ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA LINGKUGAN SEKITAR RUMAHKU MENGACU KURIKULUM SD 2013
UNTUK SISWA KELAS SATU (1) SEKOLAH DASAR
Nari Budi Lestari Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan. Dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum SD 2013, peneliti menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, berpikir tingkat tinggi, pendidikan karakter, dan penilaian otentik.
Perangkat pembelajaran ini dikembangkan sesuai prosedur pengembangan bahan ajar milik Jerold E. Kemp dan prosedur penelitian pengembangan oleh Bolg dan Gall. Prosedur pengembangan tersebut dijadikan sebuah model pengembangan yang lebih sederhana. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini ada 5 langkah: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, sehingga dapat menghasilkan desain produk pengembangan yang layak digunakan. Penelitian ini menggunakan instrumen dari daftar pertanyaan analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru kelas 1 SD BOBKRI Gondolayu, sedangkan kuesioner digunakan untuk memvalidasi perangkat pembelajaran dan dilakukan oleh 2 pakar kurikulum SD 2013 serta 2 guru kelas 1 SD.
Berdasarkan validasi pakar kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 4,2 (baik) dan skor 4,5 (sangat baik), serta validasi dari guru kelas 1 SD menghasilkan skor 4,6 (sangat baik) dan skor 4,7 (sangat baik). Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi tersebut memperoleh rerata skor 4,5 termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek dari instrumen yaitu, (a) identitas RPPTH, (b) perumusan indikator, (c) perumusan tujuan, (d) pemilihan materi ajar, (e) pemilihan sumber belajar, (f) pemilihan media belajar, (g) metode pembelajaran, (h) skenario pembelajaran, (i) penilaian, (j) lembar kerja siswa, dan (k) bahasa.
ABSTRACT
Learning Tools Development Subtheme: “Environment around My House” Refers to 2013 Elementary School Curriculum for First Grade of Elementary
Students Nari Budi Lestari Sanata Dharma University
2015
This study is a development study type. In developing learning toolsrefer to 2013 Elementary School Curriculum, author used integrative thematic approaches, scientific and high level thinking approaches, character education and authentic assessment.
The learning toolsare developed according to Jerold E. Kemp’s material
development procedure and development study procedure by Bolg and Gall.The development procedures are packed into a simpler development model. There are five stages in the development procedure used in this study: (1) potential and problems, (2) data collecting, (3) product design, (4) experts validation, (5) design revision, so that these stages will make a fit development product design. The study usesinstruments from question lists of requirement analysis and questioners. Interviewsare served to analyzefirst grade BOBKRI Gondolayu elementary schoolteacher’s need while
questioners are used to validate learning toolsand served by two 2013 elementary school curriculum experts and two first grade elementary school teachers.
According to the validation of the 2013 elementary school curriculum experts resulted in 4.2 (good) score and 4.5 (very good) score. Validation from the first grade elementary school teachers resulted in 4.6 (very good) and 4.7 (very good) score. The validated learning toolshave a score average of4.5 and categorized as “very good”. It can
be seen from the aspects of the instruments, (a) RPPTH identity, (b) indicator formulation, (c) goal formulation, (d) learning material selection, (e) learning sources selection, (f) learning media selection, (g) learning methods, (h) learning scenarios, (i) assessment, (j) students worksheets, and (k) language.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
SUBTEMA LINGKUNGAN SEKITAR RUMAHKU MENGACU
KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA KELAS SATU (1)
SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh Nari Budi Lestari
Nim : 111134062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
SUBTEMA LINGKUNGAN SEKITAR RUMAHKU MENGACU
KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA KELAS SATU (1)
SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh Nari Budi Lestari
Nim : 111134062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
TUHAN YESUS KRISTUS
Penuntun Hidupku
Papa dan Mamaku tercinta
Koenari dan Sri Liana
yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat.
Aprilia Ayomi Putri, Renanda Christya Anggita dan Ignasia Meilina
Terimakasih atas segala semangat yang diberikan saat saya mengalami berbagai
masalah.
Sahabat-sahabatku mahasiswa PGSD kelasA
Terimakasih atas segala semangat, dukungan, hiburan, dan perhatian yang telah
kalian berikan
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku
v MOTTO
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi
orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
(Amsal 1:7)
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu
akan mendapatkan; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu
(Matius 7:7)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Februari 2015
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Nari Budi Lestari
NomorMahasiswa : 111134062
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Subtema Lingkungan Sekitar Rumahku
Mengacu Kurikulum SD 2013 untuk Siswa Kelas Satu (1) Sekolah Dasar
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 26 Februari 2015
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA LINGKUGAN SEKITAR RUMAHKU MENGACU KURIKULUM SD 2013
UNTUK SISWA KELAS SATU (1) SEKOLAH DASAR
Nari Budi Lestari Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan. Dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum SD 2013, peneliti menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, berpikir tingkat tinggi, pendidikan karakter, dan penilaian otentik.
Perangkat pembelajaran ini dikembangkan sesuai prosedur pengembangan bahan ajar milik Jerold E. Kemp dan prosedur penelitian pengembangan oleh Bolg dan Gall. Prosedur pengembangan tersebut dijadikan sebuah model pengembangan yang lebih sederhana. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini ada 5 langkah: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, sehingga dapat menghasilkan desain produk pengembangan yang layak digunakan. Penelitian ini menggunakan instrumen dari daftar pertanyaan analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru kelas 1 SD BOBKRI Gondolayu, sedangkan kuesioner digunakan untuk memvalidasi perangkat pembelajaran dan dilakukan oleh 2 pakar kurikulum SD 2013 serta 2 guru kelas 1 SD.
Berdasarkan validasi pakar kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 4,2 (baik) dan skor 4,5 (sangat baik), serta validasi dari guru kelas 1 SD menghasilkan skor 4,6 (sangat baik) dan skor 4,7 (sangat baik). Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi tersebut memperoleh rerata skor 4,5 termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek dari instrumen yaitu, (a) identitas RPPTH, (b) perumusan indikator, (c) perumusan tujuan, (d) pemilihan materi ajar, (e) pemilihan sumber belajar, (f) pemilihan media belajar, (g) metode pembelajaran, (h) skenario pembelajaran, (i) penilaian, (j) lembar kerja siswa, dan (k) bahasa.
ix ABSTRACT
Learning Tools Development Subtheme: “Environment around My House” Refers to 2013 Elementary School Curriculum for First Grade of Elementary
Students Nari Budi Lestari Sanata Dharma University
2015
This study is a development study type. In developing learning toolsrefer to 2013 Elementary School Curriculum, author used integrative thematic approaches, scientific and high level thinking approaches, character education and authentic assessment.
The learning toolsare developed according to Jerold E. Kemp’s material
development procedure and development study procedure by Bolg and Gall.The development procedures are packed into a simpler development model. There are five stages in the development procedure used in this study: (1) potential and problems, (2) data collecting, (3) product design, (4) experts validation, (5) design revision, so that these stages will make a fit development product design. The study usesinstruments from question lists of requirement analysis and questioners. Interviewsare served to analyzefirst grade BOBKRI Gondolayu elementary schoolteacher’s need while
questioners are used to validate learning toolsand served by two 2013 elementary school curriculum experts and two first grade elementary school teachers.
According to the validation of the 2013 elementary school curriculum experts resulted in 4.2 (good) score and 4.5 (very good) score. Validation from the first grade elementary school teachers resulted in 4.6 (very good) and 4.7 (very good) score. The validated learning toolshave a score average of4.5 and categorized as “very good”. It can
be seen from the aspects of the instruments, (a) RPPTH identity, (b) indicator formulation, (c) goal formulation, (d) learning material selection, (e) learning sources selection, (f) learning media selection, (g) learning methods, (h) learning scenarios, (i) assessment, (j) students worksheets, and (k) language.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa melimpahkan kasihNya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat pembelajaran Subtema Lingkungan Sekitar Rumahku Mengacu
Kurikulum SD 2013 untuk Siswa Kelas Satu (1) Sekolah Dasar dapat penulis
selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi PGSD.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Penguji. 6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik. 7. Ibu Kristin selaku guru kelas I SD BOBKRI GONDOLAYU yang telah
bersedia melakukan wawancara untuk analisis kebutuhan.
xi
9. Edwin Dwi Septiyanto, S.Pd. selaku guru kelas I SD yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.
10. Triyatno, S.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.
11. Hudiharsi S. C, S.Pd.SD selaku validator Pakar Kurikulum 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.
12. Orang tuaku Koenari dan Sri Liana yang setia memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Gregorius Rudi Setyawan, S.T yang telah setia mendampingi dan mengantar kemanapun dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-teman kelas A angkatan 2011 yang selalu mendukung dan memberikan semangat
15. Segenap pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 26 Februari 2015
Penulis
xii ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ...viii
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ...8
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ...9
2.1.1 Kurikulum SD 2013 ...9
2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013 ...10
xiii
Halaman
2.1.1.3 Pendekatan Tematik Integratif ...20
2.1.1.4 Pendekatan Saintifik ...23
2.1.1.5 Penilaian Otentik...28
2.2 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...31
2.2.1 Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan...38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kebutuhan ...59
4.1.1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ...59
4.1.2 Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ...63
4.2 Deskripsi Produk Awal ...64
4.2.1 Silabus ...64
4.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ...65
xiv
Halaman
4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk...68
4.3.2 Data Validasi Guru SD yang Sudah Melaksanakan Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk...70
4.4 Kajian Produk Akhir dan Pembahasan...71
4.4.1 Kajian Produk Akhir...71
4.4.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ...71
4.5 Pembahasan...75
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...80
5.2 Keterbatasan Pengembangan...81
5.3 Saran ...81
DAFTAR PUSTAKA ...83
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum...12
Tabel 2.Kategori Pengklasifikasian Proses Kognitif...19
Tabel 3.Kegiatan Pembelajaran Pendekatan Sciencetific...24
Tabel 4.Waktu Pelaksanaan Penelitian ...53
Tabel 5.Konversi Nilai Skala Lima...55
Tabel 6. Kriteria Skor Skala Lima ...57
Tabel 7. Komentar Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi ...70
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 14
Gambar 2 Taksonomi Bloom versi Revisi ... 18
Gambar 3.Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp ... 32
Gambar 4, Langkah-langkah Penggunaan R&D... 46
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Penelitian Wawancara...87
Lampiran 2 Surat Bukti Wawancara...89
Lampiran 3 Insrtumen Analisis Kebutuhan...89
Lampiran 4 Data mentah Validator Ahli...94
Lampiran 5 Data Mentah Validator Guru...103
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang besar dengan sumber daya alamnya
yang melimpah, dengan demikian tentu Indonesia memiliki potensi yang besar
untuk menjadi salah satu bangsa yang maju, bermartabat dan lebih baik. Untuk
mewujudkan itu semua, tentunya dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan kreatif yang memiliki visi yang jelas dan terarah untuk kemajuan
bangsa. Untuk dapat memenuhi tujuan terciptanya sumber daya manusia yang
berkualitas tentunya pendidikan adalah faktor terpenting yang tidak dapat
dipisahkan.
Pendidikan yang sering dikenal di masyarakat merupakan pendidikan
dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh peserta didik melalui
pendidik dan biasanya dilakukan pada suatu lembaga atau institusi. Pendidikan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan juga mempunyai
kepribadian yang baik dalam hal kompetensi, keterampilan, sikap, maupun
religiusitas.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahap-tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta kesenian sesuai dengan jenjang pendidikan (Oemar, 2011: 18).
nasional, dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan ketentuan dan konsep-konsep tersebut, pengembangan kurikulum
dapat berlandaskan faktor-faktor seperti tujuan filsafat dan pendidikan nasional,
sosial budaya dan agama yang berlaku, perkembangan peserta didik, keadaan
lingkungan sekitar, kebutuhan pembangunan, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang melakukan penyederhanaan
materi dan dilakukan secara tematik integratif dan saintifik. Kurikulum 2013 juga
akan menambahkan jam pelajaran dengan tujuan membantu peserta didik untuk
mampu lebih baik dalam melakukan aktivitas belajar seperti observasi, bertanya,
bernalar, dan mempresentasikan apa yang mereka peroleh setelah menerima
materi pembelajaran, dan diharapkan peserta didik memiliki kompetensi,
keterampilan, dan sikap yang jauh lebih baik. Kurikulum 2013 juga lebih
menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif pendidikan
karakter maupun budi pekerti luhur dalam Kurikulum 2013 diterapkan kesemua
bidang studi.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan
dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan ketepatan belajar
bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya (Daryanto, 2012: 1).
Sebagai aktor utama, seorang guru harus memiliki pengetahuan dalam menyusun
rencana pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 (Hidayat, 2013: 113).
berhenti. Sebagai seorang guru, komunikasi yang terampil, kemampuan
memimpin kelas, gaya pengajaran, dan pengetahuan untuk merencakan dan
memberikan pelajaran berkualitas tinggi merupakan aspek yang penting (Gania:
2011: 67). Penyusunan rencana pembelajaran ini diwujudkan dalam pembuatan
perangkat pembelajaran yang mengacu kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu KR Guru kelas I SD BOPKRI
Gondolayu, pada hari Selasa, tanggal 15 April 2014, pukul 19.00 WIB, diperoleh
informasi bahwa guru membutuhkan perangkat pembelajaran yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter mengacu Kurikulum 2013. Hal tersebut dikarenakan
pendidikan karakter sangatlah penting ditanamkan pada siswa SD. Karakter belum
terbentuk secara optimal pada siswa SD terutama karakter jujur, tanggung jawab,
dan kerjasama.
Ibu KR menyadari bahwa pemahamannya terhadap Kurikulum SD 2013
masih sangat terbatas karena kurang maksimalnya sosialisasi dari dinas
pendidikan. Kesulitan yang dihadapi ibu KR terletak pada penilaian otentik,
beliau mengungkapkan bahwa penilaian tersebut sangat rumit dan
membingungkan. Sama halnya dengan menyusun rubrik penilaian non tes beliau
menuturkan masih sangat memerlukan contoh-contoh rubrik penilaian, karena
beliau masih merasa kesulitan dalam membuatnya. Pemahaman guru terhadap
pendidikan karakter hanya sebatas nilai yang berkaitan dengan tingkah laku siswa,
sedangkan penanamannya pada diri siswa masih sangat kurang. Guru hanya
menanamkan nilai karakter pada keseharian siswa di sekolah. Guru belum
terutama dalam pengembangan bahan ajar karena guru masih merasa kesulitan.
Guru sulit dalam menghubungkan nilai karakter yang sesuai dengan materi
Bahasa Indonesia khususnya keterampilan mendengarkan. Kesulitan guru
dikarenakan buku-buku penunjangnya belum menampilkan pendidikan karakter.
Selain itu, tingkat pemahaman dan perkembangan siswa berbeda-beda. Faktor
keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya sangat berpengaruh terhadap
perkembangan siswa.
Berdasarkan survei kebutuhan, dapat disimpulkan bahwa guru masih
sangat memerlukan reverensi perangkat pembelajaran yang lengkap dan sesuai
dengan Kurikulum 2013 agar implementasi Kurikulum SD 2013 berhasil
diterapkan di seluruh sekolah-sekolah. Oleh sebab itu, peneliti mencoba
mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai tuntutan Kurikulum SD
2013 pada Subtema Lingkungan Sekitar Rumahku mengacu Kurikulum SD 2013
untuk Siswa Kelas Satu (1) Sekolah Dasar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran subtema Lingkungan
Sekitar Rumahku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1)
Sekolah Dasar?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema Lingkungan
Sekitar Rumahku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1)
1.2.3 Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema Lingkungan
Sekitar Rumahku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1)
Sekolah Dasar menurut guru SD kelas 1?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran subtema Lingkungan
Sekitar Rumahku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1)
Sekolah Dasar
1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran
subtema Lingkungan Sekitar Rumahku mengacu KurikulumSD 2013
untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar menurut pakar kurikulum.
1.3.3 Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran
subtema Lingkungan Sekitar Rumahku mengacu KurikulumSD 2013
untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar menurut guru SD kelas 1.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini memberikan pengalaman dan pengetahuan yang baru
terutama semakin terampil dalam membuat bahan ajar mengacu
Kurikulum 2013 subtema lingkungan sekitar rumahku mengacu
kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar.
1.4.2 Bagi Guru
Penelitian pengembangan ini dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran
mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah
Dasar.
1.4.3 Bagi Siswa
Bahan ajar ini membantu siswa kelas I Sekolah Dasar dalam
melakukan pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 subtema
lingkungan sekitar rumahku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa
kelas satu (1) Sekolah Dasar.
1.4.4 Bagi Sekolah
Sebagai tambahan refrensi bagi sekolah dalam mengembangkan bahan
ajar yang mengacu Kurikulum 2013 subtema lingkungan sekitar
rumahku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1)
Sekolah Dasar.
1.4.5 Bagi Prodi
Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD
Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan bahan ajar
yang mengacu Kurikulum 2013 subtema lingkungan sekitar rumahku
mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah
Dasar.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Kurikulum SD 2013 merupakan salah satu instrumental input dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan secara dinamis
1.5.2 Penguatan Pendidikan karakter memperkuat aspek karakter atau nilai-nilai
kebaikan. Sekarang ini banyak terdapat fakta-fakta terjadinya kemerosotan
karakter pada anak-anak. Karakter merupakan hal yang penting dan
mendasar bagi manusia, karakter semesti dibentuk sejak manusia itu masih
kanak-kanak. Penguatan pendidikan karakter ditanamkan melalui proses
pembelajaran.
1.5.3 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi merupakan proses kognitif yang
bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik, kemampuan
tersebut tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja tetapi juga
kemampuan berpikir yang lain seperti memahami, menganalisis, dan
lainnya.
1.5.4 Pendekatan tematik integratif dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran
tersebut dibuat pertema dengan mengacu karakteristik peserta didik dan
dilaksanakan secara integrasi antara tema satu dengan yang lain maupun
antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain.
1.5.5 Pendekatan saintifik ialah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui
proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.
Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat membentuk sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik secara maksimal. Kelima proses belajar
secara saintifik tersebut diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan
inti pembelajaran
1.5.6 Perangkat Pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian
pembelajaran, instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban
serta tugas dan rubrik penilaian.
1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan
1.6.1 Komponen RPPTH yang disusun lengkap yaitu: 1) identitas RPPTH, 2)
perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) materi ajar, 5)
sumber belajar, 6) media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario
pembelajaran, 9) penilaian, dan 10) lembar kerja siswa.
1.6.2 RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi
siswa (intelektual, keterampilan, sikap sosial, dan sikap spiritual) yang
nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.3 RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif.
1.6.4 RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan
saintifik.
1.6.5 Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik
dapat menilai kemampuan siswa dari segi pengetahuan, keterampilan, sikap
sosial, dan sikap spiritual.
9 BAB 2
LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kurikulum SD 2013
Kurikulum didefinisikan sebagai suatu bahan tertulis yang berisi tentang
program-program pendidikan untuk sekolah. Program-program pendidikan ini
harus dilaksanakan oleh sekolah dari tahun ke tahun (Hidayat, 2013: 20).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Terdapat dua
dimensi dari pengertian kurikulum tersebut yaitu (1) rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran dan (2) cara yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran (UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
Kini pemerintah Indonesia sedang menyusun sebuah kurikulum baru, yaitu
Kurikulum 2013 yang dianggap dapat mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan (Ahmadi, 2014: 77). Perubahan kurikulum dalam sistem
pendidikan dilakukan agar pendidikan di Indonesia tidak semakin tertinggal
(Rizali, 2009: 13). Sebagian orang masih menganggap kurikulum sama dengan
bahan ajar atau buku- buku pelajaran. Apabila terjadi perubahan kurikulum berarti
identik dengan digantinya bahan ajar atau buku-buku pelajaran. Padahal,
perubahan dari kurikulum KTSP 2006 ke kurikulum 2013 merupakan salah satu
adalah terjadinya keseimbangan antara kompentensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
2.1.1.1 Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan lima faktor yaitu tantangan
internal, tantangan eksternal, penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola
kurikulum, dan penguatan materi (Permen No 67, 2013: 1). Tantangan internal ini
terkait dengan kondisi pendidikan dan perkembangan penduduk Indonesia.
Kondisi pendidikan mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yaitu
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Terkait dengan perkembangan penduduk, Indonesia saat ini memiliki penduduk
usia produktif yang lebih banyak dari usia tidak produktif. Jumlah penduduk usia
produktif akan mencapai puncak pada tahun 2020- 2035 hingga 70%. Untuk
mengahadapi hal tersebut perlu dilakukan upaya untuk membuat penduduk usia
produktif ini menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan. Tantangan Eksternal terkait dengan arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Tantangan eksternal juga
terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan (Permen
Selain tantangan internal dan eksternal, dilakukan penyempurnaan dalam
pola pikir pengembangan kurikulum 2013. Berikut adalah pola pikir
pengembangan kurikulum 2013 dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya :
1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki
pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi
yang sama;
2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta
didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya);
3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains);
5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan
(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Penguatan tata kelola di dalam Kurikulum 2013 juga dilakukan sebagai
berikut ini :
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
Tata kelola pelaksanaan kurikulum dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum
penyimpangan Besar
penyimpangan
Tinggi Rendah
Pengawasan Sulit, hampir tidak mungkin
Guru hampir Mutlak Kecil, kecuali
untuk
Pemerintah Sulit, karena variasi terlalu besar
Mudah, karena mengarah pada pedoman yang sama.
Faktor terakhir dalam pengembangan kurikulum 2013 adalah penguatan
materi. Penguatan materi ini dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan
materi yang relevan bagi peserta didik (Permen No 67, 2013: 3). Pendalaman dan
perluasan materi ini didasarkan pada materi-materi pembelajaran yang
dikembangkan di negara-negara maju, namun tetap dibandingkan dengan kondisi
yang ada di Indonesia (Husamah, 2013: 10).
Pengembangan kurikulum 2013 turut mengubah elemen dari kurikulum
yang sebelumnya. Ada empat standar kurikulum yang mengalami perubahan
Gambar 1. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 dikutip dari Press
Workshop:Impementasi Kurikulum 2013
Keempat standar tersebut terdapat dalam gambar di atas. Selanjutnya
keempat standar tersebut dirumuskan ke dalam tujuh elemen sebagai berikut, (1)
Kompetensi Lulusan, terdapat peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard
skills yang meliputi aspek kompetisi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. (2)
Kedudukan Mata Pelajaran, kompetensi yang semula diturunkan dari mata
pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi.
(3) Pendekatan, kompentensi di sekolah dasar dikembangkan melalui tematik
integratif dalam semua pelajaran. (4) Struktur Kurikulum, setiap jenjang
pendidikan memiliki struktur kurikulum yang berbeda. Pada jenjang sekolah dasar
menggunakan struktur kurikulum holistik berbasis sains, jumlah mata pelajaran
yang semula 10 di ubah menjadi 6 dan jumlah jam bertambah 4jp/ minggu akibat
dari perubahan pendekatan pembelajaran. (5) Proses Pembelajaran dapat
dilakukan di luar kelas, siswa tidak hanya memperoleh sumber belajar dari guru
saja, sikap diajarkan melalui contoh dan teladan, pembelajaran di sekolah dasar
mengolah, menalar, menyajikan, dan menyimpulkan, dan mencipta. (6) Penilaian
dilakukan secara otentik yaitu mengukur seluruh kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. (7) Kegiatan Ekstrakurikuler di
sekolah dasar antara lain Pramuka (wajib), UKS, PMR, dan Bahasa Inggris.
Berdasarkan elemen perubahan di atas dapat disimpulkan bahwa
dilakukannya penataaan ulang Standar Nasional Pendidikan untuk
menyempurnakan pendidikan Nasional di Indonesia melalui implementasi
Kurikulum 2013 di sekolah dasar.
2.1.1.2 Penguatan Pendidikan karakter dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Ryan menyatakan bahwa, kata karakter berasal dari bahasa Yunani
eharassein yang berarti “to engrave”(dalam Suyadi, 2013: 5). Kata “to engrave”
itu sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan, atau
menggoreskan (Echols dan Shadily, 2000: 214). Arti ini sama dengan arti kata
character (dalam bahasa Inggris) yang juga berarti mengukir, melukis,
memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 2000: 107). Karakter
memiliki arti lain di dalam bahasa Indonesia, menurut Kamus Bahasa Indonesia
(2011: 213), karakter adalah sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dari
yang lain, tabiat, watak. Suyadi (2013: 5) mengkaitkan karakter kedalam diri
seseorang yang diartikan sebagai orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat atau berwatak tertentu dan watak tersebut yang membedakan dirinya
Lickona (dalam Adisusilo, 2012: 81) menyatakan bahwa ada 11 prinsip
untuk menerapkan pendidikan karakter secara efektif yaitu, (1) kembangkan
nilai-nilai universal/ dasar sebagai fondasinya, (2) definisikan “karakter” secara
komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku, (3) gunakan
pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif, (4) ciptakan komunitas
sekolah yang penuh perhatian, (5) beri peserta didik kesempatan untuk melakukan
tindakan moral, (6) buat kurikulum akademik yang bermakna dan yang
menghormati semua peserta didik, mengembangkan sifat-sifat positif dan
membantu peserta didik untuk berhasil, (7) mendorong motivasi peserta didik, (8)
melibat seluruh civitas sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral, (9)
tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral, (10) libatkan keluarga dan
anggota masyarakat sebagai mitra, (11) evaluasi karakter sekolah, fungsi staf
sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana peserta didik
memenisfestasikan karakter yang baik.
Menurut Samani (2012: 45) pendidikan karakter adalah proses pemberian
tuntutan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter
dalam dimensi hati, pikir, raga, dan serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter
dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikanwatak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Menurut Sudarminta (dalam Zubaedi 2011: 3), praktik pendidikan
banyak terdapat fakta-fakta terjadinya kemerosotan karakter pada anak-anak.
Karakter merupakan hal yang penting dan mendasar bagi manusia, karakter
semesti dibentuk sejak manusia itu masih kanak-kanak. Penguatan pendidikan
karakter ditanamkan melalui proses pembelajaran.
Menurut Sastraprateja (dalam Mahsudin 2013: 55), Pendidikan Karakter
adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang.
Mardiatmaja dalam Mahsudin (2013: 55) menyatakan bahwa pendidikan nilai
merupakan bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami
nilai-nilai serta menempatkan secara integral dalam keseluruhan hidup.
Menurut Daryanto (2013: 43) pendidikan karakter adalah segala sesuatu
yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
lainnya. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan,
dam teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan rakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa berdasarkan pancasila. Pendidikan karakter berfungsi, (1)
mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiranbaik, dan berperilaku
baik, (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural, (3)
meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
satuan pendidikan, ma
n, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerinta
aryanto, 2013: 44).
S Bloom (dalam Windie 2013: 6) menjelaskan
upakan proses kognitif yang bermanfaat untuk m
a didik. Daryanto (2012: 35) mengungkapkan b
ksonomi Bloom telah digunakan lebih dari
penyusunan tujuan pembelajaran, penyusunan
kolah. Kerangka pikir tersebut memudahka
a dan mengimplementasikan tujuan pembela
dianggap menjadi sesuatu yang penting da
s dalam waktu yang lama. Taksonomi Bloom m
n Krathwol. Menurut Anderson (2010: 43) Takson
tu dimensi, sedangkan taksonomi yang telah di
kognitif dan pengetahuan. Interelasi antara ke
Dimensi proses kognitif berisikan enam kateg
erikut ini taksonomi tingkatan berpikir Bloom
aksonomi Bloom versi Revisi (Daryanto, 2012:
Menurut Daryanto, (2012: 36) kategori-kategori pada taksonomi Bloom
disusun menjadi sebuah hierarki kumulatif yang artinya penguasaan kategori
kompleks mensyaratkan penguasaan semua kategori di bawahnya yang kurang
kompleks. Hal ini sejalan dengan Anderson (2010: 43) yang mengungkapkan
bahawa kontinum yang mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai
tingkat-tingkat kognisi yang kompleks. Memahami dianggap merupakan tingkat
kognisi yang lebih kompleks mengingat; mengaplikasikan diyakini lebih
kompleks secara kognitif daripada memahami, dan seterusnya. Hal demikian juga
disampaikan oleh Daryanto.
Anderson (2010: 43) menjelaskan setiap kategori-kategori dimensi
kognitif dalam taksonomi Bloom yang telah di revisi. Kategori- kategori tersebut
merupakan pengklasifikasian proses-proses kognitf secara komprehensif yang
terdapat dalam tujuan-tujuan dibidang pendidikan. Setiap kategori akan
ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Kategori pengklasifikasian proses kognitif dikutip dari Anderson (2010: 44)
Kategori Proses Proses Kognitif
1. Mengingat Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
2. Memahami Mengkonstruk makna dari materi
pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru
3. Mengaplikasikan Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu
4. Menganalisis Memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunannya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
6. Mencipta Memadukan bagian-bagian untuk
membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk orosinal
2.1.1.3 Pendekatan tematik integratif
Kurikulum 2013 berusaha untuk melakukan upaya penyedehanaan dengan
menggunakan pendekatan tematik integratif. Pembelajaran tematik lebih
menekankan pada ketelibatan siswa dalam proses belajar secara akif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya
(Pusat Kurikulum Balitbang: 2006: 6)
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu
tipe/ jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik
pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
menggantikan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5). Pembelajaran terpadu adalah
pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang
dikaitkan dengan suatu pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan
konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu
bidang studi atau lebih dan dengan beragam pengalaman siswa, maka
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran
tematik/ terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk
sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
(Subroto, 2003: 9)
Trianto (2009: 78) mengungkapkan bahwa pembelajaran tematik
dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.
Pembelajaran ini menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum,
menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan
dinamika pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa
pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab
pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan
penghayatan secara ilmiah tentang dunia disekitar mereka.
Yani (2014: 115) menyampaiakan filosofi pembelajaran tematik yang
berbasis pada pembelajaran tentang kehidupan nyata, peserta didik didorong
untuk memperoleh pengalaman langsung dan terlatih dalam menemukan
pengetahuan yang dipelajarinya. Peserta didik tidak perlu dibingungkan dengan
batas-batas disiplin akademik dari setiap mata pelajaran.
Kurniasih (2014: 176) mengungkapkan pendekatan tematik integratif
dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran tersebut dibuat pertema dengan
mengacu karakteristik peserta didik dan dilaksanakan secara integrasi antara tema
satu dengan yang lain maupun antara mata pelajaran yang satu dengan mata
pelajaran yang lain.
Pratsowo (2013: 123) mengungkapkan pembelajaran tematik dan
pembelajaran terpadu mengandung makna yang ambigu, sama namun juga
hakikatnya sama-sama suatu pbentuk pembelajaran yang dikembangkan melalui
proses pemaduan. Makna “berbeda” dari keduanya dikarenakan pembelajaran
tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran terpadu, sehingga cakupan
maknya lelebih luas pembelajaran terpadu dibandingkan pembelajaran tematik.
Dengan kata lain, model pembelajaran tematik pasti merupakan model
pembelajaran terpadu, namun pembelajaran terpadu belum tentu merupakan
model tematik.
Pembelajaran tematik sebagai bagian dari pembelajaran terpadu memiliki
beberapa keuntungan yang dapat dicapai (Panduan KTSP dalam Trianto, 2009:
83) adalah :
1. Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama
3. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas
6. Siswa lebih bergairah karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan
sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain
7. Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara
pertemuan dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
remedial, pemantapan atau pengayaan materi.
Yani (2014: 118) Pembelajaran tematik integratif pada Kurikulum 2013
dipilih model spider webbed atau model jaring laba-laba. Hal ini dipilih karena
paling mudah memadukan berbagai aspek dan kompetensi. Model jaring laba-laba
ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema. Setelah tema disepakati,
maka dikembangkanlah menjadi sub-tema dengan tetap memperlihatkan
keterkaitan antarmata pelajaran lain. Setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas
pembelajaran yang mendukung.
2.1.1.4 Pendekatan Saintifik
Dalam Kurikulum SD 2013 pendekatan saintifik atau pendekatan sains
menyebabkan semua mata pelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh mata
pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam (Kurniasih,
2014:141). Kurniasih (2014: 176) juga mengungkapkan bahwa pendekatan
saintifik ialah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Kegiatan
pembelajaran seperti ini dapat membentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik secara maksimal. Kelima proses belajar secara saintifik tersebut
diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran. Dalam
kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik ini dapat dilakukan dengan cara
Tabel 3. Kegiatan Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran
Mengamati Melihat, mengamati, membaca, mendengar,
menyimak (tanpa dan dengan alat).
Menanya • Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis.
• Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan).
Mencoba • Menentukan data yang diperlukan dari
pertanyaan yang diajukan.
• Menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen).
• Mengumpulkan data.
Menalar • Menganalisis data dalam bentuk membuat
kategori, menentukan hubungan data/ kategori.
• Menyimpulkan dari hasil analisis data.
• Dimulai dari unstructured-uni structure-multi structure-complicated structure.
Mengkomunikasikan • Menyampaikan hasil konseptualisasi.
• Dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media lainnya.
Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan: 2014:
34).
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki beberapa karakteristik
yaitu, (1) berpusat kepada siswa, (2) melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, (3) melibatkan proses-proses
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, (4) dapat mengembangkan karakter
siswa.
Pendekatan saintifik juga memiliki tujuan, berikut ini adalah tujuan dari
pendekatan saintifik yang dikemukakan oleh Hosnan dalam bukunya yang
berjudul Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Hosnan mengungkapakan bahwa pendekatan saintifik memiliki enam tujuan
yaitu, (1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa, (2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi
pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu
kebutuhan, (4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi, (5) untuk melatih siswa
dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, dan
(6) untuk mengembangkan karakter siswa.
Adapun prinsip dari pendekatan saintifik yaitu, (1) pembelajaran berpusat
kepada siswa, (2) pembelajaran membentuk students self concept, (3)
pembelajaran terhidar dari verbalisme, (4) pembelajaran memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip,
(5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa,
(6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru, (7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi, (8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
Pendekatan saintifik memiliki lima langkah umum yaitu, menggali
informasi melalui observing/ pengamatan, questioning/ bertanya, experimenting/
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, dilanjutkan dengan
menganalisis, associating/ menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta serta
membentuk jaringan/ networking (Hosnan, 2014: 37).
Yani (2014: 125) menjelaskan setiap langkah pembelajaran keterampilan
proses sains dalam Kurikulum 2013 sebagai berikut:
1. Mengamati, yaitu kegiatan peserta didik diperoleh untuk memperoleh
dunia nyata melalui berbagai alat indra pengelihatan, pembau,
pendengar, pengecap, dan peraba. Proses mengamati dapat dilakukan
melalui kegiatan observasi lingkungan, menonton video, mengamati
gambar, membaca tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca
buku, mendengar radio, menyimak cerita, dan berselancar mencari
informasi yang ada di media masa atau jejaring internet.
2. Menanya, yaitu kegiatan peserta didik untuk menyatakan secara
eksplisit dan rasional apa yang ingin diketahui baik yang berkenaan
dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan
menanya, peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru,
narasumber, atau kepada peserta didik lainnya. Pertanyaan dapat
berupa meminta informasi, konfirmasi, menyama pendapat, atau
bersifat hipotetif.
3. Mengeksperimen, kegiatannya berupa mengumpulkan data melalui
mengumpulkan dapat dilakukan dengan cara membaca buku,
mengumpulkan data seunder, observasi lapangan, uji coba,
wawancara, menyebarkan kuisioner, dan lain-lain. Data yang diperoleh
memiliki sifat yang dapat dianalisis dan disimpulkan.
4. Mengasosiasi, yaitu kegiatan peserta didik untuk mengkritisi, menilai,
membandingkan, interpretasi data, atau mengajukan pendapatnya
berdasarkan data hasil penelitian. Secara khusus, arti mengasosiasi
dapat diartikan dengan proses membandingkan antara data yang telah
diperolehnya dengan teori yang telah diketahuinya sehingga dapat
ditarik kesimpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting.
Kegiatan mengasosiasi dapat berupa membuat kategori,menentukan
hubungan antar data/ kategori, dan menyimpulkan dari hasil analisis
data. Penemuan prinsip dan konsep penting diharapkan dapat
menambah skema kognitif peserta didik, memperluas pengalaman dan
wawasan pengetahuannya.
5. Mengkomunikasikan yaitu kegiatan peserta didik untuk
menyampaikan hasil temuannya di hadapan orang lain. Kegiatan
mengkomunikasikan dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan yang
dapat dibantu oleh perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Artinya, peserta didik dapat menyampaikan dalam forum diskusi kelas
2.1.1.5 Penilaian Otentik
Menurut Mardapi (2012: 169) asesmen otentik bertujuan untuk
mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi yang
dimiliki bersifat multi dimensi, oleh karena itu semuadimensi tersebut sedapat
mungkin diukur. Dimensi kemampuan pendidik yang paling sederhana adalah
kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Oleh karena itu, ketiga aspek
tersebut harus dilakukan asesmen. Hasilnya berupa profil peserta didik. Hasil ini
digunakan menyusun strategi belajar berikutnya.
Yani (2014: 145) menyampaikan bahwa penilaian otentik adalah penilaian
yang nyata dan dibuktikan dengan kinerja dan atau hasil-hasil yang dibuat oleh
peserta didik. Untuk memperoleh hasil penilaian otentik dibutuhkan proses
pengumpulan data selengkap mungkin sehingga memberikan gambaran
perkembangan dan hasil belajar peserta didik.
Abidin (dalam Yani 2014: 146) mengemukakan bahwa penilaian otentik
adalah mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar, baik yang
sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan
perkembangan aktifitas dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di
dalam kelas maupun di luar kelas.
Asesmen otentik ini digunakan sesuai prosedur akan memiliki kesalahan
pengukuran yang kecil. Namun asesmen otentik ini memerlukan waktu yang
relatif lama bagi pendidik untuk mengetahui kompetensi peserta didik,
informasinya bersifat holistik, menyeluruh tentang kemampuan peserta didik.
Asesmen otentik dapat diterapkan pada pembelajaran aktif dan kreatif
untuk mata pelajaran apa saja. Lakah pertama dalam melakukan asesmen otentik
adalah menetapkan konstruk pembelajaran aktif dan pembelajaran kreatifitas.
Konstruk ini bisa diambil dari buku tes, kemudian dikembangkan konstruk aspek
afektif dan aspek psikomotorik . Definisi teoritis dari buku teks ini kemudian
diopersionalkan sehingga bisa dijabarkan indikatornya. Hal penting dalam
asesmen otentik adalah penyusunan rubrik yaitu pedoman penskroran berikut
penafsirannya (Mardapi, 2012: 170).
Menurut Kurniasih (2014: 179) penilaian otentik ialah penilaian secara
untuh, meliputi kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar. Keterpaduan
penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan
perolehan belajar peserta didik atau bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional dan dampak pengiring dari pembelajaran. Dengan kata lain,
penilaian otentik ini dapat lebih mudah membantu para guru dalam mengetahui
pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Sebab, untuk ketiga kompetensi tersebut ada instrumen penilaian
masing-masing. Hal ini sejalan dengan Kusaeri (2014: 48) yaitu penilaian otentik
menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh.
Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input, proses, output) tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu
menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring dari pembelajaran.
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
(output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena penilaian semacam
ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik baik dalam
rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring.
Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang
meberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas-tugas seperti
: membaca dan meringkasnya, ekperimen, mengamati, survei, projek, makalah,
membuat multimedia, membuat karangan, dan diskusi kelas (Kusaeri, 2014: 48).
Kusaeri (2014: 49) menambahkan bahwa kata lain dari penilaian otentik
adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamnya penilaian portofolio dan penilaian
projek. Penilaian otentik ada kalanya disebut penialain responsif, suatu metode
untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri
khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan
minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian otentik dapat diterapkan dalam
berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan
orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran. Hasil penilaian otentik
dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan,
pengayaan, atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
Penilaian otentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikansi atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Isitilah Assessment merupakan sinonim dari
penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi, sedangkan istilah otentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel (Daryanto, 2014: 113).
Penilaian otentik bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan dalam
berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana
keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Penilaian model ini menekankan
pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan
penerapan dari imu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoritis. Penilaian
otentik dalam implementasi kurikulum 2103 mengacu kepada standar penilaian
yang terdiri dari : (1) penilaian kompetensi sikap melalui obeservasi, penilaian
diri, penilaian teman sejawat oleh peserta didik dan jurnal, (2) pengetahuan
melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan, (3) Keterampilan melalui penilaian
kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian
portofolio (Daryanto, 2014: 114).
2.2 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana mengajar yang memperlihatkan
pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan
guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang
menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik (Ahmadi, 2014: 64). Menurut
diperlukan model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan.
Bedasarkan uraian tersebut, peneliti membuat pengembangan model perangkat
pembelajaran dengan menggunakan model pengembangan milik Kemp.
Ahmadi mengungkapkan bahwa (2014: 68) Kemp merupakan model yang
membentuk siklus. Model ini berorientasi pada pembelajaran yang menyeluruh
dan dapat digunakan diseluruh jenjang pendidikan. Ada 4 unsur yang merupkan
dasar dalam membuat model Kemp yaitu, (1) untuk siapa program itu dirancang,
(2) apa yang harus dipelajari, (3) bagaimana isi bidang studi dapat dipelajari
dengan baik, (4) bagaimana mengetahui bahwa proses belajar telah berlangsung.
Gambar 3. Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp yang telah
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan model pengembangan
perangkat pembelajaran menurut Kemp (dalam Trianto, 2010: 82-89) adalah
sebagai berikut :
1. Instructional Problems (Masalah Pembelajaran)
Pada tahap ini dilakukan identifikasi untuk melihat ada tidaknya
kesenjangan antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan
fakta yang terjadi dilapangan. Aspek yang dilihat antara lain
menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang
digunakan guru untuk mencapai pembelajaran.
2. Learner Characteristics (Karakteristik Siswa)
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik siswa mulai dari ciri, kemampuan, dan pengalaman, baik
individu maupun kelompok.
1) Tingkah Laku Awal Siswa
Dilakukan identifikasi terhadap keterampilan-keterampilan khusus
yang dimilii oleh siswa sebelum melaksanakan proses
pembelajaran. Keterampilan-keterampilan khusus tersebut harus
dapat siswa lakukan untuk memulai pembelajaran agar dapat
berjalan lancar dan efektif.
2) Karakteristik Siswa
Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan ciri, kemampuan,
kelompok. Hasil dari analisis ini dapat dijadikan sebagai gambaran
untuk menyiapkan perangkat pembelajaran.
3. Task Analysis (Analisis Tugas)
Analisis tugas atau disebut juga analisis tujuan tidak lain dari
analisis isi pelajara analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan
analisis prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman
atau penugasan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran
yang dituangkan dalam bentuk rencana pelajaran dan lember kegiatan
siswa.
1) Analisis Struktur Isi
Analisis ini dilakukan untuk mencermati kurikulun yang sesuai
mulai dari bahan kajian, pokok bahasan, subpokok bahasan, serta
garis besar perincian isi pokok bahasan.
2) Analisis Konsep
Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep
utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis
sesuai urutannya dan merinci konsep-konsep yang relevan. Hasil
dari analisis ini berupa peta konsep.
3) Analisis Prosedural
Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi tahap-tahap
penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian, hasil dari analisis
ini akan diperoleh peta tugas dan analisis prosedural.
Analisis ini dilakukan untuk mengelompokkan tugas-tugas yang
dilaksanakan siswa selama pembelajaran dengan
mempertimbangkan waktu. Hasil dari analisis ini adalah cakupan
konsep/ tugas yang akan diajarkan dalam satu rencana pelajaran.
4. Instructional Objectives (Merumuskan Indikator)
Tahap ini dilakukan untuk mengkonversikan analisis tugas dan
analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang lebih
operasional. Fungsi dari merumuskan indikator yaitu sebagai alur untuk
merancang kegiatan pembelajaran, kerangka kerja dalam merencanakan
cara mengevaluasi hasil belajar siswa dan sebagai panduan siswa dalam
belajar.
5. Content Sequencing (Urutan Materi Pembelajaran)
Pada tahap ini, isi pokok bahasan akan diurutkan terlebuh dahulu.
Pokok bahasan yang diurutkan antara pengetahuan prasyarat,
familiaritas, kesukaran, minat, dan perkembangan siswa.
6. Instructional Strategies (Strategi Pembelajaran)
Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi belajar mengajar yang
sesuai dengan tujian. Kegiatan dalam tahap ini adalah pemilihan model,
pendekatan, metode, pemilihan format, yang dipandang mampu
memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuannya.
1) Pemilihan Model, Pendekatan, dan Metode Pembelajaran
2) Pemilihan Format
Menurut Morrison (2011: 16), memilih alat dan bahan yang
disesuaikan dengan tujuan dapat membantu keberhasilan pelaksanaan
proses pembelajaran. Jika sumber-sumber pelajaran yang dipilih dan
disiapkan dengan baik, maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran
antara lain memotivasi siswa dengan menarik dan menstimulasi
perhatian pada materi pelajaran, melibatkan siswa, menjelaskan dan
.menggambarkan isi materi dengan lebih jelas.
8. Development of Instruction (Pengembangan Instruksi)
Morrison (2011: 16) menjelaskan bahwa setelah melengkapi proses
analisis dan mendesain media dan sumber belajar, langkah selanjutnya
adalah menyiapkan semua bahan ajar seperti halaman web, bahan cetak,
dan rekaman video.
9. Evaluation Instrumens (Instrumen Penilaian)
Instrumen penilaian disusun berdasarkan tujuan pembelajaran
khusus yang telah dirumuskan. Kriteria penilaiannya adalah penilaian
acuan patokan sehingga hasil tes belajar yang dikembangkan harus dapat
mengukur tingkat pencapaian tujuan pembelajaran khusus.
10. Revision (Revisi Perangkat)
Kegiatan revisi ini dilakukan secara terus-menerus dalam
pembuatan perangkat pembelajaran. Revisi ini dimaksudkan untuk
mengevaluasi dan memperbaiki perangkat pembelajaran yang