• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema mengenal pahlawan bangsaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema mengenal pahlawan bangsaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

MENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Chrisna Murti Irawan NIM. 101134156

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

MENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Chrisna Murti Irawan NIM. 101134156

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Inilah wujud syukurku kepada-Mu karena Engkau boleh membimbing setiap gerakan tanganku dan terang untuk pikiranku.

Kedua orang tuaku:

Bapak Irawan dan Ibu Margaretha Marwati yang tiada henti mendoakanku.

Kakakku Naftalia Ika Mulyasari dan Yohanes Deny Tri Widiyanto Adikku Caroline Tri Anggi Pradivna

yang selalu mendukungku.

Teman dekatku Vitus Winda Ari Wismantaka. Terima kasih untuk perhatian dan motivasi untukku.

Keluarga besar Darto Utomo

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:

(6)

v MOTTO

“Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk

mendatangkan kebagikan bagi mereka yang mengasihi

Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan

rencana Allah.”

(Roma 8:28)

“Cobalah dulu, baru cerita. Pahamilah dulu, baru menjawab. Pikirlah dulu, baru berkata. Dengarlah dulu,

baru beri penilaian. Bekerjalah dulu, baru berharap” (Socrates)

“Jadilah pembawa

kebahagiaan bagi orang-orang di

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Mei 2014

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Chrisna Murti Irawan

Nomor Mahasiswa : 101134156

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013

Subtema Mengenal Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan rolayti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 20 Mei 2014

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU UNTUK SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR Chrisna Murti Irawan Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Tujuannya untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar sesuai kebutuhan belajar siswa. Ciri utama bahan ajar ini mengacu pada Kurikulum 2013 yang mengimplementasi pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.

Metode penelitian ini adalah research and development (R&D) yang menggunakan model pengembangan bahan ajar Kemp. Kemudian dimodifikasi dengan prosedur pengembangan Borg dan Gall yang meliputi 7 langkah pengembangan, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk (prototipe), (4) validasi ahli, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, dan (7) revisi desain sampai pada desain produk hasil uji coba terbatas berupa bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen penelitian yang digunakan adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan untuk mengetahui potensi dan masalah dilakukan dan kuesioner yang dikembangkan berdasarkan kriteria hasil gagasan Cunningsworth. Uji coba produk bahan dilakukan pada siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu.

Hasil penelitian berdasarkan validasi bahan ajar oleh pakar Kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 4,27 (sangat baik) dan dua orang guru kelas IV SD percontohan Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,41 (sangat baik) dan 4,54 (sangat baik). Validasi siswa kelas IV menghasilkan skor 4,67 (sangat baik). Unsur yang divalidasi yaitu: (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Skor rerata berdasarkan hasil validasi sebesar 4,47 menunjukkan bahwa bahan ajar yang disusun

kualitasnya “sangat baik”.

(10)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIALS BASED ON THE 2013 CURRICULUM

SUBTHEME “MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU” FOR THE FOURTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Chrisna Murti Irawan Sanata Dharma University

2014

This research began from the teacher’s need about teaching materials, which based on the 2013 Curriculum for student of 4th grade of elementary school. The aim of the research is to produce teaching material according to the student’s need. The characteristic of this teaching materials based on the 2013 Curriculum which applies thematic integrative approach, scientific approach, education of character that based local culture, and uses authentic assessment.

The method of the research is Research and Development that use Jerold E. Kemp development model. This model has modified with Borg and Gall development procedure. There are 7 steps on this procedure, (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) design product, (4) expert validation, (5) revision of the design, (6) trial design, and (7) revision of the design until produce the product from limited trial, that based on the 2013 Curriculum for student in 4th grade of elementary school. The research instrument used by writer is question

lists of needed analysis interview and questionnaire based on Cunningsworth’s

criteria. Trial design has done to the 4th grade students of Pangudi Luhur Sedayu Elementary School.

The results of the research based on the 2013 Curriculum expert validation is 4.27 means very good. Two teachers of 4th grade are 4.41 and 4.54 mean very

good also. Fourth grade students’ validation scores 4.67 means very good. The

validation substances are: (1) the aim and approach, (2) design and organizational, (3) contains, (4) topic, and (5) methodology. That all get average score 4.47 and it shows that the category of teaching material has “very good” quality.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah

memberikan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema

Mengenal Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” ini dengan

baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis

memperoleh banyak dukungan, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak secara

langsung maupun tidak langsung,, sebab tanpa semuanya itu penulis tidak akan

mewujudkan skripsi ini dengan baik. Maka dengan hati yang tulus, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A. selaku Ketua Program

Studi PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen dan staf PGSD yang telah membantu penulis mempersiapkan

(12)

xi

6. Anastasia Sri Lestari, S.Pd. selaku Kepala SD Pangudi Luhur Sedayu yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk menlaksanakan penelitian di

sekolah.

7. Endah Tri Utami selaku guru kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu yang telah

membantu penulis dalam melaksanakan uji coba produk penelitian.

8. Supatdiyana dan Henri Mustofa selaku guru kelas IV SD Negeri Cebongan

yang telah berkontribusi untuk menjadi validator bahan ajar yang dibuat oleh

penulis.

9. Dra. Maslichah As’yari, M.Pd. selaku validator pakar Kurikulum SD 2013

yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian ini.

10.Siswa/ siswi kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan

waktu dan kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung.

11.Bapak/Ibu Guru SD Pangudi Luhur Sedayu yang berkenan menerima serta

memberikan waktu dan tempat bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

12.Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Irawan dan Ibu Margaretha Marwati

yang dengan setia memberikan segala dukungan dan doa sehingga skripsi ini

dapat selesai.

13.Kakak penulis Naftalia Ika Mulyasari dan suaminya Yohanes Deny Tri

Widiyanto yang telah memberikan dukungan doa, semangat dan materi

sehingga penulis dapat mewujudkan skripsi dengan sebaik mungkin.

14.Adik penulis Caroline Tri Anggi Pradivna yang selalu memberikan semangat

dan dukungan serta doanya.

15.Keluarga besar kakek dan nenek Darto Utomo yang telah memberikan

(13)

xii

16.Teman dekat sekaligus partner penulis Vitus Winda Ari Wismantaka yang

telah memberikan doa, motivasi, dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat

selesai dengan baik.

17.Teman-teman satu tema Vitus dan Bintang yang telah memberikan motivasi,

inspirasi, waktu, dan ide-ide yang luar biasa sehingga bahan ajar dapat selesai

dengan baik.

18.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu tapi telah

memberikan dukungannya bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan

keterbatasan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.

Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat bagi kita

semua.

Yogyakarta, 20 Mei 2014 Penulis

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Batasan Istilah ... 7

1.6 Spesifikasi Produk ... 8

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Kurikulum 2013 ... 10

2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 10

2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif ... 16

2.1.1.3 Pendekatan Saintifik ... 21

2.1.1.4 Penilaian Otentik ... 27

(15)

xiv

2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 37

2.2 Penelitian yang Relevan ... 41

2.3 Kerangka Pikir ... 43

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 45

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 46

3.2 Prosedur Pengembangan ... 46

3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 50

3.4 Uji Coba Produk ... 51

3.4.1 Desain Uji Coba ... 51

3.4.2 Subjek Uji Coba ... 51

3.4.3 Instrumen Penelitian ... 52

3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.4.5 Teknik Analisis Data ... 53

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Analisis Kebutuhan ... 57

4.1.1 Hasil Survei Kebutuhan ... 57

4.1.2 Pembahasan Hasil Wawancara ... 61

4.2Deskripsi Produk Awal ... 62

4.2.1 Silabus ... 62

4.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 63

4.2.3 Kerangka Bahan Ajar ... 64

4.2.4 Bahan Ajar ... 64

4.3Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 67

4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 67

4.3.2 Data Validasi Guru SD yang Sudah Melaksanakan Kurikulum 2013 dan Revisi Produk... 69

4.3.3 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk ... 70

4.4Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 71

4.4.1 Kajian Produk Akhir... 72

(16)

xv

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan ... 78

5.2Keterbatasan Pengembangan ... 79

5.3Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 84

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ... 12

Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir ... 14

Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013 ... 15

Tabel 4. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 50

Tabel 5. Konversi Nilai Skala Lima ... 53

Tabel 6. Kriteria Skor Skala Lima ... 56

Tabel 7. Komentar Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi ... 68

Tabel 8. Komentar Guru Kelas IV SD dan Revisi ... 69

Tabel 9. Komentar Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu ... 71

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Pengembangan Bahan Ajar Jerold E. Kemp ... 38

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 85

Lampiran 2 Jaring Tema 5 ... 87

Lampiran 3 Jaring Subtema 1 ... 88

Lampiran 4 Silabus Tema 5 ... 89

Lampiran 5 Jaring Pembelajaran 1 sampai 6 ... 106

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Harian ... 113

Lampiran 7 Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 174

Lampiran 8 Hasil Validasi Guru Kelas IV SD ... 179

Lampiran 9 Hasil Validasi Siswa Kelas IV SD ... 187

Lampiran 10 Rekapitulasi Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 ... 207

Lampiran 11 Rekapitulasi Data Hasil Validasi Guru Kelas IV SD ... 209

Lampiran 12 Rekapitulasi Data Hasil Validasi Siswa Kelas IV SD ... 213

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian... 215

Lampiran 14 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 216

Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian ... 217

(20)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan dan kemajuan sebuah negara adalah kedua hal yang memiliki

keterkaitan cukup erat, sebab bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu

mengandalkan sumber daya manusia di bangsanya, oleh karena itu pendidikan

merupakan kunci yang harus disiapkan (Boediono dalam Rachman, 2010).

Kurikulum dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta

menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran bagi semua jenjang pendidikan.

Kurikulum di Indonesia disesuaikan dengan falsafah dan dasar negara, yaitu

Pancasila serta UUD 1945 karena sistem kurikulum yang diterapkan sebuah

negara turut menentukan tujuan serta pola hidup suatu bangsa. Kurikulum menjadi

“pilihan” bagi sebuah negara, sifatnya dinamis sebab harus selalu mengikuti arus

perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, tingkat kecerdasan peserta

didik, budaya, sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum di Indonesia

juga disesuaikan dengan nilai-nilai luhur bangsa, maka kurikulum diterapkan di

jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi baik

formal maupun informal (Arifin, 2011:1-2). Peningkatkan mutu pendidikan di

sebuah negara perlu adanya evaluasi serta direncanakan untuk mengetahui akan

dibawa kemana arah pendidikan kita, maka sebuah negara seharusnya bersiap-siap

dengan pola kurikulum yang sangat mungkin berubah.

Hidayat (2013:1-2) mengatakan perubahan kurikulum merupakan

(21)

dan perkembangan IPTEK suatu bangsa. Jika kurikulum tidak berubah sesuai

dengan perkembangan jaman maka yang terjadi, kurikulum yang dimiliki pada

bangsa itu bersifat pasif, karena tidak fleksibel berdasarkan situasi dan kondisi

yang ada. Pada dasarnya, semua kurikulum yang digunakan pada masing jenjang

pendidikan adalah sama, sebab mengacu pada pedoman yang sama pula. Tetapi

perbedaannya hanya terletak dalam hal penekanan pada tujuan pendidikan dan

pendekatan yang digunakan untuk menerapkan kurikulum.

Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan kurikulum sejak merdeka

pada tahun 1945, kurikulum yang pertama disebut dengan “Rencana Pelajaran”

tahun 1947 yang sifatnya masih sangat politis karena lahir pada zaman penjajahan

Belanda. Kedua, “Kurikulum 1952” dari penyempurnaan Rencana Pelajaran 1947,

yang ketiga “Kurikulum 1964” yang dipusatkan pada program Pancawardhana.

Keempat, “Kurikulum 1968” yang fokus pada pembinaan jiwa Pancasila,

pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kelima, “Kurikulum 1975/1976”,

keenam “Kurikulum 1984” yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan

masyarakat. Ketujuh, “Kurikulum 1994”, lalu kedelapan “Kurikulum Berbasis

Kompetensi” atau KBK tahun 2002 dan 2004. Serta yang sampai saat ini masih

bertahan adalah “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)” yang dimulai

tahun 2006. (Hidayat, 2013: 2-17)

Implementasi setiap kurikulum tentu masih banyak kekurangan dan

masalah-masalah. Pemerintah mengganti kurikulum dengan berbagai macam

penyempurnaan dalam jangka waktu yang tidak tentu. Hal itu demi memenuhi

sifat kurikulum yang dinamis sehingga tujuan pendidikan yang tercantum dalam

(22)

ekonomi di negara. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang akan diterapkan

oleh pemerintah Indonesia dimulai tahun 2013 melalui uji coba secara bertahap di

sekolah-sekolah pilihan.

Dakir (2004:2-3) menjelaskan kurikulum berasal dari bahasa Latin currere

yang berarti lapangan perlombaan lari. Batas start dan finish-nya perlombaan

sudah ditentukan dalam sebuah lapangan perlombaan lari, apabila diartikan sesuai

dengan konteks pendidikan, kurikulum merupakan sebuah bahan untuk belajar

yang telah ditentukan secara pasti bagaimana pelaksanaannya, kapan dimulai dan

kapan diakhiri. Kurikulum merupakan sebuah program pendidikan yang dirancang

dan direncanakan serta berisi berbagai macam bahan ajar dan pengalaman belajar

yang dibuat secara sistemik berdasarkan dengan norma yang berlaku sehingga

dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran Kurikulum menjadi penting bagi

tercapainya tujuan pendidikan nasional karena sifatnya yang berhubungan

langsung dengan pengajaran demi kemajuan bangsa.

Bahan ajar adalah salah satu bagian terpenting dalam kurikulum, salah satu

contoh dari bahan ajar tersebut adalah buku ajar. Buku ajar menurut Sitepu

(2012:20) mengandung berbagai informasi tentang perasaan, pikiran, gagasan,

atau pengetahuan pengarangnya untuk disampaikan kepada orang lain

menggunakan berbagai simbol visual, dalam bentuk huruf, gambar, bahkan

bentuk lainnya. Buku ajar berisikan bahan belajar yang membantu siswa untuk

mengembangkan kemampuannya sesuai tahapan pencapaian tujuan pendidikan

institusional dan pendidikan nasional. Penulis bahan ajar hendaknya

mengutamakan kesesuaian isi bahan ajar yang akan ditulis dengan kemampuan

(23)

menjadi sebuah kebutuhan yang penting untuk membantu proses pembelajaran.

Guru akan mengikuti setiap alur pembelajaran dari halaman perhalaman (Dakir,

2004:13-15).

Bahan ajar digunakan guru sebagai fasilitas belajar bagi siswa. Sebaiknya

guru menyusun sendiri bahan ajarnya, karena gurulah yang mengetahui keadaan

dan kebutuhan siswanya. Guru dapat memanfaatkan media cetak atau media

publik untuk memperoleh informasi sehingga dapat memyusun bahan ajar yang

sesuai dengan perkembangan jaman. Selain itu guru dapat belajar dari pengalaman

sebelumnya selama mengajar karena evaluasi materi yang telah digunakan

sebelumnya juga turut menentukan kelayakan bahan ajar tersebut untuk digunakan

bagi siswa (Cunningsworth, 1995:7-8). Pentingnya penggunaan bahan ajar

dikatakan pula oleh Trianto (2010:122) bahwa bahan ajar diperlukan dalam

pembelajaran khususnya pembelajaran tematik, bahan ajar hendaknya lebih

lengkap dan komprehensif khususnya bahan ajar yang dipergunakan dalam

pembelajaran tematik yang memadukan berbagai disiplin ilmu.

Berdasarkan hasil wawancara, Bapak Henri Mustofa guru kelas IV SD Negeri

Cebongan yang merupakan SD percontohan Kurikulum 2013, mengungkapkan

bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah belum maksimal, artinya masih

banyak kekurangan yang disebabkan oleh minimnya informasi mengenai

implementasi Kurikulum 2013. Guru memahami mengenai Kurikulum 2013

sebatas cakupan tiga kemampuan yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap,

sedangkan mengenai pendekatan tematik integratif dan pendekatan sains, guru

(24)

siswa, sedangkan pendekatan tematik yaitu yang sama digunakan pada

pembelajaran di kelas rendah.

Pemerintah pusat telah menyiapkan bahan ajar berdasarkan tema dalam satu

tahun, namun guru menyatakan masih kesulitan karena materi pada buku ajar

(buku siswa dan buku guru) kurang sesuai dengan kearifan lokal sekolah

setempat. Guru harus kreatif untuk mengkaitkan pembelajaran dengan budaya

lokal sekaligus menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik. Mengenai

penilaian otentik, guru menjawab belum memahami dengan pasti teknik penilaian

yang digunakan seperti apa, sebab belum ada pedoman penilaian yang sesuai.

Pengawas setempat mengatakan bahwa penilaian Kurikulum 2013 sama dengan

penilaian pada pembelajaran tematik di kelas rendah, artinya guru belum

memahami penilaian otentik yang tepat.

Guru menyatakan bahwa masih perlu adanya revisi terhadap bahan ajar yang

telah disediakan agar tepat sasaran dan sesuai kebutuhan siswa. Guru juga

mengatakan bahwa belum ada keinginan untuk menciptakan bahan ajar baru pada

saat ini karena memang belum ada waktu untuk itu, tetapi guru sudah berusaha

mencari referensi lain yang dapat digunakan untuk belajar siswa selain buku ajar

dari pemerintah pusat. Guru mengharapkan adanya bahan ajar lain yang dapat

memenuhi kebutuhan siswa dan mempermudah guru dalam membimbing siswa,

misalnya kegiatan belajarnya jelas menggunakan pendekatan tematik integratif

dan pendekatan saintifik, lalu pendidikan karakter yang sesuai budaya lokal siswa,

serta penilaian otentik yang digunakan guru dalam menilai siswa.

Berdasarkan beberapa masalah yang telah diungkapkan, peneliti

(25)

kurikulum untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan khususnya pada

penerapan Kurikulum 2013, bahkan berdasarkan wawancara, ketersediaan bahan

ajar Kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh pemerintah pusat masih belum

memenuhi kebutuhan siswa, contohnya terkait budaya lokal yang kurang

tercermin dalam bahan ajar. Guru juga menjelaskan bahan ajar dari pemerintah

belum menampilkan pendidikan karakter dalam kegiatan belajarnya, sehingga

dengan pengetahuan yang masih terbatas guru harus mampu mengkaitkan sendiri

pengetahuan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran dengan budaya lokal

setempat. Namun bukan hanya budaya lokal, ciri-ciri bahan ajar dalam Kurikulum

2013 yang paling tidak mencakup pendekatan tematik integratif, pendekatan

saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta penilaian otentik perlu

diperjelas kembali, oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan

judul “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Mengenal

Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Bahan ajar ini masih

dalam taraf percobaan dan perlu untuk disempurnakan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013

subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV sekolah

dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema

(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan kegiatan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.3.1 Memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum

2013 subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV

sekolah dasar.

1.3.2 Mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar mengacu Kurikulum 2013

subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV sekolah

dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:

1.4.1 Bagi mahasiswa

Mahasiswa sebagai calon guru semakin terampil dalam menyusun bahan

ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku”

untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

1.4.2 Bagi guru

Guru dapat memperoleh dan menggunakan bahan ajar mengacu

Kurikulum 2013 subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa

kelas IV sekolah dasar.

1.4.3 Bagi sekolah

Sekolah dapat memperoleh bahan ajar lain yang mengacu Kurikulum 2013

subtema “Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV sekolah

(27)

1.4.4 Bagi Prodi PGSD

Dosen dan mahasiswa PGSD memiliki kemampuan untuk

mengembangkan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 subtema

“Mengenal Pahlawan Bangsaku” untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Pendekatan tematik integratif adalah sebuah pendekatan yang

dilaksanakan dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep tertentu,

suatu pokok bahasan (topik) dengan pokok bahasan tertentu, sehingga

memberikan pengalaman belajar langsung bagi peserta didik secara

holistik, bermakna, dan otentik.

1.5.2 Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menggunakan

langkah-langkah pembelajaran secara ilmiah yaitu dengan mengamati, menanya,

menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan dengan prinsip belajar dapat

berasal dari mana saja dan kapan saja.

1.5.3 Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif

(meliputi banyak hal) selama proses dan akhir pembelajaran berdasarkan

apa yang dilakukan siswa (alami), serta berkesinambungan untuk

mengetahui perkembangan siswa.

1.5.4 Pendidikan karakter berbasis budaya lokal merupakan suatu pengajaran

yang mengajak seseorang untuk mengenali kondisi yang dimiliki dirinya,

termasuk potensi, keterbatasan, talenta, dan daya-daya yang ada dalam diri

untuk kemudian dikembangkan sehingga mampu mengatasi

keterbatasan-keterbatasannya dan menjadi orang yang memiliki spirit yang kuat dengan

(28)

1.5.5 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap

tema dan subtema yang terdiri dari unsur: Tema, Subtema, KI, KD,

indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi,

aksi atau tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar

kata penting, dan daftar pustaka.

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan

pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam

perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.

1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan

pendekatan saintifik.

1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.

1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.

(29)

10 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kurikulum 2013

Muhammad Nuh dalam Indratno (2013) menyatakan Kurikulum 2013

merupakan langkah pengembangan dari kurikulum sebelumnya. Pengembangan

ini dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan

zaman dalam bentuk eksternal maupun internal. Kurikulum 2013 merupakan

penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan

perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar

agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang

dihasilkan. Tantangan zaman yang dimaksud adalah perkembangan teknologi

yang semakin pesat, dengan demikian Kurikulum 2013 diharapkan menjadi

jawaban atas globalisasi bagi dunia pendidikan.

2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Rasional perubahan kurikulum 2013 dilakukan dengan pertimbangan

adanya tantangan-tantangan yang dihadapi, tantangan tersebut baik internal

maupun eksternal. Ada 8 (delapan) standar dalam pendidikan yang dianggap

mempengaruhi kondisi pendidikan. Delapan standar tersebut adalah standar

pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar

kompetensi lulusan. Standar-standar tersebut menjadi tantangan dari dalam untuk

(30)

Perkembangan penduduk di Indonesia dari sisi pertumbuhan penduduk

usia produktifnya juga demikian. Meningkatnya pertumbuhan usia produktif perlu

diisi dengan pengembangan kompetensi dan keterampilannya juga, dengan

demikian akan membantu kemajuan negara dengan baik apabila penduduknya

memiliki kompetensi dan keterampilan yang baik pula (Kemendikbud, 2013a:73).

Tantangan lainnya adalah tantangan eksternal yang datangannya dari luar

pendidikan, seperti bayang-bayang masa depan, kompetensi yang diperlukan

kelak, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, bahkan

pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Jika diuraikan tantangan-tantang tersebut

bisa merupakan dampak globalisasi yang sedang merajalela, seperti kemajuan

teknologi yang sudah pasti mengandalkan kompetensi seseorang, sehingga

berpengaruh pada persepsi bahwa pengetahuan adalah segalanya. Jika sudah

demikian, seorang pelajar mungkin akan stress karena beban persepsi ini lalu

mungkin juga pengaruh fenomena-fenomena negatif seperti tawuran pelajar,

narkoba, korupsi, dan lain-lain. Beberapa hal tersebut menjadi perhatian dunia

pendidikan sehingga diharapkan Kurikulum 2013 dapat menjadi jembatan bagi

pendidikan membuat peserta didik memiliki arah dalam mempersiapkan diri untuk

masa depan. (Kemendikbud, 2013a:74)

Tantangan internal dan eksternal adalah dua hal yang harus siap dihadapi

seiring perkembangan zaman, tetapi alasan lain pentingnya perubahan kurikulum

adalah kesenjangan yang terjadi saat ini, kesenjangan-kesenjangan kurikulum

(31)

Tabel 1. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum

KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL A. KOMPETENSI LULUSAN

1 Belum sepenuhnya menekankan

pendidikan karakter

1 Berkarakter mulia

2 Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan

2 Keterampilan yang relevan

3 Pengetahuan-pengetahuan lepas 3 Pengetahuan-pengetahuan terkait

B. MATERI PEMBELAJARAN

1 Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

1 Relevan dengan materi yang dibutuhkan

2 Beban belajar terlalu berat 2 Materi esensial

3 Terlalu luas, kurang mendalam 3 Sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

C. PROSES PEMBELAJARAN

1 Berpusat pada guru 1 Berpusat pada peserta didik

2 Proses pembelajaran berorientasi pada pada buku teks

2 Sifat pembelajaran yang kontekstual

3 Buku teks hanya memuat materi bahasan

3 Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan

D. PENILAIAN

1 Menekankan aspek kognitif 1 Menekankan aspek kognitif,

afektif, psikomotorik secara proposional

2 Tes menjadi cara penilaian yang dominan

2 Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi

E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

1 Memenuhi kompetensi profesi saja

1 Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal

2 Fokus pada ukuran kinerja PTK 2 Motivasi mengajar

F. PENGELOLAAN KURIKULUM

1 Satuan pendidikan mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum

1 Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan

2 Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyususn kurikulum tanpa

mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.

2 Satuan pendidikan mampu

menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

3 Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran

3 Pemerintah menyiapkan semua

(32)

Melihat tantangan-tantangan yang dihadapi serta kesenjangan yang

terjadi saat ini, perlu adanya perubahan pola pikir dalam dunia pendidikan,

misalnya dari pembelajaran yang umumnya tradisional diubah menjadi

pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik. Mengenai penguatan tata kelola

dengan belajar dari pengalaman diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) sehingga fungsi guru, siswa serta pegawai lainnya lebih jelas

bahwa dalam kurikulum nantinya, semua dibuat berdasarkan standar nasional.

Pendalaman dan perluasan materi dilakukan karena berdasarkan studi PISA tahun

2009, bahwa pelajar Indonesia hanya mampu mencapai level 3 (tiga) dalam

belajarnya. Sangat jauh dari negara-negara lainnya. Pendalaman dan perluasan

materi sangat penting dilakukan untuk menghindari ketertinggalan.

(Kemendikbud, 2013a:74)

Perubahan Kurikulum perlu disesuaikan juga dengan kondisi masa

depan, kondisi pendidikan saat ini dianggap kurang untuk mempersiapkan masa

depan sehingga perlu dilakukan pergeseran proses pembelajaran, antara lain

(Kemendikbud, 2013a:70):

1. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.

2. Dari satu arah menuju interaktif.

3. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.

4. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.

5. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.

6. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.

7. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.

(33)

9. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.

10. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.

11. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.

12. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.

13. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.

14. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.

15. Dari pemikiran faktual menuju kritis.

16. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

Sejalan dengan itu pergeseran proses pembelajaran seperti di atas, perlu juga

dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan baru dalam

perumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Perumusan SKL di dalam KBK

2004 dan KTSP 2006 yang diturunkan dari Standar Isi (SI) harus diubah menjadi

perumusan yang diturunkan dari kebutuhan. Penyempurnaan pola pikir

perumusankurikulum dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir

No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1. Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan 2. Standar Isi dirumuskan berdasarkan

Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran

3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentukan pengetahuan

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap

pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu dengan

yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti (tiap kelas)

(34)

Dalam Kurikulum 2013 terdapat 4 (empat) elemen perubahan yaitu, Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian.

Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) standar

nasional pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi

pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Elemen perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum

ELEMEN DESKRIPSI SD

Kompetensi Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan,

dan pengetahuan Kedudukan

mata pelajaran (ISI)

Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari

kompetensi.

Pendekatan (ISI) Kompetensi dikembangkan melalui:

Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran

Struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi waktu) ISI

- Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial dan budaya

- Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains - Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6

- Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

Proses

pembelajar-an

- Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,

menyimpulkan, dan mencipta.

- Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat

- Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

- Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan

Tematik dan terpadu

Penilaian

- Penilaian berbasis kompetensi

(35)

keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)

- Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)

- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada kompetensi inti dan SKL

- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian

Ekstrakurikuler

- Pramuka (wajib)

- UKS

- PMR

- Bahasa Inggris

Sumber: Mulyasa (2013: 77-79)

Berdasarkan elemen perubahan di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum

2013 menata ulang SNP yang telah berlaku sehingga menjadi penyempurnaan

bagi pendidikan nasional.

2.1.1.2 Pendekatan Tematik Integratif

Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan tematik integratif sebagai

pendekatan dalam proses pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Perubahan

Kurikulum 2013 dilandasi berbagai hal, antara lain landasan yuridis, teoritis, dan

konseptual. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu landasan konseptual

pengembangan Kurikulum 2013 (Mulyasa, 2013:65). Pembelajaran kontekstual

diusahakan untuk menciptakan kondisi belajar menjadi semirip mungkin dengan

situasi aslinya atau kondisi nyata, hal tersebut bertujuan agar guru mudah untuk

mengaitkan pembelajaran dengan kondisi pada kenyataannya.

Suprijono (2011:79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual

merupakan konsep yang digunakan untuk membantu guru dalam mengaitkan

materi yang diajarkan dengan kondisi kenyataan yang ada di sekitar siswa

sehingga akan membantu siswa untuk memahami kemudian menghubungkan

(36)

Asra (2009:14) juga menyatakan pembelajaran kontekstual lebih pada upaya atau

usaha guru untuk memfasilitasi siswa dalam memahami relevansi materi, hingga

mampu mengaplikasikan dalam kehidupan siswa. Pembelajaran kontekstual

menekankan pada perkembangan ilmu, keterampilan, dan pemahaman kontekstual

siswa untuk menghubungkan materi pelajaran yang diperoleh dengan keadaan di

dunia nyata, dengan demikian pembelajaran akan semakin bermakna karena siswa

belajar dari pengalamannya.

Pembelajaran kontekstual juga memiliki komponen yang sama dengan

pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, seperti dalam Sagala

(2009:88-91) yang menjelaskan komponen pembelajaran kontekstual adalah

konstruktivisme atau yang berhubungan dengan perkembangan pemikiran siswa,

bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian

sebenarnya yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dari kegiatan yang

dilakukan siswa. Data bisa berupa proyek atau kegiatan, laporan, tugas rumah,

kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal,

hasil tes tulis, dan karya tulis (Riyanto, 2010:176).

Pembelajaran kontekstual disampaikan pada bab ini untuk menjelaskan

tentang pendekatan tematik integratif yang pada dasarnya juga menerapkan

konsep-konsep pembelajaran kontekstual, karena pendekatan tematik integratif

cenderung pada konsep keterkaitan muatan pembelajaran satu dengan lainnya

yang kemudian terintegrasi sehingga sesuai dengan konteks pribadi siswa. Model

pembelajaran tematik yang awalnya dikenal dengan istilah Integrative Thematic

Instruction (ITI) berkembang sekitar tahun 1970. Namun baru akhir-akhir ini

(37)

Dalam pembelajaran yang dikenal dengan highly effective teaching model ini

mencakup berbagai dimensi secara menyeluruh antara lain emosi, fisik, dan

akademik di kelas serta lingkungan sekolah. (Kemendikbud, 2013a:189)

Awalnya, pembelajaran tematik integratif diperuntukkan bagi anak yang

berbakat dan bertalenta, cerdas, yang berada pada program perluasan belajar serta

mereka yang belajar dengan cepat. Peserta didik dalam pembelajaran tematik

dipandu untuk mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of

thinking), karena memanfaatkan keterampilan berpikir yang memanfaatkan

kecerdasan ganda sehingga akan membantu proses pengembangan dimensi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan. Pembelajaran tematik ini juga diusahakan mampu

dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan alam secara optimal. Sehingga guru

harus mampu mengidentifikasi elemen yang relevan bagi interaksi siswa dengan

lingkungannya. (Kemendikbud, 2013a:189-190)

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran

yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke

dalam berbagai tema (Anonymous, 2013). Awalnya, pembelajaran tematik

integratif dilaksanakan pada kelas rendah. Pada Kurikulum 2013, pembelajaran di

semua tingkatan kelas rendah maupun kelas tinggi dilaksanakan secara tematik

integratif sehingga mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah melainkan

berdasarkan tema, lalu dikombinasikan dengan mata pelajaran yang saling

berkaitan (Mulyasa, 2013:170). Dalam pembelajaran tematik integratif, mata

pelajaran satu dengan yang lainnya akan melebur menjadi satu sehingga peserta

(38)

Joni dalam Trianto (2011: 56) menguraikan pengertian pembelajaran

terpadu sebagai suatu sistem pembelajaran yang mengaktifkan siswa baik secara

individu maupun kelompok untuk mencari, menggali serta menemukan konsep

bahkan prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Sedangkan

Hadisubroto dalam Trianto juga menguraikan bahwa pembelajaran terpadu lebih

pada mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan atau tema tertentu,

suatu konsep dengan konsep tertentu, dilakukan secara spontan maupun

direncanakan serta dapat mencakup satu bidang studi bahkan lebih dengan

berbagai pengalaman belajar anak sehingga menjadi lebih bermakna. Trianto

sendiri menegaskan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan

belajar mengajar dengan melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan

pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pengalaman yang dimaksud adalah

dengan memahami konsep-konsep melalui pengamatan langsung lalu

menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami oleh peserta didik.

(Trianto, 2011: 57)

Majid (2013:119-120) menjelaskan pembelajaran terpadu sebagai suatu

konsep atau pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi,

sehingga memberikan pengalaman langsung bagi siswa secara bermakna,

bermakna karena siswa dapat menghubungan pembelajaran yang dilalui dengan

konsep lain yang dipahami siswa. Pembelajaran terpadu memiliki prinsip, antara

lain: (1) memiliki satu tema aktual, (2) memilih materi yang saling terkait dari

beberapa mata pelajaran, (3) jangan sampai bertentangan dengan tujuan

(39)

perkembangan karakteristik siswa, dan (5) jangan sampai memaksakan materi

yang tidak dapat dipadukan.

Fogarty dalam Majid (2013:120-122) mengungkapkan pembelajaran

terpadu memiliki beberapa model, antara lain model keterhubungan (connected),

model laba-laba (webbed), dan model keterpaduan (integrated). Pembelajaran

tematik menurut Rusman (2013:254) merupakan salah satu model pembelajaran

terpadu (integrated instruction) yang dikatakan sebagai suatu sistem yang dapat

memungkinkan bagi siswa untuk belajar secara individu maupun kelompok

kemudian aktif menggali dan menemukan konsep baru sehingga siswa dapat

belajar secara holistik, bermakna, dan otentik. Penerapan pembelajaran terpadu

dalam Kurikulum 2013 menggunakan model laba-laba (webbed) dalam istilah lain

disebut dengan model tematik, hal itu ditunjukkan dengan adanya tema ataupun

subtema yang nampak dari masing-masing jaring, jaring tema untuk satu bulan,

jaring subtema untuk satu minggu, dan jaring harian. Jaring-jaring tersebut

berisikan kompetensi dasar dan indikator yang inging dicapai dalam pembelajaran

serta berpusat pada satu tema tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan, pembelajaran

terpadu berulang kali disebutkan memiliki ciri pembelajaran secara holistik,

bermakna dan otentik. Sugiyanto (2010:132-134) menguraikan pembelajaran

tematik terpadu dikatakan holistik karena siswa belajar tidak hanya dari satu

bidang kajian saja, tetapi dari berbagai bidang, sehingga siswa lebih memahami

banyak hal setelah belajar. Bermakna karena siswa mampu menghubungkan

berbagai konsep untuk menemukan keterkaitan konsep dengan kehidupan. Otentik

(40)

siswa secara aktif menggunakan fisik, mental, intelektual, dan emosionalnya

unruk menggali pengetahuan dalam pembelajaran.

Kesimpulannya, pembelajaran tematik intergratif merupakan suatu

pendekatan belajar yang mengusahakan keterkaitan antar bidang studi, antar

konsep, antar pokok bahasan, antar tema bahkan topik sehingga memberikan

pemahaman yang bermakna bagi peserta didik serta mengusakan pengalaman

belajar langsung bagi peserta didik agar memahami pembelajaran secara holistik,

bermakna, dan otentik.

2.1.1.3 Pendekatan Saintifik

Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan Kurikulum 2013

adalah dengan pendekatan saintifik (ilmiah). Penerapan pendekatain saintifik

dalam proses pembelajaran karena informasi bisa berasal dari mana saja, kapan

saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Maka kondisi

pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik

dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Pendekatan saintifik atau ilmiah tidak jauh berbeda dengan pendekatan

keterampilan proses yang digagas oleh Semiawan (1987). Pendekatan

keterampilan proses penting diterapkan dalam pembelajaran, karena beberapa

alasan: (1) ilmu pengetahuan yang semakin pesat berkembang, sehingga tidak

mungkin bagi guru untuk mengajarkan “semua” konsep dan fakta yang ada; (2)

anak-anak mudah dalam memahami konsep yang rumit dan abstrak apabila

disertai dengan contoh yang kongkrit; (3) penemuan suatu konsep atau ilmu

(41)

dan nilai dalam diri anak harus ditanamkan selama proses pembelajaran

(Semiawan, 1987:14-15).

Semiawan (1987:19-33) menggambarkan pendekatan keterampilan

proses sebagai suatu keterampilan yang menerapkan proses bekerja ilmuwan

karena seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, maka guru perlu

menyediakan tempat yang tepat agar kebutuhan ingin tahu anak dapat terpenuhi.

Ada tiga belas kemampuan atau sikap dalam keterampilan proses yang dipaparkan

oleh Semiawan, yaitu: (1) observasi, (2) perhitungan, (3) pengukuran, (4)

klasifikasi, (5) hubungan ruang atau waktu, (6) membuat hipotesis, (7)

perencanaan penelitian atau eksperiman, (8) pengendalian variabel, (9)

interpretasi data, (10) kesimpulan sementara, (11) peramalan, (12) penerapan, dan

(13) komunikasi. Penjelasan dari beberapa kemampuan tersebut sebagai berikut:

1. Observasi atau pengamatan merupakan keterampilan yang paling mendasar,

kita memanfaatkan semua indera kita melalui melihat, mendengar, merasa,

mengecap, dan mencium. Penerapannya dalam pembelajaran bisa sangat

mudah, dengan mengamati berbagai makhluk hidup, benda, dan berbagai hal

di sekitarnya.

2. Perhitungan dikenal cenderung dekat dengan matematika, karena umunya

matematika dikenal sebagai ilmu hitung-hitungan. Namun sebenarnya

keterampilan menghitung juga digunakan pada ilmu pengetahuan alam, ilmu

pengetahuan sosial, bahkan bahasa Indonesia. Guru hanya perlu menciptakan

kegiatan yang menarik anak, misalnya saja bisa dengan menghitung jumlah

batu dalam sebuah pot, menghitung kelereng mainan yang mereka miliki,

(42)

yang bisa dijadikan kegiatan yang menarik bagi anak saat pembelajaran. Hasil

perhitungan tersebut bisa dikomunikasikan atau dikonversikan dengan cara

membuat tabel, grafik, atau histogram.

3. Pengukuran adalah keterampilan yang sering dilakukan oleh ilmuwan untuk

melihat suatu perbandingan, sebab dasar dari pengukuran adalah pembanding.

Mengukur bisa dilakukan dengan berbagai kegiatan membandingkan luas,

kecepatan, suhu, volume, massa, dan sebagainya. Dengan pengukuran, anak

akan perlahan-lahan memahami satuan ukuran tanpa guru menjelaskan, bisa

saja anak menemukan sendiri pengetahuannya.

4. Klasifikasi merupakan kegiatan yang identik dengan menggolong-golongkan,

dengan mengklasifikasikan anak mampu untuk menemukan suatu persamaan

maupun perbedaan antara benda-benda di sekitarnya. Mengklasifikasi bisa

berdasarkan suatu ciri khusus, tujuan, serta kepentingan tertentu. Dalam

belajar, anak dapat menggolongkan benda-benda berdasarkan bentuknya,

permukaannya, warna, ukuran, misalnya menggolongkan daun, bisa golongan

daun yang berwarna hijau, bentuk tulang daun, dan corak daunnya.

5. Hubungan ruang atau waktu mengajak siswa untuk belajar misalnya dengan

mengenal bentuk-bentuk seperti lingkaran, persegi, segitiga, dan sebagainya.

Selain mengenai bentuk-bentuk, siswa juga diajak mengenal tentang arah

seperti depan, belakang, kanan, kiri, utara, selatan

6. Membuat suatu hipotesis memerlukan suatu alasan yang dapat menerangkan

pengamatan akan suatu kejadian. Contoh kegiatan untuk anak dalam

(43)

pot, lalu pot diberi pupuk. Anak-anak lalu menduga apa yang terjadi apabila

tumbuhan dalam pot diberi pupuk, dan bagaimana jika tidak.

7. Perencanaan penelitian atau eksperimen atau percobaan dapat dilakukan

dengan mengajari anak melakukan suatu percobaan sederhana. Lalu yang

dilakukan adalah mengajak anak menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan,

obyek percobaan, dan sebagainya.

8. Variabel merupakan faktor yang mempengaruhi, dalam percobaan, variabel

bisa berupa faktor-faktor yang mempengaruhi objek percobaan. Contohnya

anak dilatih saat percobaan menanam pohon, pengendalian variabel dilakukan

dengan memberikan pupuk dengan jumlah yang sama, menyiram air dengan

frekuensi yang sama, atau bisa dalam kata lain, perlakuan yang diberikan

pada objek penelitian adalah sama. Hal tersebut untuk melihat bagaimana

pengaruhnya terhadap objek.

9. Interpretasi atau penafsiran data dilakukan setelah semua tahap sebelumnya

terpenuhi. Sebuah data dapat ditafsirkan apabila telah diamati, dihitung,

diukur, dan dilakukan eksperimen. Penafsiran data dilakukan bisa dengan

membuat tabel atau grafik, dan bisa dengan alat penyaji data yang lainnya.

10.Seorang peneliti membuat kesimpulan sementara (inferensi) sesaat setelah

melakukan eksperimen. Kesimpulan tersebut diperoleh dari hasil pengamatan

saat melakukan eksperimen. Sehingga sifatnyapun sementara hingga waktu

eksperimen yang ditentukan.

11.Peramalan mengajak anak bisa meramalkan suatu hal berdasarkan hasil

pengamatannya. Contohnya, kemungkinan yang terjadi apabila tumbuhan

(44)

yang terjadi? Lalu kemungkinan bila diberi air terlalu banyak, apa yang

terjadi? Keterampilan ini akan melatih anak berpikir ke depan sehingga akan

baik untuk proses belajarnya.

12.Penerapan (aplikasi) adalah keterampilan yang paling mudah, namun juga

sulit untuk diterapkan. Misalnya jika anak sudah melakukan percobaan untuk

menanam tumbuhan, maka seharusnya dia bisa melakukannya di rumah.

Dengan keterampilan menerapkan konsep yang dimiliki dalam kehidupan,

anak akan berlatih untuk memecahkan masalah ang dihadapinya.

13.Komunikasi adalah keterampilan dasar yang terakhir pada pendekatan

keterampilan proses, dalam keterampilan ini anak dilatih untuk mampu

menyampaikan hasil kegiatan belajarnya (eksperimen) yang dilakukan ke

dalam sebuah paper atau sebuah karangan atau bahkan laporan sederhana.

Banyak yang dapat dilakukan siswa melalui komunikasi ini, siswa bisa saja

menyampaikan tabel atau grafik yang mereka miliki selama melakukan

percobaan. Lalu bisa dengan gambar, model, dan sebuah karangan cerita.

Ketigabelas keterampilan perlu dilatihkan guru pada anak melalui

pembelajaran, karena anak akan dilatih belajar layaknya para ilmuwan untuk

menemukan suatu teori yang baru. Sama halnya dengan pendekatan yang ingin

diterapkan oleh pemerintah melalui Kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik,

akan tetapi tidak semua keterampilan diterapkan dalam pembelajaran. Pemerintah

menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

Suddarwan dalam Kemendikbud (2013a:205) mengatakan bahwa

(45)

penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.

Kriteria proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah, antara lain:

1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas

kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta

didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau

penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis,

dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau

materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam

merespon substansi atau materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung

jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

sistem penyajiannya.

Metode ilmiah juga merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu

fenomena atau gejala untuk memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan

(46)

menyatakan bahwa hasil pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih efektif

dibandingkan dengan pembelajaran yang tradisional. Sedangkan langkah-langkah

pembelajaran ilmiah adalah sebagai berikut: pertama, mengamati yaitu dengan

menyajikan media obyek secara nyata sehingga peserta didik akan ditantang rasa

ingin tahunya. Kedua, menanya yaitu dengan memberikan kesempatan pada

siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya dengan cara mengajukan suatu pertanyaan selama proses

pembelajaran. Ketiga, menalar, dengan merujuk pada kemampuan

mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk

kemudian memasukannya menjadi penggalan memori yang dimiliki siswa.

Keempat, hubungan antar fenomena untuk mempertajam daya nalar peserta didik;

lalu kelima adalah mencoba yaitu dengan mengajak siswa melakukan suatu

percobaan selama proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan siswa.

Pendekatan saintifik yang diterapkan dalam pembelajaran pada

Kurikulum 2013 pada intinya merujuk pada suatu proses pembelajaran yang

dilakukan siswa secara ilmiah serta menggunakan metode ilmiah dengan

mengedepankan ide-ide kreatif siswa sehingga mengembangkan kemampuan

siswa secara holistik mulai dari ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Bukan hanya itu, melalui pendekatan saintifik, siswa diajak belajar seperti

ilmuwan sehingga rasa ingin tahu mereka terpenuhi melalui belajar yang mereka

lakukan.

2.1.1.4 Penilaian Otentik

Penilaian pada Kurikulum 2013 memiliki tujuan berdasarkan standar

(47)

akan dicapai peserta didik, pelaksanaan penilaian secara professional, terbuka,

edukatif, efektif, efisien dan sesuai konteks sosial budaya, serta pelaporan hasil

penilaian secata objektif, akuntabel, dan informatif. Penilaian tersebut mengacu

pada Standar Penilaian Pendidikan dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013.

Penilaian dalam pendidikan juga mencakup beberapa hal, yaitu penilaian autentik,

penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu

tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah atau madrasah. (Majid,

2014:35)

Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat

memberikan gambaran perkembangan terhadap belajar siswa. Gambaran tersebut

sebagai dasar untuk mengetahui proses yang dilalui siswa sudah benar. Kunandar

(2014:35) menyatakan penilaian otentik menekankan pada apa yang seharusnya

dinilai dalam proses maupun hasilnya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan

berbagai instrumen penilaian sesuai dengan tuntutan kompetensi yang ada dalam

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Penilaian otentik menurut

Nurhadi (2004:172) merupakan penilaian dengan mengumpulkan informasi terkait

perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui

berbagai teknik yang dapat mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan

dengan tepat dimana tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai

oleh siswa. Hakikat penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data

yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran tersebut

perlu untuk membuktikan mengenai proses belajar yang dilalui siswa, sehingga

(48)

mengambil tindakan yang terbaik untuk siswa. Penilaian sebaiknya tidak

dilakukan diakhir saja, tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak

terpisahkan) dengan kegiatan pembelajaran (Nurhadi, 2004: 168).

Rustaman (2006) mengatakan penilaian otentik adalah penilaian

langsung sehingga penilaiannya juga dilakukan secara langsung, karena apa yang

dilakukan pada saat itu juga akan menggambarkan situasi perkembangan siswa

yang dilakukan dengan alami, misalnya ketika melakukan tukar oendapat atau

diskusi. Penilaian otentik menurut Mueller dalam Rustaman (2006) adalah

penilaian yang meminta para siswanya untuk menampilkan tugas pada situasi

yang nyata dan alami, karena dengan begitu penilaian akan semakin bermakna

dan tepat sasaran seperti menilai siswa pada keadaan yang sesungguhnya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik

merupakan bentuk penilaian yang dilakukan secara langsung sesuai dengan

keadaan siswa yang sesungguhnya dengan menilai aspek secara keseluruhan

sesuai yang dinilai pada saat tersebut.

Penilaian otentik berdasarkan Pusat Kurikulum dalam Majid (2014:236)

merupakan proses pengumpulan, pelaporan, serta penggunaan berbagai informasi

mengenai proses dan hasil belajar siswa yang menerapkan berbagai prinsip

penilaian secara berkelanjutan berdasarkan bukti-bukti otentik yang diperoleh

sehingga akuran dan konsisten sebagai pertanggungjawaban terhadap publik.

Melaksanakan penilaian otentik juga perlu melaksanakan belajar otentik, menurut

Ormiston dalam Majid (2014:241) belajar otentik mencerminkan cara belajar yang

diterapkan oleh siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang berkaitan

(49)

menegaskan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan untuk

mengetahui tentang gambaran perkembangan siswa.

Kunandar (2014:36) menjelaskan penilaian otentik berdasarkan Penilaian

Acuhan Patokan (PAP) merupakan pencapaian hasil belajar yang dicapai atau

yang diperoleh berdasarkan skor ideal atau skor maksimal. Kemendikbud

(2013:1) dalam Panduan Teknis Penilaian di SD mengatakan bahwa penilaian

merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh, menganalisis,

dan menafsirkan data berdasarkan proses dan hasil belajar peserta didik.

Rangkaian kegiatannya dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, agar

menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusannya.

Selain itu, pemerintah juga menyampaikan beberapa hal yang menjadi

perhatian dalam merancang sebuah penilaian, antara lain:

1) Arah penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada

KI-3 dan KI-4,

2) Kriteria penilaiannya berdasarkan yang telah dilakukan peserta didik selama

proses pembelajaran. Sehingga bukan untuk menentukan ranking atau posisi

seseorang dalam kelompok.

3) Penilaiannya berupa penilaian yang berkelanjutan. Untuk kemudian dianalisis

kesulitan yang dialami siswa serta kompetensi-kompetensi yang belum

dimiliki siswa.

4) Hasil analisis digunakan untuk menentukan tindak lanjut yang berupa

perbaikan proses pembelajaran beikutnya serta memberikan remedi bagi

siswa yang belum tercapai ketuntasannya, serta menjadi program pengayaan

(50)

5) Sistem penilaiannya disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh

peserta didik selama proses pembelajaran.

Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang

mereka peroleh melalui pelajaran, demonstrasi tersebut jelas kurang cocok apabila

dinilai menggunakan tes tulis, sehingga perlu adanya penilaian tugas kinerja dan

rubrik. Terdapat 2 bagian penilaian kinerja, yaitu satu tugas dan satu set kriteria

penskoran yang disebut rubrik. Tugas bisa menghasilkan suatu produk, kinerja,

atau uraian jawaban dari sebuah pertanyaan yang menerapkan keterampilan

berpikir. (Majid, 2014:244)

Penilaian otentik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) harus mengukur

semua aspek pembelajaran, (2) dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar,

(3) memanfaatkan berbagai sumber dan cara, (4) menggunakan tes sebagai salah

satu alat pengumpul data, (5) tugas-tugas yang dberikan harus mencerminkan

kehidupan siswa, (6) harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian

siswa, bukan kuantitasnya. Sedangkan karakteristiknya, penilaian otentik (1) bisa

digunakan untuk formatif maupun sumatif, (2) mengukur keterampilan dan

performansi, (3) berkesinambungan dan dilaksanakan secara terintegrasi, (4)

digunakan sebagai feed back. Hal-hal yang digunakan sebagai dasar penilaian

antara lain: proyek atau penugasan dan laporannya, hasil tes tulis, portofolio,

pekerjaan rumah, kuis, karya peserta didik, presentasi atau penampilan,

demonstrasi, laporan, jurnal, karya tulis, kelompok diskusi, dan wawancara.

(Kunandar, 2014:38-41)

Penilaian otentik (Kemendikbud, 2013b: 5) merupakan penilaian yang

Gambar

Gambar 2. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar  ..............................................
Tabel 1. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum
Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir
Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti diuraikan sebelumnya massa elektron sangat kecil, dianggap nol. Oleh karena itu massa atom ditentukan oleh massa inti atom yaitu proton dan neutron. Jumlah dari

BAB 2 MODEL DAN KERANGKA KERJA PERILAKU KONSUMEN Dalam bab ini dibahas mengenai model dan kerangka kerja perilaku konsumen yang dikaitkan dengan ruang lingkup

nya, jika kita punya sebuah bilangan nya, jika kita punya sebuah bilangan komposit (yang merupakan hasil kali komposit (yang merupakan hasil kali dari sejumlah bilangan prima),

Pemegang Saham dengan Kepemilikan < 5% Shares Ownership < 5% Bulan ini This Month Total sampai dengan Bulan ini Total up to this Month Dasar (Jumlah Saham)

Penerapan augmented reality pada buku media pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan software ARToolKit untuk menampilkan produk tiga dimensi (3D) alat transportasi

Program simulasi yang digunakan dalam menganalisis titik kritis dalam penelitian ini telah divalidasi melalui pengujian langsung pada kapal serupa yaitu KMP Sangke Palangga

Pengguna semakin mudah untuk mengingat, pertama dengan adanya kartu murojaah yang berisi potongan awal kata dalam satu ayat sehingga pengguna dapat terbantu saat

Dengan tidak beroperasinya PLTM Aek Silau 2 dan PLTmH Tonduhan, aliran daya bergerak satu arah dari GI Pematang siantar menuju pusat-pusat beban pada penyulang PM.6 yaitu