• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARGET PENCAPAIAN

4.1.1.3 Pendisiplinan Kerja Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini yang timbul disiplin yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian, kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.

Pendisiplinan merupakan suatu proses tindakan, yang berusaha untuk menegakkan standar organisasi dan peraturan, termasuk sejumlah langkah untuk membina karyawan sedemikian rupa, sehingga memiliki sikap yang layak terhadap pekerjaan, disiplin merupakan tanggung jawab management yang mungkin paling tidak disukai. Kunci untuk mengetahui kapan harus menegakkan disiplin serta pada penentuan jenis masalah prestasi kerja karyawan yang dapat ditangani dengan disiplin. Dengan demikian pada gilirannya proses ini diharapkan dapat memudahkan proses pencapaian tujuan organisasi.

Disiplin kerja selain dipengaruhi faktor lingkungan kerja juga dipengaruhi oleh faktor kepribadian, maka ketidak adilan salah satu faktor akan menyebabkan pelanggaran aturan. Jika salah satu karyawan melanggar maka perlu dilakukan upaya-upaya tindakan pendisiplinan agar prinsip-prinsip sosialisasi seperti adil

dapat dipertahankan. Berdasarkan sebagai pengalaman dan pengamatan di organisasi, pelanggaran terhadap aturan-aturan terjadi sepanjang masa adalah fenomena yang tidak dapat dipungkiri. Peraturan yang dibuat agar dapat berfungsi secara efisien dan efektif perlu ditegakkan dengan cara melakukan tindakan-tindakan dalam upaya pendisiplinan karyawan. Tindakan pendisiplinan dilakukan dalam rangka pembinaan dan bukannya penghukuman. Pendisiplinan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu preventif dan korektif.

a. Preventif

Preventif discipline merupakan tindakan yang diambil untuk mendorong para pekerja mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-aturan sehingga pelanggaran tidak terjadi. Tujuannya adalah untuk mempertinggi kesadaran pekerja tentang kebijaksanaan dan peraturan pengalaman kerjanya. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri, diantara para karyawan.

Management mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventif, dimana berbagai standar diketahui dan dipahami. Bila karyawan tidak mengetahui standar-standar apa yang harus dicapai, mereka cenderung salah arah. Selain itu mereka juga perlu mengetahui alasan-alasan yag melatar belakangi suatu standar agar mereka dapat memahaminya.

b. Disiplin korektif

Corrective sicipline merupakan suatu tindakan yang mengikuti pelanggaran dari aturan-aturan, hal tersebut mencoba untuk mengecilkan pelanggaran lebih lanjutsehingga diharapkan untuk perilaku di masa mendatang dapat mematuhi norma-norma peraturan. Kegiatan korektif sering berubah suatu bentuk hukuman

yang disebut sebagai tindakan pendisiplinan. Sebagai contoh peringatan atau scoring.

Tujuan tindakan pendisiplinan hendaknya positif, mendidik dan memperbaiki, bukan tindakan negative yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah. Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan di masa yang akan datang, bukan menghukum kegiatan di masa lalu.

Pendekatan negative yang bersifat menghukum, biasanya mempunyai berbagai pengaruh sampingan yang merugikan, seperti hubungan emosional terganggu, absensi meningkat, apatis, kelesuan dan ketakutan. Maka secara singkat dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tujuan pendisiplinan antara lain adalah :

1) Untuk memperbaiki pelanggar

2) Untuk menghalangi para karyawan lain melakukan kegiatan-kegiatan serupa

3) Untuk menjaga berbagai standar kelompok-kelompok konsisten dan efektif.

Pada disiplin korektif ada istilah “ kompor panas” yang bisa digunakan,

maksudnya bahwa tindakan pendisiplinan hendaknya mempunyai karakter-karakter yang sama, seperti hukuman yang diterima seseorang karena menyentuh kompor panas.

Disiplin hendaknya dilakukan dengan peringatan segera, konsisten dan tidak bersifat pribadi. Selain itu para manager hendaknya mempertimbangkan perasaan karyawan dalam tindakan pendisiplinan, yaitu melalui pelaksanaan disiplin secara

pribadi, bukan di depan orang banyak atau para karyawan lain. Selain dua tipe pendisiplinan di atas ada satu lagi pendisiplinan yang lebih progresif yang disebut

sebagai “disiplin progresif”.

a. Disiplin progresif

Disiplin progresif adalah memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang dengan tujuan memberikan kesempatan kepada karyawan yang mengambil tindakan korektif, sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksankan. Disiplin progresif juga memungkinkan management untuk membantunkaryawan agar memperbaiki kesalahan, yang prosedurnya dilakukan sebagai berikut :

1. Peringatan lisan

Langkah ini dilakukan, dengan menjelaskan apa yang sudah dilanggar dan apa yang harus dilakukan. Pernyataan seharusnya bersifat khusus dan dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang telah dilanggar, atau satu pedoman yang tidak dapat dicapai oleh karyawan. Selain itu, teguran/peringatan tersebut, juga menunjukkan bukti-bukti yang harus dilakukan bila mungkin. Sebaiknya dibuat catatan-catatan tentang peringatan ini.

2. Peringatan tertulis

Tindakan ini ditempuh, jika prestasi atau perilaku tidak membaik, setelah diberikan teguran secara lisan. Disini kembali diberikan penegasan mengenai pkok-pokok permasalahan, yang dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang dicapai dan mengingatkan karyawan, tentang

teguran lisan yang telah diberikan. Teguran tertulis yang berbentuk surat dan jika tidak ada perbaikan juga, maka diberikan batas waktu yang diharapkan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan.

3. Peringatan terakhir

Tindakan ini diambil, jika surat teguran atau peringatan tertulis tidak berhasil dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Dalam surat ini menyatakan akibat yang akan timbul, jika masalahnya berkelanjutan dan memberikan peringatan tindakan-tindakan disiplin yang akan diambil, seperti penurunan jabatan atau bahkan pemecatan, bila masalahnya tidak bisa diatasi.

Kinerja yang baik dapat tercapai apabila para aparaturnya memilki tingkat motivasi yang tinggi, kemampuan yang berkualitas dan tingkat kedisiplinan yang baik. Tingkat kedisiplinan aparatur merupakan faktor penting untuk mencapai hasil kerja yang optimal, karena dalam sebuah kegiatan memerlukan kepastian dan ketetapan waktu dalam mencapai target organisasi.

Kedisiplinan berhubungan erat dengan aturan atau peraturan dan sanksi yang berlaku sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung maka aparaturnya itu sendiri. Yang perlu ditegakkan oleh setiap aparatur meliputi disiplin waktu dan disiplin perbuatan agar tunduk dan taat pada peraturan yang berlaku. Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan dan pengendalian diri, erat hubungannya dengan upaya pencapaian tujuan, oleh karena itu

merupakan suatu ketaatan atau pengendalian diri yang rasional. Jika disiplin itu dapat dikembangkan secara meluas, maka akan tercapai suatu tingkat kestabilan dan kelancaran organisasi.

Pelatihan sikap disiplin merupakan sikap patuh dan taat terhadap norma dan aturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan untuk mencapai hasil kerja yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Oleh karena itu disiplin kerja aparatur sangat mempengaruhi terhadap kinerja dalam suatu lembaga atau organisasi secara keseluruhan, apabila aparatur dalam organisasi tersebut memiliki tingkat kedisiplinan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugasnya maka hasilnya akan baik dan bisa dikatakan suatu prestasi kerja yang memuaskan.

Berdasarkan keterangan dari Kepala Bagian Kepegawaian Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung berkaitan dengan kedisiplinan kerja aparatur telah melaksanakan kedisiplinan kerja sesuai dengan aturan yang berlaku. Kedisiplinan tersebut dilaksanakan sebagai komitmen dan konsisiten terhadapa pelayanan kesehatan terhadap para lansia di Kota Bandung. Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam menerapkan sikap disiplin setiap aparaturnya yang bertugas di bidang pelayanan kesehatan khusus lansia (yankesus) diberikan pelatihan mengenai penyuluhan sikap ramah tamah kepada para lansia dalam melayani pelayanan kesehatan.

Hasil observasi yang peneliti lakukan, menunjukkan bahwa disiplin para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung, terutama bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) masih minim, yang diakibatkan masih banyaknya para aparatur yang datang terlambat, maupun pulang sebelum waktunya.

Kurangnya kedisipkina tersebut, mengakibatkan minimnya pula pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidang pelayanan kesehatan khusus pada para lansia di Kota Bandung, baik itu di lingkungan kerja di Dinas Kesehatan Kota Bandung, maupun Puskesmas-puskesman di Kota Bandung.

Dokumen terkait