• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung (studi tentang pelayanan kesehatan lanjut usia (lansia) di Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung (studi tentang pelayanan kesehatan lanjut usia (lansia) di Kota Bandung)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

(LANSIA) DI KOTA BANDUNG}

SKRIPSI

Diajukan untuk Ujian Sarjana pada

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Devi Gunawan Kusnadi

41707839

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(5)

iv

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kehidupan dan anugerah yang tak terhingga, atas rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini yang berjudul “Kinerja Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung (Studi Tentang Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) Di Kota Bandung)”

Maksud dari penulisan Skripsi ini adalah sebagai suatu syarat kelulusan pada program studi Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, baik kritik maupun saran yang bersifat membangun akan selalu peneliti harapkan sebagai masukan yang berguna bagi kesempurnaan karya selanjutnya.

Dalam penulisan Skripsi ini, peneliti mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun berupa materil. Dengan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

(6)

v

Ilmu Pemerinthan di Universitas Komputer Indonesia

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer Indonesia.

6. Kedua Orang Tua peneliti, yang selalu menginspirasi peneliti.

7. Keluarga Kedua peneliti di Bandung, terima kasih untuk kebersamaan selama 12 tahun yang menyenangkan bersama kalian.

8. Adik sepupu peneliti, Ajeng dan Puutri. terima kasih untuk segala bentuk dukungan beserta doanya.

9. Teman-teman peneliti di Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Komputer Indonesia 2007-2009.

10. Teman-teman peneliti, Cijerokaso dan alumni Sma Kartika Siliwangi II angkatan 2004 Bandung, yang selalu memberikan semua bantuanya baik secara moril maupun materil, semoga kebaikan selalu menaungi kalian semua.

(7)

vi bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Juli 2013 Peneliti

(8)

vii 1.1 Latar Belakang Masalah………...1

1.2 Rumusan Masalah ………...7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………7

1.4 Kegunaan Penelitian ..………..8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1.Tinjauan Pustaka ... 10

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ……….31

3.1.1Tipe Lanjut Usia (Lansia) ... 32

(9)

viii

3.2 Gambaran Umum Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung ... 36

3.3 Metode Penelitian ... 37

3.3.1 Desain Penelitian ... 38

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.3.2.1 Studi Pustaka ... 39

3.3.2.2 Studi Lapangan ... 39

3.3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 40

3.3.2.4 Teknik Analisa Data... 41

3.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Motivasi Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 44

4.1.1 Kondisi Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 55

4.1.1.1 Keselamatan Kerja dan Keamanan Kerja ... 57

4.1.1.2 Kebersihan Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 59

4.1.1.3 Pendisiplinan Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung.... 62

4.1.1.4 Pemahaman Kerja Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 68

4.1.1.5 Penghargaan Penuh Atas Pekerjaan Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 70

4.2 Kemampuan Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 72

(10)

ix Kesimpulan………

5.2 Saran……… ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 83

(11)

x

Tabel 1.1 pencapaian Pelayanan Kesehatan Lansia di Kota Bandung...3

Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran... 30

Tabel 3.2 Perencanaan Jadwal Skripsi... .43

Tabel 4.1 Pelayanan Kesehatan Lansia di Kota Bandung ... 47

Tabel 4.2 Langkah Pelaksanaan Kegiatan Program Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung………..48

(12)

xi

(13)

xii

Lampiran 1.Surat Permohonan Penelitian ... 83

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dan BKBPPM Kota Bandung ... 84

Lampiran 3. Surat Balasan Dari Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 85

Lampiran 4. Pedoman Wawancara ... 86

Lampiran 5. Pencapaian Pelayanan Kesehatan Lansia di 71 Puskesmas di Kota Bandung ... 90

Transkip Wawancara ... 94

(14)

81 Literatur Buku

Bastian, Indra. 2001. Sektor Publik. Yogyakarta : BPFE.

Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta :Gadjahmada University Press.

Effendi, F. 2009.Karakteristik Lanjut Usia. Jakarta. Salemba Medika.

Handayaningrat, Soewarno. 1982. Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Eka Parayangan.

Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

Huriyati, Ratih. 2005. Service Marketing. Jakarta : PT. Gramedia.

Mangkunegara, P, Anwar. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung :Refika Aditama.

Napitupulu, Paimin. 2007. Pelayanan Publik dan Customer Satisfaction. Bandung Alumni.

Nugrogo, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi Kedua. Jakarta : EGC.

Prawirosentono, Suryadi. 2008. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta : BPFE.

Rivai, Veithzal. 2011. Performance Apparaisal. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

(15)

Sobandidkk. 2006. Desentralisasidan Tuntunan Penataan Kelembagaan Daerah. Bandung : Humaniora

Suharto, Edi. 2005. Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung : Refikaaditama.

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Widjaja, A.W. 2006. Adminisrasi Kepegawaian. Jakarta : Rajawali.

Zastrow, Charles. 2000. Understanding Human Behavior and The Social Environment. Chicago : Nelson-Hall Publishers.

Literatur Perundang-undangan dan Dokumen

Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998, Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia).

Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1974, Tentang Rencana Kerja Memuat Sasaran dan Rencana Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil.

Undang-Undang Nomor. 6 Tahun 1974, Tentang Kesejahteraan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998, Tentang Lanjut Usia (Lansia).

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor. 10 Tahun 2009, Tentang Kesehatan.

Surat Keputusan Nomor. 50 Tahun 1952, Tentang Pelaksanaan.

Literatur Elektronik

(16)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan manusia Indonesia seluruhnya berarti siapapun wajib ikut melaksanakan pembangunan dan berhak mendapatkan manfaatnya. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan, salah satunya pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Pembangunan kesehatan pada dasarnya meliputi semua segi kehidupan, baik fisik maupun mental. Sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan masyarakat yaitu puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat yang langsung berada di tengah-tengah masyarakat.

Kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya, serta terselanggarakannya pemeliharaan tarap kesejahteraan sosial lanjut usia.

(17)

mempunyai produktivitas kerja yang optimal diperlukan derajat kesehatan yang tinggi. Kegiatan program pembinaan dan peningkatan kesehatan lanjut usia merupakan kegiatan yang menyeluruh dan terpadu untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial para lanjut usia. Kegiatan ini dimulai di tingkat masyarakat dari, oleh dan untuk masyarakat, terutama yang tergabung dalam kelompok lanjut usia di posbindu (pos pembinaan terpadu) dan di panti wredha, dengan pembinaan puskesmas dan sistem rujukannya sampai dengan tingkat pelayanan spesialistis lanjut usia yang disebut Geriatri yang sedang dikembangkan.

Kepedulian dan serta peran aktif dari keluarga dan para lanjut usia, pihak pemerintah, swasta dan masyarakat pada umumnya merupakan pendukung utama sehingga dapat terwujud lanjut usia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, mandiri dan produktif, yang merupakan potensi pembangunan yang handal mengingat lanjut usia kaya dengan pengalaman, wawasan kearifannya. Bila lanjut usia tidak sehat, selain tidak produktif juga akan menjadi beban bagi diri, keluarga, masyarakat dan pemerintah.

(18)

Tabel 1.1

Pencapaian Peayanan Kesehatan Bagi Para Lansia di Kota Bandung

Tahun Jumlah

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) Dinas Kesehatan Kota Bandung 2012.

Data di atas menunjukkan hasil kerja aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung belum mencapai target dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi para lanjut usia di Kota Bandung. Pada Tahun 2010 pencapaian pelayanan kesehatan sebesar 32%, target pencapaian seharusnya 48%, pada Tahun 2011 terget pencapaiannya menurun menjadi 45% dan pencapaian pelayanan kesehatannya pun menurun menjadi 30%, dan pada Tahun 2012 terget pencapaiannya naik lagi menjadi 48%, hasil pencapaian pelayanan kesehatannya 38%.

(19)

posbindu yang belum mencapai target yaitu posbindu di Kecamatan Sukarasa, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Sukajadi, dan Kecamatan Puter.

Peningkatan kesehatan para lanjut usia di Kota Bandung, dibutuhkan para tenaga kesehatan yang langsung melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah pelayanan kesehatan dengan baik, diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, khususnya untuk para lanjut usia (lansia), salah satu bentuk kegiatan yang perlu digalakan agar tujuan dimaksud dapat tercapai lebih cepat adalah mendorong pembentukan dan pemberdayaan berbagai “Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat” (UKBM) khusus lanjut usia (lansia) antara lain

kelompok lanjut usia, pusat santunan, keluarga.

(20)

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di bidang kesehatan, pembentukan kelompok lanjut usia baru terbatas di Desa/Kelurahan Ibukota, Kabupaten/Kota dan kecamatan tertentu saja, sementara kegiatannyapun baik jumlah maupun kualitasnya sangat bervariasi antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Setiap Daerah mempunyai kebutuhan yang berbeda dan ketersediaan sumberdaya yang tidak merata, serta belum adanya pedoman atau acuan bagi petugas lapangan atau aparaturnya dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesehatan lanjut usia.

Kota Bandung masih banyak para lanjut usia (lansia) yang terlantar dan kurang mendapatkan perhatian yang lebih dari lingkungan keluarganya sendiri dan lingkungan masyarakat, hal ini disebabkan karena mereka menganggap orang yang sudah lanjut usia kurang produktif dalam segala hal, bagi para lansia yang terlantar di jalanan, Dinas Kesehatan Kota Bandung di bantu oleh Dinas Sosial yang khusus menjaring para lansia-lansia yang terlantar di jalanan dan untuk dibina dan diberi himbauan kepada para lansia tersebut di panti jompo atau panti werdha yang ada di Kota Bandung.

(21)

Motivasi dan kemampuan aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung merupakan faktor pendorong untuk mendapatkan kinerja yang baik dan menghasilkan kinerja yang optimal dan mencapai target atau tujuan Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung.

Motivasi dan kemampuan aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya di bidang yankesus (pelayanan kesehatan khusus) yang menangani masalah pelayanan kesehatan bagi para lanjut usia harus lebih ditingkatkan lagi, karena berdasarkan data pencapaian pelayanan kesehatan dari tahun 2010 – 2012 Dinas Kesehatan Kota Bandung mengalami penurunan dalam mencapai target yaitu pada tahun 2011 dan di tahun 2012 mengalami penaikan pencapaian target yaitu dari 45% naik menjadi 48%, jelas sekali kinerja aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung belum stabil dan belum memenuhi target pencapaian pelayanan kesehatan bagi para lansia sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya.

Sikap pimpinan kerja dan aparatur terhadap situasi kerja di lingkungan kerjanya baik di Dinas Kesehatan Kota Bandung maupun langsung di lapangan, mereka yang positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menimbulkan motivasi kerja tinggi, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

(22)

Bandung, maka peneliti tertarik untuk membuat sebuah laporan penelitian dengan judul “Kinerja Aparatur Dinas Kesehatan ( Studi Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung “).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan yang telah disajikan dalam latar belakang masalah di atas, maka peneliti kemudian merumuskan suatu identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana motivasi aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam menigkatkan

pelayanan kesehatan lanjut usia di Kota Bandung

2. Bagaimana kemampuan para aparatur Dinas kesehatan Kota Bandung dalam meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian yang dilakukan sudah seharusnya memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai. Dalam penulisan usulan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam menigkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia (lansia) di Kota Bandung, dengan klasifikasi sebagai berikut:

(23)

2. Untuk mengetahui kemampuan para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia di Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Sesuatu yang dikerjakan tentunya mempunyai maksud, tujuan dan juga diharapkan membawa manfaat baik khususnya bagi diri peneliti sendiri maupun bagi orang lain. Berkaitan dengan hal tersebut maka Laporan penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak lain. Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:

1. Bagi peneliti Skripsi ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai kinerja aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam menigkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia di Kota Bandung.

2. Secara teoritis peneliti megharapkan Skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan, serta dapat dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi teman-teman peneliti di Ilmu Pemerintahan yang akan melaksanakan Tugas Akhir. Mengenai kinerja aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung tentang pelayanan kesehatan lanjut usia di Kota Bandung.

(24)
(25)

31 3.1. Objek Penelitian

Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik berkemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari maupun yang karena masalah kesehatannya tidak lagi mampu melakukan aktifitas sehari-hari, sehingga tidak lagi berperan dalam pembangunan pada umumnya,lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Pengertian dan pengelolaan lanjut usia (lansia).

Secara umum kesehatan pada seorang lanjut usia diawali dengan terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau lebih dan bertambahnya resiko masalah kesehatan lanjut usia sering terjadi pada usia lebih 60 tahun, maka sesuai kebijakan dalam pelayanan kesehatan, pelayanan kepada lanjut usia diutamakan kepada sasaran sebagai berikut :

a. Usia 45-59 tahun sebagai kelompok pra lanjut usia, agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b. Usia 60-69 tahun sebagai kelompok lanjut usia, agar dapat mempertahankan kesehatan dan mencegah bertambahnya resiko kesehatan yang ada.

(26)

3.1.1 Tipe Lanjut Usia (Lansia)

Beberapa tipe dari Lanjut Usia (Lansia) bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,mental, social dan ekonominya Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

3.1.2 Karakteristik Lanjut Usia (Lansia)

(27)

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.

3.1.3 Strategi Pembangunan Kesehatan di Kota Bandung

1. Meningkatkan kualitas dan akses layanan kesehatan dasar dan rujukan yang bermutu, merata dan terjangkau.

2. Meningkatkan kualitas lingkungan bersih melaluui sanitasi dasar dan sanitasi umum

3. Meningkatkan promosi dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

(28)

3.1.4 Deskripsi Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandung Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus ( Pasal 35 )

1. Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup pelayana kesehatan khusus.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , seksi Pelayanan Kesehatan Khusus mempunyai fungsi :

a. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pelayanan kesehatan khusus. b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan khusus. c. Penyusunan petunjuk pelaksanaan , petunjuk teknis dan standard operating

procedure (SOP) dalam lingkup pelayanan kesehatan khusus.

d. Penyusunan perencanaan dan pengembangan program , pembinaan , pengawasan , pengendalian dan analisis hasil kegiatan pelayanan kesehatan khusus.

(29)

3.1.5 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung

Struktur organisasi dinas Kesehatan Kota Bandung sebagai berikut :

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung

(30)

3.2. Gambaran Umum Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung

Lanjut usia (Lansia) yaitu seseorang yang beerusia 60 tahun atau lebih, di Kota Bandung masih banyak para lansia yang terlantar karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani dan sosialnya. Lansia terlantar adalah mereka yang tidak memiliki sanak saudara atau punya sanak saudara tetapi tidak mau mengurusinya.

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia di Kota Bandung anatara lain :

1. Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik yaitu yang berkaitan dengan kesehatan, dimana para lanjut usia tersebut kurang memahami arti pentingnya kesehatan baik pada waktu sehat maupun pada waktu sakit. Dan apabila mengalami sakit tidak adanya kemampuan untuk melakukan pengobatan

2. Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sosial yaitu bahwa para lanjut usia merasakan atau menyadari keberadaannya di tengah-tengah masyarakat sudah tidak diperlukan lagi

(31)

Adapun data tentang pencapaian pelayanan kesehatan lansia di beberapa posbindu yang ada di beberapa Kecamatan di Kota bandung yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1

Pencapaian Pelayanan Kesehatan di Posbindu Kota Bandung Tahun 2012

No. Tahun Nama

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) Dinas Kesehatan Kota Bandung 2012.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian berguna dalam menyusun langkah-langkah yang akan

ditetapkan guna melakukan pengkajian terhadap masalah-masalah dengan tujuan untuk

menentukan jawaban atau cara pemecahan masalah berdasarkan pengelolaan data yang

telah terhimpun.

Skripsi ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena

tujuan usulan penelitian ini adalah untuk mendeskriptifkan bagaimana kinerja aparatur

Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia

(lansia) di Kota Bandung. Untuk mengkaji bagaimana kinerja aparatur Dinas Kesehatan

(32)

mengumpulkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung saja, tetapi peneliti sudah tentu

akan mencari data dari beberapa para lansia di beberapa posbindu di Kota Bandung.

3.3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian berguna untuk menyusun langkah-langkah yang akan

ditetapkan guna melakukan pengkajian terhadap masalah-masalah dengan tujuan untuk

menentukan jawaban atau cara pemecahan masalah berdasarkan pengelolaan data yang

terhimpun. Adapun desain penelitian yang digunakan peneliti dalam Skripsi ini adalah

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti mengumpulkan data-data dari

hasil observasi yang peneliti lihat di lapangan dan pengumpulan data-data yang peneliti

peroleh, data yang diperoleh dengan cara mempelajari “literatur” tulisan dan kerangka

ilmiah yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti beserta hasil beberapa data

dari informan.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

(33)

3.3.2.1 Studi Pustaka

Studi pustaka yang peneliti lakukan dalam usaha penelitian ini yakni dengan cara membaca buku-buku yang memiliki muatan mengenai kinerja aparatur maupun kesejahteraan, dan untuk menambah data yang peneliti perlukan peneliti mencari dan mengkaji website-website kedua hal tersebut dari beberapa website-website di internet.

3.3.2.2 Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu teknik pengamatan dan pencarian data secara langsung ke lapangan atau lokasi yang menjadi objek penelitian dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi yang sementara ini peneliti lakukan yakni dengan cara mengamati kinerja aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung Khususnya seksi Pelayanan Kesehatan Khusus dalam Meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia (lansia) di Kota Bandung

b. Wawancara, peneliti akan melakukan komunikasi langsung melalui tatap muka dan Tanya jawab antara peneliti, aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung yang menangani masalah lansia dan beberapa para lansia di Kota Bandung

(34)

catatan-catatan tertulis tentang berbagai peristiwa dalam masalah pelayanan kesehatan lanjut usia di Kota Bandung.

3.3.2.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan, peneliti lebih memiliki teknik dengan cara teknik Purposive yaitu teknik yang mengambil sumber data yang telah peneliti tentukan sebelumnya, baik yang terstruktur maupun yang tidak.

Teknik penentuan informan yang digunakan peneliti terhadap masyarakat adalah accidental adalah teknik penentuan informan secara kebetulan (Sugiyono, 2005 : 85). Peneliti akan melakukan wawancara kepada lansia yang kebetulan berkunjung ke Puskesmas. Dan taknik accidental yang akan digunakan peneliti dalam mencari informan-informan terkait pelayanan kesehatan terhadap para lansia di Kota Bandung.

1. Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Khusus, yaitu mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas di Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup pelayana kesehatan khusus lansia.

(35)

3. Para lanjut usia (lansia) di posbindu Kota Bandung dengan kriteria lansia. Kriteria tersebut peneliti buat untuk mengidentifikasi peningkatan pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung.

3.3.2.4 Teknik Analisa Data

Peneliti dalam teknik analisa data menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, aktifitas yang peneliti lakukan yakni :

1. DataReduction (Reduksi Data) peneliti melakukan analisa dengan memfokuskan kinerja aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam masalah meningkatkan kesejahteraan lanjut usia (lansia) di kota Bandung, dari mulai pendekatan, penjaringan proses kesejahteraan, hingga hasil dari kesejahteraan lanjut usia

2. Data Display (Penyajian Data), di sini peneliti mengumpulkan beberapa informasi mengenai kinerja aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung yang dikaitkan dengan teori yang peneliti gunakan, dalam masalah meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia di Kota Bandung. Selanjutnya peneliti menarik sebuah kesimpulan dari informasi yang telah peneliti dapatkan. 3. Concmusion Verivication (Penarikan Kesimpulan), di sini peneliti

(36)

Bandung agar dapat memperoleh kesimpulan dan pemahaman yang lebih cepat.

3.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

(37)

44

4. 1 Motivasi Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung Dalam Pelayanan Kesehatan Lansia di Kota Bandung

Setiap orang selalu diliputi kebutuhan dan sebagian besar kebutuhan itu tidak cukup kuat untuk mendorong seseorang berbuat sesuatu pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan menjadi suatu dorongan bila kebutuhan itu muncul mencapai taraf intensitas yang cukup. Pemenuhan kebutuhan selalu diwarnai oleh oleh motif untuk memenuhinya, atau dengan kata lain motivasi dipakai untuk menunjukkan suatu keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan.

Istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi atau motif antara lain kebutuhan, keinginan, dan dorongan. Demikian pula dengan pengertian motivasi sendiri banyak ditafsirkan secara berbeda-beda oleh para ahli sesuai dengan tempat dan keadaan dari masing-masing ahli tersebut. Siagian (2002:134) misalnya mendefinisikan motivasi yaitu sebagai daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawab dan menunaikan kewajiban-kewajibannya.

(38)

pendekatan awal yang mencapai suatu model untuk memotivasi individu sampai ke pendekatan yang lebih kontemporer, dengan menyadari bahwa motivasi bertumbuh dari pengaruh timbal balik antara faktor individu dan faktor lingkungan.

Motivasi kerja sering digunakan untuk menerangkan motivasi yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia, cerminan yang paling sederhana tentang motivasi dapat dilihat dari aspek perilaku ini. Motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap usaha sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka pencapaian tujuan tertentu.

Motivasi merupakan bagian integral dari kegiatan organisasi atau perusahaan dari dalam proses pembinaan, pengembangan dan pengarahan tenaga kerja manusia. Karyawan akan bekerja dengan lebih baik dalam lingkungan dimana mereka merasa dihargai dan program pemberian insentif dapat membantu karyawan merasa bahwa perusahaan memperhatikan kesejahteraan mereka dan mengakui prestasi yang telah dicapai.

(39)

Motivasi aparatur dalam melaksanakan pekerjaannaya, memiliki tujuan untuk mempercepat pencapaian suatu tujuan yang diharapkan dan yang telah direncanakan sebelumnya oleh suatu organisasi atau instansi Pemerintahan yaitu di Dinas Kesehatan Kota Bandung pada khususnya, untuk mencapai hasil kerja yang memuaskan, maka harus adanya tingkat motivasi yang tinggi, kedisplinan, kemampuan, penghargaan penuh atas hasil yang dicapai dan pemahaman serta profesionalitas dari setiap aparatur yang berada pada unit kerjanya.

(40)

Table 4.1

Pencapaian Pelayanan Kesehatan Bagi Para Lansia di Kota Bandung

Tahun Jumlah

Sumber : seksi Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) Dinas Kesehatan Kota Bandung

(41)

Hasil pencapaian pelayanan kesehatan lanjut usia (lansia) di atas merupakan hasil dari langkah-langkah dan kegiatan program dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap para lansia di Kota Bandung. Langkah-langkah dan program kegiatan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya pada bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) lansia yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan para lansia dan meningkatkan umur harapan hidup para lansia di Kota Bandung, berikut gambar langkah pelaksanaan kegiatan program kesehatan lanjut usia (lansia) di Kota Bandung.

Tabel 4.2

Langkah Pelaksanaan Kegiatan Program Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung

INPUT PROSES (PELAKSANAAN) OUTPUT

(42)

Gambar yang peneliti paparkan di atas merupakan pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap para lansia di Kota Bandung. Kegiatan tersebut merupakan upaya Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk mencapai hasil yang memuaskan dan maksimal dalam mengenai pelayanan kesehatan lansia di Kota Bandung. Berikut adalah penjelasan tentang kegiatan yang Dinas Kesehatan Kota Bandung laksanakan khususnya pada bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) lansia di Kota Bandung :

1. Kegiatan Promotif

Kegiatan promotif yaitu kegiatan untuk memberikan hasil keluaran yang sebesar-besarnya dari kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program pelayanan kesehatan lanjut usia (lansia) di Kota Bandung, kegiatan ini harus dilaksanakan dan disusun secara berencana, sistematis dan memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhi kegiatan tersebut.

Dinas Kesehatan Kota Bandung telah melakukan berbagai upaya kegiatan-kegiatan dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap para lansia di Kota Bandung, langkah awalnya dengan memberikan penyuluhan terhadap para lansia yang ada di Posbindu dan Puskesmas yang ada di Kota Bandung, supaya para lansia memahami betul akan pentingnya dalam memelihara dan menjaga kesehatan bagi dirinya.

(43)

Seharusnya aparatur atau tenaga kesehatan memakai system jemput bola langsung ke rumah lansia untuk memeriksa kesehatan para lansia yang terdata yang ada di Kota Bandung.

2. Kegiatan Preventif

Kegiatan preventif merupakan kegiatan pencegahan suatu upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh degenerative. Instrument yang digunakan untuk melakukan deteksi dan pemantauan kesehatan lanjut usia dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia, buku pedoman pemeliharaan kesehatan lanjut usia (BPPK), poster dan leatflet dari hasil observasi, ternyata instrumen penyuluhan di puskesmas sebagian besar sudah memadai ditambah dengan tape recorder dan over head proyektor untuk sarana penyuluhan dalam rangka kegiatan pencegahan.

(44)

3. Kegiatan Kuratif

Kegiatan kuratif merupakan kegiatan pengobatan suatu upaya yang bertujuan untuk pengobatan dan perawatan bagi lanjut usia yang sakit, dan melaksanakan diagnose dini, pengobatan, perawatan dan pelayanan rehabilitative terhadap lanjut usia (lansia) yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan kuratif atau rehabilitative yang harus dijalanin, baik kepada lanjut usia maupun keluarganya.

Para tenaga kesehatan di Kota Bandung khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap para lansia di Kota Bandung, yaitu Dinas Kesehatan Kota Bandung sudah melakukan kegiatan kuratif atau kegiatan upaya memberikan pengobatan, perawatan bagi lansia yang sakit. Tetapi pelayanan yang diberikan aparatur yang menangani masalah pelayanan kesehatan untuk lansia masih kurang baik, seperti lambatnya memberikan pelayanan terhadap lansia, obat-obatan yang kurang lengkap.

Hal tersebut akan menyebabkan kurangnya lansia yang berkunjung ke Puskesmas atau Posbindu yang ada di Kota Bandung, karena pelayanannya tidak dapat memuaskan untuk para lansia. Sebabnya target Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap para lansia di Kota Bandung belum optimal.

4. Kegiatan Rehabilitatif

(45)

pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu, mengembalikan kepercayaan diri sendiri dan memperkuat mental penderita, pembinaan lanjut usia dalam hal pemenuhan pribadi, aktivitas di dalam maupun di luar rumahserta nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita dan perawatan fisio terapi.

Kegiatan rehabilitative yaitu kegiatan pemulihan jarang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung. Seharusnya kegiatan ini dilakukan setelah kgiatan promotif, preventif dan kegiatan kuratif, karena setelah peniliti teliti langsung di lapangan kegiatan rehabilitative tidak dilakukan oleh aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung, sebenarnya rehabilitative ini kegiatan dalam memberikan informasi dan memberitahukan tentang pengetahuan mengenai kesehatan secara lanjut.

5. Kegiatan Rujukan

Program kegiatan rujukan merupakan suatu upaya yang dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia, sehingga diharapkan pelayanan kesehatan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan dan dilakukan secara tepat dan memadai. Kegiatan rujukan dilakukan sesuai dengan kebutuhan bagi lanjut usia yang tidak dapat dilayani di tingkat pelayanan dasar dan memerlukan pelayanan di tingkat pelayanan yang lebih lengkap.

(46)

pelimpahan pasien, rujukan, pelimpahan pengetahuan, keterampilan dan konsultasi dokter asli puskesmas.

Namun dengan adanya kegiatan tersebut dan telah dilaksanakan oleh aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya pada bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) lansia belum optimal dan belum mencapai target dalam pencapaian pelayanan kesehatan lansia di Kota Bandung.

Tingkat motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil dan kepuasan kerja para aparaturnya. Aparatur akan bekerja dengan baik apabila aparatur tersebut berkeyakinan akan memperoleh imbalan dan penghargaan khusus aparaturnya yang berprestasi langsung berkaitan dengan kerjanya.

Para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung harus dapat meningkatkan tingkat kesadaran para lansia untuk lebih mementingkan kesehatannya, yaitu dengan terus melakukan penyuluhan dan himbauan terhadap para lansia supaya lansia menyadari dan rutin dalam pemeriksaan dan mendapatkan pelayanan kesehatan dari Pemerintah Kota Bandung khususnya Dinas Kesehatan Kota Bandung.

(47)

Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ara lanjut usia (lansia) di Kota bandung, tingkat kedisiplinan aparaturnya harus baik, kedisiplinan kerja merupakan faktor pendorong untuk melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan hasil kerja yang optimal. Tingkat kedisplinan aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung bisa lebih ditingkatkan dengan menerapkan peraturan-peraturan yang dapat membatasi perilaku tidak baik pada aparaturnya baik di lingkungan kerja maupun langsung di lapangan khususnya dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung.

Motivasi aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya di bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) lansia di Kota Bandung akan lebih baik lagi dengan adanya jaminan pekerjaan untuk para aparaturnya, jaminan pekerjaan tersebut akan menimbulkan motivasi yang tinggi terhadap aparaturnya untuk melakukan kewajibannya dengan sebaik mungkin dan untuk mencapai hasil yang diharapkan sebelumnya.

(48)

4.1.1 Kondisi Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandung

Kondisi dan kemampuan aparatur dan pemohon pelayanan dalam proses pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung, dengan tetap berpegangan pada pronsip efesiensi dan efektivitas agar kualitas pelayanan kesehatan terhadap para lansia di Kota Bandung menjadi semakin baik lagi. Pelayanan kesehatan yang efisien menciptakan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, serta tepat guna.

Efisien dan kualitas pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Bandung. Output yang dihasilkan dari setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus sesuai dengan harapan masyarakat, sehingga masyarakat merasa puas dan lebih antusias untuk lebih meningkatkan kepercayaannya terhadap kinerja Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Untuk lebih meningkatkan motivasi para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung, khususnya yang menangani masalah pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung, dibutuhkan kondisi kerja yang baik. Menurut kepala bagian kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Bandung dan kepala bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) kondisi fisik kerja di Dinas Kesehatan Kota Bandung sudah mencukupi.

(49)

manual.

Kondisi kerja yang menurut peneliti harus diperbaiki yaitu harus dilengkapinya perangkat komputer untuk setiap aparaturnya. Perangkat kompuiter akan membantu mencerminkan tingkat kemampuan dan pemahaman aparaturnya dalam melaksanakan tugasnya yaitu dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap lansia di Kota Bandung.

Melihat kemajuan pada jaman sekarang yang begitu erat dengan kemajuan teknologi komputer maupun internet menjadi hal yang harus bisa diimbangi oleh setiap aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya di bagian pelayanan kesehatan khusus (yankesus) lansia, karena dengan adanya teknologi yang canggih ini akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan secara tepat, efisien dan efektif.

Menurut peneliti minimnya perangkat komputer yang tersedia di ruangan kerja pelayanan kesehatan khusus (yankesus) lansia di Dinas Kesehatan Kota Bandung, akan mempengaruhi kecepatan, keefektifan dan keefesienan dalam melakukan kerja seperti melakukan pendataan lansia di Kota Bandung.

(50)

Sarana dan prasarana merupakan suatu faktor pendorong penting juga dalam menimbulkan tingkat motivasi aparaturnya dalam bekerja lebih baik lagi dan akan menghasilkan kinerja yang optimal dari aparaturnya.

Kondisi kerja sesuai dengan teori yang peneliti gunakan, dipengaruhi juga oleh keselamatan kerja, keamanan kerja serta kebersihan di lingkungan kerja dan alhasil akan menimbulkan suatu motivasi aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung di bagian pelayanan kesehatan khusus (yankesus) lansia menjadi lebih meningkat dan lebih baik lagi.

4.1.1.1 Keselamatan dan Keamanan Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandung Bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya.

(51)

Keselamatan dan keamanan kerja merupakan suatu hal yang memilki pengaruh yang cukup besar dalam mencapai kondisi kerja yang cukup baik. Keselamatan dan keamanan kerja dapat ditunjang oleh suatu sarana atau prasarana, baik itu berupa alat transportasi, gedung perkantoran yang memilki kondisi prima untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan.

Menurut kepala yankesus Dinas Kesehatan Kota Bandung, kondisi kerja menyangkut keselamatan dan keamanan di Dinas Kesehatan Kota Bandung, sudah cukup baik, namun perlu adanya perbaikan untuk beberapa di ruang kerja di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Hasil observasi yang peneliti lakukan, keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja Dinas Kesehatan Kota Bandung, sudah cukup baik, namun sesuai dengan penerapan Kepala Yankesus Dinas Kesehatan Kota Bandung, perlu adanya perbaikan pada beberapa ruang atau bangunan di Dinas Kesehatan Kota Bandung. Gedung perkantoran ini yaitu Dinas Kesehatan Kota Bandung harus secepatnya diperbaiki karena akan sangat mempengaruhi motivasi aparaturnya dalam melaksanakan kerjanya. Karena pasti ada rasa takut atau khawatir terhadap aparaturnya menyangkut keamanan dan keselamatan di ruang lingkup kerjanya.

(52)

4.1.1.2 Kebersihan Dinas Kesehatan Kota Bandung Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Lansia di Kota Bandung

Kebersihan merupakan suatu hal penting dalam suatu lingkungan kerja di Dinas Kesehatan Kota Baandung. Dinas Kesehatan Kota Bandung sebagai instansi Pemerintahan yang mengurusi masalah kesehatan di Kota Bandung, tentunya sangat perlu memperhatikan kebersihan di lingkungan kerjanya.

Kebersihan lingkungan kerja dapat tercipta apabila para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung sendiri mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi dalam menjaga kebersihan di lingkungan kerjanya, seperti melakukan kegiatan bersih-bersih yang dilakukan secara rutin dan terjadwal.

Terpenuhinya perlengkapan kebersihan maupun kesesuaian antara petugas kebersihan dengan luasnya lingkungan kerja atau kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung yang bertujuan agar tingginya motivasi kerja para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya di bagian pelayanan kesehatan khusus (yankesus) dalam menangani pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung.

(53)

Peneliti melihat kebersihan di Dinas Kesehatan Kota Bandung sudah cukup baik, namun masih ada beberapa tempat yang menurut peneliti perlu ditingkatkan lagi dalam menjaga kebersihan di Dinas Kesehatan Kota Bandung, yaitu di bagian WC umum, seharusnya di bagian ruangan ini benar-benar dijaga kebersihannya karena apabila WC ini kotor akan menyebabkan penyakit.

Peneliti tidak sepaham dengan ungkapan dari Kepala Bagian Kepegawaian Umum Dinas Kesehatan Kota Bandung tentang menjaga dan memelihara kebersihan di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung, yaitu kebersihan lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Bandung ada yang memelihara khusus yaitu petugas kebersihan, menurut peneliti kebersihan lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Bandung merupakan tanggung jawab semua yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bandung, baik itu para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung itu sendiri maupun para masyarakat yang datang ke Dinas Kesehatan Kota Bandung.

(54)

Table 4.3

Pencapaian Kebersihan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2013

(55)

Yang ditunjukan dengan bersihnya setiap ruangan kerja yang peneliti lewati maupun ruangan kerja di bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) Dinas Kesehatan Kota Bandung yang menjadi objek peneliti teliti.

4.1.1.3 Pendisiplinan Kerja Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini yang timbul disiplin yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian, kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.

Pendisiplinan merupakan suatu proses tindakan, yang berusaha untuk menegakkan standar organisasi dan peraturan, termasuk sejumlah langkah untuk membina karyawan sedemikian rupa, sehingga memiliki sikap yang layak terhadap pekerjaan, disiplin merupakan tanggung jawab management yang mungkin paling tidak disukai. Kunci untuk mengetahui kapan harus menegakkan disiplin serta pada penentuan jenis masalah prestasi kerja karyawan yang dapat ditangani dengan disiplin. Dengan demikian pada gilirannya proses ini diharapkan dapat memudahkan proses pencapaian tujuan organisasi.

(56)

dapat dipertahankan. Berdasarkan sebagai pengalaman dan pengamatan di organisasi, pelanggaran terhadap aturan-aturan terjadi sepanjang masa adalah fenomena yang tidak dapat dipungkiri. Peraturan yang dibuat agar dapat berfungsi secara efisien dan efektif perlu ditegakkan dengan cara melakukan tindakan-tindakan dalam upaya pendisiplinan karyawan. Tindakan pendisiplinan dilakukan dalam rangka pembinaan dan bukannya penghukuman. Pendisiplinan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu preventif dan korektif.

a. Preventif

Preventif discipline merupakan tindakan yang diambil untuk mendorong para pekerja mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-aturan sehingga pelanggaran tidak terjadi. Tujuannya adalah untuk mempertinggi kesadaran pekerja tentang kebijaksanaan dan peraturan pengalaman kerjanya. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri, diantara para karyawan.

Management mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventif, dimana berbagai standar diketahui dan dipahami. Bila karyawan tidak mengetahui standar-standar apa yang harus dicapai, mereka cenderung salah arah. Selain itu mereka juga perlu mengetahui alasan-alasan yag melatar belakangi suatu standar agar mereka dapat memahaminya.

b. Disiplin korektif

(57)

yang disebut sebagai tindakan pendisiplinan. Sebagai contoh peringatan atau scoring.

Tujuan tindakan pendisiplinan hendaknya positif, mendidik dan memperbaiki, bukan tindakan negative yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah. Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan di masa yang akan datang, bukan menghukum kegiatan di masa lalu.

Pendekatan negative yang bersifat menghukum, biasanya mempunyai berbagai pengaruh sampingan yang merugikan, seperti hubungan emosional terganggu, absensi meningkat, apatis, kelesuan dan ketakutan. Maka secara singkat dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tujuan pendisiplinan antara lain adalah :

1) Untuk memperbaiki pelanggar

2) Untuk menghalangi para karyawan lain melakukan kegiatan-kegiatan serupa

3) Untuk menjaga berbagai standar kelompok-kelompok konsisten dan efektif.

Pada disiplin korektif ada istilah “ kompor panas” yang bisa digunakan, maksudnya bahwa tindakan pendisiplinan hendaknya mempunyai karakter-karakter yang sama, seperti hukuman yang diterima seseorang karena menyentuh kompor panas.

(58)

pribadi, bukan di depan orang banyak atau para karyawan lain. Selain dua tipe pendisiplinan di atas ada satu lagi pendisiplinan yang lebih progresif yang disebut

sebagai “disiplin progresif”.

a. Disiplin progresif

Disiplin progresif adalah memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang dengan tujuan memberikan kesempatan kepada karyawan yang mengambil tindakan korektif, sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksankan. Disiplin progresif juga memungkinkan management untuk membantunkaryawan agar memperbaiki kesalahan, yang prosedurnya dilakukan sebagai berikut :

1. Peringatan lisan

Langkah ini dilakukan, dengan menjelaskan apa yang sudah dilanggar dan apa yang harus dilakukan. Pernyataan seharusnya bersifat khusus dan dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang telah dilanggar, atau satu pedoman yang tidak dapat dicapai oleh karyawan. Selain itu, teguran/peringatan tersebut, juga menunjukkan bukti-bukti yang harus dilakukan bila mungkin. Sebaiknya dibuat catatan-catatan tentang peringatan ini.

2. Peringatan tertulis

(59)

teguran lisan yang telah diberikan. Teguran tertulis yang berbentuk surat dan jika tidak ada perbaikan juga, maka diberikan batas waktu yang diharapkan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan.

3. Peringatan terakhir

Tindakan ini diambil, jika surat teguran atau peringatan tertulis tidak berhasil dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Dalam surat ini menyatakan akibat yang akan timbul, jika masalahnya berkelanjutan dan memberikan peringatan tindakan-tindakan disiplin yang akan diambil, seperti penurunan jabatan atau bahkan pemecatan, bila masalahnya tidak bisa diatasi.

Kinerja yang baik dapat tercapai apabila para aparaturnya memilki tingkat motivasi yang tinggi, kemampuan yang berkualitas dan tingkat kedisiplinan yang baik. Tingkat kedisiplinan aparatur merupakan faktor penting untuk mencapai hasil kerja yang optimal, karena dalam sebuah kegiatan memerlukan kepastian dan ketetapan waktu dalam mencapai target organisasi.

(60)

merupakan suatu ketaatan atau pengendalian diri yang rasional. Jika disiplin itu dapat dikembangkan secara meluas, maka akan tercapai suatu tingkat kestabilan dan kelancaran organisasi.

Pelatihan sikap disiplin merupakan sikap patuh dan taat terhadap norma dan aturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan untuk mencapai hasil kerja yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Oleh karena itu disiplin kerja aparatur sangat mempengaruhi terhadap kinerja dalam suatu lembaga atau organisasi secara keseluruhan, apabila aparatur dalam organisasi tersebut memiliki tingkat kedisiplinan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugasnya maka hasilnya akan baik dan bisa dikatakan suatu prestasi kerja yang memuaskan.

(61)

Hasil observasi yang peneliti lakukan, menunjukkan bahwa disiplin para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung, terutama bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) masih minim, yang diakibatkan masih banyaknya para aparatur yang datang terlambat, maupun pulang sebelum waktunya.

Kurangnya kedisipkina tersebut, mengakibatkan minimnya pula pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidang pelayanan kesehatan khusus pada para lansia di Kota Bandung, baik itu di lingkungan kerja di Dinas Kesehatan Kota Bandung, maupun Puskesmas-puskesman di Kota Bandung.

4.1.1.4 Pemahaman kerja Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung

Pelayanan kesehatan untuk para lansia, merupakan suatu pelayanan khusus yang berbeda dengan pelayanan-pelayanan lain pada umumnya, untuk memaksimalkan pelayanan tersebut tentunya dibutuhkan pemahaman-pehamaman darin para aparatur di bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Pemahaman para aparatur mengenai pelayanan kesehatan khusus untuk para lansia, bermanfaat untuk menjawab setiap permasalahan yang dihadapi oleh para lansia yang berbeda-beda.

(62)

lansia menyangkut masalah yang dimilikinya.

Pemahaman aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya dalam menangani masalah pelayanan kesehatan bagi para lansia merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh aparaturnya, karena apabila pemahaman aparatur terhadap bidang pekerjaannya sangat baik, maka masalah pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung akan teratasi dengan baik juga. Para lansia di Kota Bandung sendiri banyak masalah yang berbeda-beda dan tentunya harus diatasi dengan sebaik mungkin. Dengan banyaknya permasalahan pada para lansia khususnya pada masalah pelayanan kesehatan, tentunya diperlukan tingkat pemahanan yang lebih baik dan berbeda-beda.

Menurut Kepala Bagian Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus), pemahaman aparaturnya masih ada beberapa pegawai yang belum memahami di bidang pekerjaanya, setiap ada permasalahan baru pada lansia khususnya pelayanan kesehatan, terkadang ada beberapa aparatur yang sulit dan butuh waktu yang cukup lama untuk dapat benar-benar memahami dan bagaimana cara untuk mengatasinya.

(63)

Untuk meningkatkan pemahaman para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya dalam menangani pelayanan kesehatan para lansia di Kota Bandung, menurut peneliti para aparatur harus mendapatkan pelatihan-pelatihan tentang atau di bidang kerjanya, agar aparaturnya dapat cepat tanggap dalam menangani masalah pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung.

4.1.1.5 Penghargaan Penuh Atas Pekerjaan Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung

Hasil kerja atau kinerja yang baik dapat terwujud apabila suatu organisasi atau instansi Pemerintahan aparatur yang memiliki tingkat motivasi, kemampuan dan pemahaman yang baik. Semua itu harus diimbangi dengan tingkat pendidikan yang baik dan SDM yag mempunyai kualitas baik, banyak hal yang dilakukan oleh organisasi atau instansi Pemerintahan untuk membangun dalam diri aparaturnya memiliki tingkat motivasi, kemampuan dan pemahaman yang baik, salah satunya melakukan pelatihan-pelatihan dan studi lanjut sesuai dengan bidang pekerjaannya.

(64)

Dinas kesehatan kota bandung banyak memiliki aparatur untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dalam membangun kesehatan masyarakat di kota bandung yang terbagi kebeberapa bidang, salah satunya yaitu di bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) lanjut usia (lansia). Dinas Kesehatan Kota Bandung membutuhkan hasil kerja yang baik dan memiliki banyak prrestasi dari hasil kerja aparaturnya, dan bagi aparaturnya bekerja dengan baik dan mendapatkan prestasi lebih unggul dibandingkan aparatur lainnya, seharusnyaaparatur yang berprestais tersebut mendapatkan penghargaan penuh atas kerjanya yang baik dan maksimal.

Menurut Kepala Bagian Kepegawaian Umum dan Kepala Pelayananan Kesehatan Khusus Lansia (Yankesus) belum ada penghargaan penuh atas pekerjaan aparaturnya, hanya ada penghargaan non fisik saja seperti mendapatkan pujian dari atasannya kepada aparatur yang bekerja dengan baik dan berprestasi.

Kepala Bagian Yankesus pun mengakui seharusnya ada penghargaan penuh atas pekerjaann yang baik yang dilakukan oleh aparaturnya yang berprestasi seperti penghargaan fisik seperti adanya naik jabatan, karena penghargaan tersebut dapat memacu tingkat motivasi aparaturnya menjadi lebih baik lagi dan akan membawa perubahan yang meningkat dari sebelumnya dalam mencapai target dalam pelayanan kesehatan terhadap para lansia yang di Kota Bandung.

(65)

tersebut akan menimbulkan tingkat motivasi aparatur yang tinggi dalam bekerja dan bahkan mungkin setiap aparatur dengan aparaturnya akan bersaing secara sehat untuk melakukan pekerjaan atau tugasnya dengan sebaik-baiknya, dan hasil kerjanya akan berdampak baik terhadap pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung yaitu mencapai target apa yang telah direncanakan atau ditentukan sebelumnya dalam pelayanan kesehatan terhadap para lansia di Kota Bandung.

4.2 kemampuan Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Lansia di Kota Bandung

Kemampuan aparatur merupakan salah satu penunjang kemampuan Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk meningkatkan kinerja aparaturnya dalam meningkatkan pencapaian yang optimal tentang pelayanan kesehatan bagi para lanjut usia (lansia) di Kota Bandung. Setiap organisasi membutuhkan pengelola, dan pengelola tersebut tidak lain adalah aparatur yang terdapat di dalamnya.

Kemampuan dari hasil dan pembahasan ini dikatakan oleh Keith Devis dalam Mangkunegara bahwa kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (Knowladge + Skill), dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja yang maksimal.

(66)

dari aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Kemampuan yang terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (Knowladge + Skill), dari kemampuan potensi yaitu aspek kemampuan yang ada dalam diri aparatur dan diperoleh dari faktor keturunan dan kemampuan realita yaitu aspek kemampuan yang diperoleh melalui belajar, pengembangan kemampuan sangatlah diperlukan baik melalui pendidikan maupun pelatihan. Pendidikan dan pelatihan merupakan dari sumber daya aparatur, semakin lama waktu yang digunakan seorang untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi kemampuan melakukan pekerjaan akan semakin tinggi pula kinerjanya.

Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai kemampuan aparatur yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bandung belum berkualitas dan handal dalam mengerjakan pekerjaannya di bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) lanjut usia (lansia). Ini artinya kemampuan aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung pada bagian pelayanan kesehatan khusus lansia belum optimal.

Setiap aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya di bidang pelayanan kesehatan khusus (yankesus) memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, seperti ada aparatur yang hanya mempunyai latar belakang pendidikan SMA dan ada pula aparaturnya yang mempunyai latar belakang pendidikan D3, S1 dan bukan pula pada jurusannya.

(67)

handal, SDM ini menjadi salah satu penghambat implementasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Upaya yang harus dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung pada bagian pelayanan kesehatan khusus lansia, perlu melakukan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur yang belum memadai dalam melakukan program kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung, sebagai evaluasi kinerja darin aparatur yang merupakan sarana untuk memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugasnya dengan baik, jadi pemahaman dari seseorang aparatur yang menangani pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung perlu ditingkatkan lagi.

(68)

Berdasarkan penjelasan mengenai kemampuan di atas, maka dapat diketahui bagaimana kemampuan potensi yang dimiliki oleh aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi para lanjut usia (lansia) di Kota Bandung. Kemampuan merupakan suatu penentuan hasil kerja yang dihasilkan langsung dirasakan dari suatu pekerjaan.

Kemampuan yang dimiliki aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam melaksanakan program atau kegiatan dalam pelayanan kesehatan bagi para lansia merupakan gambaran kualitas kinerja dari aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung. Peningkatan hasil kerja sebagai output dapat memudahkan Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam memberikan pelayanan kesehatan para lansia di Kota Bandung.

Suatu keberhasilan yang memuaskan dan optimal tidak terlepas dari kemampuan aparatur yang menangani masalah pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung. Sehingga membuahkan hasil kerja sebagai output yang maksimal. Kemampuan yang dimiliki oleh aparatur tidak terlepas dari sumber daya aparatur dalam melakukan kegiatan atau program pelayanan kesehatan terhadap lansia, dapat juga mengubah sikap aparatur terhadap pekerjaan. Hal ini disebabkan karena pemahaman aparatur terhadap pekerjaannya juga berubah, karena sikap seseorang aparatur memiliki elemen-elemen kognitif, yaitu keyakinan dan pengetahuan seseorang terhadap objek.

(69)

di sini mencakup perencanaan, pengembangan dan pengelolaan SDM.

Sumber Daya Manusia (SDM) dari aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung pada bagian pelayanan kesehatan khusus lanjut usia (lansia) perlu dikembangkan secara terus menerus agar memperoleh SDM yang bermutu dalam arti sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakannya menghasilkan sesuatu yang ingin dicapai.

Kemampuan SDM dalam suatu organisasi harus terus menerus ditingkatkan seirama dengan kemajuan dan perkembangan organisasi.

4.2.2 Kemampuan Pengetahuan (Knowladge) Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Lansia di Kota Bandung

Kemampuan pengetahuan (Knowladge) merupakan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan, kemampuan pengetahuan merupakan bagi sumber daya aparatur, semakin tinggi kemampuan melakukan pekerjaan akan semakin tinggi kinerjanya.

Kemampuan pengetahuan sebagai ukuran pemahaman dari seseorang aparatur dalam melakukan pekerjaan sehari-hari disertai dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja yang maksimal.

(70)

kegiatan atau program tentang memberikan pelayanan kesehatan bagi para lansia tergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung itu sendiri. Untuk itu latar belakang pendidikan dari setiap aparaturnya yang menangani masalah pelayanan kesehatan bagi para lansia yang sangat berpengaruh.

Menurut aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung faktor penting atau hal yang paling utama yang dapat mempengaruhi kinerja yaitu SDM yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bandung, sumber daya manusia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari kinerja pegawai dalam satu organisasi, sehingga melalui SDM yang handal dan berkualitas seseorang pegawai dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan baik. SDM yang ada pada suatu organisasi atau instansi Pemerintahan sebagai pelaksanaan suatu kegiatan seperti dalam pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung akan menjadi tolak ukur suatu kinerja, apakah sudah mampu atau belum dalam mencapai target yang diharapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung.

(71)

tugasnya dengan baik, yaitu dalam melaksanakan kegiatan atau program dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi para lansia di Kota Bandung, jadi ukuran pemahaman dari seseorang aparatur yang menangani pelayanan kesehatan lansia ini perlu ditingkatkan kembali.

(72)

79 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan penyusunan pada bab-bab sebelumnya, mengenai Kinerja Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung tentang Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung, sesuai dengan pegangan teori yang peneliti gunakan, maka dapat disimpulkan beberapa hal-hal sebagai berikut: 1. Motivasi Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung, masih belum maksimal,

karena masih adanya kekurangan dalam kondisi kerja, pemahaman dan penghargaan penuh atas pekerjaan para aparatur yang berprestasi, yang mengakibatkan tidak maksimalnya pelayanan lansia di Kota Bandung.

2. Kemampuan Aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung, belum sepenuhnya baik, dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada para lansia di Kota Bandung, yang meliputi kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan pengetahuan (Knowladge)

5.2 Saran

Berikut ini merupakan beberapa saran dari peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan:

(73)

2. Kondisi kerja di lingkungan Dinas Kesehatan harus lebih baik lagi supaya semua aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung merasa nyaman dan aman dalam bekerja, dan akan menimbulkan tingkat motivasi yang ebih baik lagi bagi aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung, seperti diadakannya bekerja bakti untuk membersihkan lingkungan kerja di Dinas Kesehatan Kota Bandung yang dilakukan secara rutin setiap satu minggu sekali.

(74)

100 DATA PRIBADI

Nama : Devi Gunawan Kusnadi

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 03 November 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Mahasiswa

Nama Ayah : Dedih Kusnadi (Alm) Pekerjan : Pegawai Negeri Sipil

Nama Ibu : Karmilah (Alm)

Pekerjan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat Orang Tua : Jl. Cipaku 1 No. 38 Bandung

Motto : Berdiri dari kegagalan untuk mencapai kesuksesan yang sebenarnya

(75)

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1 2007- Sekarang Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia

-

2 2004-2007 Berijazah

3 2001-2004 Berijazah

4 1995-2001 Berijazah

Bandung, Agustus 2013

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung
Tabel 3.1
Table 4.1 Pencapaian Pelayanan Kesehatan Bagi Para Lansia di Kota Bandung
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan olahan kedelai dalam formula tortila meningkatkan kesukaan panelis terhadap parameter rasa dibandingkan perlakuan kontrol meskipun tidak berbeda nyata, kecuali

• Bahwa kendala perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban kejahatan seksual beragam mulai dari instrument hukum atau peraturan hukum sendiri yang sebahagian muatan

bahwa berdasarkan Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 21 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

SKI memiliki komponen penilaian berupa layanan mahasiswa, Administrasi dan dokumentasi surat, proses administrasi akademik, data akademik dan kemahasiswaan, serta kinerja

Aplikasi Bahasa Program Visual Basic 6 dalam Analisis dan Flate Plate Beton Prategang Dengan Metode Beban Berimbang " diselesaikan sebagai syarat memperoleh

Dengan terhasilnya buku ini, penulis berharap agar penyalahtafsiran tentang buruh kanak-kanak khususnya buruh kanak-kanak asing dapat diperbetulkan dengan memahami

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Perencanaan Unit Pengolahan Pangan dengan judul “Perencanaan Usaha