• Tidak ada hasil yang ditemukan

12

SLTA sebesar 35% dan urutan ketiga adalah pascasarjana sebesar 9%. Diketahui bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat berpengaruh terhadap pola konsumsinya. Kalangan yang berpendidikan umumnya mencari produk yang berkualitas baik dan sudah memiliki kepercayaan di masyarakat terhadap produk yang dijual walaupun memiliki harga yang relatif lebih tinggi dari produk yang dijual ditempat lain untuk mendapatkan kepuasan tertinggi.

Gambar 5 Persentase jumlah responden berdasarkan pekerjaan

Gambar 5 merupakan hasil pengolahan data kuesioner terhadap pekerjaan. Dalam analisa jenis pekerjaan responden diketahui bahwa pekerjaan responden didominasi oleh pegawai swasta sebesar 30%, sementara urutan kedua memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri/ BUMN sebesar 27% dan urutan ketiga terdapat ibu tumah tangga sebesar 17%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen Pempek Pak Raden memiliki pekerjaan baik itu sebagai pegawai swasta maupun pegawai negeri yang total berjumlah 57%. Pegawai biasanya cukup sibuk dengan pekerjaan sehari-hari dan sering ditugaskan untuk pergi keluar kota dalam rangka urusan pekerjaan maupun untuk berlibur bersama keluarga. Sebagian besar responden yang terjaring merupakan individu yang sudah memiliki pendapatan. Hal tersebut berkaitan dengan harga produk yang relatif tinggi dan tempat penjualan di Pempek Pak Raden yang nyaman dan sering digunakan sebagai tempat berkumpul dan rapat oleh para pegawai tersebut.

27% 17% 30% 11% 15%

Pekerjaan

BUMN/ Pegawai Negeri Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pelajar/ Mahasiswa Wiraswasta/ Pengusaha

13

Uji Alat Ukur Uji Validitas

Tabel 2 Hasil pengujian validitas Variabel Indikator Kode

item

Corr Tabel R 5% (30)

Signifikasi Validitas

Harga 1 X1.A 0.838 0.361 0.000 Valid

2 X1.B 0.862 0.361 0.000 Valid Brand Image 1 X2.A 0.809 0.361 0.000 Valid 2 X2.B 0.736 0.361 0.000 Valid 3 X2.C 0.811 0.361 0.000 Valid 4 X2.D 0.740 0.361 0.000 Valid Diferensiasi Produk 1 X3.A 0.582 0.361 0.000 Valid 2 X3.B 0.917 0.361 0.000 Valid 3 X3.C 0.826 0.361 0.000 Valid 4 X3.D 0.913 0.361 0.000 Valid Keputusan Pembelian 1 Y.A 0.894 0.361 0.000 Valid 2 Y.B 0.902 0.361 0.000 Valid 3 Y.C 0.752 0.361 0.000 Valid

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Tabel 2 menunjukkan setiap variabel dari harga, brand image dan diferensiasi produk bernilai valid. Menurut Raharjo (2013) jika nilai R hitung > R tabel, maka item pertanyaan dalam kuesioner berkorelasi signifikan terhadap skor total artinya item kuesioner yang diuji dapat dinyatakan valid apabila nilai korelasi yang didapat lebih tinggi dari nilai r tabel. Berdasarkan hal tersebut kuesioner sudah dapat digunakan karena telah mampu menjawab tujuan dari penelitian.

Uji Reliabilitas

Tabel 3 Hasil pengujian reliabilitas

Variabel Cronbach Alpha Reliabilitas

Harga 0.615 Reliabel

Brand Image 0.773 Reliabel

Diferensiasi Produk 0.832 Reliabel

Keputusan Pembelian 0.808 Reliabel

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Berdasarkan hasil pengolahan data, Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai dari masing-masing pernyataan harga, brand image dan diferensiasi produk sudah reliabel. Hal ini sesuai dengan Ghozali (2005) yang menyatakan suatu variabel dapat dikatakan reliabel apabila hasil Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60 sebaliknya apabila hasil Alpha Cronbach lebih kecil dari 0,60 variabel dapat dinyatakan tidak reliabel. Disimpulkan bahwa kuesioner dapat digunakan dalam penelitian karena memiliki jawaban yang konsisten.

14

Uji Asumsi Klasik

Tujuan dari uji asumsi klasik ini adalah untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak (Ghozali 2005). Data yang didapatkan dari hasil observasi lapang tersebut dapat diukur dan data tidak terlalu banyak yang memiliki nilai ekstrim yaitu nilai yang terlalu besar atau terlalu kecil. Menurut Arifin (2008) berdistribusi normal berarti data mendekati nilai rata – rata yang artinya setengah data memiliki nilai lebih kecil atau sama dengan nilai rata – rata dan setengah lagi memiliki nilai lebih besar atau sama dengan nilai rata – ratanya.

Gambar 6 Hasil pengolahan data uji normalitas

Hasil pengolahan data uji normalitas dengan Kolmogrov Smirnov diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.532 lebih besar dari alpha 5%. Berdasarkan uji tersebut dapat dinyatakan bahwa variabel residual terdistribusi secara normal terpenuhi. Hal ini sesuai dengan Ghozali (2005) yang menyatakan bahwa cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan uji Kolmogorov Smirnov terhadap model yang diuji.

Uji Homoskedastisitas

Uji homoskedastisitas digunakan dalam menguji error dalam model statistik untuk melihat keragaman dari error terpengaruh oleh faktor lain atau tidak, misalnya untuk analisis data runtun waktu, apakah keragaman error terpangaruh oleh waktu atau tidak (Ghozali 2001).

One -Sample Kolmogorov-Smirnov Test

100 ,0000000 1,64997675 ,081 ,059 -,081 ,807 ,532 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

15

Tabel 4 Hasil pengolahan data uji homoskedastisitas Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig 1 Regression 3.825 3 1.275 .694 .558 Residual 176.357 96 1.837 Total 180.182 99

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Berdasarkan hasil uji diperoleh nilai probabilitas signifikansinya adalah sebesar 0,558 lebih besar dari alpha 5% maka dapat dinyatakan asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Hal ini sesuai dengan Ghozali (2001) yang menyatakan jika nilai probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau dapat dinyatakan homoskedastisitas terpenuhi. Terpenuhinya homoskedastisitas mengartikan bahwa distribusi residu atau kesalah yang terjadi pada masing-masing sampel yang digunakan memiliki kesalahan ragam yang sama.

Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas (X) (Kuncoro 2001). Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali 2001).

Tabel 5 Hasil pengolahan data uji multikolinearitas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

X1 .969 1.032

X2 .603 1.659

X3 .591 1.693

Sumber : Pengolahan data primer 2015

Menurut Ghozali (2001) untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan mengamati nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Batas VIF adalah 10 dan nilai dari tolerance adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas. Bila ada variabel independen yang terkena multikolinearitas maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari model penelitian (Ghozali 2001). Berdasarkkan hasil uji didapatkan nilai VIF variabel bebas X1 sebesar 1.032, X2 sebesar 1.659 dan X3 sebesar 1.693. Nilai tolerance yang didapatkan pada variabel bebas X1 adalah 0.969, X2 adalah 0.603 dan X3 adalah 0.591. Ketiga variabel bebas tersebut menyatakan nilai yang lebih kecil dari 10 terhadap VIF dan nilai yang lebih besar dari 0.1 terhadap nilai tolerance maka dapat disimpulkan tidak terjadi korelasi pada data yang mengindikasikan variabel bebas tersebut tidak saling berpengaruh. Tidak terjadi korelasi antara variabel bebas artinya masing - masing variabel pada variabel bebas yang digunakan yaitu harga, brand image dan diferensiasi produk tersebut berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya.

16

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali 2001). Alat analisis yang digunakan adalah uji Durbin Watson.

Tabel 6 Hasil pengolahan data uji autokorelasi Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin Watson 1 .618 .382 .363 1.67556 1.724

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan nilai Durbin Watson sebesar 1,724 lebih besar dari nilai dL pada tabel durbin watson sebesar 1.631 dan lebih kecil dari nilai dU tabel sebesar 1.734, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi. Autokorelasi biasa muncul akibat adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain..

Analisis Koefisien Korelasi Berganda Tabel 7 Koefisien korelasi berganda

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin Watson 1 .618 .382 .363 1.67556 1.724

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa nilai R yang didapatkan adalah sebesar 0.618 atau sebesar 61.8%. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah apabila nilai yang didapatkan 0.00 - 0.199 artinya sangat rendah, 0.20 - 0.399 artinya rendah, 0.40 - 0.599 artinya sedang, 0.60 - 0.799 artinya kuat dan 0.80 - 1.000 artinya sangat kuat. Nilai R yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 0,618 maka dapat dikatakan bahwa variabel harga, brand image dan diferensiasi produk memiliki keterkaitan yang kuat dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan pembelian dipengaruhi oleh harga, brand image dan diferensiasi produk sebesar 61.8% dan sisanya sebesar 38.2% dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor penetapan lokasi Pempek Pak Raden yang strategis sehingga mudah untuk dijangkau dan pengaruh kualitas dari produk itu sendiri serta dapat dipengaruhi oleh pengaruh lainnya.

Analisis Regresi Linear Berganda Uji F

Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas berupa harga, brand image dan diferensiasi produk secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat berupa keputusan pembelian.

17

 

Tabel 8 Anova uji F

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig 1 Regression 166.480 3 55.493 19.766 .000 Residual 269.520 96 2.807 Total 436.000 99

Sumber: Pengolahan data primer 2015

Berdasarkan tabel 8 dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai F hitung adalah sebesar 19.766 lebih besar dari F tabel sebesar 2.70 dengan signifikansi 0.000 lebih kecil dari nilai alpha 5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan model regresi ini layak untuk digunakan dalam memprediksi hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependennya. Lalu berdasarkan hasil uji tersebut juga dikatakan minimal ada satu peubah bebas (independen) yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah harga, brand image dan diferensiasi produk. Sedangkan

variabel dependennya adalah keputusan pembeli.

Uji T

Tabel 9 Hasil uji T

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig Collinearity Statistics B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1.271 1.877 -.677 .500

X1 .604 .193 .256 3.139 .002 .969 1.032

X2 .203 .090 .232 2.248 .027 .603 1.659

X3 301 087 .361 3.458 .001 .591 1.693

Sumber: hasil pengolahan data primer 2015

Berdasarkan hasil uji tersebut didapatkan persamaan regresi, yaitu: Y = -1.271 + 0.604 X1 + 0.203 X2 + 0.301 X3

Berdasarkan persamaan tersebut dinyatakan bahwa koefisien regresi masing-masing variabel bebas bernilai positif, artinya harga, brand image dan diferensiasi produk secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

Pengaruh variabel independen (harga, brand image dan diferensiasi produk)

terhadap variabel dependen (keputusan pembeli) secara parsial selanjutnya dapat dibuktikan dengan pengujian hipotesis. Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan batas signifikansi sebesar 5%.

1. Menguji Pengaruh X1 terhadap Y (Harga terhadap Keputusan Pembelian)

Hasil pengujian diperoleh nilai t hitung untuk variabel harga terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 3.139 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1.96 atau nilai probabilitas adalah sebesar 0.002 lebih kecil dari alpha 5%. Artinya variabel independen harga (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen berupa keputusan pembelian (Y). Besar nilai koefisien dari X1 adalah 0.604 yang artinya ketika harga yang ditawarkan semakin bersaing

18

 

dengan merek lain dipasaran dan kualitas produk dan pelayanan semakin ditingkatkan satu poin maka akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0.604 satuan dengan asumsi cateris paribus..

2. Menguji Pengaruh X2 terhadap Y (Brand Image terhadap Keputusan

Pembelian)

Hasil pengujian diperoleh nilai t hitung untuk variabel brand image terhadap

keputusan pembelian adalah sebesar 2.248 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1.96 atau didapatkan nilai probabilitas sebesar 0.027 lebih kecil dari

nilai alpha 5%. Artinya variabel brand image (X2) berpengaruh signfiikan

terhadap variabel keputusan pembelian (Y). Besar nilai koefisien dari variabel X2 adalah 0.203 artinya ketika persepsi konsumen terhadap Citra Merek

(Brand Image) Pempek Pak Raden ditingkatkan satu poin maka akan

meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0.203 satuan dengan asumsi cateris paribus.

3. Menguji Pengaruh X3 terhadap Y (Diferensiasi Produk terhadap Keputusan

Pembelian)

Hasil pengujian diperoleh nilai t hitung untuk variabel diferensiasi produk terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 3.458 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1.96 atau didapatkan nilai probabilitas sebesar 0.001 lebih kecil dari alpha 5%. Artinya variabel diferensiasi produk (X3) berpengaruh signfikan terhadap variabel keputusan pembelian (Y). Besar nilai koefisien dari variabel diferensiasi produk adalah 0.301 artinya ketika persepsi konsumen terhadap diferensiasi produk Pempek Pak Raden ditingkatkan satu satuan maka akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0.301 satuan dengan asumsi cateris paribus.

Penilaian Responden terhadap Variabel Independen dan Dependen Penilaian Konsumen terhadap Harga

Penentuan harga produk sangat penting bagi konsumen karena harga yang dianggap terlalu mahal akan membatalkan niat konsumen untuk membeli produk (Sutisna 2001). Harga produk yang ditawarkan di Pempek Pak Raden bervariasi dan terdapat beberapa pilihan harga dengan menawarkan beberapa kombinasi makanan (paket). Dalam melakukan keputusan pembelian oleh-oleh yang pada dasarnya dibeli untuk diberikan kepada orang lain, konsumen tidak akan terlalu mementingkan harga yang ditawarkan karena oleh-oleh merupakan hadiah yang diberikan kepada orang lain dan harga menjadi kelebihan sendiri dari hadiah yang diberikan tersebut. Selama konsumen beranggapan bahwa harga yang ditawarkan relatif bersaing di pasaran dan sesuai dengan kualitas yang ditawarkan maka

konsumen akan mengkonsumsi produk tersebut. Keadaan ini melibatkan faktor

emosi dalam pengambilan keputusannya. Emosi dapat menjadi dasar dari pembelian yang dominan. Hal ini mendorong konsumen bertindak karena daya

tarik atas sentimen atau gairah tertentu. Ini berarti terjadinya impulse buying pada

konsumen, yaitu suatu perilaku orang yang tidak merencanakan sesuatu dalam

belanja (Utami 2006). Konsumen yang melakukan impulse buying tidak berfikir

19

 

pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu. Kecenderungan pendapat dan penilaian responden secara umum mengenai harga yang ditawarkan oleh Pempek Pak Raden disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Penilaian responden terhadap harga

Indikator Harga Rataan Skor Bobot Nilai 1 2 3 4 5 n % n % n % n % n % 1. Kesesuaian harga dengan kualitas dan pelayanan 11 11 72 72 17 17 4,06 2. Persaingan harga

dengan merek lain

2 2 11 11 69 69 18 18 4,03

Rataan Skor 4,04

Sumber: hasil pengolahan data primer 2015 Keterangan:

1 – 1,8 : Sangat Tidak Setuju

1,81 – 2,6 : Tidak Setuju

2,61 – 3,4 : Kurang Setuju

3,41 – 4,2 : Setuju

4,21 – 5,0 : Sangat Setuju

Kesesuaian Harga dengan Kualitas dan Pelayanan. Menurut Tjiptono (1999)

harga memiliki peranan utama dalam pengambilan keputusan pembelian berupa peranan informasi dari harga itu sendiri. Dalam hal ini peranan harga dapat memberikan informasi apabila harga yang ditawarkan cukup tinggi maka kualitas produk tersebut baik. Tabel 10 memperlihatkan bahwa 89% responden memberikan penilaian positif (setuju dan sangat setuju) bahwa harga produk yang ditawarkan oleh Pempek Pak Raden sesuai dengan kualitas dan pelayan dan ditawarkan. Sebanyak 11% responden menilai kurang setuju bahwa harga dari produk Pempek Pak Raden sesuai dengan kualitas dan pelayanan yang ditawarkan. Secara umum responden menilai bahwa harga produk yang ditawarkan oleh Pempek Pak Raden sesuai dengan kualitas dan pelayanan yang ditawarkan. Kualitas produk dan pelayanan yang sesuai dengan harga yang ditawarkan merupakan salah satu hal penting dalam keberhasilan suatu usaha.

Persaingan Harga dengan Merek Lain. Bedasarkan Tabel 10, diketahui

sebanyak 87% responden menilai positif (setuju dan sangat setuju) bahwa produk Pempek Pak Raden menawarkan harga yang bersaing dengan merek lainnya. Sebanyak 11% responden menilai kurang setuju dan 2% responden menilai negatif (tidak setuju) bahwa harga produk di Pempek Pak Raden bersaing dengan harga merek lainnya. Namun secara umum responden memberikan tanggapan yang baik (setuju) apabila Pempek Pak Raden menawarkan harga yang bersaing dengan merek lainnya.

20

 

Penilaian Konsumen terhadap Brand Image

Menurut Alma (1992) citra merupakan kesan, impresi, perasaan atau persepsi yang ada pada publik mengenai perusahaan, suatu obyek, orang atau lembaga. Pempek Pak Raden beranggapan bahwa citra merupakan tanggapan dari masyarakat terhadap jati diri dari usaha yang didirikannya. Tanggapan terhadap suatu produk tersebut berdasarkan kepada apa yang masyarakat ketahui tentang

usaha yang bersangkutan. Brand image menjadi salah satu pegangan untuk

konsumen dalam mengambil keputusan. Brand image yang baik akan

menimbulkan dampak positif bagi pelaku usaha, sedangkan brand image yang

buruk akan melahirkan dampak yang negatif dan dapat melemahkan kemampuan pelaku usaha dalam menghadapi persaingan. Penting bagi suatu produk untuk

menumbuhkan brand image yang positif di benak konsumen. Salah satunya dapat

dilakukan dengan menanamkan kepercayaan akan kualitas produk tersebut di benak konsumen. Hasil penelitian menunjukkan konsumen memiliki tanggapan bahwa Pempek Pak Raden memiliki kualitas yang baik. Hal ini memperlihatkan

Pempek Pak Raden memiliki brand image yang baik. Brand image yang positif

ini umumnya akan membuat konsumen menyukai produk yang di jual oleh merek tersebut sekaligus dapat menghambat pesaing. Penilaian konsumen terhadap

brand image Pempek Pak Raden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Persepsi konsumen terhadap brand image

Indikator Brand Image Rataan Skor Bobot Nilai 1 2 3 4 5 n % n % n % N % n % 1. Merek yang pertama kali diingat 2 2 11 11 43 43 31 31 13 13 3,42 2. Merek yang terkenal 3 3 14 14 51 51 32 32 4,12 3. Merek yang bekualitas 3 3 22 22 55 55 20 20 3,92 4. Sering dijadikan oleh-oleh 1 1 2 2 19 19 58 58 20 20 4,94 Rataan Skor 4,1

Sumber: hasil pengolahan data primer 2015

Merek yang Pertama Kali diingat. Brand image yang kuat salah satunya dapat

diukur dengan daya ingat dari konsumen terhadap produk yang akan dibeli. Tabel 11 memperlihatkan bahwa 43% responden memberikan penilaian positif (setuju dan sangat setuju) bahwa merek Pempek Pak Raden merupakan merek yang pertama kali diingat ketika ingin membeli produk pempek. Sebanyak 43% responden kurang setuju dan 13% responden memberikan tanggapan negatif (tidak setuju dan sangat tidak setuju) bahwa Pempek Pak Raden merupakan merek yang pertama kali diingat. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memberikan tanggapan positif apabila merek Pempek Pak Raden merupakan merek yang pertama kali diingat. Namun sebagian responden juga kurang setuju dan memberikan tanggapan negatif terhadap

21

 

pernyataan ini. Hal ini memperlihatkan bahwa merek Pempek Pak Raden belum menjadi merek yang pertama kali diingat disebabkan beberapa pesaing dari Pempek Pak Raden lebih memiliki logo, desain dan nama yang lebih menarik dan lebih melekat pikiran masyarakat. Menurut Kotler (2002) pada dasarnya merek yang mudah diingat memiliki logo, desain dan nama yang menarik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk mengingat merek tersebut. Suatu produk

yang memiliki brand image yang kuat biasanya merupakan merek yang pertama

kali diingat ketika ingin membeli produk tersebut.

Merek yang Terkenal. Tabel 11 memperlihatkan bahwa 83% responden

memberikan tanggapan positif (setuju dan sangat setuju) apabila merek Pempek Pak Raden merupakan merek yang terkenal. Sedangkan 14% responden menyatakan kurang setuju dan sisanya 3% menyatakan tidak setuju apabila Pempek Pak Raden merupakan merek yang terkenal. Sebagian besar responden memberikan tanggapan yang positif terhadap penilaian ini. Berdasarkan hal ini dapat terlihat bahwa Pempek Pak Raden merupakan merek yang terkenal karena Pempek Pak Raden sudah berdiri sejak lama dan sudah dikenal luas oleh masyarakat luas baik di dalam Kota Palembang maupun dari luar Kota Palembang dan memiliki reputasi yang baik sehingga dapat berdiri sampai saat ini. Menurut Durianto dan Sitinjak (2004) merek yang terkenal ialah suatu merek yang sudah dikenal meluas oleh masyarakat didasarkan pada reputasi yang diperolehnya karena promosi yang terus menerus oleh pemiliknya.

Merek yang Berkualitas. Kualitas terhadap suatu merek merupakan persepsi

konsumen terhadap pelaku usaha dalam membuat suatu produk dan jasa. Apabila

kualitas yang ditawarkan baik maka akan membentuk image yang baik pada

masyarakat. Dan apabila kualitas yang ditawarkan buruk maka akan menciptakan

image produk yang buruk pada masyarakat. Berdasarkan Tabel 11 diketahui

bahwa 75% responden memberikan tanggapan positif (setuju dan sangat setuju) apabila Pempek Pak Raden merupakan merek yang berkualitas. Sedangkan 22% responden menyatakan kurang setuju dan 3% menyatakan tanggapan negatif (tidak setuju) apabila Pempek Pak Raden merupakan merek yang berkualitas. Sebagian besar responden memberikan tanggapan positif apabila Pempek Pak Raden merupakan merek yang berkualitas. Kualitas merupakan salah satu faktor

pembentuk brand image. Brand image pada produk yang baik dapat dibentuk dari

keunggulan produk tersebut, dimana produk tersebut unggul dalam kualitas yang ditawarkan oleh produk tersebut.

Merek yang Sering dijadikan Oleh-oleh. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa

78% responden memberikan tanggapan yang positif (setuju dan sangat setuju) apabila Pempek Pak Raden merupakan merek yang sering dijadikan oleh-oleh. Sedangkan 19% kurang setuju dan sisanya 3% responden menyatakan tanggapan yang negatif (tidak setuju dan sangat tidak setuju) terhadap merek Pempek yang yang sering dijadikan oleh-oleh. Sebagian besar responden setuju apabila Pempek Pak Raden sering dijadikan oleh-oleh dari Kota Palembang untuk dibawa ke kota asal. Oleh-oleh yang dibeli oleh konsumen untuk dibawa pulang ke Kota Asal sering dijadikan sebagai promosi tidak langsung oleh pelaku usaha. Semakin banyaknya pembelian oleh-oleh terhadap suatu merek maka akan semakin membuat produk tersebut dikenal oleh masyarakat luas sehingga dapat

22

 

meningkatkan keputusan pembelian produk. Melalui pembelian oleh-oleh juga

Pempek Pak Raden dapat memberikan informasi ke dalam ingatan konsumen dan menjadikannya ingatan bagi konsumen dalam membentuk persepsi konsumen terhadap produk-produk yang ditawarkannya dengan cara mendesaian kemasan yang menarik dan menampilkan logo dan nama yang mudah diingat oleh masyarakat luas sehingga apabila ingin melakukan pembelian terhadap suatu produk maka akan teringat akan merek tersebut. Kemasan yang digunakan pada

produk dapat memberikan kesan terhadap produk seperti misalnya image sebagai

produk yang kukuh, awet, mewah atau tahan lama. Pada pengemasan produknya Pempek Pak Raden menggunakan kemasan sekunder berupa kardus yang berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan yang disebabkan gangguan dari luar kemasan. Walaupun konsumen tidak melihat kardusnya secara langsung, tapi saat pengiriman atau bila kardus tersebut digunakan kembali untuk berbagai hal, maka sebuah kardus akan efektif digunakan sebagai media pemasaran. Pempek Pak Raden menggunakan kemasan kardus ini juga sebagai media promosi karena mengandung beberapa hal pendukung seperti nama produk, logo dan

desain kemasan yang menarik sehingga akan memberikan brand image yang baik

pada produk.

Penilaian Konsumen terhadap Diferensiasi Produk

Pemberian pembeda terhadap produk yang dijual dapat digunakan untuk menarik calon konsumen agar melakukan pembelian. Diferensiasi produk juga dapat digunakan agar para pesaing yang berada di pasar tidak dapat meniru

Dokumen terkait