• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI LINGKUNGANKU

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Endar Kristianto

101134168

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI LINGKUNGANKU UNTUK SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Endar Kristianto

101134168

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

 Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat dan anugerah yang

melimpah.

 Kedua orang tuaku, Paulus Sutrisno dan Fransiska Romana Parjinem yang

tak pernah berhenti memberi dukungan dan doa.

 Kakak-kakakku yang selalu memberi semangat.

 Vincentia Herdika Yosi Putri yang tak pernah berhenti memberikan kasih

sayang dan kesabaran.

 Semua teman-teman PGSD angkatan 2010 khususnya kelas D yang telah

menjadi teman yang baik selama kuliah.

(6)

v

MOTTO

“Disiplin Adalah Kunci Sukses”

*STEWA*

We must set the bar and continually raise it from time to time

*Michael Hermawan*

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Juni 2014

Penulis,

Endar Kristianto

(8)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Endar Kristianto

NIM : 101134168

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang

berjudul: “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM

2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI

LINGKUNGANKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang

diperlukan (bila ada). Dengan demikian Perpustakaan Sanata Dharma mempunyai

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis,

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 17 Juni 2014

Penulis,

(9)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI LINGKUNGANKU

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Endar Kristianto

Universitas Sanata Dharma 2014

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kebutuhan akan bahan ajar antara kurikulum yang satu dengan kurikulum yang lain tentu saja berbeda. Ketersediaan bahan ajar yang mengacu pada kurikulum 2013 belum sepenuhnya mengakomodir kegiatan belajar yang menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan tematik integratif. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 subtema Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar oleh Jerold Kemp.dan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D) yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Penelitian ini mengadaptasi kedua prosedur pengembangan tersebut menjadi penelitian yang lebih sederhana untuk dijadikan landasan penelitian. Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini melalui 8 langkah yaitu: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain Produk, (4) Validasi ahli, (5) Revisi Desain, (6) Uji coba desain, serta (7) validasi siswa, (8) Revisi desain. Langkah-langkah tersebut dilakukan hingga menghasilkan prototipe berupa bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 subtema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Bahan ajar yang merupakan produk dari penelitian ini dievaluasi dari unsur 1) tujuan dan pendekatan, 2) desain dan pengorganisasian, 3) isi, 4) keterampilan berbahasa, 5) topik, dan 6) metodologi. Berdasarkan hasil validasi oleh pakar kurikulum 2013, 2 orang guru kelas IV yang telah melaksanakan kurikulum 2013, dan sembilan orang siswa kelas IV SD kanisius Kenteng, bahan ajar memperoleh skor rata-rata 4,44 dengan kategori “sangat baik”. Berdasarkan hasil validasi tersebut, pengembangan bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 subtema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar layak untuk digunakan dalam pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013.

(10)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIAL BASED ON CURRICULUM 2013 SUBTHEME KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP

DI LINGKUNGANKU FOR 4TH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL Endar Kristianto using the scientific approach and thematic integrative approach. The main objective of this research is to produce a product in the form of teaching materials that Based on Curriculum 2013 Subtheme Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku For 4th Grade of Elementary school .

This research use teaching materials development procedures by Jerold Kemp and use methods of research and development (R & D) proposed by Borg and Gall This research adapts both the development procedure becomes simpler research used as a basis for research. Research and development procedure that used in this research through 8 steps: (1) Potential and problems, (2) Data collection, (3) Product Design, (4) Expert Validation , (5) Revision Design, (6) Trial design, (7) validation of students, and (8) Revision of design. That steps are performed to produce the final product that is Learning Materials’ Development Based Curriculum 2013 Subtheme Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku for Elementary School 4th grade students.

Teaching materials which are the products of this research were evaluated from element 1) the purpose and approach, 2) design and organization, 3) content, 4) language skills, 5) topics, and 6) methodology. Based on the results of the validation by curriculum specialists 2013, two 4th grade teachers who implemented the curriculum 2013, and nine 4th grade students of Canisius Kenteng, teaching materials gained an average score of 4.44 to the category "very good". Based on the results of the validation, The Development of Teaching Material Based on Curriculum 2013 Subtheme Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku For 4th Grade of Elementary school feasible to used in learning that use curriculum 2013.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI

LINGKUNGANKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR” ini dengan

baik.

Skripsi ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.,S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakil Ketua Prodi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

4. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. dan Bapak Galih Kusumo, SPd., M.Pd.,

(12)

xi

waktu untuk memberi semangat dan memberi arahan selama peneliti

menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Rusmawan S,Pd., M.Pd., selaku validator pakar kurikulum 2013 yang

telah memberi masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

6. Bapak Sujarwo Hadi Saputro, S,Pd. dan Ibu Surini, S.Pd.SD, selaku guru

kelas IV Sekolah Dasar yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013

yang telah bersedia memvalidasi Bahan Ajar yang peneliti kembangkan.

7. Bapak E. Sulistya Asmara S.Pd., selaku kepala sekolah SD Kanisius Kenteng

yang telah member izin peneliti melakukan penelitian.

8. Seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Kenteng yang telah membantu selama

penelitian berlangsung.

9. Kedua Orang tua dan kakak-kakak yang selalu memberi dukungan.

10.Vincentia Herdika Yosi Putri, yang selalu memberikan kasih sayang dan

kesabaran.

11.Sahabat dan teman-temanku yang telah membantu dan mendukung

penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang

hati. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para

pembaca pada umumnya.

Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Batasan Istilah ... 5

1.6Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 8

2.1Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Kurikulum SD 2013 ... 8

2.1.1.1 Rasional dan elemen perubahan kurikulum SD 2013 ... 8

2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif ... 13

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif ... 13

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Tematik Integratif ... 15

2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif ... 16

2.1.2.4 kelebihan Pembelajaran Integratif ... 16

2.1.3 Pendekatan Saintifik ... 17

2.1.4 Penilaian Otentik ... 22

2.1.4.1 Pengertian Penilaian otentik ... 22

2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik ... 23

2.1.4.3 Jenis-jenis Penilaian Otentik ... 24

2.1.4.4 kelebihan Penilaian otentik ... 24

2.1.4.5 kelemahan Penilaian Otentik ... 25

2.1.5 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal ... 25

2.1.5.1 pengertian pendidikan karakter ... 25

2.1.5.2 nilai-nilai pendidikan karakter ... 27

2.1.5.3 Tujuan Pendidikan Karakter ... 28

2.1.6 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 28

2.2 Penelitian yang Relevan ... 33

2.3 Kerangka Berpikir ... 35

(14)

xiii

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Prosedur Pengembangan ... 40

3.3 Waktu penelitian ... 44

3.4 Uji Coba Produk ... 44

3.4.1 Desain Uji Coba ... 45

3.4.2 Subjek Uji Coba ... 45

3.4.3 Intrumen Penelitian ... 46

3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.4.5 Teknik Analisis Data ... 47

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Analisis Kebutuhan ... 51

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 52

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 57

4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi Produk ... 57

4.3.2 Data Validasi Guru SD Kelas IV yang Sudah Melaksanakan Kurikulum 2013 dan Revisi Produk ... 58

4.3.3 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk ... 61

4.3.4 Kajian Produk Akhir ... 64

4.4 Pembahasan... 66

BAB 5 PENUTUP ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 70

5.3 Saran ... 70

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kesenjangan Kurikulum ... 10

Tabel 2.2. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum ... 11

Tabel 2.3. Bagan Elemen Perubahan ... 12

Tabel. 3.1. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 47

Tabel 3.2. Kriteria Skor Skala Lima ... 49

Tabel 4.1. Komentar dan Revisi dari Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 58

Tabel 4.2.Komentar dan revisi dari guru kelas IV ... 59

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Kebutuhan ... 75

Lampiran 2. Webbing Bulanan ... 78

Lampiran 3. Webbing Mingguan ... 80

Lampiran 4. Webbing Harian ... 83

Lampiran 5. Silabus Pembelajaran ... 90

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 147

Lampiran 7. Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 256

Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Kurikulum2013 ... 261

Lampiran 9. Validasi Guru 1 ... 265

Lampiran 10.Rekapitulasi Hasil Validasi Guru 1 yang Telah Menggunakan Kurikulum 2013 ... 270

Lampiran 11. Validasi Guru 2 ... 274

Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru 1 yang Telah Menggunakan Kurikulum 2013 ... 279

Lampiran 13. Persepsi Siswa ... 283

Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Validasi Persepsi Siswa ... 302

Lampiran 15. Foto penelitian ... 305

Lampiran 16. Surat Penelitian ... 307

Lampiran 17. Surat Ijin telah melakukan penelitian ...309

(18)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitan, batasan istilah dan spesifikasi produk yang

dikembangkan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan guna mencapai tujuan

pendidikan (Hidayat, 2013: 22). Tujuan tersebut adalah mempersiapkan peserta

didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Makna dari dapat hidup di

masyarakat bukan hanya berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk

mengaplikasikan nilai-nilai hidup di masyarakat, namun lebih daripada itu

pendidikan juga harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak mampu

mengembangkan kemampuannya sesuai bakat dan minatnya. Berdasarkan uraian

tersebut, kurikulum merupakan komponen yang penting karena didalamnya bukan

hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja namun pengalaman belajar

yang harus dimiliki setiap peserta didik. Menurut PP 19/2005 (tentang Standar

Nasional Pendidikan), kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan , isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan program pendidikan yang telah

direncanakan secara sistematis sehingga mengemban peranan yang sangat penting

(19)

Perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan di Indonesia merupakan

suatu keharusan karena perkembangan sosial-ekonomi-politik serta perkembangan

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya perubahan kurikulum

(Mulyasa, 2013: 63). Kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali

perubahan. Saat ini, kurikulum yang digunakan di Indonesia adalah kurikulum

2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya

yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP) . Kurikulum 2013

menuntut siswa lebih kreatif dan inovatif sama halnya dengan Kurikulum Tingkat

Satuan Pedidikan. Perbedaan yang dapat dilihat adalah dalam kurikulum 2013

semua mata pelajaran dintegrasikan ke dalam satu tema tertentu, sedangkan dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan tiap mata pelajaran berdiri sendiri tanpa

terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Perbedaan lain yang sangat terlihat yaitu

berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Kegiatan pengembangan silabus

dalam KTSP merupakan kewenangan satuan pendidikan, sedangkan dalam

Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan

pemerintah (Mulyasa, 2013: 62).

Perubahan kurikulum yang terjadi akan berpengaruh pada kebutuhan

bahan ajar yang berbeda. Masunah (2003: 152) memaparkan bahwa

bagaimanapun hebatnya rumusan tujuan pendidikan tanpa didukung oleh bahan

ajar yang sesuai dengan metodologi yang tepat, maka tidak akan memberikan apa-

apa bagi perkembangan jiwa anak. Bahan ajar sangat penting bagi terlaksanannya

kurikulum. Bahan ajar dianggap sebagai sarana penunjang bagi terlaksananya

suatu kurikulum. Keterkaitan antar keduanya tidak bisa terpisahkan sehingga

(20)

Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu guru kelas IV

Sekolah Dasar yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013 peneliti

mendapatkan data bahwa pemahaman subjek wawancara mengenai kurikulum

2013 belum menyeluruh, beliau menjelaskan bahwa beliau belum sepenuhnya

memahami cara pelaksanaan pembelajaran dan penilaian menggunakan kurikulum

2013. Pendekatan sains dalam pembelajaran yang dilakukan belum maksimal

karena media yang dibutuhkan belum menunjang kegiatan pembelajaran. Subjek

wawancara mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian otentik karena

beberapa indikator dalam Kompetensi Dasar belum ada. Menurut subjek

wawancara, pendidikan karakter mudah terwujud dengan kurikulum 2013. Beliau

mengatakan demikian karena dalam proses pembelajarannya pendidikan karakter

dapat dikembangkan ke dalam beberapa mata pelajaran yang telah diintegrasikan.

Beliau juga berpendapat bahwa buku- buku siswa yang terbatas dan pemahaman

guru mengenai kurikulum 2013 yang belum maksimal mengakibatkan guru

mengalami kesulitan dalam melaksanakan kurikulum 2013. Subjek wawancara

merasa memerlukan suplemen bahan ajar kurikulum 2013 guna menunjang

kegiatan pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013. Subjek wawancara

merasa bahan ajar kurikulum SD 2013 ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai

dengan budaya lokal sekolah, sehingga perlu adanya bahan ajar tambahan yang

kiranya sesuai dengan budaya lokal sekolah. Subjek wawancara berpendapat

seharusnya lingkungan sebagai sumber belajar harus dapat dimanfaatkan secara

maksimal sehingga bahan ajar yang dibuat juga sesuai dengan kondisi lingkungan

(21)

Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti merasa perlu

mengembangkan bahan ajar baru yang mengacu pada kurikulum 2013 dengan

tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup subtema Keberagaman Makhluk Hidup di

Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Peneliti berharap bahan ajar

yang peneliti kembangkan dapat berguna bagi siswa dan guru untuk membantu

proses belajar mengajar menggunakan kurikulum 2013.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar subtema Keberagaman

Makhluk Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa

kelas IV Sekolah Dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar subtema Keberagaman Makhluk

Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV

Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar subtema

Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013

untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar subtema Keberagaman

Makhluk Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi mahasiswa

Mahasiswa memiliki pengalaman dalam membuat bahan ajar yang

mengacu pada kurikulum 2013 secara khusus pada subtema Keberagaman

Makhluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4.2 Bagi guru

Guru dapat memiliki bahan ajar yang mengacu pada kurikulum 2013 secara

khusus pada subtema Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku

untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4.3 Bagi siswa

Siswa mendapat tambahan suplemen bahan ajar yang mengacu pada

kurikulum 2013khususnya pada subtema Keberagaman Makhluk Hidup di

Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4.4 Bagi sekolah

Sekolah mendapat tambahan bahan ajar yang mengacu pada kurikulum

2013 khususnya pada subtema Keberagaman Makhluk Hidup di

Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4.5 Bagi Prodi PGSD

Prodi PGSD dapat menambah acuan untuk mengembangkan bahan ajar

yang mengacu pada kurikulum 2013.

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Pendekatan tematik integratif adalah suatu pendekatan yang

(23)

konsep secara holistik dan autentik melalui tema sebagai pemersatu dalam

suatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran

sekaligus dalam satu kali pembelajaran.

1.5.2 Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menonjolkan unsur

mengamati, menanya, menalar, mencoba,mengolah, menyimpulkan,

menyajikan, dan mengkomunikasikan.

1.5.3 Penilaian otentik adalah cara menilai yang dilakukan secara komprehensif

untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan

(input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran dengan

menggunakan beragam teknik penilaian.

1.5.4 Pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru, orang

tua, sekolah dan masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian

dalam diri anak agar anak memiliki sifat dan watak yang baik untuk

dilaksanakan dalam lingkungan keluarga juga dalam kehidupan

bermasyarakat.

1.5.5 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap

tema dan subtema yang terdiri dari unsur: Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD), Indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi,

kegiatan belajar, refleksi, aksi/tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian,

(24)

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi

siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam

perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.

1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan

saintifik.

1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.

1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.

(25)

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab 2 akan dijelaskan acuan dasar yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini. Acuan tersebut yaitu kajian teori mengenai kurikulum SD 2013

yang meliputi rasional dan elemen perubahan kurikulum SD 2013, pendekatan

tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian otentik, pendidikan karakter

berbasis budaya lokal dan model pengembangan bahan ajar; penelitian yang

relevan; kerangka berpikir; serta pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

pada kajian pustaka ini akan dibahas mengenai teori-teori yang

mendukung dalam penelitian meliputi teori mengenai kurikulum 2013,

pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian otentik serta

pendidikan karakter berbasis budaya lokal.

2.1.1 Kurikulum SD 2013

2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Kurikulum itu bersifat dinamis, sehingga harus dilakukan perubahan dan

pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2013: 60). Tujuannya agar kurikulum

mampu mengikuti perkembangan dan tantangan jaman. Perubahan dan

pengembangan kurikulum harus dilakukan secara sistematis dan terarah.

Perubahan dan pengembangan kurikulum harus memiliki tujuan yang jelas

sehingga siapapun yang akan melaksanakan kurikulum tersebut tahu mau dibawa

kemana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum yang sudah mengalami

(26)

Perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 dianggap penting karena

ditemukan adanya beberapa kelemahan dalam KTSP 2006. Adapun kelemahan

tersebut sebagai berikut:

1. Pesan dan isi KTSP 2006 masih terlalu padat. Hal ini ditunjukkan dengan

banyaknya mata pelajaran banyaknya materi yang kesukaran dan keluasannya

melampaui tingkat kerkembangan usia anak.

2. KTSP 2006 belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan

visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.

3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan,

sehingga pribadi peserta didik belum sepenuhnya tergambarkan (pengetahuan,

keterampilan, sikap).

4. KTSP 2006 belum mengakomodir berbagai kompetensi yang diperlukan

sesuai dengan perkembangan masyarakat seperti pendidikan karakter,

kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik,

keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan.

5. KTSP 2006 belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang

terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.

6. Standar proses pembelajaran dalam KTSP 2006 belum menggambarkan

urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang

beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7. Penilaian dalam KTSP 2006 belum menggunakan standar penilaian berbasis

kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan

(27)

Perubahan dan pengembangan kurikulum juga diperlukan karena adanya

beberapa kesenjangan kurikulum yang terdapat pada KTSP 2006. Adapun

beberapa kesenjangan sebagai berikut :

Tabel 2.1

Kesenjangan Kurikulum

KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL A.KOMPETENSI LULUSAN A. KOMPETENSI LULUSAN 1. Belum sepenuhnya

B. MATERI PEMBELAJARAN B. MATERI PEMBELAJARAN 1. Belum relevan dengan

C. PROSES PEMBELAJARAN C. PROSES PEMBELAJARAN 1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik 2. Proses pembelajaran

berorientasi pada buku teks

2. Sifat pembelajaran yang kontekstual

3. Buku teks hanya memuat materi bahasan

3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian sertakompetensi yang diharapkan

D. PENILAIAN D. PENILAIAN 1. Menekankan aspek

(28)

KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL kinerja PTK

F. PENGELOLAAN KURIKULUM F. PENGELOLAAN KURIKULUM 1. Satuan pendidikan

mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum

1. Pemerinyah pusat dan derah memiliki kendali kualitas dalam peserta didik, dan potensi daerah

3. Pemerintah hanya Sumber: Materi Uji Publik Kurikulum 2013

Berdasarkan kondisi yang telah disebutkan di atas, maka dilakukan

beberapa penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

Tabel 2.2

Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum

No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

Standar Isi diturunkan dari standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran 5. Mata pelajaran lepas satu

dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)

(29)

Pengembangan kurikulum 2013 perlu dilakukan dalam kerangka ini

karena untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan masa depan yang

semakin rumit dan kompleks. Tantangan masa depan tersebut antara lain

berkaitan dengan globalisasi, masalah lingkungan, pesatnya kemajuan teknologi

dan informasi, ekonomi berbasis ilmu pengetahuan, bangkitnya industri kreatif

dan budaya, dan pergeseran kekuatan ekonomi dunia (Mulyasa: 2013: 63). Guna

menghadapi tantangan tersebut, kurikulum hendaknya mampu membekali peserta

didik dengan berbagai kompetensi. Pengaplikasian kurikulum 2013 ini diharapkan

mampu mempersiapkan peserta didik untuk mempersiapkan diri menghadapi

tantangan masa depan.

Penataan terhadap Standar Nasional Pendidikan diperlukan dalam

pengembangan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Penataan tersebut terutama

dilakukan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses

dan Standar Penilaian. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 2013. Elemen perubahan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3

Elemen Perubahan

ELEMEN DESKRIPSI ELEMEN PERUBAHAN DI SEKOLAH DASAR

Kompetensi Lulusan Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills

dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi

sikap, keterampilan dan pengetahuan Kedudukan Mata

Pelajaran (Isi)

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi

Pendekatan (Isi) Kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran Struktur Kurikulum

(mata pelajaran dan alokasi waktu) Isi

- Holistik dan integratif berfokus pada alam, sosial dan budaya

- Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan sains

(30)

ELEMEN DESKRIPSI ELEMEN PERUBAHAN DI SEKOLAH DASAR

pelajaran

- Jumlah jam pelajaran bertambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan pendekatan

pembelajaran

Proses pembelajaran - Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, meyimpulkan, dan mencipta

- Belajar terjadi di lingkungan sekolah dan masyarakat, tidak hanya di dalam kelas - Guru bukan satu-satunya sumber belajar

- Sikap diajarkan melalui sikap dan teladan, tidak hanya secara verbal

- Proses pembelajaran berlangsung secara tematik dan terpadu

Penilaian - Penilaian berbasis kompetensi

- Pergeseran dari penilaian melalui tes mengukur kompetensi pengetahuan berdasar hasil saja) menuju penilaian otentik( mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)

- Memperkuat Penilaian Acuan Patokan, yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)

- Penilaian tidak hanya pada leve KD, namun juga pada Kompetensi Inti dan SKL

- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian

ekstrakurikuler - Pramuka (wajib) - UKS

- PMR - B. Inggris

2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Sukandi, dkk. (2001: 03), pembelajaran tematik integratif pada

dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi

(31)

Tim pengembang PGSD (2001: 06) menambahkan bahwa pembelajaran

tematik integratif merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan

beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada

anak. Dikatakan bermakna karena dalam proses pembelajaran terpadu, anak akan

memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung

dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Menurut Depdikbud dalam Trianto (2011: 3) menyatakan bahwa

pembelajaran tematik terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif mencari, menggali, dan

menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik baik itu secara

individu maupun kelompok.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 (2013: 198)

mengungkapkan bahwa pembelajaran terpadu/tematik integratif menggunakan

tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata

pelajaran sekaligus dalam satu kali pembelajaran untuk memberikan pengalaman

yang bermakna bagi peserta didik.

Majid (2013: 119), mendefinisikan pembelajaran tematik Integratif

sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi

untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran tematik integratif adalah suatu pendekatan yang memungkinkan

siswa secara aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep secara holistik dan

autentik melalui tema sebagai pemersatu dalam suatu kegiatan pembelajaran yang

(32)

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Trianto (2010: 9), pengembangan pembelajaran tematik integratif

bertujuan untuk : 1) memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan

bagaimana pembelajaran tematik integratif pada tingkat pendidikan dasar dan

menengah, 2) memberi bekal keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun

rencana pembelajaran (memetakan kompetensi, menyususun silabus, dan

menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembalajaran) dan penilaian;

3) memberikan bekal kemampuan kepada guru agar memiliki kemampuan

melaksanakan pembelajaran terintegrasi; 4) memberikan wawasan, pengetahuan,

dan pemahaman bagi pihak terkait ( misalnya kepala sekolah dan pengawas)

sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan

pelaksanaan pembelajaran terintegrasi.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 (2013:198),

tujuan pembelajaran tematik integratif antara lain: 1) agar peserta didik mudah

memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; 2) agar peserta didik

mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi

mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) agar peserta didik memiliki pemahaman

terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) agar peserta didik

mampu mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan

berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; 5) agar

peserta didik lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam

situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran

yang lain; 6) agar peserta didik lebih merasakan manfaat dan makna belajar

(33)

menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat

dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan

atau pengayaan; 8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh

kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi

dan kondisi.

2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif

Tim pengembang PGSD (2001: 08) menjelaskan bahwa pembelajaran

terpadu sebagai suatu proses memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) berpusat

pada anak, 2) memberikan pengalaman langsung pada anak, 3)pemisahan antar

bidang studi tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari berbagai bidang studi

dalam suatu pross pembelajaran, 5) bersifat luwes, 6) hasil pembelajaran dapat

berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 (2013: 199),

tertulis enam ciri pembelajaran tematik integratif antara lain : 1) pembelajaran

berpusat pada peserta didik; 2) memberikan pengalaman belajar langsung pada

peserta didik; 3) Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu

dalam satu pemahaman dalam kegiatan); 4) Menyajikan konsep dari berbagai

mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antara mata

pelajaran yang satu dengan lainnya); 5) Bersifat luwes (keterpaduan berbagai

mata pelajaran); 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat

dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya).

2.1.2.4 Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif

Tim Pengembang PGSD (2001: 09) juga menambahkan bahwa pendekatan

(34)

akan selalu relevan dengan perkembangan anak, 2) kegiatan yang dipilih sesuai

dengan minat dan kebutuhan anak, 3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna

bagi anak, 4) pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir

anak, 5) menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan

yang seing ditemui dalam lingkungan anak, 6) menumbuhkembangkan

keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek

terhadap gagasan orang lain.

Trianto (2009: 44) menambahkan bahwa ada tiga kelebihan yang dimiliki

pembelajaran tematik integratif yaitu: 1) adanya pemahaman antar bidang studi,

2) memotivasi siswa dalam belajar, 3) memberikan perhatian pada berbagai

bidang yang penting dalam satu waktu, sehingga tidak memerlukan tambahan

waktu untuk bekerja dengan guru lain.

2.1.3 Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran dalam pembelajaran tematik integratif menggunaan

pendekatan saintifik. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman kepada

peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan

pendekatan ilmiah. Tujuan lain dari pendekatan saintifik yaitu untuk memberi

pemahaman pada siswa bahwa informasi mengenai pelajaran yang sedang

dibahas bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi

dari guru. Kondisi pembelajaran yang diharapkan adalah terciptanya

pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai

sumber mengenai ilmu yang mereka pelajari, bukan diberi tahu. Kondisi

pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu

(35)

masalah dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan diarahkan untuk

melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil

keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan

menghapal semata) (Kemendikbud, 2013: 205).

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi langkah-langkah pokok

antara lain: 1) mengamati, 2) menanya, 3) menalar, 4) mencoba, 5) mengolah, 6)

menyajikan, 7) menyimpulkan dan 8) mengkomunikasikan (Kemendikbud 2013:

233). Pada pelaksanaan pembelajaran tematik intergratif, langkah-langkah

pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan secara berurutan. Pada kondisi

seperti ini, proses pembelajaran tetap harus menerakan nilai-nilai ilmiah dan

menghindari nilai-nilai non ilmiah (Kemendikbud: 2003: 2014). Prof Sudarwan

dalam Kemendikbud (2013:205) memberikan penjelasan mengenai pendekatan

saintifik bahwa Pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,

penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Oleh

sebab itu, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,

prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika

memenuhi kriteria seperti berikut ini; 1) substansi atau materi pembelajaran

berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau

penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng

semata; 2) penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif

guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau

penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; 3) mendorong dan

menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam

(36)

substansi atau materi pembelajaran; 4) mendorong dan menginspirasi peserta

didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan

satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran; 5) mendorong dan

menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

substansi atau materi pembelajaran; 6) berbasis pada konsep, teori, dan fakta

empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.; 7) tujuan pembelajaran dirumuskan

secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik hampir sama dengan

pendekatan keterampilan proses. Menurut Semiawan (1985: 18), dengan

mengembangkan keterampilan proses, anak akan mampu menemukan dan

mengembangkan sendiri fakta serta konsep serta menumbuhkan dan

mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut, dengan demikian

keterampilan-keterampilan tersebut menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan

fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai. Menurut Semiawan (1985:

19), pendekatan keterampilan proses dapat membekali peserta didik dengan 13

keterampilan mendasar diantaranya:

1. Observasi atau pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peserta didik dengan memilah mana yang penting

dan mana yang tidak penting. Proses pengamatan menggunakan semua panca

indera.

2. Penghitungan

Keterampilan menghitungan anak biasanya dilatih dan dibina melalui

(37)

pengetahuan sosial dan bahkan bahasa Indonesia, keterampilan ini dapat pula

dikembangkan.

3. Pengukuran

Keterampilan mengukur sangat penting dalam kinerja ilmiah. Guru dapat

melatih anak agar terampil mengukur. Pertama mereka diminta untuk

membandingkan satu benda dengan benda yang lainnya. Selanjutnya mereka

diperkenalkan dengan satuan ukuran, seperti centimeter, kilogram, dan liter.

4. Klasifikasi

Keterampilan mengklasifikasi dalam kehidupan sehari-hari diperlukan guna

mengenal perbedaan dan persamaan antara benda-benda. Pembuatan

klasifikasi perlu memperhatikan dasar-dasar klasifikasi, misalnya menurut

suatu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu.

5. Hubungan ruang dan waktu

Peserta didik mampu mengenal bentuk-bentuk seperti lingkaran, persegi

empat, kubus, dan silinder. Peserta didik juga dapat berlatih untuk mengenal

arah, menempatkan benda seperti rencana, dan menggabungkan benda.

6. Pembuatan hipotesis

Hipotesis merupakan suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan

suatu kejadian tertentu. Seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang

kemudian diuji melalui eksperimen. Peserta didik juga dapat melakukan

penyusunan hipotesis guna menemukan berbagai hal baru.

7. Perencanaan penelitian/ eksperimen

(38)

Sering kali peserta didik menguji atau mengetes gagasan-gagasannya dengan

kegiatan coba dan ralat. Pada saat melakukan kegiatan tersebut sebenarnya

peserta didik sudah melakukan perencanaan penelitian.

8. Pengendalian variabel

Pengendalian variabel adalah suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun

sebenarnya tidak sesulit seperti yang dibayangkan. Peserta didik dapat

berlatih untuk mengontrol dan memperlakukan variabel. Contoh konkritnya

misalnya siswa melakukan percobaan berkaitan dengan perbedaan

pertumbuhan tanaman yang diberi pupuk dengan tanaman yang tidak diberi

pupuk. Peseta didik akan menemukan sendiri jawaban mengenai perbedaan

yang akan tarjadi.

9. Interpretasi data

Kemampuan menginterpretasikan atau menafsirkan data adalah salah satu

keterampilan penting dalam kerja ilmiah. Cara mengiterpretasikan data yang

dikumpulkan melalui observasi, penghitungan, pengukuran, eksperimen atau

penelitian sederhana dapat disajikan melalui berbagai bentuk seperti tabel,

grafik, atau diagram. Kemampuan ini akan sangat berguna bagi peserta didik.

10. Kesimpulan sementara

Kesimpulan sementara sering dilakukan oleh imuwan. Kesimpulan tersebut

bukan merupakan kesimpulan akhir namun hanya merupakan kesimpulan

(39)

11. Peramalan

Peserta didik dapat berlatih membuat peramalan kejadian-kejadian yang akan

datang berdasarkan pengetahuan, pengalaman, atau data yang dikumpulkan.

12. Penerapan

Peserta didik dapat menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk

memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan

menggunakan konsep yang telah dimiliki.

13. Komunikasi

Peserta didik mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain,

misalnya dengan membuat gambar, diagram, grafik. Atau tabel yang dapat

dibaca orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas pembelajaran yang menggunakan

pendekatan saintifik dan menekankan keterampilan proses sangat relevan untuk

diaplikasikan dalam proses pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013.

Peserta didik dapat memperoleh pengetahuan secara holistik baik itu apek

pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

2.1.4 Penilaian Otentik

2.1.4.1 Pengertian Penilaian Otentik

Nurhadi (2004: 172), menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah proses

pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian

pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang

dapat menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar

(40)

KemendikBud (2013: 246) menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah

pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk

ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Basuki (2014: 168) mendefinisikan penilaian otentik sebagai suatu bentuk

penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas nyata yang

menunjukkan penerapan dari suatu keterampilan dan pengetahuan.

American Library Association dalam Majid (2014: 237), menjelaskan

bahwa penilaian otentik merupakan proses evaluasi untuk mengukur kinerja,

prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam

pembelajaran.

Bedasarkan beberapa pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

penilaian otentik adalah cara menilai yang dilakukan secara komprehensif untuk

menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input),

proses, sampai keluaran (output) pembelajaran dengan menggunakan beragam

teknik penilaian.

2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik

Menurut Trianto (2009: 119), ada enam karakteristik penilaian otentik,

yaitu: 1) dilaksanakan sebelum dan sesudah proses belajar mengajar berlangsung,

2) bisa digunakan untuk formatif dan sumatif, 3) yang diukur keterampilan dan

performansi, bukan mengingat fakta, 4) berkesinambungan, 5) terintegrasi, 6)

dapat digunakan sebagai umpan balik.

Basuki (2014:171), menambahkan ada sepuluh karakteristik penilaian

otentik, diantaranya: 1) melibatkan pengalaman nyata, 2) mencakup penilaian

(41)

berlangsung, 4) yang diukur merupakan keterampilan dan performansi, bukan

mengingat fakta, 5) berkesinambungan, 6) terintegrasi, 7) dapat digunakan

sebagai umpan balik, 8) kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa

secara jelas, 9) menggunakan bermacam-macam instrument, pengukuran, dan

metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, 10)

bersifat holistik dan komprehensif yang mencakup semua aspek dari tujuan

belajar.

2.1.4.3 Jenis-Jenis Penilaian Otentik

Nurgiyantoro (2011: 34-37) menjelaskan ada enam jenis penilaian otentik

yaitu: 1) penilaian Kinerja, 2) wawancara lisan, 3) pertanyaan terbuka, 4)

menceritakan kembali teks atau cerita, 5) portofolio, dan 6) proyek.

Kunandar (2014: 40-41) secara spesifik menjelaskan ada 13 jenis penilaian

otentik yaitu: 1) proyek atau penugasan dan pelaporan, 2) hasil tes tertulis, 3)

portofolio, 4) pekerjaan rumah, 5) kuis, 6) karya peserta didik, 7) presentasi

peserta didik, 8) demonstrasi, 9) laporan, 10) jurnal, 11) karya tulis, 12) kelompok

diskusi, 13) wawancara.

2.1.4.4 Kelebihan Penilaian Otentik

Basuki (2014: 175- 176) menjelaskan beberapa kelebihan dari penilaian

otentik, diantaranya : 1) berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan

pengetahuan, 2) meningkatkan kreatifitas peserta didik, 3) merefleksikan

keterampilan dan pengetahuan dunia nyata, 4) mendorong kerja sama antar

peserta didik, 5) meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis, 6) langsung

menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan tujuan pembelajaran,

(42)

2.1.4.5 Kelemahan Penilaian Otentik

Menurut Basuki (2014: 175- 176), ada beberapa kelemahan penilaian

otentik diantaranya: 1) memerlukan waktu yang intensif untuk mengelola,

memantau, dan melakukan koordinasi, 2) sulit untuk dikoordinasikan dengan

standar pendidikan yang telah ditetapkan secara legal, 3) menantang guru untuk

memberikan skema penilaian yang konsisten, 4) sifat subjektif dalam pemberian

nilai akan cenderung menjadi bias, 5) sifat penilaian yang unik mungkin tidak

dikenali siswa, 6) bisa bersifat tidak praktis untuk kelas yang berisi banyak siswa,

7) hal yang menantang untuk mengembangkan berbagai jenis materi ajar dan

berbagai kisaran tujuan pembelajaran.

2.1.5 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal 2.1.5.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Helen G. Douglas dalam Muchlas (2012: 41) mengemukakan bahwa “

karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan

hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi

tindakan.

Koessoma (2007: 4), menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan

sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati

kebebasan dalam hidup bersama dengan orang lain dalam dunia.

Muchlas (2011: 44), menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah

pendidikan yang mengemban karakter mulia dari peserta didik dengan

mempraktikkkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan

yang beradab dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dalam

(43)

Pendidikan karakter memberikan kepada siswa ilmu, pengetahuan,

praktik-praktik budaya perilaku yang berorientasi pada nilai-nilai ideal kehidupan,

baik yang bersumber dari budaya lokal (kearifan lokal) naupun budaya luar (Indra

Tranggono dalam Simatupang,dkk 2012: 7).

Winatapura (2011: 4.44) menjelaskan bahwa proses pembelajaran

berbasis budaya bukan sekedar mentransfer serta menyampaikan budaya kepada

siswa tetapi menggunakan budaya untuk menjadikan siswa mampu menciptakan

makna, menembus batas imajinasi dan kreativitas untuk mencapai pemahaman

terpadu tentang ilmu dalam konteks budaya.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai definisi karakter dan pendidikan

karakter yang telah dipaparkan diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa

karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti, nilai-nilai yang

unik-baik yang terpatri dalam diri yang tidak diwariskan tetapi sesuatu yang

dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,

pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Pendidikan karakter merupakan

suatu sistem penanaman nilai karakter kepada warga sekolah agar individu itu

dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasan dalam hubungannya dengan

sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhan. Secara khusus,

peneliti mendefinisikan pendidikan karakter berbasis budaya lokal sebagai suatu

sistem penanaman nilai karakter kepada warga sekolah dengan menitik beratkan

pada pengembangan budaya agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati

kebebasan dalam hubungannya dengan sesama manusia, lingkungan sekitar

(44)

2.1.5.2 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Koessoema. A (2012: 208), mengungkapkan bahwa ada beberapa nilai

yang relevan untuk dilaksanakan terkait dengan pendidikan karakter. Nilai-nilai

tersebut antara lain: (1) nilai keutamaan, (2) nilai keindahan, (3) nilai kerja, (4)

nilai cinta tanh air, (5) nilai demokrasi, (6) nilai kesatuan, (7) menghidupi nilai

moral, (8) nilai-nilai kemanusiaan.

Kemendiknas (2011) juga mengidentifikasi 25 butir nilai karakter sebagai

prioritas penanaman karakter di sekolah yang bersumber dari agama, Pancasila,

budaya, dan tujuan pendidikan nasional dalam rangka memperkuat pelaksanaan

pendidikan karakter dalam satuan pendidikan. Adapun ke 25 butir nilai karakter

tersebut adalah: (1) Kereligiusan, (2) Kejujuran, (3) Kecerdasan, (4) Tanggung

jawab, (5) Kebersihan dan kesehatan, (6) Kedisiplinan, (7) Tolong-menolong, (8)

Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, (9) Kesantunan, (10) Ketangguhan, (11)

Kedemokratisan, (12) Kemandirian, (13) Keberanian mengambil risiko, (14)

Berorientasi pada tindakan, (15) Berjiwa kepemimpinan, (16) Kerja keras, (17)

Percaya diri, (18) Keingintahuan, (19) Cinta ilmu, (20) Kesadaran akan hak dan

kewajiban diri dan orang lain, (21) Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, (22)

Menghargai karya dan prestasi orang lain, (23) Kepedulian terhadap lingkungan,

(24) Nasionalisme, (25) Menghargai keberagaman.

Niai-nilai yang telah disebutkan diatas dapat dikembangkan dalam

pembuatan proyek pendidikan karakter di sekolah. Penjabaran dari nilai-nilai di

atas tentu saja tidak merangkum semua nilai yang mendasar bagi pendidikan

(45)

dipertimbangkan sebagai panduan untuk menentukan prioritas pendidikan

karakter di sekolah.

2.1.5.3 Tujuan Pendidikan Karater

Menurut Kesuma, dkk (2011: 9-10), ada dua tujuan pendidikan karakter,

yaitu: 1) memfasilitasi pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam

perilaku anak, baik ketika dalam proses pembelajaran di sekolah maupun setelah

proses pembelajaran di sekolah, 2) mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak

bersesuaian dengan nilai- nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

2.1.6 Model Pengembangan Bahan Ajar

Proses pembelajaran memerlukan beberapa sarana yang dapat menunjang

terlaksananya kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar merupakan salah

satu komponen yang penting guna mencapai tujuan pembelajaran. Harjanto (2006:

243-244) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah komponen pembelajaran yang

mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Bahan ajar hendaknya juga

disusun secara sitematis sehingga peserta didik mampu menguasai kompetensi

yang diharapkan.

Prastowo (2012: 17) menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan segala

bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran.

Peneliti mendefinisikan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari buku

ajar yang dikembangkan dari setiap kompetensi dasar (KD) yang terdiri dari unsur

(46)

Identifikasi Masalah

pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi, tindakan siswa, rangkuman

materi, tindak lanjut, daftar kata penting (glosarium), penilaian dan daftar pustaka.

Model pengembangan bahan ajar yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah model pengembangan menurut J. Kemp. Model pengembangan bahan

ajar menurut Kemp dalam Trianto (2010: 82) merupakan pengembangan yang

berkelanjutan. Desain pembelajaran Jerold E. Kemp terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Model Desain Pembelajaran Jerold E Kemp yang sudah direvisi

Di bawah ini merupakan unsur - unsur pengembangan perangkat

pembelajaran menurut model Kemp:

(47)

Tahapan identifikasi masalah pembelajaran bertujuan untuk mengidentifikasi

adanya kesenjangan antara fakta di lapangan dengan tujuan menurut

kurikulum yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun

strategi yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kesenjangan yang terjadi merupakan permasalahan yang akan diselesaikan

dalam penelitian.

2. Analisis siswa

Analisis siswa diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan

karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik

individu maupun kelompok. Diperlukan adanya identifikasi tingkah laku

awal siswa bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan

khusus yang dimiliki siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran, hal ini

bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif serta

efisien. Adapun Analisis yang dilakukan untuk karakteristik siswa bertujuan

untuk mengetahui kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan,

motivasi terhadap mata pelajaran, pengalamaan, keterampilan psikomotor,

kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial dan sebagainya.

3. Analisisi tugas

Menurut Kemp dalam Trianto (2009 : 181), analisis tugas adalah kumpulan

prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran. Adapun analisis tugas

meliputi, (1) analisis Struktur isi, (2) analisis konsep, (3) analisis prosedural,

dan (4) analisis pemrosesan . Analisis tugas sejalan dengan analisis tujuan

mencakup analisis isi pelajaran, konsep, pemrosesan informasi yang

(48)

tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

4. Merumuskan indikator

Perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi

tingkah laku awal siswa, tentang pernyataan-pernyataan apa yang dapat

dilakukan siswa setelah selesai melakukan pembelajaran. Indikator

merupakan tujuan pembelajaran yang didapatkan dari hasil analisis tujuan.

5. Penyusunan intrumen evaluasi

Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur

ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsung

proses pembelajaran.evaluasi merupakan unsur terakhir dalam proses

perencanaan pembelajaran.

6. Strategi pembelajaran

penyusunan strategi pembelajaran berdasarkan tujuan yang akan dicapai.

Kegiatan pemilihan strategi meliputi : pemilihan model, pendekatan dan

metode, pemilihan format.

7. Pemilihan media atau sumber pembelajaran

Pemilihan media atau sumber belajar disesuaikan dengan tuntutan tujuan

pembelajaran yang terdapat rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa.

Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada pemilihan dan

penggunaan media atau sunber pembelajaran.

8. Pelayanan pendukung

Selama proses pengembangan diperlukan layanan pendukung yaitu berupa

(49)

serta layanan laboratorium dan perpustakaan. Selain itu, dibutuhkan anggaran

atau dana, fasilitas, dan pelengkap.

9. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif berguna untuk member informasi kepada pengajar atau tim

pengembang untuk mengetahui seberapa baik program telah berfungsi dalam

mencapai berbagai sasaran. Penilaian formatif dilakukan selama

pengembangan dan ujicoba.

10. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan-tujuan

utama pada akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi: hasil ujian akhir

unit dan ujian akhir untuk pelajaran tertentu.

11. Revisi perangkat pembelajaran

Kegiatan revisi dilakukan secara berkesinambungan hingga rancangan yang

dibuat memiliki kesesuaian isi dan kualitas yang baik. Kegiatan revisi

dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat.

revisi dilakukan berdasarkan kritik dan masukan yang diperoleh dari hasil

validasi dan uji coba terbatas.

Unsur - unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model

Kemp di atas sangat diperlukan dalam pengembangan bahan ajar karena akan

sangat membantu peneliti untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa kelas IV SD

terhadap bahan ajar.

Pengembangan bahan ajar yang baik tidak hanya mengacu pada

unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model Kempt diatas.

(50)

dimiliki bahan ajar untuk dikatakan bahan ajar yang baik. Kriteria tersebut adalah

tujuan dan pendekatan, desain dan pengorganisasian, isi, topik, dan metodelogi.

Kriteria-kriteria yang dikemukakan Cunningsworth tersebut digunakan sebagai

acuan untuk melakukan evaluasi terhadap bahan ajar.

2.2 Penelitian yang Relevan

Berikut akan dijabarkan penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan :

Penelitian yang pertama adalah penelitian pengembangan bahan ajar yang

dilakukan oleh Windy Ariezona (2013) dalam skripsi yang berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk

Keterampilan Mendengarkan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV

Semester Gasal” (skripsi tidak diterbitkan) . Peneliti menguji kelayakan bahan

ajar di Kelas IV SD Negeri Daratan. Peneliti mengadaptasi prosedur

pengembangan bahan ajar Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan

yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Produk final yang dihasilkan berupa

bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan

mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.

Berdasarkan validasi dari pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar pendidikan

karakter, guru Bahasa Indonesia kelas IV, dan siswa kelas IV SD Negeri Daratan

diperoleh skor rata-rata 4,34 dengan kategori “sangat baik”. Dari skor rata-rata

yang didapat, bahan ajar yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan mendengarkan kelas IV

(51)

Penelitian yang kedua adalah penelitian pengembangan bahan ajar yang

dilakukan oleh Margareta Erna Wijayanti (2013), dengan judul skripsi

“Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk

Keterampilan Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV

Semester Gasal” (skripsi tidak diterbitkan). Peneliti juga mengadaptasi prosedur

pengembangan bahan ajar Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan

yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Produk final yang dihasilkan berupa

bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan

menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.

Berdasarkan hasil validasi oleh pakar pendidikan karakter, pakar Bahasa

Indonesia, 2 orang guru Bahasa Indonesia kelas IV, dan siswa kelas IV SDN

Jolosutro Piyungan bahan ajar memperoleh skor rata-rata 4,15 dengan kategori

“baik”. Dari skor rata-rata yang didapat, bahan ajar yang dikembangkan sudah

layak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan

menulis kelas IV semester gasal.

Penelitian di atas menekankan pada pengembangan bahan ajar yang

terintegrasi dengan pendidikan karakter dan terbatas pada mata pelajaran Bahasa.

Penelitian ini mengembangkan bahan ajar yang mengacu pada kurikulum 2013.

Penelitian ini tidak hanya menekankan pada pendidikan karakter saja namun juga

mengakomodir pendekatan saintifik yang berbasis aktivitas siswa dan

mengakomodir pendekatan tematik integratif. Pendekatan-pendekatan yang

digunakan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Hasil dari bahan ajar yang

dikembangkan dapat digunakan dalam pembelajaran yang menggunakan

(52)

2.3 Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan perangkat

pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam proses

pembelajaran meliputi silabus, RPP, dan juga bahan ajar. Bahan ajar merupakan

komponen yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Pergantian kurikulum

dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuju Kurikulum 2013 tentu saja

akan diiringi dengan kebutuhan yang berbeda akan bahan ajar. Bahan ajar yang

digunakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memisahkan tiap mata

pelajaran, sedangkan bahan ajar yang digunakan dalam Kurikulum 2013

mengintegrasikan beberapa muatan pelajaran ke dalam satu subtema

pembelajaran.

Pemerintah sendiri sudah membuat bahan ajar yang mengacu pada

Kurikulum 2013, namun dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah

satu guru kelas IV Sekolah Dasar yang sudah menggunakan Kurikulum 2013

peneliti mendapatkan data bahwa Pendekatan sains dalam pembelajaran yang

dilakukan belum maksimal karena media yang dibutuhkan belum menunjang

kegiatan pembelajaran. Subjek wawancara juga mengalami kesulitan dalam

melakukan penilaian otentik karena beberapa indikator dalam Kompetensi Dasar

belum ada. Buku- buku siswa yang terbatas dan pemahaman guru menenai

kurikulum 2013 yang belum maksimal mengakibatkan guru mengalami kesulitan

dalam melaksanakan kurikulum 2013. Subjek wawancara merasa memerlukan

suplemen bahan ajar kurikulum 2013 guna menunjang kegiatan pembelajaran.

Subjek wawancara merasa bahan ajar kurikulum 2013 ada yang sesuai dan ada

Gambar

Tabel 2.2. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum  .........................  11 Tabel 2.1
Gambar 2.1  Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp ...........................  29 Gambar 3.1 Tahap-Tahap RnD Menurut Borg n Gall .....................................
Tabel 2.1
Tabel 2.2 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi pengelolaan tanaman terpadu krisan di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki sifat inovasi yang berkategori nilai

Kebebasan ekonomi seorang wanita itu bukanlah fungsi dari ia berdagang, tetapi karena ia mendapat suatu penghasilan yang teratur dan dapat diandalkan dengan kegiatannya, di rumah

Seperti diuraikan sebelumnya massa elektron sangat kecil, dianggap nol. Oleh karena itu massa atom ditentukan oleh massa inti atom yaitu proton dan neutron. Jumlah dari

BAB 2 MODEL DAN KERANGKA KERJA PERILAKU KONSUMEN Dalam bab ini dibahas mengenai model dan kerangka kerja perilaku konsumen yang dikaitkan dengan ruang lingkup

nya, jika kita punya sebuah bilangan nya, jika kita punya sebuah bilangan komposit (yang merupakan hasil kali komposit (yang merupakan hasil kali dari sejumlah bilangan prima),

Pemegang Saham dengan Kepemilikan < 5% Shares Ownership < 5% Bulan ini This Month Total sampai dengan Bulan ini Total up to this Month Dasar (Jumlah Saham)

Penerapan augmented reality pada buku media pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan software ARToolKit untuk menampilkan produk tiga dimensi (3D) alat transportasi

Program simulasi yang digunakan dalam menganalisis titik kritis dalam penelitian ini telah divalidasi melalui pengujian langsung pada kapal serupa yaitu KMP Sangke Palangga