BAB IV PEMBAHASAN
2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah
Kutipan : “Aku meminta mereka banyak-banyak berdoa.
Pesanku, jangan lupa salat malam agar
dimudahkan untuk menjawab soal dan coba lihat lagi apa yang sudah diajarkan agar pikiran kembali
segar saat dihadapkan dengan soal-soal.”(Anak
39 b. Wudhu
Kutipan : “Agenda hari pertama adalah etika masuk dan berada di masjid serta berwudu yang baik dan benar. Ternyata banyak anak yang belum berwudu saat akan salat. Ini yang menjadi target utama, membiasakan anak bersuci sebelum bertemu
Tuhan-Nya.”(Anak-Anak Angin. 2013:172).
c. Puasa
Kutipan : “Aku senang sekali ketika tahu beberapa anak sudah mulai berpuasa. Kebanggaan itu kadang muncul untuk hal-hal kecil seperti ini. Mereka berani mencoba dan teguh menjalani.”(Anak-Anak Angin, 2013:184).
d. Azan
Kutipan : “Aku menyaksikan sendiri bagaimana Ajrul berubah. Ketika azan Magrib berkumandang, dia sudah siap sedia, berada di jalan untuk menuju
masjid bersama anak-anak lain.”(Anak-Anak
Angin, 2013:222).
e. Membaca Al-Qur’an
Kutipan : “Setelah turun salat Magrib, dia ikut rombongan
anak-anak mengaji denganku.”(Anak-Anak Angin,
2013:222).
f. Berdoa
Kutipan : “Kami terlebih dahulu berdoa bersama. Anak -anak mungkin belum semua mengerti arti berdoa. Meski butuh waktu, aku tentu berharap pada akhirnya mereka tahu bahwa usaha tak akan ada
artinya tanpa berdoa. Kita butuh berdoa
sebagaimana kita butuh untuk terus bernafas. Aku menaruh hati besar pada anak-anak yang khusyuk berdoa. Mereka memejamkan mata dan memegang erat burung-burung mereka. Terlantun harap yang
tulus dari bibir-bibir mungil itu.”(Anak-Anak
Angin, 2013:228).
g. Salat Berjamaah
Kutipan : “Masyarakat Muslim dari berbagai penjuru selalu berkumpul di masjid besar desa saat waktu salat tiba.”(Anak-Anak Angin, 2013:180).
40
“Biarpun sudah sangat tua dan jalannya sudah bungkuk dan tertatih, beliau tak pernah melewatkan beribadah di masjid dan mengusahakan pendidikan yang lebih baik untuk masyarakatnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:246).
3. Pedidikan Akhlak
a. Akhlak terhadap Allah
1) Adab Berdoa
Kutipan : “Pada saat itu aku menengadahkan tangan, meminta kepada Allah untuk tetap mematikan listrik ini.”(Anak-Anak Angin, 2013:47).
2) Husnudzan
Kutipan : “Allah, sesungguhnya aku berusaha untuk terus
berprasangka baik pada-Mu.”(Anak-Anak Angin,
2013:47).
3) Bersyukur
Kutipan : “Kalau tak kuat berpegangan, bisa-bisa kami tercebur. Tapi alhamdulillah, cuaca cerah dan lautan pun tenang.”(Anak-Anak Angin, 2013:102).
4) Tawakal
Kutipan : “Untuk Ujian Nasional yang akan datang, menurutku, biarkan mereka mendapatkan nilai yang pantas mereka dapatkan dengan kemampuan mereka sendiri. Tak perlu lagi dibantu, tak perlu lagi direkayasa. Biarkan Tuhan dan ikhtiar yang menentukan kelulusan mereka.”(Anak-Anak Angin, 2013:142-143).
b. Akhlak terhadap diri sendiri
1) Qanaah
Kutipan : “Kalau belum diterima, berarti memang belum jalannya. .., aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:5-6).
41 2) Menjaga Niat
Kutipan : “Pilot menjaga kestabilan seperti kami, sepuluh
Pengajar Muda, yang juga menjaga niat
kami.”(Anak-Anak Angin, 2013:12).
3) Muhasabah
Kutipan : “Anak-anak itu harus belajar dari kesalahan yang mereka buat. Harapannya tentu agar mereka tidak
mengulanginya di kemudian hari.”(Anak-Anak
Angin, 2013:29).
4) Ikhlas
Kutipan : “Sejak awal aku tahu masalah ini tak akan cepat selesai. Aku terjebak di dalam lingkaran ini dan tak bisa keluar lagi. Sebuah pelajaran hebat lagi dari Tuhan yang mungkin menginginkanku untuk
mengikhlaskan semua.”(Anak-Anak Angin,
2013:55).
5) Tanggung Jawab
Kutipan : “Benar, uang itu bukan milikku. Namun tidak berarti aku bisa begitu saja lepas tangan dan melupakan semuanya.”(Anak-Anak Angin, 2013:55).
6) Disiplin
Kutipan : “Kedisiplinan murid-murid juga sangat baik. Hampir tak ada lagi yang makan di kelas,
menaikkan kaki di kursi, ribut yang
berlebihan.”(Anak-Anak Angin, 2013:113).
7) Tawadhu’
Kutipan : “Olan unggul dalam pelajaran Matematika, Bahasa, dan IPA sehingga dia berhak untuk menjadi yang terbaik. Meskipun begitu Olan tak pernah merasa lebih pintar. Dia selalu haus akan ilmu.”(Anak-Anak Angin, 2013:127).
8) Jujur
Kutipan : “Aku pun menambahkan,’Kejujuran adalah yang paling utama. Jadikan ujian ini sebagai yang terakhir selama kalian belajar di SD.”(Anak-Anak Angin, 2013:146).
42 9) Sabar
Kutipan : “Selesai sudah peperangan terbesar yang pernah dilakukan seorang hamba. Kemenangan megah sudah di depan mata bagi mereka yang sabar dalam imannya.”(Anak-Anak Angin, 2013:184).
10) Hemat
Kutipan : “Dua minggu lalu, aku dan anak-anak kelas IV sepakat untuk membiasakan diri menabung untuk menanamkan nilai hidup hemat. Kebetulan saat itu materi yang dipelajari memang seputar uang. Kupikir anak-anak harus belajar bagaimana cara
mengatur dan menggunakan uang dengan
baik..”(Anak-Anak Angin, 2013:187).
11) Optimis
Kutipan : “Namun perintah tersebut membuatku tertantang. Dengan waktu dan sumber daya terbatas, ada optimisme muncul bahwa dengan niat tulus dan
kerja keras tidak ada yang tidak bisa
dicapai.”(Anak-Anak Angin, 2013:209).
12) Amanah
Kutipan : “Tidak, Pak Bayu. Ini adalah amanat jemaah
untuk Pak Bayu. Saya tidak berhak
menerimanya.”(Anak-Anak Angin, 2013:244).
c. Akhlak terhadap Orangtua
Birrul walidain
Kutipan : “..., dia akan menjadi anak yang membanggakan keluarganya. Kalau dia di rumah, Budi sering
mengerjakan tugas-tugas rumah.”(Anak-Anak
Angin, 2013:21).
“Aku mengetik perlahan, ‘Terima kasih, Pak. Doakan aku terus, ya.”(Anak-Anak Angin, 2013:129).
“Mungkin ini terlalu tergesa. Tapi, Mama, kupersembahkan rasa hormat kepadamu setulusnya layaknya seorang anak kepada ibunya.”(Anak-Anak Angin, 2013:86).
43 d. Akhlak terhadap sesama
1) Menjamu Tamu
Kutipan : “Sampai di sana, kami sudah disambut oleh Pak Rus dan Ibu. Sudah terhidang makanan yang jumlahnya tak sedikit.”(Anak-Anak Angin,2013:106).
“Selepas Isya, tamu-tamu mulai berdatangan. Aku berusaha sebaik mungkin menyambut mereka satu persatu.”(Anak-Anak Angin, 2013:233).
2) Peduli
Kutipan : “Ketidakpedulian itu membunuh. Tak ada usaha perbaikan akan membuat masalah ini seperti tongkat estafet, terus diserahkan kepada pelari berikutnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:150).
3) Menghargai
Kutipan : “Kalau dulu paling sulit ketika disuruh mengerjakan tugas, sekarang dia selalu mencoba walaupun masih lambat dan hasilnya pun belum benar. Akan tetapi, usahanya ini aku hargai sangat tinggi.”(Anak-Anak Angin, 2013:164).
4) Menyampaikan Ilmu
Kutipan : “Aku mengajak anak-anak Pondok Pesantren untuk berbagi ilmu. Hanya segelintir santri yang masih menginap di Pondok, sisanya pulang kampung. Tapi, alhamdulillah, dari yang sedikit itu ada lima orang yang siap membantu.”(Anak-Anak Angin, 2013:170).
5) Gotong Royong
Kutipan : “Aku, bekerja sama dengan Adhi dan anak-anak muda dari Ikatan Remaja Bibinoi, merencanakan
berbagai lomba khas 17 Agustus sebagai
pendamping acara resmi upacara penaikan bendera merah putih.”(Anak-Anak Angin, 2013:175).
6) Musyawarah
Kutipan : “Bapak dan ibu dari Dinas Pendidikan menyerahkan keputusan kepada musyawarah guru, kepala sekolah, dan masyarakat. Aku amat setuju
44
dengan kebijakan tersebut.”(Anak-Anak Angin,
2013:197).
7) Mengucapkan Salam
Kutipan : “Saat masuk ke ruang guru ia mengucap salam
kepada semua yang hadir. Kami sudah
menunggunya sedari tadi.”(Anak-anak Angin, 2013:198).
8) Menjenguk Orang Sakit
Kutipan : “Murid-murid dan rekan guru menjadi penyemangat dalam menghadapi segala yang sulit. Anak-anak sering menjenguk sebelum mereka berangkat sekolah, sekadar mengucap salam saja, ‘Pak Guru!’. Ketika istirahat pun mereka menyempatkan diri berjalan ke sekitar pantai untuk mengintip keadaanku lewat jendela yang memang kubiarkan terbuka.”(Anak-Anak Angin, 2013:204).
9) Ta’awun
Kutipan : “Terkumpul sekitar seratus lima puluh ribu rupiah dari uang jemaah gereja yang entah akan kuapakan. Kemudian aku teringat Verson dan teman-temannya yang ingin mengadakan acara Natal bulan depan. Segeralah aku pamit kepada Pendeta dan beberapa tokoh gereja yang juga hadir lalu meminta seorang anak mencari pemuda itu.”(Anak-Anak Angin, 2013:245).
10) Silaturahmi
Kutipan : “Setelah acara seremonial, aku bersilaturahmi dengan semua warga yang ada di sana. Kujabat tangan mereka, kami bertatap mata dalam sebuah ikatan yang hangat. Kami saling berpeluk, mengucapkan terima kasih, dan berpesan kata yang
indah-indah.”(Ana-Anak Angin, 2013:246).
11) Saling Memaafkan
Kutipan : “Pak Adin, saya minta maaf kalau selama ini banyak salah. Terima kasih atas semuanya. Beliau mengangguk dan mengucapkan sesuatu. Suaranya tersamar isakan. Tapi aku menangkap sedikit
45
ucapan beliau. Terima kasih. Maaf.”(Anak-Anak Angin, 2013:247).
12) Sopan Santun
Kutipan : “Pada setiap kesempatan, aku selalu mengingatkan anak-anak untuk terus menjaga perilaku santun dan sopan pada sesama, siapa pun orangnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:229).
e. Akhlak terhadap guru
Menghormati Guru
Kutipan : “ Keesokan harinya, dalam apel pagi, aku memperingatkan Ajrul dan anak-anak lain untuk menghormati setiap guru tanpa terkecuali, misalnya
dengan mengikuti pelajaran dengan baik,
mengerjakan apa yang diminta, serta memberikan salam, dan mencium tangan.”(Anak-Anak Angin, 2013:220).
B. Karakter Seorang Pendidik
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi anak didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskannya (Muhaimin dan Mujib, 1993:168).
Sama dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif ( Tafsir, 2001:74).
Menurut Al-Abrasyi dalam buku Tafsir (2008: 82) menyebutkan bahwa pendidik dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat atau karakter sebagai berikut:
1. Zuhud (tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari keridaan Allah
46
2. Bersih tubuhnya, jadi penampilan lahiriahnya menyenangkan 3. Bersih jiwanya (tidak mempunyai dosa besar)
4. Tidak ria (ria akan menghilangkan keikhlasan) 5. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati 6. Tidak menyenangi permusuhan
7. Ikhlas dalam melaksanakan tugas 8. Sesuai perbuatan dengan perkataan 9. Tidak malu mengakui ketidaktahuan 10. Bijaksana
11. Tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar 12. Rendah hati (tidak sombong)
13. Lemah lembut 14. Pemaaf
15. Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil 16. Berkepribadian
17. Tidak merasa rendah diri
18. Mencintai murid seperti mencintai anak sendiri
19. Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan dan pemikiran
Sedangkan menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ditegaskan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, diantaranya sebagai berikut:
47
1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta pendidik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam SNP
3. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
4. Kompetensi Sosial, adalah adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Karakter tokoh utama pendidik (Pak bayu) dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada, dijabarkan sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik
a. Menguasai kelas
Kutipan : “Anak-anak cukup terhibur dengan pemakaian dua kata itu. Aku berhasil ‘memegang’ perhatian mereka. Tidak terlalu sulit ternyata. Dibanding kepala sekolah atau guru lain yang mengatur murid dengan suara kelas dan rotan, cara-cara berbeda seperti ini membuat mereka menikmati perlakuan
48
baru dari seorang guru.”(Anak-Anak Angin, 2013:26).
“Satu cara yang menjadi andalanku adalah lomba jadi patung. Ketika anak-anak sedang ribut, aku selalu bisa membuat seisi kelas kembali tenang dengan satu kalimat sakti, ‘Lomba jadi patung!’ Seketika semua anak diam dan menampilkan wajah jelek.”(Anak-Anak Angin, 2013:163).
b. Kreatif dan Inovatif
Kutipan : “Dengan kamera dan laptop, aku memperkenalkan kepada mereka dunia yang berbeda.”(Anak-Anak Angin, 2013:27).
“Sistem bintang dan tengkorak agaknya memang efektif untuk anak-anak ini. ...Sistem Reward and Punishment ini membuat mereka terus berbuat baik dan mengerjakan soal sebaik mungkin, dan berhati-hati untuk tidak melanggar peraturan kelas.” (Anak-Anak Angin, 2013:113).
“Membuat origami kicir angin setelah mengajarkan materi tentang energi gerak. Anak-anak senang sekali dengan praktik ini.”(Anak-Anak Angin, 2013:160).
2. Kompetensi Profesional
Menguasai Materi
Kutipan : “Meskipun sudah lama sekali sejak terakhir kali mengerjakan soal Matematika (yang kuingat, kuliah semester tiga), tak terlalu lama buatku untuk mahir berenang lagi di dalamnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:132).
3. Kompetensi Kepribadian
a. Optimis dan berorientasi pada masa depan
Kutipan : “Aku ingin membuktikan kepada Bapak bahwa keputusan yang kuambil adalah yang terbaik. Bukan sekarang. Nanti, suatu saat, Bapak pasti akan bangga. Pasti.”(Anak-Anak Angin, 2013:8).
“Bapak dan Ibu boleh jadi petani, boleh jadi nelayan. Tapi anak kalian harus jadi dokter, jadi insinyur, atau jadi guru. Anak-anak harus pergi ke sekolah. Dengan pendidikan, mudah-mudahan
49
hidup kita semua akan jadi lebih baik.”(Anak-Anak Angin, 2013:242).
b. Memiliki Dedikasi yang tinggi
Kutipan : “Sekali lagi pola pikir benar-benar menentukan: selalu mencoba tak banyak berekspektasi tapi terus berusaha memberikan yang terbaik. Satu tahun itu sebentar.”(Anak-Anak Angin, 2013:15).
“Waktu tak mau menunggu, dia terus berlalu. Semakin lama aku meringkuk di kasur ini, semakin telat aku datang ke sekolah. Sempat terpikir untuk tidak masuk sekolah setelah mendengar hujan turun lebib deras.”(Anak-Anak Angin, 2013:63).
c. Bijaksana dan Adil
Kutipan : “Kupikir tidak menjadi masalah bagi guru untuk memiliki murid-murid yang disenangi, asalkan tetap memperlakukan setiap murid dengan setara dan tanpa memihak.”(Anak-Anak Angin, 2013:65). “Penempatan posisi sedikit banyak menentukan cepat atau lambatnya seorang anak menangkap materi. Posisi yang diatur dengan tepat akan memudahkan guru menaruh dan memilah perhatian pada setiap murid.”(Anak-Anak Angin, 2013:110). “Banyak dari mereka ingin segera melapor ke Dinas Pendidikan agar beliau dicopot dari dari jabatannya. Aku tidak setuju. Bagiku, pencopotan jabatan seseorang tidak serta-merta menyelesaikan masalah.”(Anak-Anak Angin, 2013:195).
d. Penuh kasih Sayang
Kutipan : “Tak perlu takut dengan Pak Guru. Pak Guru sayang kalian semua. Mendengar kata ‘sayang’, mereka teriak, cieee!.”(Anak-Anak Angin, 2013:77).
e. Pantang Menyerah
Kutipan : “Aku tidak menyerah begitu saja. Kalau bahasa menjadi syarat mutlak komunikasi pembelajaran, dan bahasa daerahlah yang mereka bisa, maka aku wajib belajar bahasa mereka. Oleh karena itu, setiap kali ada sekumpulan orang berbincang di sekitaran desa, aku selalu nimbrung.”(Anak-Anak Angin, 2013:119).
50 4. Kompetensi Sosial
a. Peduli dan Responsif
Kutipan : “Tak jarang Marsel tak masuk sekolah. Kalau sedang belajar matematika, aku jadi merasa kehilangan anak ini. Ketika mencari tahu bagaimana keadaan anak ini di rumahnya, aku mendapati bahwa Marsel kerap pergi membantu
orangtuanya di kebun selama beberapa
hari.”(Anak-Anak Angin, 2013:34).
“Aku tentu penasaran mengapa Munarsi tak menjawab ketika ditanya tentang keluarganya. Aku
mencoba menggali lebih dalam. Anak ini
menyembunyikan sesuatu. “(Anak-Anak Angin, 2013:39).
b. Ramah dan Bersahabat
Kutipan : “Pada saat-saat seperti itu aku menemani mereka membaca di bawah pohon, mengajak bermain, atau sekedar mengobrol dan bercanda. Terkadang aku membacakan cerita, kami bernyanyi bersama, atau
sekadar tidur-tiduran. Mereka memainkan
rambutku, meminjam kacamata, tertawa lepas, mengajak bermain congklak, makan roti bersama, dan melakukan hal-hal ceria lain.(Anak-Anak Angin, 2013:41).
51 BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam
1. Pendidikan Akidah/Keimanan
a. Iman Kepada Allah
Beriman kepada Allah, artinya ialah mengakui, mempercayai atau meyakini bahwa Allah itu ada, dan bersifat dengan segala sifat yang baik dan maha suci dari segala sifat yang buruk (Tatapangarsa, 1980:20).
“Dia (Musa) menjawab, ‘sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Q.S. asy-Syu’ara:62).
Ayat di atas menceritakan tentang pasukan Nabi Musa yang dikejar oleh pasukan musuh dan di hadapan mereka terbentang lautan. Salah satu tentaranya mengatakan bahwa pasukan akan tersusul oleh musuh. Tetapi Nabi Musa percaya bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya. Dan Allah akan memberi petunjuk kepada hamba-Nya yang bertakwa.
“...,aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu yang
52
Kutipan novel di atas menunjukkan tentang adanya Allah SWT. Bahwa kita harus percaya semua yang kita miliki, semua yang terjadi pada kita adalah kehendak Allah SWT. Karena Allah memiliki sifat Iradah (berkehendak). Allah menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapapun. Apapun yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan sebaliknya yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi.
2. Pendidikan Syariah/Ibadah
a. Wudhu
Wudhu merupakan ibadah sunah yang dilakukan oleh umat Islam dalam rangka bersuci dari hadas kecil. Amal sunah ini menjadi fardhu karena menjadi syarat terpenuhinya amal yang lain, seperti salat. Disunahkan bagi setiap muslim untuk selalu menjaga wudhunya
atau menjaga kesuciannya ( Ra’uf, 2014:9).
“Agenda hari pertama adalah etika masuk dan berada di masjid
serta berwudu yang baik dan benar. Ternyata banyak anak yang belum berwudu saat akan salat. Ini yang menjadi target utama, membiasakan anak bersuci sebelum bertemu
Tuhan-Nya.” (Anak-Anak Angin, 2013:172).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa wudhu merupakan hal yang harus dilakukan sebelum melakukan salat dan ibadah-ibadah lain. Karena pada dasarnya kita harus dalam keadaan suci ketika bertemu Allah (ibadah). Oleh karena itu, anak-anak harus dibiasakan
53
sejak kecil untuk berwudhu sebelum melakukan ibadah. Allah SWT berfirman:
...
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (Q.S. al-Maidah:6).
Allah memerintahkan kepada kita untuk berwudhu sebelum salat. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah pasti mengandung hikmah. Salah satunya wudhu, dengan berwudhu berarti kita telah menjaga kebersihan, dan kebersihan adalah bagian dari iman. Allah juga telah menjelaskan tata cara berwudhu dalam
al-Qur’an.
b. Salat Berjamaah
Salat berjamaah adalah salat yang dikerjakan bersama-sama dengan paling sedikitnya adalah imam dan seorang makmum (Abdurrahman dan Bakhri, 2006: 142).
“Biarpun sudah sangat tua dan jalannya sudah bungkuk dan
tertatih, beliau tak pernah melewatkan beribadah di masjid dan mengusahakan pendidikan yang lebih baik untuk masyarakatnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:246).
Kutipan novel di atas menunjukkan keistikamahan seorang kakek dalam melaksanakan salat berjamaah. Ini menunjukkan bahwa
54
kita sebagai generasi muda harus mencontoh amal sunah tersebut. Terutama salat berjamaah bagi seorang laki-laki.
ةَجَرَد َنيِرجشِعَو ٍعجبَسِب ِّذَفجلا َةَلاَص ُلُضجفَ ت ِةَعاَمَجلْا ُةَلاَص
Salat berjamaah itu lebih utama daripada salat sendirian dengan (selisih pahala) dua puluh tujuh derajat,”(Al-Bukhari).
Melaksanakan salat secara munfarid memang tidak berdosa, akan tetapi lebih utama melaksanakan salat secara berjamaah. Karena pahala salat berjamaah dilipatgandakan menjadi dua puluh tujuh derajat. Selain memiliki pahala yang besar salat berjamaah memiliki manfaat yang banyak. Manfaat salat berjamaah diantaranya adalah menjalin silaturahmi, saling menyayangi, saling mengenal, memupuk persamaan, dan lain-lain.
Salat berjamaah juga melatih kita untuk menahan/menguasai diri. Sebagai makmum kita harus mengikuti imam. Makmum tidak boleh mendahului imam, tidak boleh tertinggal jauh dengan imam, dan tidak boleh bersamaan. Kita harus mengikuti imam, karena imam dalam salat adalah pemimpin.
c. Salat Tahajud
Tahajjud diambil dari kata al-hujud yang diartikan tidak tidur.
Dikatakan untuk salat malam tahajjud. Dikatakan pula al-hajid,
artinya orang yang salat di malam hari (Al-Khuzaim, 2004:55). Salat tahajud adalah salat sunah yang dilakukan pada malam hari setelah tidur. Allah SWT berfirman:
55
“Pada sebagian malam hari bersalat tahajudlah sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji,”(Q.S. Al-Isra’:79).
Disunahkan untuk melaksanakan salat tahajud di malam hari.
Allah akan mengangkat derajat hamba-Nya yang istiqomah dalam mengerjakan salat tahajud. Salat tahajud merupakan salat sunah sebagai ibadah tambahan.
“Aku meminta mereka banyak-banyak berdoa. Pesanku, jangan lupa salat malam agar dimudahkan untuk menjawab soal dan coba lihat lagi apa yang sudah diajarkan agar pikiran kembali segar saat dihadapkan dengan soal-soal.” (Anak-Anak Angin,2013:135).
Kutipan novel di atas mengajarkan kepada kita untuk melaksanakan salat tahajud. Salat tahajud merupakan ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah mencintai hamba-Nya yang selalu mendekatkan diri dan berdoa kepada-hamba-Nya.
Dengan salat tahajud insyaallah urusan kita akan berjalan dengan lancar. Sebagai contoh ketika kita akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Kita melaksanakan salat tahajud dan berdoa untuk kelancaran dalam mengikuti UN. Berdoa diikuti dengan usaha. Setelah salat tahajud kita mengulangi pelajaran yang akan diujikan. Belajar di pagi hari adalah waktu yang tepat. Karena di pagi hari badan dan pikiran kita masih segar, sehingga kita akan mudah memahami apa yang kita pelajari.
56 d. Puasa
Dari segi bahasa, puasa berarti menahan (imsak) dan mencegah (kaff) dari sesuatu. Adapun menurut syarak (syara’), puasa
berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang bersangkutan pada siang hari, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari (Al-Zuhayly, 1995:84).
Puasa merupakan satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Dengan ketaatan, urusan seorang Mukmin akan berdiri tegak di atas kebenaran yang disyariatkan oleh Allah SWT. Karena puasa bisa merealisasikan ketakwaan, yakni menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang-Nya. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah:183)
Puasa bisa menjadi sarana latihan untuk menempa berbagai macam sifat terpuji. Oleh karena itu, sebaiknya para orangtua mulai melatih anak-anaknya berpuasa dari kecil. Tetapi tidak boleh dipaksakan, harus bertahap.
“Aku senang sekali ketika tahu beberapa anak sudah mulai