• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PETA SOSIAL DESA MESKOM

4.2 Pendidikan

Berdasarkan data yang diolah dari monografi desa diperoleh gambaran tingkat pendidikan penduduk Desa Meskom yang pada umumnya relatif rendah.

Sebagian besar penduduk adalah tidak tamat Sekolah Dasar/tamat Sekolah Dasar (68,15 persen). Rendahnya tingkat pendidikan penduduk tampaknya oleh karena masih relatif rendahnya apresiasi orang tua terhadap pendidikan formal bagi anak-anak mereka. Bagi orang tua, pendidikan tidak begitu diperlukan bila hanya bekerja sebagai nelayan, yang terpenting adalah kekuatan fisik dan keterampilan untuk menangkap ikan. Di samping itu faktor tidak tersedianya sekolah, terutama sekolah lanjutan pertama di Desa Meskom menyebabkan banyaknya anak-anak tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan. Secara rinci gambaran keadaan pendidikan penduduk Desa Meskom dari setiap Dusun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Meskom Tahun 2002

Tingkat Pendidikan

Dusun

Jumlah (jiwa) Persentase P. Tunggal M. Tengah S. Merpati S. Ayam

Belum sekolah 254 195 204 193 846 26.94 TT.SD/TSD 677 469 422 514 2082 64.59 SLTP 24 27 26 28 105 4.84 SLTA 19 18 19 20 83 2.64 AKADEMI/PT 9 8 12) 2 31 0.99 Jumlah 983 717 683 757 3140 100

Sumber : Data olahan dari monografi Desa Meskom 2002

Dari empat Dusun yang diteliti berdasarkan Tabel 1 ternyata hampir semua penduduk di setiap Dusun mempunyai tingkat pendidikan penduduk yang relatif sangat rendah. Hampir sebagian besar penduduk hanya tamat SD/tidak tamat SD. Berturut-turut Dusun Perepat Tunggal (68,77 persen), Simpang Ayam (67,89 persen) Meskom Tengah (65,41 persen) dan Simpang Merpati (61,78 persen).

Kemauan atau minat anak-anak nelayan serta kemampuan keluarga nelayan melanjutkan sekolah jenjang pendidikan yang lebih tinggi dapat dikatakan masih kurang. Terlihat persentase anak-anak nelayan yang sedang sekolah ditingkat SMU sangat kecil, yakni hanya sebesar 2,64 persen. Di samping itu terdapat persentase anak-anak yang putus sekolah (drop out) yakni sebesar 5,33 persen.

4.3 Kependudukan

Secara umum penduduk Desa Meskom dijabarkan dalam Tabel 3. Penduduk dibagi berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Meskom menurut kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2002.

Kelompok Umur Laki – laki Perempuan J u m l a h Jiwa persen Jiwa persen Jiwa persen

0 – 4 79 4.16 62 3.26 141 7,43 5 – 9 77 4.05 97 5.10 174 9,17 0 – 14 99 5.21 63 3.31 162 8,53 15 – 19 76 4.00 102 5.37 178 9,38 20 – 24 100 5.27 98 5.16 198 10,43 25 – 29 88 4.63 113 5.95 201 10,59 30 – 34 59 3.10 102 5.37 161 8,48 35 – 39 114 6.00 107 5.63 221 11,64 40 – 44 117 6.16 95 5.00 212 11,17 45 – 49 46 2.42 27 1.42 73 3,85 50 – 54 39 2.05 11 0.58 50 2,64 55 – 59 30 1.58 19 1.00 49 2,58 60 – 64 24 1.26 6 0.03 30 1,58 65 – 69 12 0.63 13 0.68 25 1,32 70 – 74 13 0.68 5 0.26 18 0,95 75 + 3 0.02 3 0.16 6 0,32 Total 1613 100 1517 100 3140 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tergolong kelompok umur kurang dari 15 tahun berjumlah 25,12 persen, 15 – 64 tahun 72,31 persen dan 65 keatas 2,58 persen. Besarnya persentase penduduk pada usia produktif diperkirakan karena faktor migrasi masuk. Keadaan struktur umur penduduk tersebut akan mempengaruhi perkembangan kehidupan para nelayan khususnya dalam hal jumlah nelayan.

Jumlah rumah tangga di Desa Meskom pada tahun 2002 adalah sebanyak 365 KK dengan jumlah penduduk 3140 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2001 sebanyak 2082 orang, maka terjadi penambahan penduduk sebanyak 128 orang, dengan demikian laju perkembangan penduduk adalah 6,77 persen per tahun. Sebagian besar penambahan penduduk tersebut disebabkan oleh migrasi masuk.

Ditinjau dari komposisi penduduk, penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Penduduk laki-laki 1613 orang dan penduduk perempuan berjumlah 1571 orang. Rasio jenis kelamin relatif agak tinggi yaitu 106 yang artinya di Desa Meskom setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki

Dilihat dari etnis, masyarakat Desa Meskom sebagian besar merupakan masyarakat melayu, namun ada sebagian masyarakat yang merupakan masyarakat pendatang seperti misalnya pendatang dari Cina atau dari daerah-daerah lain di luar Riau. Keberadaan masyarakat pendatang ini sudah lama, sehingga sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat asli, namun kondisi sosial masyarakat pendatang umumnya lebih baik dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Para tauke umumnya merupakan masyarakat golongan Cina atau

masyarakat pendatang lain. Dari sisi agama, masyarakat Desa Meskom sebagian besar (lebih dari 90 persen) beragama Islam dan sisanya beragama Kristen, Budha. Konflik sosial atas perbedaan suku dan agama diantara warga masyarakat belum pernah muncul di Desa Meskom.

Untuk mengukur angkatan kerja dapat dilihat dengan menggunakan kelompok usia untuk menilai apakah seseorang termasuk angkatan kerja atau bukan angkatan kerja. Reit Partisipasi angkatan kerja adalah 60,94 persen dan Reit pengangguran sebesar 6.34 persen. Angkatan kerja penduduk pada usia 15 tahun ke atas di Desa Meskom terlihat pada Tabel 3. Pada bagian berikut akan diuraikan lebih rinci tentang mata pencaharian penduduk.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas menurut jenis Kegiatan di Desa Meskom Tahun 2002

No Jenis Kegiatan Jumlah (jiwa) Persentase (persen)

1. Bekerja 561 57,07

2. Mencari Pekerjaan 38 3,87

3. Sekolah 113 11,50

4. Lainnya 271 27,57

Jumlah 983 100,00

Sumber Data : BPS Kabupaten Bengkalis, Tahun 2002.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Meskom menurut Mata Pencaharian Tahun 2002 No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (persen)

1. Pertanian 220 39,21 2. Nelayan 128 22,82 3. Wiraswasta 88 15,69 4. Karyawan Perusahaan 24 4,28 5. Keterampilan Kayu 43 7,66 6. Keterampilan Batu 21 3,74 7. Keterampilan Elektro 7 1,25 8. Keterampilan Las 6 1,07 9. P N S 13 2,32 10. Lain-lain 11 1,96 Jumlah 561 100,00

Penduduk Desa Meskom sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani (tanaman pangan dan perkebunan). Disamping itu terdapat juga sebagai buruh bangunan, pedagang dan lainnya. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian secara umum dapat dilihat pada Tabel 4.

4.4 Sistem Ekonomi a. Pertanian

Masyarakat yang bekerja sebagai petani mengusahakan lahan yang dikuasainya berupa kebun karet, kelapa dan tanaman palawija. Lahan ini dapat berupa tanah milik sendiri maupun yang “dipinjam pakai“ dari pihak lain. Di samping itu terdapat pula sejumlah warga masyarakat yang memiliki tanah yang luasnya sangat kecil dan bahkan ada yang tidak memiliki lahan.

Usaha perkebunan karet yang merupakan usaha yang dikelola oleh sebagian besar warga masyarakat, dilakukan secara tradisional baik menyangkut pengelolaan tanah, pola tanam dan pemeliharaan, serta sistem pengelolaan hasil dan pemasarannya.

Pada daerah kajian, mayoritas petani yang melaksanakan kegiatan usaha tani adalah laki-laki, sedangkan perempuan hanya membantu dalam penanaman, penyiangan dan pemanenan. Hal ini disebabkan laki-laki menganggap pekerjaan menanam tersebut memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi, sehingga kebiasaan tersebut hanya sesuai dikerjakan oleh perempuan. Selain itu, juga disebabkan oleh kebiasaan di daerah tersebut bahwa laki-laki lebih banyak bekerja di kebun dari pada perempuan.

Komoditi perkebunan yang ada di Desa Meskom yang diminati dan diusahakan oleh masyarakat antara lain adalah kelapa, kopi dan karet. Pemasaran

komoditi perkebunan tidak hanya secara lokal tetapi sudah ke luar desa, antar kabupaten, bahkan sudah dibawa ke Negara Malaysia melalui perdagangan lintas batas. Untuk mengetahui luas areal, jumlah petani dan produksi perkebunan di Desa Meskom dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Areal Perkebunan dan Jumlah Petani serta Produksi Desa Meskom Tahun 2002

No Komoditi Luas Areal (Ha) Jumlah Petani (orang) Produksi 1 Karet 486 207 356 ton 2 Kelapa 290 164 1.496 ton 3 Sagu 35 6 180 ton

Sumber Data : Monografi Desa Meskom

. Pada Tabel 5 terlihat bahwa potensi ekonomi lokal di Desa Meskom adalah perkebunan karet dan kelapa, kerena areal perkebunan yang paling luas adalah lahan perkebunan kelapa dan karet, sedangkan untuk komoditi sagu lahannya lebih sedikit karena tumbuh secara alamiah saja.

b. Perikanan

Status nelayan Desa Meskom dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni buruh nelayan yang bekerja pada nelayan pengusaha dan nelayan pemilik yakni nelayan yang menangkap ikan menggunakan sarana penangkapan (alat dan armada penangkapan) sendiri. Untuk lebih jelasnya distribusi nelayan menurut status di Desa Meskom dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Rumahtangga Menurut Status Pekerjaan Nelayan Di Desa Meskom Tahun 2002

Status Jumlah Rumah Tangga Persentase

Nelayan 46 51,69

Juragan (Tauke) 43 48,31

Jumlah 89 100 Sumber : Monografi Desa Meskom.

Sebagian besar 51,69 persen termasuk di dalamnya buruh nelayan di Desa Meskom sisanya 48,31 persen merupakan juragan (tauke). Kegiatan nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap mereka bersifat rutinitas yang dipengaruhi oleh faktor musim. Dalam satu tahun terdapat musim-musim intensitas pengoperasian yang lebih tinggi dan intensitas yang rendah. Biasanya musim melaut dilakukan pada bulan Oktober hingga Maret karena kondisi alam yang memungkinkan untuk melaut, misalnya angin yang terlalu kencang untuk melaut, sementara untuk bulan-bulan lainnya sebagian besar masyarakat tidak melaut tapi melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya seperti berdagang, buruh, bertani dan lain-lain. Di samping itu kegiatan menangkap ikan tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis alat tangkap dan armada penangkapan yang mereka miliki.

Jenis alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan Meskom adalah jaring tangsi, jaring udang, sondong/langgai. Untuk lebih jelasnya gambaran jenis alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan Meskom dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jenis dan Alat Tangkap Yang Dimiliki oleh Nelayan Desa Meskom Tahun 2002 Jenis Alat Tangkap Jumlah (Unit) Persentase

Jaring Tangsi 1215 94,55

Jaring Udang 60 4,67

Sondong/ Langgai 10 0,78

Jumlah 1285 100

Sumber : Monografi Desa Meskom.

Jumlah alat tangkap ikan yang terbanyak di Desa Meskom adalah jaring tangsi, yakni sebanyak 1215 unit (94,55 persen) diikuti oleh alat tangkap jaring udang yakni sebanyak 60 unit atau (4,67persen).

Armada penangkapan ikan yang umumnya digunakan oleh nelayan berkekuatan 2,5-18 GT (Gross Tonase) dan pompong dengan bobot 1-2 GT dengan menggunakan tenaga penggerak mesin 7-16 PK. Di samping itu juga ada

nelayan yang menggunakan sampan dayung untuk mengoperasikan alat tangkapnya. Untuk lebih jelasnya gambaran armada penangkapan di Desa Meskom dapat di lihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Dan Jenis Armada Penangkap Ikan Desa Meskom Menurut Perahu Tahun 2002

Jenis Armada Jumlah Persentase

Kapal Motor 37 41,57

Pompong 52 58,43

J u m l a h 89 100

Sumber : Monografi Desa Meskom, 2002.

Jumlah armada penangkapan ikan yang terbanyak di Desa Meskom adalah pompong sebesar 58.43 persen, lainnya merupakan kapal motor, sebesar 48,43persen. Sedangkan jika dilihat produksi hasil perikanan khusus dari hasil laut mulai tahun 1998 hingga 2004 mengalami fluktuasi dan untuk budidaya di kolam hanya tercatat dua tahun saja yaitu tahun 1998 dan tahun 1999 sedangkan untuk tambak dan keramba jaring apung baru mulai berjalan pada tahun 2000 hingga saat ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9. Produksi Perikanan Kecamatan Bengkalis Tahun 1998 –2004 (ton)

Tahun Penangkapan Laut Budidaya Jumlah

Kolam Tambak KJA

1998 2.133 358.8 2,492.4 1999 2.150 358.8 2.508 2000 756 62.5 818.5 2001 900 135.15 131.5 1,166.5 2002 900 65.75 900 2003 900 95.60 996 2004 3.825 107.2 3,932.20

Sumber : Monografi Desa Meskom 1998-2004

Pada umumnya daerah penangkapan (fishing ground) perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap jaring (jaring hanyut, jaring kurau/bawal dan jaring Apollo) berada di sekitar perairan selat Malaka, sedangkan alat tangkap lain seperti gombang, pengerih dan rawai terletak di sekitar perairan selat Bengkalis.

Data hasil penelitian Tim Peneliti Pusat penelitian Kawasan Pantai dan Perairan Lembaga Penelitian Universitas Riau (Juli 1999), menunjukan angka

kelebihan tangkap (over fishing) pada masing-masing spesifikasi alat tangkap. Untuk alat tangkap jaring hanyut dan Maximum Sustainable Yield (MSY) optimal sebesar 1.137,16 kg dengan jumlah penangkapan optimal 16 unit, untuk gombang MSY 2.969,61 kg dengan penangkapan optimal 5 unit, untuk rawai MSY 6.201,16 kg dengan penangkapan optimal 30 unit, dan untuk jaring Apollo (trammel net) MSY 12.091,71 kg dengan penangkapan optimal 16 unit.

Eko (1999) mengatakan, dasar pantai Meskom adalah pasir berlumpur sangat cocok untuk budidaya ikan dalam keramba dan jaring apung. Jenis ikan yang sangat cocok dibudidayakan adalah ikan kakap putih. Di samping itu budidaya udang widu dapat dikembangkan di Desa Meskom ini. Sejauh ini potensi budidaya perikanan di Desa Meskom belum menunjukan perkembangan yang baik. Sampai saat ini baru dikembangkan tambak udang seluas satu hektar milik Kho Peng. Aktifitas perekonomian masyarakat Desa Meskom yang berhubungan dengan sektor perikanan sangat minim karena keseluruhan pemasaran hasil tangkapan nelayan dikumpulkan pada beberapa orang tauke yang langsung memasarkan hasil tangkapan tersebut kepada konsumen baik melalui pasar ataupun ekspor.

Pola pemasaran perikanan di Desa Meskom mempunyai ciri-ciri yang spesifik, tergantung dari pola penguasaan asset produksi perikanan dan jenis komoditas perikanan yang dihasilkan. Rantai pemasaran hasil perikanan dipengaruhi oleh kepemilikan asset. Asset yang dimiliki sendiri, bentuk pola pemasarannya lebih fleksibel dan dengan demikian harga jual dan mekanisme pasar akan lebih kompetitif. Untuk kepemilikan asset perikanan yang berasal dari pinjaman tauke atau hanya sebagai pihak pengelola, mekanisme pasarnya

cenderung monopolistik, harga jual sepenuhnya ditentukan oleh tauke dan tidak berdasarkan harga pasar.

Mayoritas tauke berjenis kelamin laki-laki, adapun kegiatan pemasaran ini pada umumnya dilakukan oleh kaum perempuan. Akan tetapi segala bentuk kebijakan transaksi didasarkan atas kebijakan suami, baik pengambilan keputusan, pemilihan tauke maupun harga jual hasil tangkapan. Jenis komoditas yang dihasilkan dapat pula membentuk pola pemasaran hasil perikanan yang berbeda. Jenis-jenis komoditas perikanan kualitas ekspor seperti ikan tenggiri, kurau, bawal (Coloscoma sp), udang putih (Penaus sp) dan beberapa jenis ikan lain, pola pemasaran biasanya dijual pada penampung tunggal khusus untuk ekspor. Jenis-jenis ikan dan udang yang berasal dari alat tangkap pengerih yang diolah dalam bentuk asin maupun tawar seperti udang rebon, bulu ayam, gelebei, lomek dan ebi, biasanya dijual kepada pedagang pengumpul untuk dijual di pasar luar seperti Dumai dan Pekanbaru.

Dilihat dari rantai pemasaran hasil perikanan di Desa Meskom relatif pendek, namun porsi yang diterima nelayan sangat rendah. Hal ini disebabkan mekanisme harga tidak berdasarkan harga pasar, tetapi lazimnya ditentukan oleh tauke.

c. Perdagangan

Bidang perdagangan merupakan salah satu bidang usaha yang mampu meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat Desa Meskom, seperti perdagangan hasil perkebunan kelapa, kopi serta karet yang semuanya diperdagangkan keluar daerah, seperti kelapa dijual di daerah Kabupaten Indragiri

Hilir yang merupakan Kabupaten penghasil kelapa yang terbesar di Propinsi Riau. Sedangkan jenis lainnya dibawa ke Negara Malaysia melalui perdagangan lintas batas yang berada di Kecamatan Bantan.

d. Jasa Perorangan dan Kemasyarakatan

Bidang jasa meliputi jasa perorangan dan jasa kemasyarakatan. Jasa perorangan yang berkembang baik adalah usaha transportasi. Sedangkan jasa kemasyarakatan meliputi Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta dan lain-lain.

e. Tingkat Pendapatan

Sebagian besar nelayan Desa Meskom berpendapatan rendah. Tingkat penghasilam masyarakat nelayan dipengaruhi oleh keadaan musim. Hampir 50 persen dari nelayan di Desa Meskom berpendapatan kurang dari Rp. 500.000 per bulan (Tabel 11) yang berpendapatan di atas Rp. 1.000.000 kurang dari 5 persen.

Tabel 11. Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Desa Meskom per Tingkat Pendapatan

Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah Rumah Tangga Persentase

<300.000,- 2 2,25 300.000-399.000,- 4 4,49 400.000-499.000,- 8 8,99 500.000-599.000,- 29 32,53 600.000-699.000,- 25 28,09 700.000-799.000,- 13 14,61 800.000-899.000,- 2 2,25 900.000-999.000,- 3 3,37 > 1.000.000,- 3 3,37 Jumlah 89 100

Sumber : Monografi Desa Meskom, 2002

Nelayan yang berpendapatan rendah terutama yang berstatus sebagai buruh nelayan, rendahnya tingkat pendapatan ini dikarenakan fasilitas pendukung yang masih sangat sederhana dan kurang maksimal serta kurangnya penguasaan nelayan dalam mengantisipasi keadaan alam seperti musim yang kurang mendukung.

4.5 Struktur Komunitas

Struktur masyarakat nelayan Desa Meskom berdasarkan status dalam usaha perikanan laut melibatkan di satu pihak nelayan yang mempunyai status pemilik (juragan). Nelayan pemilik (juragan) terbagi atas nelayan tradisional yang tidak menggunakan perahu atau hanya menggunakan perahu tanpa motor (PTM) dan nelayan non tradisional, yaitu nelayan pemilik yang dalam melakukan usaha penangkapan ikan menggunakan armada kapal motor (K.M). Golongan nelayan non-tradisional dapat dibedakan atas dua lapisan (nelayan non-tradisional) yang telah berhasil dalam usaha secara mandiri dan nelayan non-tradisional yang memperoleh status baru itu berkat fasilitas kredit dari pemerintah.

Dalam suatu komunitas/masyarakat selalu terdapat pelapisan sosial yang menjadi ciri tersendiri bagi struktur komunitas dimaksud. Demikian juga halnya dalam komunitas masyarakat Desa Meskom. Pelapisan sosial dapat dilihat dalam kenyataan kehidupan masyarakat desa sehari-hari, diantaranya terdapat orang-orang yang menyandang status sosial yang lebih tinggi dari warga yang lainya. Dasar pembagian status pada masyarakat Desa Meskom umumnya berdasarkan ekonomi, maksudnya masyarakat yang memiliki materi lebih banyak menempati posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang kurang dalam hal materi. Hal lain yang mendasari pembagian status pada masyarakat Desa Meskom yaitu berdasararkan faktor kekuasaan, artinya golongan masyarakat yang memiliki kekuasaan seperti aparat pemerintahan desa ataupun tokoh masyarakat menempati posisi yang lebih tinggi dari masyarakat biasa.

4.6 Organisasi dan Kelembagaan

Kelembagaan sosial pada dasarnya menyangkut seperangkat norma atau tata kelakuan. Konsisten dengan itu, maka fungsi kelembagaan sosial menurut Sajogyo (1991) adalah : (1) memberi pedoman berperilaku pada individu/masyarakat, bagaimana mereka bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama dalam menyangkut kebutuhan-kebutuhan; (2) menjaga keutuhan, dengan adanya pedoman yang diterima bersama, maka kesatuan dalam masyarakat dapat dipelihara; (3) memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan kontrol sosial (social control), artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku

anggotanya; dan (4) memenuhi kebutuhan pokok manusia/masyarakat, (Kolopaking dan Tony, 2002).

Adanya lembaga yang tumbuh dan berkembang di masyarakat berfungsi dalam meningkatkan kegiatan usaha produktif, memperbaiki sistem komunitas dan interaksi sosial, kesehatan, pendidikan dan kebersihan lingkungan pedesaan. Selain itu juga mampu menggerakkan dan mengarahkan suatu proses perubahan budaya yang terpadu dalam mengubah bentuk kehidupan sosial dan ekonomi pedesaan, serta pengelolaan sumberdaya pemerintah dan wadah partisipasi masyarakat.

Kelembagaan dalam arti organisasi yang timbul mengakar di masyarakat Desa Meskom belum berkembang secara baik. Artinya organisasi yang menggiatkan aktivitas ekonomi kurang mampu menciptakan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi, berupa permodalan, informasi pasar dan teknologi produksi. Sedangkan dari aspek sosial, permasalahan yang timbul yaitu kurangnya

upaya dari dalam maupun luar yang dapat merubah pengaruh lingkungan sosial budaya untuk melepaskan masyarakat dari kondisi kemiskinannya. Ini terlihat dari kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

Tabel 12. Organisasi dan Kelembagaan yang ada di Desa Meskom Tahun 2002 Organisasi kelembagaan Jumlah pengurus

Badan Perwakilan Desa 8 orang

Kelompok PKK 22 orang

Karang Taruna 25 orang

Majelis

a. Majelis Ta’lim kelompok b. Remaja Mesjid kelompok

140 orang 80 orang

Sumber : Monografi Desa Meskom, 2002

Organisasi dan kelembagaan tersebut secara relatif dapat menjalankan tugas dan fungsinya, namun belum mengoptimalkan fungsinya dalam melakukan pelayanan masyarakat. Artinya aktivitas mereka hingga kini masih dapat terus berjalan dengan partisipasi anggota yang relatif tinggi. Sebagai contoh, kelompok remaja mesjid melakukan aktivitasnya setiap malam Sabtu dengan berlatih “kompang“ dan “rebana”. Kelompok remaja mesjid ini melakukan aktivitasnya dengan menggunakan lokasi secara bergantian di rumah-rumah. Sedangkan kelompok PKK yang berada di desa tersebut setiap minggu melakukan pertermuan di aula kantor desa dengan acara semacam arisan yang diikuti ibu-ibu rumah tangga. Badan Perwakilan Desa (BPD) merupakan perwakilan dari masyarakat untuk menyerap aspirasi dari keinginan dan kebutuhan masyarakat. Kenyataannya tugas ini sudah cukup baik dilakukan oleh anggota BPD menurut masyarakat.

Walaupun peran dari organisasi-organisasi tersebut belum berperan secara maksimal namun menurut masyarakat organisasi-organisasi di atas cukup

berperan dalam meningkatkan kekompakan dan keakraban diantara warga komunitas di desa setempat. Pada organisasi tersebut hingga kini belum pernah timbul konflik terbuka antara sesama pendukung organisasi yang bersangkutan. Hal ini disebabkan antara lain adanya rasa saling menghormat di antara sesama anggota, sesama organisasi tersebut dan ini didukung pula oleh adanya bimbingan Kepala Desa.

4.7 Pengelolaan Sumber Daya Lokal

Kelangsungan hidup praktek pengelolaan sumber daya laut tradisional dihadapkan pada persoalan semakin terbatasnya akses sumber daya perikanan laut. Keterbatasan akses sumber daya tersebut pada satu sisi disebabkan telah beroperasinya kapal-kapal besar yang mempergunakan alat-alat tangkap yang menguras sumberdaya (over exploitation) yang memasuki wilayah tangkapan tradisional, dan pada sisi yang lain adanya sifat sumberdya perikanan yang dianggap tidak bertuan (open acces). Setiap orang atau kelompok berpeluang untuk memanfaatkan sumberdaya itu yang semakin terkuras, cepat habis dan tidak jelas keberlangsungan pemanfaatannya.

Sifat keterbukaan sumber daya perikanan tersebut berkaitan pula dengan ketidakpastian pemilikan sumber daya. Tidak adanya keterbukaan dan ketidakpastian pemilikan sumber daya (property right) merupakan sumber penyebab kehancuran sumber daya yang pada gilirannya mempengaruhi kelangsungan praktek pengelolaan sumber daya. Setiap orang atau kelompok masyarakat tidak memiliki hak apa-apa terhadap sumber daya tersebut kecuali peluang untuk memanfaatkan saja. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasi

kehancuran sumber daya yang paralel dengan keberlangsungan praktik tradisional pengelolaan sumber daya adalah pemberian hak-hak kepemilikan (property right) melalui aturan main, hukum atau kebijaksanaan publik dan kontrol serta pengawasan dan pengaturan terhadap sumber daya alam tersebut, setidaknya untuk jangka panjang dalam rangka otonomi daerah hal ini perlu dipertimbangkan. Sebagaimana telah diutarakan pada uraian yang lalu bahwa Desa Meskom adalah salah satu desa penghasil ikan untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Kabupaten Bengkalis, bahkan sampai dijual ke kabupaten lain yang berdekatan dengan Kabupaten Bengkalis seperti Kabupaten Karimun, Dumai dan lainnya.

Masyarakat nelayan di Desa Meskom telah menekuni pekerjaan ini secara turun temurun. Hal ini mengingat letak desa yang berada di kawasan pantai. Faktor lainnya adalah pekerjaan nelayan merupakan kegiatan yang paling mudah dilakukan bila dibandingkan pekerjaan lain yang ada di Desa Meskom. Selama ini para nelayan masih mengandalkan penangkapan ikan dengan teknik konvensional yakni menggunakan jaring dan belum mengarah pada penggunaan teknologi maju di bidang perikanan.

4.8 Kedudukan Perempuan di Desa Meskom

Sistem pembagian kerja pada aktivitas masyarakat nelayan Desa Meskom selama ini tampak menunjukkan adanya suatu kesetaraan sebagaimana yang tampak pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Sistem Pembagian Kerja Pada Aktivitas Masyarakat Nelayan Desa Meskom Jenis Pekerjaan SL BL L+P BP SP A. Subsistensi Mancari ikan x Mencari nener x Mencari kerang x

Membuat dan memperbaiki perahu x

Memperbaiki mesin perahu x

Membuat jaring x

Dokumen terkait