PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM
2013 SUBTEMA MENGENANG PERJUANGAN
PAHLAWAN BANGSAKU UNTUK SISWA
KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Yanuarius Bintang Handaru
NIM: 101134050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skr ipsi ini kuper sembahkan untuk:
Tu h a n Yesu sk u
Ba pa k d a n I b u k u Yu l i o I ch & Sa r t i H
M b a k M ek a r & D en o k Fl a
Kel u a r g a b esa r k u TS. Su k i r m a n
Tem a n - t em a n m a h a si sw a a n g k a t a n 2 0 1 0 d i sel u r u h Pr o g r a m St u d i d i Sa n a t a D h a r m a
v
MOTTO
Aku bukanlah yang t er baik, t api aku ber usaha unt uk selalu baik.
J ika mer indukan ibu, saya cukup bangun pagi. Sebab pagi it u ibu kehidupan. Sebab ibu hadir kan pagi yang hidup. Sebab keduanya adalah sumber
kehidupan.
Set iap or ang akan membut uhkan seseor ang yang membuat nya mer asa t ak seper t i set iap or ang
vi
PERYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Juli 2014 Peneliti,
Yanuarius Bintang Handaru
vii
PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Yanuarius Bintang Handaru
Nomor Mahasiswa : 101134050
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah yang berjudul:
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA MENGENANG PERJUANGAN PAHLAWAN BANGSAKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR.
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 10 Juli 2014 Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Handaru, Y. B. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Mengenang Perjuangan Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV SD, dengan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, dan pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Kompetensi yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan, kompetensi sikap.
Penelitian pengembangan bahan ajar ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan hasil modifikasi antara model pengembangan Jerold E Kemp dan langkah penelitian Borg and Gall. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan dari pengintegrasian dua model diatas adalah (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk uji coba terbatas pada bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 subtema mengenang perjuangan pahlawan bangsaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV SD memiliki kualitas “sangat baik” dengan rata-rata skor 4,43 berdasarkan hasil validasi pakar Kurikulum 2013, validasi guru, dan validasi lapangan. Hasil validasi pakar Kurikulum 2013 diperoleh skor 4,19 dengan kategori “baik”, hasil validasi guru kelas IV SD diperoleh skor 4,45 dengan kategori “sangat baik”. Serta hasil validasi lapangan diperoleh skor 4,81 dengan kategori “sangat baik”. Dengan demikian, bahan ajar yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk kelas IV SD.
ix
ABSTRACT
Handaru, Y. B. (2014). The Development of Learning Materials Referring to 2013 Curriculum,Subtheme Commemorating The Struggle of My National Heroes. Thesis. Yogyakarta:Primary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
The purpose of this research is to produce learning materials referring to 2013 Curriculum for 4th Grade Students, using the approach of thematic integrative, that of scientific, and character building based on local culture. Competencies developed in this research refer to the competency of knowledge, that of skills, and attitude.
This study on the development of learning materials use the method of research and that of development of modification results between the development models of Jerold E Kemp and the research steps of Borg and Gall. The steps of research and development that would be implemented from the integrating of the above models are (1) problem potential , (2) data collecting, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision,(6) product trials, and (7) product revision, until producing the design of qualified trial product teaching materials referring to 2013 Curriculum subtheme Commemorating The Struggle of My National Heroes for 4th Grade students of Primary School.
Results showed that learning materials referring to 2013 Curriculum for 4th Grade students of Primary School had quality category of “very good” with average score of 4,43 based on the validation of 2013 Curriculum Experts, that of teacher, and that based on field validation. Score obtained from validation results of 2013 Curriculum experts was 4,19 and it was included in the category of “very good”, that of from validation results of the 4th grade teachers was 4,45 and it was included in the category of “very good”. The results of field validation was 4,81 included in the category of “very good”. Thus, learning materials developed is suitable to be used in the learning activities referring to 2013 Curriculum, specifically those for 4th students of primary school.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat, rahmat serta hidayah-Nya.Sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan program S1
PGSD Universitas Sanata Dharma dan persyaratan mendapatkan gelar sarjana
pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini karena adanya bimbingan,
arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan
hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini penenliti sampaikan kepada :
1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Kaprodi
PGSD.
3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakaprodi PGSD.
4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, dan dorongan bagi peneliti dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan menuntun peneliti dalam penyelesaian skripsi
xi
6. Dra. Maslichah Asyari, M.Pd. selaku validator pembelajaran mengacu
kurikulum 2013 yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam
penelitian pengembangan ini
7. Henri Mutofa, S.Pd. selaku guru kelas IV SDN Cebongan yang memberikan
kesediaannya untuk menjadi validator bahan ajar yang disusun oleh peneliti.
8. Supardiyana, S.Pd. selaku guru kelas IV SDN Cebongan yang memberikan
kesediaannya untuk menjadi validator bahan ajar yang disusun oleh peneliti.
9. Pardi, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SDN Tamanan 3 yang telah
memberikan ijin untuk melakukan uji coba bahan ajar yang disusun oleh
peneliti.
10.Siswa/siswi kelas IV SDN Tamanan 3 tahun ajaran 2013/2014 yang telah
bersedia memberikan waktu dan kerja sama yang baik selama penelitian
berlangsung
11.Bapak/Ibu guru SDN Tamanan 3 yang telah menerima dan memberikan
waktu serta tempat untuk melakukan penelitian.
12.Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang medidik dan membimbing saya
selama perkuliahan sehingga mendapatkan ilmu yang berharga.
13.Bapak dan Ibu serta mba Mekar tercinta yang senantiasa memberikan yang
terbaik bagi peneliti.
14.Keluarga besar Ts. Sukirman yang selalu memberikan dukungan, semangat
xii
15.Teman-teman seperjuangan dalam penelitian payung, Nina dan Winda yang
memberikan kerjasama dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi.
16.Sahabat baikku Alexandra Devina yang tidak henti-hentinya memberikan
dukungan dan semangat agar peneliti tetap bertahan di Jogja dan
menyelesaikan kuliah di PGSD Sanata Dharma ini.
17.Sahabat baikku Theresia Eva Nanda Hutagaol yang selalu memberikan
semangat.
18.Sahabat baikku, Martinus Fuji Haryoko yang tidak henti-hentinya
memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
19.Teman-teman seangkatan PGSD S1 kelas A 2010.
20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut serta dalam
membantu penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati peneliti akan merasa sangat terbantu
oleh segala kritik dan saran yang membangun untuk membantu perbaikan
skripsi yang telah peneliti kerjakan. Terima kasih.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Batasan Istilah ... 7
xiv
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 10
2.1 Kajian Pustaka... 10
2.1.1Kurikulum SD 2013 ... 10
2.1.1.1Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013... 12
2.1.2Pendekatan Tematik Integratif ... 15
2.1.2.1Pengertian Tematik Integratif ... 16
2.1.2.2Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif ... 17
2.1.2.3Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif ... 19
2.1.2.4Model-model Pendekatan Integratif ... 20
2.1.2.5Tahap-tahap Pendekatan Tematik Integratif ... 23
2.1.3Pendekatan Saintifik ... 24
2.1.3.1Pengertian Pendekatan Saintifik ... 24
2.1.3.2Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 25
2.1.3.3Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Integratif ... 26
2.1.4 Penilaian Otentik ... ... 32
2.1.4.1 Hakikat Penilaian Otentik ... ... 32
2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik ... ... 33
2.1.4.3 Macam-macam Penilaian Otentik ... ... 34
2.1.5 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal ... ... 36
2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Karakter ... ... 36
2.1.4.2 Hakikat Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal ... . 37
xv
2.3 Penelitian yang Relevan ... 43
2.4 Kerangka Berpikir ... 46
2.5 Pertanyaan Penelitian ... 48
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 49
3.1 Jenis Penelitian ... 49
3.2 Prosedur Pengembangan... 51
3.3 Jadwal Penelitian ... 55
3.4 Uji coba Produk ... 56
3.4.1Desain Uji Coba ... 56
3.4.2Subyek Uji validasi lapangan ... 56
3.4.3Instrumen Penelitian ... 56
3.4.4Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.4.5Teknik Analisis Data ... 57
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
4.1 Hasil Penelitian ... 61
4.1.1 Analisis Kebutuhan ... 61
4.1.2 Deskripsi produk Awal ... 64
4.1.2.1 Silabus .... ... 65
4.1.2.2 RPP ... 65
4.1.2.3 Pengembangan Bahan Ajar ... 66
4.1.2.3.1 Sampul Halaman Depan ... 67
4.1.2.3.2 Isi ... 67
xvi
4.1.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 68
4.1.3.1Deskripsi Data Validasi Pakar Kurikulum 2013. ... 69
4.1.3.2Revisi Produk Berdasarkan Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 70
4.1.3.3Deskripsi Data Validasi Guru Kelas IV SD ... 71
4.1.3.4Revisi Produk Berdasarkan Validasi Guru Kelas IV SD... 72
4.1.3.5Deskripsi Data Validasi Guru Kelas IV SD ... 73
4.1.3.6Revisi Produk Berdasarkan Validasi Lapangan ... 75
4.1.3.7Kajian Produk Akhir ... 75
4.1.3.7.1 Bahan Ajar ... 76
4.1.3.7.2 Sampul Halaman Depan ... 76
4.1.3.7.3 Isi ... 77
4.1.3.7.4 Daftar Refrensi ... 77
4.2 Pembahasan ... 78
BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 81
5.1 Kesimpulan ... 81
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 82
5.3 Saran ... 83
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 55
Tabel 3.2 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 58
Tabel 3.3 Kriteria Skor Skala Lima ... 60
Tabel 4.1 Komentar Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi ... 69
Tabel 4.2 Komentar Guru Kelas IV SD dan Revisi ... 72
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Desain Pembelajaran Jerold E. Kemp ...39
Gambar 3.1 Tahap-tahap R&D menurut Borg & Gall ...50
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Survei Kebutuhan ... 87
Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru Kelas IV SDN Cebongan ... 88
Lampiran 3 Pemetaan Kompetensi Dasar dan Indikator Tema 5 ... 90
Lampiran 4 Pemetaan Indikator Tema 5 Subtema 3 ... 91
Lampiran 5 Pemetaan Indikator Harian Subtema 3 ... 92
Lampiran 6 Silabus Pembelajaran Tematik Tema 5 ... 98
Lampiran 7 RPP ... 119
Lampiran 8 Instrumen Validasi Kualitas Bahan Ajar untuk Pakar Kurikulum dan Guru Kelas IV SD ... 201
Lampiran 9 Instrumen Persepsi Siswa terhadap Kualitas Bahan Ajar ... 203
Lampiran 10 Lembar Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 204
Lampiran 11 Lembaran Validasi Guru Kelas IV SDN Cebongan ... 209
Lampiran 12 Lembar Validasi Siswa Kelas IV SDN Tamanan 3 ... 217
Lampiran 13 Hasil Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 237
Lampiran 14 Hasil Validasi Guru Kelas IV SD ... 240
Lampiran 15 Hasil Validasi dan Rekapitulasi Lapangan 10 Siswa Kelas IV SDN Tamanan 3 ... 246
Lampuran 16 Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Kurikulum 2013, Guru Kelas IV SD dan Validasi Lapangan 10 Siswa Kelas IV SD ... 268
Lampiran 17 Surat Izin Penelitian ... 269
Lampiran 18 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 270
Lampiran 19 Foto Validasi Lapangan ... 271
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab 1 ini peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitan, batasan istilah dan spesifikasi produk yang
dikembangkan.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan ujung tombak dalam perkembangan suatu negara.
Jika suatu negara menginginkan rakyatnya sejahtera, maka pendidikan yang
berkualitas menjadi salah satu obat yang mujarab bagi semua kebutuhan
rakyatnya. Dalam kata lain, pendidikan merupakan tempat bagi seluruh umat
manusia khususnya penerus bangsa untuk menjadi generasi yang dapat
menjadikan negara lebih maju, bermartabat, dan sejahtera. Seperti yang tertulis
dalam UU No. 20 Tahun 2003 mengenai fungsi pendidikan nasional, bahwa
pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan, dan
membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat sehingga
pendidikan diselenggarakan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, suatu negara
sangat berperan penting dalam mengatur, menerapkan serta mengembangkan
sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang baik tersebut terwujud bila
pemerintah bersama seluruh masyarakat dapat menyelenggarakan kurikulum
yang berkualitas. Kurikulum merupakan suatu sistem pendidikan yang memiliki
fungsi yang sangat dinamis. Dinamis, dalam artian bahwa kurikulum selalu
kecerdasan serta kebutuhan peserta didik, budaya, dan nilai-nilai yang ada pada
masyarakat.
Penyelenggaraan kurikulum di Indonesia disesuaikan dengan falsafah
dan dasar negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Bahwa pendidikan di
Indonesia disesuaikan dengan perkembangan zaman, kebutuhan peserta didik,
budaya, nilai-nilai dan norma-norma yang ada di lingkungan masyarakat
Indonesia, serta nilai-nilai luhur bangsa. Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan Indonesia, perlu adanya perencanaan serta evaluasi yang berkala
terhadap arah pendidikan Indonesia sendiri. Oleh sebab itu, Indonesia secara
terus menerus merencanakan serta mengevaluasi pola kurikulum yang
berubah-ubah demi mengikuti perkembangan zaman.
Hidayat (2013: 1-2) berpendapat bahwa perubahan kurikulum dapat
mempengaruhi perubahan terhadap sistem sosial budaya, pandangan politik dan
politik itu sendiri, ekonomi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
suatu bangsa. Jika suatu negara tidak mengembangkan serta merubah kurikulum
sesuai dengan perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat, maka sistem
sosial budaya, politik, ekonomi serta perkembangan iptek juga tidak akan
berkembang dan maju. Yang biasa terjadi pada perubahan kurikulum di
Indonesia adalah penekanan pada tujuan pendidikan dan pendekatan-pendekatan
yang digunakan dalam menerapkan pendidikan.
Saat ini, pemerintah Indonesia sedang mencoba menerapkan kurikulum
baru, yaitu Kurikulum 2013. Mulyasa (2013: 6) berpendapat bahwa pendidikan
Kurikulum 2013 di tingkat Sekolah Dasar (SD) yang nantinya menjadi dasar
perkembangan karakter pada tingkatan sekolah selanjutnya. Penekanan
pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 tersebut diharapkan dapat
mengarahkan pada pembentukan budi pekerti serta moral siswa secara utuh
sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan. Pendidikan karakter siswa
dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran yang mengarah pada aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Pengembangan karakter juga dapat
diterapkan dalam kegiatan pembeljaran dengan mengikuti perkembangan zaman
dan teknologi yang semakin modern, serta menggali dan mengembangkan
potensi-potensi lokal di lingkungan sekitar.
Selain pengembangan karakter, metode yang diterapkan dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 juga mengalami perubahan serta pengembangan.
Kemendikbud (2013) mengemukakan bahwa dalam Kurikulum 2013, metode
tematik integratif merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat
berpotensi dalam perkembangan belajar siswa. Dalam metode tematik integratif
ini, beberapa kompetensi serta mata pelajaran disatukan menjadi suatu tema.
Sehingga pembelajaran dengan metode tematik integratif ini diharapkan dapat
memberikan pengalaman bermakna pada setiap siswa. Karena, dengan
pengalaman langsung yang diterima oleh siswa, maka siswa dapat memahami
suatu konsep pembelajaran yang menyeluruh.
Hidayat (2013:44) berpendapat bahwa, untuk menciptakan suatu
kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, perlu adanya
pembelajaran. Pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berbasis sains, atau disebut juga pendekatan saintifik. Pada
pendekatan saintifik, siswa dapat diajak untuk aktif dalam mengamati, bertanya
jawab, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, mencipta, serta
mengkomunikasikan kegiatan pembelajaran yang siswa alami dan lakukan.
Penilaian yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 ini juga mengikuti proses
pembelajaran yang siswa lakukan, yaitu dengan menilai sikap, pengetahuan serta
keterampilan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini,
penilaian yang bersifat otentik dapat menjadi salah satu bentuk penilaian yang
sunguh-sunguh nyata terhadap proses serta hasil belajar siswa.
Dalam menerapkan pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013, guru
sangat berperan penting dalam membimbing serta menjadi fasilitator bagi siswa.
Untuk membuat kegiatan pembelajaran yang menarik dan bermakna, guru
dituntut untuk membuat kegiatan pembelajaran yang berisi konsep dan materi
nyata atau riil dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, guru dapat
memberikan konsep dan materi melalui buku-buku yang relevan, majalah dan
artikel yang relevan, serta bahan ajar yang berkualitas.
Mulyasa (2013: 50) dan Dakir (2004: 13-15) berpendapat bahwa bahan
ajar atau buku pelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang penting bagi
siswa dan guru. Siswa dan guru akan mengikuti setiap alur kegiatan
pembelajaran dari halaman satu ke halaman lain, sehingga pembelajaran
diharapkan akan sesuai dengan tingkatan yang sederhana menuju tingkatan yang
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Henri Mustofa,
guru kelas IV SDN Cebongan, Sleman pada tanggal 10 September 2013, dapat
diperoleh informasi bahwa sekolah telah menerapkan Kurikulum 2013 karena
merupakan salah satu SD yang ditunjuk oleh pemerintah. Namun penerapan
Kurikulum 2013 di SD tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan, karena waktu
pelatihan dan sosialisasi untuk menerapkan Kurikulum 2013 sangat kurang. Hal
ini disebabkan karena waktu pelatihan yang dilaksanakan selama satu minggu
dan penerapan Kurikulum 2013 yang harus dilaksanakan selama satu tahun.
Meskipun pemerintah telah menyiapkan bahan ajar yang dapat diterapkan
selama satu tahun, guru masih kesulitan dalam membuat kegiatan pembelajaran
yang berkualitas karena bahan ajar kurang sesuai dengan kearifan lokal sekolah
itu sendiri, sehingga guru harus lebih kreatif membentuk alternatif kegiatan
pembelajaran yang mengaitkan pembelajaran dengan pendidikan karakter sesuai
dengan potensi-potensi budaya lokal. Guru juga mengatakan bahwa perlu
adanya perbaikan terhadap bahan ajar yang disediakan agar sesuai dengan
kebutuhan siswa dalam belajar.
Dari beberapa masalah yang telah diungkapkan, peneliti menyimpulkan
bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian yang penting agar tercapainya
tujuan pendidikan dalam penerapan Kurikulum 2013. Oleh karena itu peneliti
akan melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu
Kurikulum 2013 Subtema Mengenang Perjuangan Pahlawan Bangsaku untuk
1.2 Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan beberapa masalah, sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar subtema mengenang
perjuangan pahlawan bangsaku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk
siswa kelas IV Sekolah Dasar?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar subtema mengenang perjuangan
pahlawan bangsaku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar?
1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar subtema
mengenang perjuangan pahlawan bangsaku mengacu Kurikulum 2013
untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar subtema mengenang
perjuangan pahlawan bangsaku mengacu Kurikulum SD 2013 untuk
siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti:
Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman dan wawasan
baru yang dapat menjadi bekal peneliti ketika menjadi guru dalam
menerapkan kurikulum 2013.
1.4.2 Bagi guru:
Dapat memberikan inspirasi bagi guru SD untuk mengembangkan bahan
1.4.3 Bagi siswa:
Dapat membatu siswa dalam memahami materi-materi pelajaran melalui
bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 dengan menggunakan
pendekatan tematik integratif, pendekatan yang mengajak siswa untuk
memberikan pengalaman belajar nyata yaitu pendekatan saintifik, serta
menggunakan pendekatan karakter berbasis budaya di lingkunganya.
1.4.4 Bagi sekolah:
Dapat menambah sumber bahan ajar yang mengacu pada Kurikulum SD
2013 untuk kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.4 Bagi Prodi PGSD:
Menjadikan acuan dalam mengembangkan produk-produk bahan ajar
lainya yang mengacu pada Kurikulum SD 2013.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Pendekatan tematik integratif
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema dan di
dalam pengintegrasian tersebut terdapat integrasi sikap, keterampilan dan
pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep
yang berkaitan.
1.5.3 Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang mengembangkan serta
dan mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan
fakta dari suatu kejadian atau permasalahan.
1.5.4 Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada ilmu
pengetahuan dan pengembangan karakter setiap siswa yang berfokus
pada sikap, perilaku, dan cara berfikir siswa.
1.5.5 Penilaian otentik
Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara menyeluruh
mulai dari sikap, pengetahuan, keterampilan siswa serta dari masukan
(input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran sehingga dalam
penilaian otentik ini bersifat alami dan tidak dibuat-buat.
1.5.6 Bahan ajar
Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap
tema dan subtema yang terdiri dari unsur: Tema, Subtema, KI, KD,
indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi,
aksi/tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar
kata penting, dan daftar pustaka.
1.5.7 Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah
dengan menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan tematik
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut.
1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan
pribadi siswa (karakter, keterampilan, dan intelektual) yang nampak
dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.
1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan
pendekatan sains.
1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.
1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
Berikut ini telah diuraikan landasan teori yang akan digunakan untuk
memecahkan suatu masalah dalam penelitian yang dilakukan. Landasan teori ini
memuat kajian pustaka berisikan teori-teori yang mendukung penelitian, hasil
penelitian yang relevan untuk mengetahui bagaimana keberhasilan dalam
metode penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kerangka berpikir, serta
pertanyaan penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
Pada kajian pustaka ini, akan diuraikan teori-teori yang mendukung
penelitian yang akan dilakukan. Kajian teori ini meliputi beberapa teori tentang
kurikulum 2013, pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian
otentik, serta pendidikan karakter.
2.1.1 Kurikulum 2013
Muhammad Nuh dalam artikel Kurikulum 2013 mengatakan bahwa
Kurikulum 2013 merupakan langkah pengembangan pendidikan yang
merupakan proses panjang serta berkelanjutan yang bertujuan untuk menjadikan
siswa sebagai manusia yang sesuai dengan tujuan penciptanya, yaitu bermanfaat
bagi diri sendiri, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan
mempersiapkan siswa dalam menghadap tantangan zaman dalam bentuk internal
maupun eksternal.
Kemendikbud (2013: 72 – 81) mengemukakan bahwa tantangan internal
yang menyebabkan terjadinya perubahan kurikulum 2013 didasarkan pada 8
(delapan) standar nasional. Kedelapan standar tersebut meliputi standar
pengelolaan, standar biaya, standar sarana dan prasarana, standar pendidikan,
standar tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, serta
standar kompetensi lulusan. Standar nasional tersebut menjadi suatu tentangan
dari dalam untuk mengembangkan dan membentuk suatu pendidikan yang lebih
berkualitas lagi. Sedangkan dalam bentuk eksternal, tantangan yang muncul
seperti, bayang-bayang masa depan dan cita-cita, kompetensi dan keahlian yang
dibutuhkan nantinya, pengembangan pengetahuan dan teknologi, dan
perngaruh-pengaruh yang diterima mentah-mentah oleh masyarakat tanpa melihat sisi
positif dan negatifnya. Tanpa disadari, tantangan-tantangan yang muncul dari
luar tersebut merupakan dampak dari globalisasi yang menyebar ke seluruh
penjuru dunia.
Kemendikbud (2013:74) dan Yulaelawati (2004:4) mengemukakan
bahwa dengan adanya kedua tantangan tersebut, maka kurikulum 2013
diharapkan menjadi sebuah jembatan bagi seluruh masyarakat khususnya peserta
didik untuk mempersiapkan dan mengembangkan diri menghadapi tantangan
demi tantangan. Hal ini dikarenakan bahwa masyarakat sekarang sangat
membutuhkan standar kualitas yang tinggi dalam pendidikan. Standar tersebut
atau etika, kesehatan jasmani atau kinestetika, serta seni dan keindahan atau
estetika. Seluruh cakupan kompetensi inilah yang dilaksanakan dan diterapkan
dalam kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan tujuan pendidikan yang
harus dicapai melalui penerapapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi
yang dihasilkan adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang
dihasilkan adalah manusia seutuhnya.
2.1.1.1Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Dalam rangka memperbaiki kurikulum yang diterapkan ditahun-tahun
sebelumnya, pemerintah beserta elemen-elemen dibidang pendidikan sedang
berupaya merubah kurikulum baru. Hal ini guna mengembangkan dan
menciptakan pendidikan yang lebih berkualitas agar perkembangan belajar siswa
lebih baik. Ladjid (2005:7) berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan kurikulum adalah mengenai perluasan kesempatan belajar
bagi siswa tidak merata diberbagai daerah. Perubahan kurikulum terjadi juga
karena adanya peningkatan mutu pendidikan yang diharapkan mengikuti
tuntutan perkembangan zaman. Faktor selanjutnya adalah penyesuaian atau
relevansi pendidikan. Dimana kebutuhan siswa dalam belajar dan menguasi
berbagai keterampilan serta membentuk karakter dan moral siswa yang harus
dikembangkan. Keefektivitasan dan keefisienan pendidikan juga sangat
berpengaruh pada perubahan kurikulum.
Pada penerapan kurikulum 2013, Mulyasa (2013:77-79) mengemukakan
antara lain, (1) standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan
pendidikan, (2) standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui
suatu kompetensi inti yang bebas mata pelajaran, (3) seluruh mata pelajaran
memiliki kontribusi khusus terhadap pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan siswa (4) mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin
dicapai, (5) semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti keselarasan
tuntutan kompetensi lulusan, isi , proses pembelajaran, dan penilaian.
Selain pembaharuan prinsip-prinsip, terdapat ciri-ciri yang menjadi
identitas kurikulum 2013 yaitu, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar
Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Hidayat (2013:127-129) berpendapat
bahwa keempat standar tersebut dirumuskan dalam tujuh elemen sebagai bagian
dari perubahan kurikulum 2013, antara lain:
(1) Kompetensi Lulusan
Dengan dilaksanakanya kurikulum 2013, diharapkan dapat meningkatkan
serta menyeimbangkan antara soft skill dan hard skill yang mencakup aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
(2) Kedudukan Mata Pelajaran
Dalam penerapan kurikulum 2013 kompetensi yang dihasilkan tidak
mengikuti mata pelajaran akan tetapi mata pelajaran yang akan dilaksanakan
berdasarkan kompetensi yang telah direncanakan secara matang.
Kompetensi yang dikembangkan pada lingkup pendidikan dasar atau
Sekolah Dasar (SD) yaitu melalui pembelajaran menggunakan pendekatan
tematik integratif dalam semua mata pelajaran yang diampu.
(4) Struktur Kurikulum
Pada pendidikan Sekolah Dasar (SD) pendekatan berbasis holistik dan
integratif berfokus pada kondisi yang nyata seperti, alam, sosial dan budaya.
Pada kurikulum 2013, pembelajaran diterapkan dengan menggunakan
pendekatan berbasis sains atau disebut juga pendekatan saintifik. Jumlah
mata pelajaran pada pendekatan saintifik berubah, yang semula 10 mata
pelajaran berubah menjadi 6 mata pelajaran. Namun, alokasi waktu dalam
belajar bertambah menjadi 4 jam pelajaran setiap pada setiap minggunya.
(5) Proses Pembelajaran
Pada pelaksanaan kurikulum 2013 ini sedikit berbeda dengan kurikulum
sebelumnya yaitu KTSP yang semula berfokus pada eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi menjadi proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan berbasis sains yaitu, mengamati, menanya, mengolah, menalar,
menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Proses pembelajaran yang
mengacu kurikulum 2013 tidak hanya terjadi di dalam ruangan kelas,
melainkan dapat dilaksanakan di luar kelas atau dilingkungan sekitar
sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, siswa diharapkan
memperoleh pengalaman belajar dari apa yang siswa lihat, rasakan dan
lakukan. Model pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Dasar (SD) adalah
(6) Penilaian
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 terdapat perubahan dalam penerapan
penilaian pada kegiatan pembelajaran, yaitu penilaian yang dilakukan tidak
hanya berdasarkan hasil belajar siswa, namun penilaian juga dilakukan
berdasarkan proses kegiatan pembelajaran yang siswa lakukan. Penilaian
proses tersebut mencangkup kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
(7) Kegiatan Ekstrakulikuler
Pada pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan ekstrakulikuler di tingkat
Sekolah Dasar (SD) tidak terjadi perubahan yang besar. Sekolah Dasar
dapat menyelenggarakan kegiatan pramuka sebagai ekstrakulikuler wajib
dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS), Palang Merah Remaja (PMR) serta
Bahasa Inggris sebagai ekstrakulikuler pilihan.
Berdasarkan elemen perubahan yang terjadi pada kurikulum 2013, dapat
disimpulkan bahwa kurikulum 2013 dilaksanakan untuk menata ulang Standar
Nasional Pendidikan yang telah berlaku dan dilaksanakan sehingga menjadi
penyempurnaan bagi pendidikan nasional.
2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif
Pada pembahasan mengenai pendekatan tematik integratif ini, akan
diuraikan mengenai pengertian pendekatan tematik integratif, karakteristik
model-model pendekatan tematik integratif, serta tahap-tahap pendekatan
tematik integratif.
2.1.2.1 Pengertian Pendekatan Tematik Integratif
Menurut Aulia dalam artikel Kurikulum SD Berbasis Tematik Integratif
dan Afifah dalam artikel Motode Tematik Integratif Bukan Hal Baru,
mendefinisikan pendekatan tematik integratif adalah suatu pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang mengajak siswa untuk belajar
sesuai dengan materi ajar yang disampaikan dalam bentuk tema-tema yang
dipilih oleh gurunya dengan mengintegrasikan seluruh mata pelajaran (Kompas
Online, 2012). Sebagai contoh, dalam tema “sungai”, siswa dapat diajak untuk
keluar kelas dan pergi ke sungai, kemudian diajak untuk menulis mengenai
keadaan lingkungan sungai, materi ini masuk kedalam pelajaran Bahasa
Indonesia. Kemudian, siswa diajak untuk mengatahui bahwa sungai tidak boleh
dicemari karena akibatnya merugikan masyarakat, materi ini masuk kedalam
pelajaran PPKn. Kemudian, siswa diajak untuk, mengidentifikasi serta
mengetahui dampak-dampak dari pencemaran lingkungan, materi ini masuk
kedalam pelajaran IPS. Siswa juga dapat diajak untuk mensyukuri anugerah
Tuhan karena diberikan lingkungan yang indah dan nyaman, hal ini masuk
kedalam pendidikan spiritual siswa. Pada pendekatan tematik integratif ini, guru
dituntut untuk kreatif dalam mengemas atau memberikan serta memfasilitas
pembelajaran. Agar keterampilan, sikap individu, sikap sosial, moral, spiritual,
2.1.2.2 Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif
Hajar (2013: 43-56) dan Trianto (2007: 13-15) berpendapat bahwa ada
beberapa karakteristik dalam pembelajaran tematik integratif. Kegiatan
pembelajaran tematik integratif berpusat pada siswa. Sebagai contoh, dalam
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, siswa diajak dan dituntut untuk aktif
melakukan kegiatan. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
siswa, jika siswa merasa kesulitan atau kebingungan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Selain itu, guru juga dituntut untuk mengemas atau membuat
kegiatan pembelajaran yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang dikaitkan.
Jadi, tidak ada pemisahan mata pelajaran yang nampak jelas pada kegiatan
pembelajaran tersebut. Hal ini, dapat membuat pemahaman para siswa terhadap
materi pelajaran tidak sepotong-sepotong. Sebagai contoh, siswa melaksanakan
kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran PPKn, IPS, dan Matematika.
Sedangkan guru mengemas kegiatan pembelajaran yang terdiri dari ketiga mata
pelajaran tersebut dengan membuat tema sebagai penggabung antara kegiatan
pembelajaran pada mata pelajaran satu menuju kegiatan pembelajaran pada mata
pelajaran yang lain.
Keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
pembelajaran tematik integratif ini menjadi salah patokan siswa untuk
memaksimalkan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya baik secara
fisik, mental, intelektual, emosional, sikap sosial, maupun sikap spiritualnya.
Oleh karena itu, pembelajaran tematik integratif ini dibentuk dan dilaksanakan
optimal. Sebagai contoh, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk belajar,
menemukan, bermain, bernyanyi, berlari, bertanya, menulis, bercerita, serta
melakukan apa saja yang ingin dia lakukan dengan prosedur pembelajaran yang
sudah disusun oleh guru. Sehingga siswa dapat memiliki pengalaman belajar
yang sesungguhnya. Dari situ, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
tematik integratif ini lebih menekankan proses pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa, daripada hasil belajar siswa. Materi yang disajikan dalam
pembelajaran tematik integratif ini dimulai dari hal yang nyata yang sudah
dikemas dalam sebuah tema pembelajaran. Sehingga, siswa dapat mendapatkan
berbagai informasi dan fakta yang ada di lingkungan sekitar.
Sama halnya dengan Kemendikbud (2013) yang berpendapat bahwa
karakteristik pembelajaran tematik integratif yaitu pembelajaran yang di
laksanakan selalu berpusat pada siswa, dimana guru hanya menjadi fasilitator
dan pembimbing siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam
pembelajaran tematik integratif, siswa belajar dengan mengalami secara
langsung kegiatan yang dilaksanakan, sehingga siswa dapat memahami materi
yang telah dipelajari. Selain itu dalam pembelajaran tematik integratif,
pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu tampak jelas. Hal ini, dibutuhkan
kreatifitas guru yang sangat tinggi dalam mengemas dan membentuk kegiatan
pembelajaran agar beberapa mata pelajaran dapat dirancang menjadi satu
kesatuan kegiatan pembelajaran yang saling berkaitan melalui konsep-konsep
yang sesuai dengan fakta-fakta yang ada, lingkungan sekitar, serta kebutuhan
Pembelajaran tematik integratif dilaksanakan secara fleksibel. Sebagai
contoh, kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran tematik integratif dapat
dilaksanakan di luar kelas, seperti mengunjungi tempat-tempat yang mendukung
pembelajaran, agar siswa tidak merasa bosan. Siswa juga diajak untuk
melakukan serta melihat keadaan lingkungan sekitar yang sebenarnya. Karena
perkembangan pengetahuan siswa dapat terbentuk bukan hanya siswa belajar
melalui buku yang berisi gambar dan tulisan-tulisan yang memberikan sejumlah
informasi yang ada, namun siswa juga dapat belajar dengan cara dia melihat
serta melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata. Dalam hal ini, guru juga harus
dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan dengan memberikan materi
pembelajaran dengan berbagai bentuk permainan, agar siswa termotivasi belajar
2.1.2.3 Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif
Kemendikbud (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik
integratif memiliki fungsi dan tujuan. Fungsi dilaksanakanya kegiatan
pembelajaran tematik integratif untuk memudahkan siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran serta memahami materi yang dipelajari. Sehingga siswa
mendapatkan suatu pengelaman belajar yang bermakna. Sedangkan tujuan
pembelajaran tematik integratif itu sendiri agar siswa dapat memahami materi
yang dipelajari secara lebih mendalam dan berkesan. Selain itu, siswa juga lebih
bersemangat dalam belajar. Karena, kegiatan pembelajaran tematik integratif
merupakan suatu bentuk kegiatan interaksi siswa dengan siswa lain dan
lingkungan sekitar. Dengan adanya komunikasi antar siswa dan lingkungan
bercerita, diskusi, menulis sekaligus mempelajari pelajaran lain sehingga
kompetensi siswa dalam berbahasa akan lebih baik. Hal ini juga dapat
meningkatkan berbagai kompetensi dalam mata pelajaran yang lain dengan
mengembangkan pengalaman pribadi yang pernah siswa alami.
Tujuan pembelajaran tematik integratif lainya adalah agar lebih mudah
memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. Siswa dapat
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi-kompetensi dari berbagai mata pelajaran yang dikemas dalam satu tema yang
sama. Budi pekerti dan moral siswa juga dapat ditumbuhkembangkan dengan
menggunakan sejumlah nilai pada budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi
di lingkungan pembelajaran.
2.1.2.4 Model-model Pendekatan Tematik Integratif
Dalam pembelajaran tematik integratif, guru dapat menggunakan
model-model pembelajaran yang sangat beragam guna memberikan suasana belajar
yang berbeda-beda. Forgarty (1991) dalam Majid (2013:120) & Kemendikbud
(2013) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh model-model pembelajaran
tematik integratif yang bisa digunakan oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran, antara lain:
1. Model Fragmented, biasa disebut model penggalan. Model penggalan
ini hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Yang berbeda dari
butir-butir materi pada guru yang terpisah-pisah dalam waktu yang
berbeda-beda.
2. Model connected, atau biasa disebut model keterhubungan. Pada model
keterhubungan ini, pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
mengumpulkan butir-butir materi yang dapat dipayungkan pada mata
pelajaran tertentu.
3. Model nested, atau biasa disebut model sarang. Pada model nested ini,
pembelajaran dikemas dengan memadukan berbagai bentuk
keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Mata pelajaran
yang diajarkan pada model nested ini dapat diajarkan lebih dari satu
mata pelajaran.
4. Model sequence, atau biasa disebut model urutan. Pada model sequence
ini, merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang
berbeda secara paralel. Topik-topik tersebut dapat dipadukan
pembelajaranya pada alokasi waktu yang sama.
5. Model shared, atau biasa desibut model bagian, merupakan model
pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide pada
dua mata pelajaran atau lebih.
6. Model webbed (jaring laba-laba), merupakan model yang paling banyak
bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema dapat mengaitkan kegiatan
pembelajaran baik dalam mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran.
7. Model threaded (galur), merupakan pemaduan bentuk keterampilan.
Bentuk ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum.
8. Model integrated (terpadu), merupakan pemaduan sejumlah topik dari
mata pelajaran yang berbeda. tetapi esensinya sama dalam sebuah topik
tertentu.
9. Model immersed (celupan), model ini dirancang untuk membantu
peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman
dan pengetahuan dihubungkan dengan situasi pemakaianya.
10. Model networked (jaringan), ini merupakan model pemaduan pemaduan
pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsep
maupun tuntutan bentuk keterampilan baru.
Bahan ajar sebagai produk pengembangan dalam penelitian yang
mengacu Kurikulum 2013 ini menggunakan model integrated atau disebut juga
model integrasi, yaitu memadukan sejumlah topik mata pelajaran yang berbeda
namun esensinya tetap sama. Pada pembelajaran ini setiap mata pelajaran
diintegrasikan menggunakan satu kesatuan tema. Pada Kurikulum 2013, kelas
2.1.2.5 Tahap-tahap Pendekatan Tematik Integratif
Hajar (2013:59-80) mengungkapkan bahwa dalam merancang
pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif, ada beberapa tahap yang
harus diperhatikan diantaranya adalah pemilihan tema, pengorganisasian tema
menggunakan jaring-jaring, pengumpulan sumber belajaran dan bahan-bahan
yang mendukung pembelajaran, desain kegiatan pembelajaran, dan implementasi
kegiatan pembelajaran. Hal ini sangat berpengaruh dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Karena tahap-tahap tersebut merupakan bagian dari
rencana kegiatan pembelajaran yang harus disusun secara matang agar proses
pembelajaran serta hasil belajar siswa memuaskan.
Hajar (2013) dan Kemendikbud (2013) mengemukakan bahwa guru
secara mandiri dapat menentukan tema yang akan disampaikan pada kegiatan
pembelajaran. Selain itu, guru juga dapat mengajak siswa untuk menentukan
tema pembelajaran dengan memperhatikan topik-topik yang ada pada
kurikulum, atau berdasarkan minat maupun masalah-masalah yang dialami
peserta didik. Informasi-informasi faktual yang menarik untuk peserta didik
serta peristiwa-peristiwa khusus yang diadakan di sekolah atau lingkungan
sekolah juga merupakan salah satu hal yang dapat dipertimbangkan dalam
penentuan tema pembelajaran. Pada kurikulum 2013 yang sedang dilaksanakan
ini, tema-tema pada pembelajaran sudah ditentukan oleh Tim Penyusun
Kurikulum Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Tema yang telah
Hajar (2013) mengemukakan bahwa sumber belajar yang dapat
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran pendekatan tematik integratif
ini dengan menggunakan media cetak, sumber-sumber visual, literatur, atau
artefak. Semakin beragam sumber belajar yang digunakan, maka keterampilan
dan pengetahuan siswa akan berkembang.
2.1.3 Pendekatan Saintifik
Pada pembahasan mengenai pendekatan saintifik ini, akan diuraikan mengenai pengertian pendekatan saintifik, kriteria pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, serta pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik
integratif.
2.1.3.1 Pengertian Pendekatan Saintifik
Kemendikbud (2013) dan Napitupulu (Kompas Online, 2012) dalam
artikel Kurikulum Baru Berbasis Pendekatan Sains berpendapat bahwa
pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang
mendorong siswa untuk lebih mampu dalam bertanya, mencoba, mengobservasi,
menalar, dan mengkomunikasian atau mempresentasikan. Pendekatan saintifik
itu sendiri sering digunakan pada mata pelajaran yang berbasis sains. Namun
pada kurikulum 2013 ini, seluruh mata pelajaran yang diintegrasikan dan
menjadi satu tema tertentu yang diimplementasikan menggunakan esensi
pendekatan saintifik. Dengan dilaksanakanya pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik, diharapkan siswa memiliki kompetensi
2.1.3.2 Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Kemendikbud (2013) mengungkapkan bahwa dalam menerapkan
pendekatan saintifik memerlukan kriteria-kriteria tertentu dalam membedakan
proses kegiatan pembelajaran yang lain. Materi yang dipelajari oleh siswa pada
pendekatan saintifik merupakan materi yang berupa fakta atau
permasalahan-permasalahan yang nyata. Kegiatan belajar ini sedikit berbeda dengan kegiatan
yang menggunakan pendekatan selain pendekatan saintifik, yaitu menggunakan
materi dongeng khayalan ataupun legenda dan dongeng. Sebagai contoh, guru
mengajak siswa untuk belajar mengamati dan melakukan proses perubahan
wujud benda yang berubah dengan sendirinya bergantung pada alam dan dirubah
dengan menggunakan teknologi modern. Guru hanya sebagai fasilitator dan
pembimbing pada kegiatan pembelajaran siswa. Agar siswa dapat melakukan
interaksi aktif pada guru dan siswa lain. Selain itu siswa dapat berekpresi dan
bereksplorasi secara bebas dalam menerapkan dan mengembangkan kegiatan
percobaan yang siswa lakukan menurut pikiran dan pemecahan masalah yang
siswa temukan sendiri. Dari kegiatan pembelajaran tersebut, siswa akan lebih
memahami apa yang dia kerjakan dan dia pelajari.
Pada pendekatan saintifik ini, guru dapat memberikan materi
pembelajaran dengan menggunakan berbagai permasalahan dan fakta dari
berbagai sumber yang relevan seperti, memilih sumber buku yang relevan,
majalah serta artikel online yang relevan, agar materi yang diberikan pada siswa
Tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan menggunakan
pendekatan saintifik harus disusun secara jelas dan sederhana. Teknik
perumusan tujuan pembelajaran harus memperhatikan (1) audience, pelaku yang
menjadi sasaran proses kegiatan pembelajaran yaitu siswa. (2) Behavior,
perilaku atau keterampilan khusus yang diharapkan setelah selesai melaksanakan
kegiatan pembelajaran. (3) Condition, keadaan atau tempat dimana siswa
melakukan kegiatan pembelajaran. (4) Degree, tingkatan keberhasilan yang
menjadi tolak ukur keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
2.1.3.3 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Integratif
Kemendikbud (2013) dan Majid (201411-34) mengungkapkan bahwa
terdapat langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik dalam
penerapan kegiatan pembelajaran tematik integratif. Pada pelaksanaan
Kurikulum 2013, seluruh mata pelajaran yang diajarkan diintegrasikan
kedalam suatu tema yang sudah ditentukan. Integrasi dari mata pelajaran
tersebut akan menjadi muatan pelajaran dalam satu kesatuan materi, sehingga
muatan pelajaran tersebut akan berbeda satu sama lain dengan muatan
pelajaran selanjutnya. Oleh karena itu, langkah-langkah pembelajaran pada
pendekatan saintifik tidak harus selalu ada dan selalu urut disetiap kegiatan
pembelajaran atau muatan pelajaran. Ulasan mengenai langkah-langkah
pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik integratif yang diungkapkan
1. Mengamati
Pada proses mengamati ini, siswa diajak untuk menggunakan indera
penglihatan dan indera peraba untuk melihat dan merasakan suatu objek yang
sudah dipersiapkan oleh guru. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
haruslah bermakna bagi siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif
dalam menyajikan sebuah objek yang menarik agar siswa merasa senang dan
tertantang dalam belajar. Sebelum melakukan kegiatan pengamatan, guru harus
menentukan objek yang akan diamati. Setelah itu, guru dapat membuat
pedoman pengamatan sesuai dengan objek yang diamati agar objek tersebut
dalam kondisi yang baik setelah dilakukan pengamatan. Lalu guru menentukan
tempat pelaksanaan pengamatan dan cara yang tepat supaya kegiatan
pengematan dapat berjalan dengan lancar.
Ada tiga bentuk keterlibatan siswa dalam melakukan pengamatan. (1)
Pengamatan biasa, pada pengamatan ini siswa berperan sebagai subjek
pengamatan, dimana siswa tidak melibatkan diri dengan objek pengamatan. (2)
Pengamatan terkendali, pengamatan ini sama halnya dengan pengamatan biasa.
Yang membedakan pengamatan terkendali ini adalah objek pengamatan
ditempatkan pada ruangan khusus yang telah dikendalikan. (3) Pengamatan
partisipatif, pada pengamatan ini, siswa terlibat secara langsung dengan objek
yang diamati.
Proses pengamatan yang dilakukan oleh siswa ini, diharapkan agar siswa
dapat selalu cermat, fokus, jujur serta objektif pada objek yang diamati. Dalam
membuat pertanyaan-pertanyaan yang menstimulus siswa untuk menulis hasil
pengamatan yang telah dilakukan.
2. Menanya
Kegiatan bertanya memang sudah sering dijumpai disetiap kegiatan
pembelajaran. Dalam kegiatan bertanya, rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu
akan terjawab. Guru juga dapat mendorong siswa untuk mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih kompleks, mengembangkan
keterampilan berbicara atau berkomunikasi yang baik dan sopan, melatih siswa
untuk percaya diri dalam berbicara dan melatih siswa terbuka untuk memberi
dan menerima saran atau masukan pada orang lain. Kemendikbud (2013)
berpendapat bahwa kriteria pertanyaan yang baik adalah pertanyaan harus
singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat divergen,
bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk
berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, dan
merangsang proses interaksi siswa dengan guru atau siswa dengan siswa lain.
3. Menalar
Majid (2014:223) berpendapat bahwa menalar merupakan suatu proses
berpikir siswa dimulai dari suatu fakta-fakta yang diamati dan dipecahkan
oleh siswa sendiri untuk dapat dipahami dan diserap menjadi suatu
pengetahuan yang baru. Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam
mengajak siswa untuk menalar, yaitu dengan menalar secara induktif dan
secara deduktif. Menalar secara induktif artinya adalah suatu proses berpikir
menjadi suatu kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan menalar secara
deduktif merupakan proses berpikir siswa untuk memperoleh suatu hal yang
bersifat spesifik atau khusus dari suatu hal yang bersifat umum. Dalam
kegiatan pembelajaran, guru dapat mengajak siswa untuk menalar dengan
kegiatan tanya jawab atau pemberian tugas atau soal.
4. Mencoba
Pada kegiatan mencoba ini, siswa diajak untuk aktif secara individual
maupun secara berkelompok. Proses mencoba ini dianggap proses yang
sangat penting bagi siswa karena dalam proses mencoba siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan nyata. Proses mencoba
inilah yang dapat mengembangkan kompetensi pada aspek keterampilan dan
diharapkan dapat mengaplikasikan suatu metode yang ilmiah dan bersikap
secara ilmiah untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa itu
sendiri.
Dalam kegiatan mencoba ini, guru dapat mengajak siswa untuk
mempersiapkan segalanya sebelum memulia kegiatan mencoba. Sebagai
contoh, guru mengajak siswa untuk menentukan topik yang sesuai dengan
kompetensi dasar yang akan dikuasai. Lalu siswa diajak untuk mempelajari
cara penggunaan alat dan bahan yang mendukung kegiatan mencoba. Setelah
mempelajari cara penggunaan alat dan bahan, siswa dipersilahkan untuk
melakukan atau mengamati percobaan. Pada saat melakukan atau mengamati
percobaan ini, siswa dapat mencatat informasi serta fenomena yang terjadi.
percobaan yang sudah dilakukan dan membuat laporan sederhana serta
mengkomunikasikan hasil percobaan itu dihadapan siswa lain.
5. Mengumpulkan Informasi
Pada proses kegiatan mengumpulkan informasi ini, siswa diajak untuk
mencari dan menemukan informasi-informasi berdasarkan permasalahan
yang sudah ditentukan oleh guru. Siswa dapat mencari serta menemukan
informasi dengan cara bertanya atau wawancara, melihat, membaca buku atau
majalah yang relevan, mencari artikel atau bacaan di internet. Selanjutnya,
siswa diajak serta dibimbing untuk menghubungkan antara informasi yang
sudah siswa dapatkan antara satu dengan lainya. Lalu siswa diajak untuk
membuat kesimpulan sederhana dari hal yang diamati atau dipertanyakan
6. Mengasosiasikan
Pada proses kegiatan mengasosiasikan ini siswa diajak untuk mengolah
informasi-informasi yang telah didapatkan. Selanjutnya guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan informasi-informasi yang diadapatkan.
Kesimpulan dapat disusun dengan kalimat yang sederhana sesuai dengan
subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK). Kemendikbud (2013) dan
Majid (2014:230) mengemukakan bahwa dalam proses mengasosiasikan
informasi yang didapatkan, siswa diharapkan dapat menemukan solusi dan
memecahkan masalah berdasarkan sumber-sumber informasi yang
didapatkan. Sebagai contoh, siswa diajak untuk aktif dalam bekerjasama dan
berdiskusi bersama siswa lain untuk mendapatkan suatu solusi dalam
7. Menyimpulkan
Majid (2014:233) berpendapat bahwa kegiatan menyimpulkan
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengasosiasikan. Kegiatan
menyimpulkan ini dapat dilakukan secara berkelompok yang telah bekerja
sama sejak awal dalam kegiatan mengasosiasi seperti mencari informasi dan
berdiskusi bersama. Kegiatan menyimpulkan ini juga dapat dilakukan oleh
siswa secara individu setelah melakukan kegiatan mencari dan mengolah
informasi.
8. Menyajikan
Pada kegiatan menyajikan ini, siswa diajak untuk membuat laporan
secara tertulis. Laporan tersebut dapat dituliskan secara sederhana dan
sistematis sesuai dengan format laporan yang sudah ditentukan. Laporan
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan protofolio kelompok maupun individu.
Untuk teknis pembuatan laporan tersebut dapat dilakukan secara
bersama-sama dan secara individu. Agar setiap siswa mendapat peranan yang bersama-sama
dalam menuliskan laporan.
9. Mengkomunikasikan
Kemendikbud (2013) dan Majid (2014 :234) mengemukakan bahwa
dalam proses kegiatan mengkomunikasikan ini, siswa diajak untuk
menceritakan kegiatan yang telah dilakukan dan hasil kegiatan tersebut. Pada
kegiatan ini, siswa dapat diajak untuk mengkomunikasiakan dalam bentuk
ini, guru berperan penting dalam proses penegasan materi, agar siswa tidak
salah persepsi terhadap materi yang sudah dipelajari.
2.1.4 Penilaian Otentik
Pada pembahasan mengenai penilaian otentik ini, akan diuraikan
mengenai hakikat penilaian otentik, karakteristik penilaian otentik, serta
macam-macam penilaian otentik.
2.1.4.1 Hakikat Penilaian Otentik
Penilaian tidak lepas dari suatu pembelajaran karena hasil dari belajar
siswa dapat menjadi tolak ukur guru dalam menilai peserta didik. Menurut
Arikunto (2012:3), penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Dalam pelaksanaan kurikulum 2013
penilian kegiatan pembelajaran menggunakan penilaian otentik. Pusat
Kurikulum (dalam Majid, 2014) mengemukakan bahwa penilaian otentik
merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi
tentang proses dan hasil belajar yang telah dilaksanakan oleh peserta didik
dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan bukti
yang otentik serta akurat serta konsisten. Johnson (dalam Majid 2014)
mengemukakan bahwa penilian otentik fokus terhadap tujuan yang melibatkan
pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, serta menanamkan pada
peserta didik tingkat pemikiran yang lebih tinggi. Sedangkan, Santrock (dalam
pengembangan dari penilaian tradisional yang dinilai mengabaikan konteks
dunia nyata dan kurang menggambarkan kemampuan siswa secara menyeluruh.
American Library Association (dalam Majid, 2014) mendefinisikan
penilaian otentik sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,
motivasi, dan sikap peserta didik pada aktivitas yang sesuai dalam pembelajaran.
Newton Public School (dalam Majid, 2014) mendefinisikan penilaian otentik
sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman
nyata yang dialami peserta didik. Jon Muller (dalam Majid, 2014)
mengemukakan penilaian otentik merupakan penilaian yang berawal dari peserta
didik menampilkan hasil dari tugas yang telah diberikan dengan situasi nyata
dengan mendemonstrasikan keterampilan dan pengetahuan yang bermakna.
Majid (2014 :237) mengemukakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian
langsung terhadap kinerja nyata siswa dalam hal-hal tertentu.
Menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik
merupakan penilaian dari hasil kerja nyata siswa sehingga data dapat diperoleh
dari kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap peserta didik pada suatu kegiatan
pembelajaran.
2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik
Pada pelaksanaan Kurikulum 2013, Kemendikbud (2013:5)
mengungkapkan bahwa penilaian dalam Kurikulum 2013 memiliki beberapa
karakteristik. Yang pertama, belajar tuntas. Pandangan yang digunakan dalam
asalkan peserta didik mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai
kebutuhan.
Kedua, otentik. Penilaian otentik mencerminkan masalah dunia nyata,
bukan dunia sekolah. Penilaian menggunakan berbagai cara dan kriteria yang
menyeluruh. Didalam penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang
diketahui peserta didik namun lebih mengutamakan mengukur apa yang dapau
dilakukan peserta didik. Ketiga, berkesinambungan. Yang dimaksud dengan
penilaian berkesinambungan adalah penilaian yang dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung.
Keempat, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik
penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk
kerja, prokel, pengamatan, serta penilaian diri. Kelima, berdasarkan acuan
kriteria. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan kelompoknya
atau siswa lain didalam kelasnya namun dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditentukan. Kriteria tersebut misalnya KKM. Dengan adanya kriteria, guru dapat
segera mengetahui peserta didik mana yang belum dapat menguasai materi atau
kemampuan tertentu.
2.1.4.3 Macam-macam Penilaian Otentik
Majid (2014:249) berpendapat bahwa dalam melaksanakan penilaian
otentik yang baik sebaiknya guru memahami secara jelas tujuan yang ingin