ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD
2013 SUBTEMA INDAHNYA PENINGGALAN SEJARAH KELAS IV SEKOLAH
DASAR
Satber Duplimar Benu Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.
Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,31 (sangat baik) dan 3,91 ( baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,15 ( baik) dan 4,26 ( sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,15 dan termasuk
dalam kategori “baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas
RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM SUBTHEME INDAHNYA PENINGGALAN SEJARAH FOURTH
GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
Satber Duplimar Benu
Universitas Sanata Dharma
2015
This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.
This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fourth grade of
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU
KURIKULUM SD 2013 SUBTEMA INDAHNYA PENINGGALAN
SEJARAH KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Satber Duplimar Benu NIM. 111134304
RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
TUHAN YESUS KRISTUS
Yang selalu melindungi, memberi kemudahan dan kelancaran dalam mengerjakan penelitian ini
Ayahanda dan Ibunda Tercinta
Ayah Cornelis Benu dan Ibu Sarce Ireni Benu
Yang selalu memberi do’a, dan semangat
Adik-adikku
Stella Minria Benu, Roy Santo Benu, Bony Edralin Benu Dan Aninda Carissa Benu
yang selalu mendukung
Keluarga Besarku
Yang menjadi panutan untuk meraih kesuksesan
Sahabat-sahabatku mahasiswa PPGT Angkatan 2011
Terima kasih atasa segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku
Universitas Sanata Dharma
MOTTO
Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka maka pintu akan dibukakan bagimu
(Matius 7 : 7)
Mengapa tak mencoba, mencoba tak mengapa
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya
atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,
sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Maret 2015
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Satber Duplimar Benu
Nomor Mahasiswa : 111134304
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Indahnya
Peninggalan Sejarah Kelas IV Sekolah Dasar
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Maret 2015
Yang menyatakan
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD
2013 SUBTEMA INDAHNYA PENINGGALAN SEJARAH KELAS IV SEKOLAH
DASAR
Satber Duplimar Benu Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD.
Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,31 (sangat baik) dan 3,91 ( baik), dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,15 ( baik) dan 4,26 ( sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,15 dan termasuk
dalam kategori “baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas
RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM SUBTHEME INDAHNYA PENINGGALAN SEJARAH FOURTH
GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
Satber Duplimar Benu
Universitas Sanata Dharma
2015
This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.
This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fourth grade of
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Indahnya Peninggalan Sejarah Kelas IV Sekolah Dasar, dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak
mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung
ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada
kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
2. Romo. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ.,S.S.,B.S.T.,MA. selaku Ketua Program Studi
PGSD.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan
memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing
dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.
6. Rusmawan, S.Pd.,M.Pd. selaku validator Pakar KurikulumSD 2013 yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk
penelitian.
7. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku validator Pakar KurikulumSD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk
penelitian.
8. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku kepala sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah
memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.
9. Sri Rejeki, A,Ma., selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan I yang telah membantu
peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.
10.Kartika Kirana, S.S., selaku guru kelas IV SDKE Mangunan yang telah membantu
11.Bapak dan Mama tersayang, Bapak Cornelis Benu dan Mama Sarce Ireni Benu yang
setia memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Keluarga besarku, Adik-adikku dan Kakak-kakakku, yang selalu memberi motivasi,
dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Teman-teman seperjuangan 35 mahasiswa PPGT Angkatan 1 yang berjuang bersama
selama ini.
14.Segenap pihak yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan, yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan
kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Akhir kata peniliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 24 Maret 2015
Peneliti
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK... viii
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka... 15
1. Kurikulum SD 2013... 15
a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013... 15
b. Penguatan Pendidikan Karakter... 19
c. Pendekatan Tematik Integratif ... 23
e. Penilaian Otentik... 37
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran... 42
B. Penelitian yang Relevan... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan... 83
1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan... 84
2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan... 88
B. Deskripsi Produk Awal... 88
1. Silabus... 89
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH)... 90
C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013... 92
D. Data Hasil Validasi Guru Kelas I Pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk... 96
E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan... 100
1. Kajian Produk Akhir... 101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 107
B. Keterbatasan Penelitian... 108
C. Saran... 110
DAFTAR PUSTAKA... 110
LAMPIRAN... 104
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hal-hal yang berubah dalam kurikulum...5
Tabel 2. Ciri-ciri pembelajaran tematik integratif...27
Tabel 3. Jadwal kegiatan penelitian... ...77
Tabel 4. Konversi nilai skala 5...79
Tabel 5. Kriteria skor skala 5...81
Tabel 6. Saran Pakar Kurikulum SD 2013...94
Tabel 7. Saran guru SD kelas IV pelaksana kurikulum 2013 ...98
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Model Jerold. E. Kemp...42
Gambar 2. Kerangka Pikir ...65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian... 109
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian... 111
Lampiran 3 Rangkuman Wawancara Survei Kebutuhan... 112
Lampiran 4 Data Mentah Skor Validasi Pakar Kurikulum SD 2013... 115
Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas IV SD Pelaksana Kurikulum SD 2013... 125 Lampiran 6 Silabus... 132
Lampiran 7 Biodata Penulis... 161
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seruan-seruan tentang perkembangan dunia, kemajuan dunia dalam berbagai
bidang dan oleh berbagai kalangan masyarakat terdengar dimana-mana. Pihak-pihak
yang terkait dengan perkembangan dan kemajuan Indonesia juga tidak berhenti
memikirkan hal ini, dengan berbagai ide dan cara yang dipertimbangkan
matang-matang selalu berevolusi mengikuti perkembangan zaman.
Pendidikan adalah salah satu faktor yang berperan sangat penting dalam
mencapai hal yang diinginkan. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sangat
memprihatinkan, dengan melihat perilaku pelajar-pelajar Indonesia yang semakin
hari semakin menuju ke arah yang tidak diharapkan. Hal ini menjadi hambatan
sekaligus tantangan besar bagi kita pemerhati pendidikan untuk berpikir dan bekerja
keras merubah sistem pendidikan saat ini agar generasi penerus bangsa memiliki
moral yang baik, moral yang membangun bangsa ini yang sedang berkembang agar
dapat bersaing dengan negara-negara lain yang sudah lebih dahulu maju.
Guru sebagai pemimpin kegiatan belajar mengajar di kelas berperan dalam
menciptakan suasana belajar yang yang memungkinkan siswa dalam menjalani
proses belajar secara nyaman dan produktif. Tercapainya kondisi pembelajaran yang
efektif ditandai dari perubahan yang terjadi berulang-ulang dalam berbagai aspek
yang berkaitan dengan kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mencapai sebuah
selalu dituntut untuk menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dalam memberikan
ilmu kepada siswa.
Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang mengedepankan 5 aspek yaitu,
mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi dan
mengkomunikasikannya, sehingga dengan adanya pendekatan saintifik ini, siswa
dapat mengembangkan kemampuannya dalam bentuk pengetahuan yang berdasarkan
interaksi dan sosialisasi dengan lingkungannya agar bisa mendapatkan pengalaman
yang bermakna dalam kehidupannya.
Melihat dunia pendidikan saat ini yang diwarnai dengan berbagai
tindakan-tindakan tidak terpuji, jelas menggambarkan bahwa pemahaman dan pengamalan
karakter peserta didik sangat kurang. Berdasarkan pernyataan di atas maka,
menumbuhkan dan mengembangkan karakter anak yang baik (positive character)
merupakan satu tujuan utama pendidikan di negeri ini. Agar positive character
terbentuk dalam diri setiap anak, maka anak perlu dibimbing dan dikembangkan
karakternya melalui dari pembiasaan-pembiasaan atau kegiatan-kegiatan dalam
kesehariannya dan itu harus dimulai sejak dini dan dalam berbagai lingkungan anak,
sehingga kelak anak dewasa karakter-karakter baik yang sering dilakukan anak sudah
tertanam dalam diri anak dan menjadi kebiasaan anak.
Harapannya dengan penulisan ini semua elemen yang turut berperan dengan
perkembangan anak-anak, seperti keluarga, sekolah, lingkungan bermain dan lain
sebagainya, dapat memahami dalam membimbing anak-anak sebagai calon penerus
bangsa menuju kehidupan yang lebih manusiawi dan berkarakter.
Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang berarti “pelari”, dan curere yang berarti “tempat berpacu” (Arifin, 2011:2).
pelajaran yang harus ditempuh atau harus diselesaikan peserta didik di sekolah untuk
memperoleh ijazah. Menurut Mulyasa, (2013:60) perubahan kurikulum diperlukan
karena ada beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut:
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukan dengan
banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya
melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi,
misi, dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan,
belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan,
keterampilan dan sikap).
4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat,
seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode
konstruktifistik, keseimbangan soft skills and hard skills serta jiwa
kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan, sosial yang
terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.
6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang
rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung
pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta
belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.
Selain beberapa hal di atas juga diidentifikasi ada kesenjangan kurikulum
(kesenjangan antara konsep saat ini dan konsep yang ideal), sebagai berikut:
2. Materi pembelajaran
3. Proses pembelajaran
4. Penilaian
5. Pendidik dan tenaga kependidikan
6. Pengelolaan kurikulum
Tabel 1 : hal-hal yang berubah dalam kurikulum
Sumber: Mulyasa, (2013:63)
Untuk mencapai ketuntasan belajar yang maksimal dan sesuai dengan harapan,
maka diperlukan perangkat pembelajaran sebagai acuan dalam menjalani proses
kegiatan belajar mengajar. Beberapa perangkat pembelajaran yang paling penting dan
No. KBK 2014 KTSP 2006 KURIKULUM 2013
1. Standar kompetensi lulusan diturunkan dari standar isi
Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan 2. Standar isi dirumuskan
berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran
Standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran
3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk
4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu dengan
yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
berpengaruh besar terhadap hasil dari proses pembelajaran adalah silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Berdasarkan hasil wawancara survey kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti
dengan narasumber, SR adalah seorang guru kelas dan tim ahli kurikulum 2013 yang
mengajar di SDN Kalasan 1 yang terletak di Kalasan Yogyakarta. Narasumber
berpendapat bahwa kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang holistik
(keseluruhan) dalam satu kesatuan yang utuh dengan berlandaskan tema, jadi yang
mengetahui tentang materi hanya guru sehingga ketakutan anak terhadap mata
pelajaran yang dianggap susah tidak terjadi. Dalam kegiatan pembelajaran semua
mata pelajaran boleh dibolak-balik sesuai dengan kreatifitas guru dalam
menggabungkan semua materi sehingga menciptakan suasana belajar yang menarik,
karena semua mata pelajaran boleh digabung dalam satu kegiatan pembelajaran hal
ini menuntut guru agar harus selalu kreatif dalam merangkai kegiatan pembelajaran.
Dengan kegiatan pembelajaran yang seperti dijelaskan di atas, penilaian yang
dilakukukan juga harus mencakup semua aspek (penilaian proses dan penilaian hasil).
Menurut pengalaman narasumber pelaksanaan penilaian otentik belum maksimal
karena ada beberapa hal, (1). Sumber daya manusia (SDM), (2). Jumlah guru yang
tidak mencukupi, (3). Jumlah murid terlalu banyak sehingga guru sulit menilai
satu-persatu, menurut pengakuan narasumber, sampai saat ini guru belum mendapatkan
cara penilaian yang efektif dan efisien.
Pengaruh masuknya pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai modal yang bagus dan dilandasi karakter yang baik sehingga tidak salah
menggunakan pengetahuan. Dalam kurikulum 2013 terdapat 18 karakter, tetapi
narasumber tidak menghafal semua jadi dalam proses penilaiannya guru hanya
Kurangnya sumber daya yang memahami secara baik tentang penilaian
berdampak pada perangkat pembelajaran yaitu penilaian yang efektif analis dan daya
serap. Menurut narasumber perangkat pembelajaran (penilaian) sudah dibuat, namun
penggunaannya masih belum maksimal karena yang banyak tersedia adalah penilaian
hasil, tetapi penilaian proses sangat minim.
Narasumber menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang masih diperlukan dan
perlu diperhatikan oleh yang berwenang, yaitu penilaian yang berkaitan dengan sikap
dan narasumber juga menyarankan, jika ingin kurikulum 2013 terealisasi dengan baik
maka di lapangan butuh sumber daya manusia (SDM) yang paham dengan dengan
penilaian.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Sri guru
kelas IV SDN Kalasan 1 pada hari sabtu, 17 Mei 2014 pukul 10.00 WIB guru sudah
memahami konsep-konsep yang mendasari adanya pergantian kurikulum dari KTSP
ke Kurikulum 2013 ini. Guru kelas sudah memahami teori-teori dasar Kurikulum
2013 seperti pendekatan saintifik, tematik integratif, pendidikan karakter dan
penilaian otentik. Namun pada pelaksanaan di lapangan guru mengalami beberapa
kesulitan seperti sebagian besar guru-guru yang mengajar adalah guru-guru tua yang
sudah terbiasa dengan model mengajar yang lama. Guru-guru yang usianya sudah tua
masih mengajar menggunakan model lama meskipun buku yang mereka gunakan
merupakan buku tematik integratif. Guru semata-mata hanya melaksanakan
Kurikulum 2013 di sekolah berdasarkan apa yang mereka dapatkan dari buku. Hal ini
dikarenakan tidak semua guru mengikuti diklat mengenai Kurikulum 2013. Di
sekolah ini hanya guru yang mengajar di kelas I dan IV yang mengikuti diklat
sehingga dalam pelaksanaanya hanya guru tersebut yang lebih banyak tahu tentang
Kesulitan lain yang dialami pihak sekolah yaitu mengalami kesulitan dalam
menemukan Instrumen penilaian atau perangkat penilaian yang efektif untuk aspek
afektif. Guru mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian sikap pada anak-anak
dikarenakan jumlah siswa yang banyak sehingga guru sangat membutuhkan format
penilaian sikap yang efektif. Menghadapi siswa yang banyak dan harus menilai
karakter mereka satu persatu merupakan salah satu kesulitan guru dalam menilai.
Guru membutuhkan format penilaian yang efektif sehingga dalam menilai karakter
anak di kelas dapat dilakukan dengan cermat dan utuh. Kendala lain yang dihadapi
sekolah ialah keterbatasan sarana dan prasarana yang kurang menunjang. Sarana dan
prasarana merupakan salah satu kendala yang dihadapi guru-guru. Menghadapi
Kurikulum 2013 ini diperlukan juga pemberdayaan sarana dan prasarana yang
menunjang. Sarana dan prasarana yang baik tentunya dapat mendukung pembelajaran
yang baik pula.
Kesulitan lain yang dihadapi guru-guru adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran yang diberikan pemerintah. Masih sebagian besar guru mengajar
mengikuti buku referensi. Sedangkan dalam beberapa kegiatan pembelajaran dalam
buku masih ditulis secara umum. Seharusnya guru mampu mengembangkan
perangkat pembelajaran dengan baik disesuaikan dengan kondisi kelas, peserta didik
dan fasilitas yang ada.
Berdasarkan masalah yang ditemukan peneliti dari hasil wawancara tersebut
sangat penting diadakan contoh-contoh perangkat pembelajaran Kurikulum SD 2013,
maka peneliti mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan
mengembangkan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang disimpulkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan produk berupa perangkat pembelajaran subtema
Indahnya Peninggalan Sejarah, mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar?
2. Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema indahnya
peninggalan sejarah mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan produk berupa pengembangan perangkat pembelajaran
subtema Indahnya Peninggalan Sejarah, mengacu kurikulum SD 2013 untuk
siswa kelas IV Sekolah Dasar.
2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran
subtema Indahnya Peninggalan Sejarah, mengacu kurikulum SD 2013 untuk
siswa kelas IV Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan
baru yang dapat menjadi bekal ketika kelak menjadi guru.
Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
komponen pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
3. Bagi siswa
Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam mempelajari
materi tentang sikap kepahlawanan pada siswa kelas IV semester 2 SD
Kalasan 1 tahun ajaran 2013/2014.
4. Bagi sekolah
Bagi sekolah, penelitian ini dapat menambah referensi pada sekolah dalam
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang terkait dengan
materi sikap kepahlawanan.
5. Bagi Prodi PGSD
Bagi prodi, penelitian ini dapat menambah bahan pustaka prodi PGSD
Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan perangkat
pembelajaran.
E. Batasan Istilah
Beberapa istilah sebagai kata kunci dalam penelitian ini, penulis menuangkan dalam
pengertian sebagai berikut:
1. Kurikulum SD 2013
Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum yang merupakan penyempurnaan dari
KBK dan KTSP yang dalam penyusunannya menggunakan pendekatan tematik
integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter dan penilaian otentik dalam
meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
3. Pendekatan tematik integratif
Pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam
berbagai tema.
4. Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”.
5. Penilaian otentik
Penilaian otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
6. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH)
beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media pembelajaran,
Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik
F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan
Berikut adalah produk-produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap.
2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa
(intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator
dan tujuan pembelajaran.
3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif.
4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan
saintifik.
5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum SD 2013
a. Rasional Dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Inovasi pendidikan dalam bidang kurikulum dari KTSP menuju kurikulum 2013
tentunya tidak serta merta dilakukan pemerintah tanpa alasan tertentu yang memberi
dampak perubahan positif ke arah yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang dicanangkan
pemerintah saat ini lebih rasional dan syarat elemen perubahan dari kurikulum
sebelumnya. Menurut PERMENDIKBUD No.67 Tahun 2013 tentang kurikulum SD,
rasional pengembangan kurikulum 2013 tersebut mencakup beberapa faktor, antara lain:
1) Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait
dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia
produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak
dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke
atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun
2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi
ditransformasikan menjadi manusia-manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
2) Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu
yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan
perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti
dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan
ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang
pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student
Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS
dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di
TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
3) Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut:
a) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada
peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang
b) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran
interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/
media lainnya),
c) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik
dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi
serta diperoleh melalui internet),
d) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa
aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
saintifik)
e) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
f) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;
g) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan
memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
h) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
i) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
4). Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar
matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum
2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat
kolaboratif;
2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.
5). Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang
relevan bagi peserta didik. Materi yang digunakan tidak hanya diperoleh dari buku
sumber, melainkan guru dapat mengembangkan sendiri materi ajar dari berbagai sumber
atau referensi yang tersedia melalui media cetak maupun internet sesuai kreatifitas guru
2. Penguatan Pendidikan karakter
Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti barang atau alat
untuk menggores, yang kemudian hari dipahami sebagai stempel/cap. Jadi karakter itu sebuah
stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Dumadi, dalam Adisusilo (2011:
76).
a. Menurut Aristoteles dalam Lickona (2012) karakter yang baik adalah kehidupan dengan
melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang
lain.
b. Menurut Novak dalam Lickona (2012) karakter merupakan “campuran kompatibel dari
seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana,
dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah”.
c. Menurut Foester dalam Adisusilo (2011: 77) menyatakan bahwa karakter adalah sesuatu
yang mengualifiksi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi
sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman ontingen yang selalu berubah.
Jadi, karakter merupakan kumpulan nilai yang ada dan melekat pada diri seseorang yang
menjadi identitas dan sifat tetapnya. Karakter seseorang merupakan bawaan yang terdapat
dalam pribadinya, setiap pribadi memiliki karakter yang berbeda. Namun, karakter seseorang
tinggalnya baik maka, pengaruhnya juga akan baik, begitupun sebaliknya, karakter seseorang
biasanya dipengaruhi oleh keluarga, pendidikan, pergaulan, tempat kerja dan lain-lain.
Karakter sangat berguna dalam kehidupan, karena ukuran kesuksesan seseorang bukan hanya
dinilai dari segi kognitifnya saja melainkan juga dari tingkah laku atau karakter yang
dimilikinya.
Pendidikan adalah proses menanamkan nilai-nilai dan budaya ke dalam diri seseorang
atau masyarakat sehingga membuat seseorang dan masyarakat tersebut bisa lebih beradab.
Pendidikan bukan hanya proses membagi ilmu pengetahuan oleh seseorang atau sekelompok
orang kepada orang lain atau masyarakat tetapi, pendidikan pada umumnya mempunyai
fungsi sebagai sarana untuk membudayakan dan membagi atau menyalurkan nilai-nilai
kepada orang lain.
Dalam penyaluran nilai dan pembudayaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya
juga harus mencakup tiga aspek dasar kemanusian yaitu, (1) afektif, yang akan tercermin
pada kualitas keimanan,ketakwaan akhlak mulia,serta kepribadian yang unggul. (2) kognitif,
akan terlihat dari kemampuan berpikir dan daya intelektualitas untuk memahami ilmu
pengetahuan dan teknologi serta bisa menggali dan mengembangkan ilmu tersebut. (3)
psikomotorik, akan terlihat dari kemampuan mengembangkan keterampilan teknis,
kecakapan praktis dan kompetensi kinestetis.
Berikut adalah pendapat beberapa ahli tentang karakter, yang dikutip dari sebuah buku
berjudul, “Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah” dan diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
1. Menurut Suyanto (2009), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama,baik dalam lingkungan keluarga
2. Menurut Philips (2008), mengatakan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang
ditampilkan.
3. Koesoma (2007), Menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Pendidikan karakter merupakan suatu usaha memajukan yang dilakukan secara sadar,
bertahap dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang relavan sehingga anak
dapat mengembangkan potensi dirinya. Tujuannya agar anak memiliki kepribadian,
berakhlak mulia dan budi pekerti sehingga karakter dapat terbentuk dan menjadi ciri khas
dari anak didik.
Menurut Suyanto (2009) dalam Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar
Dan Menengah, mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus,
yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (felling), dan tindakan (action).
Menurut Sumantri (2010) dalam Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar Dan
Menengah Dalam pendidikan karakter terdapat enam etik utama yaitu (1) dapat dipercaya
(trustworthy) seperti jujur,dan integritas. (2) memperlakukan orang lain dengan hormat treats
(people with respect) (3) bertanggung jawab (responsible) (4) adil (fair) (5) kasih sayang
(caring) (6) warga Negara yang baik (good citizen).
Menurut F.W Foerster dalam, Adisusilo (2011), mengatakan bahwa ada 4 ciri dasar
dari pendidikan karakter yaitu:
1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan seperangkat nilai.
2. Koherensi yang memberi keberanian, yang membuat seseorang teguh pada prinsip tidak
mudah terombang-ambing pada situasi.
3. Otonomi maksudnya, seseorang menginternalisasikan nilai-nilai dari luar sehingga
menjadi nilai-nilai pribadi, menjadi sifat yang melekat, melalui keputusan bebas tanpa
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini
apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas
komitmen yang dipilih.
Menurut Lickona dalam Adisusilo (2011) menyatakan bahwa ada 11 prinsip agar pendidikan
karakter dapat terlaksana secara efektif antara lain:
1. Kembangkan nilai-nilai universal/ dasar sebagai fondasinya
2. Definisikan karakter secara komperhensif yang mencangkup pikiran,perasaan dan
perilaku
3. Gunakan pendekatan yang komperhensif, disengaja, dan proaktif.
4. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian
5. Beri peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan yang menghormati semua peserta
didik, mengembangkan sifat-sifat positif dan membantu peserta didik untuk berhasil.
7. Mendorong motivasi peserta didik
8. Melibatkan seluruh civitas sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral
9. Tumbuhkan kebersamaan dan kepimpinan moral
10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
11. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh
mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.
3. Pendekatan tematik integratif
Berdasarkan Ahmadi & Amri (2014: 221) dalam buku Pengembangan & Model
Pembelajaran Tematik Integratif menyatakan bahwa pendekatan tematik integratif ini sudah
dikenal pada kurikulum 1984. Intinya, tiap pelajaran harus berpijak pada tema atau subtema
(diintegrasikan) dengan bahan pelajaran yang lain. Dalam belajar bahasa Indonesia, bahan
pelajaran dapat dipadukan secara internal, misalnya keterampilan berbicara dengan tema
pariwisata dengan keterampilan menulis, dengan aspek kebahasaan seperti kalimat dan frasa.
Sedangkan secara eksternal dipadukan dengan sastra atau bahasa Indonesia dapat dipadukan
dengan mata pelajaran yang lain.
Misalnya, untuk pelajaran kalimat majemuk, guru dapat memadukan kalimat
majemuk dengan keterampilan membaca, dan bacaan itu diambil dari buku teks Sejarah,
Ekonomi, Biologi, IPA, IPS, dan sebagainya. Artinya, siswa dapat ditugasi untuk mencari
dan menemukan contoh-contoh kalimat majemuk di dalam buku-buku teks itu. Pembelajaran
di sekolah dasar dengan kurikulum 2013 dilakukan secara tematik integratif. Melalui sistem
tematik integratif, indikator mata pelajaran IPA dan IPS akan muncul di kelas IV, V, dan VI
SD. Di sekolah dasar, semua mata pelajaran dilaksanakan dengan tematik integratif
berdasarkan tema-tema yang sudah disusun.
1. Bagaimana menciptakan pembelajaran tematik integratif:
a) Tema yang akan dibawakan dalam pembelajaran harus memiliki muatan rasa ingin
tahu siswa.
b) Tema harus didesain untuk membangun solusi dari konflik yang disampaikan.
c) Kemampuan mendengar dan menyimak guru lebih diutamakan daripada
berceramah.
2. Kelebihan pembelajaran tematik integratif
a) Premis utama pembelajaran tematik integratif terpadu bahwa peserta didik
memerlukan peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan
talentanya.
b) Menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi
c) Relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar.
d) Menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar
e) Memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran
lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat
tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi
kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi
pengembangan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
3. Manfaat pembelajaran tematik integratif
a) Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b) Menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi
pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah
c) Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak
(brain-friendly classroom)
d) Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu
tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplosi
konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan secara siap
e) Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik dalam kehidupan berada
dalam format ramah otak.
f) Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung
oleh peserta didik dalam keidupannya sehari-hari
g) Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program
belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan
menerapkan prinsip belajar tuntas
h) Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk
4. Tahap pembelajaran tematik integratif
Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran tematik yaitu:
a) Menentukan tema. Dimungkinkan disepakati bersama dengan peserta didik.
b) Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. Dengan mengedepankan
dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
c) Mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber
dan aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemostrasikan kegiatan dalam
tema.
Berdasarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Pengolaan Pembelajaran
Tematik Integratif dalam lampiran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan 2013 menyatakan bahwa pendekatan
tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
mata pelajaran ke dalam satu tema.
1. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Integratif (Pendekatan Saintifik)
2. Langkah-langkah perencanaan
a. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
b. Menetapkan KD dan indikator yang akan dipadukan
c. Menginventarisir tema yang akan digunakan
d. Menyusun matrik
e. Menyusun kalender tematik
f. Merancang pembelajaran
3. Prinsip pemilihan/penetapan tema
Prinsip-prinsip pembelajaran tematik integratif:
a. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar
b. Sesuai dengan kurikulum dan harapan masyarakat
c. Mempertimbangkan peristiwa otentik (rill)
d. Tema tidak terlalu luas
e. Bermakna
f. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
g. Mampu menunjukkan sebagian besar minat siswa
4. Prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran tematik integratif
a. Evaluasi diri dan penilaian lainnya
b. Bersikap akomodatif, menampung ide-ide
c. Tidak otoriter & bukan single actor
4. Pendekatan Saintifik
a. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah sebuah pendekatan yang
berbasis ilmiah dengan merujuk pada kegiatan menginvestigasi atas sesuatu atau beberapa
fenomena, gejala dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya. Dalam pendekatan saintifik menekankan kegiatan
berbasis metode ilmiah yang meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan ilmiah ini mempunyai ciri
tertentu yang terdiri dari dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu kebenaran.
Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik harus dilaksanakan dengan
menggunakan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah (Modul guru Kelas SD,
2013) Barringer (2010) dalam Abidin (2014:125) mengemukakan bahwa “pembelajaran
saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan
kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat.
Abidin (2014:127) juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model
pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan
guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian akrivitas
inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi
dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.
Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara
lain:
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran menyimpang dari alur
berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya.
Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah dipaparkan di atas,
pembelajaran dengan pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah pembelajaran
dengan mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau
materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Ranah keterampilan menggamit
tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil
akhirnya adalah peningkatan dan kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi
manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap,
b. Kriteria pendekatan saintifik
Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika kegiatan pembelajaran metode
yang digunakan memiliki kriteria yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran. Di
bawah ini adalah kriteria dari pendekatan saintifik, yaitu :
1) Substansi atau materi pembelajaran pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas
dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasikan peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi
pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapakan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi
atau materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Dalam Pendekatan Saintifik
Dalam setiap pendekatan, model dan metode memiliki langkah-langkah kegiatan
yang harus dilakukan sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
harapan. Di bawah ini adalah langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik,
1) Mengamati
Langkah awal dari pendekatan saintifik adalah mengamati. Mengamati
mempunyai peranan penting untuk dapat meneruskan ke langkah-langkah berikutnya.
Dalam kegiatan mengamati yang menjadi tujuan utama adalah adanya pengalaman
melihat langsung suatu objek, yang dialami oleh anak. Mengamati akan merangsang
ke-ingintahuan anak. Melalui observasi anak bisa menyimpulkan bahwa materi yang
disampaikan oleh guru atau pendidik memiliki hubungan yang erat dengan obyek
yang diamati.
Proses pengamatan atau mengamati dalam kegiatan pembelajaran memiliki
langkah-langkah tersendiri, seperti yang tertera dalam Modul Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru SD (2013:210), Langkah-langkah pengamatan tersebut
adalah:
Menentukan objek apa yang akan diamati/diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup obyek yang akan
diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang akan diobservasi, baik primer
maupun sekunder
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam dan
lain-lain.
2) Menanya
Menanya adalah salah satu kegiatan yang biasa terjadi dalam kegiatan
belum jelas agar diperjelas oleh yang lebih mengerti. Dalam Modul Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru SD (2013:212), disebutkan ada beberapa fungsi bertanya
yang dilakukan oleh anak yaitu:
a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topic pembelajaran.
b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan
untuk mencari solusinya.
d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukan sikap, keterampilan dan pemahamannya atas substansi pelajaran
yang diberikan.
e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan dan memberi pertanyaan dengan logis, sistematis dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
f) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam
hidup berkelompok.
h) Membiasakan peserta didik spontan dan cepat serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.
i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati
satu sama lain.
Menalar dalam konteks Kurikulum 2013 lebih menekankan pada situasi peserta
didik yang lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Daya menalar atau daya berpikir anak
akan lebih baik jika dalam kegiatan pembelajaran guru mampu menyusun beberapa kiat
untuk meningkatkan daya menalar peserta didik. Dalam Modul Kebijakan Pengembangan
Profesi Guru SD (2013:218), disebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam meningkatkan daya menalar anak adalah:
a) Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. tugas utama
guru adalah memberi instruksi singkat tetapi jelas dengan disertai contoh-contoh,
baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang
sederhana (persyaratan rendah) sampai yang kompleks (persyaratan tinggi).
d) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
e) Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
f) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan atau pelaziman.
g) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
h) Guru mencatat semua kemajuan pesereta didik untuk kemungkinan memberikan
tindakan pelajaran perbaikan.
4) Mencoba
Agar pengalaman siswa semakin nyata dan mencapai hasil belajar yang maksimal
atau kontekstual, lalu membekas dalam ingatan anak maka, anak dituntut agar mencoba.
bisa langsung diajak keluar kelas, ketempat yang adanya airnya dan meminta anak untuk
membuktikannya secara langsung.
5) Membentuk jejaring
Akhir dari langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan metode saintifik
adalah membentuk jejaring maksudnya siswa dituntut agar bisa menyimpulkan
mengaitkan semua kegiatan pembelajaran yang dipelajari dari langkah awal sampai tahap
mencoba, sehingga semuanya menjadi sebuah kesatuan yang utuh.
d. Kelebihan pendekatan sains
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan sains memiliki kelebihan,
Kelebihan-kelebihan tersebut adalah:
1) Kegiatan pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu
2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta pemikiran subyektif atau penalaran yang menyimpang dari
alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.
4) Mendorong siswa dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan dan mampu
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
6) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
5. Penilaian Otentik
Dalam proses pembelajaran di kelas tentunya tidak terlepas dari aspek penilaian. Pada
kurikulum 2013, penilaian dilakukan dengan menggunakan penilaian otentik. Menurut
Kemendikbud (2013), penilaian otentik (authentic assesment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik mencakup ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Istilah dari assessment merupakan sinonim dari penilaian,
pengukuran, pengujian, atau evaluasi, sedangkan istilah authentic merupakan sinonim dari
asli, nyata, valid, atau reliabel. Penilaian otentik secara konseptual bermakna secara
signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Penerapan penilaian otentik digunakan
untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan kontruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi
luar sekolah.
Nurgiyantoro dalam Abidin (2014:77) mengemukakan bahwa penilaian otentik pada
hakikatnya merupakan kegiatan penilaian yang tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar
siswa, melainkan proses kegiatan pengajaran itu sendiri, sehingga informasi yang diperoleh
dapat menjadi umpan balik penilaian terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Secara lebih
terfokus Johnson, et al. dalam Abidin (2014:79) mengatakan pada dasarnya penilaian otentik
adalah penilaian performa yakni penilaian yang dilakukan untuk mengetahui proses
pengetahuan dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran dalam mencapai produk
atau hasil belajar tertentu.
Mueller dalam Nurgiyantoro (2011:23) juga menyatakan penilaian otentik merupakan
suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata
secara bermakna yang merupakan esensi pengetahuan dan keterampilan. Hal senada juga
dikemukakan oleh Abidin (2014:83) bahwa penilaian otentik menekankan pada pemberian
kemauan mengambil resiko, kreatif, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan
tanggung jawab terhadap karya dan tugas yang dilakukan secara komprehensif.
Berdasarkan pemaparan para ahli di atas terkait penilaian otentik maka dapat
disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif
mulai dari input, proses, sampai output dari kegiatan pembelajaran yang bermakna secara
signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Penilaian otentik lebih menekankan pada aktivitas pemberian tugas-tugas untuk menunjukkan
kinerja di dunia nyata yang akan membentuk metakognisi dalam diri peserta didik.
Menurut Kemendikbud (2013) penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas
penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah
maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan