i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN
KARYA BAYU ADI PERSADA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ETIK HANDAYANI
NIM 11111162
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
iii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN
KARYA BAYU ADI PERSADA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ETIK HANDAYANI
NIM 11111162
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِا
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.
(Q.S. Al Insyirah ayat 6)
PERSEMBAHAN
Untuk orangtuaku (Bapak Zarkasi dan Ibu Suratmi), Kakakku (Volta Nafidatul Ifayati dan Rofik Prihatin),
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Anak-anak Angin Karya Bayu Adi Persada. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. 3. Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI.
4. Imam Mas Arum, M. Pd., selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.
5. Dra. Sri Suparwi, M.A., selaku dosen pembimbing akademik yang membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
ix
7. Bapak dan Ibu Penulis (Bapak Zarkasi dan Ibu Suratmi), yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman senasib seperjuangan 2011, khususnya jurusan PAI. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuan dan motivasinya.
Harapan penulis semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini teriring dengan doa Jazakumullah Khairal Jaza’.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini, masih terdapat banyak kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Salatiga, 07 Agustus 2015
Penulis
x ABSTRAK
Handayani, Etik. 2015. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Anak-Anak
Angin Karya Bayu Adi Persada. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Novel Anak-Anak Angin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Apakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung pada novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada 2. Bagaimanakah karakteristik tokoh utama pendidik yang patut diteladani pada novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada 3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung pada novel Anak-Anak Angin Karya Bayu Adi Persada pada kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis
(descriptive of analyze research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi, analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Anak-Anak Angin diantaranya: nilai pendidikan aqidah/keimanan (iman kepada Allah), nilai pendidikan
syari’ah/ibadah (salat tahajud, wudhu, salat berjamaah, puasa, azan, membaca al
qur’an, berdoa), nilai pendidikan akhlak {akhlak terhadap Allah (adab berdoa, bersyukur, husnudzan, tawakal), akhlak terhadap diri sendiri (qanaah, menjaga niat, muhasabah, ikhlas, tanggung jawab, disiplin, tawadhu’, jujur, sabar, hemat, optimis, amanah), akhlak terhadap orang tua (birrul walidain), akhlak terhadap
xi DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 7
F. Penegasan Istilah ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II BIOGRAFI NOVEL A. Biografi Bayu Adi Persada ... 16
xii
C. Karakteristik Novel Bayu Adi Persada ... 20
D. Karya-Karya Bayu Adi Persada ... 22
E. Unsur-Unsur Intrinsik Novel ... 25
F. Sinopsis Novel Anak-Anak Angin ... 32
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A. Tentang Nilai ... 37
B. Karakter Seorang Pendidik ... 45
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam ... 51
1. Pendidikan Aqidah/Keimanan ... 51
2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah ... 52
3. Pendidikan Akhlak ... 60
B. Karakter Tokoh Utama Pendidik ... 97
C. Implikasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan ... 105
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 110
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Daftar Nilai SKK
Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 4 Wawancara
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini disadari bahwa di lingkungan masyarakat tengah berlangsung krisis dalam segala aspek kehidupan. Kemiskinan, kebodohan, kedzaliman, penindasan, ketidakadilan, kemerosotan moral, peningkatan tindak kriminal, dan berbagai bentuk penyakit sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Krisis ini terjadi salah satunya dikarenakan adanya kerusakan yang ditimbulkan oleh kemaksiatan yang dilakukan manusia setelah sekian lama hidup dalam sistem sekuleristik. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik, serta paradigma pendidikan yang materialistik. Sistem pendidikan yang materialistik lebih memberikan suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material, semisal gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dan diilusikan harus segera dapat menggantikan investasi pendidikan yang telah dikeluarkan (http://www.rokhim.net/2011/12/krisis-pendidikan-Islam-dan-strategi).
Sistem pendidikan yang materialistik telah gagal melahirkan manusia shaleh yang menguasai iptek yang diinginkan dalam pendidikan Islam.
2
Pendidikan Islam merupakan bagian terpenting dalam dunia pendidikan. Karena manusia dalam mengembangkan potensi dirinya harus sesuai dengan norma Islam agar seimbang dalam tugasnya sebagai individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan, serta terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).
Pendidikan Islam sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan Islam akan membentuk manusia yang tidak hanya memiliki intelektualitas tinggi, namun juga berkarakter, berkepribadian, berakhlak mulia, dan memiliki kecerdasan emosional, serta memiliki kekuatan spiritual keagamaan.
Pendidikan Islam tidak hanya bisa didapat melalui forum-forum Islam saja. Pendidikan Islam bisa didapat di mana dan dari mana saja. Salah satunya adalah dari sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Maksudnya, karya sastra yang tidak hanya berisi hiburan saja, namun juga sarat akan makna berupa nilai-nilai pendidikan dan nasehat/petuah.
Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam melalui karya sastra akan lebih menarik. Karena selain menggunakan bahasa yang mudah dipahami, juga menceritakan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang bisa diambil sisi positifnya, yang kemudian bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji pesan-pesan yang terkandung dalam novel. Peneliti meyakini bahwa novel memiliki pesan yang sarat akan nilai-nilai moral dan pendidikan. Salah satunya adalah novel Anak-Anak
Angin karya Bayu Adi Persada. Bayu Adi Persada adalah salah seorang dari
3
hampir dua tahun kembali dari tempat tugas, Bayu menulis novel Anak-Anak
Angin yang diterbitkan oleh PlotPoint Publishing.
Novel ini berisi tentang catatan perjalanan seorang pengajar muda dalam menjalankan tugasnya di desa kecil bernama Bibinoi. Letaknya di pesisir pantai, berjarak sejam perjalanan laut dari pelabuhan Babang di pulau Bacan, pulau utama Kabupaten Halmahera Selatan. Anak-Anak Angin
merupakan novel yang menceritakan pendidikan anak-anak di pesisir pantai, anak-anak SD yang sedang belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan. Dan merupakan catatan seorang anak muda yang belajar bahwa hidup tidak boleh sekedar mengikuti arah angin nasib. Bahwa ketika kita menginginkan sebuah perubahan kita harus bertindak, apabila tidak ada tindakan maka tidak akan ada perubahan. Seperti dalam firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa–apa yang pada diri mereka”(Q.S. Ar-Rad:11).
Novel nonfiksi ini mengisahkan tentang otobiografi Bayu Adi Persada yang memiliki semangat tinggi dalam mengajar. Novel ini diceritakan dengan kalimat-kalimat yang menarik, mengesankan, mengharukan, menginspirasi, penuh keteladanan, dan sarat dengan nilai-nilai pendidikan terutama nilai pendidikan Islam. Seperti salah satu petikan dialog dalam novel Anak-Anak
Angin berikut ini:
“Mari kita sama-sama berdoa semoga Tuhan melancarkan apa yang
4
Pelajaran yang akan disampaikan kepada pembaca adalah tentang tawakal. Bahwa setelah kita berusaha, kita menyerahkan segala keputusan kepada Tuhan yang Maha Esa. Dialog tersebut adalah dialog Bayu seorang pengajar muda yang mengajarkan sikap tawakal kepada anak didiknya ketika menjelang Ujian Nasional.
Novel Anak-Anak Angin juga menceritakan tentang dedikasi seorang pengajar yang berjuang untuk mencapai sebuah perubahan. Perubahan pola pikir, tingkah laku, dan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik. Seperti petikan dalam novel yang menceritakan bahwa pada awal Bayu mengajar anak-anak sering meludah di lantai kelas, mengangkat kaki ke atas meja, menirukan ketika Bayu berbicara, keluar masuk kelas, dan perilaku buruk lainnya.
Pola pikir pendidik yang kurang tepat yaitu ketika mereka berpikir bahwa proses pembelajaran akan sukses ketika ada rasa takut peserta didik terhadap pendidik. Orang tua peserta didik selalu berpikir bahwa dengan mempunyai kecakapan dalam membaca dan menulis itu sudah cukup. Padalah anak membutuhkan kompetensi-kompetensi lain untuk mendukung kehidupannya di masa depan.
5 B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013:302).
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel
Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada?
2. Bagaimanakah karakter tokoh utama pendidik yang patut diteladani dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada?
3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada pada kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan penelitian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah karakter tokoh utama pendidik yang patut diteladani dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada.
3. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan Islam melalui pemanfaatan karya sastra. Serta menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra (novel) yang memuat tentang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada 3 yaitu:
7
b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penggunaan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan terutama pendidikan karakter melalui media cerita yang inspiratif dan mendidik.
c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang.
E. Metode Penelitian
Istilah metode, berasal dari kata methodos (yunani) berarti cara atau jalan. Menyangkut dengan upaya ilmiah, metode dihubungkan dengan cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami, objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapat data dan informasi mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Darmawan, 2013:127). Adapun komponen dalam metode penelitian ini adalah:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research). Studi pustaka adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan
8
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan lapora-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988:111).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis (descriptive
of analyze research). Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji dan
menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai moral sebagai bagian dari pendidikan Islam.
Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas,
urai), telah diberi arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberi pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2007:53).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan, dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan (Ratna, 2007:72). Pendekatan pragmatik memiliki manfaat dalam memaknai sebuah karya sastra.
2. Metode Pengumpulan Data
9
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Peneliti mengkaji novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada yang merupakan sumber data primer penelitian dan menganalisis teks dalam novel tersebut yang mengandung nilai-nilai Pendidikan Islam serta buku-buku lain yang relevan dengan pembahasan skripsi.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2009:186). Dalam pengumpulan data penulis melakukan wawancara terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang terkait dengan kajian penelitian. Penulis melakukan wawancara dengan Bayu Adi Persada selaku penulis novel Anak-Anak Angin. Wawancara dilakukan melalui email dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian ini.
c. Metode Dokumentasi
10
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Data-data yang berkaitan dengan penelitian diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber yang terkait dengan pembahasan penelitian sebagai referensi dalam penulisan skripsi. 3. Sumber Data
Sumber data ialah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data (Arikunto, 2005:88). Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu:
a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada yang diterbitkan oleh PlotPoint Publishing.
b. Sumber Data Sekunder, yaitu berbagai literatur, teks yang berkaitan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa transkrip, buku, artikel, tabloid, majalah, website, maupun jurnal yang ada di blog. 4. Metode Analisis Data
11
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007:49).
Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai tertentu yang terkandung dalam sebuah karya sastra dengan memperhatikan konteks. Analisis isi berfungsi mengungkap makna simbolik dalam sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis isi novel Anak-Anak Angin Karya Bayu Adi Persada.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut:
a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel
Anak-Anak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
b. Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel
Anak-Anak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dalam novel
12
d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari novel Anak-Anak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai
Nilai (value/qimah) dalam pandangan Brubacher tak terbatas ruang
lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan
pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit
ditentukan batasannya. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif di dalam masyarakat (Muhaimin, 1993:109-110).
Nilai dapat dikatakan sebagai harga atau kualitas yang melekat pada jiwa dan tindakan manusia. Dalam kehidupan kita tidak akan pernah terlepas dari nilai, baik nilai yang tersurat maupun yang tersirat.
2. Pendidikan Islam
13
Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia (Jalaluddin, 2001: 76).
Pendidikan Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Materi UKL PAI, hal 25).
14 3. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126). Novel merupakan sebuah karya sastra berbentuk prosa yang menceritakan tentang kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesamanya.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.
Bagian inti/isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II BIOGRAFI NOVEL
15
karakteristik novel Bayu Adi Persada, karya-karya Bayu Adi Persada, unsur-unsur intrinsik novel, sinopsis novel
Anak-Anak Angin.
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
Dalam bab ini akan diuraikan deskripsi pemikiran penulis mengenai: Tentang nilai dalam novel Anak-Anak Angin dan karakter seorang pendidik dalam novel Anak-Anak Angin
karya Bayu Adi Persada.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai: Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Anak-Anak Angin, karakter tokoh utama pendidik dalam novel Anak-Anak
Angin, dan implikasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam
novel Anak-Anak Angin di kehidupan sehari-hari.
BAB V PENUTUP
16 BAB II
BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Bayu Adi Persada
Bayu Adi Persada Lahir di Palembang, 28 Januari 1988. Bayu lahir dari ibu Yulinar Ratih Dewayani dan bapak Bambang Rosihan. Ia terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Sekarang Bayu tinggal di Taman century I, BLOK F8, Bekasi, bersama istri tercinta Sesaria Rizky Kumalasari dan putri tersayang Ayra Kelana Persada.
Bayu Adi Persada menyelesaikan masa pendidikan dasar sampai menengah pertama di SDN Tunas Jakasampurna, Bekasi dan SMP Islam Al Azhar 8, Kemang Pratama, Bekasi. Kemudian melanjutkan ke SMAN 61 Jakarta. Bayu kemudian melanjutkan kuliah ke Institut Teknologi Bandung dengan mengambil jurusan Teknik Informatika. Ia aktif dalam berbagai organisasi diantaranya Himpunan Mahasiswa Informatika ITB Ketua Divisi Olahraga dan Liga Film Mahasiswa ITB. Ia juga pernah menjadi Best Student
Award - International Language Program pada tahun 2004. Setelah
menyelesaikan studinya di ITB pada tahun 2009, Bayu bekerja di PT Starqle Indonesia (2009-2010), Indonesia Mengajar (2010-2011), dan PT Indika Energy, Tbk (2012-2014).
17
film yang memacu untuk berfikir dan menganalisa, serta menulis catatan perjalanan. Ia mulai menulis sejak tahun 2010 dimana saat itu ia ditugaskan mengajar di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Pengalaman 1 tahun menjadi guru di desa pesisir itu membuat ia bisa menulis 4 buku, 3 diantaranya sebagai kontributor. Judulnya, Anak-Anak Angin (PlotPoint Pubilshing, 2013),
Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera (Gramedia, 2013), Mengabdi di
Negeri Pelangi (Kompas, 2013), dan Indonesia Mengajar (Bentang Pustaka,
2011). Karya-karya yang telah ia hasilkan sangat menarik dan menginspirasi banyak orang.
18
B. Latar Belakang Penulisan Novel Anak-Anak Angin
Bayu selalu senang jika disebut pencerita. Ada perasaan tersendiri ketika melihat lawan bicara atau pembaca menikmati apa yang ia ceritakan. Tidak banyak orang yang bisa bercerita dengan cara yang mengalun dan bisa dinikmati. Ia pun tidak ingin mengaku sudah menjadi pencerita yang baik. Menurutnya, klaim adalah pembatas diri. Ia ingin terus berusaha bercerita dengan cara-cara yang lebih baik.
Itulah sebabnya mengapa Bayu senang menulis. Ia menganggap bahwa sebuah tulisan adalah salah satu entitas paling dekat dengan keabadian. Menurutnya, dengan menulis apa yang kita tuliskan akan abadi dan berlanjut. Cerita yang ada di dalamnya akan terus berjalan tanpa arah. Ia beranggapan bahwa memang harus seperti itu, tidak perlu ada arah. cerita bergerak beriringan dengan siapa yang membaca atau mendengarnya. Ketika seseorang itu menceritakannya pada orang lain, maka cerita itu kembali membelah diri dan memiliki indung baru lagi. Begitu seterusnya hingga sebuah cerita tidak akan pernah mati. Bayangkan jika cerita itu adalah cerita baik. Jejak kebaikan itu akan sepenuhnya abadi.
19
Bayu berpikir, mungkin ceritanya membosankan bagi sebagian orang, dan mungkin juga bermanfaat bagi sebagian yang lain. Ia tidak peduli. Yang ia pedulikan hanya bagaimana kisah yang ia ceritakan bisa menjadi cerita yang diketahui semua orang. Dari awal bagaimana ia memutuskan untuk mendaftar hingga merasakan betul bagaimana rasanya dicintai masyarakat desa. Saat pertama datang, ia merasa bukanlah siapa-siapa. Namun, setahun menjadikan mereka sebagai saudara. Menjadi keluarga.
Bayu memberi judul karyanya, “Anak-Anak Angin”. Mengapa “
Anak-Anak Angin”?. Ia percaya bahwa kisahnya tersebut bukanlah tentang dirinya.
Biarpun selalu ada ‘aku’ sebagai tokoh utama, semua yang ia lakukan di sana semata-mata untuk kebaikan semua anak didik, harapan terbesarnya. Setahun memang waktu yang tidak lama. Tetapi ia berharap setahun itu akan diingat oleh mereka, anak-anak dan masyarakat desa, dari detik perahu ia meninggalkan bibir pantai hingga seterusnya. Menurutnya, angin menjadi elemen alam yang paling ia ingat saat di sana. Keberadaan rumah yang hanya dua puluh langkah dari bibir pantai membuat angin laut senantiasa terasa. Kadang, Bayu duduk di tepian pantai hanya untuk merasakan desiran angin laut. Ia merasa bahwa efeknya terkadang tidak tergantikan. Angin bisa menenangkan pikiran yang gundah atau bahkan memberi amunisi semangat baru. Bayu berpikir, mungkin ia memang terikat dengan angin dalam nama.
20
Anak-Anak Angin bukanlah semata-mata sebuah cerita tentang seorang
guru. Ia bercerita tentang anak-anak di pelosok Indonesia yang juga pantas mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Mereka memiliki potensi yang bisa dibandingkan dengan anak-anak yang berada di kota-kota besar. Bayu menceritakan bahwa keterbatasan akses dan keterpencilan tidak membuat mereka inferior. Mereka justru akan mampu membuktikan diri jika saja kesempatan itu datang.
Melalui novel Anak-Anak Angin, Bayu ingin mengajak siapa pun yang peduli untuk sekecil apa pun ikut serta memajukan pendidikan Indonesia. Pendidikan yang merata masih menjadi mimpi untuk bangsa ini. Menurutnya meskipun demikian, kita harus yakin bahwa bangsa ini sedang berada di jalan yang benar untuk menuju ke sana. Perjalanan menuju mimpi itu sangat berat dan berliku. Oleh karena itu, peran serta kita sebagai anak bangsa sangatlah penting untuk membantu negara melunasi janji kemerdekaan, mencerdaskan kehidupan bangsa.
C. Karakteristik Novel Bayu Adi Persada
Ciri khas penulis bernama Bayu Adi Persada adalah setiap karya yang ia hasilkan merupakan tulisan dari kisah perjalanannya (catatan perjalanan). Tulisan yang dihasilkan merupakan catatan perjalanannya ketika mengajar di Bibinoi, Halmahera selatan. Tulisan-tulisan dituliskan berdasarkan pengalaman dan pemikiran pribadi.
21
yang dituangkan dalam bentuk novel. Kesederhanaan Bayu dalam bercerita membuat novel yang ia tulis mudah dipahami oleh pembaca. Sehingga mudah dalam menyerap pesan-pesan positif dalam novel tersebut. Sederhana namun sarat dengan makna dan pesan.
Karya-karya Bayu Adi persada berisi tentang nilai dedikasi seorang pengajar yang ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan anak bangsa. Menceritakan dedikasi seorang guru di pesisir pantai dalam memberikan pendidikan yang layak bagi muridnya. Bayu ingin membagi pemahaman bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Bahwa ketika kita mempunyai ilmu, kita harus menyampaikannya kepada yang lain. Ketika kita menginginkan perubahan kita tidak hanya sekedar berpikir, tetapi kita harus bertindak. Tindakan nyata.
Begitulah karakteristik novel karya Bayu Adi Persada. Sederhana, sehingga mudah dipahami oleh pembaca dan pesan yang ingin disampaikan dalam novel tersampaikan dengan baik. Dan juga menginspirasi, sehingga dapat memberikan manfaat kepada para pembaca setelah membaca karya-karyanya.
22
D.
Karya-karya Bayu Adi PersadaBayu Adi Persada mulai menulis sejak tahun 2010 dimana saat itu ia ditugaskan mengajar di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Pengalaman 1 tahun menjadi guru di desa pesisir itu membuat ia bisa menulis 4 buku, 3 diantaranya sebagai kontributor. Berikut ini karya-karya Bayu Adi persada yang telah diterbitkan, sebuah karya yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan moral:
1. Indonesia Mengajar (Penerbit Bentang pustaka, 2011)
Novel ini berisi karya-karya para Pengajar Muda angkatan pertama. Salah satu Pengajar Muda tersebut adalah Bayu Adi Persada. Bayu ikut berkontribusi dalam penulisan novel tersebut. Bayu menulis
dengan judul “Munarsih” dan “Free Education”.
Munarsih, karya ini mengisahkan tentang ikatan persahabatan seorang pendidik dan peserta didik. Seorang guru yang memposisikan sebagai teman ketika di luar kelas untuk memupuk keakraban. Seorang pendidik dalam memahami peserta didiknya paling tidak harus akrab terlebih dahulu dengan peserta didik. Dan itu yang dilakukan oleh Bayu. Munarsih adalah salah satu peserta didik yang spesial dalam pandangan Bayu. Ia seorang peserta didik yang responsif, ceria, dan punya rasa penasaran.
23
(pendidikan gratis), maka jangan pernah banyak berharap. Gratis identik dengan seadannya. Di Bibinoi, pendidikan gratis disatu sisi membantu mengurangi beban orangtua dalam membiayai sekolah. Tetapi di sisi lain orangtua tidak mengikat anaknya dengan sekolah. Ketika mereka butuh anak-anak untuk membatu di kebun, anak terpaksa tidak sekolah. Orangtua tidak mempunyai beban mengorbankan jam sekolah anaknya sama seperti mereka tidak perlu memikirkan bayaran SPP setiap bulan.
2. Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera (Penerbit Gramedia,
2013)
Novel ini berisi karya-karya Finalis Esai Kompetisi Menulis Tulis
Nusantara 2012. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan mengambil tema “Menangkap
Ragam Cerita Hidup di Indonesia”. Salah satu finalis dari kompetisi
tersebut adalah Bayu Adi Persada. Bayu menulis dengan judul
“Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera”. Tulisan ini menjadi yang
terbaik dan diterbitkan pada tahun 2013. karya Bayu Adi Persada ini
menceritakan kehidupan di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Kehidupan
yang penuh kesederhanaan dan kebersahajaan. Kehidupan yang berjalan
tanpa pernah tergesa-gesa. Kehidupan yang bersahabat dengan alam.
Kehidupan yang dibalut dengan selembar toleransi yang tebal.
Kehidupan yang bukan semata-mata bergantung pada harta, jabatan,
24
sesama. Karena hanya dengan begitu keberadaan kita akan dipandang
sebagai keberkahan.
3. Anak-Anak Angin (Penerbit PlotPoint Publishing, 2013)
Novel nonfiksi karya Bayu Adi Persada ini mengisahkan tentang perjalanan seorang pengajar muda di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Menceritakan tentang anak-anak di pelosok Indonesia yang juga pantas mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Anak-anak yang juga memiliki potensi yang bisa dibandingkan dengan anak-anak yang berada di kota-kota besar. Anak-Anak Angin adalah anak-anak SD yang sedang belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan. Novel ini adalah catatan seorang pengajar muda yang belajar bahwa hidup tidak boleh sekedar mengikuti arah angin nasib.
4. Mengabdi di Negeri Pelangi (Penerbit Kompas, 2013)
Novel ini merupakan kompilasi tulisan refleksi terpilih Pengajar Muda angkatan I. Di novel ini Bayu menulis dengan judul “Masih Ada
‘Republik’ di Bibinoi. Ini menceritakan tentang kehidupan di desa
25
berbagai aspek kehidupan mereka hidup berdampingan dan saling berbagi ruang. Cerita ini menunjukkan bahwa wajah Republik Indonesia yang sebenarnya yakni republik damai yang dibangun dari mozaik-mozaik perbedaan.
E.
Unsur-Unsur Instrinsik NovelUnsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Anak-Anak Angin adalah sebagai berikut:
1. Tema
Tema novel ini adalah anak-anak pesisir pantai dan pendidikan. Pendidikan anak-anak di pesisir pantai yang penuh dengan cerita dan makna. Perubahan yang membutuhkan kesabaran, keyakinan, perjuangan dan pengorbanan. Dari kepolosan, kenakalan, ketidakdisiplinan, sampai akhirnya terbentuk pribadi-pribadi yang berbeda, pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Penokohan
Berikut ini adalah tokoh-tokoh utama dalam Novel Serial Anak-Anak Angin:
a. Bayu (Pengajar Muda/guru)
26
Bayu adalah sosok pekerja keras yang berdedikasi terhadap keputusan yang ia pilih (Mengajar di desa kecil). Bayu adalah guru yang mendidik murid-muridnya dengan kesabaran dan selalu menanamkan kedisiplinan, kejujuran, sopan santun, optimisme, saling membantu, ikhtiar dan berdoa dalam melakukan segala sesuatu.
b. Bapak (Orangtua Bayu)
Bapak adalah sosok yang selalu memnanamkan sikap kerja keras pada anaknya. Bapak memiliki watak keras, jarang mau kompromi. Bapak memiliki pola pikir yang konvensional terhadap jalur kehidupan anaknya. Tujuannya untuk kebaikan anak-anaknya. Bapak adalah sosok yang baik.
c. Ibu (Orangtua Bayu)
Ibu adalah seorang yang penyayang, perhatian. Ibu adalah sosok yang mendukung keputusan anaknya selama itu demi kebaikan anaknya.
d. Pak Adin (Kepala Sekolah)
27
kutipan dialog ketika ingin mengungkap siapa pencuri uang milik Yayasan Indonesia Mengajar yang dititipkan kepada Bayu.
“Keesokan hari setelah kejadian itu, Pak Adin berangkat ke kota untuk mencari tahu pelakunya. ‘Saya akan pergi ke orang pintar. Saya kenal orang di Labuha. Dia bisa melihat pencuri,’ begitu penjelasan singkatnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:53).
e. Mama Saida (Istri Pak Adin)
Mama Saida adalah seorang ibu yang selalu sangat peduli dengan keluarganya. Mama Saida tidak begitu bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Mama Saida adalah sosok yang tidak mudah putus asa, terus berusaha, dan sabar. Perempuan berbadan gempal menjelang usia empat puluhan itu, selalu bertanggung jawab terhadap keluarganya. Mama Saida terkenal dengan masakannya yang enak. f. Pak Malik
28 g. Pak Makmun
Pak Makmun juga merupakan guru di SDN Bibinoi. Pak Makmun adalah guru honorer. Pak Makmun berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Ia mencintai pekerjaannya sebagai seorang guru. Pak Makmun memiliki badan tinggi dan kurus. Pak Makmun sosok yang baik, tetapi tidak terlalu berani menegur kepala sekolah yang melakukan penyelewengan.
h. Munarsi
Munarsi merupakan murid kelas 3 di SDN Bibinoi. Ia anak yang ceria, responsif, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, dan tidak pendendam. Munarsi juga senang membaca. Ia bisa membaca cepat dan mengerti apa yang ia baca. Dalam bidang sains ia kurang bisa, tetapi ia jenius dalam bidang matematika. Ia hafal di luar kepala perkalian satuan dan belasan. Munarsi mempunyai cita-cita menjadi seorang guru.
i. Olan
teman-29
temannya. Ia selalu haus akan ilmu. Ia selalu antusias dalam belajar dan semangat ketika diberi latihan. Olan adalah murid yang rajin, penurut, cerdas, ceria, tekun, tidak berulah, dan jujur. Olan mempunyai cita-cita menjadi seorang polisi.
j. Saadillah
Nama panggilannya Dila. Dila adalah putra pak Malik. Ia merupakan anak yang berpengetahuan luas. Dila bisa mengkontruksikan pengetahuan alam dengan terstruktur. Dalam Kompetisi ia merupakan striker yang tidak tergantikan. Dila adalah anak yang mabuk kendaraan, sehingga ketika akan mengikuti kompetisi Sains Kuark Nasional ia didampingi ibunya agar tidak mabuk.
k. Ajrul
30 l. Warda
Warda merupakan murid favorit di kelas. Ia adalah anak yang cepat dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Warda mempunyai pribadi yang santun dan mempunyai keinginan belajar yang tinggi. 3. Alur
Alur cerita dalam novel ini adalah alur maju (progresif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita dan alur mundur (flash back progresive) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Jadi alur dalam novel ini adalah alur maju dan mundur.
Kutipan novel:
“Dia pasif sekali di kelas hari itu. Aku juga kurang yakin mengapa. Sepertinya ini berkaitan dengan pertengkaran orangtuanya yang pernah ia ceritakan. Beberapa hari sebelumnya Munarsi datang menemuiku setelah pulang sekolah. Sore itu ia mengetuk-ngetuk jendela kamar. Ketika aku keluar mengecek, ia berlari ke arah pantai. Kupikir ia Cuma bercanda saja. Tapi ia melakukan itu sampai tiga kali. Mengetuk jendela dan berlari.” (Anak-Anak Angin, 2013:38).
4. Sudut pandang
Dalam penulisan novel ini, penulis (Bayu Adi Persada) menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata “aku”.
Kutipan novel:
31 5. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sederhana, inspiratif, dan sarat dengan makna. Sehingga dari setiap kalimat-kalimatnya, pembaca dapat memahami, merasakan makna yang terkandung dalam novel yang dapat memotivasi dan membangkitkan semangat.
Kutipan novel:
“Untuk anak-anak kami, kebesaran Jakarta bukan lagi di awang-awang. Mereka bisa mencapainya dengan usaha dan kerja keras. Adalah tugas kami, guru-guru, untuk membantu mereka menyusun tangga-tangga untuk ditapaki. Meski berat, mereka membuktikan bahwa sesuatu yang diperjuangkan pasti membuahkan hasil. Perjuangan dengan kesabaran dan ketekunan ibarat sebuah pohon rambutan. Sering berbuah, dan ketika berbuah, buahnya manis. Sedangkan mimpi seperti seorang wanita, sangat pemilih. Dia memilih orang-orang yang benar-benar mencari dan ingin memilikinya. Seperti pinguin, mimpi setia pada pasangannya. Ketika dia sudah menentukan pasangannya, dia akan menjadi bagian hidup orang itu sepanjang hidupnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:130).
6. Latar atau setting
Adapun latar dari novel ini adalah desa kecil bernama Bibinoi di Maluku Utara. Terletak di pesisir pantai pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan.
Kutipan novel:
“Bayu bertugas di desa kecil bernama Bibinoi. Letaknya di pesisir pantai, berjarak sejam perjalanan laut dari pelabuhan Babang di pulau Bacan, pulau utama Kabupaten Halmahera Selatan. Untuk mencapai ibukota kabupaten ini, diperlukan perjalanan pesawat selama empat jam menuju Ternate dari Jakarta dan kemudian
32 7. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan dalam Novel Anak-Anak Angin ini adalah betapa pentingnya pendidikan. Pendidikan adalah hak semua anak bangsa baik yang hidup di kota besar maupun di pelosok negeri. Anak-anak di pelosok Indonesia juga pantas mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Karena dengan pendidikan yang layak, masa depan bangsa akan lebih baik. Pendidikan yang layak bukan terbatas pada pengetahuan saja, akan tetapi juga pada karakter. Menjadi pintar dan baik adalah keharusan, karena pintar bukan satu-satunya tujuan. Bahwa kepedulian dari semua kalangan terhadap pendidikan akan memajukan pendidikan di Indonesia.
Kutipan Novel:
“Aku selalu menanamkan pada anak-anak, menjadi pintar bukanlah tujuan satu-satunya. Mereka harus punya sikap dan perilaku yang baik. Jadilah anak yang berguna minimal untuk keluarga.” (Anak-Anak Angin, 2013:116).
“...Bupati mampu menularkan kepeduliannya tentang pendidikan di desa kami melalui acara itu.
Hadirnya Bupati untuk menyempatkan diri meresmikan RUBI membuat masyarakat tahu bahwa mereka kini punya fasilitas pendidikan baru yang bisa dimanfaatkan. Efek selanjutnya, kepedulian pendidikan dalam lingkup desa sifatnya bisa semakin
besar-besaran dan menggerakkan”. (Anak-Anak Angin, 2013:215).
E. Sinopsis Novel Anak-Anak Angin
33
kecil itu. Tetapi Bayu mempunyai tekad yang kuat terhadap keputusannya. Ia berangkat dengan setengah restu dari ibunya. Novel Anak-Anak Angin
menceritakan bagaimana pendidikan anak-anak di pesisir pantai Halmahera Selatan. Pendidikan yang jauh berbeda dari pendidikan di Jawa. Kultur yang berbeda.
Perjalanan menuju desa Bibinoi bukanlah perjalanan yang sebentar. Sekitar tiga jam perjalanan udara dari Jakarta menuju Ternate. Setelah sampai di Bandara Sultan Baabulah, Ternate, menuju Pelabuhan Bastiong untuk mencapai Pelabuhan Babang di pulau Bacan. Dan selanjutnya adalah Labuha, ibukota Kabupaten Halmahera Selatan. Yang terakhir adalah menuju desa kecil di pesisir pantai bernama Bibinoi.
Hari pertama di sana, Bayu seakan disambut dengan matinya listrik. Pada malam kedua untuk pertama kalinya pak Adin bercerita tentang keluarganya. Keluarga yang problematik. Anak pertama pak Adin, Mariam, sudah kuliah. Tetapi putus di tengah jalan dengan alasan hamil di luar nikah. Anak keduanya, Marli, perempuan kelas III SMA ini, susah disuruh sekolah. Budi, anak ketiga, kelas III SMP. Ia adalah anak yang paling potensial di keluarga tersebut. Berikutnya, UI, masih kelas V SD. Ui susah diatur, jarang ada di rumah, sering main ke luar entah kemana. Meme, anak bungsu, masih berumur 3 tahun. Ia sedikit hiperaktif, terkadang suka membuat anak kecil lain menangis.
34
cobaan berupa kenakalan yang dilakukan oleh muridnya. Dan hari itu juga untuk pertama kalinya Bayu mengeluarkan murid dari kelas. Akib dan Diky, pasangan sebangku yang kerap berulah. Bayu kaget ketika untuk pertama kalinya murid-muridnya suka menaikkan kaki ke atas meja dan suka membuang ludah ke lantai kelas. Maka dari itu, Bayu membuat kesepakatan dengan murid-murid agar mereka lebih disiplin dan berperilaku baik.
“Walau bapak dan ibu guru sering memukul kami, kami terima itu dengan baik karena kami yakin itu demi kebaikan kami.”Itulah bedanya kultur
di sana dengan di Jawa, anak-anak dididik dengan keras. Guru menganggap bahwa rasa takut harus menjadi bagian dalam belajar. Seperti kebanyakan sekolah dasar negeri lain di Indonesia, memang gratis. Gratis kadang disalahartikan dengan pendidikan yang seadanya. Diperparah lagi dengan gratisnya pendidikan, efek negatifnya adalah orangtua murid tidak mengikat anaknya dengan sekolah. Bagi mereka sudah bisa membaca dan menulis itu sudah cukup. Bobroknya dunia pendidikan juga terlihat ketika Bayu menemukan kecurangan pada UN di Madrasah Aliyah di Bibinoi. Dari kejadian itu Bayu dengan dibantu Pak Malik memutuskan untuk membenahi keadaan dengan menyelenggarakan UN SDN Bibinoi dengan jujur. Bahwa dalam pendidikan, sebenarnya proseslah yang berperan penting.
35
Sekecil apapun perubahannya, itulah yang terbaik yang bisa ia lakukan. Ia berdedikasi dengan pilihannya, pilihannya sebagai guru di desa kecil. Dalam perjalanannya sebagai seorang guru, ia berusaha sabar dalam menghadapi murid-muridnya. Tetapi manusia memang tidak ada yang sempurna. Emosi Bayu akhirnya meledak, untuk pertama kalinya ia sampai menampar muridnya. Riki adalah nama murid yang ditampar oleh Bayu. Bayu menyesal. Bayu minta maaf. Bayu merasa kalah karena tidak bisa menahan emosinya.
Novel ini selain menceritakan tentang Bayu sebagai seorang pengajar. Sebenarnya novel ini lebih menceritakan tentang pendidikan anak-anak di tepian Halmahera selatan. Bahwa anak-anak di pelosok negeri ini juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Karena mereka juga mempunyai kemampuan seperti anak-anak di kota besar.
Munarsi, Olan, Dila adalah contoh anak yang membanggakan. Mereka menunjukkan bahwa mereka juga bisa, dengan menjadi finalis di Olimpiade Sains Kuark Nasional. Dengan mengikuti olimpiade anak-anak bisa belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan. Mereka menunjukkan bahwa semua anak mempunyai potensi. Tinggal bagaimana kita bisa menggali dan mengasah potensi itu.
36
sama lain. Umat Nasrani menghormati ketika umat Muslim mengumandangkan adzan, dan sebaliknya umat Muslim menghormati ketika umat Nasrani sedang merayakan Natal. Masyarakat dengan adat yang berbeda.
37 BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Tentang Nilai
Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan. Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan (Muhaimin dan Mujib, 1993:124).
Pendidikan Islam merupakan bagian terpenting dalam dunia pendidikan. Karena manusia dalam mengembangkan potensi dirinya harus sesuai dengan norma Islam agar seimbang dalam tugasnya sebagai individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan, serta terbentuknya manusia seutuhnya
(insan kamil).
Adapun sistem nilai (formal) dalam perspektif pendidikan Islam menurut Feisal (1995: 230), adalah sebagai supra sistem yang mempunyai tiga bentuk norma yaitu sebagai berikut:
1. Norma akidah atau norma keimanan
Seperti kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari kiamat, dan takdir.
38
3. Norma akhlak, baik yang bersifat vertikal yaitu hubungan antara manusia dengan Allah SWT, maupun yang bersifat horizontal yaitu tata krama sosial.
Merujuk dari pendapat Feisal tersebut, maka penulis akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada ini dalam tiga cakupan besar nilai-nilai pendidikan Islam yaitu Pendidikan Akidah/Keimanan, Pendidikan Syariah/Ibadah, dan Pendidikan Akhlak.
Nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada, dijabarkan sebagai berikut:
1. Pendidikan Akidah/Keimanan
Iman Kepada Allah
Kutipan : “...,aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:6).
“Bukan sulap yang kuinginkan, tapi jawaban. Dari dulu aku tak pernah percaya peramal. Apalagi yang
jenisnya aneh-aneh seperti ini. Aku skeptis.”(Anak
-Anak Angin, 2013:54).
“Tuhan memang tak pernah luput mendengar doa
hamba-Nya.”(Anak-Anak Angin, 2013:57).
2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah
a. Salat Tahajud
Kutipan : “Aku meminta mereka banyak-banyak berdoa.
Pesanku, jangan lupa salat malam agar
dimudahkan untuk menjawab soal dan coba lihat lagi apa yang sudah diajarkan agar pikiran kembali
segar saat dihadapkan dengan soal-soal.”(Anak
39 membiasakan anak bersuci sebelum bertemu
Tuhan-Nya.”(Anak-Anak Angin. 2013:172).
c. Puasa
Kutipan : “Aku senang sekali ketika tahu beberapa anak
sudah mulai berpuasa. Kebanggaan itu kadang muncul untuk hal-hal kecil seperti ini. Mereka berani mencoba dan teguh menjalani.”(Anak-Anak Angin, 2013:184).
d. Azan
Kutipan : “Aku menyaksikan sendiri bagaimana Ajrul
berubah. Ketika azan Magrib berkumandang, dia sudah siap sedia, berada di jalan untuk menuju
masjid bersama anak-anak lain.”(Anak-Anak
Angin, 2013:222).
e. Membaca Al-Qur’an
Kutipan : “Setelah turun salat Magrib, dia ikut rombongan
anak-anak mengaji denganku.”(Anak-Anak Angin,
2013:222). berdoa. Mereka memejamkan mata dan memegang erat burung-burung mereka. Terlantun harap yang
tulus dari bibir-bibir mungil itu.”(Anak-Anak
Angin, 2013:228).
g. Salat Berjamaah
Kutipan : “Masyarakat Muslim dari berbagai penjuru selalu
40
“Biarpun sudah sangat tua dan jalannya sudah bungkuk dan tertatih, beliau tak pernah melewatkan beribadah di masjid dan mengusahakan pendidikan yang lebih baik untuk masyarakatnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:246).
3. Pedidikan Akhlak
a. Akhlak terhadap Allah
1) Adab Berdoa
Kutipan : “Pada saat itu aku menengadahkan tangan,
meminta kepada Allah untuk tetap mematikan listrik ini.”(Anak-Anak Angin, 2013:47).
2) Husnudzan
Kutipan : “Allah, sesungguhnya aku berusaha untuk terus
berprasangka baik pada-Mu.”(Anak-Anak Angin,
2013:47).
3) Bersyukur
Kutipan : “Kalau tak kuat berpegangan, bisa-bisa kami
tercebur. Tapi alhamdulillah, cuaca cerah dan lautan pun tenang.”(Anak-Anak Angin, 2013:102).
4) Tawakal
Kutipan : “Untuk Ujian Nasional yang akan datang,
menurutku, biarkan mereka mendapatkan nilai yang pantas mereka dapatkan dengan kemampuan mereka sendiri. Tak perlu lagi dibantu, tak perlu lagi direkayasa. Biarkan Tuhan dan ikhtiar yang menentukan kelulusan mereka.”(Anak-Anak Angin, 2013:142-143).
b. Akhlak terhadap diri sendiri
1) Qanaah
Kutipan : “Kalau belum diterima, berarti memang belum
41
Kutipan : “Anak-anak itu harus belajar dari kesalahan yang mereka buat. Harapannya tentu agar mereka tidak
mengulanginya di kemudian hari.”(Anak-Anak
Angin, 2013:29).
4) Ikhlas
Kutipan : “Sejak awal aku tahu masalah ini tak akan cepat
selesai. Aku terjebak di dalam lingkaran ini dan tak bisa keluar lagi. Sebuah pelajaran hebat lagi dari Tuhan yang mungkin menginginkanku untuk
mengikhlaskan semua.”(Anak-Anak Angin,
2013:55).
5) Tanggung Jawab
Kutipan : “Benar, uang itu bukan milikku. Namun tidak
berarti aku bisa begitu saja lepas tangan dan melupakan semuanya.”(Anak-Anak Angin, 2013:55).
Kutipan : “Aku pun menambahkan,’Kejujuran adalah yang
42 9) Sabar
Kutipan : “Selesai sudah peperangan terbesar yang pernah
dilakukan seorang hamba. Kemenangan megah sudah di depan mata bagi mereka yang sabar dalam imannya.”(Anak-Anak Angin, 2013:184).
10) Hemat
Kutipan : “Dua minggu lalu, aku dan anak-anak kelas IV sepakat untuk membiasakan diri menabung untuk menanamkan nilai hidup hemat. Kebetulan saat itu materi yang dipelajari memang seputar uang. Kupikir anak-anak harus belajar bagaimana cara
mengatur dan menggunakan uang dengan
baik..”(Anak-Anak Angin, 2013:187).
11) Optimis
Kutipan : “Namun perintah tersebut membuatku tertantang.
Dengan waktu dan sumber daya terbatas, ada
Kutipan : “..., dia akan menjadi anak yang membanggakan
keluarganya. Kalau dia di rumah, Budi sering
mengerjakan tugas-tugas rumah.”(Anak-Anak
Angin, 2013:21).
“Aku mengetik perlahan, ‘Terima kasih, Pak. Doakan aku terus, ya.”(Anak-Anak Angin, 2013:129).
43 d. Akhlak terhadap sesama
1) Menjamu Tamu
Kutipan : “Sampai di sana, kami sudah disambut oleh Pak
Rus dan Ibu. Sudah terhidang makanan yang jumlahnya tak sedikit.”(Anak-Anak Angin,2013:106).
“Selepas Isya, tamu-tamu mulai berdatangan. Aku berusaha sebaik mungkin menyambut mereka satu persatu.”(Anak-Anak Angin, 2013:233).
2) Peduli
Kutipan : “Ketidakpedulian itu membunuh. Tak ada usaha
perbaikan akan membuat masalah ini seperti tongkat estafet, terus diserahkan kepada pelari berikutnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:150).
3) Menghargai
Kutipan : “Kalau dulu paling sulit ketika disuruh
mengerjakan tugas, sekarang dia selalu mencoba walaupun masih lambat dan hasilnya pun belum benar. Akan tetapi, usahanya ini aku hargai sangat tinggi.”(Anak-Anak Angin, 2013:164).
4) Menyampaikan Ilmu
Kutipan : “Aku mengajak anak-anak Pondok Pesantren untuk berbagi ilmu. Hanya segelintir santri yang masih menginap di Pondok, sisanya pulang kampung. Tapi, alhamdulillah, dari yang sedikit itu ada lima orang yang siap membantu.”(Anak-Anak Angin, 2013:170).
5) Gotong Royong
Kutipan : “Aku, bekerja sama dengan Adhi dan anak-anak muda dari Ikatan Remaja Bibinoi, merencanakan
berbagai lomba khas 17 Agustus sebagai
pendamping acara resmi upacara penaikan bendera merah putih.”(Anak-Anak Angin, 2013:175).
6) Musyawarah
Kutipan : “Bapak dan ibu dari Dinas Pendidikan
44
dengan kebijakan tersebut.”(Anak-Anak Angin,
2013:197).
7) Mengucapkan Salam
Kutipan : “Saat masuk ke ruang guru ia mengucap salam
kepada semua yang hadir. Kami sudah
menunggunya sedari tadi.”(Anak-anak Angin, 2013:198).
8) Menjenguk Orang Sakit
Kutipan : “Murid-murid dan rekan guru menjadi penyemangat dalam menghadapi segala yang sulit. Anak-anak sering menjenguk sebelum mereka berangkat sekolah, sekadar mengucap salam saja, ‘Pak Guru!’. Ketika istirahat pun mereka menyempatkan diri berjalan ke sekitar pantai untuk mengintip keadaanku lewat jendela yang memang kubiarkan terbuka.”(Anak-Anak Angin, 2013:204).
9) Ta’awun
Kutipan : “Terkumpul sekitar seratus lima puluh ribu rupiah
dari uang jemaah gereja yang entah akan kuapakan. Kemudian aku teringat Verson dan teman-temannya yang ingin mengadakan acara Natal bulan depan. Segeralah aku pamit kepada Pendeta dan beberapa tokoh gereja yang juga hadir lalu meminta seorang anak mencari pemuda itu.”(Anak-Anak Angin, 2013:245).
10) Silaturahmi
Kutipan : “Setelah acara seremonial, aku bersilaturahmi
dengan semua warga yang ada di sana. Kujabat tangan mereka, kami bertatap mata dalam sebuah ikatan yang hangat. Kami saling berpeluk, mengucapkan terima kasih, dan berpesan kata yang
indah-indah.”(Ana-Anak Angin, 2013:246).
11) Saling Memaafkan
45
ucapan beliau. Terima kasih. Maaf.”(Anak-Anak Angin, 2013:247).
12) Sopan Santun
Kutipan : “Pada setiap kesempatan, aku selalu
mengingatkan anak-anak untuk terus menjaga perilaku santun dan sopan pada sesama, siapa pun orangnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:229).
e. Akhlak terhadap guru
Menghormati Guru
Kutipan : “ Keesokan harinya, dalam apel pagi, aku memperingatkan Ajrul dan anak-anak lain untuk menghormati setiap guru tanpa terkecuali, misalnya
dengan mengikuti pelajaran dengan baik,
mengerjakan apa yang diminta, serta memberikan salam, dan mencium tangan.”(Anak-Anak Angin, 2013:220).
B. Karakter Seorang Pendidik
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi anak didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskannya (Muhaimin dan Mujib, 1993:168).
Sama dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif ( Tafsir, 2001:74).
Menurut Al-Abrasyi dalam buku Tafsir (2008: 82) menyebutkan bahwa pendidik dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat atau karakter sebagai berikut:
46
2. Bersih tubuhnya, jadi penampilan lahiriahnya menyenangkan 3. Bersih jiwanya (tidak mempunyai dosa besar)
4. Tidak ria (ria akan menghilangkan keikhlasan) 5. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati 6. Tidak menyenangi permusuhan
7. Ikhlas dalam melaksanakan tugas 8. Sesuai perbuatan dengan perkataan 9. Tidak malu mengakui ketidaktahuan 10. Bijaksana
11. Tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar 12. Rendah hati (tidak sombong)
13. Lemah lembut 14. Pemaaf
15. Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil 16. Berkepribadian
17. Tidak merasa rendah diri
18. Mencintai murid seperti mencintai anak sendiri
19. Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan dan pemikiran
47
1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta pendidik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam SNP
3. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
4. Kompetensi Sosial, adalah adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Karakter tokoh utama pendidik (Pak bayu) dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada, dijabarkan sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik
a. Menguasai kelas
48
baru dari seorang guru.”(Anak-Anak Angin, 2013:26).
“Satu cara yang menjadi andalanku adalah lomba jadi patung. Ketika anak-anak sedang ribut, aku selalu bisa membuat seisi kelas kembali tenang dengan satu kalimat sakti, ‘Lomba jadi patung!’ Seketika semua anak diam dan menampilkan wajah jelek.”(Anak-Anak Angin, 2013:163).
b. Kreatif dan Inovatif
Kutipan : “Dengan kamera dan laptop, aku
memperkenalkan kepada mereka dunia yang berbeda.”(Anak-Anak Angin, 2013:27).
“Sistem bintang dan tengkorak agaknya memang efektif untuk anak-anak ini. ...Sistem Reward and Punishment ini membuat mereka terus berbuat baik dan mengerjakan soal sebaik mungkin, dan berhati-hati untuk tidak melanggar peraturan kelas.” (Anak-Anak Angin, 2013:113).
“Membuat origami kicir angin setelah mengajarkan materi tentang energi gerak. Anak-anak senang sekali dengan praktik ini.”(Anak-Anak Angin, 2013:160).
2. Kompetensi Profesional
Menguasai Materi
Kutipan : “Meskipun sudah lama sekali sejak terakhir kali
mengerjakan soal Matematika (yang kuingat, kuliah semester tiga), tak terlalu lama buatku untuk mahir berenang lagi di dalamnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:132).
3. Kompetensi Kepribadian
a. Optimis dan berorientasi pada masa depan
Kutipan : “Aku ingin membuktikan kepada Bapak bahwa keputusan yang kuambil adalah yang terbaik. Bukan sekarang. Nanti, suatu saat, Bapak pasti akan bangga. Pasti.”(Anak-Anak Angin, 2013:8).
49
hidup kita semua akan jadi lebih baik.”(Anak-Anak Angin, 2013:242).
b. Memiliki Dedikasi yang tinggi
Kutipan : “Sekali lagi pola pikir benar-benar menentukan:
selalu mencoba tak banyak berekspektasi tapi terus berusaha memberikan yang terbaik. Satu tahun itu sebentar.”(Anak-Anak Angin, 2013:15).
“Waktu tak mau menunggu, dia terus berlalu. Semakin lama aku meringkuk di kasur ini, semakin telat aku datang ke sekolah. Sempat terpikir untuk tidak masuk sekolah setelah mendengar hujan turun lebib deras.”(Anak-Anak Angin, 2013:63).
c. Bijaksana dan Adil
Kutipan : “Kupikir tidak menjadi masalah bagi guru untuk
memiliki murid-murid yang disenangi, asalkan tetap memperlakukan setiap murid dengan setara dan tanpa memihak.”(Anak-Anak Angin, 2013:65). “Penempatan posisi sedikit banyak menentukan cepat atau lambatnya seorang anak menangkap materi. Posisi yang diatur dengan tepat akan memudahkan guru menaruh dan memilah perhatian pada setiap murid.”(Anak-Anak Angin, 2013:110). “Banyak dari mereka ingin segera melapor ke Dinas Pendidikan agar beliau dicopot dari dari jabatannya. Aku tidak setuju. Bagiku, pencopotan jabatan seseorang tidak serta-merta menyelesaikan masalah.”(Anak-Anak Angin, 2013:195).
d. Penuh kasih Sayang
Kutipan : “Tak perlu takut dengan Pak Guru. Pak Guru
sayang kalian semua. Mendengar kata ‘sayang’, mereka teriak, cieee!.”(Anak-Anak Angin, 2013:77).
e. Pantang Menyerah
Kutipan : “Aku tidak menyerah begitu saja. Kalau bahasa