STUDI KOMPARASI TERHADAP PRODUK PEMBIAYAAN
TALANGAN HAJI DI PT TABUNG HAJI UMRAH HANAN
NUSANTARA SURABAYA DAN BMT SIDOGIRI SEPANJANG
SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh Ari Vironika NIM. C32213084
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
ABSTRAK
Skripsi ini adalah penelitian lapangan dengan judul ‚Studi Komparasi terhadap Produk Pembiayaan Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo‛. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan. Pertama, Bagaimana aplikasi produk pembiayaan talangan haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara Surabaya? Kedua, Bagaimana aplikasi produk pembiayaan talangan haji di BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo? Ketiga, Apa ada persamaan dan perbedaan produk pembiayaan talangan haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo?
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, interviu, dan studi dokumentasi dan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu pendekatan terhadap suatu peristiwa, masalah atau keadaan tertentu yang menjadi objek penelitian, di mana dalam teknik ini menggambarkan tentang fakta aplikasi pembiayaan talangan haji. Kemudian diambil kesimpulan dengan menggunakan pola pikir komparatif yaitu mengemukakan aplikasi pembiayaan talangan haji dan memberikan suatu kesimpulan baik dari segi perbedaan dan persamaan talangan haji tersebut. Dari analisis tersebut akan disimpulkan perbedaan dan persamaan pembiayaan talangan haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dari kedua aplikasi lembaga tersebut terdapat persamaan aplikasi pembiayaan talangan haji, diantaranya dari segi pendaftaran, melakukan pembayaran DP, pembukaan rekening di LKS, mendaftarkan ke KEMENAG bersama, dan mulai mengangsur setelah porsi haji keluar. Sedangkan perbedaan dalam aplikasi pembiayaan talangan haji ini diantaranya, nilai talangan yang diberikan kepada nasabah berbeda, PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara sejumlah Rp. 28.800.000,00 dan BMT Sidogiri sejumlah Rp. 22.500.000,00, pembayaran angsuran di PT Tabung Haji Umrah sangat fleksibel sedangkan pembayaran angsuran di BMT Sidogiri flat, ujrah di PT Tabung Haji Umrah sejumlah 360.000 baik dalam masa angsuran 1,2 atau 3 tahun sedangkan di BMT Sidogiri sejumlah 337.500 setiap bulannya, dan akad yang digunakan dari kedua lembaga tersebut juga berbeda, PT Tabung Haji Umrah menggunakan akad qard wa ’ijarah dan BMT Sidogiri menggunakan akad Kafalah bi al-’ujrah. Dalam perspektif hukum Islam akad yang digunakan oleh PT Tabung Haji Umrah dan BMT Sidogiri telah sesuai, baik dari segi rukun dan syarat-syaratnya.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ... ..xii
DAFTAR GAMBAR ... .xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ... ...xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Kajian Pustaka ...10
E. Tujuan Penelitian ...11
F. Kegunaan Hasil Penelitian ...12
G. Definisi Operasional ...13
I. Sistematika Pembahasan ...19
BAB II AKAD QARD IJARAH DAN KAFALAH
A. Akad Qard ...21 B. Akad Ijarah ...28 C. Akad Kafalah ...38
BAB III PRODUK PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI PT TABUNG HAJI UMRAH HANAN NUSANTARA SURABAYA DAN BMT SIDOGIRI SEPANJANG SIDOARJO
A. Produk Pembiayaan Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara Surabaya ...48 B. Produk Pembiayaan Talangan Haji di BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo ...58
BAB IV ANALISIS TERHADAP PERSAMAAN DAN PERBEDAAN APLIKASI PRODUK TALANGAN HAJI DI PT TABUNG HAJI UMRAH HANAN NUSANATARA SURABAYA DAN BMT SIDOGIRI SEPANJANG SIDOARJO
A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo ...82 B. Tinjauan Hukum Islam terhadap Akad yang digunakan Produk Pembiayaan Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo ...88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...96 B. Saran ...97
DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Iman adalah persoalan hati yang tidak bisa diucapkan lidah, cabang dari iman
banyak sekali yang dimana harus tertancap pada diri setiap muslim. Bila mereka
sudah iman sekarang tinggal membuktikan akan keimanannya dengan melakukan
rukun-rukun Islam, yang diantaranya: mengucapkan dua (2) kalimat syahadat,
mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa, dan menuanaikan ibadah haji.
Mayoritas umat Islam berharap menjadi ‚muslim labbaik‛1. Tak dapat dipungkiri
mayoritas umat Islam berharap memenuhi rukun Islam yang ke lima (5) yaitu
menunaikan ibadah haji. Pada dasarnya menunaikan ibadah haji adalah kewajiban
bagi umat muslim yang memiliki kemampuan, yang diantaranya: Islam, berakal,
dan kuasa. Syarat tersebut terdapat firman Allah:
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Alimran : 97)2
Sedangkan maksud kata istat}a>‘a pada ayat diatas adalah kemampuan yaitu
mampu dalam hal kendaraan, bekal, pengongkosan dan keamanan di dalam
1
2
perjalanan. Dan harus ada kendaraan yang layak untuk digunakan pergi haji, baik
dengan cara membeli atau menyewanya.3
Kemudian banyaknya produk-produk lembaga keuangan syariah (LKS) yang
sangat populer dan banyak di minati oleh masyarakat adalah produk
pembiayaan.Menurut kegunaanya, produk pembiayaan dibagi menjadi dua macam
yaitu produk pembiayaan produktif dan produk pembiayaan
konsumtif.Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang diajukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha,
baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Pembiayaan konsumtif yaitu
pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan
habisdigunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pembiayaan konsumtif diperlukan
oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan yang langsung dikonsumsi.
Kebutuhan konsumtif dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar)
dan kebutuhan skunder.Kebutuhan primer misalnya, makanan, minuman, pakaian,
rumah tinggal, maupun berupa jasa, seperti pendidikan dasar atau
pengobatan.Adapun kebutuhan skunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara
kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan
primer baik berupa barang ataupun jasa, seperti pendidikan, pariwisata, hiburan,
dan sebagainnya.4
3
Asy-Syaikh al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Qasim al-Ghozi, Fathul Qarib, terj. Achmad Sunarto(Surabaya: Al-Hidayah, 1991), 295.
3
Banyaknya produk-produk Lembaga Keuangan Syariah dan banyaknya umat
muslim yang memiliki harapan untuk memenuhi rukun Islam yang ke lima (5) ini
tidak tercapai. Dikarenakan adanya berbagai macam kendala, salah satu kendala
yang sering dijumpai adalah masalah finansial. Baik meliputi biaya pendaftaran
sampai pemberangkatan menunaikan ibadah haji, disertai adanya pembatasan
kuota jumlah jamaah haji di setiap negara dan banyaknya jumlah peserta jamaah
haji disetiap tahunnya, sehingga membuat para peserta jamaah haji harus
mendapatkan nomor seat porsi haji terlebih dahulu untuk mengetahui waktu
keberangkatan haji.
Dari berbagai macam kendala tersebut lembaga keuangan syariah (LKS)
membuat kebijakan untuk mengeluarkan produk pembiayaan talangan
haji.Pembiayaan talangan haji adalah salah satu produk pembiayaan lembaga
keuangan syariah yang dapat membantu para calon jamaah untuk segera
mendapatkan nomor seat porsi haji, pada saat pelunasan BPIH (biaya perjalanan
ibadah haji) di SISKOHAT (system komputerisasi haji terpadu) agar porsi haji
yang dimiliknya tetap aman dan nasabah sudah mendapatkan kepastian untuk
menunaikan ibadah haji.5 Nasabah kemudian akan melunasinya sebelum
keberangkatannya menunaikan ibadah haji dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
4
Dasar yang melandasi pembiyaan talangan haji adalah keputusan yang
dikeluarkan Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002
tentang pembiyaan pengurusan haji lembaga keuangan syariah adalah sebagai
berikut: ‚Dalam pengurusan haji bagi nasabah, lembaga keuangan syariah (LKS)
dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip ija>rahsesuai
Fatwa DSN-MUI Nomor 9/DSN-MUI/IV/2000. Apabila diperlukan, Lembaga
Kuangan Syariaah (LKS) dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah
dengan prinsip qard}sesuai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor
19/DSN-MUI/IV/2001.Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh
dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.Besar imbalan jasa ija>rahtidak
boleh didasarkan pada jumlah talangan qard} yang diberikan LKS kepada
nasabah‛.6
Produk pembiayaan talangan haji ini sangat menarik respon positif dari
masyarakat dan mempermudah masyarakat untuk memporoleh nomor seat porsi
haji karena dengan adanya pembiayaan talangan haji ini sangat membantudan
memberikan solusi dari kendala-kendala yang telah terjadi di masyarakat. Cukup
jelas bahwa kegiatan tersebut sangatlah membantu masyarakat yang ingin
menyempurnakan rukun Islam yang ke lima yakni menunaikan ibadah haji. Faktor
inilah yang menjadi pertimbangan Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa
mengenai kebolehan menalanginya bagi Lembaga Keuangan Syariah.
5
Setiap Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berbeda-beda dalam memfasilitasi
pembiayaan ini, mulai dari meminjamkan talangan atau plafon kepada nasabah,
jangka waktu untuk melunasinya sampai dengan akad yang digunakan dalam
produk pembiayaan talangan haji.Sebagaimana ditetapkan diPT Tabung Haji
Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
Fasilitas dari kedua lembaga tersebut hampir sama dengan lembaga keuangan
syariah lainnya namun akad yang digunakan serta aplikasinya berbeda.PT Tabung
Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya menggunakan akad qard}} waija>rahdan
BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo menggunakan akad kafa>lah bi al-ujrah dalam
pembiayaan talangan haji.
Kedua Lembaga tersebut sama-sama mengeluarkan produk pembiayaan
talangan haji namun dari keduanya menggunakan akad yang berbeda. Proses PT
Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya diawali dengan mengajukan
pendaftaran registrasi online member haji, kedua pembukaan rekening permata
syariah, ketiga membayar DP sejumlah Rp. 7.500.000 kemudian melakukan akad
haji dan dana talangan yang dapat diberikan sejumlah Rp. 28.800.00, keempat
pengumpulan berkas yang telah dipersyaratkan, kelima mengirimkan persyaratan
dan sejumlah uang kepada bank permata syariah untuk setoran awal BPIH (Biaya
Perjalanan Ibadah Haji), keenam mendaftarkan ke KEMENAG, ketujuh
6
KEMENAG setempat, dan kedelapan nasabah berkewajiban untuk mulai
mengangsur dana yang telah dipinjamnya sesuai dengan kesepakatan.7
Sedangkan di BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo proses pembiayaan tersebut
diawali dengan mengajukan permohonan pembiayaan atau melaksanakan
pendaftaran, kedua pengumpulan berkas yang telah dipersyaratkan, ketiga
melakukan akad pembiayaan kafa>lahhaji dengan prinsip kafa>lah bi al-ujrah dan
memberikan dana tanggungan dengan membuka rekening tabungan haji di bank
panin syariah, keempat membayar DP Rp. 2.500.000 di BMT dan dana talangan
yang diberikan sejumlah Rp. 22.500.000, kelima mengirimkan persyaratan dan
sejumlah uang kepada bank panin syariah untuk setoran awal BPIH (Biaya
Perjalanan Ibadah Haji), keenam mendaftarkan ke KEMENAG, dan ketujuh
nasabah mulai mengangsur dana talangan setelah porsi haji keluar dari
KEMENAG setempat.8
Perlu diketahui PT Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT
Sidogiri tidak dapat mendaftarkan nasabah yang ingin melaksanan haji karena
Travel Tabung Haji Umrah dan BMT Sidogiri tidak ditunjuk sebagai perantara
pendaftar jamaah haji ke KEMENAG RI, karena PT Tabung Haji Umrah dan
BMT Sidogiri adalah lembaga non-Bank dan sudah ada bank-bank yang memang
ditunjuk langsung untuk tempat pendaftaran haji. Oleh karena itu PT Tabung
Haji Umrahbekerjasama dengan bank permata syariah dan BMT Sidogiri
7 Ovi, Wawancara, Surabaya, 26 September 2016.
7
Sepanjang Sidoarjo bekerjasama dengan bank panin syariah yang telah ditunjuk
oleh Kemenag RI untuk bisa mendaftarkan haji.
Dalam praktiknya, kedua lembaga tersebut memakai akad yang berbeda
dimana Travel Tabung Haji Umrah Surabaya memakai akad qard} waija>rah dan
BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo menggunakan akad kafa>lah bi al-ujrah, dari
fatwa DSN No. 29/DSN-MUI/VI/2002 jelas-jelas dalam fatwa tersebut terhadap
pengurusan haji Lembaga Keuangan Syariah telah disarankan untuk
memggunakan akad qard} bila Lembaga Keuangan Syariah (LKS) memberikan
bantuan talangan kepada nasabah sesuai dengan Fatwa DSN No.
19/DSN-MUI/IV/2001 dan dalam pengurusan haji bagi nasabah, lembaga keuangan syariah
(LKS) dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip ija>rah
sesuai dengan Fatwa DSN No. 9/DSN/MUI/IV/2000.
Berkenaan dengan praktik akad qard} waija>rah di PT Tabung Haji Umrah
Hanan NusantaraSurabaya dan akad kafa>lah bi al-ujrah di BMT Sidogiri
Sepanjang Sidoarjo sangat menarik untuk dijadikan penelitian. Dari penjelasan
diatas dapat diketahui permasalahan mengenai akad pada produk pembiayaan
talangan haji yang diterapkan olehPT Tabung Haji Umrah Hanan
NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
Hal ini yang menjadi menarik untuk diteliti dan juga akan dibahas pada bab
selanjutnya. Oleh sebab itu peneliti merasa baik untuk membahasnya dalam
8
Produk Pembiayaan Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara
Surabayadan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo‛yang bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan dan perbedaan persamaan dari kedua Lembaga tersebut
beserta akad yang dipergunakan.
B.Identifikasi dan Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat di
identifikasi sebagai berikut:
1. Proses pembiayaan talangan haji diPT Tabung Haji Umrah Hanan
NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo
2. Akad yang digunakan dalam pembiayaan talangan haji di PT Tabung Haji
Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
3. Aplikasi pembiayaan talangan haji diPT Tabung Haji Umrah Hanan
NusantaraSurabaya.
4. Aplikasi pembiayaan talangan haji di BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
5. Persamaan dan perbedaan terhadap produk pembiayaan talangan haji di PT
Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang
Sidoarjo.
Dari identifikasi masalah tersebut. Maka penulis akan membatasi masalah
9
1. Aplikasi pembiayaan talangan hajidiPT Tabung Haji Umrah Hanan
NusantaraSurabaya.
2. Aplikasi pembiayaan talangan haji di BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
3. Persamaan dan perbedaan terhadap produk pembiayaan talangan haji di PT
Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang
Sidoarjo.
C.Rumusan Masalah
Pembahasan di atas memerlukan adanya perumusan masalah sebagai
kerangka operasional. Dimana masalah studi ini dirumuskan dalam persayaratan
sebagai berikut:
1. Bagaimana aplikasi produk pembiayaan talangan haji di PT Tabung Haji
Umrah Hanan NusantaraSurabaya ?
2. Bagaimana aplikasi produk pembiayaan talangan haji di BMT Sidogiri
Sepanjang Sidoarjo ?
3. Apapersamaan dan perbedaan produk pembiayaan talangan haji di PT Tabung
Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo
10
D.Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan
topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya.9 Sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi yang
sama. Setelah penulis melakukan penelusuran kajian pustaka dari awal sampai
saat ini penulis menemukan dan membaca skripsi antara lain:
1. Yuyun Setia Wahyuni dengan judul: ‚Analisis Hukum Islam terhadap
Pembiayaan Talangan Haji dengan Menggunakan Akad Ija>rah Multijasa di
BNI Syariah Cabang Surabaya‛. Menyatakan bahwa dalam perspektif hukum
Islam, akad pembiayaan talangan haji di BNI Syariah Cabang Surabaya tidak
sesuai dengan hukum Islam. Letak ketidak sesuaiannya adalah pada
penggunaan akad ija>rah multijasa dalam pembiayaan talangan haji, yang mana
seharusnya menggunakan akad hutang piutang (qard}).10
2. Kartika Tri Mukti dengan judul: ‚ Tinjauan Hukum Islam terhadap Aplikasi
Akad Pembiayaan Dana Talangan Haji pada Bank Mega Syariah Cabang
Surabaya‛. Menyatakan bahwa secara keseluruhan apa yang diterapkan Bank
Mega Syariah Cabang Surabaya sudah sesuai dengan konsep Hukum Islam
khususnya fikih muamalah. Disamping itu, kesesuaian aplikasi tersebut juga
9 Zainal Arifin, Metode Penelitian Pendekatan (Surabaya: Lentera Cendelia, 2008), 42.
11
didasari oleh rukun dan syarat yang terpenuhi dan juga telah sesuai dengan
fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan pengurusan haji.11
3. Ardiansyah Arifin dengan judul: ‚ Tinjauan Hukum Islam terhadap Akad
Kafalah bi al-Ujrah pada Produk Pembiayaan Kafalah Haji (PKH) di Koperasi
Jasa Keuangan Syariah BMT-UGT Sidogiri Cabang Surabaya‛. Menyatakan
bahwa akad pembiayaan kafalah haji di Koperasi Jasa Keuangan Syariah
BMT-UGT Sidogiri Cabang Surabaya tidak sesuai dengan apa yang telah
diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional. Letak ketidak sesuaiannya
adalah pada penggunaan akad kafa>lah bi al-ujrah, yang mana seharusnya
menggunakan akad hutang piutang (qard}).12
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada
penggunaan akad ija>rah dan kafa>lah bi al-ujrah. Letak perbedaanya terdapat pada
aplikasi penerapan akadnya dan pembandingan dari kedua akad tersebut.
E.Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam rumusan masalah di atas,
maka yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aplikasi produk pembiayaan talangan haji diPT Tabung
Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya.
12
2. Untuk mengetahui aplikasi produk pembiayaan talangan haji di BMT Sidogiri
Sepanjang Sidoarjo.
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam produk pembiayaan
talangan haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT
Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Pengakajian dari permasalahan ini diharapkan mempunyai nilai tambah baik
bagi pembaca terlebih lagi bagi penulis sendiri, baik secara teoritis maupun secara
praktis. Kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih
informasi dan perbendaharaan khazanah keilmuan dalam bermuammalah,
khususnya dalam melaksanakan praktik pembiayaan talangan haji di PT
Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang
Sidoarjo.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan
memberi konstribusi pemikiran kepada masyarakat, khususnya kepada
peneliti dalam melaksanakan transaksi yang tidak bertentangan dengan
13
G.Definisi Operasional
Untuk memberikan penjelasan yang bersifat operasional dari variabel judul
penelitian skiripsi ini sehinga dapat dijadikan acuan dalam menulusuri, menguji,
dan mengukur variabel tersebut melalui penelitian maka definisi operasional
dirumuskan sebagai berikut:
1. Studi komparasi : Suatu bentuk penelitian yang membandingkan
antara variabel-variabel yang saling berhubungan dengan mengemukakan
perbedaan-perbedaan ataupun persamaan-persamaan dalam sebuah kebijakan
dan lain-lain. Dalam penelitian ini memberikan penyajian studi komparasi
terhadap pembiyaan talangan haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan
NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
2. Pembiayaan talangan haji : Fasilitas pembiayaan konsumtif bagi yang
ditujukan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan biaya setoran awal
biaya penyelenggara ibadah haji (BPIH) yang ditentukan oleh Departemen
Agama untuk mendapatkan nomor seat porsi haji. Dalam penelitian ini
pembiayaan yang dilakukan di PT Tabung Haji Umrah Hanan
NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.13
13
14
H.Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini priode yang dilakukan selama bulan
september 2016-bulan maret 2017, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan rumusan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka
data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data mengenai aplikasi pembiayaan talangan haji di PT Tabung Haji
Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
b. Data nasabah pembiayaan talangan haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan
NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
2. Sumber data
Adapun sumber data yang diperlukan agar data yang dihasilkan
menjadi lebih akurat dalam pembahasan skripsi ini terbagi menjadi dua
sumber, yakni sumber data primer dan sumber data skunder sebagai berikut:
a. Sumber primer adalah data yang diperoleh langsung dari PT Tabung Haji
Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang
Sidoarjo.14Sumber data yang diperoleh dari data primer yaitu:
1) Wawancara dengan pimpinan, teller, karyawan sebagai pengurus haji
dan nasabah di PT Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan
BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
14
15
2) Dokumen perjanjian antara nasabah dengan PT Tabung Haji Umrah
Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
b. Sumber skunder adalah sumber data yang diperoleh dari literatur-literatur
yang tidak berhubungan secara langsung dengan penelitian. Sumber ini
merupakan sumber yang bersifat membantu atau menunjang untuk
melengkapi dan memperkuat serta memberikan penjelasan mengenai
sumber-sumber data primer.15Sumber data yang diperoleh dari data kajian
kepustakaan yang berhubungan dengan pembahasan yang diteliti oleh
penulis yaitu:
1) Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Da>r Fikr
al-Mu’assim, 2005.
2) Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik,
Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
3) Fatwa DSN MUI Nomor. 29/DSN-MUI/IV/2002 Tentang Pembiayaan
Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian yaitu penulis
mengumpulkan pengamatan dari lapangan yang berkaitan dengan
permasalahan diatas. Dalam teknik pengumpulan data ini penulis
menggunakan beberapa cara yaitu:
15
16
a. Observasi
Yaitu pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.16 Penulis melalukan
pengamatan dari lapangan dengan mengikuti seminar terbuka untuk calon
jamaah, mengamati proses pendaftaran jamaah kepada lembaga.
gunamengetahui praktik pembiayaan talangan haji di PT Tabung Haji
Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
b. Interviu
Yaitu metode ilmiah yang dalam pengumpulan datanya dengan jalan
berbicara atau berdialog langsung dengan sumber obyek
penelitian.17Wawancara yang peneliti lakukan, yaitu dengan:
1) Yulianto, SE selaku pimpinan di PT Tabung Haji Umrah Hanan
NusantaraSurabaya.
2) Farid Nur Cahyono selaku pimpinan di BMT Sidogiri Sepanjang
Sidoarjo.
3) Chika, Qibtiyah dan Ovi selaku customer servis di PT Tabung Haji
Umrah Hanan NusantaraSurabaya.
4) Ahmad Jalaludin selaku Teller di BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
5) Sujono dan sumiyati selaku jamaah di PT Tabung Haji Umrah Hanan
NusantaraSurabaya.
16
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 62. 17
17
6) Romlah selaku jamaah di BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo.
c. Studi Dokumentasi
Dalam teknik dokumentasi, peneliti menyelidiki benda tertulis,
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan
sebagainya.18Dari hasil pengumpulan dokumentasi yang telah diperoleh
peneliti yaitu perincian pembiayaan haji, dokumen materi seminar, dan
dokumen perjanjian pembiayaan talangan haji. Dari berbagai dokumen
yang di peroleh dapat mengetahui praktik tentang pembiayaan talangan
haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya dengan
menggunakan akad qard} wa ija>rah dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo
dengan menggunakan akad kafa>lah bi al-ujrah.
4. Teknik Pengolahan Data
Untuk memudahkan analisis, maka diperlukan pengelohan data dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.19
b. Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketepatan data
tersebut.20
18
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 158. 19
Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 89. 20
18
c. Analyzing, yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil
organizing dan editing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber
penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya, sehingga
diperoleh kesimpulan
5. Teknik analisis data
Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian akan dianalisis secara
deskriptif kualitatif yaitu dengan pendekatan terhadap suatu perilaku,
fenomena, peristiwa, masalah atau keadaan tertentu yang menjadi object
penelitian yang hasil temuannya berupa uraian kalimat bermakna yang
menjelaskan pemahaman tertentu.21
Penulis akan menjelaskan fakta gambaran proses aplikasi pembiayaan
talangan haji di Travel Tabung Haji Umrah Surabaya dan BMT Sidogiri
Sepanjang Sidoarjo. Yang selanjutnya, data tersebut akan diolah
menggunakan pola pikir komparatif yaitu membandingkan dua tinjauan
dengan mengklasifikasi dan mengkategorikan data-data yang telah terkumpul
dalam rangka memperoleh pemahaman komperehensif.22Kemudian dari kedua
lembaga tersebutakan ditarik persamaan dan perbedaan dan dilanjutkan
dengan membuat kesimpulan menurut hukum Islam.
21
Sonny Leksono, Penelitian Kualitatif Ilmu Ekoomi dari Metodologi ke Metode (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 181.
22
19
I. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis untuk memperoleh gambaran
inti dari permasalahan yang dibahas serta untuk mempermudah pembahasan
dalam penelitian ini, maka penulis akan memaparkan sistematika pembahasan
sebagai berikut:
Bab pertama, yaitu pendahuluan. Dalam bab ini, penulis mencantumkan
beberapa sub bab yaitu: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, yaitu pembahasan landasan teori tentangqard}, ija>rah dan kafa>lah.
Pada bab kedua ini berupa landasan teori yang berisikan tentang uraian teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti berdasarkan literatur yang
digunakan sebagai acuan dalam pembahasan, pertama bab ini secara teoritis
menjelaskan mengenai pengertian qard}, dasar hukum qard}, rukun dan syarat qard},
berakhirnya akad qard}, aplikasi akad qard} dalam perbankan syariah. Yang kedua
pengertian ija>rah, dasar hukum ija>rah, jenis-jenis dan hukum ija>rah, rukun dan
syarat ija>rah, berakhirnya akad ija>rah, aplikasi akad ija>rah dalam perbankan
syariah. Yang ketiga, menjelaskan mengenai pengertian kafa>lah, dasar hukum
kafa>lah, rukun kafa>lah, syarat-syarat kafa>lah, berakhirnya akad kafa>lah, aplikasi
20
Bab ketiga, yaitu penyajian data yang merupakan pembahasan tentang profil
singkatPT Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya, visi dan misi,
produk-produk yang ada di PT Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya serta
aplikasi pembiayaan talangan haji. Dan profil singkat BMT Sidogiri Sepanjang
Sidoarjo, visi dan misi, produk-produk yang ada di BMT Sidogiri Sepanjang
Sidoarjo serta aplikasi pembiayaan talangan haji.
Selanjutnya bab ke empat merupakan analisis data, peneliti akan
membicarakan tentang Studi komparasi terhadap pembiayaan talangan haji di PT
Tabung Haji Umrah Hanan NusantaraSurabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang
Sidoarjo.
Skripsi ini diakhiri dengan bab ke lima, yaitu penutup dari pembahasan
21 BAB II
AKAD QARD}, IJA>RAH, DAN KAFA>LAH
A.Akad Qard}
1. Pengertian Qard}
Qard} secara etimologis merupakan bentuk masdar dari qarad}a yaqrid}u,
yang berarti memutusnya. Al-Qard} adalah sesuatu yang diberikan oleh
pemilik untuk dibayar.1 Adapun qard} secara terminologis adalah pemberian
harta kepada orang lain yang dapat diminta kembali denganjumlah yang sama
atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan atau
tambahan. Sedangkan menurut Bank Indonesia, qard} adalah akad pinjaman
dari bank (muqrid}) kepada pihak tertentu (muqtarid}) yang wajib dikembalikan
dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.2
Menurut Djoko Muljono dalam bukunya Perbankan dan Lembaga
Keuangan Syariah (LKS), qard} adalah pemberian harta kepada orang lain
yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan
tanpa mengharapkan imbalan. Akad qard} dimaksudkan untuk berlemah
lembut terhadap sesama manusia, untuk tolong menolong.3
1
Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, et al., EnsklopediFiqih Muammalah dalam Pandangan 4
Madzhab (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2004), 153. 2
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), 26. 3
Djoko Muljono, Buku Pintar Akutansi Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta:
22
Selain pengertian diatas, para ulama fikih juga mengemukakan
pendapatnya tentang makna dari qard}. Pendapat para ulama fiqih tersebut
anatara lain:
a. Ulama Mazhab Maliki berpendapat bahwa qard} adalah menyerahkan
sesuatu yang bernilai harta kepada orang lain untuk mendapatkan
manfaatnya.4
b. Ulama Mazhab Hanafi berependapat bahawa qard} adalah harta yang
diserahkan kepada orang lain untuk diganti dengan harta yang sama.5
c. Ulama Mazhab Syafii, mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
qard} adalah meneyerahkan sesuatu untuk dikembalikan lagi dengan
sesuatu yang sama.6
d. Ulama Mazhab Hambali berependapat bahawa qard} adalah meneyerahkan
harta kepada seseoarang untuk dimanfaatkan dan ia wajib mengembalikan
dengan harta serupa sebagai gantinya.7
Jadi dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa qard}
adalah harta yang diberikan kepada orang yang akan memanfaatkannya dan
mengembalikan gantinya dikemudian hari.
4
Abdur Rahman al-Jaziri, Fiqih Empat Madzhab, Jilid IV (Semarang: Asy-Syifa, 1994), 286. 5Ibid., 287.
meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Albaqarah: 245)8
Ibnu Majah meriwayatkan hadist yang bersumber dari Ibnu Mas’ud ra,
beliau bersabda:
ً َا َ ِ َا َ َ َ َن َ ا ِ ِْ َُ َا ً ْ َُا ً ِ ْ ُا ُ ِ ْ ُُ ٍ ِ ْ ُا ْ ِا َا
Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada orang muslim yang lain dua kali melainkan pinjaman itu (berkedudukan) seperti sedekah satu sekali. (HR. Ibnu Majah)9Landasan ijmak para ulama telah menyepakati bahwa qard} boleh
dilakukan.Qard} diperbolehkan karena qard} mempunyai sifat mandu>b
(dianjurkan) bagi orang yang menghutangi dan mubah bagi orang yang
berhutang.Kesepakatan ini didasarkan pada sifat manusia yang tidak bisa
hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya(Bandung: CV. Penerbit J-ART. 2005), 39.
9
24
memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu pinjam meminjam
sudah menjadi satu bagian dari kehidupan didunia ini dan Islam adalah agama
yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.Tujuan dan hikmah
diperbolehkannya pinjaman tersebut adalah memberi kemudahan bagi umat
manusia dalam kehidupan, karena diantara umat manusia tersebut ada yang
berkecukupan dan ada yang kekurangan, dengan demikian orang yang
kekurangan tersebut dapat memanfaatkan hutang dari pihak yang
berkecukupan.10
Akad qard} bertujuan untuk menolong sesama muslim, bukan untuk
memperoleh suatu keuntungan pribadi saja. Sehingga para fuqaha sepakat
bahwa qard} yang dipersyaratkan tambahan apapun dalam pengembaliannya
kepada muqrid} hukumnya haram.
ًبِر َوُ َُف َعْفَُن َج ِ ْ َُا ُلُ
Setiap pinjaman yang menghasilakn manfaat adalah riba.113. Rukun dan syarat qard}
Menurut ulama Hanafi rukun qard} ada dua yaitu ijab dan kabul, yaitu
lafal yang memberi maksud kepada ijab dan kabul dengan menggunakan
muqa>ridah atau kata-kata yang semakna dengan perjanjian.12
10
Amir Syarifuddin, Gari-Garis Besar Fiqih (Jakarta: Kencana, 2003), 223. 11
Sayyid Sabiq, Fiqqih Sunnah (Bandung: Percetakan Offset, 1997), 133. 12
25
Agar akad yang dilakukan dalam qard} menjadi sah, maka rukun dan
syaratqard} harus terpenuhi, diantaranya:
a. Muq}}rid} (pemberi pinjaman)
Muqrid} (pemberi pinjaman) harus ahliyah tabarru‘, artinya muqrid}
harus mempunyai hak atau kecakapan dalam menggunakan hartanya secara
mutlak menurut pandangan syariat atau tanpa paksaan.Muqrid} dalam
memberikan pinjaman, harus berdasarkan kehendaknya sendiri tidak ada
tekanan dari pihak lain atau interversi dari pihak ketiga.13
b. Muqtarid} (peminjam)
Muqtarid} (peminjam) harus merupakan orang yang ahliyah
mua>malah.Maksudnya muqtarid} sudah baligh, berakal sehat, dan tidak
mahjur (bukan orang yang oleh syariat tidak diperkenankan untuk mengatur
sendiri hartanya karena faktor-faktor tertentu).Sehingga anak kecil atau
orang gila yang melakukan pinjaman tidak sah dan tidak memenuhi syarat.
c. Qarad} (harta yang dipinjamkan atau objek akad)
Objek akad Ulama Maliki, Syafii, dan Hambali berpendapat bahwa
diperbolehkan melakukan qard} atas semua benda yang bisa dijadikan objek
akad salam, baik itu barang yang ditakar dan ditimbang seperti emas, perak,
dan makanan maupun dari harta qimmiyat seperti barang dagangan,
binatang dan barang yang dijual satuan. Alasannya yaitu sesuatu yang dapat
13
26
dijadikan objek salam dimiliki dengan akad jual beli dan identifikasi
dengansifatnya, sehingga ia boleh dijadikan objek akad qard} seperti halnya
barang yang ditakar dan ditimbang.14
d. S}ighat (ijab dan kabul)\
S}ighat yang dimaksud adalah ijab dan kabul. Tidak ada perbedaan
dikalangan fukaha bahwa ijab itu sah dengan lafal hutang dan dengan semua
lafal yang menunjukkan maknanya , seperti kata, ‚Aku memberimu hutang‛
atau ‚Aku menghutangimu‛. Demikian pula kabul sah dengan semua lafal
yang menunjukkan kerelaan, seperti ‚Aku berhutang‛ atau ‚Aku Menerima‛ dan lain sebagaiannya.15
4. Berakhirnya akad qard}
Akad qard}apabila qarad} atau objek akad ada pada muqtarid} (orang yang
meminjam), telah diserahkan atau dikembalikan kepada muqrid} (pemberi
pinjaman) sebesar pokok pinjaman, pada jatuh tempo atau waktu yang telah
disepakati diawal perjanjian.
Akad qard} juga berakhir apabila dibatalkan oleh pihak-pihak yang
berakad karena alasan tertentu.Dan apabila muqtarid} (orang yang berhutang)
meninggal dunia maka qard} atau pinjaman yang belum dilunasi menjadi
tanggungan ahli warisnya, jadi ahli warisnya berkewajiban melunasi hutang
14
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Addilatuhu, terj. Abdul Hayyie Al-Kaffaani (Jakarta: Gema Insani, 2011), 337.
15
27
tersebut.Tetapi qarad} dapat dianggap lunas atau berakhir jika si muqrid}
(pemberi pinjaman) menghapus hutang tersebut dan menganggapnya lunas.
5. Aplikasi qard} dalam perbankan syariah
Akad qard} biasanya diterapkan sebagai berikut:
a. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas
dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa
yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikannya secepatnya
sejumlah uang yang dipinjamnya itu.
b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak
bisa menarik dananya. Misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
c. Sebagai produk untuk menyumbangkan usaha yang sangat kecil atau
membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal
suatu produk khusus yaitu qard} al-h}asan.
d. Sebagai dana talang untuk jangka waktu singkat, maka nasabah akan
mengembalikannya dengan cepat, seperti compensating balance dan
factoring (anjak piutang).
Pinjaman qard} biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya
sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami overdraft.
Fasilitas ini dapat merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk
memudahkan nasabah bertransaksi. Aplikasi qard} dalam perbankan ada empat
28
a. Sebagai pinjaman talangan haji.
b. Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah.
c. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil.
d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank.16
Gambar 2:1
Skema Qard} dalam Perbankan Syariah
PERJANJIAN QARD}
Tenaga Kerja Modal
100%
100% kembali
modal
Sumber: Skema transaksi akad qard} dalam buku Muh. Sholihuddin, Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam.
B.Akad al-Ija>rah
1. Pengertian al-Ija>rah
Secara etimologis ija>rah berasal dari kata ’ajara ya’juru yang berarti
upah.Adapun ija>rah secara terminologis adalah transaksi atas suatu manfaat
16
Muh. Sholihuddin, Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam II (Akad Tabarru’ dalam Hukum Islam), (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 83.
NASABAH BANK
Proyek Usaha
29
yang mubah yang berupa barang tertentu atau yang dijelaskan sifatnya
dalamtanggungan dalam waktu tertentu, atau transaksi atas suatu pekerjaan
yang diketahui dengan upah yang diketahui pula.17
Menurut ulama Syafiiija>rah ialah suatu jenis akad atau transaksi
terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu bersifat mubah dan boleh
dimanfaatkan dengan cara memberi imbalan tertentu.18
Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya yang berjudul Bank Syariah
dari Teori ke Praktik, berpendapat bahwa, al-Ija>rah adalah akad pemindahan
hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milki>yah) atas barang itu
sendiri.19 Sedangkan Kamaluddin A. Marzuki sebagai penerjemah fiqih
sunnah karya Sayyid Sabiq dalam buku Hendi Suhendi menjelaskan makna
ija>rah dengan sewa menyewa.20 Dalam konteks perbankan syariah, ija>rah
adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan
peralatan (equipment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan biaya yang
sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).21
Definisi lain menjelaskan bahwa ija>rah merupakan kontrak antar bank
syariah sebagai pihak yang menyewakan barang dan nasabah sebagai
17
Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, EnsklopediFiqih Muammalah…, 311.
18
Asy-Sarbaini al-Khatib, Mughni al-Mukhtaz (Beirut: Da>r al-Fikr, 1978), Jilid II, 223. 19
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek( Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 117.
20
Hendi Suhendi, Fiqih Muammalah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), 113. 21
30
penyewa. Barang-barang yang dapat disewakan pada umumnya yaitu aset
tetap, seperti gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, dan aset tetap
lainnya.22
2. Dasar hukum ija>rah
Dasar hukum atau rujukan ija>rah adalah Alquran, Sunah dan Ijmak.
Dasar hukum ija>rah dalam Alquran adalah:
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Albaqarah: 233)23
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. (Alqashas: 26)24
Dasar hukum dari Hadis adalah:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasullah bersabda, ‚Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu‛.(HR. Ahmad dan Bukhari Muslim).25
22
Ismail, Perbankan Syariah(Jakarta: Kecana Penada Media Group, 2011), 159. 23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya(Bandung: CV. Penerbit J-ART. 2005), 47.
24
Ibid., 47. 25
31
Landasan ijma’nya ialah umat islam pada masa sahabat telah sepakat
memperbolehkan akad ija>rah sebelum sebelum keberadaan asham, Ibnu
Ulayyah, dan lainnya. Hal itu didasarkan pada kebutuhan masyarakat
terhadap manfaat ija>rah sebagaimana kebutuhan mereka terhadap barang
yang riil.26
3. Rukun dan syarat ija>rah
Rukun ija>rah ada empat, yaitu: 1) s}ighah, 2) muta’a>qidain (dua pihak
yang melakukan transaksi), 3) ma‘qu>d ‘alaih (manfaat yang ditransaksikan),
dan 4) upah.
a. S}ighah (ijab dan kabul)
Yang dimaksud dengan s}ighah transaksi ija>rah adalah sesuatu yang
digunakan untuk mengungkapkan maksud muta‘a>qidain, yakni berupa
lafal atau sesuatu yang mewakilinya, seperti lafal menyewa,
memperkejakan, atau semisal ungkapan ‚aku meminjamkan rumah ini
kepadamu selama sebulan dengan bayaran sekian‛. Hal imi karena pinjam
meminjam berupa upah berarti ija>rah.Bisa juga dengan lafal ‚aku berikan manfaatnya kepadamu selama sebulan dengan harga sekian‛.Kemudian
orang yang menyewa berkata ‚aku terima‛.27
26
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa…, 386.
27
32
b. Muta‘a>qidaian (dua pihak yang melakukan transaksi)
Muta’a>qidain yaitu orang yang menyewakan dan orang yang
menyewa. Ada dua syarat bagi muta‘a>qidain, yaitu sebagai berikut:
1. Mempunyai hak tas}aruf (membelanjakan harta). Jadi, tidak sah ija>rah
yang dilakukan oleh orang gila dan anak kecil yang belum dapat
membedakan anatara yang baik dan yang buruk.
2. Keduanya melaksanakan transaksi ija>rah secara suka sama suka. Jika
terjadi pemaksaan, ija>rah tidak sah.
c. Ma‘qu>d ‘alaih (manfaat yang ditransaksikan)
Ada lima syarat bagi ma‘qu>d ‘alaih, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat barang yang disewakan.
2. Ija>rah hanya pada manfaat barang yang ditransaksikan, bukan untuk
menghabiskan atau merusak barang tersebut.
3. Manfaat pada ija>rah adalah sesuatu yang mubah (boleh).
4. Manfaat barang yang disewakan dapat diperoleh secara hakiki dan
syar’i. jadi, tidak sah menyewakan binatang yang melarikan diri, tidak
boleh menyewakan barang hasil kejahatan.
5. Manfaat sesuatu yang disewakan dapat diketahui sehingga dapat
33
6. Hendaklah benda yang menjadi objek sewa-menyewa dan
upah-mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dapat diserahkan kepada
penyewa.
d. Upah
Upah adalah sesuatu yang wajib diberikan oleh penyewa sebagai
kompensasi dari manfaat yang ia dapatkan. Dan disyaratkan diketahui
jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam sewa-menyewa maupun
dalam upah-mengupah.28
4. Jenis-jenis ija>rah
Berdasarkan objeknya, ija>rah terdiri dari:
a. Ija>rah dimana objeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil, sewa
rumah, dan lain-lain.
b. Ija>rahdimana obyeknya adalah manfaat dari tenaga seseorang seperti jasa
taxi, jasa guru, dan lain-lain.29
Pendapatan yang diterima dari transaksi ija>rah disebut ujrah.al-ujrah
ialah imbalan yang diperjanjikan dibayar oleh pengguna manfaat sebagai
imbalan atas manfaat yang diterimanya.30
28
Ibid., 317. 29
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan(Jakrta: PT RajaGRafindo Persada, 2004), 140.
30
34
Dalam transaksi keuangan, ija>rah terdiri dari:
a. Ija>rah, dalam akad ija>rah aset tetap akan dikembalikan kepada pihak yang
menyewakan bila masa sewa berakhir. Ija>rah dalam perbankan dikenal
dengan operational lease, yaitu kontrak sewa antara pihak menyewakan
dan pihak penyewa, dimana pihak penyewa harus membayar sewa sesuai
dengan perjanjian, dan pada saat jatuh tempo, aset yang disewa harus
dikembalikan kepada pihak yang menyewakan.31
b. Ija>rah muntahiya bittamli>k, dalam akad ija>rah muntahiya bi al-tamli>k aset
akan berubah status kepemilikannya menjadi milik penyewa pada saat
masa sewa jatuh tempo. Ija>rah muntahiya bi al-tamli>k dalam perbankan
dikenal dengan financial lease, yaitu gabungan antara transaksi sewa dan
jual beli, karena pada akhir masa sewa, penyewa diberi hak opsi untuk
membeli objek sewa. Pada akhir masa sewa, objek sewa akan berubah dari
milik leassor menjadi milik lessee.32
5. Pembatalan dan berakhirnya ija>rah
Ija>rah adalah jenis akad lazim, yaitu akad yang tidak membolehkan
adanya fasakh pada salah satu pihak, karena ija>rah merupakan akad
pertukaran, kecuali bila didapati hal-hal yang mewajibkan fasakh.
Ija>rahakan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai berikut:33
31
Ismail, Perbankan Syariah…, 160. 32
Djoko Muljono, Buku Pintar Akutansi…, 253.
33
35
a. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan penyewa.
b. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menjadi runtuh dan
sebagainya.
c. Barang yang disewakan tidak dapat dimanfaatkan.
d. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ija>rah telah berakhir.
Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada
pemiliknya, dan apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang, maka ia
berhak menerima upahnya. Kedua hal ini disepakati oleh seluruh ulama
fiqih.
e. Menurut ulama Hanafi, wafatnya seseorang yang berakad, karena akad
ija>rah menurut mereka tidak boleh diwariskan. Sedangkan menurut
jumhur ulama, akad ija>rah tidak batal dengan wafatnya salah seorang yang
berakad, karena manfaat menurut mereka boleh diwariskan dan ija>rahsama
dengan jual beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad.
f. Menurut Hanafi, boleh fasakhija>rahdari salah satu pihak, seperti yang
menyewa toko untuk dagang, kemudian dagangannya ada yang mencuri,
maka ia boleh menfasakhkan penyewaan tersebut.34
34
36
6. Aplikasi akad ija>rah pada lembaga keuangan syariah (LKS)
Bank-bank Islam yang mengoperasikan produk ija>rah, dapat melakukan
leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial lease.Akan
tetapi, pada umumnya bank-bank tersebut lebih banyak menggunakan ija>rah
muntahiya bi al-tamli>k karena lebih sederhana dari sisi pembukuan.Selain itu,
bank pun tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan aset, baik pada saat
leasing maupun sesudahnya.
Pada perjanjian ija>rah, seperti halnya pada leasing yang diberikan oleh
lembaga pembiayaan tradisional, pada akhir perjanjian ija>rah barang yang
disewa itu kembali pada pihak yang menyewa barang, yaitu bank.35Pada
perjanjian ija>rah sepanjang masa perjanjian ija>rah tersebut kepemilikan atas
barang tetap berada pada bank. Setelah barang kembali pada akhir masa
ija>rah, bank dapat menyewakannya kembali pada pihak lain yang berminat
atau menjual barang itu dengan memperoleh harga atas penjualan barang
bekas (second hand) tersebut. Berikut ini adalah skema akad ija>rah pada
Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
35
Sultan Remy Syahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
37
a. Skema transaksi aka ija>rah dengan Obyek Manfaat Barang
Gambar: 2.2
Skema Transaksi Akad Ija>rah dengan Obyek Manfaat Barang
Sumber: Skema transaksi akad ija>rah dengan obyek manfaat tenaga/jasa dalam buku Sunarto Zulkifli, Panduan Transaksi Perbankan Syariah
b. Skema transaksi akad ija>rah dengan obyek manfaat tenaga/jasa36
Gambar: 2.3
Skema Transaksi Akad Ija>rah dengan Obyek Manfaat Jasa
Sumber: Skema transaksi akad ija>rah dengan obyek manfaat tenaga/jasa dalam buku Sunarto Zulkifli, Panduan Transaksi Perbankan Syar
36
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi…, 44.
1.AkadIja>rah
3. Pengalihan hak guna barang 4. Pengembalian barang saat akhir masa akad
Muajjir Musta’jir
2. Pembayaran Ujrah
Musta’jir Muajjir
2. Pembayaran tunai
38
C.Akad Kafa>lah
1. Pengertian kafa>lah
D}amina-yad}manu, fahuwa d}a>min, artinya kafa>lahu ‚menjamin
sesuatu‛. D}a>mina ar-rajulu d}a>manan, berarti seorang laki-laki benar-benar
menjamin atau menetapkan diri untuk membayarkan orang lain sesuatu yang
ia tidak dapat membayarnya. D}a>min adalah orang yang menjamin (ka>fil),
orang yang mengambil konsekuensi, dan pembayar hutang.37
Muhammad Syafi’I Antonio dalam bukunya yang berjudul Bank Syariah dari Teori ke Praktik, berpendapat bahwa, kafa>lah merupakan jaminan
yang diberikan oleh penanggung (ka>fil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafa>lah
juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.38
Sedangkan menurut Adrian Sutedi dalam bukunya perbankan syariah
tinjauan dan beberapa segi hukum, berpendapat bahwa, kafa>lah adalah
transaksi dimana pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas kegiatan
yang dilakukan oleh pihak kedua, sepanjang sesuai dengan yang diperjanjikan
dimana pihak pertama menerima imbalan berupa fee.Jadi kafa>lah adalah akad
pemberian jaminan yang diberikan oleh ka>fil (penjamin/bank) kepada makfu>l
37
Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar,EnsklopediFiqih Muammalah…, 316.
38
39
anhu (penerima jaminan) dan penjamin bertanggung jawab atas pemenuhan
kembali suatu kewajiban yang menjadi hak penerima jaminan.39
Menurut Bank Indonesia, dalam bukunya Sunarto Zulkifli yang
berjudul panduan praktis transaksi perbankan syariah.Kafa>lah adalah akad
pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada pihak lain dimana
pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang
yang menjadi hak penerima jaminan.40
2. Dasar hukum akad kafa>lah
Dasar hukum untuk akad kafa>lah dapat dipelajari dalam Alquran pada
bagian yang mengisahkan Nabi Yusuf. yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya. (Yusuf: 72)41
Kata za’i>m dalam ayat diatas bermakna ka>fil atau dha>min (pihak yang
bertindak sebagai penjamin). Dalam surat yusuf ini yang dimaksud adalah
gha>rim, yaitu orang yang bertanggung jawab atas pembayaran.42
39
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum(Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 107.
40
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi…, 31. 41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya(Bandung: CV. Penerbit J-ART. 2005), 327.
42
40
Di dalam sunah, dari Abi Umamah bahwa Rasulullah saw, bersabda:
ٍ َا ََِ َِ ُ ّ وو ي ع ّ ل ى ص ِِل ن
...
ُ ْ َد ِْي َع ْلَ َُف َل َاَا ْوُل َا ًئْيَش َكَ َُ ْلَ َل َ َُف
ىّ َ َف ُُُْ َد يَ َعو هاوور ِْيَ َع ّلص َ َد َ َُا وب ل ا ْ ُكِبِح َص ى ع ْو َص َل َا َ ُْيِن َنَد ُةَثَاَث ْوُل َا
ِْيَ َع
Telah dihadapkan kepada Rasullah saw (mayat seorang laki-laki untuk dishalatkan)… Rasullah saw bertanya ‚apakah dia mempunyai warisan‛ para sahabat menjawab ‚tidak. Rasullah bertanya lagi, ‚apakah dia mempunyai hutang‛ sahabat menjawab ‚ya, sejumlah tiga dinar‛.Rasullah pun meyuruh para sahabat menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak).Abu Qatadah lalu berkata, ‚saya menjamin hutangnya, ya Rasulullah‛.Maka Rasullah pun menshalatkannya mayat tersebut. (HR Bukhari)43Adapun ijmak, maka secara garis besar kaum Muslimin sepakat bahwa
al-dhamman (jaminan) adalah boleh, karena memang dibutuhkan oleh manusia
dan guna membantu menghilangkan beban dari diri orang yang berhutang.44
Adapun fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional yang membolehkan akad
kafa>lah adalah sebagai berikut:
a. Fatwa Nomor: 11/DSN-MUI/IV/2002 tentang Kafa>lah
b. Fatwa Nomor: 74/DSN-MUI/I/2009 tentang Penjaminan Syariah
c. Fatwa Nomor: 44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa
3. Rukun dan syarat kafa>lah
Rukun kafa>lah menurut imam Abu Hanifah adalah ijab dan kabul,
maksudnya ialah dari pihak kafi>l (penjamin) dan qabul dari ad-da>’in (pihak
43
Muhammad Nasruddin al-Albani, S}ah}i>hIma>m al-Bukha>ri> (Riyad: Ashar’iyyah al-Jadidah, 2002), 100.
44
41
yang berpiutang atau yang memiliki hak, makfu>l lahu).45 Sedangkan menurut
mayoritas ulama, rukun dan syarat kafa>lah ada empat, yaitu:
a. D}a>min atau orang yang menjamin (kafi>>l, yaitu setiap orang yang sah untuk
mentsharufkan hartanya. Maka oleh karena itu, tidak sah penjaminan atau
kafa>lah yang diberikan oleh anak kecil dan safi>h, yaitu orang yang tidak
sah melakukan pentasarufan terhadap hartanya karena tidak memiliki
kemampuan mengelola dan membelanjakan hartanya dengan baik dan
benar).46 Disyaratkan:
1. Orang yang menjamin harus orang yang berakal dan baligh.
2. Merdeka dalam mengelola harta bendanya dan atas kehendak sendiri,
dengan demikian anak-anak, orang gila dan orang yang dibawah
pengampuan tidak dapat menjamin.
b. Mad}mu>n atau sesuatu yang dijamin (makfu>l bihi, yaitu setiap hak yang
boleh diwakilkan, yaitu hutang atau barang yang statusnya tertanggung.
Ini adalah dalam hal yang berkaitan dengan harta benda). Disyaratkan:
1. Mendapatkan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik berupa
uang, benda maupun pekerjaan.
2. Bisa dilaksanakan oleh penjamin.
3. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinnya.
4. Tidak bertentangan dengan syariah.
45
Abdul Hayyie al-Kattani, Terjemah Fiqih…, 38.
46
42
Adapun hutang yang belum positif dan mengikat, maka sudah tidak
diperselisihkan bahwa tidak boleh menjamin hutang yang belum positif
dan mengikat seperti itu, kecuali jika hutang tersebut dipastikan nantinya
akan positif dan mengikat. Menurut jumhur ulama, apabila hutang itu
memang nantinya akan positif dan mengikat maka boleh menjaminnya.
Seperti bonus atau kompensasi dalam akad ji’a>lah, atau seperti perkataan
seorang kafi>l kepadamakfu>l lahu, ‚lakukan transaksi tidak secara tunai
dengannya, atau lakukanlah transaksi jual beli dengannya, dan aku yang
menjamin‛. Hal ini berdasarkan bukti bahwa jumhur ulama
memperbolehkan penjaminan terhadap sesuatu yang dilemparkan ke
lautan sebelum itu dilakukan seperti perkataan, ‚ lemparkanlah barangmu
ke laut dan aku yang menjamin barangmu‛.47
c. Mad}mu>n ‘anhu atau pihak yang dijamin (makfu>l ‘anhu, yaitu setiap orang
yang memiliki tanggungan harta yang harus dibayar).48 Disyaratkan:
1. Harus memiliki kemampuan untuk menyerahkan obyek kafa>lah baik
secara langsung maupun diwakilkan.
2. Harus diketahui atau dikenal secara baik oleh ka>fil.
d. Makfu>l lah, yaitu orang yang berpiutang. Disyaratkan:
1. Harus jelas atau sudah dikenal atau diketahui ka>fil.
47
Ibid., 57. 48
43
2. Berakal, tidak sah kafa>lah atas orang gila, anak kecil yang belum
mengerti.
e. S}ighat atau ijab adalah pernyataan yang diucapkan oleh penjamin,
disyaratkan keadaan s}ighat mengandung makna menjamin, tidak
diuntungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.49S}ighathanya
diperlukan bagi pihak penjamin. Dengan demikian kafa>lah hanya
pernyataan sepihak saja.
4. Macam-macam kafa>lah
Kafa>lah, sebagaimana dalam aplikasi perbankan syariah merupakan
penjaminan yang diberikan oleh bank syariah kepada pihak lain, bila pihak
terjamin tidak mampu melaksanakan kewajibannya.Kafa>lah dalam aplikasi
perbankan syariah dibedakan beberapa jenis, yaitu:50
a. Kafa>lah bin al-nafs
Merupakan jaminan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain
yang mengajukan utang kepada pihak lain. Dalam aplikasi bank syari’ah,
kafa>lah bi al-nafs diberikan oleh seseorang yang menjamin orang lain yang
mengajukan pembiayaan di bank syariah.
49
Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muammalah) (Surabaya: Uin Ampel Press, 2014), 113.
50
44
b. Kafa>lah bi al-ma>l
Merupakan jaminan pembayaran barang atau pelunasan
utang.Jaminan ini dapat diberikan oleh bank syariah kepada nasabahnya
dengan imbalan berupa fee.
c. Kafa>lah bi tasli>m
Jenis kafa>lah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas
barang yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir.
Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk
kepentingan nasabahnya dalam bentuk kerja sama dengan perusahaan
penyewaan (leasing company). Jaminan pembayaran bagi bank dapat
berupa deposito/tabungan dan bank dapat membebankan uang jasa (fee)
kepada nasabah itu.
d. Kafa>lah al munjazah
Kafa>lah al munjazah adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh
jangka waktu dan untuk kepentingan/tujuan tertentu.Salah satu bentuk
kafa>lah al-munjazah adalah pemberian jaminan yang diberikan oleh
penjamin atas pekerjaan yang dilakukan oleh pihak yang dijamin.
e. Kafa>lah al mua>‘laqah
Bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafa>lah
al-munjazah baik oleh industri, perbankan maupun asuransi.51
51
45
5. Berakhirnya akad kafa>lah
Apabila orang yang ditanggung tidak ada atau ghaib, ka>fil
berkewajiban menjamin. Dan ia tidak dapat keluar dari kafa>lah, kecuali dengan
jalan memenuhi hutang darinya.52
Kafa>lah habis masa berlakunya karena hal-hal sebagai berikut:
a. Hutang telah dibayar, baik yang membayar itu adalah ka>fil (penjamin),
orang yang berhutang, maupun orang lain.
b. Orang yang memberi hutang membebaskan kepada ka>fil (penjamin) atau
orang yang berhutang. Jika da>’in (orang yang memberi hutang)
membebaskan hutang madin (orang yang berhutang), maka ka>fil
(penjamin) secara otomatis juga terbebas dari tanggung jawab.
c. Jika ka>fil (penjamin) telah melakukan s}ulh}(perdamaian) dengan da>’in
(orang yang memberi hutang) dengan kompensasi tertentu, maka orang
yang ditanggung terbebas dari tanggung jawab kepada da’in. akan tetapi,
kafi>l berhak mendapat ganti rugi dari orang yang ditanggung dengan lebih
sedikit dari hutangnya atau senilai dengan kompensasi yang diberikan
dalam perdamaian.
52
46
d. Ka>fil (penjamin) dan madi>n (orang yang berhutang) boleh memindahkan
kewajibannya terhadap da>’in (orang yang memberi hutang) kepada orang lain karena pemindahan hutang (h}iwa>lah).
e. Jika barang yang dijamin rusak, dengan demikian masa berlakunya kafa>lah
telah habis, seperti seorang menanggung harga suatu barang. Kemudian
jual beli itu batal karena barangnya tidak memenuhi syarat yang
disepakati.
f. Da>’in (orang yang memberi hutang) meninggal dunia, sedangkan
satu-satunya ahli waris adalah madi>n (orang yang berhutang). Dalam kondisi
seperti ini ka>fil terbebas dari kafa>lah.
6. Aplikasi kafa>lah pada lembaga keuangan syriah (LKS)
Produk kafa>lah dalam Lembaga Keuangan Syariah disebut juga dengan
bank garansi (kafa>lah).Kafa>lah adalah transaksi dimana pihak pertama bersedia
menjadi penanggung atas kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua, sepanjang
sesuai dengan yang diperjanjikan dimana pihak pertama menerima imbalan
berupa fee atau komisi.Jadi kafa>lah adalah akad pemberian jaminan yang
diberikan oleh ka>fil (penjamin/bank) kepada makfu>l (penerima jaminan) dan
penjamin bertanggung jawab atas pemenuhan kembali suatu kewajiban yang
menjadi hak penerima jaminan.53
53
47
Kafa>lah dapat digunakan untuk pemberian jasa bank, antara lain:
garansi bank, standby L/C, Pembukaan L/C impor, akseptasi, endosemen, dan
aval. Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran
suatu kewajiban pembayaran.Dalam akad kafa>lah, penjamin dapat menerima
imbalan (fee) sepanjang tidak memberatkkan.Kafa>lah dengan imbalan bersifat
BAB III
PRODUK PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI PT TABUNG HAJI UMRAH HANAN NUSANTARA SURABAYA DAN BMT SIDOGIRI SEPANJANG
SIDOARJO
A.Produk Pembiayaan Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara Surabaya
1. Sejarah Berdirinya PT Tabung Haji Umrah Hanan Nusantara Surabaya
Sejarah berdirinya PT Tabung Haji Umrah dilatar belakangi dengan
survey public yang dilakukakan oleh bapak yulianto, SE. Beliau merupakan
pemilik yulianto fondation, yang bergerak di rumah sakit, lembaga pelatihan,
olahraga, dan mengelola beberapa perusahaan. Survey public yang dilakukan
oleh bapak yulianto SE yaitu, dimana tertundanya orang muslim di indonesia
untuk pergi ke baitullah melaksanakan haji dan umrah adalah pola fikir,
menside masyarakat pada rukun Islam yang kelima adalah pergi haji bila
mampu, sehingga masyarakat muslim berfikir hanya orang yang mampu saja
untuk berkewajiban pergi ke baitullah, kebanyakan mereka mengukur
kemampuan dari segi duniawi dalam arti materi bukan kemampuan dari segi
rohani. Menurut beliau hanya 3% dari 60% penduduk muslim di Indonesia
yang melaksanakana haji dengan pola fikir bahwa haji tidak harus kaya dan
mampu.
Dari berbagai komponen inilah yang mendorong bapak yulianto, SE