• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Hasil Penelitian. emosional bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengasuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Hasil Penelitian. emosional bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengasuhan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Hasil Penelitian 1. Orientasi Kancah

Penelitian mengenai pengasuhan kenabian dan kesehatan sosial emosional bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengasuhan kenabian dengan kesehatan sosial emosional pada remaja SMA di Yogyakarta. Penelitian ini melibatkan 332 siswa siswi aktif dengan jumlah laki-laki sebanyak 118 siswa dan perempuan berjumlah 214 siswa dengan rentang usia 15-18 tahun. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 6 Yogyakarta didapatkan 127 responden dari empat kelas berbeda yaitu kelas X IPS 1, X IPA 1, XI IPA 4, dan XI IPS 2. Selanjutnya di SMA Negeri 11 Yogyakarta didapatkan 103 responden dari empat kelas berbeda yaitu kelas X IPS 1, X IPS 2, XI IPA 1, dan XI IPS 2. Lalu yang terakhir di SMA Negeri 2 Ngaglik didapatkan 102 responden terdiri dari empat kelas berbeda yaitu, X IPS 1, X IPS 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengisi kuesioneir online yang telah disiapkan oleh peneliti. Selama proses pengambilan data, peneliti membantu menyediakan koneksi internet bagi yang tidak memiliki akses internet dan meminjamkan handphone dan laptop bagi yang tidak membawa handphone.

(2)

Yogyakarta. Sekolah ini dulunya dianggap sebagai sekolah tawuran dan sebelum tahun 2005, siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta dulunya sering terlibat tawuran dan perkelahian, bahkan siswa-siswanya tidak dapat dikendalikan dan sulit diatur oleh guru karena energi tawurannya yang tinggi, bahkan terkadang guru-guru menerima akibat kekerasan dari mereka. Namun seiring berjalannya waktu SMA Negeri 6 Yogyakarta menjadi satu-satunya sekolah penelitian di Indonesia atau dijuluki sebagai The Research School Jogja. Pihak sekolah berupaya untuk mengubah dan mengendalikan energi tawuran yang tinggi menjadi energi yang positif.

Lalu, SMA Negeri 11 Yogyakarta yang berlokasi di Jalan A.M Sangaji No. 50 Yogyakarta didirikan pada tahun 1989. Melalui wawancara dari salah satu alumni SMA Negeri 11 Yogyakarta, sebelum tahun 2013 sekolah ini aktif terlibat tawuran. Pada tahun 2011, dua murid SMA Negeri 11 Yogyakarta karena terlibat tawuran dan sebelum ditangkap polisi mereka sempat berkelahi dengan anggota intel bahkan tidak hanya itu, mereka juga mengantongi stun gun guna untuk melindungi diri dari serangan musuh (www.tribunnews.com). Kemudian, SMA Negeri 2 Ngaglik yang berlokasi di Jalan Besi Jangkang KM 2, Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman yang mulai berdiri pada tahun 1983. Pada tahun 2012, sekolah ini pernah terlibat tawuran dengan sekolah lain yang disebabkan karena kelompok SMA Negeri 2 Ngaglik melempar batu ke segerombolan kelompok sekolah lain dan mengakibatkan terjadinya tawuran (tribunnews.com).

(3)

2. Persiapan Penelitian

Berikut adalah persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan pengambilan data penelitian:

a. Persiapan Administrasi

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti membuat surat izin terlebih dahulu ke Dekanat Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Setelah itu, peneliti mengajukan perizinan penelitian berupa proposal ke Kesbangpol, lalu setelah mendapatkan surat izin dari Kesbangpol surat itu diteruskan ke Dinas Pendidikan dan Olahraga di kota Yogyakarta, lalu dari Dinas Pendidikan dan Olahraga baru akan mengeluarkan surat izin untuk diberikan ke SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 11 Yogyakarta, dan SMA Negeri 2 Ngaglik. Peneliti melakukan uji coba alat ukur pada tanggal 13 November 2018 di MAN 4 Pakem berjumlah 34 subjek. Setelah itu peneliti melakukan pengambilan data pada tanggal 19 Februari 2019.

b. Persiapan Alat Ukur

Persiapan pertama yang dilakukan peneliti adalah menyiapkan alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan oleh peneliti terdiri dari dua skala yaitu skala pengasuhan kenabian ayah dan pengasuhan kenabian ibu yang diadaptasi dari Ika

(4)

(2010), dan skala kesehatan sosial emosional diadaptasi oleh Furlong dkk (2016).

1. Skala Pengasuhan Kenabian

Skala pengasuhan kenabian diadaptasi dari Suwaid (2010) yang memiliki 8 aspek yaitu menampilkan suri tauladan yang baik, mencari waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan, bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak, menunaikan hak anak, membelikan mainan anak, membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan, tidak suka marah dan mencela, dan mendoakan Anak. Jumlah aitem didalam skala pengasuhan kenabian ayah dan pengasuhan kenabian ibu berjumlah 30 aitem.

2. Skala Kesehatan Sosial Emosional

Skala kesehatan sosial emosional yang digunakan pada penelitian ini diadaptasi dari Furlong dkk (2016) yang berjumlah 4 aspek yang terdiri dari aspek kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan pada orang lain, kompetensi emosi, dan keterlibatan hidup yang totalnya berjumlah 36 aitem.

(5)

c. Uji Coba Alat Ukur

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji coba terhadap alat ukur pengasuhan kenabian dan kesehatan sosial emosional dengan cara membagikan kuesioner yang berbentuk papertest kepada siswa dan siswi yang ada di MAN 4 Pakem yang dilaksanakan pada tanggal 13 November 2018 yang berjumlah 34 orang dengan melibatkan laki-laki dan perempuan, untuk melihat seberapa baik validitas dan reliabilitas pada kedua variabel ini. Kuesioner yang dibagikan dan memenuhi kriteria dengan mengisi angket pernyataan dan identitas secara lengkap akan dianalisis lebih lanjut. Setelah melakukan pengambilan data uji coba alat ukur, data dianalisis oleh peneliti menggunakan SPSS versi 25.0 for windows.

d. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Berdasarkan hasil dari uji coba alat ukur yang telah dilakukan, maka peneliti melakukan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui dan menguji validitas dan reliabilitas pada kedua alat ukur menggunakan SPSS versi 25.0 for windows. 1. Skala Kesehatan Sosial-Emosional

Hasil yang diperoleh dari uji coba alat ukur pada skala kesehatan sosial emosional yang terdiri dari 36 aitem, terdapat

(6)

30, sementara aitem lainnya sahih. Sementara itu, hasil dari uji coba pada skala Kesehatan Sosial Emosional memperoleh koefisien reliabilitas cronbach alpha sebesar 0,859. Berikut ini merupakan tabel distribusi aitem dari skala Kesehatan Sosial Emosional.

Tabel 9

Distribusi Aitem Skala Kesehatan Sosial-Emosional Setelah Uji Coba

Aitem Pernyataan

Aspek Favorable Jumlah

Kepercayaan pada Diri Sendiri 1,2,3,4,5,6,(7),8,(9) 7 Kepercayaan pada Orang Lain 10,(11),(12),13,14,15,(16), (17),18 5 Kompetensi Emosi 19,20,21,22,23,24,25,26,27 9 Keterlibatan Hidup 28,29,(30),31,32,33,34,35,36 8 Jumlah 29

Catatan: aitem dalam kurung ( ) adalah aitem yang gugur.

2. Skala Pengasuhan Kenabian Ayah

Hasil analisis uji coba alat ukur pada skala pengasuhan kenabian ayah yang terdiri dari 15 aitem yang dinyatakan sahih. Sementara itu, hasil dari uji coba alat ukur pada skala ini memperoleh koefisien reliabilitas cronbach alpha sebesar 0,866. Berikut merupakan distribusi aitem skala pengasuhan kenabian ayah.

(7)

Tabel 10

Distribusi Aitem Skala Pengasuhan Kenabian Ayah Setelah Uji Coba

Aitem Pernyataan

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Menampilkan Suri

Tauladan yang Baik

1,2 14 3

Mencari Waktu yang Tepat Untuk Memberi

Pengarahan

3,4 15 3

Bersikap Adil dan Menyamakan Pemberian Anak

5 6 2

Menunaikan Hak Anak 8 7 2

Mendoakan Anak 9,10 2

Membantu Anak Untuk Berbakti dan Mengerjakan Ketaatan

11,12 13 3

Jumlah 10 5 15

3. Skala Pengasuhan Kenabian Ibu

Hasil analisis uji coba alat ukur pada skala pengasuhan kenabian ibu yang terdiri dari 15 aitem yang dinyatakan sahih. Sementara itu, hasil dari uji coba alat ukur pada skala ini memperoleh koefisien reliabilitas cronbach alpha sebesar 0,821. Berikut merupakan distribusi aitem skala pengasuhan kenabian ibu:

(8)

Tabel 11

Distribusi Aitem Skala Pengasuhan Kenabian Ibu Setelah Uji Coba

Aitem Pernyataan

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Menampilkan Suri

Tauladan yang Baik

1,2 14 3

Mencari Waktu yang Tepat Untuk Memberi

Pengarahan

3,4 15 3

Bersikap Adil dan Menyamakan Pemberian

Anak

5 6 2

Menunaikan Hak Anak 8 7 2

Mendoakan Anak 9,10 2

Membantu Anak Untuk Berbakti dan Mengerjakan Ketaatan

11,12 13 3

Jumlah 10 5 15

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Atas di kota Yogyakarta, yaitu SMA Negeri 2 Ngaglik, SMA Negeri 11 Yogyakarta, dan SMA Negeri 6 Yogyakarta. Pengambilan data pertama dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2019 dengan memasuki dua kelas yang sudah diberi izin oleh Kepala SMA Negeri 6 Yogyakarta sebanyak 56 siswa dengan memberikan kuisioner secara online berupa link dari masing-masing kelas yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Pengambilan data kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2018 dengan memasuki empat kelas yang sudah diberi izin oleh Kepala SMA Negeri 11 Yogyakarta sebanyak 103 subjek.

(9)

Penelitian berikutnya dilanjutkan di SMA Negeri 6 Yogyakarta pada tanggal 21 Februari 2019 dengan memasuki satu kelas dengan jumlah subjek 34 siswa, selanjutnya pada tanggal 22 Februari 2019 memasuki satu kelas sebanyak 37 subjek. Penelitian selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2019 di SMA Negeri 2 Ngaglik dan memasuki tiga kelas yang sudah diberi izin oleh Wakil Kepala SMA Negeri 2 Ngaglik sebanyak 85 subjek., dan pengambilan data terakhir dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2019 dengan memasuki satu kelas yang berjumlah 17 subjek.

Setelah itu peneliti menjelaskan tata cara dan petunjuk dalam pengisian kuisioner yang terdapat pada kolom kuesioner untuk meminta responden menjawab beberapa pernyataan sesuai dengan keadaan dan kondisi responden saat ini. Pengambilan data memakan waktu kurang lebih 30 menit untuk setiap kelasnya.

C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Responden Penelitian

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari pengumpulan data pada penelitian ini terdapat gambaran umum mengenai data demografik mengenai responden penelitian baik dari jenis kelamin, pendidikan, dan usia. Berikut adalah table data responden dalam penelitian ini:

(10)

Tabel 12

Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Jumlah Subjek Persentase (%)

Kelas X 161 48,5% XI 171 51,5% Usia 15 76 22,9% 16 169 50,9% 17 83 25% 18 4 1,2%

Jenis Kelamin Laki-laki 118 35,5%

Perempuan 214 64,5%

Berdasarkan data yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa subjek terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan yang berusia 15-18 tahun. Subjek berasal dari SMA Negeri 2 Ngaglik, SMA Negeri 6 Yogyakarta, dan SMA Negeri 11 Yogyakarta yang terdiri dari kelas X dan XI.

2. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat tinggi dan rendahnya pengasuhan kenabian dan kesehatan sosial emosional pada siswa SMA di Yogyakarta. Deskripsi data penelitian skala pengasuhan kenabian dan kesehatan sosial emosional dijelaskan melalui bentuk pembagian kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 13

Deskripsi Data Penelitian

Variabel Hipotetik Empirik

X Min X Max Mean SD X Min X Max Mean SD PPA 15 75 45 10 27 75 58,52 9,698 PPB 15 75 45 10 23 75 60,27 8,637 KSE 29 145 87 19,3 29 120 93,47 8,797

(11)

PPB : Pengasuhan Kenabian Ibu KSE : Kesehatan Sosial Emosional

Berdasarkan hasil data hipotetik dan empirik yang telah didapatkan, maka peneliti akan melakukan kategorisasi norma persentil yang bertujuan untuk mengetahui norma pengasuhan kenabian dan kesehatan sosial emosional pada siswa SMA di Yogyakarta. Sebelum melakukan kategorisasi, peneliti terlebih dahulu melakukan norma persentil. Peneliti melakukan kategorisasi bertujuan untuk melihat seberapa besar persentase dari masing-masing kelompok responden penelitian pada pengasuhan kenabian ayah, pengasuhan kenabian ibu, dan kesehatan sosial emosional

Tabel 14 Kategorisasi Norma Persentil Kategorisasi X < μ - 1,8σ Sangat Rendah μ - 1,8σ ≤ x < μ - 0,6σ Rendah μ - 0,6σ ≤ x < μ + 0,6σ Sedang μ + 0,6σ ≤ x < μ + 1,8σ Tinggi X > μ + 1,8σ Sangat Tinggi Keterangan : X = Skor Total μ = Mean Empirik

σ = Standar Deviasi Empirik (SD)

Melalui kategorisasi norma persentil, peneliti dapat mengetahui kategori kelompok seluruh subjek pada skala pengasuhan kenabian dan kesehatan sosial emosional sebagai berikut:

(12)

Tabel 15

Norma Kategorisasi Menurut Skor Subjek

Kategorisasi Pengasuhan Kenabian Kesehatan Sosial Emosional Ayah Ibu Sangat Rendah X < 43 X < 44,4 X < 76 Rendah 43 ≤ X < 53,3 44,4 ≤ X < 55 76 ≤ X < 87,7 Sedang 53,5 ≤ X < 63,7 55 ≤ X < 65,5 87,7 ≤ X < 99,3 Tinggi 63,7 ≤ X < 74 65,5 ≤ X < 76 99,3 ≤ X < 111 Sangat Tinggi X > 74 X > 76 X > 111

Berdasarkan pada tabel 15, dapat diketahui bahwa norma kategorisasi pada skala pengasuhan kenabian ayah dapat dikatakan sangat rendah apabila skor total subjek kurang dari 43, rendah apabila skor total subjek lebih besar atau sama dengan 43 dan lebih dari 53,3, sedang apabila total skor subjek lebih besar atau sama dengan 53,3 dan lebih dari 63,7, tinggi apabila total skor subjek lebih besar atau sama dengan 63,7 dan lebih dari 74, dan sangat tinggi apabila total skor subjek lebih dari 74.

Sedangkan norma kategorisasi pada skala pengasuhan kenabian ibu dapat dikatakan sangat rendah apabila skor subjek kurang dari 44,4, rendah apabila skor subjek lebih besar atau sama dengan 44,4 dan lebih dari 55, sedang apabila skor subjek lebih besar atau sama dengan 55 dan lebih dari 65,5, tinggi apabila skor subjek lebih besar atau sama dengan 65,5 dan lebih dari 76, dan sangat tinggi apabila skor subjek lebih dari 76.

Norma kategorisasi pada skala kesehatan sosial emosional dapat dikatakan sangat rendah apabila skor subjek kurang dari 76, rendah apabila skor subjek lebih besar atau sama dengan 76 dan lebih dari 87,7, sedang apabila skor subjek lebih besar atau sama dengan 87,7 dan lebih dari 99,3,

(13)

tinggi apabila skor subjek lebih besar atau sama dengan 99,3 dan lebih dari 111, dan sangat tinggi apabila skor subjek lebih dari 111.

Berdasarkan tabel kategorisasi norma diatas dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase subjek pada setiap kategorisasi sebagai berikut: Tabel 16

Kategorisasi Skala Pengasuhan Kenabian dan Kesehatan Sosial Emosional Kategorisasi Pengasuhan Kenabian Kesehatan Sosial

Emosional Ayah Ibu F % F % F % Sangat Rendah 16 5% 19 6% 11 3% Rendah 58 17% 62 19% 61 18% Sedang 159 48% 140 42% 184 55% Tinggi 91 27% 111 33% 68 20% Sangat Tinggi 8 2% 0 0% 8 2%

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 16, dapat diketahui bahwa subjek dengan tingkat pengasuhan kenabian ayah yang masuk kedalam kategori sangat rendah terdapat sebanyak 16 orang dengan persentase 5%, dalam kategori rendah terdapat sebanyak 58 orang dengan persentase 17%, dalam kategori sedang terdapat sebanyak 159 orang dengan persentase 48%, dalam kategori tinggi terdapat sebanyak 91 orang dengan persentase 27%, dan dalam kategori sangat tinggi terdapat sebanyak 8 orang dengan persentase 2%. Sedangkan subjek dengan tingkat pengasuhan kenabian ibu yang masuk kedalam kategori sangat rendah terdapat sebanyak 19 orang dengan persentase 6%, dalam kategori rendah terdapat sebanyak 62 orang dengan persentase 19%, dalam kategori sedang terdapat sebanyak 140 orang dengan

(14)

persentase 33%, dan dalam kategori sangat tinggi terbanyak sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.

Subjek dengan tingkat kesehatan sosial emosional yang masuk kedalam kategori sangat rendah terdapat sebanyak 11 orang dengan persentase 3%, dalam kategori rendah terdapat sebanyak 61 orang dengan persentase 18%, dalam kategori sedang terdapat sebanyak 184 orang dengan persentase 55%, dalam kategori tinggi terdapat sebanyak 68 orang dengan persentase 20%, dan dalam kategori sangat tinggi terdapat sebanyak 8 orang dengan persentase 2%.

3. Hasil Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui variabel pada penelitian yang telah dikumpulkan berdistribusi secara normal atau tidak normal. Distribusi variabel penelitian dapat dikatakan normal apabila p > 0,05. Berikut ini merupakan hasil analisis uji normalitas yang didapat: Tabel 17

Hasil Uji Normalitas

Variabel KS P Kategori

Pengasuhan Kenabian Ayah 0,052 0,038 Tidak Normal Pengasuhan Kenabian Ibu 0,063 0,004 Tidak Normal Kesehatan Sosial-Emosional 0,88 0,000 Tidak Normal *KS = Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 17, dapat diketahui bahwa skala pengasuhan kenabian ayah dengan koefisien KS = 0,052 dan p = 0,038 (p > 0,05) dikatakan bahwa tidak normal dan pengasuhan kenabian ibu dengan koefisien KS = 0,063 dan p = 0,004 (p > 0,05) dikatakan tidak

(15)

normal. Sedangkan kesehatan sosial emosional dengan koefisien KS = 0,88 dan p = 0,000 (p > 0,05) dikatakan tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas berguna untuk mengetahui apakah pengasuhan kenabian dan kesehatan sosial emosional memiliki hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Variabel dikatakan linier apabila p < 0,05. Berikut hasil analisis yang didapatkan:

Tabel 18

Hasil Uji Linieritas

Variabel F P Kategori Pengasuhan Kenabian Ayah*Kesehatan Sosial Emosional 46,125 0,000 Linier Pengasuhan Kenabian Ibu*Kesehatan Sosial Emosional 42,130 0,000 Linier

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 18, dapat diketahui bahwa pengasuhan kenabian ayah dan kesehatan sosial emosional dikatakan memiliki hubungan yang linier dengan F = 46,125 dan p = 0,000, sedangkan pengasuhan kenabian ibu dan kesehatan sosial emosional dikatakan memiliki hubungan yang linier dengan F = 42,130 dan p = 0,000.

4. Uji Hipotesis

(16)

dengan menggunakan korelasi product moment dari Spearman. Berikut ini merupakan hasil analisis yang diperoleh:

Tabel 19

Hasil Uji Hipotesis

Variabel R P Keterangan

Pengasuhan Kenabian Ayah* Kesehatan Sosial Emosional

0,329 0,000 Diterima

Pengasuhan Kenabian Ibu* Kesehatan Sosial Emosional

0,328 0,000 Diterima

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 19, diketahui bahwa kesehatan sosial emosional dan pengasuhan kenabian ayah memiliki r = 0,329 dan p = 0,000 (p < 0,05), sedangkan kesehatan sosial emosional dan pengasuhan kenabian ibu memiliki r = 0,328 dan p = 0,000 (p < 0,05). Maka hipotesis pada penelitian ini adalah apabila semakin tingginya tingkat pengasuhan kenabian maka semakin tinggi tingkat kesehatan sosial-emosional adalah diterima.

Tabel 20

Sumbangan Efektif Pengasuhan Kenabian Dengan Kesehatan Sosial-Emosional

Variabel R

Kesehatan Sosial Emosional*Pengasuhan Kenabian Ayah

0,329 0,108 Kesehatan Sosial Emosional*Pengasuhan Kenabian

Ibu

0,328 0,107

Berdasarkan tabel 20 diatas, dapat disimpulkan bahwa koefisien determinasi (r²) yang didapat dari pengasuhan kenabian ayah adalah 0,108 yang artinya sumbangan efektif pengasuhan kenabian ayah terhadap kesehatan sosial emosional sebesar 10,8%. Sedangkan koefisien determinasi

(17)

(r²) yang didapat dari pengasuhan kenabian ibu adalah 0,107 yang artinya sumbangan efektif pengasuhan kenabian ibu terhadap kesehatan sosial emosional sebesar pengasuhan kenabian 10,7%. Pengasuhan kenabian ayah dan pengasuhan kenabian ibu mempengaruhi kesehatan sosial emosional remaja.

5. Analisis Tambahan

a. Uji Korelasi Aspek Pengasuhan Kenabian Terhadap Kesehatan Sosial Emosional

Uji korelasi tambahan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keenam dimensi pengasuhan kenabian ayah terhadap kesehatan sosial emosional. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengasuhan kenabian ayah dengan kesehatan sosial emosional pada siswa SMA di Yogyakarta berdasarkan masing-masing aspek pengasuhan kenabian pada aspek menampilkan suri tauladan yang baik dengan nilai p = 0,000, pada aspek mencari waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan dengan nilai p = 0,000, pada aspek bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak dengan nilai p = 0,000, pada aspek menunaikan hak anak dengan nilai p = 0,000, pada aspek mendoakan anak dengan nilai p = 0,000, dan pada aspek membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan dengan nilai p = 0,000.

(18)

Tabel 21

Hasil Uji Korelasi Berdasarkan Aspek Pengasuhan Kenabian Ayah Pengasuhan Kenabian Ayah Kesehatan Sosial

Emosional

Aspek R P

Menampilkan Suri Tauladan yang Baik 0,274 0,000 Mencari Waktu yang Tepat Untuk

Memberikan Pengarahan

0,260 0,000 Bersikap Adil dan Menyamakan Pemberian

Untuk Anak

0,221 0,000

Menunaikan Hak Anak 0,209 0,000

Mendoakan Anak 0,294 0,000

Membantu Anak Untuk Berbakti dan Mengerjakan Ketaatan

0,187 0,000

Uji korelasi tambahan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keenam dimensi pengasuhan kenabian ibu terhadap kesehatan sosial emosional. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengasuhan kenabian ibu dengan kesehatan sosial emosional pada siswa SMA di Yogyakarta berdasarkan masing-masing aspek pengasuhan kenabian pada aspek menampilkan suri tauladan yang baik dengan nilai p = 0,000, pada aspek mencari waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan dengan nilai p = 0,000, pada aspek bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak dengan nilai p = 0,000, pada aspek menunaikan hak anak dengan nilai p = 0,000, pada aspek mendoakan anak dengan nilai p = 0,000, dan pada aspek membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan dengan nilai p = 0,000.

(19)

Tabel 22

Hasil Uji Korelasi Berdasarkan Aspek Pengasuhan Kenabian Ibu Pengasuhan Kenabian Ibu Kesehatan Sosial

Emosional

Aspek R P

Menampilkan Suri Tauladan yang Baik 0,271 0,000 Mencari Waktu yang Tepat Untuk

Memberikan Pengarahan

0,257 0,000 Bersikap Adil dan Menyamakan Pemberian

Untuk Anak

0,244 0,000

Menunaikan Hak Anak 0,258 0,000

Mendoakan Anak 0,314 0,000

Membantu Anak Untuk Berbakti dan Mengerjakan Ketaatan

0,206 0,000

Berdasarkan tabel 21, dapat disimpulkan bahwa aspek menampilkan suri tauladan yang baik mempunyai korelasi paling besar terhadap kesehatan sosial emosional dan aspek menunaikan hak anak memiliki korelasi yang rendah terhadap kesehatan sosial emosional. Sedangkan pada tabel 22, diketahui bahwa korelasi yang paling besar terhadap kesehatan sosial emosional adalah aspek mendoakan anak, dan aspek membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan memiliki korelasi yang rendah terhadap kesehatan sosial emosional.

b. Uji Korelasi Berdasarkan Jenis Kelamin

Analisis tambahan lainnya yang digunakan peneliti yaitu penjabaran kedua variabel penelitian yang ditinjau dari karakteristik responden, yaitu jenis kelamin. Berikut merupakan hasil analisis tambahan yang dilakukan oleh peneliti:

(20)

Tabel 23

Hasil analisis tambahan berdasarkan jenis kelamin Jenis

Kelamin

Variabel R r square Sig Effect size Laki-laki Pengasuhan kenabian ayah terhadap kesehatan sosial emosional 0,261** 0,068 0,006 Small effect Pengasuhan kenabian ibu terhadap kesehatan sosial emosional 0,314** 0,098 0,001 Medium effect Perempuan Pengasuhan kenabian ayah terhadap kesehatan sosial emosional 0,348** 0,121 0,000 Medium effect Pengasuhan kenabian ibu terhadap kesehatan sosial emosional 0,327** 0,106 0,000 Medium effect

Berdasarkan informasi yang didapat dari tabel 23 ditinjau dari jenis kelamin terdapat perbedaan skor pengasuhan kenabian ayah dengan kesehatan sosial emosional pada subjek laki-laki dan pengasuhan kenabian ayah dengan kesehatan sosial emosional pada subjek perempuan. Subjek laki-laki memiliki skor korelasi 0,261 dengan skor koefisien determinasi 0,068 (6,8%) dan nilai signifikansi sebesar 0,006 (p < 0,01), sedangkan subjek perempuan memiliki korelasi sebesar 0,348 dengan skor koefisien determinasi 0,121 (12,1%) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01). Angka tersebut menunjukkan bahwa pengasuhan kenabian ayah memiliki proporsi variabilitas terhadap kesehatan sosial emosional lebih besar pada perempuan daripada laki-laki.

(21)

Kemudian, perbedaan skor pengasuhan kenabian ibu dengan kesehatan sosial emosional pada subjek laki-laki dan pengasuhan kenabian ibu dengan kesehatan sosial emosional pada subjek perempuan. Subjek laki-laki memiliki skor korelasi sebesar 0,314 dengan skor koefisien determinasi 0,098 (9,8%) dan nilai signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,01), sedangkan subjek perempuan memiliki skor korelasi sebesar 0,327 dengan skor koefisien determinasi 0,106 (10,6%) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,001). Angka tersebut menunjukkan bahwa pengasuhan kenabian ibu memiliki proporsi variabilitas terhadap kesehatan sosial emosional lebih besar pada perempuan daripada laki-laki.

D. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian antara pengasuhan kenabian dan kesehatan sosial emosional pada siswa SMA di Yogyakarta diterima atau tidak. Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara pengasuhan kenabian dengan kesehatan sosial emosional pada siswa SMA di Yogyakarta. Hasil uji hipotesis yang didapatkan dari kesehatan sosial emosional dan pengasuhan kenabian ayah yakni r = 0,329 dan p = 0,000 (p < 0,005) yang berarti hipotesis diterima, sedangkan kesehatan sosial emosional danpengasuhan kenabian ibu yakni r = 0,328 dan p = 0,000 (p < 0,005) yang berarti hipotesis diterima.

(22)

pengasuhan kenabian dan kesehatan sosial emosional, semakin tinggi tingkat pengasuhan kenabian, maka semakin tinggi pula tingkat kesehatan sosial emosional seseorang, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengasuhan kenabian ayah dan pengasuhan kenabian ibu sama-sama memiliki korelasi yang sedang karena perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan.

Pada kehidupan sehari-hari, keluarga merupakan tempat utama dan pertama seseorang dalam melakukan interaksi maupun mengembangkan potensi untuk pertama kalinya. Maka dari itu, keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan seseorang, salah satunya adalah untuk mencapai kesehatan sosial emosional. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Silitonga dan Pardede (2015) bahwa perkembangan emosional remaja sangat ditentukan oleh pola pengasuhan orangtuanya karena anak akan mengikuti tindakan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.

Terdapat penelitian yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosi remaja, maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik fungsi afektif keluarga maka semakin baik pula emosional remaja (Nasrudin, 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi keluarga sangat penting dalam menciptakan kecerdasan emosional yang baik bagi anggota keluarga. Keberfungsian keluarga memiliki peranan penting dalam pengungkapan emosi dan

(23)

pemahaman emosi seseorang (Retnowati, Widhiarso, dan Rohmani, 2003).

Setiap orangtua memiliki teknik pengasuhan yang berbeda-beda. Pengasuhan orangtua yang berbeda-beda akan membentuk kepribadian dan cara berpikir anak yang berbeda-beda pula. Pengasuhan orangtua juga memiliki kontribusi dalam mendidik keberhasilan belajar anak dan kondisi emosional anak dalam mengembangkan kemampuan belajar dan mentalnya (Widowati, 2013). Pengasuhan khususnya pengasuhan islami dapat mengamati dan memonitori pertumbuhan remaja termasuk didalamnya yaitu regulasi diri yang dipengaruhi oleh keluarga, serta melalui modeling yang diperoleh dari orangtua, remaja dapat belajar bagaimana mengatasi suatu permasalahan yang sedang dihadapi (Fildzah, 2017).

Pengasuhan ayah maupun pengasuhan ibu masing-masing memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam perkembangan kesehatan sosial dan emosional anak. Peran keluarga terutama pengasuhan ayah dan ibu memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan kepercayaan diri anak (Longkutoy, Sinolungan, dan Opod, 2015). Selain berkontribusi terhadap kepercayaan diri anak, pengasuhan orangtua juga berpengaruh terhadap penyesuaian diri dan pengaturan emosi pada remaja (Morris dkk, 2017). Maka dari itu, orangtua perlu mengajarkan sikap pengontrolan emosi maupun pengaturan emosi pada

(24)

yang baik pada anak ketika dewasa. Remaja yang memiliki pengontrolan dan kematangan emosi yang baik akan susah terhasut oleh hal-hal negatif dan terhindar dari sikap yang menyimpang dari ajaran agama Islam. Kematangan emosi akan menjauhkan remaja dari perilaku-perilaku menyimpang (Muawanah & Pratikno, 2012).

Remaja perlu dididik dan dibimbing dengan pola pengasuhan yang baik dan benar, namun hal tersebut tidak boleh terlepas dari religiusitas. Religiusitas seorang remaja tidak terlepas dari kebiasaan maupun bimbingan yang didapat dari lingkungan mereka tinggal, religiusitas memiliki peran dalam mengontrol agresivitas remaja (Ghofur & Argiati, 2012). Pengasuhan kenabian diterapkan oleh ayah dan ibu akan meningkatkan religiusitas anak, membuat mental anak menjadi lebih sehat, dan tercapainya kesejahteraan psikologisnya (Rahadiani, 2015). Selain itu, pengasuhan kenabian juga berpengaruh dalam meminimalisir kecenderungan anak melakukan perilaku bullying (Trisnawati, 2014), dan meminimalisir kecenderungan kenakalan remaja maupun perilaku menyimpang (Mukhlisah, Yasser, & Zainuddin, 2018).

Maka dari itu, pengasuhan kenabian atau pengasuhan kenabian dianggap sebagai pengasuhan yang ideal karena didasari oleh Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladannya. Pengasuhan kenabian merupakan pengasuhan yang didasari oleh Al Qur’an dan Hadis yang mengutamakan memberikan tauladan yang baik, menegakkan keadilan, mendidik dengan kelembutan dan tanpa menggunakan amarah,

(25)

memberikan pengarahan, dan mengajak anak untuk bersama-sama taat pada perintah Allah SWT. Pengasuhan yang menegakkan keadilan dan tidak membeda-bedakan dengan anak-anak yang lain akan membuat mental anak menjadi lebih sehat dan dapat meningkatkan kebahagiaan.

Penelitian ini juga menambahkan analisis tambahan sebagai data pendukung dari hasil penelitian, diantaranya adalah analisis tambahan berupa uji korelasi aspek pengasuhan kenabian dengan kesehatan sosial emosional. Pada hasil uji korelasi aspek pengasuhan kenabian ayah dengan kesehatan sosial emosional diketahui bahwa aspek mendoakan anak memiliki korelasi yang paling tinggi. Kemudian hasil uji korelasi aspek pengasuhan kenabian ibu dengan kesehatan sosial emosional diketahui bahwa aspek mendoakan anak juga mempunyai korelasi paling tinggi. Orangtua merupakan seseorang yang paling dekat dengan anak. Doa-doa yang dipanjatkan oleh orangtua merupakan doa yang paling mujarab. Orangtua senantiasa akan mendoakan anak-anaknya agar anaknya selalu menaati perintah-Nya, diberikan keberkahan hidup, dan memiliki kebahagiaan didunia maupun diakhirat. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orangtua, doa orang yang berpergian (safar) dan doa orang yang dizholimi” (HR. Abu Daud no. 1536)

Selain itu, terdapat beberapa penemuan menarik dalam penelitian ini, yaitu uji korelasi ditinjau dari jenis kelamin. Pengasuhan kenabian

(26)

terhadap kesehatan sosial emosional lebih besar perempuan daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki cenderung tidak memiliki kematangan emosi jika dibandingkan dengan perempuan (Santrock, 2007). Remaja perempuan secara psikologis lebih dapat menahan emosi, artinya apabila semakin ditekan oleh orangtua mereka akan semakin menurut atau hanya menangis dan mengurung dirinya dalam kamar (Aisyah, 2010). Apabila perempuan merasa dirinya sedang cemas dan stress, ia akan cenderung terlebih dahulu merasa sebelum bertindak dan juga responnya hati-hati. Hal tersebut disebabkan karena otak perempuan memiliki tingkat empati yang tinggi dan mempunyai hubungan relasional (Muhammad, 2011).

Pada akhirnya, tidak ada yang sempurna di dunia ini, sama halnya dengan penelitian ini yang tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan. Pertama, kelemahan terdapat dalam proses pengambilan data, yaitu responden merasa bosan dan kurang fokus dalam mengerjakan aitem-aitem yang telah disediakan terutama pada bagian-bagian terakhir, karena hal tersebut disebabkan oleh banyaknya jumlah aitem yang disediakan sehingga semakin lama responden menjadi kurang fokus dan serius dalam pengisian tiap aitemnya. Kedua, kelemahan pada proses pembuatan aitem skala, karena masih terdapat beberapa kalimat yang dibuat menggunakan kata-kata yang kurang jelas dan membingungkan responden. Ketiga, penelitian ini hanya melibatkan responden remaja sehingga diperlukannya responden dari sisi orangtua untuk memperoleh

(27)

hasil penelitian yang lebih kuat. Terakhir, kelemahan pada skala pengasuhan kenabian karena belum adanya validitas alat ukur dari tokoh asli yaitu Suwaid (2010) sehingga peneliti menggunakan skala yang diadaptasi dari Skripsi Elvira (2016).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengasuhan kenabian dengan kesehatan sosial-emosional pada siswa SMA di Yogyakarta. Siswa yang memiliki pengasuhan kenabian yang baik, maka akan memiliki kesehatan sosial-emosional yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, apabila siswa tidak memiliki pengasuhan kenabian yang baik maka kesehatan sosial-emosionalnya cenderung rendah.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan perpaduan antara unsur budaya tradisional Shinto yang dekat dengan alam dan pengetahuan yang didapatnya didaratan Eropa, menjadikan Ando salah seorang arsitek master yang

Kabupaten Fak - Fak Kabupaten Kaimana Kota Sorong Kabupaten Manokwari Kabupaten Sorong Kabupaten Sorong Selatan Kabupaten Teluk Bintuni Kabupaten Teluk W ondama Kabupaten Raja Ampat.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana hasil penerapan analisis jalur untuk melihat besarnya pengaruh pengetahuan dan motivasi terhadap sikap Wanita Usia Subur

1) Pada siklus 2 pertemuan ke-2 menunjukkan bahwa kemampuan menyimak cerita dengan indikator menjawab pertanyaan sederhana tentang cerita yang telah diceritakan, menirukan

Berdasarkan analisis beban dorong, penggunaan dinding geser komposit pelat baja dengan tebal 110 mm untuk tiga pemodelan berada pada tingkatan yang sama yaitu IO

Krim ekstrak etanol daun kelor ( Moringa oleifera L.) dibuat dalam dua formula dengan basis yang sama, yaitu vanishing cream dengan perbedaan konsentrasi 2 %

Banyak Orang melihat Perkembangan Ekonomi Liberal sebagai Jasa utama Pemikiran Adam Smith, padahal banyak Ide-ide yang diajukan olehnya telah pernah menjadi Usulan-usulan

Dari hasil perlakuan yang sudah diberikan, dapat diketahui bahwa dengan adanya pemberian bimbingan kelompok teknik sosiodrama pada siswa maka perilaku prososial