PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI LINGKUNGANKU
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Endar Kristianto
101134168
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI LINGKUNGANKU UNTUK SISWA
KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Endar Kristianto
101134168
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat dan anugerah yang
melimpah.
Kedua orang tuaku, Paulus Sutrisno dan Fransiska Romana Parjinem yang
tak pernah berhenti memberi dukungan dan doa.
Kakak-kakakku yang selalu memberi semangat.
Vincentia Herdika Yosi Putri yang tak pernah berhenti memberikan kasih
sayang dan kesabaran.
Semua teman-teman PGSD angkatan 2010 khususnya kelas D yang telah
menjadi teman yang baik selama kuliah.
v
MOTTO
“Disiplin Adalah Kunci Sukses”
*STEWA*
“
We must set the bar and continually raise it from time to time
”
*Michael Hermawan*
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Juni 2014
Penulis,
Endar Kristianto
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Endar Kristianto
NIM : 101134168
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang
berjudul: “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM
2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI
LINGKUNGANKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada). Dengan demikian Perpustakaan Sanata Dharma mempunyai
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis,
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 17 Juni 2014
Penulis,
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI LINGKUNGANKU
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Endar Kristianto
Universitas Sanata Dharma 2014
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kebutuhan akan bahan ajar antara kurikulum yang satu dengan kurikulum yang lain tentu saja berbeda. Ketersediaan bahan ajar yang mengacu pada kurikulum 2013 belum sepenuhnya mengakomodir kegiatan belajar yang menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan tematik integratif. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 subtema Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar oleh Jerold Kemp.dan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D) yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Penelitian ini mengadaptasi kedua prosedur pengembangan tersebut menjadi penelitian yang lebih sederhana untuk dijadikan landasan penelitian. Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini melalui 8 langkah yaitu: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain Produk, (4) Validasi ahli, (5) Revisi Desain, (6) Uji coba desain, serta (7) validasi siswa, (8) Revisi desain. Langkah-langkah tersebut dilakukan hingga menghasilkan prototipe berupa bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 subtema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Bahan ajar yang merupakan produk dari penelitian ini dievaluasi dari unsur 1) tujuan dan pendekatan, 2) desain dan pengorganisasian, 3) isi, 4) keterampilan berbahasa, 5) topik, dan 6) metodologi. Berdasarkan hasil validasi oleh pakar kurikulum 2013, 2 orang guru kelas IV yang telah melaksanakan kurikulum 2013, dan sembilan orang siswa kelas IV SD kanisius Kenteng, bahan ajar memperoleh skor rata-rata 4,44 dengan kategori “sangat baik”. Berdasarkan hasil validasi tersebut, pengembangan bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 subtema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar layak untuk digunakan dalam pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIAL BASED ON CURRICULUM 2013 SUBTHEME KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP
DI LINGKUNGANKU FOR 4TH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL Endar Kristianto using the scientific approach and thematic integrative approach. The main objective of this research is to produce a product in the form of teaching materials that Based on Curriculum 2013 Subtheme Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku For 4th Grade of Elementary school .
This research use teaching materials development procedures by Jerold Kemp and use methods of research and development (R & D) proposed by Borg and Gall This research adapts both the development procedure becomes simpler research used as a basis for research. Research and development procedure that used in this research through 8 steps: (1) Potential and problems, (2) Data collection, (3) Product Design, (4) Expert Validation , (5) Revision Design, (6) Trial design, (7) validation of students, and (8) Revision of design. That steps are performed to produce the final product that is Learning Materials’ Development Based Curriculum 2013 Subtheme Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku for Elementary School 4th grade students.
Teaching materials which are the products of this research were evaluated from element 1) the purpose and approach, 2) design and organization, 3) content, 4) language skills, 5) topics, and 6) methodology. Based on the results of the validation by curriculum specialists 2013, two 4th grade teachers who implemented the curriculum 2013, and nine 4th grade students of Canisius Kenteng, teaching materials gained an average score of 4.44 to the category "very good". Based on the results of the validation, The Development of Teaching Material Based on Curriculum 2013 Subtheme Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku For 4th Grade of Elementary school feasible to used in learning that use curriculum 2013.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK HIDUP DI
LINGKUNGANKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR” ini dengan
baik.
Skripsi ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.,S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakil Ketua Prodi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
4. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. dan Bapak Galih Kusumo, SPd., M.Pd.,
xi
waktu untuk memberi semangat dan memberi arahan selama peneliti
menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Rusmawan S,Pd., M.Pd., selaku validator pakar kurikulum 2013 yang
telah memberi masukan yang bermanfaat bagi peneliti.
6. Bapak Sujarwo Hadi Saputro, S,Pd. dan Ibu Surini, S.Pd.SD, selaku guru
kelas IV Sekolah Dasar yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013
yang telah bersedia memvalidasi Bahan Ajar yang peneliti kembangkan.
7. Bapak E. Sulistya Asmara S.Pd., selaku kepala sekolah SD Kanisius Kenteng
yang telah member izin peneliti melakukan penelitian.
8. Seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Kenteng yang telah membantu selama
penelitian berlangsung.
9. Kedua Orang tua dan kakak-kakak yang selalu memberi dukungan.
10.Vincentia Herdika Yosi Putri, yang selalu memberikan kasih sayang dan
kesabaran.
11.Sahabat dan teman-temanku yang telah membantu dan mendukung
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para
pembaca pada umumnya.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN... vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 5
1.5Batasan Istilah ... 5
1.6Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 8
2.1Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Kurikulum SD 2013 ... 8
2.1.1.1 Rasional dan elemen perubahan kurikulum SD 2013 ... 8
2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif ... 13
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif ... 13
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Tematik Integratif ... 15
2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif ... 16
2.1.2.4 kelebihan Pembelajaran Integratif ... 16
2.1.3 Pendekatan Saintifik ... 17
2.1.4 Penilaian Otentik ... 22
2.1.4.1 Pengertian Penilaian otentik ... 22
2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik ... 23
2.1.4.3 Jenis-jenis Penilaian Otentik ... 24
2.1.4.4 kelebihan Penilaian otentik ... 24
2.1.4.5 kelemahan Penilaian Otentik ... 25
2.1.5 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal ... 25
2.1.5.1 pengertian pendidikan karakter ... 25
2.1.5.2 nilai-nilai pendidikan karakter ... 27
2.1.5.3 Tujuan Pendidikan Karakter ... 28
2.1.6 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 28
2.2 Penelitian yang Relevan ... 33
2.3 Kerangka Berpikir ... 35
xiii
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Jenis Penelitian ... 38
3.2 Prosedur Pengembangan ... 40
3.3 Waktu penelitian ... 44
3.4 Uji Coba Produk ... 44
3.4.1 Desain Uji Coba ... 45
3.4.2 Subjek Uji Coba ... 45
3.4.3 Intrumen Penelitian ... 46
3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.4.5 Teknik Analisis Data ... 47
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
4.1 Analisis Kebutuhan ... 51
4.2 Deskripsi Produk Awal ... 52
4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 57
4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi Produk ... 57
4.3.2 Data Validasi Guru SD Kelas IV yang Sudah Melaksanakan Kurikulum 2013 dan Revisi Produk ... 58
4.3.3 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk ... 61
4.3.4 Kajian Produk Akhir ... 64
4.4 Pembahasan... 66
BAB 5 PENUTUP ... 69
5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 70
5.3 Saran ... 70
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kesenjangan Kurikulum ... 10
Tabel 2.2. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum ... 11
Tabel 2.3. Bagan Elemen Perubahan ... 12
Tabel. 3.1. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 47
Tabel 3.2. Kriteria Skor Skala Lima ... 49
Tabel 4.1. Komentar dan Revisi dari Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 58
Tabel 4.2.Komentar dan revisi dari guru kelas IV ... 59
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Kebutuhan ... 75
Lampiran 2. Webbing Bulanan ... 78
Lampiran 3. Webbing Mingguan ... 80
Lampiran 4. Webbing Harian ... 83
Lampiran 5. Silabus Pembelajaran ... 90
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 147
Lampiran 7. Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 256
Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Kurikulum2013 ... 261
Lampiran 9. Validasi Guru 1 ... 265
Lampiran 10.Rekapitulasi Hasil Validasi Guru 1 yang Telah Menggunakan Kurikulum 2013 ... 270
Lampiran 11. Validasi Guru 2 ... 274
Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru 1 yang Telah Menggunakan Kurikulum 2013 ... 279
Lampiran 13. Persepsi Siswa ... 283
Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Validasi Persepsi Siswa ... 302
Lampiran 15. Foto penelitian ... 305
Lampiran 16. Surat Penelitian ... 307
Lampiran 17. Surat Ijin telah melakukan penelitian ...309
1 BAB 1 PENDAHULUAN
Bab 1 peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitan, batasan istilah dan spesifikasi produk yang
dikembangkan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan guna mencapai tujuan
pendidikan (Hidayat, 2013: 22). Tujuan tersebut adalah mempersiapkan peserta
didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Makna dari dapat hidup di
masyarakat bukan hanya berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk
mengaplikasikan nilai-nilai hidup di masyarakat, namun lebih daripada itu
pendidikan juga harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak mampu
mengembangkan kemampuannya sesuai bakat dan minatnya. Berdasarkan uraian
tersebut, kurikulum merupakan komponen yang penting karena didalamnya bukan
hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja namun pengalaman belajar
yang harus dimiliki setiap peserta didik. Menurut PP 19/2005 (tentang Standar
Nasional Pendidikan), kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan , isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan program pendidikan yang telah
direncanakan secara sistematis sehingga mengemban peranan yang sangat penting
Perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan di Indonesia merupakan
suatu keharusan karena perkembangan sosial-ekonomi-politik serta perkembangan
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya perubahan kurikulum
(Mulyasa, 2013: 63). Kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali
perubahan. Saat ini, kurikulum yang digunakan di Indonesia adalah kurikulum
2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya
yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP) . Kurikulum 2013
menuntut siswa lebih kreatif dan inovatif sama halnya dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pedidikan. Perbedaan yang dapat dilihat adalah dalam kurikulum 2013
semua mata pelajaran dintegrasikan ke dalam satu tema tertentu, sedangkan dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan tiap mata pelajaran berdiri sendiri tanpa
terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Perbedaan lain yang sangat terlihat yaitu
berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Kegiatan pengembangan silabus
dalam KTSP merupakan kewenangan satuan pendidikan, sedangkan dalam
Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan
pemerintah (Mulyasa, 2013: 62).
Perubahan kurikulum yang terjadi akan berpengaruh pada kebutuhan
bahan ajar yang berbeda. Masunah (2003: 152) memaparkan bahwa
bagaimanapun hebatnya rumusan tujuan pendidikan tanpa didukung oleh bahan
ajar yang sesuai dengan metodologi yang tepat, maka tidak akan memberikan apa-
apa bagi perkembangan jiwa anak. Bahan ajar sangat penting bagi terlaksanannya
kurikulum. Bahan ajar dianggap sebagai sarana penunjang bagi terlaksananya
suatu kurikulum. Keterkaitan antar keduanya tidak bisa terpisahkan sehingga
Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu guru kelas IV
Sekolah Dasar yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013 peneliti
mendapatkan data bahwa pemahaman subjek wawancara mengenai kurikulum
2013 belum menyeluruh, beliau menjelaskan bahwa beliau belum sepenuhnya
memahami cara pelaksanaan pembelajaran dan penilaian menggunakan kurikulum
2013. Pendekatan sains dalam pembelajaran yang dilakukan belum maksimal
karena media yang dibutuhkan belum menunjang kegiatan pembelajaran. Subjek
wawancara mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian otentik karena
beberapa indikator dalam Kompetensi Dasar belum ada. Menurut subjek
wawancara, pendidikan karakter mudah terwujud dengan kurikulum 2013. Beliau
mengatakan demikian karena dalam proses pembelajarannya pendidikan karakter
dapat dikembangkan ke dalam beberapa mata pelajaran yang telah diintegrasikan.
Beliau juga berpendapat bahwa buku- buku siswa yang terbatas dan pemahaman
guru mengenai kurikulum 2013 yang belum maksimal mengakibatkan guru
mengalami kesulitan dalam melaksanakan kurikulum 2013. Subjek wawancara
merasa memerlukan suplemen bahan ajar kurikulum 2013 guna menunjang
kegiatan pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013. Subjek wawancara
merasa bahan ajar kurikulum SD 2013 ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai
dengan budaya lokal sekolah, sehingga perlu adanya bahan ajar tambahan yang
kiranya sesuai dengan budaya lokal sekolah. Subjek wawancara berpendapat
seharusnya lingkungan sebagai sumber belajar harus dapat dimanfaatkan secara
maksimal sehingga bahan ajar yang dibuat juga sesuai dengan kondisi lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti merasa perlu
mengembangkan bahan ajar baru yang mengacu pada kurikulum 2013 dengan
tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup subtema Keberagaman Makhluk Hidup di
Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Peneliti berharap bahan ajar
yang peneliti kembangkan dapat berguna bagi siswa dan guru untuk membantu
proses belajar mengajar menggunakan kurikulum 2013.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar subtema Keberagaman
Makhluk Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar subtema Keberagaman Makhluk
Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar subtema
Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013
untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar subtema Keberagaman
Makhluk Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa memiliki pengalaman dalam membuat bahan ajar yang
mengacu pada kurikulum 2013 secara khusus pada subtema Keberagaman
Makhluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.2 Bagi guru
Guru dapat memiliki bahan ajar yang mengacu pada kurikulum 2013 secara
khusus pada subtema Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku
untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.3 Bagi siswa
Siswa mendapat tambahan suplemen bahan ajar yang mengacu pada
kurikulum 2013khususnya pada subtema Keberagaman Makhluk Hidup di
Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.4 Bagi sekolah
Sekolah mendapat tambahan bahan ajar yang mengacu pada kurikulum
2013 khususnya pada subtema Keberagaman Makhluk Hidup di
Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.5 Bagi Prodi PGSD
Prodi PGSD dapat menambah acuan untuk mengembangkan bahan ajar
yang mengacu pada kurikulum 2013.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Pendekatan tematik integratif adalah suatu pendekatan yang
konsep secara holistik dan autentik melalui tema sebagai pemersatu dalam
suatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran
sekaligus dalam satu kali pembelajaran.
1.5.2 Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menonjolkan unsur
mengamati, menanya, menalar, mencoba,mengolah, menyimpulkan,
menyajikan, dan mengkomunikasikan.
1.5.3 Penilaian otentik adalah cara menilai yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan
(input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran dengan
menggunakan beragam teknik penilaian.
1.5.4 Pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru, orang
tua, sekolah dan masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian
dalam diri anak agar anak memiliki sifat dan watak yang baik untuk
dilaksanakan dalam lingkungan keluarga juga dalam kehidupan
bermasyarakat.
1.5.5 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap
tema dan subtema yang terdiri dari unsur: Kompetensi Inti (KI),
Kompetensi Dasar (KD), Indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi,
kegiatan belajar, refleksi, aksi/tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian,
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi
siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam
perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.
1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan
saintifik.
1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.
1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab 2 akan dijelaskan acuan dasar yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini. Acuan tersebut yaitu kajian teori mengenai kurikulum SD 2013
yang meliputi rasional dan elemen perubahan kurikulum SD 2013, pendekatan
tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian otentik, pendidikan karakter
berbasis budaya lokal dan model pengembangan bahan ajar; penelitian yang
relevan; kerangka berpikir; serta pertanyaan penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
pada kajian pustaka ini akan dibahas mengenai teori-teori yang
mendukung dalam penelitian meliputi teori mengenai kurikulum 2013,
pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian otentik serta
pendidikan karakter berbasis budaya lokal.
2.1.1 Kurikulum SD 2013
2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Kurikulum itu bersifat dinamis, sehingga harus dilakukan perubahan dan
pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2013: 60). Tujuannya agar kurikulum
mampu mengikuti perkembangan dan tantangan jaman. Perubahan dan
pengembangan kurikulum harus dilakukan secara sistematis dan terarah.
Perubahan dan pengembangan kurikulum harus memiliki tujuan yang jelas
sehingga siapapun yang akan melaksanakan kurikulum tersebut tahu mau dibawa
kemana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum yang sudah mengalami
Perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 dianggap penting karena
ditemukan adanya beberapa kelemahan dalam KTSP 2006. Adapun kelemahan
tersebut sebagai berikut:
1. Pesan dan isi KTSP 2006 masih terlalu padat. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya mata pelajaran banyaknya materi yang kesukaran dan keluasannya
melampaui tingkat kerkembangan usia anak.
2. KTSP 2006 belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan
visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan,
sehingga pribadi peserta didik belum sepenuhnya tergambarkan (pengetahuan,
keterampilan, sikap).
4. KTSP 2006 belum mengakomodir berbagai kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan perkembangan masyarakat seperti pendidikan karakter,
kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik,
keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan.
5. KTSP 2006 belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang
terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.
6. Standar proses pembelajaran dalam KTSP 2006 belum menggambarkan
urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang
beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
7. Penilaian dalam KTSP 2006 belum menggunakan standar penilaian berbasis
kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan
Perubahan dan pengembangan kurikulum juga diperlukan karena adanya
beberapa kesenjangan kurikulum yang terdapat pada KTSP 2006. Adapun
beberapa kesenjangan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Kesenjangan Kurikulum
KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL A.KOMPETENSI LULUSAN A. KOMPETENSI LULUSAN 1. Belum sepenuhnya
B. MATERI PEMBELAJARAN B. MATERI PEMBELAJARAN 1. Belum relevan dengan
C. PROSES PEMBELAJARAN C. PROSES PEMBELAJARAN 1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik 2. Proses pembelajaran
berorientasi pada buku teks
2. Sifat pembelajaran yang kontekstual
3. Buku teks hanya memuat materi bahasan
3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian sertakompetensi yang diharapkan
D. PENILAIAN D. PENILAIAN 1. Menekankan aspek
KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL kinerja PTK
F. PENGELOLAAN KURIKULUM F. PENGELOLAAN KURIKULUM 1. Satuan pendidikan
mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum
1. Pemerinyah pusat dan derah memiliki kendali kualitas dalam peserta didik, dan potensi daerah
3. Pemerintah hanya Sumber: Materi Uji Publik Kurikulum 2013
Berdasarkan kondisi yang telah disebutkan di atas, maka dilakukan
beberapa penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
Tabel 2.2
Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
Standar Isi diturunkan dari standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran 5. Mata pelajaran lepas satu
dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
Pengembangan kurikulum 2013 perlu dilakukan dalam kerangka ini
karena untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan masa depan yang
semakin rumit dan kompleks. Tantangan masa depan tersebut antara lain
berkaitan dengan globalisasi, masalah lingkungan, pesatnya kemajuan teknologi
dan informasi, ekonomi berbasis ilmu pengetahuan, bangkitnya industri kreatif
dan budaya, dan pergeseran kekuatan ekonomi dunia (Mulyasa: 2013: 63). Guna
menghadapi tantangan tersebut, kurikulum hendaknya mampu membekali peserta
didik dengan berbagai kompetensi. Pengaplikasian kurikulum 2013 ini diharapkan
mampu mempersiapkan peserta didik untuk mempersiapkan diri menghadapi
tantangan masa depan.
Penataan terhadap Standar Nasional Pendidikan diperlukan dalam
pengembangan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Penataan tersebut terutama
dilakukan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses
dan Standar Penilaian. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013. Elemen perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3
Elemen Perubahan
ELEMEN DESKRIPSI ELEMEN PERUBAHAN DI SEKOLAH DASAR
Kompetensi Lulusan Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills
dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan dan pengetahuan Kedudukan Mata
Pelajaran (Isi)
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi
Pendekatan (Isi) Kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran Struktur Kurikulum
(mata pelajaran dan alokasi waktu) Isi
- Holistik dan integratif berfokus pada alam, sosial dan budaya
- Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan sains
ELEMEN DESKRIPSI ELEMEN PERUBAHAN DI SEKOLAH DASAR
pelajaran
- Jumlah jam pelajaran bertambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan pendekatan
pembelajaran
Proses pembelajaran - Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, meyimpulkan, dan mencipta
- Belajar terjadi di lingkungan sekolah dan masyarakat, tidak hanya di dalam kelas - Guru bukan satu-satunya sumber belajar
- Sikap diajarkan melalui sikap dan teladan, tidak hanya secara verbal
- Proses pembelajaran berlangsung secara tematik dan terpadu
Penilaian - Penilaian berbasis kompetensi
- Pergeseran dari penilaian melalui tes mengukur kompetensi pengetahuan berdasar hasil saja) menuju penilaian otentik( mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)
- Memperkuat Penilaian Acuan Patokan, yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
- Penilaian tidak hanya pada leve KD, namun juga pada Kompetensi Inti dan SKL
- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian
ekstrakurikuler - Pramuka (wajib) - UKS
- PMR - B. Inggris
2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif
Menurut Sukandi, dkk. (2001: 03), pembelajaran tematik integratif pada
dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi
Tim pengembang PGSD (2001: 06) menambahkan bahwa pembelajaran
tematik integratif merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan
beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
anak. Dikatakan bermakna karena dalam proses pembelajaran terpadu, anak akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung
dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Menurut Depdikbud dalam Trianto (2011: 3) menyatakan bahwa
pembelajaran tematik terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik baik itu secara
individu maupun kelompok.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 (2013: 198)
mengungkapkan bahwa pembelajaran terpadu/tematik integratif menggunakan
tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata
pelajaran sekaligus dalam satu kali pembelajaran untuk memberikan pengalaman
yang bermakna bagi peserta didik.
Majid (2013: 119), mendefinisikan pembelajaran tematik Integratif
sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi
untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran tematik integratif adalah suatu pendekatan yang memungkinkan
siswa secara aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep secara holistik dan
autentik melalui tema sebagai pemersatu dalam suatu kegiatan pembelajaran yang
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Tematik Integratif
Menurut Trianto (2010: 9), pengembangan pembelajaran tematik integratif
bertujuan untuk : 1) memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan
bagaimana pembelajaran tematik integratif pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah, 2) memberi bekal keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun
rencana pembelajaran (memetakan kompetensi, menyususun silabus, dan
menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembalajaran) dan penilaian;
3) memberikan bekal kemampuan kepada guru agar memiliki kemampuan
melaksanakan pembelajaran terintegrasi; 4) memberikan wawasan, pengetahuan,
dan pemahaman bagi pihak terkait ( misalnya kepala sekolah dan pengawas)
sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan
pelaksanaan pembelajaran terintegrasi.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 (2013:198),
tujuan pembelajaran tematik integratif antara lain: 1) agar peserta didik mudah
memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; 2) agar peserta didik
mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) agar peserta didik memiliki pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) agar peserta didik
mampu mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan
berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; 5) agar
peserta didik lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran
yang lain; 6) agar peserta didik lebih merasakan manfaat dan makna belajar
menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat
dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan
atau pengayaan; 8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh
kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi
dan kondisi.
2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif
Tim pengembang PGSD (2001: 08) menjelaskan bahwa pembelajaran
terpadu sebagai suatu proses memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) berpusat
pada anak, 2) memberikan pengalaman langsung pada anak, 3)pemisahan antar
bidang studi tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari berbagai bidang studi
dalam suatu pross pembelajaran, 5) bersifat luwes, 6) hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 (2013: 199),
tertulis enam ciri pembelajaran tematik integratif antara lain : 1) pembelajaran
berpusat pada peserta didik; 2) memberikan pengalaman belajar langsung pada
peserta didik; 3) Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu
dalam satu pemahaman dalam kegiatan); 4) Menyajikan konsep dari berbagai
mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antara mata
pelajaran yang satu dengan lainnya); 5) Bersifat luwes (keterpaduan berbagai
mata pelajaran); 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat
dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya).
2.1.2.4 Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif
Tim Pengembang PGSD (2001: 09) juga menambahkan bahwa pendekatan
akan selalu relevan dengan perkembangan anak, 2) kegiatan yang dipilih sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak, 3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna
bagi anak, 4) pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir
anak, 5) menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan
yang seing ditemui dalam lingkungan anak, 6) menumbuhkembangkan
keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek
terhadap gagasan orang lain.
Trianto (2009: 44) menambahkan bahwa ada tiga kelebihan yang dimiliki
pembelajaran tematik integratif yaitu: 1) adanya pemahaman antar bidang studi,
2) memotivasi siswa dalam belajar, 3) memberikan perhatian pada berbagai
bidang yang penting dalam satu waktu, sehingga tidak memerlukan tambahan
waktu untuk bekerja dengan guru lain.
2.1.3 Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran dalam pembelajaran tematik integratif menggunaan
pendekatan saintifik. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah. Tujuan lain dari pendekatan saintifik yaitu untuk memberi
pemahaman pada siswa bahwa informasi mengenai pelajaran yang sedang
dibahas bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi
dari guru. Kondisi pembelajaran yang diharapkan adalah terciptanya
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai
sumber mengenai ilmu yang mereka pelajari, bukan diberi tahu. Kondisi
pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu
masalah dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan diarahkan untuk
melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil
keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan
menghapal semata) (Kemendikbud, 2013: 205).
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi langkah-langkah pokok
antara lain: 1) mengamati, 2) menanya, 3) menalar, 4) mencoba, 5) mengolah, 6)
menyajikan, 7) menyimpulkan dan 8) mengkomunikasikan (Kemendikbud 2013:
233). Pada pelaksanaan pembelajaran tematik intergratif, langkah-langkah
pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan secara berurutan. Pada kondisi
seperti ini, proses pembelajaran tetap harus menerakan nilai-nilai ilmiah dan
menghindari nilai-nilai non ilmiah (Kemendikbud: 2003: 2014). Prof Sudarwan
dalam Kemendikbud (2013:205) memberikan penjelasan mengenai pendekatan
saintifik bahwa Pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Oleh
sebab itu, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,
prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika
memenuhi kriteria seperti berikut ini; 1) substansi atau materi pembelajaran
berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata; 2) penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; 3) mendorong dan
menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
substansi atau materi pembelajaran; 4) mendorong dan menginspirasi peserta
didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran; 5) mendorong dan
menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
substansi atau materi pembelajaran; 6) berbasis pada konsep, teori, dan fakta
empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.; 7) tujuan pembelajaran dirumuskan
secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik hampir sama dengan
pendekatan keterampilan proses. Menurut Semiawan (1985: 18), dengan
mengembangkan keterampilan proses, anak akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta serta konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut, dengan demikian
keterampilan-keterampilan tersebut menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai. Menurut Semiawan (1985:
19), pendekatan keterampilan proses dapat membekali peserta didik dengan 13
keterampilan mendasar diantaranya:
1. Observasi atau pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peserta didik dengan memilah mana yang penting
dan mana yang tidak penting. Proses pengamatan menggunakan semua panca
indera.
2. Penghitungan
Keterampilan menghitungan anak biasanya dilatih dan dibina melalui
pengetahuan sosial dan bahkan bahasa Indonesia, keterampilan ini dapat pula
dikembangkan.
3. Pengukuran
Keterampilan mengukur sangat penting dalam kinerja ilmiah. Guru dapat
melatih anak agar terampil mengukur. Pertama mereka diminta untuk
membandingkan satu benda dengan benda yang lainnya. Selanjutnya mereka
diperkenalkan dengan satuan ukuran, seperti centimeter, kilogram, dan liter.
4. Klasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi dalam kehidupan sehari-hari diperlukan guna
mengenal perbedaan dan persamaan antara benda-benda. Pembuatan
klasifikasi perlu memperhatikan dasar-dasar klasifikasi, misalnya menurut
suatu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu.
5. Hubungan ruang dan waktu
Peserta didik mampu mengenal bentuk-bentuk seperti lingkaran, persegi
empat, kubus, dan silinder. Peserta didik juga dapat berlatih untuk mengenal
arah, menempatkan benda seperti rencana, dan menggabungkan benda.
6. Pembuatan hipotesis
Hipotesis merupakan suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan
suatu kejadian tertentu. Seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang
kemudian diuji melalui eksperimen. Peserta didik juga dapat melakukan
penyusunan hipotesis guna menemukan berbagai hal baru.
7. Perencanaan penelitian/ eksperimen
Sering kali peserta didik menguji atau mengetes gagasan-gagasannya dengan
kegiatan coba dan ralat. Pada saat melakukan kegiatan tersebut sebenarnya
peserta didik sudah melakukan perencanaan penelitian.
8. Pengendalian variabel
Pengendalian variabel adalah suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun
sebenarnya tidak sesulit seperti yang dibayangkan. Peserta didik dapat
berlatih untuk mengontrol dan memperlakukan variabel. Contoh konkritnya
misalnya siswa melakukan percobaan berkaitan dengan perbedaan
pertumbuhan tanaman yang diberi pupuk dengan tanaman yang tidak diberi
pupuk. Peseta didik akan menemukan sendiri jawaban mengenai perbedaan
yang akan tarjadi.
9. Interpretasi data
Kemampuan menginterpretasikan atau menafsirkan data adalah salah satu
keterampilan penting dalam kerja ilmiah. Cara mengiterpretasikan data yang
dikumpulkan melalui observasi, penghitungan, pengukuran, eksperimen atau
penelitian sederhana dapat disajikan melalui berbagai bentuk seperti tabel,
grafik, atau diagram. Kemampuan ini akan sangat berguna bagi peserta didik.
10. Kesimpulan sementara
Kesimpulan sementara sering dilakukan oleh imuwan. Kesimpulan tersebut
bukan merupakan kesimpulan akhir namun hanya merupakan kesimpulan
11. Peramalan
Peserta didik dapat berlatih membuat peramalan kejadian-kejadian yang akan
datang berdasarkan pengetahuan, pengalaman, atau data yang dikumpulkan.
12. Penerapan
Peserta didik dapat menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk
memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan
menggunakan konsep yang telah dimiliki.
13. Komunikasi
Peserta didik mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain,
misalnya dengan membuat gambar, diagram, grafik. Atau tabel yang dapat
dibaca orang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas pembelajaran yang menggunakan
pendekatan saintifik dan menekankan keterampilan proses sangat relevan untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013.
Peserta didik dapat memperoleh pengetahuan secara holistik baik itu apek
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
2.1.4 Penilaian Otentik
2.1.4.1 Pengertian Penilaian Otentik
Nurhadi (2004: 172), menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah proses
pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang
dapat menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar
KemendikBud (2013: 246) menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah
pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Basuki (2014: 168) mendefinisikan penilaian otentik sebagai suatu bentuk
penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas nyata yang
menunjukkan penerapan dari suatu keterampilan dan pengetahuan.
American Library Association dalam Majid (2014: 237), menjelaskan
bahwa penilaian otentik merupakan proses evaluasi untuk mengukur kinerja,
prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam
pembelajaran.
Bedasarkan beberapa pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
penilaian otentik adalah cara menilai yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input),
proses, sampai keluaran (output) pembelajaran dengan menggunakan beragam
teknik penilaian.
2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik
Menurut Trianto (2009: 119), ada enam karakteristik penilaian otentik,
yaitu: 1) dilaksanakan sebelum dan sesudah proses belajar mengajar berlangsung,
2) bisa digunakan untuk formatif dan sumatif, 3) yang diukur keterampilan dan
performansi, bukan mengingat fakta, 4) berkesinambungan, 5) terintegrasi, 6)
dapat digunakan sebagai umpan balik.
Basuki (2014:171), menambahkan ada sepuluh karakteristik penilaian
otentik, diantaranya: 1) melibatkan pengalaman nyata, 2) mencakup penilaian
berlangsung, 4) yang diukur merupakan keterampilan dan performansi, bukan
mengingat fakta, 5) berkesinambungan, 6) terintegrasi, 7) dapat digunakan
sebagai umpan balik, 8) kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa
secara jelas, 9) menggunakan bermacam-macam instrument, pengukuran, dan
metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, 10)
bersifat holistik dan komprehensif yang mencakup semua aspek dari tujuan
belajar.
2.1.4.3 Jenis-Jenis Penilaian Otentik
Nurgiyantoro (2011: 34-37) menjelaskan ada enam jenis penilaian otentik
yaitu: 1) penilaian Kinerja, 2) wawancara lisan, 3) pertanyaan terbuka, 4)
menceritakan kembali teks atau cerita, 5) portofolio, dan 6) proyek.
Kunandar (2014: 40-41) secara spesifik menjelaskan ada 13 jenis penilaian
otentik yaitu: 1) proyek atau penugasan dan pelaporan, 2) hasil tes tertulis, 3)
portofolio, 4) pekerjaan rumah, 5) kuis, 6) karya peserta didik, 7) presentasi
peserta didik, 8) demonstrasi, 9) laporan, 10) jurnal, 11) karya tulis, 12) kelompok
diskusi, 13) wawancara.
2.1.4.4 Kelebihan Penilaian Otentik
Basuki (2014: 175- 176) menjelaskan beberapa kelebihan dari penilaian
otentik, diantaranya : 1) berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan
pengetahuan, 2) meningkatkan kreatifitas peserta didik, 3) merefleksikan
keterampilan dan pengetahuan dunia nyata, 4) mendorong kerja sama antar
peserta didik, 5) meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis, 6) langsung
menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan tujuan pembelajaran,
2.1.4.5 Kelemahan Penilaian Otentik
Menurut Basuki (2014: 175- 176), ada beberapa kelemahan penilaian
otentik diantaranya: 1) memerlukan waktu yang intensif untuk mengelola,
memantau, dan melakukan koordinasi, 2) sulit untuk dikoordinasikan dengan
standar pendidikan yang telah ditetapkan secara legal, 3) menantang guru untuk
memberikan skema penilaian yang konsisten, 4) sifat subjektif dalam pemberian
nilai akan cenderung menjadi bias, 5) sifat penilaian yang unik mungkin tidak
dikenali siswa, 6) bisa bersifat tidak praktis untuk kelas yang berisi banyak siswa,
7) hal yang menantang untuk mengembangkan berbagai jenis materi ajar dan
berbagai kisaran tujuan pembelajaran.
2.1.5 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal 2.1.5.1 Pengertian Pendidikan Karakter
Helen G. Douglas dalam Muchlas (2012: 41) mengemukakan bahwa “
karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan
hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi
tindakan.
Koessoma (2007: 4), menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan
sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati
kebebasan dalam hidup bersama dengan orang lain dalam dunia.
Muchlas (2011: 44), menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah
pendidikan yang mengemban karakter mulia dari peserta didik dengan
mempraktikkkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan
yang beradab dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dalam
Pendidikan karakter memberikan kepada siswa ilmu, pengetahuan,
praktik-praktik budaya perilaku yang berorientasi pada nilai-nilai ideal kehidupan,
baik yang bersumber dari budaya lokal (kearifan lokal) naupun budaya luar (Indra
Tranggono dalam Simatupang,dkk 2012: 7).
Winatapura (2011: 4.44) menjelaskan bahwa proses pembelajaran
berbasis budaya bukan sekedar mentransfer serta menyampaikan budaya kepada
siswa tetapi menggunakan budaya untuk menjadikan siswa mampu menciptakan
makna, menembus batas imajinasi dan kreativitas untuk mencapai pemahaman
terpadu tentang ilmu dalam konteks budaya.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai definisi karakter dan pendidikan
karakter yang telah dipaparkan diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa
karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti, nilai-nilai yang
unik-baik yang terpatri dalam diri yang tidak diwariskan tetapi sesuatu yang
dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Pendidikan karakter merupakan
suatu sistem penanaman nilai karakter kepada warga sekolah agar individu itu
dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasan dalam hubungannya dengan
sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhan. Secara khusus,
peneliti mendefinisikan pendidikan karakter berbasis budaya lokal sebagai suatu
sistem penanaman nilai karakter kepada warga sekolah dengan menitik beratkan
pada pengembangan budaya agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati
kebebasan dalam hubungannya dengan sesama manusia, lingkungan sekitar
2.1.5.2 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Koessoema. A (2012: 208), mengungkapkan bahwa ada beberapa nilai
yang relevan untuk dilaksanakan terkait dengan pendidikan karakter. Nilai-nilai
tersebut antara lain: (1) nilai keutamaan, (2) nilai keindahan, (3) nilai kerja, (4)
nilai cinta tanh air, (5) nilai demokrasi, (6) nilai kesatuan, (7) menghidupi nilai
moral, (8) nilai-nilai kemanusiaan.
Kemendiknas (2011) juga mengidentifikasi 25 butir nilai karakter sebagai
prioritas penanaman karakter di sekolah yang bersumber dari agama, Pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional dalam rangka memperkuat pelaksanaan
pendidikan karakter dalam satuan pendidikan. Adapun ke 25 butir nilai karakter
tersebut adalah: (1) Kereligiusan, (2) Kejujuran, (3) Kecerdasan, (4) Tanggung
jawab, (5) Kebersihan dan kesehatan, (6) Kedisiplinan, (7) Tolong-menolong, (8)
Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, (9) Kesantunan, (10) Ketangguhan, (11)
Kedemokratisan, (12) Kemandirian, (13) Keberanian mengambil risiko, (14)
Berorientasi pada tindakan, (15) Berjiwa kepemimpinan, (16) Kerja keras, (17)
Percaya diri, (18) Keingintahuan, (19) Cinta ilmu, (20) Kesadaran akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain, (21) Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, (22)
Menghargai karya dan prestasi orang lain, (23) Kepedulian terhadap lingkungan,
(24) Nasionalisme, (25) Menghargai keberagaman.
Niai-nilai yang telah disebutkan diatas dapat dikembangkan dalam
pembuatan proyek pendidikan karakter di sekolah. Penjabaran dari nilai-nilai di
atas tentu saja tidak merangkum semua nilai yang mendasar bagi pendidikan
dipertimbangkan sebagai panduan untuk menentukan prioritas pendidikan
karakter di sekolah.
2.1.5.3 Tujuan Pendidikan Karater
Menurut Kesuma, dkk (2011: 9-10), ada dua tujuan pendidikan karakter,
yaitu: 1) memfasilitasi pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam
perilaku anak, baik ketika dalam proses pembelajaran di sekolah maupun setelah
proses pembelajaran di sekolah, 2) mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak
bersesuaian dengan nilai- nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
2.1.6 Model Pengembangan Bahan Ajar
Proses pembelajaran memerlukan beberapa sarana yang dapat menunjang
terlaksananya kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar merupakan salah
satu komponen yang penting guna mencapai tujuan pembelajaran. Harjanto (2006:
243-244) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah komponen pembelajaran yang
mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Bahan ajar hendaknya juga
disusun secara sitematis sehingga peserta didik mampu menguasai kompetensi
yang diharapkan.
Prastowo (2012: 17) menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan segala
bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran.
Peneliti mendefinisikan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari buku
ajar yang dikembangkan dari setiap kompetensi dasar (KD) yang terdiri dari unsur
Identifikasi Masalah
pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi, tindakan siswa, rangkuman
materi, tindak lanjut, daftar kata penting (glosarium), penilaian dan daftar pustaka.
Model pengembangan bahan ajar yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah model pengembangan menurut J. Kemp. Model pengembangan bahan
ajar menurut Kemp dalam Trianto (2010: 82) merupakan pengembangan yang
berkelanjutan. Desain pembelajaran Jerold E. Kemp terlihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Model Desain Pembelajaran Jerold E Kemp yang sudah direvisi
Di bawah ini merupakan unsur - unsur pengembangan perangkat
pembelajaran menurut model Kemp:
Tahapan identifikasi masalah pembelajaran bertujuan untuk mengidentifikasi
adanya kesenjangan antara fakta di lapangan dengan tujuan menurut
kurikulum yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun
strategi yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kesenjangan yang terjadi merupakan permasalahan yang akan diselesaikan
dalam penelitian.
2. Analisis siswa
Analisis siswa diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik
individu maupun kelompok. Diperlukan adanya identifikasi tingkah laku
awal siswa bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan
khusus yang dimiliki siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran, hal ini
bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif serta
efisien. Adapun Analisis yang dilakukan untuk karakteristik siswa bertujuan
untuk mengetahui kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan,
motivasi terhadap mata pelajaran, pengalamaan, keterampilan psikomotor,
kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial dan sebagainya.
3. Analisisi tugas
Menurut Kemp dalam Trianto (2009 : 181), analisis tugas adalah kumpulan
prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran. Adapun analisis tugas
meliputi, (1) analisis Struktur isi, (2) analisis konsep, (3) analisis prosedural,
dan (4) analisis pemrosesan . Analisis tugas sejalan dengan analisis tujuan
mencakup analisis isi pelajaran, konsep, pemrosesan informasi yang
tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
4. Merumuskan indikator
Perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi
tingkah laku awal siswa, tentang pernyataan-pernyataan apa yang dapat
dilakukan siswa setelah selesai melakukan pembelajaran. Indikator
merupakan tujuan pembelajaran yang didapatkan dari hasil analisis tujuan.
5. Penyusunan intrumen evaluasi
Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur
ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsung
proses pembelajaran.evaluasi merupakan unsur terakhir dalam proses
perencanaan pembelajaran.
6. Strategi pembelajaran
penyusunan strategi pembelajaran berdasarkan tujuan yang akan dicapai.
Kegiatan pemilihan strategi meliputi : pemilihan model, pendekatan dan
metode, pemilihan format.
7. Pemilihan media atau sumber pembelajaran
Pemilihan media atau sumber belajar disesuaikan dengan tuntutan tujuan
pembelajaran yang terdapat rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa.
Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada pemilihan dan
penggunaan media atau sunber pembelajaran.
8. Pelayanan pendukung
Selama proses pengembangan diperlukan layanan pendukung yaitu berupa
serta layanan laboratorium dan perpustakaan. Selain itu, dibutuhkan anggaran
atau dana, fasilitas, dan pelengkap.
9. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berguna untuk member informasi kepada pengajar atau tim
pengembang untuk mengetahui seberapa baik program telah berfungsi dalam
mencapai berbagai sasaran. Penilaian formatif dilakukan selama
pengembangan dan ujicoba.
10. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan-tujuan
utama pada akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi: hasil ujian akhir
unit dan ujian akhir untuk pelajaran tertentu.
11. Revisi perangkat pembelajaran
Kegiatan revisi dilakukan secara berkesinambungan hingga rancangan yang
dibuat memiliki kesesuaian isi dan kualitas yang baik. Kegiatan revisi
dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat.
revisi dilakukan berdasarkan kritik dan masukan yang diperoleh dari hasil
validasi dan uji coba terbatas.
Unsur - unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model
Kemp di atas sangat diperlukan dalam pengembangan bahan ajar karena akan
sangat membantu peneliti untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa kelas IV SD
terhadap bahan ajar.
Pengembangan bahan ajar yang baik tidak hanya mengacu pada
unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model Kempt diatas.
dimiliki bahan ajar untuk dikatakan bahan ajar yang baik. Kriteria tersebut adalah
tujuan dan pendekatan, desain dan pengorganisasian, isi, topik, dan metodelogi.
Kriteria-kriteria yang dikemukakan Cunningsworth tersebut digunakan sebagai
acuan untuk melakukan evaluasi terhadap bahan ajar.
2.2 Penelitian yang Relevan
Berikut akan dijabarkan penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan :
Penelitian yang pertama adalah penelitian pengembangan bahan ajar yang
dilakukan oleh Windy Ariezona (2013) dalam skripsi yang berjudul
“Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk
Keterampilan Mendengarkan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV
Semester Gasal” (skripsi tidak diterbitkan) . Peneliti menguji kelayakan bahan
ajar di Kelas IV SD Negeri Daratan. Peneliti mengadaptasi prosedur
pengembangan bahan ajar Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan
yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Produk final yang dihasilkan berupa
bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan
mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
Berdasarkan validasi dari pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar pendidikan
karakter, guru Bahasa Indonesia kelas IV, dan siswa kelas IV SD Negeri Daratan
diperoleh skor rata-rata 4,34 dengan kategori “sangat baik”. Dari skor rata-rata
yang didapat, bahan ajar yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan mendengarkan kelas IV
Penelitian yang kedua adalah penelitian pengembangan bahan ajar yang
dilakukan oleh Margareta Erna Wijayanti (2013), dengan judul skripsi
“Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk
Keterampilan Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV
Semester Gasal” (skripsi tidak diterbitkan). Peneliti juga mengadaptasi prosedur
pengembangan bahan ajar Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan
yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Produk final yang dihasilkan berupa
bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan
menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
Berdasarkan hasil validasi oleh pakar pendidikan karakter, pakar Bahasa
Indonesia, 2 orang guru Bahasa Indonesia kelas IV, dan siswa kelas IV SDN
Jolosutro Piyungan bahan ajar memperoleh skor rata-rata 4,15 dengan kategori
“baik”. Dari skor rata-rata yang didapat, bahan ajar yang dikembangkan sudah
layak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan
menulis kelas IV semester gasal.
Penelitian di atas menekankan pada pengembangan bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter dan terbatas pada mata pelajaran Bahasa.
Penelitian ini mengembangkan bahan ajar yang mengacu pada kurikulum 2013.
Penelitian ini tidak hanya menekankan pada pendidikan karakter saja namun juga
mengakomodir pendekatan saintifik yang berbasis aktivitas siswa dan
mengakomodir pendekatan tematik integratif. Pendekatan-pendekatan yang
digunakan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Hasil dari bahan ajar yang
dikembangkan dapat digunakan dalam pembelajaran yang menggunakan
2.3 Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan perangkat
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam proses
pembelajaran meliputi silabus, RPP, dan juga bahan ajar. Bahan ajar merupakan
komponen yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Pergantian kurikulum
dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuju Kurikulum 2013 tentu saja
akan diiringi dengan kebutuhan yang berbeda akan bahan ajar. Bahan ajar yang
digunakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memisahkan tiap mata
pelajaran, sedangkan bahan ajar yang digunakan dalam Kurikulum 2013
mengintegrasikan beberapa muatan pelajaran ke dalam satu subtema
pembelajaran.
Pemerintah sendiri sudah membuat bahan ajar yang mengacu pada
Kurikulum 2013, namun dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah
satu guru kelas IV Sekolah Dasar yang sudah menggunakan Kurikulum 2013
peneliti mendapatkan data bahwa Pendekatan sains dalam pembelajaran yang
dilakukan belum maksimal karena media yang dibutuhkan belum menunjang
kegiatan pembelajaran. Subjek wawancara juga mengalami kesulitan dalam
melakukan penilaian otentik karena beberapa indikator dalam Kompetensi Dasar
belum ada. Buku- buku siswa yang terbatas dan pemahaman guru menenai
kurikulum 2013 yang belum maksimal mengakibatkan guru mengalami kesulitan
dalam melaksanakan kurikulum 2013. Subjek wawancara merasa memerlukan
suplemen bahan ajar kurikulum 2013 guna menunjang kegiatan pembelajaran.
Subjek wawancara merasa bahan ajar kurikulum 2013 ada yang sesuai dan ada