BAB II KAJIAN TEORI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terdapat Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy Karya Habiburrahman El-Shirazy
1. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. akhlak terhadap Allah SWT adalah pengakuan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat agung itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya. Mahasuci engkau wahai Allah kami tidak mampu memuji-Mu, pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu, demikian ucapan para Malaikat.3
Al-Qur‟an secara garis besar-tetapi mendasar–menyebutkan bahwa diciptakannya manusia dan jin agar mereka mengabdi (beribadah) kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT berciri tunduk, taat, dan patuh atas dasar cinta kepada Allah dalam segala aspek kehidupan. Dalam aspek akidah, manusia wajib beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari akhir. Beragama Islam juga merupakan kewajiban yang datang dari Allah SWT kepada umat manusia yang harus dipatuhi dengan sikap rela. Dalam aspek akhlak, harus berpegang teguh
2
Anif Sirsaeba el-Shirazy, Fenomena Ayat-ayat Cinta, (Jakarta: Republika, 2007), cet. 2, h. 21-22
3
kepada ajaran-ajaran wahyu. Dalam aspek kemasyarakatan pun harus berpegang teguh kepada ajaran wahyu Allah SWT pula, kecuali dalam hal-hal yang memang diberikan kewenangan kepada manusia untuk mengaturnya.
Beribadah kepada Allah SWT yang merupakan induk akhlak terhadap-Nya itu secara garis besar dapat dirumuskan dengan melaksanakan hidup sesuai dengan petunjuk yang diberikan Allah SWT, untuk memperoleh ridha-Nya, sehingga dapat dicapai nilai hidup tertinggi di hadirat Allah SWT, yakni takwa. Al-Qur‟an mengajarkan yang terdapat di dalam Al-Qur‟an.4 Firman Allah dalam Al-Qur‟an:
كا عج ٰ ث أ ك كا ق خ ا ا ا ا يأ اي
ا ف اع ئا ق اب عش
ۚ
كاق أ ا ع كأ
ۚ
ي خ ي ع ا
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujuraat: 13).
Kajian nilai-nilai pendidikan akhlak kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, yang dapat di ambil dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy ini akan mencakup tiga hal utama, yaitu : takwa, syukur, sabar, memelihara kesucian diri, menghargai waktu, ikhlas, tawaduk.
a. Takwa
Takwa adalah menjaga hubungan diri dengan Allah SWT, dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya. Orang yang bertakwa niscaya beriman dan taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, memperoleh petunjuk Allah SWT dan keberhasilan dalam hidup. Orang yang bertakwa menegakan shalat, berpuasa, tabah, dan sabar dalam penderitaan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, menjauhi riba dan bertawakal kepada Allah SWT, mengeluarkan zakat dan membagi rezeki
4
Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan KeIslaman Seputar Filsafat, Hukum, Politik, dan Ekonomi, (Bandung: Mizan, t.t.), cet. 2, h. 231
untuk kesejahteraan orang lain, mengajak kepada kebaikan, menyuruh orang berbuat benar, melarang berbuat munkar dan berlaku adil. Takwa adalah himpunan kebajikan.5
Konsep takwa dapat di lihat dalam Al-Qur’an :
ك كا ق خ ا ا ا ا يأ اي
ا ف اع ئا ق اب عش كا عج ٰ ث أ
ۚ
كاق أ ا ع كأ
ۚ
[ ي خ ي ع ا
١:
]
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat:13)
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap takwa. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang sikap takwa.
Beliau meminta agar cintanya kepada Allah melebihi cintanya pada air yang dingin, yang sangat dicintai, disukai, dan diingini oleh siapa saja yang kehausan di musim panas. Di daerah yang beriklim panas, cinta pada air yang sejuk dingin dirasakan oleh siapa saja, oleh semua manusia. Jika cinta kepada Allah telah melebihi cintanya seseorang yang sekarat kehausan ditengah sahara pada air dingin, maka itu adalah cinta yang luar biasa. Sama saja dengan melebihi cinta sejati kepada Allah Azza Wa Jalla. Jika direnungkan benar-benar, Baginda Nabi sejatinya telah mengajarkan idiom cinta yang begitu indah dan dahsyat.6
Meskipun cuma terlelap satu jam setengah, itu sudah cukup untuk meremajakan seluruh syaraf tubuhku. Setelah satu rumah shalat Subuh berjamaah di Masjid, kami membaca Al-Qur’an bersama. Tadabbur sebentar, bergantian. Teman-teman sangat melestarikan kegiatan rutian tiap pagi ini. Selama ada di rumah, membaca Al-Qur’an dan Tadabbur tetap berjalan, meskipun pagi ini kulihat mata Saiful dan Rudi melek merem menahan kantuk.7
Dalam bagian ini tampak jelas bahwa Habiburrahman el-Shirazy menekankan nilai-nilai pendidikan terhadap takwa yang digambarkan diatas
5
Muchlis M. Hanafi, Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), cet. 1, h. 75
6
Habiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta: Republik, 2008), cet. XIX, h. 61 7
adalah cinta hamba atau manusia seharusnya hanya kepada Allah SWT bukan kepada manusia yang selalu mengingkari janji, walupun katuk terasa berat tapi jangan pernah melupakan rahmat Allah SWT karena membaca Al-Qur’an
dan shalat itu lebih baik dari pada tidur.
b. Syukur
Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurnya seseorang hamba berkisar atas tiga hal, yang apabila ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan bersyukur, yaitu : mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah SWT. Jadi syukur itu berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan. Hati untuk ma’rifah dan mahabbah, lisan untuk memuja dan menyebut nama Allah SWT, dan anggota badan untuk menggunakan nikmat yang diterima sebagai sarana untuk menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dan menahan diri dari maksiat kepada-Nya.8
Manusia diperintahkan bersyukur kepada Allah SWT bukanlah untuk kepentingan Allah SWT itu sendiri, karena Allah SWT ghaniyun „anil „alamin (tidak memerlukan apa-apa dari alam semesta), tapi justru untuk kepentingan manusia itu sendiri. Allah menyatakan dalam Al-Qur’an :
شا أ ح ا ا ق ا ي آ ق
ۚ
سف شي ا ف شي
ۖ
فك
[ ي ح ٌّ غ ا ف
:
]
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."(Q.S. Al-Lukman: 12).
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap syukur. Sebagai gambaran, berikut penulis
8
tampilkan bagian dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap sikap syukur.
Tahun ini, setelah melalui ujian ketat beliau hanya menerima sepuluh orang murid. Aku termasuk sepuluh orang yang beruntung itu. Lebih beruntung lagi, beliau sangat mengenalku. Itu karena sejak tahun pertama kuliah aku sudah menyetorkan hafalan Al-Qur’an pada beliau diserambi Masjid Al-Azhar. Juga karena diantara sepuluh orang terpilih itu ternyata hanya diriku seorang yang bukan orang Mesir. Aku satu-satunya oarang asing, sekaligus satu-satunya yang dari Indonesia. Tak heran jika beliau menganakemaskan diriku. Dan teman-teman dari Mesir tidak ada yang merasa iri dalam masalah ini. Mereka semua simpati padaku.9
Aku merasa seperti ada hawa dingin turun dari langit. Menetes deras ke dalm ubun-ubun kepalaku lalu menyebar ke seluruh tubuh. Seketika itu aku sujud syukur dengan berlinang air mata. Aku merasa seperti dibelai-belai tangan Tuhan. Setelah puas sujud syukurku aku mengungkapkan rasa gembirau pada teman-teman satu rumah. Mereka semua menyambut dengan riang gembira. Dengan tasbih, tahmid, dan istigfar. Dengan mata yang berbinar-binar. Kukatakan pada mereka.10
Aku mengucap syukur berkali-kali kepada Allah atas anugrah ini. Kudengar Tuan Bountros memuji Tuhannya; Bapa, Yesus dan Roh Kudus. Kuminta kepada Saiful dan Mishbah untuk sujud syukur. Madame Nahed masih melihat foto CT Scan. Dia membandingkan foto pertama dan foto kedua. Bibirnya berdesis, Maha Besar Kekuasaan Tuhan, ini Mukjizat!” 11
Dalam bagian ini tampak jelas bahwa Habiburrahman el-Shirazy menekankan nilai-nilai pendidikan syukur. Tokoh Fahri yang ia gambarkan, memiliki nilai-nilai pendidikan bersyukur terhadap Allah SWT, yaitu berterima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tiada tara. Nikmat yang berupa dapat mengaji dengan orang sholeh yang berada di Mesir, bersyukur atas lulusnya tesis dan bersyukur telah diberikan kesembuhan tanpa harus melalui oprasi.
c. Sabar Dalam Taat Kepada Allah SWT.
Sabar dalam arti bahasa adalah menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, dan tabah). Adapun secara istilah adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha dari Allah SWT.
9
Habiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta: Republik, 2008), cet. XIX, h. 17 10
Habiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta: Republik, 2008), cet. XIX, h. 69-70 11
Dalam beribadah kepada Allah SWT juga di perlukan kesabaran yang berlipat ganda mengingat banyaknya rintangan yang menggoda, baik dari dalam maupun luar diri kita, seperti rasa malas, mengantuk, dan kesibukan yang menyita waktu kita untuk beribadah. Firman Allah Swt dalam
Al-Qur’an.12
ا ع طصا عاف ا يب ا أ ا ا ا س ا ّ
ۚ
ع
س
[ اًي
١:
]
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (Q.S. Maryam : 65).
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap sabar dalam taat kepada Allah SWT. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy yang mengetengahkan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak sikap sabar dalam taat kepada Allah SWT .
“Ya jama’ah, shalli „alan nabi, shalli „alan nabi!” ucapku pada mereka sehalus mungkin. Cara menurunkan amarah orang Mesir adalah dengan mengajak membaca shalawat. Entah riwayatnya dulu bagaimana. Dimana-mana, diseluruh Mesir, jika ada orang bertengkar atau marah, cara melerai dan meredamnya pertama-tama adalah dengan mengajak membaca shalawat. Shalli „allan nabi, artinya bacalah shalawat keatas nabi, cara ini biasanya sangat manjur.13
Pemuda Mesir malah menukas sengak,”Orang Indonesia, kautahu apa sok mengajari kami tentang Islam, heh ! Belajar bahasa Arab saja baru kemaren sore. Juz amma entah hafal entah tidak. Sok pintar kamu ! Sudah kau diam saja, belajar baik-baik selama di sini dan jangan ikut campur urusan kami !”
Aku diam sesaat sambil berfikir bagaimana caranya meghadapi anak turun Fir’aun yang sombong dan keras kepala ini. Aku melirik Ashraf. Mata kami bertatapan. Aku berharap dia berlaku adil. Dia telah berkenalan denganku tadi. Kami pernah akrab meskipun Cuma sesaat. Kupandangi dia dengan bahas mata mencela. 14
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan
12
Multahim, Penuntun Akhlak, (Jakarta : Yudhistira, 2007), cet. 2, h. 59 13
Habiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta: Republik, 2008), cet. XIX, h. 44 14
Rasul-Nya, terutama tentang sikap sabar dalam tokoh Fahri walaupun sudah dicaci maki tapi tetap sabar dalam menghadapinya. Orang yang sedang emosi yang sangat tinggi tidak boleh dilawan dengan emosi lagi tapi harus dilawan dengan suara yang halus tapi bijaksana dalam menjawabnya. Emosi dikendalikan oleh setan, setan itu terbuat dari api dengan itu memadamkan api harus dengan air. Jadi jangan pernah melawan setan dengan emosi tapi dengan cara tetap tenang hatinya atau menyejukan hati dengan berwhudu.
d. Memelihara Kesucian Diri
Memelihara kesucian diri termasuk dalam rangkaian fadillah atau akhlakul karimah yang dituntut dalam ajaran Islam. Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada setiap waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka dapatlah diri dipertahankan untuk selalu berada pada status kesucian. Hal ini dilakukan mulai dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan yang buruk.15 Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
[ ا اك ح فأ ق
١ :١
]
“Berbahagialah orang yang membersihkan jiwanya”. (Q.S. As-Syams : 9)
Demikian juga memelihara lidah dan anggota dari segala perbuatan yang tercela, karena sadar bahwa segala gerak-gerik itu tidak lepas dari penglihatan Allah, termasuk akhlak luhur. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
سف ب س ا ع اس ا ا ق خ ق
ۖ
ح ي ّ قأ ح
ي ا
[
:
]
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher. (Q.S. Qaf : 16 )
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah
SWT dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap memelihara kesucian diri dalam taat kepada Allah SWT. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy yang mengetengahkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap sikap memelihara kesucian diri dalam taat kepada Allah SWT .
“Kau membuatku menangis Fahri. Kau mengigau terus menerus bibir bergetar membaca ayat-ayat suci. Wajahmu pucat. Air matamu meleleh tiada henti. Melihat keadaanmu itu apa aku tidak menangis,”serak Maria sambil tangan kanannya bergerak hendak menyentuh pipiku yang kurasa basah.
“Jangan Maria tolong, ja....jangan sentuh!”16
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap memelihara kesucian diri sebagai mana yang digambarkan bahwa tokoh Fahri tidak mau disentuh karena bukan muhrimnya. Bahwa Fahri sangat menghargai wanita dengan cara dia tidak mau menyentuh atau disentuh wanita.
e. Menghargai Waktu
Salah satu akhlak Islami yang mendorong sukses peribadi umat Islam adalah menghargai waktu. Waktu terus berjalan dan tidak pernah kembali. Oleh sebab itu, setiap detik waktu harus dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan keberhasilan. Untuk dapat memanfaatkan secara optimal dari waktu, maka perlu waktu adanya manajemen waktu yaitu aktifitas untuk memanfaatkan waktu yang tersedia dan potensi-potensi yang tertanam dalam diri kita guna mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan menyeimbangkan tuntutan kehidupan pribadi, masyarakat, serta kebutuhan jasmani, rohani dan akal.17
Terkait dengan menghargai waktu, Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur’an:
[ ع ا
:
[ سخ ّف اس ا ]
:
]
اب ا صا قح اب ا صا اح ا ا ا ع ا آ ي ا ا
16Habiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta: Republik, 2008), cet. XIX, h. 176 17
Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), cet. 2, h. 95
[
:
]
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-Ashr:1-3)
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap menghargai waktu dalam taat kepada Allah SWT. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy yang mengetengahkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap sikap menghargai waktu diri dalam taat kepada Allah SWT.
Ah, kalau tidak ingat bahwa kelak akan ada hari yang lebih panas dari hari ini dan lebih gawat dari hari ini. Hari ketika manusia digiring di padang Mahsyar dengan matahari hanya satu jengkal di atas ubun-ubun kepala. Kalu tidak ingat, bahwa keberadaanku di kota seribu menara ini adalah amanat. Dan amanat akan dipertanggungjawabkan dengan pasti, kalau tidak ingat, bahwa masa muda yang sedang aku jalani ini akan dipertanyakan kelak. Kalau tidak ingat, bahwa tidak semua orang diberi nikmat belajar di bumi para nabi ini. Kalau tidak ingat, bahwa aku belajar di sini dengan menjual satu-satunya sawah warisan dari kakek. Kalau tidak ingat, bahwa aku dilepas dengan linangan air mata dan selaksa doa dari ibu, ayah, dan sanak saudara. Kalu tak ingat bahwa jadwal adalah janji yang harus di tepati.18
Yang kutempel memang arah hidup sepuluh tahun kedepan. Target-target yang harus kudapat dan apa yang harus aku lakukan. Lalu peta hidup satu tahun ini. Kutempel di depan tempat belajar untuk penyemangat. Dan memang kutulis dengan bahasa Arab.19
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap menghargai waktu jadi dalam setiap waktu jadwal belajar, mengaji harus melalui jadwal yang sudah tertata rapi dan peta kehidupan itu untuk menyemangatkan semangat belajar supaya tidak ada rasa malas.
f. Ikhlas
Ikhlas artinya membersihkan maksud dan tujuan bertaqarrub kepada
18
Habiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta: Republik, 2008), cet. XIX, h. 20-21 19
Allah SWT dan berbagai maksud dan niat lain. Atau mengesahkan dan mengkhususkan Allah Azza wa Jalla sebagai tujuan dalam berbuat taat kepada-Nya.
Dengan kata lain, ikhlas adalah mengabaikan pandangan (perhatian) manusia dengan senantiasa berkonsentrasi pada Allah SWT semata-mata. Ikhlas adalah syarat diterimanya amal saleh yang dilaksanakan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.20 Firman Allah dalam Al-Qur’an :
ا
[ ي ا ا ا عاف قح اب ّا ا كي ا أ
١:
]
Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Q.S. Az-Zumar :2)
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap ikhlas dalam taat terhadap Allah SWT. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy yang mengetengahkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap sikap ikhlas diri dalam taat kepada Allah SWT.
Aku merenungkan penjelasan Maria. Sungguh bijak dia. Kata-kata adalah cerminan isi hati dan keadaan jiwa. Kata-kata Maria menyinarkan kebersihan jiwanya. Sebesar apa pun keikhlasan untuk menolong tapi masalah aqidah, masalah keimanan dan keyakinan seseorang harus dijaga dan dihormati. Menolong seseorang tidak untuk menarik seseorang mengikuti pendapat, keyakinan atau jalan hidup yang kita anut. Menolong seseorang itu karena kita berkewajiban untuk menolong. Titik. Karena kita manusia, dan orang yang kita tolong juga manusia.21
Setelah berbincang dengan Madame Nahed, Aisha mengajaku berbicara empat mata. Matanya berkaca-kaca.
“Fahri, menikahlah dengan Maria. Aku Ikhlas.” “Tidak Aisha, tidak ! Aku tidak bisa.”22
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap ikhlas karena akan mendapatkan pahala
20
Moh. Amin, Sepuluh Induk Akhlak Terpuji, (Jakarta: Kalam Mulia, 1997), cet. 1, h. 12 21
Habiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta: Republik, 2008), cet. XIX, h. 83 22
dari Allah SWT dengan kita ikhlas setulus hati dan ikhlas berbagi suami karena nyawa taruhannya supaya sembuh dari sakitnya dan menjadi saksi sidang Fahri.
g. Tawaduk
Tawaduk secara bahasa adalah rendah hati. Secara istilah tawaduk adalah sikap merendahkan hati, baik dihadapan Allah SWT. Maupun sesama manusia. Sikap tawaduk merupakan bagian dari akhlakul karimah sehingga sikap dan perilaku manusia akan menjadi lebih baik. Manusia yang sadar akan hakikat kejadian dirinya tidak akan pernah mempunyai alasan untuk merasa lebih baik antara yang satu dan yang lainnya.23 Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
ا أ ا ع ش ي ي ا ٰ ح ا ا ع
اج ا طاخ ا
[ ا ا س ا اق
:
]
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Q.S. Al-Furqan : 63)
Berdasarkan ayat diatas, Allah SWT, memerintahkan umatnya untuk merendahkan hati terhadap sesama dengan cara mengucapkan kata-kata yang baik dan lemah lembut.
Dalam novel Ayat-ayat Cinta, tampaklah Habiburrahman el-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, terutama tentang sikap tawaduk dalam taat kepada Allah swt. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy yang mengetengahkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak terhadap sikap tawaduk diri dalam taat