• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2. Landasan Teori

2.2.3. Pendidikan

2.2.3.1. Pengertian pendidikan

Menurut Notoatmojo (1992 : 27) menyatakan bahwa pendidikaan

(formal) didalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan

kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan.

Widjaya (1986: 75) dalam Deddy (2009) menyatakan bahwa

pendidikan adalah suatu usaha untuk membina kemampuan atau

mengembangkan kemampuan berfikir para pegawai, meningkatkan

kemampuan mengeluarkan gagsan-gagasan para pegawai sehingga mereka

dapat menunaikan tugs kewajiban dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu

waktu yang diperlukan untuk pendidik lebih lama dan sifatnya lebih normal

Begitu juga pendidikan yang dalam hal ini adalah pendidikan profesi

akuntansi. Profesi akuntan biasanya sering dianggap sebagai salah satu

bidang profesi seperti bidang lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia

(IDI). Supaya dikatakan profesi ia harus memiliki beberapa syarat sehingga

masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi

tersebut, mempercayai hasil kerjanya yaitu salah satunya menempuh

pendidikan setelah sarjana (S1) selama dua semester untuk mendapatkan

Keputusan Mendiknas Nomor 179/U/2001 menyebutkan Pendidikan

Profesi Akuntansi adalah pendidikan tambahan pada pendidikan tinggi

setelah program sarjana Ilmu Ekonomi program studi Akuntansi. Pendidikan

profesi akuntansi bertujuan menghasilkan lulusan yang menguasai keahlian

bidang profesi akuntansi dan memberikan kompensasi keprofesian

akuntansi.

2.2.3.2. Pentingnya pendidikan

Menurut Notoatmodjo (1992 : 30) menyebutkan pentingnya

pendidikan bagi suatu organisasi atau instansi antara lain adalah :

1. Sumber daya manusia atau karyawan yang menduduki suatu jabatan

organisasi, belum tentu mempunyai kemampuan yang sesuai dengan

persyaratan yang diperlukan dalam jabatan tersebut. Hal ini terjadi karena

sering seseorang menduduki jabatan tertentu bukan karena

kemampuanya, melainkan karena tersedianya informasi. Oleh sebab itu

karyawan atau atau staf baru ini perlu penambahan kemampuan yang

mereka perlukan, disinilah peran penting pendidikan untuk mengingatkan

kemampuan.

2. Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan mempengaruhi

suatu organisasi aatau instansi. Oleh sebab itu, jabatan-jabatan yang dulu

belum diperlukan, sekarang diperlukan. Kemampuan orang yang akan

menempati jabatan tersebut kadang-kadang tidak ada. Dengan demikian,

maka diperlukan penambahan atau peningkatan kemampuan yang

3. Promosi dalam suatu organisasi atau instansi adalah keharusan, apabila

organisasi itu mau berkembang. Pentingnya promosi bagi seseorang

adalah salah satu reward dan insentive (ganjaran dan perangsang).

Adanya ganjaran dan perangsang yang berupa promosi dapat

meningkatkan produktivitas kerja bagi seorang karyawan.

Kadang-kadang kemampuan seorang karyawan yang akan dipromosikan untuk

menduduki jabatan tertentu ini masih belum cukup. Untuk itulah maka

diperlukan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan tersebut.

4. Di dalam masa pembangunan ini organisasi-organisasi atau

instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta merasa terpanggil untuk

menyelenggarakan pendidikan bagi para karyawan agar diperoleh

efektivitas dan efisien kerja sesuai dengan masa pembangunan.

Pentingnya pendidikan seperti diuraikan diatas, bukanlah

semata-mata bagi karyawan atau pegawai yang bersangkutan, tetapi juga

keuntungan bagi organisasi. Karena dengan adanya pendidikan tersebut

berarti meningkatkan pula kemampuan atau keterampilan para karyawan dan

selain itu akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan otomatis

organisasi atau instansi yang bersangkutan akan memperoleh keuntungan.

2.2.3.3. Tujuan pendidikan

Menurut Notoatmojo (2002: 41) tujuan pendidikan pada dasarnya

adalah suatu deskripsi dari pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan, dan

sebagainya yang diharapkan akan dimiliki sasaran pendidikan pada periode

Menurut Notoatmojo (2003: 42) tingkatan tujuan pendidikan

dikategorikan menjadi empat tingkatan, yaitu :

1. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada tujuan

ini digambarkan harapan masyarakat atau Negara tentang ciri-ciri seorang

manusia yang dihasilkan oleh proses pendidikan atau manusia terdidik.

Seperti Indonesia tujuan pendidikan nasionalya adalah termaktub dalam

GBHN yakni, membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan

rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan

kreativitas dan tanggung jawab, menyuburkan sikap demokrsi,

mengembangkan kecerdasan yang tinggi.

2. Tujuan Institusional.

Tiap tingkat dan jenis lembaga pendidikan, mengembangkan tujuan

institusional. Isinya adalah tingkah laku yang bagaimanakah yang

diharakan oleh lembaaga pendidikan itu akan menghasilkan

manusia-manusia yang diinginkan dengan pengertian bahwa tujuan institusional ini

harus mendukung tujuan pendidikan nasional.

3. Tujuan Antara(Intermediet Obyektive).

Tujuan pendidikan ini bersifat mengantari tujuan institusional dan tujuan

instruksional. Isinya masih agak luas, tapi sudah mengarah kepada

tiap-tiap bidang ilmu pengetahuan. Karena tujuan ini sudah mengarah pada

4. Tujuan bidang ilmu pengetahuan diberikan dalam waktu yang panjang

dan rumusan tujuan kurikulum masih sangat umum untuk digunakan bagi

pemilihan bahan-bahan pelajaran. Karena itu sebagai jembatan atau alat

untuk mempermudah pemilihan bahan-bahan pengajaran perlu

dirumuskan dalam bentuk yang lebih baik khusus yang taraf

instruksional. Adapun fungsi tujuan instruksional, antara lain :

• Membantu para pengajar / pelatih untuk memilih isi / topik pengajaran yang relevan.

• Membantu proses pengintegrasian kurukilum baik secara instruksional maupun kurikulum.

• Membantu para pengajar / pelatih mengarah pada proses pengajaranya. • Mengarahkan dan memberi gambaran pada sasaran tentang apa yang

akan mereka peroleh dari pendidikan.

2.2.3.4. Pendidikan Auditor

setiap profesi mempunyai identitas, pranata pengetahuan, yang

berbeda , kode etik, dan karakteristik yang jelas. Pada tingkat perguruan

tinggi, pendidikan orang-orang yang ingin menjadi akuntan publik harus

luas, bebas, dan ilmiah. Disamping menguasai ilmu-imu yang disyaratkan

untuk studi dengan titik berat akuntansi, seorang akuntan yang benar-benar

berbicara dan menulis dengan baik, menarik dan meyakinkan(Holmes &

Burns, 1993 : 49).

Seorang akuntan publik paling tidak harus berijazah sarjana muda,

dan kalau bisa gelar sarjana. Hampir semua kantor akuntan publik yang

besar hanya mau menerima orang-orang yang sesudah sarjana. Pendidikan

formal akan memberi kemampuan untuk bisa lulus ujian akuntan publik

yang didasarkan pada pengetahuan akademis. Banyak bidang keahlian

profesional mensyaratkan pendidikan yang lebih tinggi.

2.2.3.5. J alur Pendidikan Akuntan di Indonesia

Sebelum adanya program PPAK (sebelum tahun 2001), di Indonesia

ada dua jalur untuk mendapatkan gelar akuntan dengan nomor register yang

tertuang dalam artikel Benny dan Yuskar (2006 : 8) , yaitu :

1. Fakultas Ekonomi Negeri

Bagi mereka yang ingin menjadi akuntan sekaligus berhak memakai gelar

akuntan (AK) dapaat memasuki jalur fakultas Ekonomi Negeri yang telah

mempunyai jurusan akuntansi seperti : UI Jakarta, UGM Yogyakarta,

UNPAD Bandung, UNDIP Semarang, USU Medan, UNIBRAW Malang,

UNISYAH Aceh, dan lain-lain.

Untuk berhak memakai gelar akuntan, mereka yang telah lulus Sarjana

Ekonomi jurusan Akuntansi dapat membuat permohonan tertulis kepada

panitia persamaan ijazah akuntan disertai ijazah sarjana dan pasfoto

Proses permohonan ini adalah untuk mendapatkan nomor register Negara

dari panitia persamaan ijazah Akuntan. Dengan keluarnya nomor register

ini maka otomatis sarjaana Ekonomi yang bersangkutan berhak memakai

gelar akuntan dengan nomor register yang diberikan.

2. Fakultas Ekonomi Swasta

Untuk mendapatkan gelar akuntan, seorang yang kuliah di Fakultas

Ekonomi Swasta memiliki beberapa perbedaan dengan lulusan Fakultas

Ekonomi Negeri. Kalau FE Negeri dapat langsung meminta register maka

lulusan FE Swasta harus melalui beberapa tahap sesuai dengan SK

Direjen Pendidikan Tinggi No 28/ Dikti Kep/1986 tanggal 6 juli 1986,

sebagai berikut :

a. Sarjana Ekonomi Negara

Untuk menjadi sarjana Ekonpmi Negaraa maka seorang Alumni FE

Swasta memiliki jalur berbeda yang didasarkan pada status Perguruan

Tinggi yang bersangkutan, apakah terdaftar, diakui atau disamakan.

Perbedaan antra status diatas sebenarnya hanya terletak pada

pengujiannya, kalau status prguruan tinggi yang bersangkutan

terdaftar, pengujiannya 50% berasal dari perguruan yang

bersangkutan, selebihnya dari kopertis. Kalau statsunya diakui,

pengujianya 75% dari perguruang tinggi yang bersangkutan,

selebihnya dari kopertis. Kalau statusnya disamakaan, pengujiannya

ujian Negara untuk sarjana ekonomi maka yang bersangkutan berhak

mengikuti Ujian Negara Akuntansi.

b. Ujian Negara Akuntansi

Ujian Negara Akuntansi (UNA) diselenggarakan oleh Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan melalui konsorsium Ilmu Ekonomi

dengan bimbingan Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan ijazah

Akuntansi. Dalam UNA ini dilakukan dengan dua tingkat yaitu :

1) UNA Dasar

UNA dasar dapat diikuti oleh mereka yang berpendidikan Fakultas

Ekonomi Swasta jurusan Akuntansi minimal terdaftar pada

kopertis dengan kualifikasi minimal 110 sks dengan indeks

prestasi (IP) minimal 2 dan nilai rata-rata C unuk mata kuliah

yang diujikan.

2) UNA profesi

UNA profesi dapat diikuti oleh mereka yang sudah lulus UNA

dasar dan sudah lulus ujian Negara Sarjana Ekonomi jurusan

Akuntansi.

Kurikulum pendidikan profesi akuntansi paling sedikit 20 satuan

kredit semester (sks) dan paling banyak 40 sks yang ditempuh 2

sampai dengan 6 semester.

Mereka yang berhak memakai gelar akuntan harus mendaftar ke

Departemen Keuangan untuk mendapat Nomor register. Untuk bisa

harus memenuhi beberapa syarat yang ditentukan Departemen

Keuangan, antara lain : berpengalaman di KAP minimal 3 tahun

setara 4.000 jam. Mempunyai beberapa staf, mempunyai kantor yang

cukup representative dan lain-lain ( Benny dan Yuskar, 2006 : 8).

Mulai awal tahun 1998, untuk memperoleh ijin praktek, terlebih

dahulu harus lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP), yang

diselenggarakan atas kerjasama IAI dan Departemen Keuangan.

Dokumen terkait