• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK (Telaah Hadis Fitrah Manusia) Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK (Telaah Hadis Fitrah Manusia) Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KELUARGA

SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK

(Telaah Hadis Fitrah Manusia)

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : Ulfa Ulfiyati NIM: 111-13-105

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

Dr. M. Ghufron, M.ag. Dosen IAIN Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Ulfa Ulfiyati NIM : 111-13-105

Judul : PERAN KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK (TELAAH HADIST FITRAH MANUSIA)

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jalam Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364

(4)

PENGESAHAN

Judul Skripsi

PERAN KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK (TELAAH HADIST FITRAH MANUSIA)

Oleh

ULFA ULFIYATI NIM: 111-13-105

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan (S.Pd).

Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Moh Khusen, M.Ag., MA.

Sekretaris Penguji : Dr. M. Ghufron, M. Ag.

Penguji I : Dr. Lilik Sriyanti, M. Si

Penguji II : Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si.

Salatiga, 29 September 2017 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 10002 KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ulfa Ulfiyati

NIM : 111-13-105

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah. Dan naskah skripsi ini boleh dipublikasikan oleh lembaga IAIN Salaitga .

Salatiga,13 September 2017 Penulis

(6)

MOTTO

Jika kamu bersungguh-sungguh,kesungguhan itu untuk kebaikanmu

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak Imam Mulhadi dan Ibu Sumarsih yang senantiasa memberikan nasehat dan yang telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

2. Keluarga besar Trah Sunaryo yang selalu mendoakan serta memberikan dorongan semangat.

3. Keluarga besar Trah Komari dan Simbah Musini yang selalu mendoakan. 4. Mas Feri lukman Aji dan Mas Khoirul Rajab Afriyanto yang selalu

memberikan semangat dan motivasi dan serta mendoakan.

5. Mas Wahyu Najib Fikri yang sudah membantu menyelesaikan skripsi.

6. Nur Mailatus, Novita Prame Shella, Murni Ning Tyas ,Nur Khayati,Rini Siswardani, Rumi dan seluruh sahabatku yang selalu membersamai dalam setiap langkah.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PERAN KELUARGA SEBAGAI PEMBENTU KARAKTER ANAK (TELAAH HADIST FITRAH MANUSIA”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak M. Ghufron,M.Ag. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

(9)

5. Bapak H. Achmad Maimun, M.Ag. Selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapakku Imam Mulhadi dan ibu Sumarsih keluarga tercinta, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 13 September 2017 Penulis

(10)

ABSTRAK

Ulfiyati, Ulfa. 2017. Peran keluarga sebagai pembentuk karakter anak (telaah hadis Fitrah Manusia). Skripsi. Salatiga. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Kata kunci: Peran Keluarga, Membentuk Karakter Anak

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Metode Penelitian ... 5

F. Penegasan Istilah ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Peran Keluarga ... 11

(12)

C. Hubungan Orang Tua dengan Anak pembentukkan karakter Anak 30

BAB III Kritik Sanad Hadis Tentang Fitrah Manusia ... 32

A. Hadist Yang Semakna Tentang Fitrah Mansuia ... 33

B. Sanad...37

C. Isi Kandungan Hadis Fitrah Manusia...38

D. Penjelasan Hadist ... 52

BAB IV Kritik Matan Hadis Fitrah Manusia Memotret Peran Keluarga Sebagai Pembentuk Karakter Anak ... 54

A. Peran Keluarga Sebagai Pembentuk Karakter Anak Semakna Hadis Fitrah Manusia... 56

B. Arti kontektual Pembentukkan Karakter dalam Hadist Fitrah Manusia ... 62

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

RIWAYAT HIDUP PENULIS...71

(13)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar SKK

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terlahir dalam keadaan fitrah. Terlepas dia terlahir dari siapapun dan dimanapun, sosok manusia tetap terlahir dalam keadaan fitrah. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan persoalaan diluar diri manusia yang terlahir itu menjadi tanggung jawab orang yang melakukan.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali dapat di lihat dan ditiru oleh manusia. Ayah, ibu, dan anggota keluarga lainnya adalah sebagai subjek dalam pemberian pembelajaran akhlaq, akidah, agama, sosial, dan pembentukan kepribadian atau karakter. Sebagaimana di tuliskan dalam sebuah hadist:

ٍدٌُلٌَم ُّلُك: َمَّلَس ًَ ِويَلَع ُالله ََّلَص ِالله ُلٌُسر َلاَق : لاَق ُونَع ُالله َي ِضَر َةَريَرُى يِب َا نَع ًَا ِوَن َر ِّصَنُي ًَا ِوِناَدٌَِّيُي ُها ٌََبَاَف ِةَرطِفلا ََلَع ُذلٌُي )مِلسُم ًَ ٍراَخُبلا هاًر( ِوَنَس ِّجَمُي

Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikan yahudi, nasrani, atau majusi” (HR. Muslim).

(15)

Orang tua sebagai rujukan, menempati posisi rujukan moral dan informasi. Kedua hal ini harus disadari betul-betul semenjak dia menjadi ayah atau ibu dari anak-anaknya. Sebagai rujukan moral atau keteladanan orang tua dutuntut agar bertingkah laku sehari-hari menunjukkan hal-hal yang positif, baik segi bicara maupun perilaku lainnya. Sebab islam menjelaskan bahwa orang tua berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak (Ahid, 2010: 147).

Menurut Djamarah (2004: 2) , antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan, karena di mana ada keluarga disitu pula terdapat pendidikan. Dimana ada orang tua disitu anak merupakan suatu kemestian dalam keluarga. Ketika terdapat orang tua yamg mendidik anaknya, maka pada waktu yang sama ada anak yang mengahajatkan pendidikan dari orang tuanya. Dari hal tersebut muncullah istilah

“pendidikan keluarga”.

Keluarga merupakan hal yang paling utama untuk membangun karakter anak. Selain keluarga ,lingkungan dapat pula berperan besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Lingkungan yang baik akan memberikan dampak negatif bagi seorang anak. Oleh karena itu, keluarga dan lingkungan menjadi peran utama dalam membentuk kepribadian anak. Lingkungan keluarga adalah tempat awal bagi anak untuk belajar dan mengenal berbagai hal yang belum diketahuinya.

(16)

mudah sedikit banyak memengaruhi perkembangan jiwa anak. Akibatnya, fenomena di masyarakat kita saat ini terhiasi dengan kian maraknya tawuran antar pelajar perilaku remaja yang menyimpang,dan masih banyak lagi kejadian yang jauh dari nilai-nilai karakter islami. Orang tua pun banyak mengeluh atas kenakalan anak-anak mereka yang sukar dikendalikan, keras kepala, tidak mau menurut perintah orang tua,sering berkelahi,tidak mau belajar,merusak milik orang lain,merampok,menipu, dan suka berbohong serta kerendahan moral lainnya. Jika kondisi ini dibiarkan, kasus-kasus seperti ini nampaknya akan terus meluas seiring perkembangan kemajuan zaman. Dan jika hal ini terus berlanjut maka anak sebagai generasi islam tidak mempunyai dasar karakter yang kuat dalam menghadapi tantangan zaman.

(17)

rumah, kondisi keluarga yang tidak harmonis dan lain sebagainya. Dalam keluarga tidak berlangsung proses penanaman karakter pada diri anak (Sofyan , 2006: 34).

Dari pemaparan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menulis dan membahas tentang” PERAN KELUARGA SEBAGAI

PEMBENTUK KARAKTER ANAK”(Telaah Hadist Fitrah manusia).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas hadis tentang fitrah manusia?

2. Bagaimana peran keluarga dan pembentukkan karakter anak dalam fitrah manusia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana kualitas hadis tentang fitrah manusia.

2. Untuk mengetahui bagaimana peran keluarga dan pembentukkan karakter anak dalam fitrah manusia?

D. Manfaat Penelitian

(18)

1. Manfaat Teoritik

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pendidikan islam pada umumnya dan pendidikan keluarga pada khususnya, terutama mengenai peran dan tanggung jawab keluarga dalam islam.

2. Manfaat praktis

a. Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi orang tua untuk mendidik anak yang sesuai dengan ajaran islam

b. Untuk dijadikan rujukan dalam pelaksanaan pendidikan islam di zaman modern ini.

c. Menambah wawasan bagi penulis untuk mengetahui pendidikan agama islam dalam keluarga.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari penelitian , yaitu: pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data dan analisis data.

1. Pendekatan penelitian

(19)

2. Sumber Data

Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan (Arikunto, 1987:135). Sedangkan data-data tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Karakter Anak.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dihadapan dari sumber bacaan lain buku Islam dan kaidah-kaidah Dasar, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. 3. Teknik pengumpulan Data

Data penelitian dicari dengan pendekatan Library Research, yaitu penelitian perpustakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajian permasalahan.

b. Mengidentifikasi semua permasalahan yang berkaitan dengan penelitian.

(20)

4. Analisi Data

Untuk menganalisis data penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:

a. Metode Deskriptif

Metode deskriptif yaitu “perumusan filsafat tersembunyi

dideskripsikan sedemikian rupa sehingga terus menerus ada refernsi pada masalah konkret sedetail-detailnya” (Anton dan Achmadi, 1994: 112). Peneliti melakukan analis data dengan metode deskripsi, yaitu menggambarkan peran keluarga terhadap pembentukkan karakter anak. b. Metode Analisis

Metode Anlisa yaitu penanganan terhadap suatu obyek-obyek penelitian ilmiah dengan memilah-milah pengertian yang satu dengan pengertian yang lain (Sumargono, 1980: 31). Dalam proses analisa ini penulis menggunakan dua cara yang saling bergantian, yaitu:

1) Proses Analisa Deduksi, yaitu analisa dari pengertian yang umum kemudian dibuat eksplitasi dan penerapan lebih khusus. Yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dalam permasalahan umum kemudian mengerucut pada proses pengambilan permasalahan-permasalahan yang bersifat khusus.

(21)

suatu ucapan umum. Yaitu dengan cara analisa dari data yang bersifat khusus kemudian yang bersifat umum.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam mengartikan, maka penulis akan mencoba memberikan sebuah penegasan istilah dalam penelitian ini akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut:

1. Definisi pendidikan keluarga

Kata pendidikan menurut etimonologi bersal dari kata dasar “didik”

dengan awalan “pe” dan akhiran “kan”, maka mengandung arti “

perbuatan” (Poerwadarminta, 1985: 72).

Istilah pendidikan dan keluarga adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dimana ada keluarga maka disanalah ada pendidikan. Kelurga secara etimonologi adalah suatu kesatuan unit dimana anggota-anggotanya mengabadikan diri dengan kepentingan dan tujuan tersebut (Sadulloh, 2006: 182).

(22)

Keluarga adalah salah satu pusat dari tri pusat pendidikan bagi anak, keluarga merupakan lingkungan pertama tumbuh dan berkembang anak, terutama pada awal kehidupannya, dan keluarga merupakan pusat pendidikan paling penting dan besar pengaruhnya pada anak.

2. Definisi Pendidikan Karakter

Secara etimologis, kata karakter(Inggris: charakter) berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berati “to engrave” (Ryan and Bohlin, 1995: 5). Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily,

1987:214). Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan

dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 62).

Jadi dalam penelitian ini pendidikan karakter anak merupakan sifat yang tertanam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan (Dayanto& darmiatun, 2013: 69).

(23)

pendidikan watak, yang bertujuan mengembangakan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, Ibnu Syihab: "Setiap anak yang wafat wajib dishalatkan sekalipun anak hasil zina karena dia dilahirkan dalam keadaan fithrah Islam, jika kedua orangnya mengaku beragama Islam atau hanya bapaknya yang mengaku beragama Islam meskipun ibunya tidak beragama Islam selama anak itu ketika dilahirkan mengeluarkan suara (menangis) dan tidak dishalatkan bila ketika dilahirkan anak itu tidak sempat mengeluarkan suara (menangis) karena dianggap keguguran sebelum sempurna, berdasarkan perkataan Abu

Hurairah radliallahu 'anhu yang menceritakan bahwa Nabi

(24)

G. Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis, di dalam penulisan skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut:

BAB I: Dalam bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II: Kajian pustaka; dalam bab ini memuat tiga subab yang meliputi: keluarga yang meliputi (pengertian keluarga, fungsi keluarga), karakter yang meliputi (pengertian karakter, nilai karakter, tujuan karakter), Hubungan orang tua dengan pembentukan karakter. BAB III : Kritik Sanad Hadis Tentang Fitrah Manusia

BAB IV : Kritik Matan Hadis Fitrah Manusia Memotret Peran Keluarga Sebagai Pembentuk Karakter Anak

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Peran Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Di dalam hidup bersama pasangan suami-istri secara sah karena perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekat dan cit-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin.

Keluarga adalah merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama mendapatkan pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia itu ada. Ayah dan Ibu di dalam keluarga sebagai pendidikanya, dan anak sebagai siterdidiknya. Keluarga merupakan pendidikan informal. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan bagi anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik.

(26)

atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasri oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (BKKBN, 2012: 45).

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut: Ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagi anggota dari kelompok sosialnya sebagai anggotanya masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-ananya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peran sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

(27)

Dalam pengertian sempit keluarga mencakup kedua orang tua, saudara, kerabat, dan sanak keluarga. Dalam pengertian luas keluarga mencakup mencakup tetangga, teman dan masyarakat secara keseluruhan. Tidak diragukan lagi bahwa institut keluarga ini mempunyai pengaruh efektif bagi orang-orang yang hidup di dalamnya (Mahmud, 2004: 26).

Menurut Qurais shihab dalam (Ahid, 2010:75) Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Al-Qur‟an menanamkan satu komunitas sebagai umat dan menamakan ibu yang melahirkan anak keturunan sebagai umat. Kedua kata tersebut terambil dari kata yang sama. Kehidupan rumah tangga merupakan tiang umat, tiang negara dan bangsa.

Keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar. Dari sana mereka mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat dan kasih sayang, ghirah dan sebagainya. Dari kehidupan keluarga, seorang ayah dan suami memperoleh dan memupuk sifat keberanian dan keuletan sikap dan upaya dalam rangka membela sanak keluarganya dan membahagiakan mereka pada saat hidupnya dan setelah kematiannya.

(28)

Keluarga menurut Al-Ghazali mengatakan:

“anak adalah suatu amanat Tuhan kepada kedua orang tuanya,

hatinya suci bagaikan juhar yang indah sederhana dan bersih dari segala goresan dan bentuk. Ia masih menerima segala apa yang digoreskan kepadanya dan cenderung kepada setiap hal yang

ditunjukan kepadanya.”

Dari perkataan di atas, dapat dinyatakan bahwa tanggung jawab keluarga yakni kedua orang orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi dua macam alasan, yaitu:

1. Anak lahir dalam keadaan suci, bersih dan sederhana.

Hal ini menunjukkan bahwa anak lahir dalam keadaan tidak berdaya dan belum dapat berbuat apa-apa, sehingga masih sangat menggantungkan diri pada orang lain yang lebih dewasa. Orang tua (ayah bunda) adalah tempat menggantungkan diri dan tempat berlindung anak secara wajar berdasarkan atas adanya hubungan antara anak dan kedua orang tuanya.

2. Kelahiran anak di dunia ini, adalah merupakan akibat langsung dari perbuatan kedua orang tuanya. Oleh karena itu kedua orang tua sebagai oarang yang telah dewasa harus menanggung segala resiko yang timbul sebagai akibat perbuatan (aktivitas, usaha)nya, yaitu bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya sebagai amanat Tuhan yang wajib dilaksanakan.

Demikian itu, Ghazali mengambil dasar hukumnya dari

Al-Qur‟an :”Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

(29)

Setiap pendidikan memiliki tujuan tak terkecuali pendidikan islam. Menurut Muhammad Munir seperti yang dikutip Mujtahid (2011 : 54) .pendidikan islam adalah tercapainya manusia seutuhnya, tercapainya kebahagiaan dunia akhirat, menumbuhkan kesadaran manusia, mengabdi dan patuh terhadap perintah dan menjauhi laranganya.

Pendidikan ini bisa terjadi di manapun dan kapanpun. Termasuk dalam lingkup keluarga. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan. Menurut W.H.Clark (dalam Jalaludin, 2012: 294) perkembangan agama berjalin dengan unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit untuk diidentifikasi secara jelas, karena masalah yang menyangkut kejiwaan manusia demikian rumit dan kompleksnya. Namun demikian melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sangat sederhana tersebut agama terjalin dan terlibat di dalamnya. Melalui jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pulalah agama itu berkembang. Dalam kaitan itu pulalah terlihat peran pendidikan keluarga dalam menanamkan jiwa keagamaan pada anak. Maka tak mengherankan jika Rasul menekankan tanggung jawab itu kepada kedua orang tua. Berikut ini pemikiran Zakiah Darajat tentang pendidikan keluarga dalam perspektif Islam.

(30)

Antara lain yang menjadi sebab sehingga agama islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan keluarga, perhatian yang sepadan dengan perhatiannya terhadap kehidupan individu serta kehidupan umat manusia secara keseluruhan.

Dalam islam penyampaian rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan doa kepada Allah. Selanjutnya memanjat doa dan harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang saleh ( Daradjat,1995j: 64).

Agama bukan ibadah saja. Agama mengatur seluruh segi kehidupan. Semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, disamping latihan dan pembiasaan tentang agama, perlu dilaksanakan sejak anak kecil, sesuai pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan pembinaan keagamaan waktu kecilnya, ia akan besar dengan sikap tidak acuh atau anti agama. Dalam memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak, hendaklah didahulukan sifat-sifat allah yang mendekatkan hatinya kepada Allah.

(31)

keluarga yang memungkinkanya berjalan di jalan keutamaan sekaligus bisa berperilaku di jalan kejelakan sebagai akibat dari pendidikan keluarga yang salah. Kedua orang tuanyalah yang memiliki peran besar untuk mendidiknya agar tetap dalam jalan yang sehat dan benar.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Baik tidaknya suatu masyarakat ditentukan oleh baik tidaknya keadaan keluarga umumnya pada masyarakat tersebut. Oleh karena itu apabila kita menghendaki terwujudnya suatu masyarakat yang baik, tertib dan diridlai Allah, Mulailah dari keluarga.

Dalam Q.S. At Tahrim ayat 6; Allah berfirman:

اَ ْيهَلََ ُةَراَجِحْماََ ُساَّنما اَىٍُوَََُ اًر َن ْ ُكَُِلْىَأََ ْ ُكُ َسُفْنَأ اوَُ اوُنََٓأ ٍَُِ َّلَّا اَ هيَُأ َيَ

لْ ٍاَد ِص ظلَِغ ٍ َكِئلَََ

َنَ ُرََْؤًُ اََ َنوُلََْفًَََ ْ ُهُ َرَََأ اََ َ َّللَّا َنو ًَََُْ

Artinya: “Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka”

Supaya keluarga terbebas dari siksa api neraka, maka kita harus mendidik dan membinanya sesuai ajaran agama islam. Hanya dengan demikianlah keluarga akan tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan diridlai Allah.

(32)

merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang isteri, atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang bersifat terus menerus di mana yang satu merasa tenteram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua suami isteri itu dikarunia seorang anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut disamping dua menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut disamping unsur sebelumnya (Hasan Langgulung, 2004: 290).

Menurut penulis, keluarga sangatlah penting bagi anak karna orang tualah pertama yang mengenalkan anak pada keluarga. Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak dan juga tempat pertama belajar. Orang tualah yang mengenalkan pada anak untuk mengenal lingkungan keluarga. 2. Fungsi Keluarga

(33)

Bagi setiap orang jawa, keluarga yang terdiri dari orang tua dan biasanya suami atau istri merupakan orang-orang terpenting di dunia ini. Mereka itulah yang memberikan kepadanya kesejahteraan emosional serta titik keseimbangan dalam orientasi sosial. Mereka memberi bimbinagan moral, membantunya dari masa kanak-kanak menempuh usia tua dengan mempelajari nilai-nilai budaya jawa. Proses sosialisasi adalah suatu proses kesinambungan di sepanjang hidup diri pribadi (1983: 7).

Menurut Munandar (1985), pengertian keluarga dapat dilihat dalam arti kata yang sempit, sebagai keluarga inti yang merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan dan terdiri dari seorang suami (ayah) istri (ibu) dan anak-anak mereka. Sedangakan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga RT, keluarga komplek atau keluarga indonesia.

Keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggi yang bersifat informal dan kodrat. Pada keluarga inilah anak mendapat asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya.

(34)

Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi anak. Berawal dari keluarga segala sesuatu berkembang. Kemampuan untuk bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat, sehingga perilaku yang menyimpang. Selain sebagai tempat berlindung, keluarga juga memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai

dan norma-norma aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada (sosialisasi).

2. Mengusahakan terselenggarannya kebutuhan ekonomi rumah tangga

(ekonomi), sehingga keluarga sering disebut unit produksi.

3. Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo). 4. Meneruskan keturunan (reproduksi).

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut:

1. Fungsi Biologis

a)Untuk meneruskan keturunan b)Memelihara dan membesarkan anak c)Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d)Memeliharadan merawat anggota keluarga 2. Fungsi Psikologis

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

(35)

3. Fungsi Sosialisasi

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat perkembangan anak

c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga 4. Fungsi Ekonomi

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

c) Menabung untuk memenuhi kebituhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua.

5. Fungsi Pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai bakat dan minat yang dimilikinya

b) Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perananya sebagai orang dewasa c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

(36)

maka ia akan tumbuh menjadi pribadi cemerlang yang memiliki budi pekerti luhur. Keluarga sebagai tempat bernaung, merupakan wadah penempaan karakter individu.

Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena terjadi perubahan sosial, polotik,dan budaya. Keadaan ini memiliki andil yang besar terhadap terbebasnya anak dari kekuasaan orang tua. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan. Tidak seperti fungsi keluarga pada masa lalu yang merupakan kesatuan produktif sekaligus konsumtif. Ketika kebijakan ekonomi pada zaman modern sekarang ini mendasrkan pada aturan pembagian kerja yang terspesialisasi secara lebuh keta, maka sebagian tanggung jawab keluarga beralih kepada orang-orang yang menggeluti profesi tertentu.

(37)

B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Megawangi pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempratikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kusuma, 2012: 2).

Samini beranggapan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sunguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah,dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi yaitu usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari (Samini, 2013:44).

(38)

Jadi, pendidikan karakter adalah pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia sentuhan yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangakan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU Sistem Pendidikan Nasional) merusmuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

(39)

3. Langkah pembentukan karakter anak

Pada pembahasan ini penulis, akan memaparkan analisis peran keluarga dalam membentuk karakter anak dan menggambarkan bagaimana anak dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, akan tetapi Allah telah memberikan bekal, yakni pendengaran, penglihatan dan hati, karena anak dilahirkan dalam lingkungan keluarga, maka disinilah tanggung jawab keluarga untuk mendidik dan mengembangkan apa yang di miliki anak. Dalam hal ini untuk menanamkan karakter pada anak melalui 3 piranti tersebut:

a. Melalui pendengaran

Untuk menanamkan suatu karakter yang baik pada anak, maka yang harus dilakukan setiap keluarga adalah dengan melalui pendengaran pada setiap anak yakni memberi nasehat yang baik (Mauidzah Hasanah), mauidzah merupakan nasehat yang mampu menyentuh kalbu dan menumbuhkan semangat beramal. Maka dengan mauidzah akan tercipta karakter yang baik pada anak.

(40)

Oleh karna itu setiap orang tua harus pintar memilah kata setiap mau bicara pada anak. Karena jika orang tua berbicara yang tidak baik maka anak dengan cepat akan menirukan apa yang diucapkan orang tuannya. Sebab itu sebagai orang tua alangkah baiknya mengucapkan perkataan-perkataan yang baik pada anak.

b. Melalui penglihatan

Orang tua adalah panutan bagi anak, materi yang baik tidak mampu diterima oleh anak, apabila para penyampai materi tersebut tidak mencerminkan apa yang disampaikan. Maka kedua orang tua harus memberikan teladan yang baik untuk anaknya.

Perlu diketahui bahwa anak kebanyakan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Teladan yang baik memiliki peran yang begitu besar terhadap perkembangan anak. Karena anak akan menirukan apa yang dilakukan oleh sekitarnya terutama kedua orang tuanya.

Suwaid dalam buku Propetich parenting cara Nabi mendidik anak yang di terjemahkan oleh Qurusy (2010:139) mengemukakan bahwa Rasululah SAW, memerintahkan kedua orang tuanya untuk menjadi teladan yang baik dalam bersikap dan bertindak, serta berperilaku jujur dalam berhubungan dengan hadist.

(41)

c. Melalui Hati

Menurut Nashori (2003,114) menerangkan bahwa Qalbu merupakan materi organik yang memiliki sistem kognisi yang berdaya emosi. Ia berada di jantung. Qalbu memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan melalui cita rasa. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat At-Taghabun ayat 11:

ن

ِبَ لْ

ا ٍ َبَ ََُِ َُِْ ٍَا َصَأ اََ

ن

يِلََ ء ْ َشَ ِّ ُكِْ ُ َّللَّاََ ُوَبْلََ ِدْ َيُ ِ َّللَّ ِبَ َُِْْؤًُ ََََُْ ِ َّللَّا ِنْذ

Artinya : Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah Niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada Hatinya. Dan Allah Maha segala sesuatu.

Orang tua harus mempersiapkan dirinya secara keseluruhan baik lahir maupun batin. Harus memiliki sifat kasih sayang, khususnya kepada anak-anakya tanpa membeda-bedakan, dengan tidak pilih kasih terhadap anaknya.

Doa adalah cerminan hati yang merefleksikan cinta dan kasih sayang. Doa adalah bukti hati yang berbakti. Hati yang penuh dengan cinta akan melantunkan doa yang terucap di lidah seperti keluar-masuknya nafas. Semakin bertambah rasa cinta dan kasih sayang antara kedua orang tua dengan anak, maka semakin banyak pula doa yang diucapkan (Suwaid,2010: 246).

4. Tujuan Pendidikan Karakter

(42)

a. Mencapai tujuan penguatan dan pengembangan karakter, dengan kata lain sebagai tujuan perantara untuk mewujudkan suatu karakter.

b. Mengkoreksi perilaku yang tidak bersesuaian dengan nilai dan moral yang telah ada di sekolah dan masyarakat.

Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku individu yang negatif menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku dipahami sebgai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau penkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogis dalam pengkoreksian perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak atau individu, kemampuan dibarengi dengan keteladanan lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat (Kesuma, 2012: 3).

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu ditananmkan, ditumbuhkan dan dikembangkan kepada individu. Nilai-nilai yang dikembangkan tersebut tidak terlepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir tata nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat ( Damayanti, 2014: 42).

(43)

a) Nilai keagamaan /Religius

Nilai yang berakar pada agama dan kepercayaan seseorang. Nilai yang paling fundamental dalam penghayatan kehidupan manusia di hadapan sang pencipta.

b) Nilai Dasar

Nilai yang terkandung dalam dasar falsafah Negara, pancasila dan UUD 1945. Sikap, perilaku, dan tindakan peserta didik dijiwai oleh nilai-nilai yang terdapat sila-sila dalam pancasila dan UUD 1954. c) Nilai Kemasyarakatan

Nilai moral, etika, dan etiket yang berlaku dalam masyarakat setempat. Bila nilai-nilai masyarakat ini telah terinternalisasi dalam diri anak, mereka akan memilih adab, budaya, dan susila yang baik sebagai anak yang berkepribadian luhur.

d) Nilai Kenegaraan

(44)

C. Hubungan Orang Tua dengan Pembentukkan Karakter Anak.

Menurut penulis, hubungan pembentukkan karakter pada anak sangat berpengaruh. Karna seorang anak pertama kali mengenal keluarga oleh kedua orang tuanya. Dan di lingkungan keluarga anak diajarkan untuk berakhlak baik pada orang. Penanaman moral pada diri seorang anak berawal dari lingkungan keluarga. Pengaruh keluarga dalam penanaman karakter anak sangatlah besar. Dalam sebuah keluarga, anak diasuh, diajarkan berbagai macam hal, diberi pendidikan mengenai budi pekerti serta budaya. Setiap orang tua yang memiliki anak tentunya ingin anaknya tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang cerdas yang memiliki budi pekerti yang baik serta akhlak yang baik pula agar dapat menjaga nama baik keluarga. Adapun peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian seseorang antara lain :

1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka saat mereka terkena masalah di dalam atau di luar kehidupan atau lingkungan keluarga, mereka bisa mengatasinya dengan baik karena ada dukungan kasih sayang dan cinta dari kedua orangtuanya.

(45)

3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.

4. Mewujudkan kepercayaan.Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.

(46)

BAB III

KRITIK SANAD HADIS TENTANG FITRAH MANUSIA

Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki setiap anak yang hidup didunia ini. Anak adalah amanat Allah SWT kepada kita, masing-masing menjadi anak yang baik, dan maka dari itu dibutuhkan optimalisasi tanggung jawab dan peran dari orang tua. Meskipun pada dasarnya seorang anak lahir di atas fitrah, akan tetapi ini tidak berarti kita membiarkannya tanpa pengarahan dan bimbingan yang terarah, karena sesuatu yang baik tidak dijaga dan dirawat, ia akan menjadi tidak baik akibat pengaruh faktor-faktor eskternal. Pendidikan dan pengarahan yang baik terhadap anak sebenarnya sudah dimulai sejak anak tersebut lahir bahkan sebelum anak tersebut ada di dalam kandungan.

(47)

berkembang, sehingga ia akan menjadi manusia yang bermanfaat sesuai ungkapan Rasulullah SAW, sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberi manfaat untuk manusia lainnya.

A. Hadist Yang Semakna Tentang Fitrah Manusia

ََََّ ُلِوًُ ٍوُموََ ه ُُ: ََّلَّ َس ََ ِوََلََ ُالله ََّّ َص ِالله َُو ُسر ََاََ : َاََ ُونَع ُالله َ ِضِ َر َةَرٍَرُى ِبِ َا َُع

bersabda setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikan yahudi, nasrani, atau majusi” (H.R. Muslim kitab bukhari muslim)

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, seorang yang dilahirkan bagaikan selembar kertas putih yang belum ada setitikpun goresan tinta. Kedua orang tuanyalah merupakan pendidik pada salah satu pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, dan keluargalah orang pertama yang akan memberikan tinta di atas kertas tersebut.

(48)

Perlu diketahui oleh para orang tua atau bapak dan ibu adalah tentang hakekat anak itu sendiri. Banyak orang yang memandang anak sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil, akhirnya mereka seringkali menyikapi tentang permasalahan orang dewasa atau sikap seperti orang dewasa. Maka dari itu para orang tua harus memberikan contoh atau perilaku yang baik kepada anak-anaknya karena apa yang anak lihat perilaku orang tuanya maka mereka akan meniru. Para orang tua harus memberikan perilaku yang baik agar anak memiliki perilaku yang baik dan akhlak yang baik pula.

Setelah dilakukan takhrij hadis, berikut adalah beberapa hadis yang serupa : mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, Ibnu Syihab: "Setiap anak yang wafat wajib dishalatkan sekalipun anak hasil zina karena dia dilahirkan dalam keadaan fithrah Islam, jika kedua orangnya mengaku beragama Islam atau hanya bapaknya yang mengaku beragama Islam meskipun ibunya tidak beragama Islam selama anak itu ketika dilahirkan mengeluarkan suara (menangis) dan tidak dishalatkan bila ketika dilahirkan anak itu tidak sempat mengeluarkan suara (menangis) karena dianggap keguguran sebelum sempurna, berdasarkan perkataan Abu Hurairah

(49)

Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?". Kemudian Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, (mengutip firman Allah QS Ar-Ruum: 30 yang artinya: ('Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu"). (H.R.Bukhari no. 1270 )

Hadist di atas menyatakan bahwa pada hakikatnya setiap anak yang lahir telah membawa potensi tauhid, berupa kecenderungan untuk mengabdi kepada penciptanya. Orang tersebut memang belum beragama, tetapi telah memiliki potensi atau fitrah untuk berkembang menjadi manusia beragama. Bayi belum memiliki kesadaran beragama, tetapi telah memiliki proses kejiwaan dan dasar-dasar kehidupan bertuhan. Kemudian isi, warna dan corak perkembangan kesadaran beragama anak sangat dipengaruhi oleh keimanan, sikap, dan tingkah laku keagamaan orang tua dan lingkungannya. Oleh karena itu tujuan diberikan pendidikan ini adalah untuk membantu anak mewujudkan potensi dirinya sebagai manusia, agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2. Musnad Ahmad bin Hanbal no. 7380

ُمْما ُِْْ ِدََِ َس َُْع ِّىِرْىهزما َُِع رَمَََْ َُْع ََََّْلا ُدْبَع اَنَثَّدَح ِبَِأ ِنَِثَّدَح ِ َّللَّا ُدْبَع اَنَثَّدَح

dari Abu Az Zinad dari Al A‟raj dari Abu Hurairah ia berkata, “ Rasuluallah shallaallahu allaihi wassalam bersabda: “ Setiap bayi

(50)

aib?” Para sahabat bertanya. “Wahai Rasuluallah bagaimana

dengan orang yang meninggal saat masih kecil?” Beliau menjawab: “Allah lebih tau yang mereka lakukan.”

3. Hadis Tirmidzi no. 2287

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya

AL Qutha‟i Al Bashri; telah menceritakan kepada kami „Abdul‟Aziz bin Rabi‟ah Al Bunani; telah menceritakan kepada kami Al A‟masy

dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasuluallah

Shallaallahu‟Alaihi Wassalam bersabda: “ Setiap anak dilahirkan

diatas al millah (agama fitrahnya, islam), namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani, atau

menjadikannya seorang yang musyrik.” Kemudian ditanyakanlah pada beliau. “Wahai Rasuluallah, lalu bagaimanakah dengan yang binasa sebelum itu?” beliau menjawab: “Allah lah yang lebih tahu terhadap apa yang mereka kerjakan.”

shalaallahu‟alaihi wassalam bersabda.” Setiap anak itu dilahirkan

dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuannyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani. Seperti unta yang dilahirkan dari binatang ternak yang sempurna jasadnya, apakah ditemukan

adanya cacat?” Mereka bertanya: “Wahai

Rasuluallah!Bagaimana tentang orang yang meninggal saat dia masih kecil?” Beliau menjawab: “Allah lebih tahu dengan apa yang mereka kerjakan.”

(51)

1. Tabi‟ dan Syahid

Imam Malik, serta hadis riwayat Tirmidzi.

(52)

dari ةرطفلا. Walaupun menggunakan redaksi lafadz yang berbeda, namun maknanya sama dan menguatkan. Sedang untuk syahid lafdzinya tidak ditemukan.

2. Biografi Perawi Hadis

1) Abu Hurairah (19 SH-59 H)

Nama lengkap Abu Hurairah adalah „Abd al-Rahman ibn Shakhr

al-Dausi al-Yaman. Pada masa sebelum Islam, dinamai Rasul SAW. Dengan kuniyah-nya, yaitu Abu Hurairah. Gelar‟ Abu Hurairah‟ tersebut berawal dari pengalamannya sebagaimana yang dikisahkannya langsung, yaitu anak kucing tersebut dibawanya dengan cara memasukkannya ke dalam lengan bajunya. Oleh karena itu digelari dengan Abu Hurairah,

yang artinya “ayah kucing”, dan ketika dia mengembala kambing

keluarganya, dia sering bermain-main dengan anak kucingnya tersebut (Sohari Sahrani, 2010: 214).

(53)

mengendalikan hawa nafsu dan memperbanyak ketaatan kepada Allah

SWT. Predikat „abid. (Sohari Sahrani, 2010: 214).

Juga dialamatkan kepada dirinya karena dia banyak berpuasa di siang hari dan menegakkan salat, terutama di malam hari.

Abu Hurairah senantiasa bersama Rasul SAW. Selama empat tahun, yaitu semenjak kedatangannya di Khaibar hingga wafat Rasulullah saw, hanya tiga tahun, karena selama setahun, dia dikirim ke Bahrain

bersama „Ala‟al-Hadrami. Jadi, dengan dikurangi setahun selama dia

berada di Bahrain, maka masa dia bersama Rasul SAW, adalah selama lima tahun.

Meskipun Abu Hurairah hidup berdampingan dengan Rasul SAW. Hanya selama tiga tahun, masa yang singkat tersebut ternyata telah dapat dipergunakkannya untuk menyerap dan menimba ilmu pengetahuan dari Rasul SAW. Sehingga dia dapat meriwayatkan hadis lebih banyak dari sahabat lainnya. Menurut Ibn al-Jauzi, ada jumlah 5374 hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang terdapat dia dalam Musnad Ibn Hanbal. Menurut Ahmad Syaikr, jumlah hadis yang diriwayatkan oleh

(54)

Hadis-hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah ada yang berasal langsung dari Nabi SAW. Dan ada pula yang berasal dari Abu Bakar,

Umar ibn khatab, Utsman ibn Affan, Ubai ibn Ka‟ab, Usman ibn

Zaid,A‟isyah, Ka‟ab al-Ahbar, dan lain-lain. Dari Abu Hurairah terdapat

sejumlah sahabat yang meriwayatkan hadisnya, seperti „Abd Allah ibn

„Abbas,„Abd Allah ibn „Umar, Jabir ibn „Abd Allah , Anas ibn Malik, dan

lain-lain (Sohari Sahrani, 2010: 215).

Guru-guru Abu Hurairah: Umar bin Khatab, Ibn Abbas, Ali bin Abi Tholib, Hasan bin Tsabit Almundzir, Hamil bin Basroh bin Waqosh.

Murid-murid Abu Hurairah: Ibrahim bin Ismail, Ibrahim bin Ibrahim, Ibrahim bin Abdullah, Ubad bin Anas, Abdul bin harmuz

2) Ibnu Syihab

Nama lengakap beliau adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdillah bin Syihab bin Abdullah bin Al-Harits bin Zuhrah bin Kilah seorang imamu I-ilmi, hafiz pada zamannya Abu Bakar Al Qurasi Az-Zuhri Al-Madani. (http://id.m.wikipedia.org)

Ibnu Syhab Az-Zuhri tinggal di Ailah sebuah desa antara Hijaz dan Syam, reputasinya menyebar sehingga ia menjadi tempat berpaling bagi para ulama Hijaz dan Syam. Selama delapan tahun Ibnu Syihab Az-Zuhri

tinggal bersama Sa‟id bin Al-Musayyab di sebuah desa bernama Sya‟bad

(55)

Az-Zuhri meriwayatkan hadist bersumber dari Abdullah bin Umar,

Abdullah bin Ja‟far, Shal bin Sa‟ad, Urwah bin Az-Zubair, Atha‟ bin

Rabah. Ia juga mempunyai riwayat-riwayat yang mursal dari Ubadah bin As-Shamit, Abu Hurairah, Rafi‟ bin Khudaij, dan beberapa lainnya.

Imam Bukhari berpendapat bahwa sanad Az-Zuhri yang paling shahih adalah Az-Zuhri, dari Salim, ayahnya. Sedangkan Abu Bakar bin Abi Syaibah menyatakan bahwa Zuhri, dari Ali bin Husain, dari bapaknya dari kakeknya (Ali bin Abi Thalib). (http://id.m.wikipedia.org)

Ada perbedaan pendapat tentang kapan beliau dilahirkan. Dahim dan Ahmad bin Shahih berpendapat bahwa Az-Zuhri dilahirkan pada tahun 50 H. Khalifah bin Khiyath mengatakan, beliau dilahirkan tahun 51 H, ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun 56 dan 58 H.

Guru-guru dan murid Ibnu Syihab

Az-Zuhri banyak belajar dari para sahabat. Beliau juga meriwayatkan Hadits dari Anas bin Malik, Said bin Al Musayyib,

Alqamah bin Waqasah, Katsir bin „Abas, „Ali bin Al Husain, Urwah bin

Az-Zubair, Abu Idris Al-Kaulani, Abdul Malik bin Marwan, Salim bin Abdullah, Salamah bin Abdurrahman, dan Abu Hurairah yang lainnya ( Aqsalani, 2009: 445).

(56)

Anshari, dan Atha bin Abi Rabah, meskipun dia lebih tua dari Az-Zuhri dan meninggal dunia dua puluh tahun lebih dulu sebelum beliau meninggal (Kitab Tahdzibul Kamal no. 6940)

Guru-guru Ibnu Syihab: Abdullah bin Umar, Abdullah bin Ja‟far,

Shal bin Sa‟ad, Urwah bin Az-Zubair, Atha‟ bin Rabah, Ubadah bin

As-Shamit, Abu Hurairah, Rafi‟ bin Khudaij, Anas bin Malik, Said bin Al Musayyib, Alqamah bin Waqasah, Katsir bin „Abas, „Ali bin Al Husain, Urwah bin Az-Zubair, Abu Idris Al-Kaulani, Abdul Malik bin Marwan, Salim bin Abdullah, Salamah bin Abdurrahman

Murid-murid Ibnu Syihab: Imam Malik, Al-Layts, Ibnu Abi

Dza‟ab, Sufyan bin Uyaynah, Sufyan Ats-Tsauri, Zaid bin Aslam, Yahya

bin Sa‟id Al-Anshari, Atha bin Abi Rabah

3) Syuaib

Nama lengakapnya adalah Syu‟ayb bin Abi Hamzah Dinar al

-Amawiy Mawlahum Abu Bisyr al-Himsiy (w.162 H.).

Ibn Ma‟in, al-Ijliy, Ya‟qub bin syaybah, Abu Hatim dan al

-Nasa‟iy, menilai syu‟ayb bersifat siqat. Lebih lanjut Ibn Ma‟in

menjelaskan bahwa dia termasuk orang yang asbat pada al-Zuhriy dan menjadi seketarisnya. Ahmad menilai bahwa, Syu‟ayb itu sahabat, salih al -hadis, dia penulis dengan penuh kecermatan (dhabit). Abu al-Yaman

menilai, Syu‟ayb itu sangat ketat dalam hadis. Dan Abu Dawud juga

(57)

itu tak seorangpun dari ahli kritik hadis yang mencela pribadi syu‟ayb. Dan pujian yang diberikan kepadanya adalah berperingkat tinggi. Dengan melihat hubungan pribadinya dengan al-Zuhriy yang begitu akrab dengan

menggunakan lambang periawayatan “akhbarana‟‟, maka diyakini bahwa

syu‟ayb benar- benar telah menerima hadis dari gurunya, yakni al-Zuhriy.

yang berarti pula bahwa sanad diantara keduanya adalah bersambung. (Tahdzibul kamal no 3074)

Guru-guru Syu‟ayb: Ishak bin Abdullah bin Abu Farwah, Abu Zinad Abdullah bin Dzakwan, Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Husain, Abdullah bin Umar Al-Quraish, Muhammad bin Muslim Sihab az-zuhri, Muhammad bin Mundzakir, Muhammad bin Walid bin Zubaidi, Hisyam bin Urwah, Yazid bin Yayid Ibnu Jabir

Murid-murid Syu‟ayb: Abu Ishak Ibrahim bin Muhammad al-Fazari, Bisri bin Syuaib bin Abu Hamzah, Abu al Yaman al Hakim bin

Nafi‟ bahraniy, Abu Haywah Syurayn bin Yazid al Hadaramy, Abu

Qatadah Abdullah bin wakid, Mubassir bin Ismail al Halbiy, Muhammad bin hinnar, Muhammad bin Sulaiman bin abu daud al Haraniy

4) Abu al-Yaman

(58)

al-Para pratikus hadis memberi penilaian hadis memberi penilaian terhadap diri Abu al-Yaman dengan pernyataan sebagai berikut:

1) Ahmad ibn Hambal bertanya : Bagaimana caranya kamu mendengar (menerima) hadis dari Syu;aib ? Abu al-Yaman menjawab : sebagian dengan cara al-Qira‟ah. Yang dimaksud dengan cara qira‟ah ialah periwayat mengahadapkan riwayat hadis kepada guru hadis dengan cara periwayat itu sendiri yang membacanya atau orang lain yang membacakannya, dan ia mendengarkan. Cara ini bisa di sebut “al-„ard” (penyodoran).

2) Abu Hatim dan Muhammad bin „Abd Allah bin „Ammar al-Musiliy mengatakan bahwa Abu al-Yaman adalah orang yang siqat.

Berdasarkan pertanyaan para ahli kritikus hadis tersebut, maka dapat disimpilkan bahwa, Abu al-Yaman adalah periwayat hadis yang memiliki kualitas pribadi yang baik,lebih-lebih lambang periwayatan yang

digunakan adalah lafal “akhbarana”, yang di mungkingkan ia menerima hadis tersebut dengan cara al-sama‟, al-qira‟ah atau dengan cara al-ijazah. Makasud dari pada al-ijazah ialah, seorang guru hadis memberikan izin kepada seseorang untuk meriwayatkan hadis yang padanya, baik melalui

lisan maupun tulisan. Dan mayoritas „Ulama membolehkan cara al-Ijazah

ini bahkan menilainnya cukup terpercaya untuk periwayatn hadis.

(59)

keduannya adalah bersambung dan dapat dipercaya. (Kitab Tahzdibul Kamal no1613)

Guru-guru Abu al-Yaman: Urtoh bin Munzdir, Ismail bin Ayyas, Haris bin Usman, Syuaib bin abi Hamzah, Sofwan bin amr sofwan, Al-atof bin Kholid al Mahzumi, Mubassir bin Ubaid al-quraish

Murid-murid Abu al-Yaman: Al-Bukhari, Ibrahim al hani‟ al -naisaburiy, Syu‟aib bin Ishaq al-damasqiy, Abdullah bin abdurrahman al-darami, Abu Zur‟ah bin Abdurrahman, Ubaidillah bin Fadilah annasya‟i, Usman bin Said al-darami

5) Imam al-Bukhari

Adalah ahli Hadis (periwayat) yang sangat terpercaya dalam ilmu hadist. Hadist-hadits beliau memiliki derajat dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadannya. Ia lahir di Bukhara pada bulan Syawal tahun 194 H. Dipanggil dengan Abu Abdillah. Nama lengkap beliau Muhammad bin Ismail bin Al Ju‟fi. Beliau digelari Al Imam Al Harfizh, dan lebih dikenal dengan sebutan Al Imam Al-Bukhari karena beliau lahir di kota Bukhara, Turkistan.

Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim „Alaihissalam

(60)

mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi

harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya. Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkah, Nasisabur, Rayy, Baghdad, Bshrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam. Beliau wafat pada malam idul Fitri tahun 256 H. Ketika beliau mencapai usia 62 tahun ( Abdul Baqi, 2009: 11).

Guru-guru Imam Al Bukhari, beliau banyak sekali jumlahnya.Di

antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu „Ashim An-Nabil,

Al-Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidillah bin Musa, Abu Al- Mughirah, Abdan bin Utsman, Ali bin Al Hasn bin Syaqiq, Hajjaj bin Minhaal, Badal

bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja‟, Khalid bin Makhlad, Abdurrahman

Al Muqri, Khallad bin Yahya, Abdul Aziz al-Uwaisi, Abu al Yaman, Ali bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya ( Abdul Baqi, 2009: 11).

Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di anatara mereka yang paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hjjaj An Naisaburri, penyusun kitab Shahih Muslim, Imam Abu Isa at-Tirmidzi, Al Imam Shalih bin Muhammad.

Penilaian kritikus hadits terhadap Imam al-Bukhari

(61)

a. Anu Bakar bin Munir kritikus hadist, menggolongkan Bukhari ke

dalam kelompok “siqat” atau orang-orang yang dapat dipercayai dan

kokoh hafalannya, sedangkan ketakwaan dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan.

b. Abdullah bin Sa‟id bin Ja‟far mengatakan bahwa beliau tergolong tsabit (kokoh ingatannya). Saya mendengar para ulama di Bashrah

mengatakan, “ Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti

Muhammad bin Ismail dalam hal ma‟rifah (keilmuan) dan keshalihan”.

c. Sulaim mengatakan bahwa beliau orang yang shalih hadisnya, saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri semenjak enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamanya tentang ajaran

islam, lebih wara‟ (takwa) , dan lebih zuhud terhadap dunia. (kitab

Tahzdibul Kamil)

Guru-guru Al-bukhari: Abu „ Ashim An-Nabil, Al-Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidillah bin Musa, Abu Al- Mughirah, Abdan bin Ustman, Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja‟, Khalid bin Makhlad, Abdurrahman Al Muqri, Khallad bin Yahya, Abdul Aziz al-Uwaisi, Abu Al-Yaman, Ali bin Hanbal

(62)

3. I‟tibar:

Setelah dianalisis, sanad hadist di atas berkualitas Shahih dikarenakan telah memenuhi 3 syarat pertama hadist shahih mutawatir yaitu:

a. Mempunyai sanad yang bersambung (muttasil) b. Para perawinya adil

c. Para perawinya dhabith (kuat hafalannya)

Begitu juga dengan matan hadist nya, tidak ditemukan hadis-hadis lain yang bertentangan maupun berseberangan dari hadist riwayat Bukhori diatas. Dalam hadis tesebut juga tidak ditemui Syadz/cacat dalam lafadz dan maknanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hadist mengenai Fitrah Manusia yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori adalah Shahih sanad maupun matan nya.

C. Isi Kandungan Hadist Fitrah Manusia

Pendidikan anak dimulai dari awal pernikahan sehingga hadir seorang anak dalam rumah tangga. Anak merupakan salah satu anugerah terbesar yang dikaruniakan Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Kehadiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga akan menjadi generasi penerus keturunan dari orang tuannya.

Rasuluallah SAW bersabda:

(63)

َ ِّصَّنًُ ََا ِوِناٍَِّوَ ُيُ ُهاَوَبَاَف ِةَرطِفما ََََّ ُلِوًُ ٍوُموََ ه ُُ

) ِلَّسَََُ ىراَخُبما هاَر( ِوَن َ سِّجَمًُ ََا ِوَن

“Sesungguhnya, setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini dalam

keadaan suci (fitrahh,islam). Dan, karena kedua orang tuanyalah, anak itu akan menjadi seseorang yang beragama Yahudi, Nasrani,

atau Majusi.”

Penjelasan ini menegaskan bahwa sesungguhnya setiap anak yang dilahirkan itu laksana sebuah kertas putih yang polos dan bersih. Ia tidak mempunyai dosa dan kesalahan serta keburukkan yang membuat kertas itu menjadi hitam. Namun, karena cara mendidik orang tuanya, karakter anak bisa berwarna-warni berpengai buruk, tidak taat kepada kedua orang tuanya, dan tidak mau berbakti kepada Allah SWT.

Dalam Al-qur‟an atau hadist Nabi Muhammad SAW, telah diterangkan tentang tata cara mendidik anak. Di antaranya adalah harus taat dan patuh kepada kedua orang tuanya. Tidak menyekutukan Allah, tidak membantah perintahnya, tidak berbohong dan sebagainya.

Apabila telah dewasa, seorang anak berkewajiban untuk memberi nafkah kepada orang tuanya, anak juga berkewajiban memberikan nasihat kepada orang tua, mendoakannya, memelihara dan merawatnya ketika mereka sudah tua.

D. Penjelasan Hadist

(64)

terdidik dengan akhlak yang paling buruk, di samping menerima dasar-dasar kekufuran dan kesesatan. Kemudian dia akan beralih dari kebahagiaan kepada kesengsaraan, dari keimanan kepada kemurtadan dan dari islam kepada kekufuran. Jika semua ini telah terjadi, maka anak sangat sulit mengembalikan anak kepada kebenaran.

Dapat dipahami bahwa fitrah sebagai pembawaan sejak lahir bisa dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Namun demikian, meskipun fitrah dapat dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi kondisinya tidak netral. Ia memiliki sifat yang dinamis, reaktif dan responsive terhadap pengaruh dari luar. Dengan istilah lain, dalam proses perkembanganya, terjadi interaksi saling mempengaruhi antara fitrah dan lingkungan sekitarnya, samapi akhir hayat manusaia.

Pada hakiktnya, hadits tersebut tidak hanya terfokus pada gerakan peyahudian, penasranian, atau pemajusian, tetapi lebih luas lagi, yaitu menyangkut seluruh gerakan yang menyimpang anak dari fitrahnya yang suci. Karena itu orang tua dituntut untuk waspada agar dirinya tidak terjerumus pada gerakan tersebut.

(65)
(66)

BAB IV

KRITIK MATAN HADIS TENTANG FITRAH MANUSIA MEMOTRET PERAN KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK

Sangat banyak paparan dan penjelasan Al-qur‟an maupun sunnah Nabi Muhammad SAW, yang sangat erat kaitannya dengan berbagai nasehat, aturan, dan cara mendidik anak secara baik. Karena pendidikan anak merupakan salah satu tujuan utama agama Islam. Oleh karena itu agama Islam dikatakan sebagai agama tarbiyah. Rumah merupakan lingkungan awal bagi anak untuk tumbuh dan berkembang, khususnya dalam perkembangan organ tubuhnya, dan di sinilah pusat terpenting bagi pendidikan anak, khususnya dalam pembentukkan karakter bagi anak.

Anak adalah cahaya masa depan. Ibarat pundi kosong, anak akan menerima air jenis apa saja yang masuk dalam kantong ajaran kehidupan, untuk kemudian ia akan berkembang dalam perjalanan hidup pribadinya. Keluarga, lingkungan , dan lembaga pendidikan menjadi pilar yang akan mengisi pundi kosong tersebut, dan menentukan seberkualitas apakah pribadi yang dihasilkan (Susilowati,2010:44).

(67)

pertumbuhan anak harus selalu diperhatikan, diarahkan dan dikendalikan, karena pada saat itu berbagai faktor baik fisik, motorik, psikologis, dan sosial, sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan tersebut (Basyaruddin,2008:48).

Tahap awal kehidupan anak merupakan waktu yang sangat menentukan masa depannya. Kesalahan yang terjadi pada waktu yang sangat kritis akan membawa kerugian yang nyata pada perkembangan anak kelak. Anak pada tahap awal ini, merupakan investasi bagi kemajuan bangsa. Produktifitas bangsa masa depan sangatlah ditentukan oleh bagaimana upaya pengembangan anak dilakukan. Pengembangan anak anak pada usia dini, merupakan pilihan yang bijak dalam kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia guna membangun masa depan bangsa yang maju dan berkarakter.

(68)

Keluarga merupakan lembaga sosial terbesar pearannya bagi kesejahteraan sosial dan kelestarian anggota-anggotanya, terutama anak-anak. Keluarga merupakan lingkungan sosial terpenting bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak. Juga merupakan wadah tempat bimbingan dan latihan anak sejak kehidupan mereka yang sangat muda. Dari keluargalah diharapkan seseorang dapat menempuh kehidupannya dengan masak dan dewasa (Noor, 2010:41).

A. Peran Keluarga Sebagai Pembentuk Karakter Anak, Semakna Hadis Fitrah Manusia

1. Asbabul Wurud Hadis

Adapun yang melatarbelakangi munculnya hadis tersebut adalah seperti hadis yang bersumber dari Aswad: “Aku datang kepada Rasulullah dan ikut berperang bersama beliau. Kami meraih kemenangan dalam

perang itu. Namun, pada hari itu pembunuhan berlangsung terus-menerus

termasuk menimpa anak-anak. Hal itu disampaikan Rasulullah, maka

Rasullah bersabda: “Keterlaluan sampai hari ini mereka masih saling membunuh sehingga seseorang laki-laki, “Ya Rasullah, mereka adalah anak-anak dari orang musyrik”. Rusluallah bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya penompang kamu adalah anak-anak orang musyrik itu.

Jangan membunuh keturunan”. Kemudian beliau bersabda: “Setiap anak

dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ia tetap dalam keadaan fitrahnya,

maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau

Referensi

Dokumen terkait