• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 subtema indahnya peninggalan sejarah kelas IV Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 subtema indahnya peninggalan sejarah kelas IV Sekolah Dasar."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD

2013 SUBTEMA INDAHNYA PENINGGALAN SEJARAH KELAS IV SEKOLAH

DASAR

Satber Duplimar Benu Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.

Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,31 (sangat baik) dan 3,91 ( baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,15 ( baik) dan 4,26 ( sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,15 dan termasuk

dalam kategori “baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas

RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.

(2)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM SUBTHEME INDAHNYA PENINGGALAN SEJARAH FOURTH

GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Satber Duplimar Benu

Universitas Sanata Dharma

2015

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.

This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fourth grade of

(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU

KURIKULUM SD 2013 SUBTEMA INDAHNYA PENINGGALAN

SEJARAH KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Satber Duplimar Benu NIM. 111134304

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS

Yang selalu melindungi, memberi kemudahan dan kelancaran dalam mengerjakan penelitian ini

Ayahanda dan Ibunda Tercinta

Ayah Cornelis Benu dan Ibu Sarce Ireni Benu

Yang selalu memberi do’a, dan semangat

Adik-adikku

Stella Minria Benu, Roy Santo Benu, Bony Edralin Benu Dan Aninda Carissa Benu

yang selalu mendukung

Keluarga Besarku

Yang menjadi panutan untuk meraih kesuksesan

Sahabat-sahabatku mahasiswa PPGT Angkatan 2011

Terima kasih atasa segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

Universitas Sanata Dharma

(7)

MOTTO

Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan

mendapat; ketoklah, maka maka pintu akan dibukakan bagimu

(Matius 7 : 7)

Mengapa tak mencoba, mencoba tak mengapa

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Maret 2015

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Satber Duplimar Benu

Nomor Mahasiswa : 111134304

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Indahnya

Peninggalan Sejarah Kelas IV Sekolah Dasar

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu

meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 24 Maret 2015

Yang menyatakan

(10)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD

2013 SUBTEMA INDAHNYA PENINGGALAN SEJARAH KELAS IV SEKOLAH

DASAR

Satber Duplimar Benu Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.

Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,31 (sangat baik) dan 3,91 ( baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,15 ( baik) dan 4,26 ( sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,15 dan termasuk

dalam kategori “baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas

RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.

(11)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM SUBTHEME INDAHNYA PENINGGALAN SEJARAH FOURTH

GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Satber Duplimar Benu

Universitas Sanata Dharma

2015

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.

This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fourth grade of

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Indahnya Peninggalan Sejarah Kelas IV Sekolah Dasar, dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak

mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung

ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada

kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma.

2. Romo. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ.,S.S.,B.S.T.,MA. selaku Ketua Program Studi

PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan

memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing

dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

6. Rusmawan, S.Pd.,M.Pd. selaku validator Pakar KurikulumSD 2013 yang telah

memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk

penelitian.

7. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku validator Pakar KurikulumSD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk

penelitian.

8. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku kepala sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah

memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

9. Sri Rejeki, A,Ma., selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan I yang telah membantu

peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

10.Kartika Kirana, S.S., selaku guru kelas IV SDKE Mangunan yang telah membantu

(13)

11.Bapak dan Mama tersayang, Bapak Cornelis Benu dan Mama Sarce Ireni Benu yang

setia memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Keluarga besarku, Adik-adikku dan Kakak-kakakku, yang selalu memberi motivasi,

dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan 35 mahasiswa PPGT Angkatan 1 yang berjuang bersama

selama ini.

14.Segenap pihak yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan, yang tidak bisa disebutkan

satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan

kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak.

Akhir kata peniliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 24 Maret 2015

Peneliti

(14)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... viii

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka... 15

1. Kurikulum SD 2013... 15

a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013... 15

b. Penguatan Pendidikan Karakter... 19

c. Pendekatan Tematik Integratif ... 23

(15)

e. Penilaian Otentik... 37

2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran... 42

B. Penelitian yang Relevan... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan... 83

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan... 84

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan... 88

B. Deskripsi Produk Awal... 88

1. Silabus... 89

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH)... 90

C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013... 92

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas I Pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk... 96

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan... 100

1. Kajian Produk Akhir... 101

(16)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 107

B. Keterbatasan Penelitian... 108

C. Saran... 110

DAFTAR PUSTAKA... 110

LAMPIRAN... 104

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hal-hal yang berubah dalam kurikulum...5

Tabel 2. Ciri-ciri pembelajaran tematik integratif...27

Tabel 3. Jadwal kegiatan penelitian... ...77

Tabel 4. Konversi nilai skala 5...79

Tabel 5. Kriteria skor skala 5...81

Tabel 6. Saran Pakar Kurikulum SD 2013...94

Tabel 7. Saran guru SD kelas IV pelaksana kurikulum 2013 ...98

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Model Jerold. E. Kemp...42

Gambar 2. Kerangka Pikir ...65

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian... 109

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian... 111

Lampiran 3 Rangkuman Wawancara Survei Kebutuhan... 112

Lampiran 4 Data Mentah Skor Validasi Pakar Kurikulum SD 2013... 115

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas IV SD Pelaksana Kurikulum SD 2013... 125 Lampiran 6 Silabus... 132

Lampiran 7 Biodata Penulis... 161

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seruan-seruan tentang perkembangan dunia, kemajuan dunia dalam berbagai

bidang dan oleh berbagai kalangan masyarakat terdengar dimana-mana. Pihak-pihak

yang terkait dengan perkembangan dan kemajuan Indonesia juga tidak berhenti

memikirkan hal ini, dengan berbagai ide dan cara yang dipertimbangkan

matang-matang selalu berevolusi mengikuti perkembangan zaman.

Pendidikan adalah salah satu faktor yang berperan sangat penting dalam

mencapai hal yang diinginkan. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sangat

memprihatinkan, dengan melihat perilaku pelajar-pelajar Indonesia yang semakin

hari semakin menuju ke arah yang tidak diharapkan. Hal ini menjadi hambatan

sekaligus tantangan besar bagi kita pemerhati pendidikan untuk berpikir dan bekerja

keras merubah sistem pendidikan saat ini agar generasi penerus bangsa memiliki

moral yang baik, moral yang membangun bangsa ini yang sedang berkembang agar

dapat bersaing dengan negara-negara lain yang sudah lebih dahulu maju.

Guru sebagai pemimpin kegiatan belajar mengajar di kelas berperan dalam

menciptakan suasana belajar yang yang memungkinkan siswa dalam menjalani

proses belajar secara nyaman dan produktif. Tercapainya kondisi pembelajaran yang

efektif ditandai dari perubahan yang terjadi berulang-ulang dalam berbagai aspek

yang berkaitan dengan kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mencapai sebuah

(21)

selalu dituntut untuk menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dalam memberikan

ilmu kepada siswa.

Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang mengedepankan 5 aspek yaitu,

mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi dan

mengkomunikasikannya, sehingga dengan adanya pendekatan saintifik ini, siswa

dapat mengembangkan kemampuannya dalam bentuk pengetahuan yang berdasarkan

interaksi dan sosialisasi dengan lingkungannya agar bisa mendapatkan pengalaman

yang bermakna dalam kehidupannya.

Melihat dunia pendidikan saat ini yang diwarnai dengan berbagai

tindakan-tindakan tidak terpuji, jelas menggambarkan bahwa pemahaman dan pengamalan

karakter peserta didik sangat kurang. Berdasarkan pernyataan di atas maka,

menumbuhkan dan mengembangkan karakter anak yang baik (positive character)

merupakan satu tujuan utama pendidikan di negeri ini. Agar positive character

terbentuk dalam diri setiap anak, maka anak perlu dibimbing dan dikembangkan

karakternya melalui dari pembiasaan-pembiasaan atau kegiatan-kegiatan dalam

kesehariannya dan itu harus dimulai sejak dini dan dalam berbagai lingkungan anak,

sehingga kelak anak dewasa karakter-karakter baik yang sering dilakukan anak sudah

tertanam dalam diri anak dan menjadi kebiasaan anak.

Harapannya dengan penulisan ini semua elemen yang turut berperan dengan

perkembangan anak-anak, seperti keluarga, sekolah, lingkungan bermain dan lain

sebagainya, dapat memahami dalam membimbing anak-anak sebagai calon penerus

bangsa menuju kehidupan yang lebih manusiawi dan berkarakter.

Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir

yang berarti “pelari”, dan curere yang berarti “tempat berpacu” (Arifin, 2011:2).

(22)

pelajaran yang harus ditempuh atau harus diselesaikan peserta didik di sekolah untuk

memperoleh ijazah. Menurut Mulyasa, (2013:60) perubahan kurikulum diperlukan

karena ada beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut:

1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukan dengan

banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya

melampaui tingkat perkembangan usia anak.

2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi,

misi, dan tujuan pendidikan nasional.

3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan,

belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan,

keterampilan dan sikap).

4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat,

seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode

konstruktifistik, keseimbangan soft skills and hard skills serta jiwa

kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.

5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan, sosial yang

terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.

6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang

rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung

pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta

belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.

Selain beberapa hal di atas juga diidentifikasi ada kesenjangan kurikulum

(kesenjangan antara konsep saat ini dan konsep yang ideal), sebagai berikut:

(23)

2. Materi pembelajaran

3. Proses pembelajaran

4. Penilaian

5. Pendidik dan tenaga kependidikan

6. Pengelolaan kurikulum

Tabel 1 : hal-hal yang berubah dalam kurikulum

Sumber: Mulyasa, (2013:63)

Untuk mencapai ketuntasan belajar yang maksimal dan sesuai dengan harapan,

maka diperlukan perangkat pembelajaran sebagai acuan dalam menjalani proses

kegiatan belajar mengajar. Beberapa perangkat pembelajaran yang paling penting dan

No. KBK 2014 KTSP 2006 KURIKULUM 2013

1. Standar kompetensi lulusan diturunkan dari standar isi

Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan 2. Standar isi dirumuskan

berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran

Standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran

3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk

4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu dengan

yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

(24)

berpengaruh besar terhadap hasil dari proses pembelajaran adalah silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Berdasarkan hasil wawancara survey kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti

dengan narasumber, SR adalah seorang guru kelas dan tim ahli kurikulum 2013 yang

mengajar di SDN Kalasan 1 yang terletak di Kalasan Yogyakarta. Narasumber

berpendapat bahwa kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang holistik

(keseluruhan) dalam satu kesatuan yang utuh dengan berlandaskan tema, jadi yang

mengetahui tentang materi hanya guru sehingga ketakutan anak terhadap mata

pelajaran yang dianggap susah tidak terjadi. Dalam kegiatan pembelajaran semua

mata pelajaran boleh dibolak-balik sesuai dengan kreatifitas guru dalam

menggabungkan semua materi sehingga menciptakan suasana belajar yang menarik,

karena semua mata pelajaran boleh digabung dalam satu kegiatan pembelajaran hal

ini menuntut guru agar harus selalu kreatif dalam merangkai kegiatan pembelajaran.

Dengan kegiatan pembelajaran yang seperti dijelaskan di atas, penilaian yang

dilakukukan juga harus mencakup semua aspek (penilaian proses dan penilaian hasil).

Menurut pengalaman narasumber pelaksanaan penilaian otentik belum maksimal

karena ada beberapa hal, (1). Sumber daya manusia (SDM), (2). Jumlah guru yang

tidak mencukupi, (3). Jumlah murid terlalu banyak sehingga guru sulit menilai

satu-persatu, menurut pengakuan narasumber, sampai saat ini guru belum mendapatkan

cara penilaian yang efektif dan efisien.

Pengaruh masuknya pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran adalah

sebagai modal yang bagus dan dilandasi karakter yang baik sehingga tidak salah

menggunakan pengetahuan. Dalam kurikulum 2013 terdapat 18 karakter, tetapi

narasumber tidak menghafal semua jadi dalam proses penilaiannya guru hanya

(25)

Kurangnya sumber daya yang memahami secara baik tentang penilaian

berdampak pada perangkat pembelajaran yaitu penilaian yang efektif analis dan daya

serap. Menurut narasumber perangkat pembelajaran (penilaian) sudah dibuat, namun

penggunaannya masih belum maksimal karena yang banyak tersedia adalah penilaian

hasil, tetapi penilaian proses sangat minim.

Narasumber menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang masih diperlukan dan

perlu diperhatikan oleh yang berwenang, yaitu penilaian yang berkaitan dengan sikap

dan narasumber juga menyarankan, jika ingin kurikulum 2013 terealisasi dengan baik

maka di lapangan butuh sumber daya manusia (SDM) yang paham dengan dengan

penilaian.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Sri guru

kelas IV SDN Kalasan 1 pada hari sabtu, 17 Mei 2014 pukul 10.00 WIB guru sudah

memahami konsep-konsep yang mendasari adanya pergantian kurikulum dari KTSP

ke Kurikulum 2013 ini. Guru kelas sudah memahami teori-teori dasar Kurikulum

2013 seperti pendekatan saintifik, tematik integratif, pendidikan karakter dan

penilaian otentik. Namun pada pelaksanaan di lapangan guru mengalami beberapa

kesulitan seperti sebagian besar guru-guru yang mengajar adalah guru-guru tua yang

sudah terbiasa dengan model mengajar yang lama. Guru-guru yang usianya sudah tua

masih mengajar menggunakan model lama meskipun buku yang mereka gunakan

merupakan buku tematik integratif. Guru semata-mata hanya melaksanakan

Kurikulum 2013 di sekolah berdasarkan apa yang mereka dapatkan dari buku. Hal ini

dikarenakan tidak semua guru mengikuti diklat mengenai Kurikulum 2013. Di

sekolah ini hanya guru yang mengajar di kelas I dan IV yang mengikuti diklat

sehingga dalam pelaksanaanya hanya guru tersebut yang lebih banyak tahu tentang

(26)

Kesulitan lain yang dialami pihak sekolah yaitu mengalami kesulitan dalam

menemukan Instrumen penilaian atau perangkat penilaian yang efektif untuk aspek

afektif. Guru mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian sikap pada anak-anak

dikarenakan jumlah siswa yang banyak sehingga guru sangat membutuhkan format

penilaian sikap yang efektif. Menghadapi siswa yang banyak dan harus menilai

karakter mereka satu persatu merupakan salah satu kesulitan guru dalam menilai.

Guru membutuhkan format penilaian yang efektif sehingga dalam menilai karakter

anak di kelas dapat dilakukan dengan cermat dan utuh. Kendala lain yang dihadapi

sekolah ialah keterbatasan sarana dan prasarana yang kurang menunjang. Sarana dan

prasarana merupakan salah satu kendala yang dihadapi guru-guru. Menghadapi

Kurikulum 2013 ini diperlukan juga pemberdayaan sarana dan prasarana yang

menunjang. Sarana dan prasarana yang baik tentunya dapat mendukung pembelajaran

yang baik pula.

Kesulitan lain yang dihadapi guru-guru adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran yang diberikan pemerintah. Masih sebagian besar guru mengajar

mengikuti buku referensi. Sedangkan dalam beberapa kegiatan pembelajaran dalam

buku masih ditulis secara umum. Seharusnya guru mampu mengembangkan

perangkat pembelajaran dengan baik disesuaikan dengan kondisi kelas, peserta didik

dan fasilitas yang ada.

Berdasarkan masalah yang ditemukan peneliti dari hasil wawancara tersebut

sangat penting diadakan contoh-contoh perangkat pembelajaran Kurikulum SD 2013,

maka peneliti mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan

mengembangkan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada

(27)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang disimpulkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan produk berupa perangkat pembelajaran subtema

Indahnya Peninggalan Sejarah, mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa

kelas IV Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema indahnya

peninggalan sejarah mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV

Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan produk berupa pengembangan perangkat pembelajaran

subtema Indahnya Peninggalan Sejarah, mengacu kurikulum SD 2013 untuk

siswa kelas IV Sekolah Dasar.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran

subtema Indahnya Peninggalan Sejarah, mengacu kurikulum SD 2013 untuk

siswa kelas IV Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan

baru yang dapat menjadi bekal ketika kelak menjadi guru.

(28)

Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

komponen pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

3. Bagi siswa

Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam mempelajari

materi tentang sikap kepahlawanan pada siswa kelas IV semester 2 SD

Kalasan 1 tahun ajaran 2013/2014.

4. Bagi sekolah

Bagi sekolah, penelitian ini dapat menambah referensi pada sekolah dalam

mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang terkait dengan

materi sikap kepahlawanan.

5. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi, penelitian ini dapat menambah bahan pustaka prodi PGSD

Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan perangkat

pembelajaran.

E. Batasan Istilah

Beberapa istilah sebagai kata kunci dalam penelitian ini, penulis menuangkan dalam

pengertian sebagai berikut:

1. Kurikulum SD 2013

Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum yang merupakan penyempurnaan dari

KBK dan KTSP yang dalam penyusunannya menggunakan pendekatan tematik

integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter dan penilaian otentik dalam

meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.

(29)

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter kepada

warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

3. Pendekatan tematik integratif

Pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam

berbagai tema.

4. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip

melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan

masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan”.

5. Penilaian otentik

Penilaian otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil

belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

6. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH)

beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media pembelajaran,

Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik

(30)

F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Berikut adalah produk-produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap.

2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa

(intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator

dan tujuan pembelajaran.

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif.

4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan

saintifik.

5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik.

(31)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum SD 2013

a. Rasional Dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Inovasi pendidikan dalam bidang kurikulum dari KTSP menuju kurikulum 2013

tentunya tidak serta merta dilakukan pemerintah tanpa alasan tertentu yang memberi

dampak perubahan positif ke arah yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang dicanangkan

pemerintah saat ini lebih rasional dan syarat elemen perubahan dari kurikulum

sebelumnya. Menurut PERMENDIKBUD No.67 Tahun 2013 tentang kurikulum SD,

rasional pengembangan kurikulum 2013 tersebut mencakup beberapa faktor, antara lain:

1) Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan

dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional

Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait

dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia

produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak

dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke

atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun

2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi

(32)

ditransformasikan menjadi manusia-manusia yang memiliki kompetensi dan

keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

2) Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu

yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,

kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat

internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan

perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti

dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian

Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan

ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,

pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang

pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student

Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak

Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS

dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di

TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

3) Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai

berikut:

a) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada

peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang

(33)

b) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran

interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/

media lainnya),

c) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik

dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi

serta diperoleh melalui internet),

d) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa

aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan

saintifik)

e) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)

f) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

g) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan

memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

h) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi

pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

i) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

4). Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar

matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum

2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:

1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat

kolaboratif;

2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala

(34)

3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses

pembelajaran.

5). Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang

relevan bagi peserta didik. Materi yang digunakan tidak hanya diperoleh dari buku

sumber, melainkan guru dapat mengembangkan sendiri materi ajar dari berbagai sumber

atau referensi yang tersedia melalui media cetak maupun internet sesuai kreatifitas guru

2. Penguatan Pendidikan karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti barang atau alat

untuk menggores, yang kemudian hari dipahami sebagai stempel/cap. Jadi karakter itu sebuah

stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Dumadi, dalam Adisusilo (2011:

76).

a. Menurut Aristoteles dalam Lickona (2012) karakter yang baik adalah kehidupan dengan

melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang

lain.

b. Menurut Novak dalam Lickona (2012) karakter merupakan “campuran kompatibel dari

seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana,

dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah”.

c. Menurut Foester dalam Adisusilo (2011: 77) menyatakan bahwa karakter adalah sesuatu

yang mengualifiksi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi

sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman ontingen yang selalu berubah.

Jadi, karakter merupakan kumpulan nilai yang ada dan melekat pada diri seseorang yang

menjadi identitas dan sifat tetapnya. Karakter seseorang merupakan bawaan yang terdapat

dalam pribadinya, setiap pribadi memiliki karakter yang berbeda. Namun, karakter seseorang

(35)

tinggalnya baik maka, pengaruhnya juga akan baik, begitupun sebaliknya, karakter seseorang

biasanya dipengaruhi oleh keluarga, pendidikan, pergaulan, tempat kerja dan lain-lain.

Karakter sangat berguna dalam kehidupan, karena ukuran kesuksesan seseorang bukan hanya

dinilai dari segi kognitifnya saja melainkan juga dari tingkah laku atau karakter yang

dimilikinya.

Pendidikan adalah proses menanamkan nilai-nilai dan budaya ke dalam diri seseorang

atau masyarakat sehingga membuat seseorang dan masyarakat tersebut bisa lebih beradab.

Pendidikan bukan hanya proses membagi ilmu pengetahuan oleh seseorang atau sekelompok

orang kepada orang lain atau masyarakat tetapi, pendidikan pada umumnya mempunyai

fungsi sebagai sarana untuk membudayakan dan membagi atau menyalurkan nilai-nilai

kepada orang lain.

Dalam penyaluran nilai dan pembudayaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya

juga harus mencakup tiga aspek dasar kemanusian yaitu, (1) afektif, yang akan tercermin

pada kualitas keimanan,ketakwaan akhlak mulia,serta kepribadian yang unggul. (2) kognitif,

akan terlihat dari kemampuan berpikir dan daya intelektualitas untuk memahami ilmu

pengetahuan dan teknologi serta bisa menggali dan mengembangkan ilmu tersebut. (3)

psikomotorik, akan terlihat dari kemampuan mengembangkan keterampilan teknis,

kecakapan praktis dan kompetensi kinestetis.

Berikut adalah pendapat beberapa ahli tentang karakter, yang dikutip dari sebuah buku

berjudul, “Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah” dan diterbitkan

oleh Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar dan Menengah,

1. Menurut Suyanto (2009), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri

khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama,baik dalam lingkungan keluarga

(36)

2. Menurut Philips (2008), mengatakan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang

menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang

ditampilkan.

3. Koesoma (2007), Menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian.

Pendidikan karakter merupakan suatu usaha memajukan yang dilakukan secara sadar,

bertahap dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang relavan sehingga anak

dapat mengembangkan potensi dirinya. Tujuannya agar anak memiliki kepribadian,

berakhlak mulia dan budi pekerti sehingga karakter dapat terbentuk dan menjadi ciri khas

dari anak didik.

Menurut Suyanto (2009) dalam Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar

Dan Menengah, mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus,

yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (felling), dan tindakan (action).

Menurut Sumantri (2010) dalam Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar Dan

Menengah Dalam pendidikan karakter terdapat enam etik utama yaitu (1) dapat dipercaya

(trustworthy) seperti jujur,dan integritas. (2) memperlakukan orang lain dengan hormat treats

(people with respect) (3) bertanggung jawab (responsible) (4) adil (fair) (5) kasih sayang

(caring) (6) warga Negara yang baik (good citizen).

Menurut F.W Foerster dalam, Adisusilo (2011), mengatakan bahwa ada 4 ciri dasar

dari pendidikan karakter yaitu:

1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan seperangkat nilai.

2. Koherensi yang memberi keberanian, yang membuat seseorang teguh pada prinsip tidak

mudah terombang-ambing pada situasi.

3. Otonomi maksudnya, seseorang menginternalisasikan nilai-nilai dari luar sehingga

menjadi nilai-nilai pribadi, menjadi sifat yang melekat, melalui keputusan bebas tanpa

(37)

4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini

apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas

komitmen yang dipilih.

Menurut Lickona dalam Adisusilo (2011) menyatakan bahwa ada 11 prinsip agar pendidikan

karakter dapat terlaksana secara efektif antara lain:

1. Kembangkan nilai-nilai universal/ dasar sebagai fondasinya

2. Definisikan karakter secara komperhensif yang mencangkup pikiran,perasaan dan

perilaku

3. Gunakan pendekatan yang komperhensif, disengaja, dan proaktif.

4. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian

5. Beri peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral.

6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan yang menghormati semua peserta

didik, mengembangkan sifat-sifat positif dan membantu peserta didik untuk berhasil.

7. Mendorong motivasi peserta didik

8. Melibatkan seluruh civitas sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral

9. Tumbuhkan kebersamaan dan kepimpinan moral

10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra

11. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh

mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.

3. Pendekatan tematik integratif

Berdasarkan Ahmadi & Amri (2014: 221) dalam buku Pengembangan & Model

Pembelajaran Tematik Integratif menyatakan bahwa pendekatan tematik integratif ini sudah

dikenal pada kurikulum 1984. Intinya, tiap pelajaran harus berpijak pada tema atau subtema

(38)

(diintegrasikan) dengan bahan pelajaran yang lain. Dalam belajar bahasa Indonesia, bahan

pelajaran dapat dipadukan secara internal, misalnya keterampilan berbicara dengan tema

pariwisata dengan keterampilan menulis, dengan aspek kebahasaan seperti kalimat dan frasa.

Sedangkan secara eksternal dipadukan dengan sastra atau bahasa Indonesia dapat dipadukan

dengan mata pelajaran yang lain.

Misalnya, untuk pelajaran kalimat majemuk, guru dapat memadukan kalimat

majemuk dengan keterampilan membaca, dan bacaan itu diambil dari buku teks Sejarah,

Ekonomi, Biologi, IPA, IPS, dan sebagainya. Artinya, siswa dapat ditugasi untuk mencari

dan menemukan contoh-contoh kalimat majemuk di dalam buku-buku teks itu. Pembelajaran

di sekolah dasar dengan kurikulum 2013 dilakukan secara tematik integratif. Melalui sistem

tematik integratif, indikator mata pelajaran IPA dan IPS akan muncul di kelas IV, V, dan VI

SD. Di sekolah dasar, semua mata pelajaran dilaksanakan dengan tematik integratif

berdasarkan tema-tema yang sudah disusun.

1. Bagaimana menciptakan pembelajaran tematik integratif:

a) Tema yang akan dibawakan dalam pembelajaran harus memiliki muatan rasa ingin

tahu siswa.

b) Tema harus didesain untuk membangun solusi dari konflik yang disampaikan.

c) Kemampuan mendengar dan menyimak guru lebih diutamakan daripada

berceramah.

2. Kelebihan pembelajaran tematik integratif

a) Premis utama pembelajaran tematik integratif terpadu bahwa peserta didik

memerlukan peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan

talentanya.

b) Menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi

(39)

c) Relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar.

d) Menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar

e) Memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran

lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat

tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi

kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi

pengembangan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

3. Manfaat pembelajaran tematik integratif

a) Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan

b) Menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi

pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah

c) Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak

(brain-friendly classroom)

d) Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu

tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplosi

konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan secara siap

e) Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik dalam kehidupan berada

dalam format ramah otak.

f) Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung

oleh peserta didik dalam keidupannya sehari-hari

g) Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program

belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan

menerapkan prinsip belajar tuntas

h) Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk

(40)

4. Tahap pembelajaran tematik integratif

Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran tematik yaitu:

a) Menentukan tema. Dimungkinkan disepakati bersama dengan peserta didik.

b) Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. Dengan mengedepankan

dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

c) Mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber

dan aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemostrasikan kegiatan dalam

tema.

Berdasarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Pengolaan Pembelajaran

Tematik Integratif dalam lampiran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu

Pendidikan Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan 2013 menyatakan bahwa pendekatan

tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai

mata pelajaran ke dalam satu tema.

1. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Integratif (Pendekatan Saintifik)

(41)

2. Langkah-langkah perencanaan

a. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan

b. Menetapkan KD dan indikator yang akan dipadukan

c. Menginventarisir tema yang akan digunakan

d. Menyusun matrik

e. Menyusun kalender tematik

f. Merancang pembelajaran

3. Prinsip pemilihan/penetapan tema

Prinsip-prinsip pembelajaran tematik integratif:

a. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar

b. Sesuai dengan kurikulum dan harapan masyarakat

c. Mempertimbangkan peristiwa otentik (rill)

d. Tema tidak terlalu luas

e. Bermakna

f. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

g. Mampu menunjukkan sebagian besar minat siswa

4. Prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran tematik integratif

a. Evaluasi diri dan penilaian lainnya

b. Bersikap akomodatif, menampung ide-ide

c. Tidak otoriter & bukan single actor

(42)

4. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah sebuah pendekatan yang

berbasis ilmiah dengan merujuk pada kegiatan menginvestigasi atas sesuatu atau beberapa

fenomena, gejala dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan

memadukan pengetahuan sebelumnya. Dalam pendekatan saintifik menekankan kegiatan

berbasis metode ilmiah yang meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan ilmiah ini mempunyai ciri

tertentu yang terdiri dari dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan

penjelasan tentang suatu kebenaran.

Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik harus dilaksanakan dengan

menggunakan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah (Modul guru Kelas SD,

2013) Barringer (2010) dalam Abidin (2014:125) mengemukakan bahwa “pembelajaran

saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan

kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat.

Abidin (2014:127) juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model

pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan

guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian akrivitas

inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi

dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara

lain:

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan

logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau

(43)

2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari

prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran menyimpang dari alur

berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam

mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi

pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi

pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem

penyajiannya.

Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah dipaparkan di atas,

pembelajaran dengan pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah pembelajaran

dengan mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta

didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau

materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Ranah keterampilan menggamit

tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil

akhirnya adalah peningkatan dan kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi

manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan

untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap,

(44)

b. Kriteria pendekatan saintifik

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika kegiatan pembelajaran metode

yang digunakan memiliki kriteria yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran. Di

bawah ini adalah kriteria dari pendekatan saintifik, yaitu :

1) Substansi atau materi pembelajaran pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan

dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau

dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas

dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang

dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan

substansi atau materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasikan peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi

pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapakan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi

atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Dalam Pendekatan Saintifik

Dalam setiap pendekatan, model dan metode memiliki langkah-langkah kegiatan

yang harus dilakukan sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan

harapan. Di bawah ini adalah langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik,

(45)

1) Mengamati

Langkah awal dari pendekatan saintifik adalah mengamati. Mengamati

mempunyai peranan penting untuk dapat meneruskan ke langkah-langkah berikutnya.

Dalam kegiatan mengamati yang menjadi tujuan utama adalah adanya pengalaman

melihat langsung suatu objek, yang dialami oleh anak. Mengamati akan merangsang

ke-ingintahuan anak. Melalui observasi anak bisa menyimpulkan bahwa materi yang

disampaikan oleh guru atau pendidik memiliki hubungan yang erat dengan obyek

yang diamati.

Proses pengamatan atau mengamati dalam kegiatan pembelajaran memiliki

langkah-langkah tersendiri, seperti yang tertera dalam Modul Kebijakan

Pengembangan Profesi Guru SD (2013:210), Langkah-langkah pengamatan tersebut

adalah:

 Menentukan objek apa yang akan diamati/diobservasi

 Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup obyek yang akan

diobservasi

 Menentukan secara jelas data-data apa yang akan diobservasi, baik primer

maupun sekunder

 Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk

mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

 Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti

menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam dan

lain-lain.

2) Menanya

Menanya adalah salah satu kegiatan yang biasa terjadi dalam kegiatan

(46)

belum jelas agar diperjelas oleh yang lebih mengerti. Dalam Modul Kebijakan

Pengembangan Profesi Guru SD (2013:212), disebutkan ada beberapa fungsi bertanya

yang dilakukan oleh anak yaitu:

a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu

tema atau topic pembelajaran.

b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan

untuk mencari solusinya.

d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk menunjukan sikap, keterampilan dan pemahamannya atas substansi pelajaran

yang diberikan.

e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan

pertanyaan dan memberi pertanyaan dengan logis, sistematis dan menggunakan

bahasa yang baik dan benar.

f) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,

mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau

gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam

hidup berkelompok.

h) Membiasakan peserta didik spontan dan cepat serta sigap dalam merespon

persoalan yang tiba-tiba muncul.

i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati

satu sama lain.

(47)

Menalar dalam konteks Kurikulum 2013 lebih menekankan pada situasi peserta

didik yang lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Daya menalar atau daya berpikir anak

akan lebih baik jika dalam kegiatan pembelajaran guru mampu menyusun beberapa kiat

untuk meningkatkan daya menalar peserta didik. Dalam Modul Kebijakan Pengembangan

Profesi Guru SD (2013:218), disebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru

dalam meningkatkan daya menalar anak adalah:

a) Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan

tuntutan kurikulum.

b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. tugas utama

guru adalah memberi instruksi singkat tetapi jelas dengan disertai contoh-contoh,

baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang

sederhana (persyaratan rendah) sampai yang kompleks (persyaratan tinggi).

d) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.

e) Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.

f) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat

menjadi kebiasaan atau pelaziman.

g) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.

h) Guru mencatat semua kemajuan pesereta didik untuk kemungkinan memberikan

tindakan pelajaran perbaikan.

4) Mencoba

Agar pengalaman siswa semakin nyata dan mencapai hasil belajar yang maksimal

atau kontekstual, lalu membekas dalam ingatan anak maka, anak dituntut agar mencoba.

(48)

bisa langsung diajak keluar kelas, ketempat yang adanya airnya dan meminta anak untuk

membuktikannya secara langsung.

5) Membentuk jejaring

Akhir dari langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan metode saintifik

adalah membentuk jejaring maksudnya siswa dituntut agar bisa menyimpulkan

mengaitkan semua kegiatan pembelajaran yang dipelajari dari langkah awal sampai tahap

mencoba, sehingga semuanya menjadi sebuah kesatuan yang utuh.

d. Kelebihan pendekatan sains

Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan sains memiliki kelebihan,

Kelebihan-kelebihan tersebut adalah:

1) Kegiatan pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan

dengan logika atau penalaran tertentu

2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari

prasangka yang serta-merta pemikiran subyektif atau penalaran yang menyimpang dari

alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis dan tepat dalam

mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi

pembelajaran.

4) Mendorong siswa dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan dan mampu

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi

pembelajaran.

6) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem

(49)

5. Penilaian Otentik

Dalam proses pembelajaran di kelas tentunya tidak terlepas dari aspek penilaian. Pada

kurikulum 2013, penilaian dilakukan dengan menggunakan penilaian otentik. Menurut

Kemendikbud (2013), penilaian otentik (authentic assesment) adalah pengukuran yang

bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik mencakup ranah sikap,

keterampilan, dan pengetahuan. Istilah dari assessment merupakan sinonim dari penilaian,

pengukuran, pengujian, atau evaluasi, sedangkan istilah authentic merupakan sinonim dari

asli, nyata, valid, atau reliabel. Penilaian otentik secara konseptual bermakna secara

signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Penerapan penilaian otentik digunakan

untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang

berkaitan dengan kontruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi

luar sekolah.

Nurgiyantoro dalam Abidin (2014:77) mengemukakan bahwa penilaian otentik pada

hakikatnya merupakan kegiatan penilaian yang tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar

siswa, melainkan proses kegiatan pengajaran itu sendiri, sehingga informasi yang diperoleh

dapat menjadi umpan balik penilaian terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Secara lebih

terfokus Johnson, et al. dalam Abidin (2014:79) mengatakan pada dasarnya penilaian otentik

adalah penilaian performa yakni penilaian yang dilakukan untuk mengetahui proses

pengetahuan dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran dalam mencapai produk

atau hasil belajar tertentu.

Mueller dalam Nurgiyantoro (2011:23) juga menyatakan penilaian otentik merupakan

suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata

secara bermakna yang merupakan esensi pengetahuan dan keterampilan. Hal senada juga

dikemukakan oleh Abidin (2014:83) bahwa penilaian otentik menekankan pada pemberian

(50)

kemauan mengambil resiko, kreatif, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan

tanggung jawab terhadap karya dan tugas yang dilakukan secara komprehensif.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas terkait penilaian otentik maka dapat

disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif

mulai dari input, proses, sampai output dari kegiatan pembelajaran yang bermakna secara

signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Penilaian otentik lebih menekankan pada aktivitas pemberian tugas-tugas untuk menunjukkan

kinerja di dunia nyata yang akan membentuk metakognisi dalam diri peserta didik.

Menurut Kemendikbud (2013) penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang

pendidikan dasar didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas

penilai.

b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan

kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan pelaporannya.

d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah

maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK

merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan

Gambar

Tabel 2. Ciri-ciri pembelajaran tematik integratif....................................................................27
Gambar 3. Langkah-langkah Pengembangan Borg dan Gall...................................................69
Tabel 2. Ciri-ciri pembelajaran tematik integratif
Gambar 1.  Bagan Model Jerold E.Kemp
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selon elle, comme on peut penser sans difficulté que dans la citation 1F « distingue » englobe « disctincte et determinante », « repræsentans et significans » seraient assimilés

[r]

yang telah berkenan menjadi ahli media dan juga memberikan penilaian, kritik, serta saran berharga dalam pengembangan multimedia interaktif ini. Bapak Andhika Brahmantara

Menurut Bagir Manan materi dan muatan sebuah peraturan daerah juga sebagai berikut. 1) Sistem rumah tangga daerah. Dalam sistem rumah tangga formal, segala urusan pada

Kita ketahui bahwa responden yang tinggal di luar camp makanan yang di dapat tidak di pantau nilai gizi dan nilai kalori yang sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga sangat

[r]

Rumah sakit didefinisikan sebagai suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan