PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
MENGACU KURIKULUM 2013
SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Chrisna Murti Irawan NIM. 101134156
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
MENGACU KURIKULUM 2013
SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Chrisna Murti Irawan NIM. 101134156
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Inilah wujud syukurku kepada-Mu karena Engkau boleh membimbing setiap gerakan tanganku dan terang untuk pikiranku.
Kedua orang tuaku:
Bapak Irawan dan Ibu Margaretha Marwati yang tiada henti mendoakanku.
Kakakku Naftalia Ika Mulyasari dan Yohanes Deny Tri Widiyanto Adikku Caroline Tri Anggi Pradivna
yang selalu mendukungku.
Teman dekatku Vitus Winda Ari Wismantaka. Terima kasih untuk perhatian dan motivasi untukku.
Keluarga besar Darto Utomo
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:
v MOTTO
“Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebagikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah.”
(Roma 8:28)
“Cobalah dulu, baru cerita. Pahamilah dulu, baru menjawab. Pikirlah dulu, baru berkata. Dengarlah dulu,
baru beri penilaian. Bekerjalah dulu, baru berharap” (Socrates)
“Jadilah pembawa
kebahagiaan bagi orang-orang di
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Mei 2014
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Chrisna Murti Irawan
Nomor Mahasiswa : 101134156
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013
Subtema Mengenal Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan rolayti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 20 Mei 2014
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU UNTUK SISWA
KELAS IV SEKOLAH DASAR Chrisna Murti Irawan Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Tujuannya untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar sesuai kebutuhan belajar siswa. Ciri utama bahan ajar ini mengacu pada Kurikulum 2013 yang mengimplementasi pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.
Metode penelitian ini adalah research and development (R&D) yang menggunakan model pengembangan bahan ajar Kemp. Kemudian dimodifikasi dengan prosedur pengembangan Borg dan Gall yang meliputi 7 langkah pengembangan, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk (prototipe), (4) validasi ahli, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, dan (7) revisi desain sampai pada desain produk hasil uji coba terbatas berupa bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen penelitian yang digunakan adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan untuk mengetahui potensi dan masalah dilakukan dan kuesioner yang dikembangkan berdasarkan kriteria hasil gagasan Cunningsworth. Uji coba produk bahan dilakukan pada siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu.
Hasil penelitian berdasarkan validasi bahan ajar oleh pakar Kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 4,27 (sangat baik) dan dua orang guru kelas IV SD percontohan Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,41 (sangat baik) dan 4,54 (sangat baik). Validasi siswa kelas IV menghasilkan skor 4,67 (sangat baik). Unsur yang divalidasi yaitu: (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Skor rerata berdasarkan hasil validasi sebesar 4,47 menunjukkan bahwa bahan ajar yang disusun
kualitasnya “sangat baik”.
ix ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIALS BASED ON THE 2013 CURRICULUM
SUBTHEME “MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU” FOR THE FOURTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
Chrisna Murti Irawan Sanata Dharma University
2014
This research began from the teacher’s need about teaching materials, which based on the 2013 Curriculum for student of 4th grade of elementary school. The aim of the research is to produce teaching material according to the student’s need. The characteristic of this teaching materials based on the 2013 Curriculum which applies thematic integrative approach, scientific approach, education of character that based local culture, and uses authentic assessment.
The method of the research is Research and Development that use Jerold E. Kemp development model. This model has modified with Borg and Gall development procedure. There are 7 steps on this procedure, (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) design product, (4) expert validation, (5) revision of the design, (6) trial design, and (7) revision of the design until produce the product from limited trial, that based on the 2013 Curriculum for student in 4th grade of elementary school. The research instrument used by writer is question
lists of needed analysis interview and questionnaire based on Cunningsworth’s
criteria. Trial design has done to the 4th grade students of Pangudi Luhur Sedayu Elementary School.
The results of the research based on the 2013 Curriculum expert validation is 4.27 means very good. Two teachers of 4th grade are 4.41 and 4.54 mean very
good also. Fourth grade students’ validation scores 4.67 means very good. The
validation substances are: (1) the aim and approach, (2) design and organizational, (3) contains, (4) topic, and (5) methodology. That all get average score 4.47 and it shows that the category of teaching material has “very good” quality.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema
Mengenal Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” ini dengan
baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
memperoleh banyak dukungan, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak secara
langsung maupun tidak langsung,, sebab tanpa semuanya itu penulis tidak akan
mewujudkan skripsi ini dengan baik. Maka dengan hati yang tulus, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A. selaku Ketua Program
Studi PGSD.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Para dosen dan staf PGSD yang telah membantu penulis mempersiapkan
xi
6. Anastasia Sri Lestari, S.Pd. selaku Kepala SD Pangudi Luhur Sedayu yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk menlaksanakan penelitian di
sekolah.
7. Endah Tri Utami selaku guru kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan uji coba produk penelitian.
8. Supatdiyana dan Henri Mustofa selaku guru kelas IV SD Negeri Cebongan
yang telah berkontribusi untuk menjadi validator bahan ajar yang dibuat oleh
penulis.
9. Dra. Maslichah As’yari, M.Pd. selaku validator pakar Kurikulum SD 2013
yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian ini.
10.Siswa/ siswi kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan
waktu dan kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung.
11.Bapak/Ibu Guru SD Pangudi Luhur Sedayu yang berkenan menerima serta
memberikan waktu dan tempat bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.
12.Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Irawan dan Ibu Margaretha Marwati
yang dengan setia memberikan segala dukungan dan doa sehingga skripsi ini
dapat selesai.
13.Kakak penulis Naftalia Ika Mulyasari dan suaminya Yohanes Deny Tri
Widiyanto yang telah memberikan dukungan doa, semangat dan materi
sehingga penulis dapat mewujudkan skripsi dengan sebaik mungkin.
14.Adik penulis Caroline Tri Anggi Pradivna yang selalu memberikan semangat
dan dukungan serta doanya.
15.Keluarga besar kakek dan nenek Darto Utomo yang telah memberikan
xii
16.Teman dekat sekaligus partner penulis Vitus Winda Ari Wismantaka yang
telah memberikan doa, motivasi, dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
17.Teman-teman satu tema Vitus dan Bintang yang telah memberikan motivasi,
inspirasi, waktu, dan ide-ide yang luar biasa sehingga bahan ajar dapat selesai
dengan baik.
18.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu tapi telah
memberikan dukungannya bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat bagi kita
semua.
Yogyakarta, 20 Mei 2014 Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Batasan Istilah ... 7
1.6 Spesifikasi Produk ... 8
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.1.1 Kurikulum 2013 ... 10
2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 10
2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif ... 16
2.1.1.3 Pendekatan Saintifik ... 21
2.1.1.4 Penilaian Otentik ... 27
xiv
2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 37
2.2 Penelitian yang Relevan ... 41
2.3 Kerangka Pikir ... 43
2.4 Pertanyaan Penelitian ... 45
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 46
3.2 Prosedur Pengembangan ... 46
3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 50
3.4 Uji Coba Produk ... 51
3.4.1 Desain Uji Coba ... 51
3.4.2 Subjek Uji Coba ... 51
3.4.3 Instrumen Penelitian ... 52
3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.4.5 Teknik Analisis Data ... 53
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Analisis Kebutuhan ... 57
4.1.1 Hasil Survei Kebutuhan ... 57
4.1.2 Pembahasan Hasil Wawancara ... 61
4.2Deskripsi Produk Awal ... 62
4.2.1 Silabus ... 62
4.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 63
4.2.3 Kerangka Bahan Ajar ... 64
4.2.4 Bahan Ajar ... 64
4.3Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 67
4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 67
4.3.2 Data Validasi Guru SD yang Sudah Melaksanakan Kurikulum 2013 dan Revisi Produk... 69
4.3.3 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk ... 70
4.4Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 71
4.4.1 Kajian Produk Akhir... 72
xv
BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan ... 78
5.2Keterbatasan Pengembangan ... 79
5.3Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 84
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ... 12
Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir ... 14
Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013 ... 15
Tabel 4. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 50
Tabel 5. Konversi Nilai Skala Lima ... 53
Tabel 6. Kriteria Skor Skala Lima ... 56
Tabel 7. Komentar Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi ... 68
Tabel 8. Komentar Guru Kelas IV SD dan Revisi ... 69
Tabel 9. Komentar Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu ... 71
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Pengembangan Bahan Ajar Jerold E. Kemp ... 38
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 85
Lampiran 2 Jaring Tema 5 ... 87
Lampiran 3 Jaring Subtema 1 ... 88
Lampiran 4 Silabus Tema 5 ... 89
Lampiran 5 Jaring Pembelajaran 1 sampai 6 ... 106
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Harian ... 113
Lampiran 7 Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 174
Lampiran 8 Hasil Validasi Guru Kelas IV SD ... 179
Lampiran 9 Hasil Validasi Siswa Kelas IV SD ... 187
Lampiran 10 Rekapitulasi Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 207
Lampiran 11 Rekapitulasi Data Hasil Validasi Guru Kelas IV SD ... 209
Lampiran 12 Rekapitulasi Data Hasil Validasi Siswa Kelas IV SD ... 213
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian... 215
Lampiran 14 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 216
Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian ... 217
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dan kemajuan sebuah negara adalah kedua hal yang memiliki
keterkaitan cukup erat, sebab bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu
mengandalkan sumber daya manusia di bangsanya, oleh karena itu pendidikan
merupakan kunci yang harus disiapkan (Boediono dalam Rachman, 2010).
Kurikulum dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta
menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran bagi semua jenjang pendidikan.
Kurikulum di Indonesia disesuaikan dengan falsafah dan dasar negara, yaitu
Pancasila serta UUD 1945 karena sistem kurikulum yang diterapkan sebuah
negara turut menentukan tujuan serta pola hidup suatu bangsa. Kurikulum menjadi
“pilihan” bagi sebuah negara, sifatnya dinamis sebab harus selalu mengikuti arus
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, tingkat kecerdasan peserta
didik, budaya, sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum di Indonesia
juga disesuaikan dengan nilai-nilai luhur bangsa, maka kurikulum diterapkan di
jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi baik
formal maupun informal (Arifin, 2011:1-2). Peningkatkan mutu pendidikan di
sebuah negara perlu adanya evaluasi serta direncanakan untuk mengetahui akan
dibawa kemana arah pendidikan kita, maka sebuah negara seharusnya bersiap-siap
dengan pola kurikulum yang sangat mungkin berubah.
Hidayat (2013:1-2) mengatakan perubahan kurikulum merupakan
dan perkembangan IPTEK suatu bangsa. Jika kurikulum tidak berubah sesuai
dengan perkembangan jaman maka yang terjadi, kurikulum yang dimiliki pada
bangsa itu bersifat pasif, karena tidak fleksibel berdasarkan situasi dan kondisi
yang ada. Pada dasarnya, semua kurikulum yang digunakan pada masing jenjang
pendidikan adalah sama, sebab mengacu pada pedoman yang sama pula. Tetapi
perbedaannya hanya terletak dalam hal penekanan pada tujuan pendidikan dan
pendekatan yang digunakan untuk menerapkan kurikulum.
Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan kurikulum sejak merdeka
pada tahun 1945, kurikulum yang pertama disebut dengan “Rencana Pelajaran”
tahun 1947 yang sifatnya masih sangat politis karena lahir pada zaman penjajahan
Belanda. Kedua, “Kurikulum 1952” dari penyempurnaan Rencana Pelajaran 1947,
yang ketiga “Kurikulum 1964” yang dipusatkan pada program Pancawardhana.
Keempat, “Kurikulum 1968” yang fokus pada pembinaan jiwa Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kelima, “Kurikulum 1975/1976”,
keenam “Kurikulum 1984” yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat. Ketujuh, “Kurikulum 1994”, lalu kedelapan “Kurikulum Berbasis
Kompetensi” atau KBK tahun 2002 dan 2004. Serta yang sampai saat ini masih
bertahan adalah “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)” yang dimulai
tahun 2006. (Hidayat, 2013: 2-17)
Implementasi setiap kurikulum tentu masih banyak kekurangan dan
masalah-masalah. Pemerintah mengganti kurikulum dengan berbagai macam
penyempurnaan dalam jangka waktu yang tidak tentu. Hal itu demi memenuhi
sifat kurikulum yang dinamis sehingga tujuan pendidikan yang tercantum dalam
ekonomi di negara. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang akan diterapkan
oleh pemerintah Indonesia dimulai tahun 2013 melalui uji coba secara bertahap di
sekolah-sekolah pilihan.
Dakir (2004:2-3) menjelaskan kurikulum berasal dari bahasa Latin currere
yang berarti lapangan perlombaan lari. Batas start dan finish-nya perlombaan
sudah ditentukan dalam sebuah lapangan perlombaan lari, apabila diartikan sesuai
dengan konteks pendidikan, kurikulum merupakan sebuah bahan untuk belajar
yang telah ditentukan secara pasti bagaimana pelaksanaannya, kapan dimulai dan
kapan diakhiri. Kurikulum merupakan sebuah program pendidikan yang dirancang
dan direncanakan serta berisi berbagai macam bahan ajar dan pengalaman belajar
yang dibuat secara sistemik berdasarkan dengan norma yang berlaku sehingga
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran Kurikulum menjadi penting bagi
tercapainya tujuan pendidikan nasional karena sifatnya yang berhubungan
langsung dengan pengajaran demi kemajuan bangsa.
Bahan ajar adalah salah satu bagian terpenting dalam kurikulum, salah satu
contoh dari bahan ajar tersebut adalah buku ajar. Buku ajar menurut Sitepu
(2012:20) mengandung berbagai informasi tentang perasaan, pikiran, gagasan,
atau pengetahuan pengarangnya untuk disampaikan kepada orang lain
menggunakan berbagai simbol visual, dalam bentuk huruf, gambar, bahkan
bentuk lainnya. Buku ajar berisikan bahan belajar yang membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuannya sesuai tahapan pencapaian tujuan pendidikan
institusional dan pendidikan nasional. Penulis bahan ajar hendaknya
mengutamakan kesesuaian isi bahan ajar yang akan ditulis dengan kemampuan
menjadi sebuah kebutuhan yang penting untuk membantu proses pembelajaran.
Guru akan mengikuti setiap alur pembelajaran dari halaman perhalaman (Dakir,
2004:13-15).
Bahan ajar digunakan guru sebagai fasilitas belajar bagi siswa. Sebaiknya
guru menyusun sendiri bahan ajarnya, karena gurulah yang mengetahui keadaan
dan kebutuhan siswanya. Guru dapat memanfaatkan media cetak atau media
publik untuk memperoleh informasi sehingga dapat memyusun bahan ajar yang
sesuai dengan perkembangan jaman. Selain itu guru dapat belajar dari pengalaman
sebelumnya selama mengajar karena evaluasi materi yang telah digunakan
sebelumnya juga turut menentukan kelayakan bahan ajar tersebut untuk digunakan
bagi siswa (Cunningsworth, 1995:7-8). Pentingnya penggunaan bahan ajar
dikatakan pula oleh Trianto (2010:122) bahwa bahan ajar diperlukan dalam
pembelajaran khususnya pembelajaran tematik, bahan ajar hendaknya lebih
lengkap dan komprehensif khususnya bahan ajar yang dipergunakan dalam
pembelajaran tematik yang memadukan berbagai disiplin ilmu.
Berdasarkan hasil wawancara, Bapak Henri Mustofa guru kelas IV SD Negeri
Cebongan yang merupakan SD percontohan Kurikulum 2013, mengungkapkan
bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah belum maksimal, artinya masih
banyak kekurangan yang disebabkan oleh minimnya informasi mengenai
implementasi Kurikulum 2013. Guru memahami mengenai Kurikulum 2013
sebatas cakupan tiga kemampuan yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap,
sedangkan mengenai pendekatan tematik integratif dan pendekatan sains, guru
siswa, sedangkan pendekatan tematik yaitu yang sama digunakan pada
pembelajaran di kelas rendah.
Pemerintah pusat telah menyiapkan bahan ajar berdasarkan tema dalam satu
tahun, namun guru menyatakan masih kesulitan karena materi pada buku ajar
(buku siswa dan buku guru) kurang sesuai dengan kearifan lokal sekolah
setempat. Guru harus kreatif untuk mengkaitkan pembelajaran dengan budaya
lokal sekaligus menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik. Mengenai
penilaian otentik, guru menjawab belum memahami dengan pasti teknik penilaian
yang digunakan seperti apa, sebab belum ada pedoman penilaian yang sesuai.
Pengawas setempat mengatakan bahwa penilaian Kurikulum 2013 sama dengan
penilaian pada pembelajaran tematik di kelas rendah, artinya guru belum
memahami penilaian otentik yang tepat.
Guru menyatakan bahwa masih perlu adanya revisi terhadap bahan ajar yang
telah disediakan agar tepat sasaran dan sesuai kebutuhan siswa. Guru juga
mengatakan bahwa belum ada keinginan untuk menciptakan bahan ajar baru pada
saat ini karena memang belum ada waktu untuk itu, tetapi guru sudah berusaha
mencari referensi lain yang dapat digunakan untuk belajar siswa selain buku ajar
dari pemerintah pusat. Guru mengharapkan adanya bahan ajar lain yang dapat
memenuhi kebutuhan siswa dan mempermudah guru dalam membimbing siswa,
misalnya kegiatan belajarnya jelas menggunakan pendekatan tematik integratif
dan pendekatan saintifik, lalu pendidikan karakter yang sesuai budaya lokal siswa,
serta penilaian otentik yang digunakan guru dalam menilai siswa.
Berdasarkan beberapa masalah yang telah diungkapkan, peneliti
kurikulum untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan khususnya pada
penerapan Kurikulum 2013, bahkan berdasarkan wawancara, ketersediaan bahan
ajar Kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh pemerintah pusat masih belum
memenuhi kebutuhan siswa, contohnya terkait budaya lokal yang kurang
tercermin dalam bahan ajar. Guru juga menjelaskan bahan ajar dari pemerintah
belum menampilkan pendidikan karakter dalam kegiatan belajarnya, sehingga
dengan pengetahuan yang masih terbatas guru harus mampu mengkaitkan sendiri
pengetahuan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran dengan budaya lokal
setempat. Namun bukan hanya budaya lokal, ciri-ciri bahan ajar dalam Kurikulum
2013 yang paling tidak mencakup pendekatan tematik integratif, pendekatan
saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta penilaian otentik perlu
diperjelas kembali, oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan
judul “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Mengenal
Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Bahan ajar ini masih
dalam taraf percobaan dan perlu untuk disempurnakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013
subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV sekolah
dasar?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan kegiatan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum
2013 subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV
sekolah dasar.
1.3.2 Mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum 2013
subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV sekolah
dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:
1.4.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa sebagai calon guru semakin terampil dalam menyusun bahan
ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku”
untuk siswa kelas IV sekolah dasar.
1.4.2 Bagi guru
Guru dapat memperoleh dan menggunakan bahan ajar mengacu
Kurikulum 2013 subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa
kelas IV sekolah dasar.
1.4.3 Bagi sekolah
Sekolah dapat memperoleh bahan ajar lain yang mengacu Kurikulum 2013
subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV sekolah
1.4.4 Bagi Prodi PGSD
Dosen dan mahasiswa PGSD memiliki kemampuan untuk
mengembangkan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema
“Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV sekolah dasar.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Pendekatan tematik integratif adalah sebuah pendekatan yang
dilaksanakan dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep tertentu,
suatu pokok bahasan (topik) dengan pokok bahasan tertentu, sehingga
memberikan pengalaman belajar langsung bagi peserta didik secara
holistik, bermakna, dan otentik.
1.5.2 Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menggunakan
langkah-langkah pembelajaran secara ilmiah yaitu dengan mengamati, menanya,
menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan dengan prinsip belajar dapat
berasal dari mana saja dan kapan saja.
1.5.3 Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif
(meliputi banyak hal) selama proses dan akhir pembelajaran berdasarkan
apa yang dilakukan siswa (alami), serta berkesinambungan untuk
mengetahui perkembangan siswa.
1.5.4 Pendidikan karakter berbasis budaya lokal merupakan suatu pengajaran
yang mengajak seseorang untuk mengenali kondisi yang dimiliki dirinya,
termasuk potensi, keterbatasan, talenta, dan daya-daya yang ada dalam diri
untuk kemudian dikembangkan sehingga mampu mengatasi
keterbatasan-keterbatasannya dan menjadi orang yang memiliki spirit yang kuat dengan
1.5.5 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap
tema dan subtema yang terdiri dari unsur: Tema, Subtema, KI, KD,
indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi,
aksi atau tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar
kata penting, dan daftar pustaka.
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan
pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam
perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.
1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan
pendekatan saintifik.
1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.
1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.
10 BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kurikulum 2013
Muhammad Nuh dalam Indratno (2013) menyatakan Kurikulum 2013
merupakan langkah pengembangan dari kurikulum sebelumnya. Pengembangan
ini dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan
zaman dalam bentuk eksternal maupun internal. Kurikulum 2013 merupakan
penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan
perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar
agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang
dihasilkan. Tantangan zaman yang dimaksud adalah perkembangan teknologi
yang semakin pesat, dengan demikian Kurikulum 2013 diharapkan menjadi
jawaban atas globalisasi bagi dunia pendidikan.
2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Rasional perubahan kurikulum 2013 dilakukan dengan pertimbangan
adanya tantangan-tantangan yang dihadapi, tantangan tersebut baik internal
maupun eksternal. Ada 8 (delapan) standar dalam pendidikan yang dianggap
mempengaruhi kondisi pendidikan. Delapan standar tersebut adalah standar
pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar
kompetensi lulusan. Standar-standar tersebut menjadi tantangan dari dalam untuk
Perkembangan penduduk di Indonesia dari sisi pertumbuhan penduduk
usia produktifnya juga demikian. Meningkatnya pertumbuhan usia produktif perlu
diisi dengan pengembangan kompetensi dan keterampilannya juga, dengan
demikian akan membantu kemajuan negara dengan baik apabila penduduknya
memiliki kompetensi dan keterampilan yang baik pula (Kemendikbud, 2013a:73).
Tantangan lainnya adalah tantangan eksternal yang datangannya dari luar
pendidikan, seperti bayang-bayang masa depan, kompetensi yang diperlukan
kelak, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, bahkan
pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Jika diuraikan tantangan-tantang tersebut
bisa merupakan dampak globalisasi yang sedang merajalela, seperti kemajuan
teknologi yang sudah pasti mengandalkan kompetensi seseorang, sehingga
berpengaruh pada persepsi bahwa pengetahuan adalah segalanya. Jika sudah
demikian, seorang pelajar mungkin akan stress karena beban persepsi ini lalu
mungkin juga pengaruh fenomena-fenomena negatif seperti tawuran pelajar,
narkoba, korupsi, dan lain-lain. Beberapa hal tersebut menjadi perhatian dunia
pendidikan sehingga diharapkan Kurikulum 2013 dapat menjadi jembatan bagi
pendidikan membuat peserta didik memiliki arah dalam mempersiapkan diri untuk
masa depan. (Kemendikbud, 2013a:74)
Tantangan internal dan eksternal adalah dua hal yang harus siap dihadapi
seiring perkembangan zaman, tetapi alasan lain pentingnya perubahan kurikulum
adalah kesenjangan yang terjadi saat ini, kesenjangan-kesenjangan kurikulum
Tabel 1. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum
KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL A. KOMPETENSI LULUSAN
1 Belum sepenuhnya menekankan
pendidikan karakter
1 Berkarakter mulia
2 Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan
2 Keterampilan yang relevan
3 Pengetahuan-pengetahuan lepas 3 Pengetahuan-pengetahuan terkait
B. MATERI PEMBELAJARAN
1 Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan
1 Relevan dengan materi yang dibutuhkan
2 Beban belajar terlalu berat 2 Materi esensial
3 Terlalu luas, kurang mendalam 3 Sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
C. PROSES PEMBELAJARAN
1 Berpusat pada guru 1 Berpusat pada peserta didik
2 Proses pembelajaran berorientasi pada pada buku teks
2 Sifat pembelajaran yang kontekstual
3 Buku teks hanya memuat materi bahasan
3 Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan
D. PENILAIAN
1 Menekankan aspek kognitif 1 Menekankan aspek kognitif,
afektif, psikomotorik secara proposional
2 Tes menjadi cara penilaian yang dominan
2 Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi
E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
1 Memenuhi kompetensi profesi saja
1 Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal
2 Fokus pada ukuran kinerja PTK 2 Motivasi mengajar
F. PENGELOLAAN KURIKULUM
1 Satuan pendidikan mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum
1 Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan
2 Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyususn kurikulum tanpa
mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.
2 Satuan pendidikan mampu
menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah
3 Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran
3 Pemerintah menyiapkan semua
Melihat tantangan-tantangan yang dihadapi serta kesenjangan yang
terjadi saat ini, perlu adanya perubahan pola pikir dalam dunia pendidikan,
misalnya dari pembelajaran yang umumnya tradisional diubah menjadi
pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik. Mengenai penguatan tata kelola
dengan belajar dari pengalaman diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sehingga fungsi guru, siswa serta pegawai lainnya lebih jelas
bahwa dalam kurikulum nantinya, semua dibuat berdasarkan standar nasional.
Pendalaman dan perluasan materi dilakukan karena berdasarkan studi PISA tahun
2009, bahwa pelajar Indonesia hanya mampu mencapai level 3 (tiga) dalam
belajarnya. Sangat jauh dari negara-negara lainnya. Pendalaman dan perluasan
materi sangat penting dilakukan untuk menghindari ketertinggalan.
(Kemendikbud, 2013a:74)
Perubahan Kurikulum perlu disesuaikan juga dengan kondisi masa
depan, kondisi pendidikan saat ini dianggap kurang untuk mempersiapkan masa
depan sehingga perlu dilakukan pergeseran proses pembelajaran, antara lain
(Kemendikbud, 2013a:70):
1. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.
2. Dari satu arah menuju interaktif.
3. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
4. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
5. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.
6. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
7. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.
9. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.
10. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
11. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
12. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
13. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
14. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
15. Dari pemikiran faktual menuju kritis.
16. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
Sejalan dengan itu pergeseran proses pembelajaran seperti di atas, perlu juga
dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan baru dalam
perumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Perumusan SKL di dalam KBK
2004 dan KTSP 2006 yang diturunkan dari Standar Isi (SI) harus diubah menjadi
perumusan yang diturunkan dari kebutuhan. Penyempurnaan pola pikir
perumusankurikulum dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir
No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1. Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan 2. Standar Isi dirumuskan berdasarkan
Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentukan pengetahuan
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu dengan
yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti (tiap kelas)
Dalam Kurikulum 2013 terdapat 4 (empat) elemen perubahan yaitu, Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian.
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) standar
nasional pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi
pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Elemen perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum
ELEMEN DESKRIPSI SD
Kompetensi Lulusan
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan Kedudukan
mata pelajaran (ISI)
Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari
kompetensi.
Pendekatan (ISI) Kompetensi dikembangkan melalui:
Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran
Struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi waktu) ISI
- Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial dan budaya
- Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains - Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6
- Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran
Proses
pembelajar-an
- Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta.
- Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat
- Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
- Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
Tematik dan terpadu
Penilaian
- Penilaian berbasis kompetensi
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)
- Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada kompetensi inti dan SKL
- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian
Ekstrakurikuler
- Pramuka (wajib)
- UKS
- PMR
- Bahasa Inggris
Sumber: Mulyasa (2013: 77-79)
Berdasarkan elemen perubahan di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum
2013 menata ulang SNP yang telah berlaku sehingga menjadi penyempurnaan
bagi pendidikan nasional.
2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif
Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan tematik integratif sebagai
pendekatan dalam proses pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Perubahan
Kurikulum 2013 dilandasi berbagai hal, antara lain landasan yuridis, teoritis, dan
konseptual. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu landasan konseptual
pengembangan Kurikulum 2013 (Mulyasa, 2013:65). Pembelajaran kontekstual
diusahakan untuk menciptakan kondisi belajar menjadi semirip mungkin dengan
situasi aslinya atau kondisi nyata, hal tersebut bertujuan agar guru mudah untuk
mengaitkan pembelajaran dengan kondisi pada kenyataannya.
Suprijono (2011:79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual
merupakan konsep yang digunakan untuk membantu guru dalam mengaitkan
materi yang diajarkan dengan kondisi kenyataan yang ada di sekitar siswa
sehingga akan membantu siswa untuk memahami kemudian menghubungkan
Asra (2009:14) juga menyatakan pembelajaran kontekstual lebih pada upaya atau
usaha guru untuk memfasilitasi siswa dalam memahami relevansi materi, hingga
mampu mengaplikasikan dalam kehidupan siswa. Pembelajaran kontekstual
menekankan pada perkembangan ilmu, keterampilan, dan pemahaman kontekstual
siswa untuk menghubungkan materi pelajaran yang diperoleh dengan keadaan di
dunia nyata, dengan demikian pembelajaran akan semakin bermakna karena siswa
belajar dari pengalamannya.
Pembelajaran kontekstual juga memiliki komponen yang sama dengan
pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, seperti dalam Sagala
(2009:88-91) yang menjelaskan komponen pembelajaran kontekstual adalah
konstruktivisme atau yang berhubungan dengan perkembangan pemikiran siswa,
bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian
sebenarnya yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dari kegiatan yang
dilakukan siswa. Data bisa berupa proyek atau kegiatan, laporan, tugas rumah,
kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal,
hasil tes tulis, dan karya tulis (Riyanto, 2010:176).
Pembelajaran kontekstual disampaikan pada bab ini untuk menjelaskan
tentang pendekatan tematik integratif yang pada dasarnya juga menerapkan
konsep-konsep pembelajaran kontekstual, karena pendekatan tematik integratif
cenderung pada konsep keterkaitan muatan pembelajaran satu dengan lainnya
yang kemudian terintegrasi sehingga sesuai dengan konteks pribadi siswa. Model
pembelajaran tematik yang awalnya dikenal dengan istilah Integrative Thematic
Instruction (ITI) berkembang sekitar tahun 1970. Namun baru akhir-akhir ini
Dalam pembelajaran yang dikenal dengan highly effective teaching model ini
mencakup berbagai dimensi secara menyeluruh antara lain emosi, fisik, dan
akademik di kelas serta lingkungan sekolah. (Kemendikbud, 2013a:189)
Awalnya, pembelajaran tematik integratif diperuntukkan bagi anak yang
berbakat dan bertalenta, cerdas, yang berada pada program perluasan belajar serta
mereka yang belajar dengan cepat. Peserta didik dalam pembelajaran tematik
dipandu untuk mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of
thinking), karena memanfaatkan keterampilan berpikir yang memanfaatkan
kecerdasan ganda sehingga akan membantu proses pengembangan dimensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Pembelajaran tematik ini juga diusahakan mampu
dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan alam secara optimal. Sehingga guru
harus mampu mengidentifikasi elemen yang relevan bagi interaksi siswa dengan
lingkungannya. (Kemendikbud, 2013a:189-190)
Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran
yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke
dalam berbagai tema (Anonymous, 2013). Awalnya, pembelajaran tematik
integratif dilaksanakan pada kelas rendah. Pada Kurikulum 2013, pembelajaran di
semua tingkatan kelas rendah maupun kelas tinggi dilaksanakan secara tematik
integratif sehingga mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah melainkan
berdasarkan tema, lalu dikombinasikan dengan mata pelajaran yang saling
berkaitan (Mulyasa, 2013:170). Dalam pembelajaran tematik integratif, mata
pelajaran satu dengan yang lainnya akan melebur menjadi satu sehingga peserta
Joni dalam Trianto (2011: 56) menguraikan pengertian pembelajaran
terpadu sebagai suatu sistem pembelajaran yang mengaktifkan siswa baik secara
individu maupun kelompok untuk mencari, menggali serta menemukan konsep
bahkan prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Sedangkan
Hadisubroto dalam Trianto juga menguraikan bahwa pembelajaran terpadu lebih
pada mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan atau tema tertentu,
suatu konsep dengan konsep tertentu, dilakukan secara spontan maupun
direncanakan serta dapat mencakup satu bidang studi bahkan lebih dengan
berbagai pengalaman belajar anak sehingga menjadi lebih bermakna. Trianto
sendiri menegaskan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan
belajar mengajar dengan melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan
pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pengalaman yang dimaksud adalah
dengan memahami konsep-konsep melalui pengamatan langsung lalu
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami oleh peserta didik.
(Trianto, 2011: 57)
Majid (2013:119-120) menjelaskan pembelajaran terpadu sebagai suatu
konsep atau pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi,
sehingga memberikan pengalaman langsung bagi siswa secara bermakna,
bermakna karena siswa dapat menghubungan pembelajaran yang dilalui dengan
konsep lain yang dipahami siswa. Pembelajaran terpadu memiliki prinsip, antara
lain: (1) memiliki satu tema aktual, (2) memilih materi yang saling terkait dari
beberapa mata pelajaran, (3) jangan sampai bertentangan dengan tujuan
perkembangan karakteristik siswa, dan (5) jangan sampai memaksakan materi
yang tidak dapat dipadukan.
Fogarty dalam Majid (2013:120-122) mengungkapkan pembelajaran
terpadu memiliki beberapa model, antara lain model keterhubungan (connected),
model laba-laba (webbed), dan model keterpaduan (integrated). Pembelajaran
tematik menurut Rusman (2013:254) merupakan salah satu model pembelajaran
terpadu (integrated instruction) yang dikatakan sebagai suatu sistem yang dapat
memungkinkan bagi siswa untuk belajar secara individu maupun kelompok
kemudian aktif menggali dan menemukan konsep baru sehingga siswa dapat
belajar secara holistik, bermakna, dan otentik. Penerapan pembelajaran terpadu
dalam Kurikulum 2013 menggunakan model laba-laba (webbed) dalam istilah lain
disebut dengan model tematik, hal itu ditunjukkan dengan adanya tema ataupun
subtema yang nampak dari masing-masing jaring, jaring tema untuk satu bulan,
jaring subtema untuk satu minggu, dan jaring harian. Jaring-jaring tersebut
berisikan kompetensi dasar dan indikator yang inging dicapai dalam pembelajaran
serta berpusat pada satu tema tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan, pembelajaran
terpadu berulang kali disebutkan memiliki ciri pembelajaran secara holistik,
bermakna dan otentik. Sugiyanto (2010:132-134) menguraikan pembelajaran
tematik terpadu dikatakan holistik karena siswa belajar tidak hanya dari satu
bidang kajian saja, tetapi dari berbagai bidang, sehingga siswa lebih memahami
banyak hal setelah belajar. Bermakna karena siswa mampu menghubungkan
berbagai konsep untuk menemukan keterkaitan konsep dengan kehidupan. Otentik
siswa secara aktif menggunakan fisik, mental, intelektual, dan emosionalnya
unruk menggali pengetahuan dalam pembelajaran.
Kesimpulannya, pembelajaran tematik intergratif merupakan suatu
pendekatan belajar yang mengusahakan keterkaitan antar bidang studi, antar
konsep, antar pokok bahasan, antar tema bahkan topik sehingga memberikan
pemahaman yang bermakna bagi peserta didik serta mengusakan pengalaman
belajar langsung bagi peserta didik agar memahami pembelajaran secara holistik,
bermakna, dan otentik.
2.1.1.3 Pendekatan Saintifik
Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan Kurikulum 2013
adalah dengan pendekatan saintifik (ilmiah). Penerapan pendekatain saintifik
dalam proses pembelajaran karena informasi bisa berasal dari mana saja, kapan
saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Maka kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.
Pendekatan saintifik atau ilmiah tidak jauh berbeda dengan pendekatan
keterampilan proses yang digagas oleh Semiawan (1987). Pendekatan
keterampilan proses penting diterapkan dalam pembelajaran, karena beberapa
alasan: (1) ilmu pengetahuan yang semakin pesat berkembang, sehingga tidak
mungkin bagi guru untuk mengajarkan “semua” konsep dan fakta yang ada; (2)
anak-anak mudah dalam memahami konsep yang rumit dan abstrak apabila
disertai dengan contoh yang kongkrit; (3) penemuan suatu konsep atau ilmu
dan nilai dalam diri anak harus ditanamkan selama proses pembelajaran
(Semiawan, 1987:14-15).
Semiawan (1987:19-33) menggambarkan pendekatan keterampilan
proses sebagai suatu keterampilan yang menerapkan proses bekerja ilmuwan
karena seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, maka guru perlu
menyediakan tempat yang tepat agar kebutuhan ingin tahu anak dapat terpenuhi.
Ada tiga belas kemampuan atau sikap dalam keterampilan proses yang dipaparkan
oleh Semiawan, yaitu: (1) observasi, (2) perhitungan, (3) pengukuran, (4)
klasifikasi, (5) hubungan ruang atau waktu, (6) membuat hipotesis, (7)
perencanaan penelitian atau eksperiman, (8) pengendalian variabel, (9)
interpretasi data, (10) kesimpulan sementara, (11) peramalan, (12) penerapan, dan
(13) komunikasi. Penjelasan dari beberapa kemampuan tersebut sebagai berikut:
1. Observasi atau pengamatan merupakan keterampilan yang paling mendasar,
kita memanfaatkan semua indera kita melalui melihat, mendengar, merasa,
mengecap, dan mencium. Penerapannya dalam pembelajaran bisa sangat
mudah, dengan mengamati berbagai makhluk hidup, benda, dan berbagai hal
di sekitarnya.
2. Perhitungan dikenal cenderung dekat dengan matematika, karena umunya
matematika dikenal sebagai ilmu hitung-hitungan. Namun sebenarnya
keterampilan menghitung juga digunakan pada ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, bahkan bahasa Indonesia. Guru hanya perlu menciptakan
kegiatan yang menarik anak, misalnya saja bisa dengan menghitung jumlah
batu dalam sebuah pot, menghitung kelereng mainan yang mereka miliki,
yang bisa dijadikan kegiatan yang menarik bagi anak saat pembelajaran. Hasil
perhitungan tersebut bisa dikomunikasikan atau dikonversikan dengan cara
membuat tabel, grafik, atau histogram.
3. Pengukuran adalah keterampilan yang sering dilakukan oleh ilmuwan untuk
melihat suatu perbandingan, sebab dasar dari pengukuran adalah pembanding.
Mengukur bisa dilakukan dengan berbagai kegiatan membandingkan luas,
kecepatan, suhu, volume, massa, dan sebagainya. Dengan pengukuran, anak
akan perlahan-lahan memahami satuan ukuran tanpa guru menjelaskan, bisa
saja anak menemukan sendiri pengetahuannya.
4. Klasifikasi merupakan kegiatan yang identik dengan menggolong-golongkan,
dengan mengklasifikasikan anak mampu untuk menemukan suatu persamaan
maupun perbedaan antara benda-benda di sekitarnya. Mengklasifikasi bisa
berdasarkan suatu ciri khusus, tujuan, serta kepentingan tertentu. Dalam
belajar, anak dapat menggolongkan benda-benda berdasarkan bentuknya,
permukaannya, warna, ukuran, misalnya menggolongkan daun, bisa golongan
daun yang berwarna hijau, bentuk tulang daun, dan corak daunnya.
5. Hubungan ruang atau waktu mengajak siswa untuk belajar misalnya dengan
mengenal bentuk-bentuk seperti lingkaran, persegi, segitiga, dan sebagainya.
Selain mengenai bentuk-bentuk, siswa juga diajak mengenal tentang arah
seperti depan, belakang, kanan, kiri, utara, selatan
6. Membuat suatu hipotesis memerlukan suatu alasan yang dapat menerangkan
pengamatan akan suatu kejadian. Contoh kegiatan untuk anak dalam
pot, lalu pot diberi pupuk. Anak-anak lalu menduga apa yang terjadi apabila
tumbuhan dalam pot diberi pupuk, dan bagaimana jika tidak.
7. Perencanaan penelitian atau eksperimen atau percobaan dapat dilakukan
dengan mengajari anak melakukan suatu percobaan sederhana. Lalu yang
dilakukan adalah mengajak anak menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan,
obyek percobaan, dan sebagainya.
8. Variabel merupakan faktor yang mempengaruhi, dalam percobaan, variabel
bisa berupa faktor-faktor yang mempengaruhi objek percobaan. Contohnya
anak dilatih saat percobaan menanam pohon, pengendalian variabel dilakukan
dengan memberikan pupuk dengan jumlah yang sama, menyiram air dengan
frekuensi yang sama, atau bisa dalam kata lain, perlakuan yang diberikan
pada objek penelitian adalah sama. Hal tersebut untuk melihat bagaimana
pengaruhnya terhadap objek.
9. Interpretasi atau penafsiran data dilakukan setelah semua tahap sebelumnya
terpenuhi. Sebuah data dapat ditafsirkan apabila telah diamati, dihitung,
diukur, dan dilakukan eksperimen. Penafsiran data dilakukan bisa dengan
membuat tabel atau grafik, dan bisa dengan alat penyaji data yang lainnya.
10.Seorang peneliti membuat kesimpulan sementara (inferensi) sesaat setelah
melakukan eksperimen. Kesimpulan tersebut diperoleh dari hasil pengamatan
saat melakukan eksperimen. Sehingga sifatnyapun sementara hingga waktu
eksperimen yang ditentukan.
11.Peramalan mengajak anak bisa meramalkan suatu hal berdasarkan hasil
pengamatannya. Contohnya, kemungkinan yang terjadi apabila tumbuhan
yang terjadi? Lalu kemungkinan bila diberi air terlalu banyak, apa yang
terjadi? Keterampilan ini akan melatih anak berpikir ke depan sehingga akan
baik untuk proses belajarnya.
12.Penerapan (aplikasi) adalah keterampilan yang paling mudah, namun juga
sulit untuk diterapkan. Misalnya jika anak sudah melakukan percobaan untuk
menanam tumbuhan, maka seharusnya dia bisa melakukannya di rumah.
Dengan keterampilan menerapkan konsep yang dimiliki dalam kehidupan,
anak akan berlatih untuk memecahkan masalah ang dihadapinya.
13.Komunikasi adalah keterampilan dasar yang terakhir pada pendekatan
keterampilan proses, dalam keterampilan ini anak dilatih untuk mampu
menyampaikan hasil kegiatan belajarnya (eksperimen) yang dilakukan ke
dalam sebuah paper atau sebuah karangan atau bahkan laporan sederhana.
Banyak yang dapat dilakukan siswa melalui komunikasi ini, siswa bisa saja
menyampaikan tabel atau grafik yang mereka miliki selama melakukan
percobaan. Lalu bisa dengan gambar, model, dan sebuah karangan cerita.
Ketigabelas keterampilan perlu dilatihkan guru pada anak melalui
pembelajaran, karena anak akan dilatih belajar layaknya para ilmuwan untuk
menemukan suatu teori yang baru. Sama halnya dengan pendekatan yang ingin
diterapkan oleh pemerintah melalui Kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik,
akan tetapi tidak semua keterampilan diterapkan dalam pembelajaran. Pemerintah
menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Suddarwan dalam Kemendikbud (2013a:205) mengatakan bahwa
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.
Kriteria proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah, antara lain:
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau
materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon substansi atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.
Metode ilmiah juga merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu
fenomena atau gejala untuk memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
menyatakan bahwa hasil pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran yang tradisional. Sedangkan langkah-langkah
pembelajaran ilmiah adalah sebagai berikut: pertama, mengamati yaitu dengan
menyajikan media obyek secara nyata sehingga peserta didik akan ditantang rasa
ingin tahunya. Kedua, menanya yaitu dengan memberikan kesempatan pada
siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya dengan cara mengajukan suatu pertanyaan selama proses
pembelajaran. Ketiga, menalar, dengan merujuk pada kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori yang dimiliki siswa.
Keempat, hubungan antar fenomena untuk mempertajam daya nalar peserta didik;
lalu kelima adalah mencoba yaitu dengan mengajak siswa melakukan suatu
percobaan selama proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan siswa.
Pendekatan saintifik yang diterapkan dalam pembelajaran pada
Kurikulum 2013 pada intinya merujuk pada suatu proses pembelajaran yang
dilakukan siswa secara ilmiah serta menggunakan metode ilmiah dengan
mengedepankan ide-ide kreatif siswa sehingga mengembangkan kemampuan
siswa secara holistik mulai dari ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Bukan hanya itu, melalui pendekatan saintifik, siswa diajak belajar seperti
ilmuwan sehingga rasa ingin tahu mereka terpenuhi melalui belajar yang mereka
lakukan.
2.1.1.4 Penilaian Otentik
Penilaian pada Kurikulum 2013 memiliki tujuan berdasarkan standar
akan dicapai peserta didik, pelaksanaan penilaian secara professional, terbuka,
edukatif, efektif, efisien dan sesuai konteks sosial budaya, serta pelaporan hasil
penilaian secata objektif, akuntabel, dan informatif. Penilaian tersebut mengacu
pada Standar Penilaian Pendidikan dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013.
Penilaian dalam pendidikan juga mencakup beberapa hal, yaitu penilaian autentik,
penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah atau madrasah. (Majid,
2014:35)
Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat
memberikan gambaran perkembangan terhadap belajar siswa. Gambaran tersebut
sebagai dasar untuk mengetahui proses yang dilalui siswa sudah benar. Kunandar
(2014:35) menyatakan penilaian otentik menekankan pada apa yang seharusnya
dinilai dalam proses maupun hasilnya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
berbagai instrumen penilaian sesuai dengan tuntutan kompetensi yang ada dalam
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Penilaian otentik menurut
Nurhadi (2004:172) merupakan penilaian dengan mengumpulkan informasi terkait
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui
berbagai teknik yang dapat mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan
dengan tepat dimana tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai
oleh siswa. Hakikat penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran tersebut
perlu untuk membuktikan mengenai proses belajar yang dilalui siswa, sehingga
mengambil tindakan yang terbaik untuk siswa. Penilaian sebaiknya tidak
dilakukan diakhir saja, tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak
terpisahkan) dengan kegiatan pembelajaran (Nurhadi, 2004: 168).
Rustaman (2006) mengatakan penilaian otentik adalah penilaian
langsung sehingga penilaiannya juga dilakukan secara langsung, karena apa yang
dilakukan pada saat itu juga akan menggambarkan situasi perkembangan siswa
yang dilakukan dengan alami, misalnya ketika melakukan tukar oendapat atau
diskusi. Penilaian otentik menurut Mueller dalam Rustaman (2006) adalah
penilaian yang meminta para siswanya untuk menampilkan tugas pada situasi
yang nyata dan alami, karena dengan begitu penilaian akan semakin bermakna
dan tepat sasaran seperti menilai siswa pada keadaan yang sesungguhnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik
merupakan bentuk penilaian yang dilakukan secara langsung sesuai dengan
keadaan siswa yang sesungguhnya dengan menilai aspek secara keseluruhan
sesuai yang dinilai pada saat tersebut.
Penilaian otentik berdasarkan Pusat Kurikulum dalam Majid (2014:236)
merupakan proses pengumpulan, pelaporan, serta penggunaan berbagai informasi
mengenai proses dan hasil belajar siswa yang menerapkan berbagai prinsip
penilaian secara berkelanjutan berdasarkan bukti-bukti otentik yang diperoleh
sehingga akuran dan konsisten sebagai pertanggungjawaban terhadap publik.
Melaksanakan penilaian otentik juga perlu melaksanakan belajar otentik, menurut
Ormiston dalam Majid (2014:241) belajar otentik mencerminkan cara belajar yang
diterapkan oleh siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang berkaitan
menegaskan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui tentang gambaran perkembangan siswa.
Kunandar (2014:36) menjelaskan penilaian otentik berdasarkan Penilaian
Acuhan Patokan (PAP) merupakan pencapaian hasil belajar yang dicapai atau
yang diperoleh berdasarkan skor ideal atau skor maksimal. Kemendikbud
(2013:1) dalam Panduan Teknis Penilaian di SD mengatakan bahwa penilaian
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data berdasarkan proses dan hasil belajar peserta didik.
Rangkaian kegiatannya dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, agar
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusannya.
Selain itu, pemerintah juga menyampaikan beberapa hal yang menjadi
perhatian dalam merancang sebuah penilaian, antara lain:
1) Arah penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada
KI-3 dan KI-4,
2) Kriteria penilaiannya berdasarkan yang telah dilakukan peserta didik selama
proses pembelajaran. Sehingga bukan untuk menentukan ranking atau posisi
seseorang dalam kelompok.
3) Penilaiannya berupa penilaian yang berkelanjutan. Untuk kemudian dianalisis
kesulitan yang dialami siswa serta kompetensi-kompetensi yang belum
dimiliki siswa.
4) Hasil analisis digunakan untuk menentukan tindak lanjut yang berupa
perbaikan proses pembelajaran beikutnya serta memberikan remedi bagi
siswa yang belum tercapai ketuntasannya, serta menjadi program pengayaan
5) Sistem penilaiannya disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
peserta didik selama proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang
mereka peroleh melalui pelajaran, demonstrasi tersebut jelas kurang cocok apabila
dinilai menggunakan tes tulis, sehingga perlu adanya penilaian tugas kinerja dan
rubrik. Terdapat 2 bagian penilaian kinerja, yaitu satu tugas dan satu set kriteria
penskoran yang disebut rubrik. Tugas bisa menghasilkan suatu produk, kinerja,
atau uraian jawaban dari sebuah pertanyaan yang menerapkan keterampilan
berpikir. (Majid, 2014:244)
Penilaian otentik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) harus mengukur
semua aspek pembelajaran, (2) dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar,
(3) memanfaatkan berbagai sumber dan cara, (4) menggunakan tes sebagai salah
satu alat pengumpul data, (5) tugas-tugas yang dberikan harus mencerminkan
kehidupan siswa, (6) harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian
siswa, bukan kuantitasnya. Sedangkan karakteristiknya, penilaian otentik (1) bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif, (2) mengukur keterampilan dan
performansi, (3) berkesinambungan dan dilaksanakan secara terintegrasi, (4)
digunakan sebagai feed back. Hal-hal yang digunakan sebagai dasar penilaian
antara lain: proyek atau penugasan dan laporannya, hasil tes tulis, portofolio,
pekerjaan rumah, kuis, karya peserta didik, presentasi atau penampilan,
demonstrasi, laporan, jurnal, karya tulis, kelompok diskusi, dan wawancara.
(Kunandar, 2014:38-41)
Penilaian otentik (Kemendikbud, 2013b: 5) merupakan penilaian yang