang satu dengan yang lainnya diharapkan peserta didik mampu

(42)

4. Mengkomunikasikan

Banyak hal yang telah peserta didik peroleh dari kegiatan mengamati,

bertanya, mencari informasi dan mengolah informasi yang ada. Kegiatan-kegiatan

tersebut sebaiknya diceritakan atau ditulis sebagai bentuk komunikasi. Peserta

didik dibiasakan mengemukakan pendapat atau mengkomunikasikan hasil

belajarnya (Kemendikbud, 2013).

5. Mengasosiasikan / Mencoba

Yang dimaksud dari mengasosiasikan dapat diartikan dengan mengolah

informasi. Informasi yang telah peserta didik temukan selanjutnya akan diolah

untuk mendapatkan kesimpulan. Pada pengertian lain, mengasosiasikan adalah

menautkan sesuatu pada barang lain atau orang (KBBI, 2008: 94). Pengolahan

informasi dapat berupa menambah sampai mengolah informasi yang bersifat

pencarian solusi yang berdasarkan sumber-sumber yang ada (Kemendikbud,

2013). Dari pengertian mengasosiasikan tersebut (KBBI, 2008 & Kemendikbud,

2013) dapat disimpulkan bahwa mengasosiasikan merupakan kegiatan mengolah

dan mengaplikasikan suatu materi pelajaran terhadap suatu permasalahan.

2.1.4 Penilaian Otentik

2.1.4.1 Hakikat Penilaian Otentik

Di dalam dunia pendidikan, kita sering mendengar istilah penilaian

menurut Arikunto (2012: 3), penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan

(43)

penilaian dilakukan setelah dilakukan pengukuran. Mengukur adalah

membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran (Arikunto, 2012: 3).

Penilaian otentik digunakan untuk mengetahui proses dan hasil belajar

peserta didik. Penilaian otentik menitik beratkan pada kemampuan peserta didik

untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna

(Nurgiyantoro, 2011: 23). Penilaian tidak hanya menekankan pada pengetahuan

yang dimiliki peserta didik, namun juga untuk mengetahui bagaimana kinerja

serta sikap dari masing-masing peserta didik.

2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik

Dilaksanakannya implementasi Kurikulum SD 2013, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menyusun panduan teknis penilaian di

sekolah dasar. Penilaian dalam Kurikulum SD 2013 memiliki beberapa

karakteristik (Kemendikbud, 2013: 5). Pertama, belajar tuntas atau masi perlu

perbaikan. Pandangan yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik

dapat mencapai kompetensi yang ditentukan, jika peserta didik mendapat bantuan

yang tepat dan diberi waktu sesuai kebutuhan.

Kedua, otentik. Penilaian otentik mencerminkan masalah dunia nyata atau

kehidupan sehari-hari yang siswa ketahui, bukan dunia sekolah. Penilaian

menggunakan berbagai cara dan kriteria yang menyeluruh agar penilaian dapat

sesuai dengan hasil dari jawaban yang akan dinilai. Di dalam penilaian otentik

tidak hanya mengukur apa yang diketahui peserta didik namun lebih

(44)

berkesinambungan. Yang dimaksud dengan penilaian berkesinambungan adalah

penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama

pembelajaran berlangsung.

Keempat, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik penilaian

yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek,

pengamatan, maupun penilaian diri. Kelima, berdasarkan acuan kriteria.

Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan kelompoknya atau siswa

lain di dalam kelasnya namun dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan.

Kriteria tersebut misalnya KKM. Dengan adanya kriteria, guru dapat segera

mengetahui peserta didik mana yang belum dapat menguasai materi atau

kemampuan tertentu.

2.1.4.3 Macam-Macam Penilaian Otentik

Ada banyak tugas dan kegiatan penilaian yang dapat dikelompokkan ke

dalam penilaian otentik. Menurut Nugiyantoro (2011: 34-48) ada enam jenis

penilaian otentik. (1) Penilaian Kinerja. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk

menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan

ketrampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan sebagaimana

ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu. (2) Wawancara Lisan.

Dalam penilaian ini terjadi Tanya jawab antara pihak yang diwawancarai yakni

peserta didik dengan pewawancara atau guru. Di dalam penilaian ini, ketepatan

(45)

(3) Pertanyaan terbuka. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan

pertanyaan atau tugas pada peserta didik. Pertanyaan yang diberikan pada peserta

didik harus dibatasi supaya jawaban yang dilontarkan peserta didik sesuai dengan

pertanyaan. (4) Menceritakan kembali teks atau cerita. Penilaian ini tidak untuk

mengukur pemahaman wacana yang didengar atau dibaca oleh peserta didik. (5)

Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang

dikumpulkan secara sengaja, terencana, dan sistematik yang kemudian dianalisis

secara cermat untuk menunjukkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik

setiap waktu. (6) Proyek. Proyek merupakan bentuk penugasan yang

menghasilkan karya tertentu yang dilakukan secara berkelompok dalam kaitannya

dengan penilaian hasil pembelajaran. Hasil kerja akhir suatu proyek dapat berupa

laporan.

2.1.5 Pendidikan Karakter

2.1.5.1 Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pendidikan

Sudah banyak persoalan yang ditemui pada dibidang Pendidikan. Dalam

bagian ini akan digali mengenai hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan,

dimana akan menjadi dasar dari pendidikan karakter. Dari asal usul kata

pendidikan diartikan sebagai sebuah proses menumbuhkan, mengembangkan,

mendewasakan dan menata diri seseorang seperti yang disimpulkan oleh

Koesoema (2007: 53). Selain itu dalam pendidikan juga merupakan proses

(46)

Sama seperti yang diutarakan Koesoema (2007) pendidikan dalam UU No. 20

tahun 2003 merupakan usaha membimbing diri seseorang supaya tertata dan

berkembang menjadi individu yang berkompeten dan berakhlak.

Berbagai usaha telah ditempuh pada setiap satuan pendidikan untuk

mencerdaskan siswanya baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

Pendidikan agama yang cukup diberikan pada siswa dalam keluarga kini

diupayakan pemerintah untuk dapat dipelajari di sekolah supaya tujuan system

pendidikan nasional seperti tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3

mengenai fungsi pendidikan nasional yang mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (UU No. 20 2003 pasal 3), jadi tujuan akhir dari pendidikan bukan hanya

sekedar gelar pendidikan atau keahlian para peserta didik akan tetapi nilai hati

nurani yang ter asah baik.

2. Karakter

Sering kita mendengar kata karakter dalam dunia pendidikan dan

kehidupan bermasyarakat. Karakter dipahami sebagai nilai-nilai universal perilaku

manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan

dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun lingkungan yang terwujud

(47)

agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat (Suryadi, 2012: 81) karakter

merupakan nilai dalam tindakan seseorang. Nilai atau tindakan yang ada pada diri

seseorang tersebut biasa baik atau buruk.

Baik buruknya tindakan seseorang bisa saja dikatakan sebagai bawaan

lahir yang sudah melekat sejak awal. Tindakan baik yang sudah melekat pada diri

seseorang memang tidak perlu dipermasalahkan lagi akan tetapi tindakan yang

dianggap buruk yang sebaiknya diperbaiki. Usaha-usaha yang ditempuh

pemerintah dalam dunia pendidikan banyak, salah satunya memasukkan karakter

dalam proses pembelajaran di sekolah sehingga diharapkan siswa memiliki

kepribadian yang baik, sesuai dengan ungkapan Koesoema (2007: 80) bahwa

karakter erat kaitannya dengan kepribadian seseorang.

2.1.5.2 Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana

dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukan dalam

kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013:6) Tujuan pendidikan karakter adalah

terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap/nilai hidup

yang dimilikinya. Jadi pendidikan karakter dapat dilakukan dengan pendidikan

nilai (Adi Susilo, 2012:78).

Banyak permasalahan siswa yang terjadi di lingkungan keluarga dan

masyarakat. Sekolah harus pintar membuat suatu perubahan. Lickona (2012:55)

sekolah harus bekerja lebih keras dalam menyikapi perubahan yang terjadi di

(48)

Keluarga dan sekolah harus mau bekerjasama dalam hal ini. Akan lebih baik

jika siswa selalu mendapatkan pendidikan karakter di keluarga saat mereka ada di

rumah bersama orang tua, dan di sekolah saat mereka ada di sekolah. Ketika di

rumah siswa pun harus mendapat teladan dari orang tua bagaimana mereka

sebaiknya bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat di sekitar rumah, dengan

tetangga dan teman di rumah misalnya. Jika hanya mendapat pendidikan karakter

dari sekolah, maka perilaku dan sikap baik yang telah dimiliki akan luntur karena

tidak mendapat dukungan dari keluarga yang pada dasarnya sebagai tumpuan

siswa berkembang. Pendidikan karakter bisa dikatakan penting. Pendidikan

karakter penting, karena memiliki empat alasan (Maksudin, 2013: 52). Pertama

karakter adalah bagian esensial manusia, oleh karena itu harus didikan. Kedua saat

ini karakter generasi muda bahkan juga orang tua merosot keberadaannya. Ketiga

terjadi detailisasi kehidupan yang diukur dengan uang. Keempat, karakter

merupakan salah satu bagian manusia yang menentukan kelangsungan hidup dan

perkembangan bangsa.

Lalu bagaimana kaitannya antara pendidikan karakter di sekolah dengan

moral, nilai, agama, dan kewarganegaraan yang ada di sekolah? Dalam hal ini

Koesoema (2012:205) menyimpulkan bahwa pendidikan karakter yang ada di

sekolah mensyaratkan adanya pendidikan moral, pendidikan agama dan kesadaran

akan nilai-nilai religius. Nilai-nilai moral yang ada dalam pendidikan agama

sebaiknya tumbuh bersamaan dengan nilai-nilai kebangsaan sehingga terjalin

kesatuan masyarakat yang dapat mendukung perkembangan individu dalam

(49)

pembelajaran pendidikan karakter di sekolah sudah ada, hal tersebut nampak pada

UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menyebutkan "pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa,..." Kata watak yang ada dalam undang-undang

tersebut didukung dengan adanya komponen pengembangan diri dalam struktur

kurikulum yang biasanya terdapat pembiasaan diri siswa di sekolah (Kurikulum,

2006).

2.1.6 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran digunakan untuk membantu guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pembuatan perangkat

pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, oleh

karena itu dalam menyusun suatu perangkat pembelajaran dibutuhkan suatu model

pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan

langkah-langkah penyusunannya. Model pengembangan perangkat pembelajaran menurut

Jerrold E. Kemp yang telah direvisi, merupakan pengembangan yang kontinum

(Trianto, 2009: 179). Tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan

aktivitas revisi dimana pengembangan perangkat dapat dimulai dan titik manapun

dalam siklus. Berikut ini model pengembangan perangkat pembelajaran yang

(50)
[image:50.612.106.509.95.515.2]

Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Perangkat pembelajaran milik Jerrold E.

Kemp

(Trianto, 2009: 179)

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructoinal Problems)

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan antara tujuan

kurikulum dengan fakta yang berlaku di lapangan saat ini baik yang menyangkut

model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru untuk

mencapai pembelajaran (Trianto, 2009: 180). Indikasi adanya sebuah masalah

yakni adanya kesenjangan di lapangan.

2. Analisis Siswa (Learner Characteristic)

Analisis ini diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan

(51)

maupun kelompok. Karakteristik siswa dianalisis dengan melihat kemampuan

akademik, usia, dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap muatan pembelajaran,

pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerjasama, keterampilan

sosial, dan sebagainya (Trianto, 2009: 181).

3. Analisis Tugas (Task Analysis)

Kemp menjelaskan analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk

menentukan isi dan suatu pengajaran (Trianto, 2009: 181). Analisis tugas adalah

kegiatan untuk mengetahui keterkaitan tugas yang diberikan oleh guru dengan

kurikulum, pokok bahasan yang diajarkan dan tujuan dari dilaksanakannya

pembelajaran tersebut. Komponen-komponen dalam analisis tugas adalah (1)

analisis isi pelajaran, (2) analisis konsep, (3) analisis pemrosesan, dan (4) analisis

prosedur.

4. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)

Perumusan indikator bertujuan untuk mengarahkan aktivitas pembelajaran

sesuai dengan indikator yang telah disusun. Perumusan indikator berdasarkan

hasil analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Tujuan dari

perumusan indikator ini adalah (1) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran,

(2) kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluas

Gambar

Gambar  1. Bagan Model Pengembangan Perangkat pembelajaran milik Jerrold E.
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima
Tabel 3.2 Kriteria Skor Skala Lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang telah berkenan menjadi ahli media dan juga memberikan penilaian, kritik, serta saran berharga dalam pengembangan multimedia interaktif ini. Bapak Andhika Brahmantara

[r]

[r]

yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya

kDcED nqck B4 sd4N

Penerapan augmented reality pada buku media pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan software ARToolKit untuk menampilkan produk tiga dimensi (3D) alat transportasi

“The Pink Ribbon” 2003 further advances the inquiry into the relationship between ageing, the body and subjectivity, by linking them to issues of personhood and agency in a person