• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.4. Pendidikan Anti Korupsi

2.1.4.1Pengertian Pendidikan Anti korupsi

Pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberikan pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta pendidikan nonformal di masyarakat (Wijaya, 2014:24).

Menurut Sumiarti (dalam Mukodi & Burhanuddin, 2014:114) pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan anti korupsi adalah tindakan untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif kepada

generasi muda yang akan datang melalui media pendidikan formal maupun nonformal dalam upaya menumbuhkan sikap anti korupsi.

2.1.4.2Tujuan dan Sasaran Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan antikorupsi diharapkan mampu mencapai tujuan yang dicita-citakan yaitu adanya manusia yang tanggap serta peduli terhadap masalah-maslah yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan dapat membangkitkan semangat untuk berbuat anti korupsi (Mukodi & Burhanudin, 2014:118).

Secara umum, pendidikan anti korupsi ditujukan untuk membangun kembali pemahaman yang benar dari masyarakat mengenai korupsi, meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap segala potensi tindak koruptif yang terjadi, tidak melakukan tindak korupsi sekecil apapun, dan berani menentang tindak korupsi yang terjadi. Tujuan praktis ini, bila dilakukan bersama-sama semua pihak, akan menjadi gerakan masal yang akan mampu melahirkan bangsa baru yang bersih dari ancaman dan dampak korupsi (Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011:4).

2.1.4.3Implementasi Nilai dan Prinsip Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan anti korupsi sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai anti korupsi yang tertanam dalam diri seseorang. Menurut Nanang & Romie (dalam Mukodi & Burhanuddin, 2014:79-91) terdapat sembilan nilai anti korupsi, yaitu 1) kejujuran, 2) kepedulian, 3) kemandirian, 4) kedisiplinan, 5) tanggung jawab, 6) kerja keras, 7) kesederhanaan, 8) kebenaran, 9) keadilan.

1. Kejujuran

Nilai kejujuran di sekolah/madrasah dapat diwujudkan peserta didik dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik, antara lain dapat berupa tidak mencontek saat ujian, tidak melakukan kecurangan akademik, tidak memalsukan nilai, dan sebagainya. Bentuk-bentuk kejujuran terdiri dari empat bentuk yakni 1) Jujur dalam perkataan, 2) Jujur dalam pergaulan, 3) Jujur dalam kemauan, 4) Jujur dalam berjanji.

2. Kepedulian

Nilai kepedulian dapat diwujudkan oleh peserta didik dalam beragam bentuk, diantaranya berusaha ikut memantau jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya di sekolah/madrasah, memantau kondisi infrastruktur lingkungan sekolah/madrasah serta mengindahkan seluruh peraturan dan ketentian yang berlaku di sekolah/madrasah dan di luar sekolah/madrasah.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menggalang dana guna memberikan bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik yang membutuhkan. Tindakan lainnya adalah dengan memperluas akses peserta didik dengan para guru di luar jam pelajaran melalui pemanfaatan internet dan juga meningkatkan peran guru sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator.

3. Kemandirian

Nilai kemandirian dapat diwujudkan dalam bentuk mengerjakan tugas secara mandiri, mengerjakan ujian secara mandiri, dan menyelenggarakan kegiatan kesiswaan dengan swadaya.

4. Kedisiplinan

Nilai – nilai disiplin dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di sekolah/madrasah, mengerjakan segala sesuatu tepat waktu, dan mampu fokus pada tanggungjawabnya sebagai peserta didik.

5. Tanggung jawab

Penerapan nilai tanggung jawab dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai yang baik, mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya.

6. Kerja keras

Kerja keras dapat diwujudkan oleh pesera didik misalnya dalam melakukan sesuatu menghargai proses bukan hasil semata, tidak melakukan jalan pintas, belajar dan mengerkalkan tugas-tugas akademik dengan sungguh-sungguh.

7. Sederhana

Nilai kesederhanaan dapat diterapkan oleh peserta didik dalam bentuk hidup sesuai dengan kemampuan, hidup sesuai dengan kebutuhan, tidak suka pamer kekayaan dan sebagainya.

8. Keberanian

Nilai keberanian dapat dikembangkan peserta didik melalui berani mengatakan dan membela kebenaran, berani bertanggungjawab terhadap segala bentuk kesalahan, berani menyampaikan pendapat, dan sebagainya. 9. Keadilan

Nilai keadilan dapat dikembangkan oleh peserta didik melalui bentuk memberikan saran perbaikan dan semangat pada temannya yang tidak berprestasi, tidak memilih teman dalam bergaul berdasarkan suku, agama, ras dan antar golongan.

2.1.4.4Pengintegrasian/Implementasi Pendidikan Antikorupsi

Untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang bersih, diperlukan sebuah sistem pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara terpadu mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan anti korupsi ini akan berpengaruh pada perkembangan psikologis siswa (Syarbini & Arbain, 2014:23).

Pada prinsipnya pengintegrasian nilai-nilai dan perilaku anti korupsi bisa dilakukan ke semua mata pelajaran. Integrasi melalui pengembangan materi terutama dilakukan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganeraan yang sebagian besar materinya mengandung muatan nilai dan perilaku anti korupsi. Pengintegrasian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih diutamakan melalui pengembangan mnetode, media, dan sumber belajar. Beberapa

media dan sumber belajar tersebut di antaranya adalah gambar, foto, video, berita media massa, puisi, sajak, cerpen, prosa, pantun dan sejenisnya yang berkaitan dengan korupsi (Syarbini & Arbain, 2014:74-75).

Dalam mengajarkan pendidikan anti korupsi di sekolah guru juga dapat menggunakan sebuah masalah. Misalnya, guru membuat cerita sederhana tentang korupsi. Lalu dengan cerita itu, peserta didik menganalisis dan mencari penyelesaiannya. Proses ini dapat dilakukan dengan individu maupun kelompok (Mukodi & Burhanuddin, 2014:131-132).

Sasaran yang paling utama dalam implementasi pendidikan anti korupsi adalah tertanamnya nilai dan prinsip dalam peserta didik. Semua input dan proses yang dikerahkan oleh sekolah/madrasah harus bertujuan untuk kepentingan pesera didik (Mukodi & Burhanuddin, 2014:159).

Dokumen terkait