ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA KEBERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA
KELAS EMPAT (IV) SEKOLAH DASAR
Trifonia Kurnia Awang Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.
Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,22 (sangat baik) dan 4,51 (sangat baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,35 (sangat Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME KEBERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAAN FOR
FOURTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL.
Trifonia Kurnia Awang
Universitas Sanata Dharma
2014
This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA KEBERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA
KELAS EMPAT (IV) SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Trifonia Kurnia Awang NIM. 111134295
RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Yang selalu setia mendengar setiap keluhanku
Bapa tercinta Petrus Awang
Sang motivator handal dan kekasih terhebatku
Mama tercinta Bernadeta Ida
Terimakasih untuk senyuman meski ada dan tanpa adanya bahagia itu
Nenekku tersayang Agnes Bunur Terimakasih untuk semua doanya
Ketiga saudaraku
Cludius P. Awang, S. Kep , Oktavianus S. Awang, Yoannes A. Awang yang selalu menghiburku disaat kesal dan lelah
Yang Terkasih
Teman-teman PPGT 2011 yang selalu ada, setia menghibur, berbagi, kalian tak ada duanya
Yang Terkasih
Adik-adik ku Ririn, Olha dan Lily yang selalu setia mendukung
Yang Terkasih
Yang Tersayang
Sahabat dan keluaragaku Society
Yang terkasih
Pamong asrama Student Residence Sanata Dharma, Adik-adik PPGT 2 dan 3 yang selalu memberi dukungan dengan cara mereka sendiri
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku
MOTTO
Always be my self, no matter how many people try to break me down into
someone else. The world needs more humans, not another robot and I am stronger than the negative energy surrounding me”.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya
atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,
sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 06 Februari 2015
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Trifonia Kurnia Awang
Nomor Mahasiswa : 111134295
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Subtema Kebersamaan dalam Keberagaman
Mengacu Kurikulum SD 2013 untuk Siswa Kelas Empat (IV) Sekolah Dasar
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 06 Februarui 2015
Yang menyatakan
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA KEBERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA
KELAS EMPAT (IV) SEKOLAH DASAR
Trifonia Kurnia Awang Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.
Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,22 (sangat baik) dan 4,51 (sangat baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,35 (sangat Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME KEBERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAAN FOR
FOURTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL.
Trifonia Kurnia Awang
Universitas Sanata Dharma
2014
This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 pada Subtema Kebersamaan dalam
Keberagaman untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dapat penulis selesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan
banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun
tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini
peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ.B.S.T.MA. selaku Ketua Program Studi PGSD.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan
memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing
dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.
6. Rusmawan,S.Pd.,M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk
penelitian.
7. Sarjono, S.Pd. Selaku kepala sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan
bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah
8. Budi Harmanto, S.Pd. selaku guru kelas I SD Negeri Timbulharjo yang telah
membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.
9. Bapa Petrus Awang, Mama Bernadeta Ida, Oma Agnes Bunur yang setia memberikan
doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Kakak Eber Awang , Vanis Awang dan Adikku Yoan Awang yang selalu memberi
12.Keluarga besar Society Yogyakarta
13.Teman-teman PPGT 2011 Universitas Sanata Dharma
14.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan
dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan
kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta,06 Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Batasan Istilah... 7
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 13
1. Kurikulum SD 2013... 13
a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013 ... 14
b. Penguatan Pendidikan Karakter ... 22
c. Pendekatan Tematik Integratif ... 25
d. Pendekatan Saintifik ... 29
B. Penelitian yang Relevan ... 53
C. Kerangka Pikir... 56
D. Pertanyaan Penelitian... 57
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 59
B. Prosedur Pengembangan... 59
C. Jadwal Penelitian ... 66
D. Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 67
E. Instrumen Penelitian ... 67
F. Teknik Pengumpulan Data... 68
G. Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan... 72
1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 72
2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 77
B. Deskripsi Produk Awal ... 78
1. Silabus... 79
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 80
C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 82
D. Data Hasil Validasi Guru Kelas IV Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 85
E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 87
1. Kajian Produk Akhir... 87
2. Pembahasan ... 90
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94
B. Keterbatasan Penelitian ... 95
C. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN ... 99
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum ... 19
Tabel 2. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 20
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 66
Tabel 4. Konversi Nilai Skala Lima... 68
Tabel 5. Kriteria Skor Skala Lima ... 70
Tabel 6. Saran Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi ... 83
Tabel 7. Saran Guru SD Kelas IV Pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi... 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Pengembangan Perangkat model Kemp ... 40
Gambar 2. Langkah-langkah penggunaan Metode R&D ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ... 100
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 101
Lampiran 3 Rangkuman Wawancara ... 103
Lampiran 4 Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 107
Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Guru SD Kelas IV Pelaksana Kurikulum SD 2013... 115
Lampiran 6 Silabus ... 123
Lampiran 7 Biodata Penulis ... 141
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia
yakni melalui pendidikan yang terarah. Pendidikan yang terarah diyakini dapat
mengoptimalkan perkembangan potensi peserta didik. Berbagai macam strategi
pun dicanangkan demi tercapainya tujuan pendidikan yang seutuhnya.
Pengembangan potensi peserta didik diharapkan dapat menciptakan
generasi-generasi baru yang berkualitas dalam bidang intelektual dan karakter. Dalam UU
No. 23 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi “
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ”. Berbagai macam
upaya dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya melalui
kurikulum.
Kurikulum secara etimologis berasal bahasa Latin curir yaitu pelari, dan
curere yang artinya tempat berlari, jadi kurikulum secara etimologis ialah tempat
berlari. Berdasarkan pengertian di atas kurikulum memiliki pengertian dalam
konteks pendidikan yaitu alat dan bahan untuk belajar oleh siswa yang harus
ditempuh oleh siswa dari awal hingga akhir program pelajaran. Kurikulum
merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang
baik dan benar merupakan landasan terciptanya proses belajar mengajar yang
lancar di dalam kelas. Menurut Yamin (2012: 15) , rancangan dan pembuatan
kurikulum hanya menjadi proyek tahunan atau periode tertentu yang kemudian
karena itu, dapat disimpulkan bahwa kurikulum sewaktu-waktu pun akan
mengalami perubahan seiring dengan perubahan sistem ketatanegaraan.
Perubahan kurikulum yang terjadi ini sebagai bukti bahwa pendidikan itu
tidak statis, pendidikan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Seiring dengan
berkembanganya dunia pendidikan maka kurikulum juga mengalami perubahan.
Perubahan kurikulum 2013 yang masih terdengar baru merupakan salah satu
usaha untuk mencapai sistem pendidikan yang baik bagi bangsa Indonesia.
Kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan KBK dan KTSP yang bertujuan
untuk meningkatkan keseimbangan antara sikap (attitude), keterampilan (skill),
dan pengetahuan (knowledge). Kurikulum 2013 ini tidak jauh berbeda dengan
kurikulum sebelumnya, namun dalam kurikulum 2013 ini lebih bertumpu pada
kualitas guru sebagai implementator di lapangan (Kurniasih, 2014: 1). Adapun
tema Kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), pengetahuan
(tahu apa), dan keterampilan (tahu bagaimana), yang terintegrasi. Oleh karena itu,
kurikulum 2013 ini mempersiapkan segala aspek kehidupan peserta didik untuk
kehidupan mendatang.
Kurikulum 2013 yang merupakan penyempurnaan KBK dan KTSP
memerlukan tahapan dari sosialisasi sampai pada penerapannya memerlukan kerja
keras dan kerja sama dari semua pihak. Salah satu yang paling berperan adalah
guru sebagai pelaksana di lapangan mengenai Kurikulum 2013. Oleh karena itu,
guru harus memiliki skill merencanakan dan melaksanakan pembelajaran juga
penilaian. Wujud nyata dari skill yang dimiliki guru adalah harus sekreatif
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20, “ Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Perangkat pembelajaran mesti dipersiapkan guru dengan baik dan
sekreatif mungkin. Perangkat pembelajaran dipersiapkan dengan baik karena
perangkat pembelajaran merupakan tolok ukur apa saja yang dilakukan selama
kegiatan belajar mengajar. Persiapan yang matang dan penyusun rencana kegiatan
pembelajaran yang baik setidaknya dapat membantu tercapainya tujuan
pendidikan. Guru harus mampu menyusun perangkat pembelajaran karena gurulah
yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas bersama siswanya. Apalah
arti sebuah kurikulum yang bagus bila di lapangan dilaksanakan tanpa persiapan.
Pemerintah sudah menentukan kurikulum yang akan dijalankan, tugas guru adalah
menyusun perangkat pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Oleh karena
itu, perangkat pembelajaran wajib di persiapkan sebelum guru mengajar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Sri guru
kelas IV SDN Kalasan 1 pada hari sabtu, 17 Mei 2014 pukul 10.00 WIB guru
sudah memahami konsep-konsep yang mendasari adanya pergantian kurikulum
dari KTSP ke Kurikulum 2013 ini. Guru kelas sudah memahami teori-teori dasar
Kurikulum 2013 seperti pendekatan saintifik, tematik integratif, pendidikan
karakter dan penilaian otentik. Namun pada pelaksanaan di lapangan guru
mengalami beberapa kesulitan seperti sebagian besar guru-guru yang mengajar
Guru-guru yang usianya sudah tua masih mengajar menggunakan model lama
meskipun buku yang mereka gunakan merupakan buku tematik integratif. Guru
semata-mata hanya melaksanakan Kurikulum 2013 di sekolah berdasarkan apa
yang mereka dapatkan dari buku. Hal ini dikarenakan tidak semua guru
mengikuti diklat mengenai Kurikulum 2013. Di sekolah ini hanya guru yang
mengajar di kelas I dan IV yang mengikuti diklat sehingga dalam pelaksanaanya
hanya guru tersebut yang lebih banyak tahu tentang kurikulum baru.
Kesulitan lain yang dialami pihak sekolah yaitu mengalami kesulitan
dalam menemukan Instrumen penilaian atau perangkat penilaian yang efektif
untuk aspek afektif. Guru mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian sikap
pada anak-anak dikarenakan jumlah siswa yang banyak sehingga guru sangat
membutuhkan format penilaian sikap yang efektif. Menghadapi siswa yang
banyak dan harus menilai karakter mereka satu persatu merupakan salah satu
kesulitan guru dalam menilai. Guru membutuhkan format penilaian yang efektif
sehingga dalam menilai karakter anak di kelas dapat dilakukan dengan cermat dan
utuh. Kendala lain yang dihadapi sekolah ialah keterbatasan sarana dan prasarana
yang kurang menunjang. Sarana dan prasarana merupakan salah satu kendala yang
dihadapi guru-guru. Menghadapi Kurikulum 2013 ini diperlukan juga
pemberdayaan sarana dan prasarana yang menunjang. Sarana dan prasarana yang
baik tentunya dapat mendukung pembelajaran yang baik pula.
Selain itu kesulitan yang dihadapi guru-guru adalah mengembangkan
perangkat pembelajaran yang diberikan pemerintah. Masih sebagian besar guru
mengembangkan perangkat pembelajaran dengan baik disesuaikan dengan kondisi
kelas, peserta didik dan fasilitas yang ada.
Berdasarkan masalah yang ditemukan peneliti dari hasil wawancara
tersebut sangat penting diadakan contoh-contoh perangkat pembelajaran
Kurikulum SD 2013, maka peneliti mencoba memberi solusi untuk mengatasi
masalah tersebut dengan mengembangkan Perangkat Pembelajaran Mengacu
Kurikulum SD 2013 Pada Subtema Kebersamaan dalam Keberagamaan Untuk
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana mengembangkan produk berupa perangkat pembelajaran subtema
kebersamaan dalam keberagaman mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa
kelas empat (4) Sekolah Dasar?
2. Bagaimana kualitas produk pengembangan perangkat pembelajaran subtema
kebersamaan dalam keberagaman mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas
empat (4) Sekolah Dasar?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengembangkan produk berupa perangkat pembelajaran subtema
kebersamaan dalam keberagaman mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa
2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur pengembangan perangkat
pembelajaran subtema kebersamaan dalam keberagaman mengacu Kurikulum SD
2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian pengembangan ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bagi mahasiswa
Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi
peneliti sehinggan semakin terampil dalam menyusun perangkat pembelajaran
pada subtema kebersamaan dalam keberagaman mengacu Kurikulum SD 2013
untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
2. Bagi guru
Penelitian pengembangan ini dapat dijadikan salah satu alternatif perangkat
pembelajaran yang dapat digunakan pada subtema kebersamaan dalam
keberagaman mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah
Dasar.
3. Bagi siswa
Perangkat Pembelajaran ini dapat membantu siswa kelas IV Sekolah Dasar
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas pada subtema kebersamaan
dalam keberagaman mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah
Dasar.
4. Bagi sekolah
Sebagai bahan tambahan referensi pada sekolah dalam mengembangkan
perangkat pembelajaran pada subtema kebersamaan dalam keberagaman
5. Bagi Prodi PGSD
Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas
Sanata Dharma terkait dengan perangkat pembelajaran pada subtema
kebersamaan dalam keberagaman mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar.
E. Batasan Istilah
1. Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum yang merupakan penyempurnaan dari
KBK dan KTSP yang dalam penyusunannya menggunakan pendekatan
tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter dan penilaian
otentik dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.
2. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang difokuskan pada pembentukan
kepribadian agar mampu membedakan mana yang baik dan mana yang benar
agar sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila demi terciptanya generasi
penerus bangsa berakhlak mulia.
3. Pendekatan tematik integratif adalah pembelajaran menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran dan juga berbagai aspek seperti kognitif,
afektif dan psikomotorik sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang
bermakna bagi siswa.
4. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dalam memahami dan mengenal berbagai materi melalui langkah
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring juga
mengembangkan ketiga aspek yakni sikap, keterampilan dan pengetahuan.
5. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
diperleh dari keadaan peserta didik dan mencakup 3 aspek yakni sikap,
keterampilan dan pengetahuan.
6. Perangkat Pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian
(RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari LKS, media pembelajaran,
Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan
rubrik penilaian.
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan
1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap, yang terdiri dari:
a) Identitas RPPTH terdiri dari:
1) sekolah yaitu nama satuan pendidikan
2) identitas muatan pelajaran terkait
3) tema/subtema;
4) kelas/semester;
5) pembelajaran keberapa;
6) alokasi waktu;
b) Kompetensi Inti terdiri dari KI 1,2,3 dan 4
c) Kompetensi Dasar dan Indikator setiap Kompetensi Inti
d) Tujuan Pembelajaran mencakup semua ranah (pengetahuan,
keterampilan, sosial, spiritual)
e) Materi Pembelajaran mencakup materi pokok setiap muatan
f) Pendekatan dan Metode Pembelajaran
g) Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
h) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran yang terdiri dari kegiatan
i) Penilaian mencakup teknik penilaian, instrumen, dan pedoman
penskoran.
j) Lampiran- lampiran.
2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi
siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter). Hal tersebut dapat dilihat
pada perumusan indikator setiap pembelajaran yang mencakup aspek
intelektual, keterampilan, dan karakter. Pada aspek karakter terbagi menjadi
dua ranah yaitu sikap sosial dan spiritual.
3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik
integratif adalah pembelajaran tematik terpadu yang memadukan beberapa
mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan
mengintegrasikan konteks hasil belajar, pengalaman belajar, dan konten
belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta
didik.
4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran bertujuan untuk
mengembangkan dan mengasah dimensi keterampilan siswa dalam kegiatan
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk
jejaring/mengkomunikasikan atau dapat menghubungkan keterkaitan pada
semua mata pelajaran.
5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik
adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif mulai dari input,
proses, sampai output dari kegiatan pembelajaran yang bermakna secara
dan pengetahuan. Penilaian otentik ini menilai hasil belajar peserta didik
untuk ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat dinilai dengan
penilaian tes maupun non tes.
6. RPPTH disusun sesuai dengan ketentuan EYD. Penyusunan perangkat
pembelajaran ini mengacu pada kaidah bahasa yang baik dan benar sesuai
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum SD 2013
Kurikulum pada dasarnya berkembang sejalan dengan perkembangan yang
terjadi dalam dunia pendidikan. Pengembangan kurikulum ini juga dilakukan
untuk memperbaiki sistem pendidikan. Perbaikan kurikulum untuk
memperbaiki sistem pendidikan merupakan hal yang wajar, dikarenakan
perkembangan alam manusia terus berubah. Namun, dalam menentukan
sistem yang baru diharapkan para pembuat kebijakan jangan asal main rubah
saja melainkan harus menentukan terlebih dahulu kerangka, konsep dasar
maupun landasan filosofis yang mengaturnya, Kurniasih (2014:1).
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah
dirintis tahun 2004 yaitu KBK lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 KTSP.
Zaman sudah semakin berkembang, berbagi macam tantangan zaman mesti
dijawab dan dicegah. Oleh karena itu, kurikulum diharapkan mampu
menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Menurut Nuh (2014: 7)
melalui pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis
kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan
masyarakatnya memiliki nilai tambah ( added value) , dan nilai jual yang bisa
ditawarkan kepada orang lain dan bangsa lain di dunia, sehingga kita bisa
bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam
sikap dan kemampuan menghadapi perkembangan zaman dan tuntutan
teknologi.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut: a)
mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,
kerjasama dengan kemampuan pengetahuan dan keterampilan secara
seimbang. b) Memberikan pengalaman belajar ketika siswa menerapkan apa
yang telah dipelajari di sekolah kepada masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar secara holistik. c) Mengembangakan
sikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkan dalam
bermacam-macam situasi di sekolah ataupun masyarakat. d) Memberikan waktu yang
cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai aspek kognitif, psikomotor
dan sikap. e) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. f)
Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian kompetensi dasar,
dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. g)
Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling
memperkuat dan memperkaya antar muatan pelajaran dan jenjang pendidikan
(Permendikbud, 2013: 3).
a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Kurikulum memiliki pengertian dalam konteks pendidikan yaitu
alat dan bahan untuk belajar oleh siswa yang harus ditempuh oleh
siswa dari awal hingga akhir program pelajaran di sekolah. Menurut
disajikan oleh satu lembaga pendidikan tertentu. Kurikulum tentu
berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan dunia pendidikan.
Indonesia sudah mengalami perubahan kurikulum berkali-kali dan
yang baru saja kita kenal adalah Kurikulum 2013.
Pada dasarnya Kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan
dari kurikulum KBK dan KTSP. Pengembangan kurikulum ini
dikuatkan dengan beberapa alasan yakni adanya tantangan-tantangan
yang mesti di hadapi baik itu secara internal maupun eksternal.
Tantangan internal yang harus di hadapi ialah tuntutan pendidikan
yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
Standar Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses,
Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Kelulusan. Tantangan
yang pertama ini mendorong agar segera dilaksanakan berbagai
macam kegiatan yang dapat mendukung tercapainya ke delapan
standar tersebut.
Tantangan internal lainnya yakni terkait dengan faktor
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk
usia produktif. Tantangan yang kedua berkaitan dengan perkembangan
penduduk. Perkembangan penduduk yang sedemikian pesatnya apabila
dibimbing dengan baik tentu akan tercipta begitu banyak sumber daya
manusia yang berkualitas dan dapat mendukung pembanguan di
bangsa kita . Akan tetapi apabila tidak diperhatikan tentu akan menjadi
dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia
usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan
melalui pendidikan agar tidak menjadi beban (Kemendikbud, 2013:
1-2).
Tantangan yang harus dihadapi adalah tantangan eksternal.
Tantangan eksternal antara lain tantangan menyangkuti masa depan
yakni arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah
lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan
industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat
dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri
dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade
Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC),
dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait
dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program
for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan
yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum
Indonesia. Selain itu tantangan eksternal juga berkaitan dengan
kompetensi masa depan yakni kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan
segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara
yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan
toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam
masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan,
memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasaan sesuai dengan
bakat/ minatnya, memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
Tantangan eksternal lain yang berkaitan dengan persepsi
masyarakat yakni terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif, beban
siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter. Tantangan eksternal
berkaitan dengan Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi yakni
neurologi, psikologi, Observation based (discovery learning) dan
Collaborative Learning. Tantangan eksternal yang terakhir adalah
fenomena negatif yang mengemuka perkelahian pelajar, narkoba,
korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, gejolak masyarakat.
Melihat tantangan eksternal yang begitu banyak diharapkan kurikulum
yang baru tidak hanya menutut intelektual yang bagus akan tetapi
pembenahan sikap dan keterampilan sangatlah penting. Intelektual
yang bagus didukung dengan skill dan sikap yang baik sangat
mendukung perkembangan bangsa menghadapi dunia di masa
Perkembangan Kurikulum 2013 setidaknya dapat membantu
peserta didik menghadapi masa depan, mengatasi tantangan-tantangan
internal maupun eksternal. Terlihat pada tabel bahwa dengan
Kurikulum 2013 dilakukan 4 langkah untuk mengatasi tantangan
eksternal dan internal. Salah satunya adalah penyempurnaan pola pikir.
Pola pikir sangat berpengaruh terhadap apa yang akan terjadi pada
masa yang mendatang lebih khusus dalam dunia pendidikan. Oleh
karena itu, sangat diperlukan penyempurnaan pola pikir misalnya
menggunakan media lebih dari satu pada saat melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum
dapat dilihat di Tabel 1. Iswindarti, (2014 : 31)
Tabel 1. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1. Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari kebutuhan
2. Standar Isi dirumuskan
berdasarkan Tujuan Mata
Pelajaran (Standar
Kompetensi Lulusan Mata
Pelajaran) yang dirinci
menjadi Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari
Standar Kompetensi Lulusan
melalui Kompetensi Inti yang
3. Pemisahan antara mata
pelajaran pembentukan sikap,
pembentukan keterampilan,
4. Kompetensi diturunkan dari
mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai
5. Mata pelajaran lepas satu
dengan yang lain, seperti
sekumpulan mata pelajaran
terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh
Kompetensi Inti (tiap kelas)
Pada Kurikulum 2013 terdapat 4 elemen perubahan yaitu SKL
(Standar Kompetensi Kelulusan), Standar Proses, Standar Isi dan Standar
Penilaian. Adapun elemen perubahan tersebut dapat dilihat pada table 3 .
(Iswindarti, 2014 : 31)
Tabel 2. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
ELEMEN
DESKRIPSI SD
Kompetensi
Lulusan
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills
dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Kedudukan mata
pelajaran (ISI)
Kompetensi yang semula diturunkan dari
dikembangkan dari kompetensi.
Pendekatan (ISI)
Kompetensi dikembangkan melalui:
Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran
Struktur
Kurikulum (Mata
Pelajaran dan
alokasi waktu)
ISI
- Holistik dan integratif berfokus kepada alam,
sosial dan budaya
- Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan
sains
- Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6
- Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat
perubahan pendekatan pembelajaran
Proses
pembelajar-an
- Standar proses yang semula terfokus pada
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi
dengan mengamati, menanya, mengolah,
menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta.
- Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi
juga di lingkungan sekolah dan masyarakat
- Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
- Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi
melalui contoh dan teladan
Tematik dan terpadu
Penilaian
- Penilaian berbasis kompetensi
- Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur
menuju penilaian otentik (mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)
- Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan)
yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada
posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal
(maksimal)
- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga
pada kompetensi inti dan SKL
- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat
siswa sebagai instrumen utama penilaian
Ekstrakurikuler
- Pramuka (wajib)
- UKS
- PMR
- Bahasa Inggris
Dilihat dari bagan elemen perubahan di atas dapat di tarik
kesimpulan bahwa Kurikulum 2013 mengatur ulang Standar Nasional
Pendidikan yang telah berlaku sehingga menjadi penyempurnaan bagi
pendidikan Nasional.
b. Penguatan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan bagian penting dan tidak dapat
dipisahkan dalam sistem pendidikan. Pendidikan karakter dapat
menempatkan diri sesuai dengan ajaran, aturan, nilai dan moral yang
berlaku dalam masyarakat. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003 Pasal 1 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasaan, kepribadian, dan akhlak mulia. Berdasarkan pernyataan
di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia tidak hanya
fokus pada kemampuan intelektual akan tetapi juga pendidikan
Indonesia mampu melahirkan generasi yang mempunyai karakter dan
pribadi yang baik.
Pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah setidaknya
dapat membantu membawa perubahan bagi karakter anak bangsa yang
akhir-akhir ini coreng-moreng dengan berbagai macam peristiwa,
seperti penggunaan NAPZA, hubungan seksual pranikah, aborsi,
perkelahian, tawuran, kekerasaan, kriminalitas remaja, radikalisme,
korupsi dan sebagainya. Begitulah kenyataan yang terjadi pada bangsa
kita akhir-akhir ini, tentu hal ini sungguh di sayangkan. Fakta yang
terjadi semakin menggambarkan kekaburan visi dan kelemahanan
karakter bangsa. Akibat ini beban nasional semakin bertambah,
persoalan internal pada bangsa kita ini seperti kemiskinan,
pengangguran, kebodohan, korupsi, kerusakan lingkungan hidup
semakin berat bebannya di tambah lagi dengan persoalan eksternal
seperti intervensi kepentingan asing dan dampak krisis global yang
Melihat kenyataan yang semakin merusak karakter bangsa
cerminan bagi kita bahwa harus ada penyelesaian dari semua ini. Hal
ini jika dibiarkan tentu sangat merugikan bangsa kita. Rendahnya
karakter bangsa ini, menunjukan betapa pentingnya pendidikan
karakter itu ditanamkan sejak dini. Kita harus bersama-sama berusaha
dan membentuk karakter melalui pendidikan karakter. Pendidikan
karakter yang dimaksudkan adalah pendidikan bagi kaum pelajar,
mahasiswa, dan masyarakat umum (Salahudin, 2013: 31).
Pendidikan karakter ini ditekankan pada pelajar karena mereka
adalah generasi penerus bangsa. Mereka merupakan aset masa depan
bangsa kita. Mereka harus disiapkan secara matang baik intelektual,
sikap maupun skillnya. Mereka harus ditempa sebagai persiapan
pemimpin di masa yang akan datang, yang tentunya berkarakter kuat
dan mampu memberi teladan bagi rakyatnya. Bila karakter mereka
diabaikan, kegagalan akan semakin lama dialami bangsa kita, karena
bangsa tidak akan ada apa-apanya bila dipimpin oleh mereka manusia
berkarakter buruk dan korup.
Melalui pendidikan dapat membantu peserta didik berkarakter.
Menurut Salahudin (2013: 45) pendidikan karakter merupakan usaha
sekolah yang dilakukan bersama oleh semua warga sekolah melalui
semua kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak atau
kepribadian peserta didik melalui berbagai kebaikan (virtues) yang
terdapat dalam ajaran agama. Jadi berbagai macam usaha yang
karakter anak bangsa yang baik. Jadi pendidikan karakter adalah
pendidikan yang difokuskan pada pembentukan kepribadian agar
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang benar agar
sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila demi terciptanya generasi
penerus bangsa berakhlak mulia.
Pendidikan karatkter harus kuat karena sesungguhnya jika
dikaitkan dengan falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
mengembangkan karakter peserta didik agar mampu memwujudkan
nilai luhur Pancasila. Adapun fungsi pendidikan karakter menurut
(Salahudin, 2013: 43 ) adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran
baik, dan berperilaku baik.
2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku
yang sudah baik.
3. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila.
Berdasarkan fungsi di atas dapat disimpulkan betapa
pentingnya penguatan pendidikan karakter. Pendidikan karakter ini
sangat berpengaruh besar pada pembentukan generasi penerus
berakhlak mulia. Generasi yang tidak hanya kuat secara intelektual
tetapi bagus pada sikap dan keterampilannya.
c. Pendekatan Tematik Integratif
Kurikulum baru yang mulai diterapkan atau biasa kita sebut
integratif. Pada pembelajaran tematik integratif ini, siswa tidak lagi
belajar menurut bidang studi seperti Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial, Matematika, Bahasa Indonesia dan sebagainya. Akan tetapi,
pada pembelajaran ini siswa belajar menurut tema yang sudah
ditentukan. Tema yang sudah ditentukan itu sudah mencakup mata
pelajaran-mata pelajaran di sekolah. Belajar menggunakan tema
mengharapkan anak mampu lebih baik melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mengkomunikasikan materi apa yang sudah mereka
belajar. Selain itu, pada pembelajaran tematik integratif ini juga
mampu meningkatkan pengetahuan pada siswa mengenai keterkaitan
setiap pelajaran. Jadi, dalam hal ini siswa dapat mengaitkan beberapa
mata pelajaran, misalnya bahasa Indonesia dengan IPA atau pun
sebagainya. Pembelajaran tematik integratif ini menggunakan prinsip
pembelajaran terpadu pada pelaksanaanya. Pembelajaran terpadu ini
merupakan salah satu model pembelajaran yang menggabungkan
beberapa pokok bahasaan. Pembelajaran terpadu pada hakekatnya
adalah sebuah sistem yang mengaktifkan siswa dalam menemukan
sendiri konsep dari materi yang mereka pelajari dan membuat
pelajaran semakin bermakna.
Salah satu jenis pembelajaran terpadu yaitu model webbed atau
model pembelajaran terpadu model tematik. Model ini menggunakan
tema sebagai pengait beberapa mata pelajaraan sehingga membuat
pembelajaran semakin bermakna. Model ini sama halnya dengan
2013, metode tematik integratif ini menyampaikan materi ajar dalam
bentuk tema yang sudah mengintegrasikan seluruh mata pelajaran.
Menurut Ahmadi (2014: 77) melalui pendekatan tematik integratif ini
diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan
lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki
masa depan yang lebih baik. Pada dasarnya pembelajaran
menggunakan pendekatan tematik integratif ini sangat baik karena
siswa tidak hanya memahami satu bidang studi saja akan tetapi,
dengan menggunakan tema mereka dapat memahami konsep dan dapat
memahami keterkaitan antar bidang studi.
Menurut Ahmadi (2014: 84) Pendekatan Integratif yang
dicanangkan tidak jauh dari pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student centered) yaitu peserta didik lebih banyak
mengembangkan keterampilan, memproses pemerolehan, mengamati/
mengobservasi, membuat hipotesis,merencanakan penelitian,
mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun kesimpulan,
membuat prediksi, menerapkan, mengkomunikasikan/
mempresentasikan. Pendekatan yang berpusat pada siswa tentunya
sangat membawa dampak positif bagi pemahaman siswa. Pendekatan
seperti ini akan mengaktifkan siswa, sehingga siswa sendiri yang
menemukan konsep dari materi yang dipelajarinya. Peran guru di sini
memberi umpan balik. Situasi seperti ini dapat mendukung terciptanya
manusia Indonesia yang mandiri, karena tidak terjadi lagi model
tradisional seperti dulu. Model tradisional yang hanya mengaktifkan
guru dan mempasifkan siswa.
Pembelajaran tematik integratif menjembatani siswa untuk secara
mandiri mencari tahu apa yang menjadi pertanyaannya dan apa yang
ingin dibuktikannya. Ahmad (2014: 91) memaparkan beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik integratif,
yaitu (1) pembelajaran tematik integratif dimaksudkan agar
pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh, (2)
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik integratif perlu
mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topik, banyak
sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan, (3) pilihlah tema yang
terdekat dengan siswa, (4) lebih mengutamakan kompetensi dasar yang
akan dicapai dari tema tersebut. Oleh karena itu, pendekatan tematik
integratif ini tidak hanya berpusat pada siswa namun, dalam pemilihan
tema juga dibutuhkan kerja sama antara guru dan siswa. Guru dan
siswa bersama-sama memilih tema. Tema yang dipilih tentunya harus
dekat dengan lingkungan siswa. Tema yang dipilih juga memberikan
keuntungan yakni siswa belajar dengan memusatkan perhatiannya pada
tema tertentu, siswa mempelajari berbagai pengetahuan dan
mengembangkan kompetensi dasar antara mata pelajaran dalam satu
Berdasarkan pembahasaan di atas para ahli mendefenisikan
pendekatan tematik integratif ini. Menurut Daryanto (2014: 3)
pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Hal
yang sama juga di paparkan Ahmadi ( 2014: 83) yakni metode tematik
integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam
mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna pada peserta didik. Pengertian pendekatan
tematik integratif ini juga dikemukakan oleh Sutirjo dan Sri Istuti
Mamik (2004: 6) dalam Ahmadi (2014 : 90) yakni pembelajaran
Tematik Integratif merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta
pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Berdasarkan pembahasaan di atas maka dapat disimpulkan
pendekatan tematik integratif merupakan pembelajaran menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dan juga berbagai
aspek seperti kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga dapat
menciptakan suasana belajar yang bermakna bagi siswa.
d. Pendekatan Saintifik
Pada Kurikulum 2013 yang baru saja dicanangkan lebih ditekankan
pada dimensi pedagogik modern dalam proses belajar mengajar yaitu
dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan saintifik ini
pengembangannya yakni mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran. Langkah-langkah yang dipaparkan di atas tidak harus
dilakukan secara berurutan, lebih khusus di dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan tematik integratif. Intinya di dalam pelajaran
memuat 5 langkah tersebut. Pendekatan saintifik ini juga berguna
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik agar mereka
mampu mengenal dan memahami berbagai macam informasi yang
datang dari berbagai arah, dari siapa saja, kapan saja, sehingga secara
tidak langsung mengajarkan anak untuk mandiri dalam memahami
informasi tanpa harus bergantung terus-menerus pada guru.
Pendekatan saintifik ini sangat membantu terbentuknya
pembelajaran yang lebih bermakna. Bermakna dalam hal ini berarti
peserta didik dapat belajar dengan baik. Mereka mencari tahu sendiri
dan menemukan sendiri materi yang dipelajari dari berbagai sumber
melalui informasi tanpa harus diberitahu terlebih dahulu oleh guru.
Adapun tujuan dari pendekatan saintifik ini yaitu meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, membentuk kemampuan
siswa dalam problem solving secara sistematik, menciptakan suasana
pembelajaran yang dapat memberi pemahaman bagi siswa bahwa
belajar itu suatu kebutuhan, agar memperoleh hasil belajar yang tinggi,
melatih siswa mengemukakan ide-ide, misalnya dalam menulis artikel,
Pendekatan saintifik ini menggunakan beberapa langkah dalam
proses pembelajaran. Beberapa langkah ini tidak harus dijalankan
secara berurutan, terlebih pada pembelajaran tematik terpadu, dimana
dalam pembelajaran tematik terpadu menggunakan tema sebagai
pemersatu. Sementara kita ketahui setiap mata pelajaran memiliki
karakteristik keilmuan yang antara satu dengan yang lainnya tidak
sama. Oleh karena kenyataannya seperti itu dan tetap tercapainya
pembelajaran yang bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar lebih
memperjelas penyajian pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik.
Adapun beberapa langkah pendekatan saintifik yaitu, pertama
mengamati yaitu menyajikan obyek secara nyata, misalnya mengamati
gambar, lingkungan alam dan sebagainya sehingga membuat peserta
didik senang dan sangat tertantang dan akan mudah dalam
melaksanakannya. Pada langkah ini sangat membantu dan bermanfaat
bagi siswa dalam pemenuhan rasa ingin tahu mereka ; Kedua menanya
yaitu kegiatan mengembangkan aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan melalui beberapa pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan
yang diajukan berdasarkan hasil mereka mengamati juga sehingga
memperjelas dan semakin memenuhi jawaban atas rasa ingin tahu
peserta didik. Diharapkan dengan menanya peserta didik mampu
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup
informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
mengumpulkan informasi sebagaimana yang disampaikan
Pemendikbud Nomor 81a Tahun 2013. Kegiatan menalar ini dilakukan
untuk menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan pola
keterkaitannya; Keempat mencoba yaitu melakukan percobaaan siswa
selama kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah tujuan belajar sikap, pengetahuan, dan
keterampilan; Kelima mengkomunikasikan yaitu menuliskan atau
menceritakan apa yang telah peserta didik pelajari, hal ini dilakukan di
depan kelas.
Berdasarkan pembahasaan di atas pendekatan saintifik merupakan
proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
memahami dan mengenal berbagai materi melalui langkah mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring juga
mengembangkan ketiga aspek yakni sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
e. Penilaian Otentik
Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian
otentik. Pada penilaian otentik ini mengharuskan guru menilai peserta
didik baik proses maupun hasil menggunakan instrument penilaian.
Menurut Nurgiyantoro (2104: 4) dalam Abdin (2014: 77) menyatakan
bahwa pada hakikatnya penilaian otentik merupakan penilaian yang
melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan
pengajaran yang dilakukan itu sendiri; artinya, berdasarkan informasi
yang diperoleh dapat pula dipergunakan sebagai umpan balik penilaian
terhadap kegiatan yang dilakukan. Model Penilaian Otentik (authentic
assessment) adalah pengukuran kegiatan mengukur hasil belajar siswa
secara signifikan untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil. Penilaian otentik ini memiliki hubungan
yang kuat dengan pendekatan ilmiah dalam kegiatan pembelajaran
sesuai tuntutan kurikulum 2013. Alasannya adalah penilaian ini
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa, baik dalam
kegiatan mengobservasi, menalar, mencoba, mengkomunikasikan dan
lain-lain.
Penilaian otentik ini sangat berguna untuk guru karena dengan
penilaian otentik ini guru bisa melihat gambaran perkembangan siswa
dan memastikan siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Gambaran mengenai perkembangan siswa menjadi bahan
pertimbangan untuk guru dalam melakukan tindakan untuk
pembelajaran selanjutnya.
Penilaian otentik menurut Basuki dan Hariyanto (2014: 168)
adalah suatu bentuk penilaian yang mengharuskan para siswa untuk
melaksanakan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukan para siswa
untuk melaksanakan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukan
penerapan dari suatu pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sudah
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai intrumen
penilaian seperti tes tertulis, tes lisan, dan obeservasi (Majid, 2014:
35). Nurhadi (2004: 172) dalam Basuki dan Hariyanto (2014: 168)
menyatakan penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi
oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukan secara tepat bahwa
tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Pendapat
lain juga dikemukakan oleh Abidin (2014: 81) menyatakan bahwa
penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan siswa. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli di atas disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah
penilaian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan belajar dan
hasil belajar peserta didik berdasarkan data yang diperleh dari keadaan
peserta didik dan mencakup 3 aspek yakni sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
Penilaian otentik pada kurikulum 2013 mengacu pada Penilaian
Acuan Patokan ( PAP ), yakni pencapaian hasil belajar siswa yang
didasarkan pada posisi skor yang di perolehnya terhadap skor idel
(maksimal ). Penelitian otentik sangat memperhatikan keseimbangan
antara penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan, lalu
disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai
Adapun karakteristik penilaian otentik menurut Kunandar (2014 :
39-40) adalah sebagai berikut :
1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Artinya, penilaian
autentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar (formatif) maupun
pencapaian kompetensi terhadap standar kompetensi atau
kompetensi inti dalam satu semester (sumatif)
2. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
Artinya, penilaian autentik itu ditunjukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi yang menekankan aspek keterampilan (skill)
dan kinerja (performance), bukan hanya mengukur kompetensi yang
sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan).
3. Berkesinambungan dan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan
penilaian autentik harus secara berkesinambungan (terus menerus)
dan merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk
mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi peserta
didik.
4. Dapat digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian autentik yang
dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap
pencapaian kompetensi peserta didik.
Penilaian otentik memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri.
Menurut Basuki (2014: 175-176) Keunggulan dan kelemahan
1. Keunggulan
a. Berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan
pengetahuan.
b. Meningkatkan kreativitas
c. Merefleksikan keterampilan dan pengetahuan dunia nyata.
d. Mendorong kerja kolaboratif.
e. Meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis.
f. Langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan
pengajaran, dan tujuan pembelajaran.
g. Menekankan kepada keterpaduan pembelajaran di sepanjang
waktu.
2. Kelemahan
a. Memerlukan waktu yang intensif untuk mengelola, memantau,
dan melakukan koordinasi.
b. Sulit untuk dikoordinasi dengan standar pendidikan yang telah
ditetapkan secara legal.
c. Menantang guru untuk memberikan skema pemberian nilai yang
konsisten.
d. Sifat subjektif dalam pemberian nilai akan cenderung menjadi
bias.
e. Sifat penilaian yang unik mungkin tidak dikenali siswa.
f. Hal yang menantang untuk mengembangkan berbagai jenis
Adapun teknik penilaian otentik menurut (Permendikbud, 2013: 9)
yaitu :
1) Sikap
Penilaian sikap pada kurikulum 2013 terdapat pada
Kompetensi Inti ke 1 dan ke 2. Kompetensi ini digunakan untuk
menilai sikap spiritual dan sikap sosial. Aspek sikap dapat dinilai
dengan cara berikut :
a. Observasi yaitu teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi
yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian diri yaitu teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarteman yaitu teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan
sikap dan perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
d. Jurnal yaitu catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang
berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang
Sebagai contoh indikator K2 yaitu menunjukan sikap percaya
diri saat membaca teks cerita. Indikator tersebut dinilai melalui
observasi/ pengamatan yang dilakukan guru.
2) Pengetahuan
Penilaian pengetahuan pada kurikulum 2013 merupakan penilaian
untuk Kompetensi Inti ke-3. Aspek untuk menilai pengetahuan
dapat dinilai dengan cara sebagai berikut :
a. Tes tertulis yaitu tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa
pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan dan uraian.
b. Tes lisan yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
guru secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon
pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan
keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun
paragfraf yang diucapkan.
c. Penugasan yaitu penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang
dapat berupa pekerjaan rumah atau proyek baik secara individu
ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.
Sebagai contoh indikator K3 yaitu Menganalisis kekhasan
sifat-sifat bunyi. Indikator ini dapat dinilai dengan cara tes
tertulis.
3) Keterampilan
Penilaian keterampilan pada kurikulum 2013 merupakan penilaian
untuk Kompetensi Inti ke-4. Aspek untuk menilai keterampilan