• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema aku dan teman baru untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema aku dan teman baru untuk siswa kelas 1 sekolah dasar."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU

UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR Evi Anastasia Metubun

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, serta penilaian otentik pada kegiatan pembelajaran.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu prosedur pengembangan Jerold E. Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian dibatasi pada 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah daftar pertanyaan wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SDN Kalasan 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua Pakar Kurikulum SD 2013 dan dua guru kelas I SD.

Berdasarkan hasil validasi dua validator Pakar Kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 3,93 (baik) dan 4,28 (sangat baik), dan dua validator guru kelas I SD menghasilkan skor 4,11 (baik) dan 4,64 (sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,24 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013.

(2)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME AKU DAN TEMAN

BARU FOR FIRTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL. Evi Anastasia Metubun

Sanata Dharma University

2015

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.

This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for firth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the firth grade of SD Negeri Kalasan 1 Sleman. While the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the firth grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 3,93 (good) and 4,28 (very good), and the two teachers of the firth grade of elementary school showed result on the score of 4,11 (good) and 4,64 (very good). The learning instrument got mean score 4,24 and it was categorized as very good. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.

(3)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU

UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Evi Anastasia Metubun NIM. 111134321

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS yang selalu mendengarkan doaku dan selalu menyertaiku dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kedua orangtua kandungku yang tercinta: Bapak Silas Metubun dan Ibu Fransina Metubun Yang selalu memberikan dukungan, motivasi serta doa dan

sebagai sang motivator terhandal.

Kedua orangtua waliku tercinta:

Bapak Markus Metubun, S. Sos. dan Ibu Rebeca Silitonga Yang selalu memberikan dukungan dan doa yang selalu kujadikan

motivasi.

Kakak-kakakku terkasih:

Herci M. beserta keluarganya, Ribka M. beserta keluarganya, Yohanes M, Ronald M. beserta keluarganya, Hans Kurni M, Kress

M, Gerda M. beserta keluarganya yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi serta doa.

Adikku-adiku tercinta:

Djoko D. Metubun, Imelda Metubun, dan Riyama Metubun serta Ponakan-ponakanku tercinta yang selalu menyemangatiku saat

lelah. Yang terkasih:

Alm. Sanikimba Agustinus Nelman Baransano terima kasih atas semangat, dorongan, kasih sayang, perhatian serta doa selama

masa hidupnya.

Teman-temanku 34 mahasiswa PGSD PPGT

Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan

(7)

v MOTTO

“Janganlah takut, sebab aku menyertai engkau, janganlah

bimbang, sebab aku ini ALLAHmu;

Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;

Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa KEMENANGAN.”

(Yesaya 41:10)

“ Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah

segala rencanamu.”

(Amsal 16:3)

Bahagiakanlah kedua orang tuamu sebelum kamu

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU

UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR Evi Anastasia Metubun

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, serta penilaian otentik pada kegiatan pembelajaran.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu prosedur pengembangan Jerold E. Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian dibatasi pada 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah daftar pertanyaan wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SDN Kalasan 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua Pakar Kurikulum SD 2013 dan dua guru kelas I SD.

Berdasarkan hasil validasi dua validator Pakar Kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 3,93 (baik) dan 4,28 (sangat baik), dan dua validator guru kelas I SD menghasilkan skor 4,11 (baik) dan 4,64 (sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,24 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013.

(11)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME AKU DAN TEMAN

BARU FOR FIRTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL. Evi Anastasia Metubun

Sanata Dharma University

2015

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.

This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for firth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the firth grade of SD Negeri Kalasan 1 Sleman. While the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the firth grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 3,93 (good) and 4,28 (very good), and the two teachers of the firth grade of elementary school showed result on the score of 4,11 (good) and 4,64 (very good). The learning instrument got mean score 4,24 and it was categorized as very good. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada Sub

Tema Aku dan Teman Baru untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar dapat peneliti

selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti

mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik

secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan

dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., B.S.T., M.A. selaku Ketua Program Studi

PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

6. Dra. Maslichah As’yari, M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013

yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan

validasi produk penelitian.

7. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang

telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Realita pendidikan bangsa Indonesia masih jauh tertinggal dengan

negara-negara ASEAN, sedangkan untuk mengukur kemajuan suatu bangsa diukur

dari seberapa maju pendidikan yang telah dicapai oleh bangsa tersebut.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” (Permendikbud 2013).

Tercapainya tujuan pendidikan ditentukan oleh kurikulum, yang

merupakan strategi dan pedoman untuk meningkatkan pencapaian

pendidikan. Oleh karena itu mutlak kurikulum harus diadakan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (Permendikbud 2013). Melihat pentingnya kurikulum

untuk pencapaian tujuan pendidikan maka pemerintah melakukan perbaikan

dan perubahan kurikulum 2013 untuk melengkapi dan memperbaiki

permasalahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2006.

Kurikulum 2013 diberlakukan agar mempersiapkan generasi emas

Indonesia 2045 mendatang yang cerdas, produktif, inovatif, damai dalam

interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan

berperadaban unggul pada abad ke-21. Kurikulum 2013 juga ditujukan agar

mampu meningkatkan rendahnya skala pendidikan bangsa Indonesia yang

(20)

menitikberatkan pada empat aspek utama yaitu menggunakan pendidikan

karakter, proses pembelajaran tematik integratif, pendekatan ilmiah (saintifik)

dan menggunakan penilaian otentik. Dimana pendidikan karakter, dalam

setiap pembelajaran harus terkait nilai/karakter. Proses pembelajaran tematik

integratif yang harus membutuhkan kreativitas guru dalam mengaitkan

beberapa mata pelajaran dalam satu tema, pembelajaran menggunakan

pendekatan saintifik yang memiliki lima tahap yaitu (1) mengamati, (2) menalar, (3) mencoba, (4) menanyakan, (5) mengkomunikasikan dan yang

terakhir menggunakan penilaian otentik yang komprehensif (menyeluruh)

semua aspek harus terangkum.

Proses pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013, siswa tidak berperan

sebagai obyek tapi justru menjadi subyek artinya pada proses pembelajaran

guru berperan hanya sebagai fasilitator dan memiliki intelektual yang kreatif

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dan mampu menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sedangkan dalam proses

pembelajaran siswa tidak diberitahukan oleh guru akan tetapi mencari tahu

sendiri, siswa bukan hanya menyelesaikan masalah akan tetapi merumuskan

masalah, siswa melatih berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan

berfikir mekanistis (rutin), dan siswa mampu bekerjasama dan kaloborasi.

Oleh sebab itu, agar proses pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013

dapat tercapai dengan efektif dan efisien maka guru perlu melakukan

persiapan perangkat pembelajaran yang dapat mendukung proses

pembelajaran.

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait implementasi

kurikulum 2013 pada tanggal 17 Mei pukul 10.00 di SDN Kalasan 1 dengan

Ibu U, guru sudah sangat memahami konsep-konsep dasar mengapa terjadi

perubahan kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi Kurikulum SD 2013.

Guru juga sudah memahami poin-poin inti yang digunakan dalam Kurikulum

SD 2013, seperti pendekatan tematik integratif dalam pembelajaran,

(21)

perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013. Namun

dari beberapa poin inti tersebut guru mendapat kesulitan dalam beberapa hal

antara lain, mengaplikasikan langkah-langkah pembelajaran dengan

pendekatan saintifik, pelaksanaan penilaian otentik yang masih sulit terutama

pada penilaian non tes dan belum menemukan cara efektif untuk

melaksanakan penilaian tersebut dengan maksimal, serta kurangnya

pemahaman guru terkait penguatan pendidikan karakter dalam pembelajaran, dikarenakan guru belum banyak mengikuti pelatihan-pelatihan atau diklat

untuk memperoleh pengetahuan sejauh mana pendidikan karakter yang harus

dikembangakan dalam Kurikulum SD 2013 di sekolah.

Pada saat melakukan wawancara dengan Ibu U, beliau juga mengatakan ada

beberapa kendala pada saat proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik,

antara lain pada langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik

terdapat aspek mencoba, aspek tersebut sulit diimplementasikan karena

keterbatasan SDM guru dan sarana prasarana sekolah yang mendukung

proses tersebut berjalan maksimal. Guru juga masih bingung apakah

langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat dilaksanakan dengan

tidak urut atau harus urut sesuai pada konsep pendekatan saintifik yaitu,

mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring atau

mengkomunikasikan.

Dalam hal ini guru juga menyadari kesulitan-kesulitan yang dialami

dalam mengembangkan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD

2013, terutama pada aspek penilaian. Hal ini disebabkan karena terbatasnya

SDM guru dan kurangnya pelatihan atau diklat terkait Kurikulum SD 2013

yang pernah diikuti guru. Oleh karena itu, guru sangat memerlukan

contoh-contoh perangkat pembelajaran yang sesuai tuntutan Kurikulum SD 2013

guna untuk mengembangkan pembelajaran dikelas dan tercapainya tujuan

implemetasi Kurikulum 2013 di sekolah dasar.

Dengan melihat adanya masalah tersebut dan pentingnya diadakan

contoh-contoh perangkat pembelajaran Kurikulum SD 2013, maka peneliti mencoba

(22)

kurikulum 2013 yang mengedepankan kebutuhan siswa dan guru pada umumnya dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum 2013 pada subtema Aku dan Teman Baru untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan produk berupa perangkat pembelajaran sub

tema Aku dan Teman Baru mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa

kelas 1 Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran sub tema Aku dan

Teman Baru mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah

Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran pada subtema

Aku dan Teman Baru mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas 1

Sekolah Dasar.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran

subtema Aku dan Teman Baru mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa

kelas 1 Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian Pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi mahasiswa

Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini dapat memberikan

pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun perangkat pembelajaran

(23)

2. Bagi guru

Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif perangkat pembelajaran untuk meningkatkan

proses pembelajaran pada sub tema aku dan teman baru untuk siswa kelas

1 Sekolah Dasar.

3. Bagi siswa

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti mampu mengembangkan keaktifan, kreativitas dan mampu meningkatkan prestasi

siswa dalam proses pembelajaran pada sub tema aku dan teman baru untuk

siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

Dapat menambah referensi pada Sekolah dalam mengembangkan

perangkat pembelajaran pada setiap pembelajaran.

5. Bagi Prodi PGSD

Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma tekait

dengan pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum

Sekolah Dasar tahun 2013.

E. Batasan Istilah

1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu

2. Pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan

secara sistematis untuk menanamkan nilai- nilai perilaku peserta didik

yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perbuatan dan perkataan berdasarkan norma- norma agama,

hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat.

3. Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang

(24)

dalam berbagai tema sehingga saling terkait antara mata pelajaran, antara

konsep, antara pokok bahasan bahkan keterkaitan antara topik melalui

pengalaman langsung sehingga pembelajaran bermakna bagi siswa.

4. Pendekatan saintifik adalah pendekatan berbasis ilmiah dengan

menekankan metode ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar,

mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

5. Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)

pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

6. Perangkat Pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian

(RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media

pembelajaran, instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban

serta tugas dan rubrik penilaian.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap, yang terdiri dari:

a) Identitas RPPTH terdiri dari:

1) sekolah yaitu nama satuan pendidikan

2) identitas muatan pelajaran terkait

3) tema/subtema;

4) kelas/semester;

5) pembelajaran keberapa;

6) alokasi waktu;

b) Kompetensi Inti terdiri dari KI 1,2,3 dan 4

c) Kompetensi Dasar dan Indikator setiap Kompetensi Inti

d) Tujuan Pembelajaran mencakup semua ranah (pengetahuan,

keterampilan, sosial, spiritual)

e) Materi Pembelajaran mencakup materi pokok setiap muatan

f) Pendekatan dan Metode Pembelajaran

(25)

h) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran yang terdiri dari kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

i) Penilaian mencakup teknik penilaian, instrumen, dan pedoman

penskoran.

j) Lampiran-lampiran.

2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi

siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter). Hal tersebut dapat dilihat pada perumusan indikator setiap pembelajaran yang mencakup aspek

intelektual, keterampilan, dan karakter. Pada aspek karakter terbagi menjadi

dua ranah yaitu sikap sosial dan spiritual.

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik

integratif adalah pembelajaran tematik terpadu yang memadukan beberapa

mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan

mengintegrasikan konteks hasil belajar, pengalaman belajar, dan konten

belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta

didik.

4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan

saintifik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran bertujuan untuk

mengembangkan dan mengasah dimensi keterampilan siswa dalam kegiatan

mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk

jejaring/mengkomunikasikan atau dapat menghubungkan keterkaitan pada

semua mata pelajaran.

5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik

adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif mulai dari input,

proses, sampai output dari kegiatan pembelajaran yang bermakna secara

signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan,

dan pengetahuan. Penilaian kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes

lisan, dan penugasan. Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri,

(26)

(rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan

pendidik. Penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,

yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu

kompetensi tertentu dengan menggunakan performance/kinerja/unjuk kerja,

produk, proyek, dan penilaian portofolio.

6. RPPTH disusun sesuai dengan ketentuan EYD. Penyusunan perangkat

pembelajaran ini mengacu pada kaidah bahasa yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

Kurikulum merupakan jantung dari pendidikan. Tuntutan zaman dan

tantangan zaman menuntut kurikulum harus berubah-ubah dimana bangsa

Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum sebanyak 10 kali sejak tahun 1947 hingga sekarang kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang ke-11

kalinya. Walaupun demikian, kurikulum memiliki visi dan arah tujuan yang

jelas, akan dibawa ke mana sistem pendidikan nasional. Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu (Permendikbud 2013).

Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014

merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian pendidikan.

Pengembangan kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi yang dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006

yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara

terpadu. Perkembangan teknologi semakin pesat dan tantangan zaman

semakin berat akan mengalami tantangan internal dan tantangan eksternal

yang harus siap dihadapi bagi generasi emas 2045 tahun akan datang. Oleh

sebab itu, pemberlakuan kurikulum 2013 ditujukan agar menjawab tantangan

zaman terhadap pendidikan di abad ke-21.

a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Pengembangan atau perubahan kurikulum ditujukan untuk menjawab

tantangan zaman yang akan dihadapi, baik tantangan internal maupun

ekstranal. Maka, kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor

(28)

1. Tantangan Internal, terkait antara kondisi pendidikan dan tuntutan pendidikan

yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan

tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Melihat kondisi

pendidikan yang mendesak akan tuntutan pendidikan maka, berbagai metode

dilakukan oleh pemerintah agar pendidikan dapat mencapai kedelapan Standar Nasional tersebut. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan

penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.

Melihat dari perkembangan penduduk Indonesia yang berkembang begitu

pesat sehingga jumlah sumber daya manusia usia produktif lebih banyak dari

sumber daya manusia usia non produktif. Hal tersebut merupakan, salah satu

tantangan terbesar jika sumber daya manusia yang melimpah tidak memiliki

kompetensi dan keterampilan akan menjadi beban pembangunan. Namun

apabila, sumber daya manusia yang melimpah ini, memiliki kompetensi dan

keterampilan maka, akan menjadi modal pembangunan. Oleh sebab itu,

sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat

ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi

dan keterampilan melalui pendidikan dengan tercapainya delapan standar

nasional agar tidak menjadi beban pembangunan (Permendikbud 2013).

2. Tantangan Ekstranal, berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi

masa depan, fenomena negatif yang mengemuka dan persepsi masyarakat.

Globalisasi merupakan salah satu tantangan masa depan yang bisa berdampak

negatif jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Globalisasi mampu merubah pola

hidup agraris dan tradisional menjadi pola hidup yang modern seperti World

Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations

(ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan

ASEAN Free Trade Area (AFTA). perkembangan teknologi dan Informasi

sangat pesat akibat dampak dari globalisasi sehingga untuk menghadapi

tantangan-tantangan tersebut orang berpikir bahwa pengetahuanlah yang

(29)

beratkan pada aspek kognitif lama kelamaan beban siswa terlalu berat. Dan

juga seorang pelajar mempunyai aspek kognitif yang baik tapi kurang

bermuatan karakter, akibatnya akan terjadi fenomena-fenomena negatif yang

mengemuka seperti perkelahian antar pelajar (tawuran), narkoba, Plagiarisme,

kecurangan dalam ujian (nyontek), gejolak masyarakat (sosial unrest) dalam

kalangan pelajar. Oleh sebab itu, diharapkan kurikulum 2013 mampu

menjawab tantangan zaman abad ke-21 yang akan dihadapi. Kedua tantangan tersebut bukan untuk dihindari akan tetapi dihadapi.

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Hal mendasar pengembangan Kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan

zaman. Melihat dari tantangan-tantangan yang akan dihadapi nanti, maka

kurikulum 2013 diadakan sebagai penyempurnaan dari KBK 2004 dan

kurikulum KTSP 2006. Melihat kedua kurikulum sebelumnya, Perumusan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) diturunkan dari Standar Isi sedangkan

kurikulum 2013 diturunkan dari kebutuhan siswa, dapat dilihat pada tabel

dibawah ini. (Daryanto dan Sudjendro, 2014:31).

Tabel 1. Tabel Penyempurnaan Pola Perumusan Kurikulum

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1 Standar Kompetensi Lulusan

diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan

diturunkan dari kebutuhan

2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan

Tujuan Mata Pelajaran (Standar

Kompetensi Lulusan Mata

Pelajaran) yang dirinci menjadi

Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran.

Standar Isi diturunkan dari Standar

Kompetensi Lulusan melalui

Kompetensi Inti yang bebas mata

pelajaran

3 Pemisahan antara mata pelajaran

pembentuk sikap, pembentuk

keterampilan, dan pembentuk

pengetahuan

Semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap

pembentukan sikap, keterampilan,

dan pengetahuan

4 Kompetensi diturunkan dari mata

pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari

(30)

5 Mata pelajaran lepas satu dengan

yang lain, seperti sekumpulan mata

pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh

Kompetensi Inti (tiap kelas)

Dari tabel diatas maka, disimpulkan bahwa pola pikir pembelajaran

kurikulum sebelumnya lebih dititik beratkan pada guru. Dengan demikian

sangat perlu penyempurnaan pola pikir terhadap pembelajaran yang berpusat

pada guru karena sangat berpengaruh terhadap pola pikir peserta didik. aktif

dan kreatif gurunya bukan siswanya.

Proses pembelajaran Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006 dimana, kedua kurikulum sebelumnya pembelajaran

berpusat pada guru sedangkan siswa sebagai obyek, hal tersebut dapat dilihat

[image:30.595.103.534.262.747.2]

pada tabel dibawah ini. (Daryanto dan Sudjendro, 2014:31)

Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1 Berpusat pada Guru Berpusat pada siswa

2 Satu Arah Interaktif

3 Isolasi Lingkungan Jejaring

4 Pasif Aktif-Menyelidiki

5 Maya/Abstrak Konteks Dunia Nyata

6 Pribadi Pembelajaran Berbasis Tim

7 Luas (semua materi diajarkan) Perilaku Khas Memberdayakan kaidah

Keterikatan

8 Stimulasi Rasa tunggal

(beberapa panca indera)

Stimulasi ke Segala Penjuru (semua panca

indera)

9 Alat Tunggal (papan tulis) Alat Multimedia (berbagai peralatan

teknologi pendidikan)

10 Hubungan satu Arah Kooperatif

11 Produksi Masa (siswa

memperoleh dokumen yang

sama)

Kebutuhan Pelanggan (siswa mendapat

dokumen sesuai dengan ketertarikan sesuai

dengan potensinya)

(31)

(mengikuti cara yang seragam) siswa)

13 Satu Ilmu Pengetahuan Bergeser

(mempelajari satu sisi pandang

ilmu)

Pengetahuan Disiplin Jamak (pendekatan

multidisiplin)

14 Kontrol Terpusat (kontrol oleh

guru)

Otonomi dan Kepercayaan (siswa diberi

tanggungjawab)

15 Pemikiran Faktual Kritis (membutuhkan pemikiran kreatif)

16 Penyampaian Pengetahuan

(pemindahan ilmu dari guru ke

siswa)

Pertukaran pengetahuan (antara guru dan

siswa, siswadan siswa lainnya)

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai

daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan

pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata

kelola sebagai berikut:

1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang

bersifat kolaboratif;

2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen

kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan

3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses

pembelajaran (Permendikbud 2013).

5. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi

yang relevan bagi peserta didik (Perrmendikbud 2013).

Dalam Kurikulum 2013 terdapat 4 (empat) elemen perubahan yaitu,

Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses dan Standar

Penilaian. Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia

nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar

dan menengah pasal 1 menjelaskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan

(32)

pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Mulyasa (2014:23) menyatakan

bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Sebagaimana elemen perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel 3 Dalam

[image:32.595.103.513.232.752.2]

Daryanto (2014:53-54).

Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Elemen

Deskripsi SD Kompetensi

Lulusan

- Mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan secara berimbang

Materi (ISI) - Adanya keseimbangan antara materi untuk mendukung

kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

- Semua konten mendukung ketiga kompetensi diatas

secara berimbang

Pendekatan (ISI) Kompetensi dikembangkan melalui:

- Tematik integratif dalam semua mata pelajaran

- Mata pelajaran IPA dan IPS masing-masing adalah

terpadu

- Mata pelajaran wajib, peminatan, lintas minat, dan

pendalaman

- Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar

industri

Proses

Pembelajaran

- Standar proses yang semula terfokus pada Ekplorasi,

Elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan

mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,

dan mencipta.

- Belajar tidak hanya didalam kelas, tetapi lingkungan

sekolah dan masyarakat juga sebagai tempat belajar

- Sumber belajar tidak terpaku pada guru saja

- Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi contoh dan

(33)

Penilaian Hasil

Belajar

- Penilaian berbasis kompetensi

- Pergeseran dari penilaian melalui Tes (mengukur

kompetensi berdasarkan hasil saja ) menuju Penilaian

otentik (mengukur ketiga kompetensi berdasarkan

proses dan hasil)

- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga

kompetensi inti dan SKL

- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa

sebagai instrumen utama penilaian dan penilaian

mandiri oleh siswa

Ekstrakurikuler - Pramuka (wajib)

- UKS

- PMR

- Bahasa Inggris

Berdasarkan elemen perubahan kurikulum 2013 di atas, penataan terhadap

SNP diharapkan dapat menyempurnakan SNP sebelumnya menjadi lebih baik

bagi pendidikan Nasional.

b. Penguatan Pendidikan Karakter

Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan

melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi dan sekaligus

berbasis karakter (competency and character based curriculum). Hal tersebut

penting, guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada

pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif

terhadap berbagai perubahan melalui pendidikan karakter.

Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat

dintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang

terdapat dalam kurikulum 2013. Materi yang berkaitan dengan norma atau

nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dihubungkan konteks kehidupan

sehari-hari. Berbicara mengenai Pendidikan Karakter, pengertiannya terdiri

(34)

Menurut Agustinus (2014:4), pendidikan adalah suatu proses terus

menerus yang menghantarkan manusia mudah ke arah kedewasaan, yaitu

dalam arti kemampuan untuk memperoleh pengetahuan (knowledge

acquisition), mengembangkan kemampuan atau keterampilan (skills

developments), mengubah sikap (attitude of change) serta kemampuan

mengarahkan diri sendiri, baik di bidang pengetahuan, keterampilan, serta

dalam memaknai proses pendewasaan itu sendiri dan kemampuan menilai. Kemendiknas (2010:36), menyatakan bahwa Pendidikan adalah proses

internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga

membuat orang dan masyarakat jadi berabad.

Dari kedua pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah proses pengembangan diri menjadi diri sendiri yang

mempunyai kemampuan dan kepribadian yang unggul. Banyak pandangan

berpendapat bahwa pendidikan merupakan sarana untuk mentransfer ilmu

saja, akan tetapi pendidikan juga merupakan sarana pembudayaan dan

penyalur nilai-nilai.

Karakter merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena

dari pendidikanlah karakter anak bangsa terbentuk, sehingga mencerminkan

karakter bangsa. Pengertian karakter menurut Sutarjo (2012:78), karakter

adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga

menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang

menyerah, jujur, sederhana dan lain-lain. Heri (2012:3) juga menjelaskan

bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang

yang membedakan antara dirinya dan orang lain. Berbeda dengan Hariyanto

(2013:43) menjelaskan bahwa karakter adalah nilai dasar yang membangun

pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun

pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan

dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Karakter merupakan

(35)

dalam merespon situasi secara bermoral. Dengan karakter itulah orang

mampu mengukur kepribadian atau watak orang lain.

Keterpaduan dua kata tersebut menjadi Pedidikan Karakter. Menurut

Zubaeda (2011:25) Pendidikan Karakter adalah pendidikan budi pekerti plus

yang intinya merupakan program pengejaran disekolah yang bertujuan

mengembangkan watak dan tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai

dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah

afektif (perasaan/sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir

rasional), dan ranah skill (keterampilan, terampil mengolah data,

menggemukakan pendapat dan kerja sama). Menurut Kemendiknas (2010:37)

Pendidikan Karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian,

akhlak mulia, dan budi pekerti sehingga karakter terbentuk dan menjadi ciri

khas peserta didik tersebut. Hariyanto (2013:45) menjelaskan juga bahwa

pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan kepada peserta didik

untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,

raga, serta rasa dan karsa. Dari uraian pengertian diatas maka dapat

disimpulkan, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan

karakter peserta didik.

Melihat kondisi krisis dan dekadensi moral, seperti maraknya

perkelahian antar pelajar, korupsi, budaya menyontek, narkoba, plagiarisme

dan lain-lain. Maka pemerintah Indonesia, mensosialisasikan pendidikan

karakter bahkan, kementerian pendidikan nasional juga mencanangkan

implementasi pendidikan karakter untuk semua tingkat pedidikan, mulai dari

jenjang pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Heri

(2012:30) pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang

tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa

(36)

yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa

berdasarkan Pancasila.

c. Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran kurikulum 2013 memiliki ciri khas yang berbeda dengan

kurikulum sebelumnya dimana pembelajaran kurikulum sebelum, mata

pelajarannya dilakukan secara terpisah sedangkan pembelajaran dengan

kurikulum 2013 dilakukan dengan pendekatan tematik integrtif, yang kemudian dikenal dengan istilah Tematik. Arti kata “Tematik” itu sendiri adalah bersangkutan dengan tema. Pembelajaran tematik ini dilakukan sesuai

dengan tahapan perkembangan anak, cara belajar anak, dan konsep belajar.

Konsep pembelajaran tematik dikemukan oleh dua tokoh pendidikan Jacob

tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada

tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik

merupakan suatu pendekatan dimana dalam pembelajaran segaja mengaitkan

beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran

(Majid 2014). Berikut pengertian pendekatan tematik integratif menurut para

ahli:

Menurut Majid (2014:86) pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa

mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. Majid juga menegaskan

bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang

menggunakan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pangalaman yang

bermakna kepada peserta didik. Daryanto (2014:31) juga menjelaskan bahwa

pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar

(KD) dan indikator dari kurikulum atau Standar Isi (SI) dari beberapa mapel

menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Daryanto juga

menjelaskan bahwa dengan adanya kaitan tersebut maka peserta didik akan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga

pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Daryanto (2014:11)

(37)

informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur

kognitif seseorang.

Dari uraian pengertian diatas maka, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sekaligus menjadi satu materi yang

memberikan pengalaman bermakna bagi siswa dalam satu kali pertemuan.

Pembelajaran tematik memiliki beberapa prinsip dan karakteristik. Prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif antara lain: (1)

Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, (2) Terintegrasi dengan

lingkungan, (3) Bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, (4)

Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, (5) Materi

pembelajaran dapat dipadukan dalam satu tema dengan mempertimbangkan

minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

Sebagai suatu pendekatan di sekolah dasar, pembelajaran tematik

integratif memiliki karakteristik-karakteristik antara lain: (1) Berpusat pada

siswa, (2) Memberikan pengalaman langsung, (3) Pemisahan mata pelajaran

tidak begitu jelas, (4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5)

Bersifat fleksibel, (6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan.

Dalam kurikulum 2013, pembelajaran di sekolah menggunakan

pendekatan tematik integratif dengan memiliki karakteristik dan prinsip yang

dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan anak, karakteristik cara

belajar anak.

d. Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran tematik integratif, yang mana pembelajaran menggunakan

pendekatan ilmiah (pendekatan saintifik). Penerapan pendekatan saintifik

dalam pembelajaran sebagaimana dimaksudkan melibatkan keterampilan

proses meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba,

(38)

1. Mengamati

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran lebih menitikberatkan pada

kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Keunggulan

dari metode ini, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta

didik senang dan betantang, dan mudah pelaksanaanya. Abidin

(2014:133-134) Dalam melakukan kegiatan mengamati perlu memperhatikan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.

b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan

diobservasi.

c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik

primer maupun sekunder.

d. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi.

e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk

mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

f. Menetukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti

menggunakan buku catatan dan alat elektronik lainnya.

2. Menanya

Dalam proses pembelajaran guru yang efektif mampu

menginspirasikan peserta didik untuk mengembangkan tiga ranah utama

yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Pada saat guru bertanya, pada

saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar

dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika

itu pula guru tersebut mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak

dan pembelajar yang baik. Pertanyaan guru yang baik dan benar

menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan

benar pula. Menurut Abidin (2014:136-137) aktivitas bertanya memiliki

beberapa fungsi sebagai berikut:

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik

tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

(39)

c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan

ancangan untuk mencari solusinya.

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk menunjukan sikap, keterampilan, dan

pemahamannya atas subtansi pembelajarn yang diberikan.

e. Membangkitkan keterampilan berbicara, mengajukan pertanyaan, dan

memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

f. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,

mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima

pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta mengembangkan

toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat.

3. Menalar

Istilah “menalar” dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.

Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran merujuk

pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menurut Abidin

(2014:139-140) untuk meningkatkan daya menalar peserta didikdapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Guru menyusun bahan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum.

b. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah

akan tetapi guru memberikan instruksi singkat tapi jelas.

c. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis.

d. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan

diamati.

e. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.

f. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan

dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.

(40)

h. Guru mencatatat semua kemajuan peserta didik.

4. Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang otentik peserta didik harus

mencoba atau melakukan percobaan. Agar pelaksanaan kegiatan

percobaan dapat berjalan dengan lancar maka, (1) Guru hendaknya

merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid, (2) Guru

bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan, (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu, (4) Guru menyediakan kertas kerja

untuk pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan masalah yang

akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7)

murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, (8) guru

mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasikan.

5. Mengkomunikasikan

Kemampuan mengkomunikasi adalah kemampuan menyampaikan

hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara

komunikatif dan efektif.

e. Penilaian Otentik

Proses pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai Kompetensi

Dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Sementara itu, kegiatan penilaian

dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian Kompetensi Dasar.

Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam

proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan

keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Oleh

sebab itu kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang benar perlu di

dukung oleh sistem penilaian yang baik, terencana, dan berkesinambungan.

Penilaian memiliki peran yang sangat penting dalam kualitas sistem

pembelajaran. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta

didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

(41)

(Kemendikbud 2013). Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 (delapan)

standar, salah satunya adalah Standar Penilaian. Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2013 Tentang Standar

Penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen

penilaian hasil belajar peserta didik. Dimana penilaian pendidikan salah

satunya mencakup penilaian otentik.

Menurut Permendikbud nomor 66 tentang standar penilaian (2013:2)

Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif

untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)

pembelajaran.

Kemendikbud (2013:5) Penilaian otentik (Authentic Assessment) adalah

pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik

untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Abidin (2014:81) penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai

data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Guru perlu mengambil data agar mengindentifikasi kesulitan siswa dalam belajar,

agar guru segera mengatasi kesulitan tersebut.

Basuki (2014:168) mendefinisikan penilaian otentik sebagai suatu bentuk

penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas

dunia nyata yang menunjukan penerapan dari suatu pengetahuan atau

keterampilan.

Dari beberapa pendapat di atas maka, dapat disimpulkan bahwa penilaian

otentik adalah penilaian yang bukan hanya mengukur apa diketahui

melainkan, lebih menitikberatkan pada apa yang dihasilkan oleh peserta didik.

Dalam penilaian otentik, para siswa tidak hanya menyelesaikan dan dapat

menunjukkan perilaku tertentu yang diinginkan sesuai rumusan tujuan

pembelajaran, tetapi juga mampu mengerjakan sesuatu yang terkait dengan

konteks kehidupan nyata.

Penilaian otentik yang digunakan dalam mengukur pencapaian hasil

belajar peserta didik mengacu pada penilaian PAK. PAK merupakan

(42)

minimal (KKM). Dalam penilaian hasil belajar peserta didik mencakup tiga

hal yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi

keterampilan. Sejalan dengan ketiga cakupan tersebut maka teknik dan

instrumen yang digunakan dalam mengukur kompetensi sikap, kompotensi

pengetahuan, dan kompotensi keterampilan berdasarkan Permendikbud No. 66

tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan sebagai berikut:

a. Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,

penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta

didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian

diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian

(rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan

pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang

berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya

dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan

berupa lembar penilaian diri.

3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara

meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian

kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian

antarpeserta didik.

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang

berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan

peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan,

(43)

1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,

benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi

pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang

dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik

tugas.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,

yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu

kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan

penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau

skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa

keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan

tuntutan kompetensi.

2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi

kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis

maupun lisan dalam waktu tertentu.

3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara

menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu

yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat,

perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun

waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang

mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:

1) Substansi yang mempresentasikan kompetensi yang dinilai.

2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan

bentuk instrumen yang digunakan; dan

3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif

(44)

Penilain otentik memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri.

Basuki (2014:175-176) keunggulan dan kelemahan penilaian otentik dapat

[image:44.595.99.518.189.622.2]

dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik

No Keunggulan Kelemahan

1 Berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan

pengetahuan.

Memerlukan waktu yang insiatif

untuk mengelolah, memantau, dan

melakukan koordinasi.

2 Meningkatkan kreativitas. Sulit untuk dikoordinasikan dengan standar pendidikan yang telah

ditetapkan secara legal.

3 Merefleksikan keterampilan dan pengetahuan dunia nyata.

Menantang guru untuk

memberikan skema pemberian nilai

yang konsisten.

4 Mendorong kerja kolaboratif. Sifat subjek dalam pemberian nilai akan cenderung menjadi bias.

5 Meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis

Sifat penilaian yang unik mungkin

tidak dikenali siswa.

6 Langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan

pengajaran, dan tujuan

pembelajaran.

Bisa bersifat tidak praktis untuk

kelas yang berisi banyak siswa.

7 Menekankan pada keterpaduan pembelajaran di sepanjang

waktu.

Hal yang menantang untuk

mengembangkan berbagai jenis

materi ajar dan berbagai kisaran

tujuan pembelajaran.

2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Daryanto (2014:v) Perangkat Pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum mereka melakukan proses

pembelajaran. Persiapan mengajar merupakan salah satu tolak ukur dari

(45)

merencanakan kegagalan. Bertemali dengan proses pembelajaran maka, guru

perlu mengembangkan perangkat pembelajaran.

Berdasarkan Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana

PelaksanaanPembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan

pembelajaran meliputi penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran

dan penyiapan LKS, dan instrumen penilaian. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Perangkat

pembelajaran sebagai alat pandu pelaksanaan pembelajaran hendaknya

disusun guru sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Keempat elemen

perangkat pembelajaran tersebut dapat dijabarkan berdasarkan Permendikbud

nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses sebagai berikut:

1. Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk

setiap bahan kajian mata pelajaran. Bertemali dengan silabus maka

Permendikbud menyatakan bahwa silabus paling sedikit memuat beberapa

hal sebagai berikut:

a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket

BdanSMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);

b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan

mata pelajaran;

d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata

pelajaran;

e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);

f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

(46)

g. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta

didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;

h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur

kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan

j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Pengembangan silabus berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan

(SKL) dan Standar Isi (SI). Silabus digunakan sebagai acuan dalam

pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Abidin (2014:291-292)

dalam pengembangannya, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan

sebagai berikut:

a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secar keilmuan.

b. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkatan kesukaran dan urutan penyajian materi

dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,

sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

c. Sitematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secar fungsional

dalam mencapai kompetensi.

d. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi

dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,

dan sistem penilaian.

e. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,

dan sistem penilaian cukup ntuk menunjang pencapaian kompetensi

(47)

f. Aktual dan kontekstual

Cakupan indikator, materi poko, pengalaman belajar, sumber belajar,

dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi,

dan seni muktahir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta

didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang tejadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (sikap,

keterampilan, dan pengetahuan).

Bertemali dengan silabus Depdiknas (2007b) dalam Abidin

(2014:292) ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru dalam

menyusun silabus pembelajaran. Tahapan tersebut sebagai berikut:

a. Perencanan

Guru yang menyusun silabus terlebih dahulu menyiapkan informasi,

kepustakaan atau referensi. Informasi yang disiap dapat dilakukan

dengan memanfaatkan multimedia dan internet.

b. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan penyusunan silabus, guru perlu memahami

semua perangkat yang berhubungan dengan penyusunan silabus,

seperti Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, dan Kompetensi

Dasar.

c. Perbaikan

Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

d. Pemantapan

Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan

untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria

dengan cukup baik sialbus tersebut dapat digunakan sebagai dasar

(48)

e. Penilaian silabus

Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan

menggunakan model-model penilaian kurikulum.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

R

Gambar

Tabel 1. Tabel Penyempurnaan Pola Perumusan Kurikulum
Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir
Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Tabel 4. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Industri Minyak Sawit dalam Isu Sosial dan Ekonomi Indonesia.. • Perkebunan Kelapa Sawit dalam Isu Sosial dan

[r]

Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep perkembangan yaitu anak-anak tidak belajar suatu hal melalui instruksi langsung, akan tetapi mereka belajar melalui

[r]

Menurut Bagir Manan materi dan muatan sebuah peraturan daerah juga sebagai berikut. 1) Sistem rumah tangga daerah. Dalam sistem rumah tangga formal, segala urusan pada

Kita ketahui bahwa responden yang tinggal di luar camp makanan yang di dapat tidak di pantau nilai gizi dan nilai kalori yang sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga sangat

[r]

kDcED nqck B4 sd4N