• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEADAAN UMUM

B. Pendidikan

5. Pendidikan Nonformal

37 Profil Pendidikan 2014/2015

33 BAB IV

KINERJA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Kinerja pendidikan dasar dan menengah dimulai dengan kinerja dipandang dari pilar kebijakan pendidikan, yaitu pemerataan dan perluasan akses pendidikan, dilanjutkan dengan peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan diakhiri dengan efisiensi internal pendidikan. Ketiga kinerja tersebut diterapkan pada setiap jenjang pendidikan, yaitu TK/RA/BA, tingkat SD, SMP, dan SM, sedangkan untuk relevansi hanya dilihat pada SMA dan SMK.

A. PEMERATAAN DAN PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN

Berdasarkan APK yang ada, ternyata APK tertinggi terdapat di tingkat SD/MI yaitu 100,56 % dan yang terendah di tingkat PAUD yaitu 26,68 %. Bila dirinci menurut jenis kelamin, APK laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan APK perempuan. APK laki-laki terbesar pada jenjang SMP dan terendah pada jenjang PAUD. Tingginya APK adalah akibat banyaknya siswa usia di luar usia sekolah yang berada di jenjang tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat SMP mempunyai APK yang terbaik dibandingkan dengan tingkat SD dan tingkat SMA. Di Kabupaten Karangasem anak yang bersekolah di tingkat SD/MI paling banyak dibandingkan dengan tingkat lainnya. (Tabel 8)

TABEL 16

INDIKATOR PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

No Indikator TK SD/MI SMP/MTs SMA/SMK

1 APK 26,68 100,56 97,38 74,21

a. Laki-laki 13,32 53,41 51,60 41,22 b. Perempuan 13,35 47,15 45,78 32,99

2 APM 26,68 79,47 74,97 56,10

3 Rasio 39

a. Siswa perempuan thd laki2

1,05 88,30 88,70 44,45

39 Profil Pendidikan 2014/2015

34

No Indikator TK SD/MI SMP/MTs SMA/SMK

b. Siswa/sekolah 40,19 128,64 417,78 423,87 c. Siswa / kelas 40,19 16,88 29,76 29,86 d. Siswa / Guru 12,51 12,42 14,71 11,65 e. Kelas/R. Klas 1 0,90 0,86 1,14 f. Kelas / Guru 0,31 0,74 0,43 0,39

4 Angka melanjutkan 92,82 86,26

Sumber Data Dapodik PAUDNI & Data Apdis 2014

APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD/MI yaitu 79,47 % dan yang terendah di tingkat SM/MA yaitu 56,10 %. Berdasarkan APM dapat diketahui bahwa pada tingkat SD/MI Anak usia sekolah yang bersekolah lebih banyak dibandingkan dengan tingkat lainnya. Hal itu juga menunjukkan partisipasi yang paling baik terdapat di tingkat SD/MI .

Indikator berikutnya membicarakan tentang rasio siswa perempuan terhadap laki-laki, rasio siswa per sekolah, siswa per kelas, siswa per guru, kelas per ruang kelas dan kelas per guru. Rasio siswa perempuan terhadap laki-laki terbesar adalah pada jenjang SMP/MTs.

Rasio siswa per guru juga bervariasi dengan rasio terbesar terdapat pada tingkat SMP yaitu 11,42 sedangkan rasio pada SM/MA yaitu 11,38. Besarnya rasio siswa per guru ini menunjukkan kurangnya guru di tingkat tersebut.

Sebaliknya, rasio terkecil menunjukkan cukupnya guru di tingkat tersebut.

Ruang kelas yang paling sering digunakan adalah pada tingkat SD/MI yaitu sebanyak 11,34 Hal itu berarti, bahwa pada tingkat tersebut masih memerlukan ruang kelas tambahan jika diharapkan jumlah ruang kelas sama dengan jumlah kelas sehingga tidak ada ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali

40

Angka masukan atau siswa baru TK/RA/BA sebesar 1.278 (17,08 %) ternyata lebih kecil daripada ke SD/MI. Sejalan dengan perbandingan antara sekolah di tingkat SMP dan SD yang cukup tinggi maka angka melanjutkan ke tingkat SMP juga cukup tinggi yaitu 92,61 % Diharapkan bila jumlah tingkat SMP ditingkatkan maka angka melanjutkan juga akan meningkat. Sebaliknya, angka melanjutkan ke tingkat SM lebih kecil yaitu 82,26 % daripada

40 Profil Pendidikan 2014/2015

35

melanjutkan ke tingkat SMP. Salah satu sebab rendahnya angka melanjutkan ini karena perbandingan sekolah tingkat SM dan SMP juga rendah.

Bila dilihat partisipasi siswa swasta ternyata yang terbesar, yaitu 98,63

% adalah pada jenjang TK Dan terkecil, yaitu 23,03 % pada jenjang SD/MI.

Khusus untuk guru perempuan ternyata partisipasi yang terbesar, yaitu 96,86

% pada jenjang TK/RA/BA Dan terkecil, yaitu 38,81 % pada jenjang SM/MA.

TABEL 17

KINERJA PEMERATAAN PENDIDIKAN

No Jenjang APK APM

1 TK 26,68 26,68

2 SD 100,56 79,47

3 SMP 97,38 74,97

4 SMA 74,21 56,10

Sumber Data Dapodik PAUDNI & Data Apdis 2014

APK (Angka Partisipasi Kasar)

APM (Angka Masukan Kasar/Angka Masukan Murni)

Kinerja pemerataan pendidikan diukur dari lima indikator pemerataan, yaitu 1) APK, 2) APM, 3) rasio S/K, 4) rasio S/G, dan 5) rasio K/RK sedangkan untuk TK hanya digunakan empat indikator. Nilai yang paling besar menunjukkan kinerja yang paling baik. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa kinerja terbesar terjadi pada jenjang SD dan kinerja terkecil pada jenjang TK.

1. TINGKAT TAMAN KANAK-KANAK (TK /KB/TPA DAN SPS)4142

Berdasarkan Tabel 16, APK TK/RA/BA sebesar 26,68 % dengan rincian APK laki-laki sebesar 13,32 % lebih kecil daripada APK perempuan sebesar 13,35 %. Rasio siswa perempuan terhadap laki-laki TK/RA/BA sebesar 1,002

%, hal ini berarti lebih banyak siswa perempuan jika dibandingkan dengan siswa laki-laki. Bila dilihat dari angka masukan ke TK/RA/BA sebesar 3513 (45,11 %) maka angka keluaran TK/RA/BA sebesar 4.145 (53,23 %) lebih besar daripada AMK laki-laki sebesar 1,62%. Persentase siswa swasta TK/RA/BA sebesar 98,63% yang berarti lebih banyak siswa sekolah swasta

41 Profil Pendidikan 2014/2015

36

daripada siswa sekolah negeri. Guru perempuan TK/RA/BA sebesar 96,86%, berarti lebih banyak guru perempuan daripada guru laki-laki. Indeks paritas gender (IPG) untuk APK adalah untuk mengetahui berapa banyak partisipasi perempuan di TK/RA/BA dan apakah sudah seimbang dengan laki-laki yang dihitung dari APK. IPG APK sebesar 1,03 berarti partisipasi perempuan Lebih besar daripada partisipasi laki-laki. IPG untuk AMK adalah untuk mengetahui berapa banyak partisipasi perempuan dalam masukan ke TK/RA/BA dan apakah masukan tersebut sudah seimbang dengan laki-laki yang dihitung dari AMK. IPG untuk AMK sebesar 1,05 berarti partisipasi perempuan Lebih besar daripada partisipasi laki-laki. (Tabel 15)

2. TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD DAN MI)

Berdasarkan Tabel 16, APK SD dan MI sebesar 100,56 % dengan rincian APK laki laki sebesar 53,41% lebih baik daripada APK perempuan sebesar 47,15%. APM SD dan MI sebesar 79,47 % dengan rincian APM laki-laki sebesar 42,06% lebih baik daripada APM perempuan sebesar 37,40%. Rasio siswa perempuan terhadap laki-laki SD dan MI sebesar 0,88%, hal ini berarti lebih banyak siswa laki-laki jika dibandingkan dengan siswa perempuan, Rasio siswa per sekolah SD dan MI sebesar 152,75, sedangkan siswa per kelas sebesar 20,44, siswa per guru sebesar 7,16 berarti seorang guru menangani siswa sebesar 20 orang, kelas per ruang kelas milik sebesar 1,12 berarti satu ruang kelas digunakan lebih dari sekali, dan kelas per guru sebesar 0,63. 43

Bila dilihat dari angka masukan ke SD dan MI sebesar 8.020 (104,44%) maka angka masukan perempuan (AMK) perempuan sebesar 3.759 (102,06%) lebih kecil daripada angka masukan (AMK) laki-laki sebesar 4.245 (106,23%).

persentase siswa swasta SD dan MI sebesar 689 (1,52%) yang berarti lebih banyak siswa negeri daripada siswa swasta. Guru SD dan MI sebesar 3.759 guru perempuan sebesar (44,77%), guru laki-laki sebesar 55,23% berarti lebih banyak guru Laki - laki daripada guru perempuan. Indeks prestasi gender (IPG) untuk APK adalah untuk mengetahui berapa banyak partisipasi perempuan di SD dan MI dan apakah sudah seimbang dengan laki-laki yang dihitung dari APK. IPG APK laki-laki sebesar 53,41 berarti partisipasi perempuan Lebih kecil daripada partisipasi laki-laki. IPG untuk APK perempuan adalah untuk mengetahui berapa banyak partisipasi perempuan

43 Profil Pendidikan 2014/2015

37

di44 SD dan MI. IPG APK perempuan sebesar 47,15 berarti partisipasi perempuan lebih kecil daripada partisipasi laki-laki.

3. TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP DAN MTS) 45

Berdasarkan Tabel 16, APK SMP dan MTs sebesar 97,38 dengan rincian APK laki-laki sebesar 51,60% lebih baik dari pada APK perempuan sebesar 45,77%, APM SMP dan MTs sebesar 79,07% dengan rincian APM laki-laki sebesar 47,00% lebih baik daripada APM perempuan sebesar 32,07%. Rasio siswa perempuan terhadap laki-laki SMP dan MTs sebesar 0,08% hal ini berarti lebih banyak siswa laki-laki jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Bila dilihat perbandingan antara sekolah SMP dengan SD maka 1 SMP terdapat 14 SD berarti SMP sangat kurang.

Rasio siswa per sekolah SMP dan MTs sebesar 228,37 berarti cukup padat sedangkan siswa per kelas sebesar 31,40% siswa per guru sebesar 11,42 berarti seorang guru menangani siswa sebesar 11,42 orang, kelas per ruang kelas milik sebesar 1,16 berarti satu ruang kelas digunakan lebih dari sekali, dan kelas per guru sebesar 0,49.

Bila dilihat dari angka melanjutkan ke SMP dan MTs sebesar 7.128 (92,82%) maka angka melanjutkan perempuan (AM) perempuan sebesar 39,48% lebih kecil daripada angka melanjutkan (AM) laki-laki sebesar 53,34%.

persentase siswa swasta SMP dan MTs sebesar 3,11 % yang berarti lebih banyak siswa negeri daripada siswa swasta. Guru perempuan SMP dan MTs sebesar 725 (42,03 %), berarti lebih sedikit guru perempuan daripada guru laki-laki sebanyak 1.000 (57,97%). Indeks paritas gender (IPG) untuk APK adalah untuk mengetahui berapa banyak partisipasi perempuan di SMP dan MTs dan apakah sudah seimbang dengan laki-laki yang dihitung dari APK. IPG APK perempuan sebesar 0,89%, berarti partisipasi perempuan Lebih kecil daripada partisipasi laki-laki . IPG untuk APM perempuan adalah untuk mengetahui berapa banyak partisipasi perempuan dengan usia sesuai di SMP dan MTs. IPG APM sebesar 31,36% berarti partisipasi perempuan lebih kecil dengan partisipasi laki-laki. IPG AM dalam masukan ke SMP dan MTs dan

Profil Pendidikan 2014/2015

38

apakah masukan tersebut sudah seimbang dengan laki-laki yang dihitung dari AM. IPG untuk angka melanjutkan (AM) perempuan sebesar 83,23%.

4. TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA, SMK DAN MA)

Berdasarkan Tabel 16, APK SM dan MA sebesar 74,21% dengan rincian APK laki-laki sebesar 41,22% lebih baik daripada APK perempuan sebesar 32,99%. APM SM dan MA sebesar 56,10% dengan rincian APM laki-laki sebesar 31,68% lebih baik daripada APM perempuan sebesar 24,41%. Rasio siswa perempuan terhadap laki-laki SM dan MA sebesar 0,80 % hal ini berarti lebih banyak siswa laki-laki jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Bila dilihat perbandingan antara sekolah SM dengan SMP maka 1 SM terdapat 1,70 SMP. Berarti SM sangat kurang.

Rasio siswa per sekolah SM dan MA sebesar 409,08 berarti cukup padat sedangkan siswa per kelas sebesar 27,79, siswa per guru sebesar 11,38 berarti seorang guru menangani siswa sebesar 11 orang, kelas per ruang kelas milik sebesar 1,18 berarti satu ruang kelas digunakan lebih dari sekali, dan kelas per guru sebesar 0,41. Bila dilihat dari angka melanjutkan ke SM dan MA sebesar 77,94% maka angka melanjutkan (AM) perempuan sebesar 2099(

35,43%) lebih kecil daripada AM laki-laki sebesar 2519(42,51%). Persentase siswa swasta SM dan MA sebesar 30,53% yang berarti lebih banyak siswa negeri daripada siswa swasta. Guru perempuan SM dan MA sebesar 66,62%, berarti lebih banyak guru laki-laki daripada perempuan. Indeks paritas gender (IPG) untuk APK adalah untuk mengetahui berapa banyak partisipasi perempuan di SM dan MA dan apakah sudah seimbang dengan laki-laki yang dihitung dari APK. IPG APK sebesar 0,80 berarti partisipasi perempuan Lebih kecil daripada partisipasi laki-laki. IPG untuk APM adalah untuk mengetahui berapa banyak partisipasi perempuan dengan usia sesuai di SM dan MA. IPG APM sebesar 0,77, berarti partisipasi perempuan lebih kecil daripada partisipasi laki-laki. IPG AM dalam masukan ke SM dan MA dan apakah masukan tersebut sudah seimbang dengan laki-laki yang dihitung dari AM.

IPG untuk AM sebesar 0,83, berarti partisipasi perempuan Lebih kecil daripada partisipasi laki-laki46

46 Profil Pendidikan 2014/2015

39

B. PENINGKATAN MUTU, RELEVANSI, DAYA SAING PENDIDIKAN

Indikator mutu dapat dibedakan menjadi lima jenis indikator mutu, yaitu 1) mutu masukan, 2) mutu proses, 3) mutu SDM, 4) mutu fasilitas, dan 5) biaya. Khusus untuk TK/RA/BA maka hanya menggunakan mutu SDM dan mutu fasilitas karena disesuikan dengan data yang tersedia. Untuk jenjang pendidikan lainnya digunakan kelima indikator mutu yang disebutkan di atas.

47Berdasarkan mutu masukan dapat diketahui bahwa siswa baru tingkat I untuk tingkat SD adalah berasal dari tamatan TK/RA/BA atau sejenis sebesar 49,33%. Bila dilihat dari akreditasi sekolah maka akreditasi A terbesar 19,46% pada jenjang SD dan terkecil 14,80 % pada jenjang SMP/MTs.

Selanjutnya, sekolah dengan akreditas B terbesar 72,93% pada jenjang SD/MI dan terkecil 25,81% pada jenjang SM, sedangkan akreditasi C terbesar 16,12

% pada jenjang SM/MA dan terkecil 4,96 % pada jenjang SD/MI. Berdasarkan indikator mutu proses, yaitu angka mengulang dan angka putus sekolah ternyata angka mengulang terbesar terdapat pada jenjang SD/MI yaitu sebesar 1,50 % dan terendah terdapat pada tingkat SMP/MTs yaitu sebesar 0,07 %.

Selanjutnya angka putus sekolah terbesar terdapat pada tingkat SM/MA yaitu sebesar 0,43 % dan terendah terdapat pada tingkat SD/MI yaitu sebesar 0,10

%.

Berdasarkan indikator output, yaitu rata-rata UASBN atau UN dan angka lulusan ternyata nilai ujian terbesar pada jenjang SM+MA Sebesar 7,00 dan terkecil pada jenjang SD/MI Sebesar 6,30. Angka lulusan tertinggi terdapat pada tingkat SD/MI yaitu sebesar 99,73 % dan terendah terdapat pada tingkat TK/KB/TPA yaitu sebesar 45,40 %. Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layak mengajar atau yang berijazah S1 ke atas terbesar adalah pada jenjang SM/MA yaitu 94,93 % dan yang terendah adalah pada jenjang TK/KB/TPA yaitu 16,67 %. Guru layak mengajar laki-laki terbesar pada jenjang SM/MA sebesar 89,56% dan terendah pada jenjang TK/KB/TPA sebesar 22,50%. Mutu guru juga terlihat pada bidang studi yang diajarkan. Khusus SMP, banyaknya guru bidang studi terbesar pada Bidang Studi IPA , yaitu sebesar 10,22 % dan terkecil bidang studi BP yaitu sebesar 3,22 %, sedangkan SMA, banyaknya guru terbesar pada bidang studi Bahasa Inggris yaitu sebesar 8,20 % dan terkecil pada bidang studi Antropologi yaitu sebesar 0,14 %.

47 Profil Pendidikan 2014/2015

40

Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan sarana pendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik paling banyak terdapat pada jenjang SM/MA yaitu sebesar 86,65 % sedangkan kondisi rusak berat yang paling banyak terdapat pada tingkat TK/KB/TPA yaitu sebesar 13,52 %.

Banyaknya ruang kelas yang rusak berat ini menunjukkan mutu prasarana yang buruk dan berakibat secara tidak langsung akan menurunkan mutu sekolah.48

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolah yang ada. Jumlah sekolah yang memiliki perpustakaan terbesar ada pada jenjang SM/MA yaitu sebesar 51,48 % dan terendah ada pada tingkat TK/KB/TPA sebesar 20,65 %. Jumlah lapangan olahraga terbesar pada jenjang SM/MA yaitu sebesar 15,74 % dan terendah ada pada tingkat SD/MI sebesar 4,78 %. Fasilitas sekolah lainnya yaitu ruang UKS terbesar terdapat pada jenjang SMP/MTs yaitu sebesar 31,71 %. Fasilitas tempat ibadah terbesar pada jenjang SMP/MTs Sebesar 71,46 % dan terkecil pada jenjang SD+MI sebesar 1,12 %. Fasilitas toilet dan air bersih yang seharusnya ada pada setiap jenjang pendidikan ternyata terbesar pada jenjang SM/MA sebesar 90,25 % dan terkecil pada jenjang TK/KB/TPA sebesar 22,74 %.

Indikator mutu yang ditunjukkan dari biaya dilihat dari angka partisipasi pemerintah pusat, yayasan, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan orang tua siswa. Dari kelima partisipasi dalam hal biaya tersebut, angka partisipasi terbesar adalah pada Pemerintah Pusat dengan

%tase terbesar pada jenjang SMP/MTs dan terkecil adalah Yayasan Pada jenjang TK/KB/TPA. Partisipasi pemerintah pusat lebih banyak terdapat pada jenjang SMP/MTs sebesar 55,39% terkecil pada jenjang SM/MA Sebesar 2,40%. Partisipasi orang tua siswa lebih banyak terdapat pada jenjang SM/MA sebesar 66,44%. Partisipasi pemerintah provinsi lebih banyak pada jenjang SM/MA Sebesar 19,19%. Partisipasi pemerintah kabupaten/kota lebih banyak pada jenjang SD/MI Sebesar 32,49% dan terkecil pada jenjang SM/MA sebesar 3,90% .

48 Profil Pendidikan 2014/2015

41 TABEL 18

PENDIDIKAN NON FORMAL

No Indikator TK/KB SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA

1 %tase Akreditasi Sekolah49 2,8 96,97 78,84 59,38 a. Akreditasi A 2,8 42,15 63,46 21,88 b. Akreditasi B 0 53,99 15,38 37,5

c. Akreditasi C 0 0,83 0 0

2 Rata2 UN 0 7,50 7,50 6,39

3 Angka Lulusan 0 100 99,59 100

a. Laki-laki 0 58,17 51,17 56,73

b. Perempuan 0 41,82 48,42 43,27

4 Angka Mengulang 0 2,11 0,07 0,04

5 Angka Putus Sekolah 0 0,37 0,36 0,78 6 % Kelayakan Guru

Mengajar

20,12 86,30 94,93 94,68

a. Guru S1 ke bawah 79,88 13,70 4,20 5,32

- Laki-laki 1,40 9,52 3,20 3,28

- Perempuan 78,48 4,18 1,00 2,04

b. Guru S1 ke atas 20,12 86,30 95,8 94,68 - Laki-laki 0,40 45,70 47,57 56,74 - Perempuan 19,72 40,60 48,23 37,94 7 Guru tersertifikasi 225 2.318 891 503

a. Laki-laki 0 1.298 563 333

b. Perempuan 225 1.020 328 170

% Guru tersertifikasi 22,41 61,66 65,13 47,12

a. Laki-laki 0 34,53 41,15 31,20

b. Perempuan 22,41 27,13 23,98 15,92

Sumber Data Dapodik PAUDNI 2015 & APDIS 2014

Kinerja mutu pendidikan menggunakan enam jenis indikator, yaitu

%GL, AL, %RKb, %Perpus, APS, dan AU. Khusus untuk TK maka hanya menggunakan empat jenis indikator, yaitu %GL, AL, %RKb, dan %Perpus.

Berdasarkan kinerja mutu yang terdapat pada Tabel 19 dan dengan melihat pencapaian setiap indikator untuk empat jenjang pendidikan maka dapat dikatakan bahwa jenjang SMP Dengan nilai 57,60 mempunyai kinerja mutu

Profil Pendidikan 2014/2015

42

yang lebih unggul dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya, sedangkan jenjang TK dengan nilai 36,68 merupakan jenjang yang paling rendah kinerjanya. Kinerja yang lebih unggul ini dlihat dari nilai yang tertinggi dalam hal mutu pada jenjang tersebut.

TABEL 19

KINERJA MUTU PENDIDIKAN

No Jenjang %GL AL %RKb %Perpus APS AU Nilai 1 TK

Indikator 61,59 100 0 0 0 0 36,68

Kinerja 61,59 100 0 0 0 0 36,68

2 SD

Indikator 86,30 99,73 59,67 60,33 0,37 2,11 51,42 Kinerja 86,30 99,73 59,67 60,33 99,36 97,89 83,88

3 SMP 50

Indikator 94,93 99,59 73,31 77,35 0,36 0,7 57,71 Kinerja 94,93 100 73,31 77,35 99,64 99,3 90,75 4 SMA

Indikator 95,93 99,60 93,78 38,71 0,56 0,06 54,77 Kinerja 95,93 99,60 93,78 38,71 99,44 99,93 87,89

%GL: Guru Layak AL: Angka Lulusan %RKb: %tase Ruang Kelas Baru %Perpus: %tase Perpustakaan APS: Angka Putus Sekolah AU: Angka Mengulang

1. TINGKAT TAMAN KANAK-KANAK (TK/PAUDNI)

Dalam menentukan mutu pendidikan TK,KB,TPA dan SPS maka digunakan empat jenis indikator mutu yang berasal dari SDM dan prasarana sekolah, yaitu 1) angka lulusan, 2) persentase guru layak, 3) persentase ruang kelas, dan 4) persentase fasilitas sekolah.

2. TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD DAN MI)

Berdasarkan mutu masukan dapat diketahui bahwa 100 % siswa baru tingkat I SD yang berasal dari tamatan TK atau sejenis lebih besar jika dibandingkan dengan MI. Berdasarkan indikator mutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angka lulusan, ternyata angka mengulang terbesar terdapat pada SD yaitu sebesar 2,09 %, angka putus sekolah terbesar terdapat pada MI yaitu sebesar 0,02 %, dan ternyata angka terendah terdapat pada MI yaitu sebesar 0,02 %. Dengan melihat ketiga

50 Profil Pendidikan 2014/2015

43

indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah pada SD. Hal itu ditunjukkan dengan adanya angka mengulang dan putus sekolah paling tinggi akan tetapi angka lulusan yang paling tinggi.

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layak mengajar di SD lebih besar daripada MI. Mutu guru juga menunjukkan kinerja sekolah. Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan sarana pendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik lebih banyak terdapat pada SD yaitu sebesar 66,17 % sedangkan kondisi rusak berat yang paling banyak terdapat pada SD yaitu sebesar 6,71 %. Banyaknya ruang kelas yang baik daripada berat ini menunjukkan mutu prasarana yang baik dan berakibat secara tidak langsung akan meningkatnya mutu sekolah.51

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolah yang ada. MI memiliki perpustakaan lebih kecil. Ruang UKS lebih kecil pada MI. Perpustakaan memiliki angka terbesar pada jenjang SD yaitu 77,35 % (214 Perpus).

Berdasarkan indikator mutu yang terdapat pada Tabel 19 dan dengan melihat pencapaian setiap indikator untuk SD dan MI, maka dapat dikatakan bahwa tingkat MI mempunyai kinerja mutu yang lebih rendah dibandingkan dengan SD. Kinerja yang lebih rendah ini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi dalam hal mutu pada tingkat tersebut.

3. TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP DAN MTS)

Berdasarkan mutu masukan yang terdapat Tabel 20 dapat diketahui bahwa rasio lulusan dibandingkan dengan siswa baru, ternyata SMP Lebih besar daripada MTs. Berdasarkan indikator mutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angka lulusan, ternyata angka mengulang SMP lebih besar dari MTs yaitu sebesar 0,07 %, angka putus sekolah terbesar terdapat pada SMP yaitu sebesar 0,38 %, dan ternyata angka lulusan tertinggi terdapat pada SMP yaitu sebesar 99,80 %. Dengan melihat ketiga indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah pada SMP. Hal itu ditunjukkan dengan adanya angka lulusan yang paling tinggi.

51 Profil Pendidikan 2014/2015

44

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layak mengajar di SMP/MTs yaitu 99,59 %. Mutu guru juga menunjukkan kinerja sekolah. Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan sarana pendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik lebih banyak terdapat pada SMP/MTs yaitu sebesar 73,31 % sedangkan kondisi rusak berat yang paling banyak terdapat pada SMP/MTs yaitu sebesar 3,62 %. Banyaknya ruang kelas yang rusak berat ini menunjukkan mutu prasarana yang buruk dan berakibat secara tidak langsung akan menurunkan mutu sekolah.

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolah yang ada. Jumlah SMP/MTs memiliki perpustakaan sebesar 77,35 %. Jumlah lapangan olahraga pada SMP/MTs sebesar 25 %, ruang UKS pada SMP/MTs sebesar 28,85 %, dan ruang laboratorium pada SMP/MTs sebesar 62 %.

Dengan demikian, bila setiap sekolah diharuskan memiliki keempat fasilitas tersebut, maka Perpustakaan memiliki angka terbesar yaitu 77,35 % (Tabel 11).52

Indikator mutu yang ditunjukkan dari biaya dilihat dari angka partisipasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan orang tua siswa. Dari ketiga angka partisipasi dalam hal biaya tersebut, angka partisipasi terbesar adalah pada Pemerintah Pusat dengan persentase terbesar pada tingkat SMP/MTs. Partisipasi pemerintah pusat lebih banyak terdapat di SMP/MTs, partisipasi orang tua siswa terbesar pada tingkat SMP/MTs.

TABEL 20

KINERJA MUTU PENDIDIKAN TINGKAT SMP

No Indikator SMP MTs SMP + MTS

1 Rata2 UN 7,28 8,24 7,75

2 % Sekolah Terakreditasi 94,23 100 97,11

3 Angka Mengulang 0,07 0 0,07

4 Angka Putus Sekolah 0,38 0 0,38

5 Angka Lulusan 99,80 100 99,9

52 Profil Pendidikan 2014/2015

45

No Indikator SMP MTs SMP + MTS

6 Angka Kelayakan

Mengajar

a. Layak 95,06 93,02 94,93

b. Tidak Layak 4,94 6,98 11,92

c. Laki- Laki 58,70 40 98,7

d. Perempuan 41,3 60 101,3

7 % Guru Tersertifikasi 60,12 41,46 100 a. Laki-laki 37,99 14,63 52,62 b. Perempuan 22,13 26,87 48,00

8 % Kepala Sek

Tersertifikasi

100 100 100

a. Laki-laki 98,00 100 99

b. Perempuan 2,00 0 2

b. Perempuan 2,00 0 2

Dokumen terkait