• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Megawangi pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempratikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kusuma, 2012: 2).

Samini beranggapan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sunguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah,dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi yaitu usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa- apa yang diamati dan dipelajari (Samini, 2013:44).

Menurut Lickona pendidikan karakter akan meningkatkan kognitif, afektif, dan perilaku-perilaku manusia yang lebih bermoral. Jadi pendidikan karakter yaitu perilaku, perbuatan, sikap yang lahir didasari oleh nalar dan pemikran (yang tepat). Pendidikan karakter yang baik, ideal disebut sebagai pendidikan karakter luhur. Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya, pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang harus diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari ( Endraswara, 2013:3).

Jadi, pendidikan karakter adalah pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia sentuhan yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangakan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU Sistem Pendidikan Nasional) merusmuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional untuk bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Muslich, 2011: 83).

3. Langkah pembentukan karakter anak

Pada pembahasan ini penulis, akan memaparkan analisis peran keluarga dalam membentuk karakter anak dan menggambarkan bagaimana anak dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, akan tetapi Allah telah memberikan bekal, yakni pendengaran, penglihatan dan hati, karena anak dilahirkan dalam lingkungan keluarga, maka disinilah tanggung jawab keluarga untuk mendidik dan mengembangkan apa yang di miliki anak. Dalam hal ini untuk menanamkan karakter pada anak melalui 3 piranti tersebut:

a. Melalui pendengaran

Untuk menanamkan suatu karakter yang baik pada anak, maka yang harus dilakukan setiap keluarga adalah dengan melalui pendengaran pada setiap anak yakni memberi nasehat yang baik (Mauidzah Hasanah), mauidzah merupakan nasehat yang mampu menyentuh kalbu dan menumbuhkan semangat beramal. Maka dengan mauidzah akan tercipta karakter yang baik pada anak.

Jadi sebagai orang tua harus dapat memilih dan mengolah kata dalam memberikan nasehat pada anaknya. Karena setiap yang dikelurkan dari yang diucapakan orang tua pada anak maka anak dengan tanggap dan melekat pada ingatan anak tersebut.

Oleh karna itu setiap orang tua harus pintar memilah kata setiap mau bicara pada anak. Karena jika orang tua berbicara yang tidak baik maka anak dengan cepat akan menirukan apa yang diucapkan orang tuannya. Sebab itu sebagai orang tua alangkah baiknya mengucapkan perkataan-perkataan yang baik pada anak.

b. Melalui penglihatan

Orang tua adalah panutan bagi anak, materi yang baik tidak mampu diterima oleh anak, apabila para penyampai materi tersebut tidak mencerminkan apa yang disampaikan. Maka kedua orang tua harus memberikan teladan yang baik untuk anaknya.

Perlu diketahui bahwa anak kebanyakan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Teladan yang baik memiliki peran yang begitu besar terhadap perkembangan anak. Karena anak akan menirukan apa yang dilakukan oleh sekitarnya terutama kedua orang tuanya.

Suwaid dalam buku Propetich parenting cara Nabi mendidik anak yang di terjemahkan oleh Qurusy (2010:139) mengemukakan bahwa Rasululah SAW, memerintahkan kedua orang tuanya untuk menjadi teladan yang baik dalam bersikap dan bertindak, serta berperilaku jujur dalam berhubungan dengan hadist.

Anak-anak akan memperhatikan dan meneladani sikap dan perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat kedua orang tuanya berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian seterusnya (Suwaid, 2010: 140).

c. Melalui Hati

Menurut Nashori (2003,114) menerangkan bahwa Qalbu merupakan materi organik yang memiliki sistem kognisi yang berdaya emosi. Ia berada di jantung. Qalbu memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan melalui cita rasa. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat At-Taghabun ayat 11:

نِبَ لْا ٍ َبَ ََُِ َُِْ ٍَا َصَأ اََن

يِلََ ء ْ َشَ ِّ ُكِْ ُ َّللَّاََ ُوَبْلََ ِدْ َيُ ِ َّللَّ ِبَ َُِْْؤًُ ََََُْ ِ َّللَّا ِنْذ

Artinya : Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah Niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada Hatinya. Dan Allah Maha segala sesuatu.

Orang tua harus mempersiapkan dirinya secara keseluruhan baik lahir maupun batin. Harus memiliki sifat kasih sayang, khususnya kepada anak-anakya tanpa membeda-bedakan, dengan tidak pilih kasih terhadap anaknya.

Doa adalah cerminan hati yang merefleksikan cinta dan kasih sayang. Doa adalah bukti hati yang berbakti. Hati yang penuh dengan cinta akan melantunkan doa yang terucap di lidah seperti keluar-masuknya nafas. Semakin bertambah rasa cinta dan kasih sayang antara kedua orang tua dengan anak, maka semakin banyak pula doa yang diucapkan (Suwaid,2010: 246).

4. Tujuan Pendidikan Karakter

a. Mencapai tujuan penguatan dan pengembangan karakter, dengan kata lain sebagai tujuan perantara untuk mewujudkan suatu karakter.

b. Mengkoreksi perilaku yang tidak bersesuaian dengan nilai dan moral yang telah ada di sekolah dan masyarakat.

Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku individu yang negatif menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku dipahami sebgai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau penkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogis dalam pengkoreksian perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak atau individu, kemampuan dibarengi dengan keteladanan lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat (Kesuma, 2012: 3).

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu ditananmkan, ditumbuhkan dan dikembangkan kepada individu. Nilai-nilai yang dikembangkan tersebut tidak terlepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir tata nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat ( Damayanti, 2014: 42).

Dengan membiaskan berbuat sesuatu dengan tata nilai atau norma moral yang ada dan telah disepakati, maka nilai-nilai tersebut lama kelamaan akan menjadi bagian dari individu. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter secara umum adalah sebagai berikut:

a) Nilai keagamaan /Religius

Nilai yang berakar pada agama dan kepercayaan seseorang. Nilai yang paling fundamental dalam penghayatan kehidupan manusia di hadapan sang pencipta.

b) Nilai Dasar

Nilai yang terkandung dalam dasar falsafah Negara, pancasila dan UUD 1945. Sikap, perilaku, dan tindakan peserta didik dijiwai oleh nilai-nilai yang terdapat sila-sila dalam pancasila dan UUD 1954. c) Nilai Kemasyarakatan

Nilai moral, etika, dan etiket yang berlaku dalam masyarakat setempat. Bila nilai-nilai masyarakat ini telah terinternalisasi dalam diri anak, mereka akan memilih adab, budaya, dan susila yang baik sebagai anak yang berkepribadian luhur.

d) Nilai Kenegaraan

Nilai yang menyangkut kecintaan terhadap tanah air dan bangsanya. Nilai-nilai ini dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan yang mampu menggugah rasa kebangsaan dan nasionalisme pada diri seseorang, sehingga tumbuh kebanggaan, mencintai, dan menghargai tanah air dan budaya bangsanya, tanpa meremehkan budaya kepada bangsa lain.

C. Hubungan Orang Tua dengan Pembentukkan Karakter Anak.

Menurut penulis, hubungan pembentukkan karakter pada anak sangat berpengaruh. Karna seorang anak pertama kali mengenal keluarga oleh kedua orang tuanya. Dan di lingkungan keluarga anak diajarkan untuk berakhlak baik pada orang. Penanaman moral pada diri seorang anak berawal dari lingkungan keluarga. Pengaruh keluarga dalam penanaman karakter anak sangatlah besar. Dalam sebuah keluarga, anak diasuh, diajarkan berbagai macam hal, diberi pendidikan mengenai budi pekerti serta budaya. Setiap orang tua yang memiliki anak tentunya ingin anaknya tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang cerdas yang memiliki budi pekerti yang baik serta akhlak yang baik pula agar dapat menjaga nama baik keluarga. Adapun peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian seseorang antara lain :

1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka saat mereka terkena masalah di dalam atau di luar kehidupan atau lingkungan keluarga, mereka bisa mengatasinya dengan baik karena ada dukungan kasih sayang dan cinta dari kedua orangtuanya.

2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak.Hal ini dapat membantu anak menjadi lebih kreatif dan berfikir secara dewasa,logis dan bijaksana. Karena lingkungan berdampak besar terhadap siklus perkembangan anak.

3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.

4. Mewujudkan kepercayaan.Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.

5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga.Hal ini di maksudkan agar ada keterkaitan atau hubungan lebih khusus antara orangtua dan anak. Momen ini juga bisa di gunakan untuk saling tanya jawab, bercerita tentang masalah atau kejadian yang menarik bagi diri anak maupun orangtua. Seperti sesi curhat. Hal ini juga bisa lebih mendekatkan hubungan orangtua dan anak. Psikis yang di terima oleh anak pun menjadi bagus daripada tidak mengadakan perkumpulan keluarga sama sekali.

Dokumen terkait