ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU
UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR Evi Anastasia Metubun
Universitas Sanata Dharma 2015
Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, serta penilaian otentik pada kegiatan pembelajaran.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu prosedur pengembangan Jerold E. Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian dibatasi pada 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah daftar pertanyaan wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SDN Kalasan 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua Pakar Kurikulum SD 2013 dan dua guru kelas I SD.
Berdasarkan hasil validasi dua validator Pakar Kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 3,93 (baik) dan 4,28 (sangat baik), dan dua validator guru kelas I SD menghasilkan skor 4,11 (baik) dan 4,64 (sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,24 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013.
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME AKU DAN TEMAN
BARU FOR FIRTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL. Evi Anastasia Metubun
Sanata Dharma University
2015
This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.
This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for firth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the firth grade of SD Negeri Kalasan 1 Sleman. While the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the firth grade of elementary school.
According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 3,93 (good) and 4,28 (very good), and the two teachers of the firth grade of elementary school showed result on the score of 4,11 (good) and 4,64 (very good). The learning instrument got mean score 4,24 and it was categorized as very good. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.
i
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU
UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Evi Anastasia Metubun NIM. 111134321
RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk:
TUHAN YESUS KRISTUS yang selalu mendengarkan doaku dan selalu menyertaiku dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kedua orangtua kandungku yang tercinta: Bapak Silas Metubun dan Ibu Fransina Metubun Yang selalu memberikan dukungan, motivasi serta doa dan
sebagai sang motivator terhandal.
Kedua orangtua waliku tercinta:
Bapak Markus Metubun, S. Sos. dan Ibu Rebeca Silitonga Yang selalu memberikan dukungan dan doa yang selalu kujadikan
motivasi.
Kakak-kakakku terkasih:
Herci M. beserta keluarganya, Ribka M. beserta keluarganya, Yohanes M, Ronald M. beserta keluarganya, Hans Kurni M, Kress
M, Gerda M. beserta keluarganya yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi serta doa.
Adikku-adiku tercinta:
Djoko D. Metubun, Imelda Metubun, dan Riyama Metubun serta Ponakan-ponakanku tercinta yang selalu menyemangatiku saat
lelah. Yang terkasih:
Alm. Sanikimba Agustinus Nelman Baransano terima kasih atas semangat, dorongan, kasih sayang, perhatian serta doa selama
masa hidupnya.
Teman-temanku 34 mahasiswa PGSD PPGT
Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan
v MOTTO
“Janganlah takut, sebab aku menyertai engkau, janganlah
bimbang, sebab aku ini ALLAHmu;
Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;
Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa KEMENANGAN.”
(Yesaya 41:10)
“ Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah
segala rencanamu.”
(Amsal 16:3)
Bahagiakanlah kedua orang tuamu sebelum kamu
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU
UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR Evi Anastasia Metubun
Universitas Sanata Dharma 2015
Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, serta penilaian otentik pada kegiatan pembelajaran.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu prosedur pengembangan Jerold E. Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian dibatasi pada 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah daftar pertanyaan wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SDN Kalasan 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua Pakar Kurikulum SD 2013 dan dua guru kelas I SD.
Berdasarkan hasil validasi dua validator Pakar Kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 3,93 (baik) dan 4,28 (sangat baik), dan dua validator guru kelas I SD menghasilkan skor 4,11 (baik) dan 4,64 (sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,24 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013.
ix ABSTRACT
DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME AKU DAN TEMAN
BARU FOR FIRTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL. Evi Anastasia Metubun
Sanata Dharma University
2015
This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.
This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for firth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the firth grade of SD Negeri Kalasan 1 Sleman. While the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the firth grade of elementary school.
According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 3,93 (good) and 4,28 (very good), and the two teachers of the firth grade of elementary school showed result on the score of 4,11 (good) and 4,64 (very good). The learning instrument got mean score 4,24 and it was categorized as very good. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada Sub
Tema Aku dan Teman Baru untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar dapat peneliti
selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti
mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik
secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan
dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., B.S.T., M.A. selaku Ketua Program Studi
PGSD.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.
6. Dra. Maslichah As’yari, M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013
yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan
validasi produk penelitian.
7. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang
telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Realita pendidikan bangsa Indonesia masih jauh tertinggal dengan
negara-negara ASEAN, sedangkan untuk mengukur kemajuan suatu bangsa diukur
dari seberapa maju pendidikan yang telah dicapai oleh bangsa tersebut.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” (Permendikbud 2013).
Tercapainya tujuan pendidikan ditentukan oleh kurikulum, yang
merupakan strategi dan pedoman untuk meningkatkan pencapaian
pendidikan. Oleh karena itu mutlak kurikulum harus diadakan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Permendikbud 2013). Melihat pentingnya kurikulum
untuk pencapaian tujuan pendidikan maka pemerintah melakukan perbaikan
dan perubahan kurikulum 2013 untuk melengkapi dan memperbaiki
permasalahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2006.
Kurikulum 2013 diberlakukan agar mempersiapkan generasi emas
Indonesia 2045 mendatang yang cerdas, produktif, inovatif, damai dalam
interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan
berperadaban unggul pada abad ke-21. Kurikulum 2013 juga ditujukan agar
mampu meningkatkan rendahnya skala pendidikan bangsa Indonesia yang
menitikberatkan pada empat aspek utama yaitu menggunakan pendidikan
karakter, proses pembelajaran tematik integratif, pendekatan ilmiah (saintifik)
dan menggunakan penilaian otentik. Dimana pendidikan karakter, dalam
setiap pembelajaran harus terkait nilai/karakter. Proses pembelajaran tematik
integratif yang harus membutuhkan kreativitas guru dalam mengaitkan
beberapa mata pelajaran dalam satu tema, pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik yang memiliki lima tahap yaitu (1) mengamati, (2) menalar, (3) mencoba, (4) menanyakan, (5) mengkomunikasikan dan yang
terakhir menggunakan penilaian otentik yang komprehensif (menyeluruh)
semua aspek harus terangkum.
Proses pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013, siswa tidak berperan
sebagai obyek tapi justru menjadi subyek artinya pada proses pembelajaran
guru berperan hanya sebagai fasilitator dan memiliki intelektual yang kreatif
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dan mampu menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sedangkan dalam proses
pembelajaran siswa tidak diberitahukan oleh guru akan tetapi mencari tahu
sendiri, siswa bukan hanya menyelesaikan masalah akan tetapi merumuskan
masalah, siswa melatih berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan
berfikir mekanistis (rutin), dan siswa mampu bekerjasama dan kaloborasi.
Oleh sebab itu, agar proses pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013
dapat tercapai dengan efektif dan efisien maka guru perlu melakukan
persiapan perangkat pembelajaran yang dapat mendukung proses
pembelajaran.
Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait implementasi
kurikulum 2013 pada tanggal 17 Mei pukul 10.00 di SDN Kalasan 1 dengan
Ibu U, guru sudah sangat memahami konsep-konsep dasar mengapa terjadi
perubahan kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi Kurikulum SD 2013.
Guru juga sudah memahami poin-poin inti yang digunakan dalam Kurikulum
SD 2013, seperti pendekatan tematik integratif dalam pembelajaran,
perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013. Namun
dari beberapa poin inti tersebut guru mendapat kesulitan dalam beberapa hal
antara lain, mengaplikasikan langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, pelaksanaan penilaian otentik yang masih sulit terutama
pada penilaian non tes dan belum menemukan cara efektif untuk
melaksanakan penilaian tersebut dengan maksimal, serta kurangnya
pemahaman guru terkait penguatan pendidikan karakter dalam pembelajaran, dikarenakan guru belum banyak mengikuti pelatihan-pelatihan atau diklat
untuk memperoleh pengetahuan sejauh mana pendidikan karakter yang harus
dikembangakan dalam Kurikulum SD 2013 di sekolah.
Pada saat melakukan wawancara dengan Ibu U, beliau juga mengatakan ada
beberapa kendala pada saat proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik,
antara lain pada langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik
terdapat aspek mencoba, aspek tersebut sulit diimplementasikan karena
keterbatasan SDM guru dan sarana prasarana sekolah yang mendukung
proses tersebut berjalan maksimal. Guru juga masih bingung apakah
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat dilaksanakan dengan
tidak urut atau harus urut sesuai pada konsep pendekatan saintifik yaitu,
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring atau
mengkomunikasikan.
Dalam hal ini guru juga menyadari kesulitan-kesulitan yang dialami
dalam mengembangkan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD
2013, terutama pada aspek penilaian. Hal ini disebabkan karena terbatasnya
SDM guru dan kurangnya pelatihan atau diklat terkait Kurikulum SD 2013
yang pernah diikuti guru. Oleh karena itu, guru sangat memerlukan
contoh-contoh perangkat pembelajaran yang sesuai tuntutan Kurikulum SD 2013
guna untuk mengembangkan pembelajaran dikelas dan tercapainya tujuan
implemetasi Kurikulum 2013 di sekolah dasar.
Dengan melihat adanya masalah tersebut dan pentingnya diadakan
contoh-contoh perangkat pembelajaran Kurikulum SD 2013, maka peneliti mencoba
kurikulum 2013 yang mengedepankan kebutuhan siswa dan guru pada umumnya dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum 2013 pada subtema Aku dan Teman Baru untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan produk berupa perangkat pembelajaran sub
tema Aku dan Teman Baru mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa
kelas 1 Sekolah Dasar?
2. Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran sub tema Aku dan
Teman Baru mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah
Dasar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran pada subtema
Aku dan Teman Baru mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas 1
Sekolah Dasar.
2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran
subtema Aku dan Teman Baru mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa
kelas 1 Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian Pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi mahasiswa
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini dapat memberikan
pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun perangkat pembelajaran
2. Bagi guru
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif perangkat pembelajaran untuk meningkatkan
proses pembelajaran pada sub tema aku dan teman baru untuk siswa kelas
1 Sekolah Dasar.
3. Bagi siswa
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti mampu mengembangkan keaktifan, kreativitas dan mampu meningkatkan prestasi
siswa dalam proses pembelajaran pada sub tema aku dan teman baru untuk
siswa kelas 1 Sekolah Dasar.
4. Bagi sekolah
Dapat menambah referensi pada Sekolah dalam mengembangkan
perangkat pembelajaran pada setiap pembelajaran.
5. Bagi Prodi PGSD
Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma tekait
dengan pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum
Sekolah Dasar tahun 2013.
E. Batasan Istilah
1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu
2. Pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk menanamkan nilai- nilai perilaku peserta didik
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perbuatan dan perkataan berdasarkan norma- norma agama,
hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat.
3. Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang
dalam berbagai tema sehingga saling terkait antara mata pelajaran, antara
konsep, antara pokok bahasan bahkan keterkaitan antara topik melalui
pengalaman langsung sehingga pembelajaran bermakna bagi siswa.
4. Pendekatan saintifik adalah pendekatan berbasis ilmiah dengan
menekankan metode ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
5. Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
6. Perangkat Pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian
(RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media
pembelajaran, instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban
serta tugas dan rubrik penilaian.
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan
1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap, yang terdiri dari:
a) Identitas RPPTH terdiri dari:
1) sekolah yaitu nama satuan pendidikan
2) identitas muatan pelajaran terkait
3) tema/subtema;
4) kelas/semester;
5) pembelajaran keberapa;
6) alokasi waktu;
b) Kompetensi Inti terdiri dari KI 1,2,3 dan 4
c) Kompetensi Dasar dan Indikator setiap Kompetensi Inti
d) Tujuan Pembelajaran mencakup semua ranah (pengetahuan,
keterampilan, sosial, spiritual)
e) Materi Pembelajaran mencakup materi pokok setiap muatan
f) Pendekatan dan Metode Pembelajaran
h) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran yang terdiri dari kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
i) Penilaian mencakup teknik penilaian, instrumen, dan pedoman
penskoran.
j) Lampiran-lampiran.
2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi
siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter). Hal tersebut dapat dilihat pada perumusan indikator setiap pembelajaran yang mencakup aspek
intelektual, keterampilan, dan karakter. Pada aspek karakter terbagi menjadi
dua ranah yaitu sikap sosial dan spiritual.
3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik
integratif adalah pembelajaran tematik terpadu yang memadukan beberapa
mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan
mengintegrasikan konteks hasil belajar, pengalaman belajar, dan konten
belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta
didik.
4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran bertujuan untuk
mengembangkan dan mengasah dimensi keterampilan siswa dalam kegiatan
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk
jejaring/mengkomunikasikan atau dapat menghubungkan keterkaitan pada
semua mata pelajaran.
5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik
adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif mulai dari input,
proses, sampai output dari kegiatan pembelajaran yang bermakna secara
signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Penilaian kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes
lisan, dan penugasan. Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri,
(rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan
pendidik. Penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,
yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan performance/kinerja/unjuk kerja,
produk, proyek, dan penilaian portofolio.
6. RPPTH disusun sesuai dengan ketentuan EYD. Penyusunan perangkat
pembelajaran ini mengacu pada kaidah bahasa yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
9 BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka
1. Kurikulum SD 2013
Kurikulum merupakan jantung dari pendidikan. Tuntutan zaman dan
tantangan zaman menuntut kurikulum harus berubah-ubah dimana bangsa
Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum sebanyak 10 kali sejak tahun 1947 hingga sekarang kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang ke-11
kalinya. Walaupun demikian, kurikulum memiliki visi dan arah tujuan yang
jelas, akan dibawa ke mana sistem pendidikan nasional. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Permendikbud 2013).
Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian pendidikan.
Pengembangan kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006
yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu. Perkembangan teknologi semakin pesat dan tantangan zaman
semakin berat akan mengalami tantangan internal dan tantangan eksternal
yang harus siap dihadapi bagi generasi emas 2045 tahun akan datang. Oleh
sebab itu, pemberlakuan kurikulum 2013 ditujukan agar menjawab tantangan
zaman terhadap pendidikan di abad ke-21.
a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Pengembangan atau perubahan kurikulum ditujukan untuk menjawab
tantangan zaman yang akan dihadapi, baik tantangan internal maupun
ekstranal. Maka, kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor
1. Tantangan Internal, terkait antara kondisi pendidikan dan tuntutan pendidikan
yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Melihat kondisi
pendidikan yang mendesak akan tuntutan pendidikan maka, berbagai metode
dilakukan oleh pemerintah agar pendidikan dapat mencapai kedelapan Standar Nasional tersebut. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Melihat dari perkembangan penduduk Indonesia yang berkembang begitu
pesat sehingga jumlah sumber daya manusia usia produktif lebih banyak dari
sumber daya manusia usia non produktif. Hal tersebut merupakan, salah satu
tantangan terbesar jika sumber daya manusia yang melimpah tidak memiliki
kompetensi dan keterampilan akan menjadi beban pembangunan. Namun
apabila, sumber daya manusia yang melimpah ini, memiliki kompetensi dan
keterampilan maka, akan menjadi modal pembangunan. Oleh sebab itu,
sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat
ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
dan keterampilan melalui pendidikan dengan tercapainya delapan standar
nasional agar tidak menjadi beban pembangunan (Permendikbud 2013).
2. Tantangan Ekstranal, berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi
masa depan, fenomena negatif yang mengemuka dan persepsi masyarakat.
Globalisasi merupakan salah satu tantangan masa depan yang bisa berdampak
negatif jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Globalisasi mampu merubah pola
hidup agraris dan tradisional menjadi pola hidup yang modern seperti World
Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan
ASEAN Free Trade Area (AFTA). perkembangan teknologi dan Informasi
sangat pesat akibat dampak dari globalisasi sehingga untuk menghadapi
tantangan-tantangan tersebut orang berpikir bahwa pengetahuanlah yang
beratkan pada aspek kognitif lama kelamaan beban siswa terlalu berat. Dan
juga seorang pelajar mempunyai aspek kognitif yang baik tapi kurang
bermuatan karakter, akibatnya akan terjadi fenomena-fenomena negatif yang
mengemuka seperti perkelahian antar pelajar (tawuran), narkoba, Plagiarisme,
kecurangan dalam ujian (nyontek), gejolak masyarakat (sosial unrest) dalam
kalangan pelajar. Oleh sebab itu, diharapkan kurikulum 2013 mampu
menjawab tantangan zaman abad ke-21 yang akan dihadapi. Kedua tantangan tersebut bukan untuk dihindari akan tetapi dihadapi.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Hal mendasar pengembangan Kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan
zaman. Melihat dari tantangan-tantangan yang akan dihadapi nanti, maka
kurikulum 2013 diadakan sebagai penyempurnaan dari KBK 2004 dan
kurikulum KTSP 2006. Melihat kedua kurikulum sebelumnya, Perumusan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) diturunkan dari Standar Isi sedangkan
kurikulum 2013 diturunkan dari kebutuhan siswa, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini. (Daryanto dan Sudjendro, 2014:31).
Tabel 1. Tabel Penyempurnaan Pola Perumusan Kurikulum
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1 Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari kebutuhan
2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan
Tujuan Mata Pelajaran (Standar
Kompetensi Lulusan Mata
Pelajaran) yang dirinci menjadi
Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran.
Standar Isi diturunkan dari Standar
Kompetensi Lulusan melalui
Kompetensi Inti yang bebas mata
pelajaran
3 Pemisahan antara mata pelajaran
pembentuk sikap, pembentuk
keterampilan, dan pembentuk
pengetahuan
Semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan
4 Kompetensi diturunkan dari mata
pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari
5 Mata pelajaran lepas satu dengan
yang lain, seperti sekumpulan mata
pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh
Kompetensi Inti (tiap kelas)
Dari tabel diatas maka, disimpulkan bahwa pola pikir pembelajaran
kurikulum sebelumnya lebih dititik beratkan pada guru. Dengan demikian
sangat perlu penyempurnaan pola pikir terhadap pembelajaran yang berpusat
pada guru karena sangat berpengaruh terhadap pola pikir peserta didik. aktif
dan kreatif gurunya bukan siswanya.
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006 dimana, kedua kurikulum sebelumnya pembelajaran
berpusat pada guru sedangkan siswa sebagai obyek, hal tersebut dapat dilihat
[image:30.595.103.534.262.747.2]pada tabel dibawah ini. (Daryanto dan Sudjendro, 2014:31)
Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1 Berpusat pada Guru Berpusat pada siswa
2 Satu Arah Interaktif
3 Isolasi Lingkungan Jejaring
4 Pasif Aktif-Menyelidiki
5 Maya/Abstrak Konteks Dunia Nyata
6 Pribadi Pembelajaran Berbasis Tim
7 Luas (semua materi diajarkan) Perilaku Khas Memberdayakan kaidah
Keterikatan
8 Stimulasi Rasa tunggal
(beberapa panca indera)
Stimulasi ke Segala Penjuru (semua panca
indera)
9 Alat Tunggal (papan tulis) Alat Multimedia (berbagai peralatan
teknologi pendidikan)
10 Hubungan satu Arah Kooperatif
11 Produksi Masa (siswa
memperoleh dokumen yang
sama)
Kebutuhan Pelanggan (siswa mendapat
dokumen sesuai dengan ketertarikan sesuai
dengan potensinya)
(mengikuti cara yang seragam) siswa)
13 Satu Ilmu Pengetahuan Bergeser
(mempelajari satu sisi pandang
ilmu)
Pengetahuan Disiplin Jamak (pendekatan
multidisiplin)
14 Kontrol Terpusat (kontrol oleh
guru)
Otonomi dan Kepercayaan (siswa diberi
tanggungjawab)
15 Pemikiran Faktual Kritis (membutuhkan pemikiran kreatif)
16 Penyampaian Pengetahuan
(pemindahan ilmu dari guru ke
siswa)
Pertukaran pengetahuan (antara guru dan
siswa, siswadan siswa lainnya)
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan
pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata
kelola sebagai berikut:
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran (Permendikbud 2013).
5. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik (Perrmendikbud 2013).
Dalam Kurikulum 2013 terdapat 4 (empat) elemen perubahan yaitu,
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses dan Standar
Penilaian. Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia
nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar
dan menengah pasal 1 menjelaskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Mulyasa (2014:23) menyatakan
bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Sebagaimana elemen perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel 3 Dalam
[image:32.595.103.513.232.752.2]Daryanto (2014:53-54).
Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Elemen
Deskripsi SD Kompetensi
Lulusan
- Mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara berimbang
Materi (ISI) - Adanya keseimbangan antara materi untuk mendukung
kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
- Semua konten mendukung ketiga kompetensi diatas
secara berimbang
Pendekatan (ISI) Kompetensi dikembangkan melalui:
- Tematik integratif dalam semua mata pelajaran
- Mata pelajaran IPA dan IPS masing-masing adalah
terpadu
- Mata pelajaran wajib, peminatan, lintas minat, dan
pendalaman
- Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar
industri
Proses
Pembelajaran
- Standar proses yang semula terfokus pada Ekplorasi,
Elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan
mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,
dan mencipta.
- Belajar tidak hanya didalam kelas, tetapi lingkungan
sekolah dan masyarakat juga sebagai tempat belajar
- Sumber belajar tidak terpaku pada guru saja
- Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi contoh dan
Penilaian Hasil
Belajar
- Penilaian berbasis kompetensi
- Pergeseran dari penilaian melalui Tes (mengukur
kompetensi berdasarkan hasil saja ) menuju Penilaian
otentik (mengukur ketiga kompetensi berdasarkan
proses dan hasil)
- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga
kompetensi inti dan SKL
- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa
sebagai instrumen utama penilaian dan penilaian
mandiri oleh siswa
Ekstrakurikuler - Pramuka (wajib)
- UKS
- PMR
- Bahasa Inggris
Berdasarkan elemen perubahan kurikulum 2013 di atas, penataan terhadap
SNP diharapkan dapat menyempurnakan SNP sebelumnya menjadi lebih baik
bagi pendidikan Nasional.
b. Penguatan Pendidikan Karakter
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan
melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi dan sekaligus
berbasis karakter (competency and character based curriculum). Hal tersebut
penting, guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada
pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif
terhadap berbagai perubahan melalui pendidikan karakter.
Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat
dintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang
terdapat dalam kurikulum 2013. Materi yang berkaitan dengan norma atau
nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dihubungkan konteks kehidupan
sehari-hari. Berbicara mengenai Pendidikan Karakter, pengertiannya terdiri
Menurut Agustinus (2014:4), pendidikan adalah suatu proses terus
menerus yang menghantarkan manusia mudah ke arah kedewasaan, yaitu
dalam arti kemampuan untuk memperoleh pengetahuan (knowledge
acquisition), mengembangkan kemampuan atau keterampilan (skills
developments), mengubah sikap (attitude of change) serta kemampuan
mengarahkan diri sendiri, baik di bidang pengetahuan, keterampilan, serta
dalam memaknai proses pendewasaan itu sendiri dan kemampuan menilai. Kemendiknas (2010:36), menyatakan bahwa Pendidikan adalah proses
internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga
membuat orang dan masyarakat jadi berabad.
Dari kedua pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah proses pengembangan diri menjadi diri sendiri yang
mempunyai kemampuan dan kepribadian yang unggul. Banyak pandangan
berpendapat bahwa pendidikan merupakan sarana untuk mentransfer ilmu
saja, akan tetapi pendidikan juga merupakan sarana pembudayaan dan
penyalur nilai-nilai.
Karakter merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena
dari pendidikanlah karakter anak bangsa terbentuk, sehingga mencerminkan
karakter bangsa. Pengertian karakter menurut Sutarjo (2012:78), karakter
adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga
menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang
menyerah, jujur, sederhana dan lain-lain. Heri (2012:3) juga menjelaskan
bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang
yang membedakan antara dirinya dan orang lain. Berbeda dengan Hariyanto
(2013:43) menjelaskan bahwa karakter adalah nilai dasar yang membangun
pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan
dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Karakter merupakan
dalam merespon situasi secara bermoral. Dengan karakter itulah orang
mampu mengukur kepribadian atau watak orang lain.
Keterpaduan dua kata tersebut menjadi Pedidikan Karakter. Menurut
Zubaeda (2011:25) Pendidikan Karakter adalah pendidikan budi pekerti plus
yang intinya merupakan program pengejaran disekolah yang bertujuan
mengembangkan watak dan tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai
dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah
afektif (perasaan/sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir
rasional), dan ranah skill (keterampilan, terampil mengolah data,
menggemukakan pendapat dan kerja sama). Menurut Kemendiknas (2010:37)
Pendidikan Karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian,
akhlak mulia, dan budi pekerti sehingga karakter terbentuk dan menjadi ciri
khas peserta didik tersebut. Hariyanto (2013:45) menjelaskan juga bahwa
pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan kepada peserta didik
untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,
raga, serta rasa dan karsa. Dari uraian pengertian diatas maka dapat
disimpulkan, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan
karakter peserta didik.
Melihat kondisi krisis dan dekadensi moral, seperti maraknya
perkelahian antar pelajar, korupsi, budaya menyontek, narkoba, plagiarisme
dan lain-lain. Maka pemerintah Indonesia, mensosialisasikan pendidikan
karakter bahkan, kementerian pendidikan nasional juga mencanangkan
implementasi pendidikan karakter untuk semua tingkat pedidikan, mulai dari
jenjang pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Heri
(2012:30) pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang
tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila.
c. Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran kurikulum 2013 memiliki ciri khas yang berbeda dengan
kurikulum sebelumnya dimana pembelajaran kurikulum sebelum, mata
pelajarannya dilakukan secara terpisah sedangkan pembelajaran dengan
kurikulum 2013 dilakukan dengan pendekatan tematik integrtif, yang kemudian dikenal dengan istilah Tematik. Arti kata “Tematik” itu sendiri adalah bersangkutan dengan tema. Pembelajaran tematik ini dilakukan sesuai
dengan tahapan perkembangan anak, cara belajar anak, dan konsep belajar.
Konsep pembelajaran tematik dikemukan oleh dua tokoh pendidikan Jacob
tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada
tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik
merupakan suatu pendekatan dimana dalam pembelajaran segaja mengaitkan
beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran
(Majid 2014). Berikut pengertian pendekatan tematik integratif menurut para
ahli:
Menurut Majid (2014:86) pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa
mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. Majid juga menegaskan
bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
menggunakan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pangalaman yang
bermakna kepada peserta didik. Daryanto (2014:31) juga menjelaskan bahwa
pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar
(KD) dan indikator dari kurikulum atau Standar Isi (SI) dari beberapa mapel
menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Daryanto juga
menjelaskan bahwa dengan adanya kaitan tersebut maka peserta didik akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Daryanto (2014:11)
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang.
Dari uraian pengertian diatas maka, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sekaligus menjadi satu materi yang
memberikan pengalaman bermakna bagi siswa dalam satu kali pertemuan.
Pembelajaran tematik memiliki beberapa prinsip dan karakteristik. Prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif antara lain: (1)
Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, (2) Terintegrasi dengan
lingkungan, (3) Bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, (4)
Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, (5) Materi
pembelajaran dapat dipadukan dalam satu tema dengan mempertimbangkan
minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
Sebagai suatu pendekatan di sekolah dasar, pembelajaran tematik
integratif memiliki karakteristik-karakteristik antara lain: (1) Berpusat pada
siswa, (2) Memberikan pengalaman langsung, (3) Pemisahan mata pelajaran
tidak begitu jelas, (4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5)
Bersifat fleksibel, (6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
Dalam kurikulum 2013, pembelajaran di sekolah menggunakan
pendekatan tematik integratif dengan memiliki karakteristik dan prinsip yang
dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan anak, karakteristik cara
belajar anak.
d. Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran tematik integratif, yang mana pembelajaran menggunakan
pendekatan ilmiah (pendekatan saintifik). Penerapan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran sebagaimana dimaksudkan melibatkan keterampilan
proses meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba,
1. Mengamati
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran lebih menitikberatkan pada
kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Keunggulan
dari metode ini, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta
didik senang dan betantang, dan mudah pelaksanaanya. Abidin
(2014:133-134) Dalam melakukan kegiatan mengamati perlu memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi.
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder.
d. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi.
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
f. Menetukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan dan alat elektronik lainnya.
2. Menanya
Dalam proses pembelajaran guru yang efektif mampu
menginspirasikan peserta didik untuk mengembangkan tiga ranah utama
yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Pada saat guru bertanya, pada
saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar
dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula guru tersebut mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak
dan pembelajar yang baik. Pertanyaan guru yang baik dan benar
menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan
benar pula. Menurut Abidin (2014:136-137) aktivitas bertanya memiliki
beberapa fungsi sebagai berikut:
a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas subtansi pembelajarn yang diberikan.
e. Membangkitkan keterampilan berbicara, mengajukan pertanyaan, dan
memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat.
3. Menalar
Istilah “menalar” dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran merujuk
pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menurut Abidin
(2014:139-140) untuk meningkatkan daya menalar peserta didikdapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Guru menyusun bahan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum.
b. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah
akan tetapi guru memberikan instruksi singkat tapi jelas.
c. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis.
d. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati.
e. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
f. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
h. Guru mencatatat semua kemajuan peserta didik.
4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang otentik peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan. Agar pelaksanaan kegiatan
percobaan dapat berjalan dengan lancar maka, (1) Guru hendaknya
merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid, (2) Guru
bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan, (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu, (4) Guru menyediakan kertas kerja
untuk pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan masalah yang
akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7)
murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, (8) guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasikan.
5. Mengkomunikasikan
Kemampuan mengkomunikasi adalah kemampuan menyampaikan
hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara
komunikatif dan efektif.
e. Penilaian Otentik
Proses pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai Kompetensi
Dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Sementara itu, kegiatan penilaian
dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian Kompetensi Dasar.
Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam
proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan
keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Oleh
sebab itu kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang benar perlu di
dukung oleh sistem penilaian yang baik, terencana, dan berkesinambungan.
Penilaian memiliki peran yang sangat penting dalam kualitas sistem
pembelajaran. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
(Kemendikbud 2013). Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 (delapan)
standar, salah satunya adalah Standar Penilaian. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2013 Tentang Standar
Penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik. Dimana penilaian pendidikan salah
satunya mencakup penilaian otentik.
Menurut Permendikbud nomor 66 tentang standar penilaian (2013:2)
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran.
Kemendikbud (2013:5) Penilaian otentik (Authentic Assessment) adalah
pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik
untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Abidin (2014:81) penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai
data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Guru perlu mengambil data agar mengindentifikasi kesulitan siswa dalam belajar,
agar guru segera mengatasi kesulitan tersebut.
Basuki (2014:168) mendefinisikan penilaian otentik sebagai suatu bentuk
penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas
dunia nyata yang menunjukan penerapan dari suatu pengetahuan atau
keterampilan.
Dari beberapa pendapat di atas maka, dapat disimpulkan bahwa penilaian
otentik adalah penilaian yang bukan hanya mengukur apa diketahui
melainkan, lebih menitikberatkan pada apa yang dihasilkan oleh peserta didik.
Dalam penilaian otentik, para siswa tidak hanya menyelesaikan dan dapat
menunjukkan perilaku tertentu yang diinginkan sesuai rumusan tujuan
pembelajaran, tetapi juga mampu mengerjakan sesuatu yang terkait dengan
konteks kehidupan nyata.
Penilaian otentik yang digunakan dalam mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik mengacu pada penilaian PAK. PAK merupakan
minimal (KKM). Dalam penilaian hasil belajar peserta didik mencakup tiga
hal yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan. Sejalan dengan ketiga cakupan tersebut maka teknik dan
instrumen yang digunakan dalam mengukur kompetensi sikap, kompotensi
pengetahuan, dan kompotensi keterampilan berdasarkan Permendikbud No. 66
tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan sebagai berikut:
a. Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,
penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta
didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian
diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian
(rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan
pendidik.
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan
berupa lembar penilaian diri.
3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian
antarpeserta didik.
4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang
berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan
peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan,
1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,
yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan
penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan
tuntutan kompetensi.
2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi
kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu
yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat,
perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun
waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
1) Substansi yang mempresentasikan kompetensi yang dinilai.
2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
bentuk instrumen yang digunakan; dan
3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif
Penilain otentik memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri.
Basuki (2014:175-176) keunggulan dan kelemahan penilaian otentik dapat
[image:44.595.99.518.189.622.2]dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik
No Keunggulan Kelemahan
1 Berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan
pengetahuan.
Memerlukan waktu yang insiatif
untuk mengelolah, memantau, dan
melakukan koordinasi.
2 Meningkatkan kreativitas. Sulit untuk dikoordinasikan dengan standar pendidikan yang telah
ditetapkan secara legal.
3 Merefleksikan keterampilan dan pengetahuan dunia nyata.
Menantang guru untuk
memberikan skema pemberian nilai
yang konsisten.
4 Mendorong kerja kolaboratif. Sifat subjek dalam pemberian nilai akan cenderung menjadi bias.
5 Meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis
Sifat penilaian yang unik mungkin
tidak dikenali siswa.
6 Langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan
pengajaran, dan tujuan
pembelajaran.
Bisa bersifat tidak praktis untuk
kelas yang berisi banyak siswa.
7 Menekankan pada keterpaduan pembelajaran di sepanjang
waktu.
Hal yang menantang untuk
mengembangkan berbagai jenis
materi ajar dan berbagai kisaran
tujuan pembelajaran.
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Daryanto (2014:v) Perangkat Pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum mereka melakukan proses
pembelajaran. Persiapan mengajar merupakan salah satu tolak ukur dari
merencanakan kegagalan. Bertemali dengan proses pembelajaran maka, guru
perlu mengembangkan perangkat pembelajaran.
Berdasarkan Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
PelaksanaanPembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
pembelajaran meliputi penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
dan penyiapan LKS, dan instrumen penilaian. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Perangkat
pembelajaran sebagai alat pandu pelaksanaan pembelajaran hendaknya
disusun guru sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Keempat elemen
perangkat pembelajaran tersebut dapat dijabarkan berdasarkan Permendikbud
nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses sebagai berikut:
1. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran. Bertemali dengan silabus maka
Permendikbud menyatakan bahwa silabus paling sedikit memuat beberapa
hal sebagai berikut:
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket
BdanSMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran;
d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran;
e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
g. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Pengembangan silabus berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dan Standar Isi (SI). Silabus digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Abidin (2014:291-292)
dalam pengembangannya, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
sebagai berikut:
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secar keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkatan kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
c. Sitematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secar fungsional
dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian cukup ntuk menunjang pencapaian kompetensi
f. Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator, materi poko, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni muktahir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang tejadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (sikap,
keterampilan, dan pengetahuan).
Bertemali dengan silabus Depdiknas (2007b) dalam Abidin
(2014:292) ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru dalam
menyusun silabus pembelajaran. Tahapan tersebut sebagai berikut:
a. Perencanan
Guru yang menyusun silabus terlebih dahulu menyiapkan informasi,
kepustakaan atau referensi. Informasi yang disiap dapat dilakukan
dengan memanfaatkan multimedia dan internet.
b. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan penyusunan silabus, guru perlu memahami
semua perangkat yang berhubungan dengan penyusunan silabus,
seperti Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, dan Kompetensi
Dasar.
c. Perbaikan
Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Pemantapan
Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria
dengan cukup baik sialbus tersebut dapat digunakan sebagai dasar
e. Penilaian silabus
Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan
menggunakan model-model penilaian kurikulum.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
R