• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI

4.9. Pendugaan Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Bag

4.9.1 Pendugaan Daya Dukung Melalui Pendekatan

didasarkan pada beban limbah N baik yang berasal dari kegiatan budidaya KJA ikan kerapu maupun yang berasal dari aktivitas antrophogenik di daratan (upland) sekitar teluk. Beban limbah yang berasal dari kegiatan budidaya sebesar 174.2 kg N dan 32.4 kg P beban limbah, dan dari aktivitas antropogenik di daratan (upland) sebesar 454.6 kg N dan 263.5 kg P per tahun.

Dari hasil perhitungan pendugaan daya dukung perairan Teluk Tamiang yaitu mampu menunjang produksi optimal adalah sebesar 18.8 – 62.5 ton. Bila dikonversi kepada jumlah unit yang dapat dibudidayakan adalah 1unit terdiri dari 5 keramba berukuran 3 x 3 x 2.5 meter dengan tingkat produktivitas sebesar 237.6 kg

KJA, maka jika dalam 1 unit berproduksi 1.2 ton, jumlah unit yang dapat dikelola adalah sebanyak 15.7 – 52.1 unit (dibulatkan 16 – 52 unit KJA) atau (80 – 260 KJA).

4.9.2. Pendugaan Daya Dukung Melalui Ketersediaan Oksigen Terlarut

dengan Limbah Organik

Penentuan daya dukung perairan berdasarkan ketersediaan oksigen terlarut mengacu kepada Willoughby (1968 didalam Meade; 1989) dan Boyd (1990) bahwa penentuan daya dukung perairan berdasarkan ketersediaan oksigen terlarut yaitu perbedaan antara konsentrasi oksigen (O2) terlarut minimal yang dikehendaki oleh organisme (Oin) dengan kadar oksigen yang tersedia didalam perairan (Oout). Kadar minimum oksigen terlarut yang dikehendaki untuk budidaya (Oout) = 4 ppm (Tabel 31). Tabel 31 Kandungan oksigen terlarut (mg/l) perairan Teluk Tamiang selama 24 jam dengan selang waktu 3 jam pada tiga stasiun pengamatan

Waktu Pengamatan Stasiun Pengamatan Kandungan Oksigen Terlarut (mg/l)

(Jam) 1 2 3 07.00 6.45 6.25 6.25 10.00 6.43 6.34 6.34 13.00 6.97 6.53 6.74 16.00 6.85 6.74 6.72 19.00 5.95 6.34 6.31 22.00 5.65 6.56 5.51 01.00 6.15 5.25 6.00 04.00 5.62 4.79 3.67 Rataan 6.26 6.00 5.94 Rata-rata dari 3 stasiun 6.06 (dibulatkan 6)

Kadar oksigen diperairan teluk berdasarkan pengamatan 24 jam dengan selang waktu 3 jam pengamatan didapatkan kandungan oksigen terlarut rata-rata 6 ppm (dibulatkan). Ini berarti selisih antara oksigen yang ada didalam (Oin) dan di luar (Oout) sebesar 2 ppm. Selanjutnya diketahui bahwa volume air yang tersedia sebesar 25.187.800 m3, maka kapasitas oksigen yang tersedia dalam perairan teluk yaitu : 25.187.800/24 x 2 ppm = 20.989,8 kg O2. Kadar oksigen yang dibutuhkan untuk mengurai/merombak 1 kg limbah organik pakan diperlukan oksigen sebesar 0.2 kg (Willoughby, 1968 didalam Meade, 1989), maka kemampuan perairan untuk menampung limbah organik yaitu 20.989,8 kg O2/0.2 = 104.949 kg limbah organik. Hal ini berarti kemampuan perairan menampung limbah organik yang diperkenankan dari hasil budidaya KJA ikan kerapu tanpa melampaui daya dukung perairan teluk Tamiang adalah sebesar 104.949.3 kg (104.9 ton) limbah organik. Bila dalam 1 unit KJA rata-

rata menghasilkan BO sebesar 3.5 ton, maka jika dikonversi menjadi jumlah unit maksimal yang mampu ditampung (daya dukung) oleh Teluk Tamiang adalah sebanyak 30 unit KJA atau sebanyak 150 keramba (Tabel 32).

Tabel 32 Rekapitulasi 2 (dua) metode pendekatan pendugaan daya dukung Perairan Teluk Tamiang untuk budidaya KJA Ikan Kerapu

Metode Pendekatan Daya Dukung Keterangan

Beban Limbah Organik dengan Ketersediaan DO

104.949 kg limbah organik (35 ton ikan) atau

30 unit rakit (150 KJA )

Dominan dipengaruhi oleh beban limbah organik

Beban limbah Nitrogen (N) budidaya

(Baku mutu 0,3 ppm dan 1 ppm)

18,8 – 62,5 ton ikan atau 16 – 52 unit (80 – 260 KJA)

Dominan dipengaruhi oleh beban limbah N dan volume air.

(produksi optimal – maksimal)

Catatan : 1 unit rakit terdapat 5 buah KJA (uk. 3x3x2,5) dengan produksi tiap unit 1,2 Ton (237,6 kg/KJA).

Dari dua metode pendekatan yang digunakan dalam pendugaan daya dukung lingkungan perairan teluk bagi pengembangan KJA ikan kerapu diperoleh kisaran antara 18.8 – 62.5 ton ikan atau atau 16 – 53 unit (80 – 260 KJA) pada 0.3 dan 1 ppm (produksi optimal – maksimal) Ammonia (NH3N) baku mutu perairan untuk budidaya (Kep-51/MENLH/2004).

Metode pendugaan daya dukung yang dilakukan dengan pendekatan kualitas lingkungan perairan meliputi ketersediaan oksigen terlarut dan limbah bahan organik (limbah nitrogen organik) baik yang berasal dari limbah kegiatan budidaya maupun antropogenik yang berinteraksi dengan kondisi hydro-oseanografi perairan meliputi volume perairan (kedalaman dan luas), pola pasang surut, dan laju pembilasan (flushing rate) cukup memberikan gambaran kondisi daya dukung yang cukup realistis bagi perairan Teluk Tamiang untuk pengembangan budidaya KJA ikan kerapu yang berkelanjutan. Dari hasil analisis karakteristik biofisik dan kimia perairan Teluk Tamiang serta keragaan budidaya KJA ikan kerapu didapatkan berbagai informasi dasar dalam rancang bangun model dinamik dalam pengelolaan kualitas lingkungan.

4.10. Pendekatan Analisis Prospektif dan Model Dinamik

Metode prospektif merupakan eksplorasi tentang kemungkinan dimasa yang akan datang, sebagai satu metode untuk mendapatkan faktor kunci dan tujuan strategis

yang berperan dalam penanganan suatu wilayah sesuai kebutuhan para pelaku (stakeholders) yang terlibat. Penentuan faktor kunci dan tujuan strategis tersebut sepenuhnya harus merupakan pendapat pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli (expert) mengenai pengelolaan lingkungan Teluk Tamiang. Inventarisasi kebutuhan pelaku dilakukan dengan menggunakan kuisioner. .

Responden diminta pendapatnya tentang peubah atau faktor apa saja yang berpengaruh terhadap jalannya sistem. Faktor-faktor tersebut antara lain :

(1) Faktor biofisik lingkungan : produksi biomassa, limbah KJA dan antropogenik, kapasitas asimilasi, daya dukung, marine protected area (MPA), dan pelestarian lingkungan.

(2) Faktor ekonomi : peningkatan pendapatan, saprodi, dan produk ekonomis

(3) Faktor sosial : lapangan pekerjaan, pengembangan SDM, aktivitas industri dan pertambangan, pariwisata, dan pemukiman penduduk.

(4) Faktor legalitas : Tata ruang kawasan dan penegakan hukum.

Tahapan berikutnya menyepakati faktor-faktor peubah kunci, diskusi kriteria keadaan dan pengaruh serta ketergantungan dalam sistem yang dikaji, yaitu pengelolaan kualitas lingkungan kawasan Teluk Tamiang untuk pengembangan budidaya KJA. Pada tahapan ini didapatkan sebanyak 17 faktor penting yang dianggap berkaitan erat dengan pengelolaan kualitas lingkungan.

Analisis dilakukan dengan menggunakan cara matriks. Hasil analisis matriks ini ditunjukkan dan dipresentasikan dalam bentuk grafik dalam salib sumbu Kartesien (Bourgeois, 2002., Hartrisari, 2002) (Gambar 16).

Overview of the importance of the different variables

(direct and indirect influences)

--- Pemukiman Penduduk Pgmb. Pariwisata Kapasitas Asimilasi Tek. Penanganan Limbah/prod.limbah Lapangan Kerja Daya Dukung Tek. Budidaya/produksi biomassa Pgmbg SDM Plstrn. Lingkungan Peningkatan Pendapatan Limbah Antrophogenik

Tata Ruang Kawasan MPA Saprodi

Produk Ekonomis Aktivitas Industri & Pertambangan Penegakan Hukum --- - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 Dependence In fl u e n c e

Copyright: CIRAD/CAPSA - 2004 Authors: Franck Jésus and

Gambar 16 Tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem pengelolaan kualitas lingkungan (Salib Sumbu Kartesien)

Dari gambar diatas menunjukan bahwa faktor-faktor penentu terkelompokan dalam 4 kuadran. Kuadran I (kanan atas) terdiri dari teknologi budidaya/produksi biomassa, limbah budidaya dan antropogenik, kapasitas asimilasi dan lingkungan, dan daya dukung lingkungan merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh besar pada kinerja sistem namun ketergantungan juga besar terhadap keterkaitan faktor, sehingga digunakan sebagai input didalam sistem. Kuadran II (kiri atas) terdiri dari pelestarian lingkungan, peningkatan pendapatan, dan lapangan pekerjaan merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh besar pada kinerja sistem dengan ketergantungan rendah terhadap keterkaitan faktor, sehingga akan digunakan sebagai penghubung (stake) didalam sistem. Kuadran III (Kanan bawah) terdiri dari sarana produksi, produksi ekonomis, dan penegakan hukum merupakan kuadran yang memiliki pengaruh yang rendah pada kinerja sistem dan memiliki ketergantungan besar terhadap keterkaitan faktor, sehingga dikatakan sebagai variable authonomus unused

dari sistem. Kuadran IV (kiri bawah) terdiri dari pengembangan SDM, aktivitas industri dan pertambangan, marine protected area (MPA), pengembangan pariwisata, pemukiman penduduk, dan tata ruang kawasan merupakan kelompok yang memberi pengaruh kecil terhadap kinerja sistem dan mempunyai tingkat ketergantungan kecil terhadap keterkaitan faktor, sehingga dikatakan sebagai output dari sistem. Berdasarkan hasil analisis prospektif ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat 7 faktor penentu dari 17 faktor yang mewakili kebutuhan stakeholders dalam pengelolaan kualitas lingkungan untuk pengembangan budidaya KJA ikan kerapu di Teluk Tamiang yaitu : (1) Teknologi budidaya/produksi biomassa, (2) Limbah budidaya dan antropogenik, (3) Kapasitas asimilasi dan lingkungan, (4) Daya dukung lingkungan, (5) Peningkatan pendapatan, (6) Pelestarian lingkungan, dan (7) Lapangan pekerjaan

Permodelan dan simulasi pendugaan beban limbah N dan P dari sistem budidaya kerapu dalam KJA dibangun dan dikembangkan berdasarkan pada data empiris sistem produksi budidaya yang ada, karakteristik biofisik lingkungan perairan, hasil uji laboratorium dilakukan (Tabel 33) dengan tahapan-tahapan : (1) penyusunan skenario; (2) pembangunan model; (3) simulasi skenario.

Tabel 33 Informasi dasar pemodelan bagi pengelolaan kualitas lingkungan untuk pengembangan budidaya KJA ikan kerapu.

No. Parameter Nilai Sumber Data

1 Luas teluk 2.289,8 ha/22.898.000 m2 Penelitian ini 2 Volume teluk pada saat pasang

tertinggi (HHWL)

202.898.000m3 Penelitian ini

3 Volume teluk pada saat surut terendah (LLWL)

177.459.500m3 Penelitian ini

4 Volume teluk (HHWL-LLWL) 25.187.800 m3 Penelitian ini 5 Kisaran pasang surut 0 – 110 cm Penelitian ini 6 Flushing time 4,2 hari Penelitian ini 7 Luas lahan pengembangan KJA 385 ha Penelitian ini 8 Konsentrasi oksigen teluk 6 ppm Penelitian ini 9 Level kritis oksigen 4 ppm Lee et al, 2001 dan

Wedemeyer, 1996. 10 Padat penebaran ikan kerapu 15,20,25 ekor m-3 Penelitian ini 11 Bobot ikan awal pemeliharaan 360 gr per ekor Penelitian ini 12 Bobot ikan akhir panen 528 gr per ekor Penelitian ini 13 Laju pertumbuhan harian 0,96 gr per hari Penelitian ini

14 Sintasan (SR) 100 Penelitian ini

15 Rasio konversi pakan (FCR) 5,9 Penelitian ini 16 Tingkat produktivitas 237,6 kg/KJA Penelitian ini 17 Jumlah pemberian pakan 1.406,3 kg Penelitian ini 18 N pakan 174,2 kg/ton ikan Penelitian ini 19 P pakan 32,4 kg//ton ikan Penelitian ini

20 N feses 27,6 kg Penelitian ini

21 P feses 12,7 kg Penelitian ini

22 Pakan tidak termakan 252,6 kg Penelitian ini

23 Retensi N 30,7 kg Penelitian ini

24 Retensi P 4,1 kg Penelitian ini

25 Presentase feses 459,2 kg (38,9%) Penelitian ini 26 Kecepatan arus 0,08 – 0,39 m/detik Penelitian ini 27 Beban limbah N KJA 174,2 kg Penelitian ini 28 Beban limbah P KJA 32,4 kg Penelitian ini

N Baku Mutu Ammonia (NH3N) (ppm) 0,3 - 1 KepMNLH 51/2004

30 Level aktivitas

• Rumah tangga (limbah padat,sampah, deterjen)

• Peternakan (sapi, kambing, ayam)

205 orang

685 ekor

Penelitian ini

31 Beban N non KJA 1.818,4 kg/th Penelitian ini 32 Beban P non KJA 1.054 kg/th Penelitian ini 33 Biaya produksi ikan kerapu 150.000/KG Penelitian ini 34 Harga jual ikan kerapu 350.000-400.000/KG Penelitian ini 35 Batas ukuran untuk harga jual 530 Gr Penelitian ini

(1) Penyusunan skenario

Skenario merupakan suatu alternatif rancangan kebijakan yang memungkinkan dapat dilakukan dalam kondisi nyata (real) berdasarkan perkiraan responden mengenai kondisi faktor-faktor dimasa mendatang. Dari perkiraan responden mengenai kondisi (state) faktor-faktor tersebut dimasa mendatang, dapat disusun skenario yang mungkin terjadi di daerah penelitian. Hasil perkiraan responden mengenai kondisi faktor-faktor

dimasa datang, selanjutnya dilakukan kombinasi yang mungkin antar kondisi faktor, dengan membuang kombinasi yang tidak sesuai (incompatible). Dari kombinasi antar kondisi faktor, didapatkan 3 (tiga) skenario, yang disebut : Skenario : (1) Optimis, (2) Moderat, (3) Pesimis.

(2) Pembangunan Model

Struktur umpan balik dalam model pengelolaan kualitas lingkungan disusun oleh sub model yang saling berkaitan dan sekaligus merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan untuk pengembangan budidaya KJA ikan kerapu di Teluk Tamiang. Adapun sub-model tersebut didasarkan pada integrasi faktor-faktor yang muncul pada kuadran kiri atas dari hasil analisis prospektif yang merupakan faktor dominan. Dengan demikian sub-sistem tersebut adalah sub-model produksi biomassa ikan kerapu (yang berkaitan teknologi budidaya KJA), sub-model limbah budidaya dan sub-model ekonomi yang saling berinteraksi. Model umum pengelolaan kualitas lingkungan perairan teluk berbasis daya dukung untuk pengembangan budidaya KJA ikan kerapu menggambarkan interaksi antar komponen teknologi budidaya (produksi biomassa ikan), limbah dari kegiatan budidaya KJA dan aktivitas antropogenik yang berasal dari daratan yang bersifat timbal balik. Pada model umum ini, masing-masing komponen mempunyai gugus formula sendiri-sendiri, namun saling terkait pada satu atau lebih peubah tertentu (Gambar 18 dan Lampiran 15).

Model ini memiliki beberapa kelemahan karena pendugaan daya dukung lingkungan perairan terhadap limbah hasil budidaya dan antropogenik yang diaktualisasikan oleh perubahan konsentrasi nitrogen dan phophat, belum digambarkan secara lebih komprehensif dengan melibatkan peran komponen ekosistem, antara lain peran mikroorganisme sebagai pengurai (decomposer), ikan, plankton (zoo-p dan phyto-p) dan biota perairan lainnya baik langsung maupun tidak langsung. Komponen model untuk menduga daya dukung baru melibatkan peran hidrodinamika pasang surut sebagai pemasok oksigen terlarut dan pelarutan/pencucian (dilution dan flushing) dalam proses pengayaan bahan organik akibat budidaya (eutrification culture) dan baku mutu air untuk biota laut (KEP MNLH 51/2004). Model ini masih dapat dikembangkan dengan memasukan komponen fotosintesa, difusi, respirasi ikan dan mikroorganisme dalam suatu model untuk mendekati sistem yang sebenarnya melalui kajian atau penelitian ilmiah lanjutan.

Agar model tersebut dapat diimplementasikan di tempat lain untuk pendugaan daya dukung maka beberapa variabel yang perlu dilakukan perubahan sesuai dengan spesifik lokasi antara lain padat tebar ikan, jumlah pakan, volume limbah dari kegiatan budidaya dan antropogenik, volume teluk, dan nilai flusing time.

Panen 162 Total Pakan 0 ~ Biom as s a 0 S u b m o d e l P r o d u k B i o m a s s Load Organik 0 N Bay 0.4451 P Bay 0.0486 S u b m o d e l L i m b a h B u d i d a y a d a n An tr i p o g e n i k ~ Fis h s ize 0 ~ Gros s revenue 0

Prod cos t per kg 50000

~ Profit 0

S u b m o d e l E k o n o m i

Submodel Biomassa Ikan Kerapu

Sub-Model Beban Limbah N,P,OM Budiday a dan non-Budiday a (antrop) Submodel Ekonomi Budiday a Ikan Kerapu dalan KJA

Gambar 18 Model global keterkaitan antar sub-model

Deskripsi Model

Model pengelolaan kualitas lingkungan yang berbasis daya dukung (carriying capacity) untuk pengembangan budidaya KJA ikan kerapu terdiri dari 3 (tiga) submodel yaitu : 1. Submodel produksi biomassa kerapu, menggambarkan perubahan produksi

biomassa kerapu dalam setiap siklus produksi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor padat penebaran per luas keramba, jumlah keramba, bobot awal individu, pertumbuhan ikan, mortalitas, dan periode pemeliharaan (Gambar 19).

growth day Panen Biomassa No of KJA Stocking density SR ~ Wt rearing periode Total Pakan Pakan harian Biomassa pct pakan Submodel Biomassa Ikan Kerapu

Gambar 19 Konsep submodel produksi biomassa Ikan Kerapu

Keterangan Gambar:

No of KJA : Jumlah Keramba Jaring apung Stocking density : padat tebar

SR : rata-rata kehidupan (survival rate) Rearing periode : periode pemeliharaan Growt day : pertumbuhan harian Biomass : jumlah berat produksi ikan Pct pakan : prosentase pakan

Submodel produksi biomassa ikan dibangun mengacu pada respon pertumbuhan, rasio konversi pakan, sintasan, padat tebar, dan jumlah pakan harian dengan asumsi tidak dipengaruhi oleh musim. Asumsi ini didasari atas pengukuran semua parameter biofisik dan kimia selama penelitian relatif sama antara musim hujan dan kemarau yang menunjukan bahwa lingkungan perairan Teluk Tamiang memiliki kondisi biofisik dan kimia yang tidak berfluktuasi karena berada di wilayah tropis yang tidak berpotensi besar memiliki perubahan iklim yang drastis.

Hasil simulasi model dengan mengoperasionalkan 1 (satu) unit KJA selama 180 hari pemeliharaan menghasilkan produksi biomassa sebanyak 237.24 kg dengan total pakan sebanyak 1.435.66 kg dan berat rata-rata sebesar 527.2 gr(Tabel 34).

Tabel 34 Hasil simulasi produksi biomass ikan Kerapu dan total pakan

Lama pemeliharaan (hari) Produksi Biomass Ikan Kerapu (Kg) Total Pakan yang digunakan (Kg) Berat ikan per ekor (gr) Persentase kehidupan ikan (%) 1 162.5 0 361.1 100 30 176.85 196.53 393 100 60 190.35 416.58 423 100 90 202.5 652.05 450 100 120 214.65 902.1 477 100 150 226.8 1.166.72 504 100 180 237.24 1.435.66 527.2 100

2. Submodel produksi limbah budidaya diperairan dan antropogenik, menggambarkan perubahan loading bahan organik, kandungan total phosphate, total nitrogen, nutrifikasi, dipengaruhi oleh faktor-faktor jumlah pakan yang dikonsumsi (efisien pakan), jumlah pakan yang tidak dikonsumsi, jumlah feses, produksi biomassa kerapu, retensi phosphate dan nitrogen dalam kerapu, kandungan phosfat dan nitrogen dalam pakan, limbah pemukiman, peternakan, volume air pada saat pasang tinggi dan rendah, level hypernutrifikasi, dan baku mutu biota laut (Budidaya Perikanan) (KEPMENLH 51/tahun 2004) (Gambar 20).

Tot was t e load P

Tot was t e load OM W as t e load N harian

Tot was t e load N

N F ec es W as t e load P harian W as t e load OM U neat en f ood pc t U F U neat en f ood Tot al Pak an Eat en f ood F ec es P F ec es U neat en f ood pk m k um N non bud N t ot N eat en F ood Pc t N N F ood los t N Food P eat en F ood PC t N C erna PC t P C erna N F ood C erna P F ood C erna N R et ens i Pc t N R et ens i N Ek s k res i P Ek s res i Kum N Bud Pak an harian Kum P Bud Pc t P P F ood los t P Food

N Tot al Lim bah P R et ens i Pc t P R et ens i

P Tot al Lim bah

Ternak R T F lus hing Vol Tlk EC N bm KJ A2 KJ A1 N bm 1 U nit KJ A

U nit Krb per unit 5

Kum C on N non bddy a

c on n non t bk

Kum C on P non budiday a C on P non t bk

Kum P non budiday a

P t ot

Ant rop Ternak 1

R T1

Sub-Model Beban Lim bah N , P, OM Budiday a dan non-Budiday a (ant rop)

Gambar 20 Konsep submodel produksi limbah budidaya dan antropogenik

Keterangan Gambar:

Total waste load N : jumlah total limbah N yang masuk ke perairan Total waste load P : jumlah total limbah P yang masuk ke perairan Waste load OM : limbah bahan organik yang masuk ke perairan

EC : eutophication culture : pengkayaaan bahan organik dari kegiatan budidaya Flushing time : lama pengenceran

N bm : kadar Nitrogen (baku mutu) (KEPMNLH 51/2004) Uneaten food : jumlah pakan yang tidak termakan Feces : ekskresi ikan

Kum N non bud : akumulasi limbah dari kegiatan antropogenik Kum con P non budidaya : akumulasi P non budidaya

Kum non N non budidaya : akumulasi N non budidaya Pct N cerna : Prosentase Nitrogen hasil cerna Pct P cerna : Prosentase phospor hasil cerna

Sub model ini dibangun berdasarkan asumsi bahwa pakan yang terbuang tidak termakan dan feses yang dihasilkan dari kegiatan budidaya tidak dikonsumsi atau

diabsorbsi oleh organisme non budidaya sehingga beban limbah yang ada menggambarkan total beban limbah dari kegiatan budidaya KJA ikan kerapu. Hasil simulasi produksi limbah dari kegiatan budidaya KJA selama 180 hari pemeliharaan terakumulasi sebesar 178,8 kg Nitrogen (TN) dan 33,33 kg phospor (TP), (Tabel 35). Tabel 35 Hasil simulasi produksi limbah kegiatan budidaya KJA Ikan Kerapu selama

180 hari pemeliharaan Lama pemelihar aan (hari) N Retensi (kg) N Feses (kg) N Ekskresi (kg) P Ekskresi (kg) P Feses (kg) P Retensi (kg) Akumulasi P Budidaya (kg) Akumulasi N Budidaya (kg) 1 -0,03 -0,02 -0,1 -0,01 -0,01 0 -0,02 -0,12 30 4,27 3,83 15,91 1,82 1,77 0,57 4,51 24,21 60 9,07 8,15 33,84 3,88 3,76 1,21 9,59 51,44 90 14,22 12,78 53,03 6,08 5,9 1,9 15,03 80,59 120 19,68 17,68 73,4 8,42 8,16 2,63 20,8 111,55 150 25,46 22,88 94,96 10,89 10,56 3,4 26,91 144,3 180 31,54 28,35 117,65 13,49 13,08 4,21 33,33 178,77

3. Sub model Ekonomi (pendapatan) dikembangkan untuk memberikan gambaran total biaya produksi (total cost), total penerimaan dan tingkat keuntungan budidaya KJA Ikan Kerapu (Gambar 21).

Fish size

Biomassa

No of KJA Stocking density

Size limit f or selling prise

unit prise

Gross rev enue SR

Prod cost per kg

Tot cost

Prof it

Submodel Ekonomi Budiday a Ikan Kerapu dalan KJA

Gambar 21 Konsep submodel ekonomi budidaya Ikan Kerapu

Keterangan Gambar :

Stocking density : padat tebar ikan

SR : survival rate atau rata-rata kehidupan No of KJA : jumlah unit keramba jaring apung Unit prise : satuan harga

Prod cost per kg : biaya produksi per kg ikan Total cost : jumlah total biaya

Gross revenue : pendapatan kotor Profit : keuntungan

Submodel ini dikembangkan dengan asumsi ukuran yang dapat dipasarkan mencapai 530 gr/ekor dengan tingkat harga antara Rp. 300.000 – Rp. 400.000 per kg ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) dan total biaya (total cost) antara Rp. 100.000 – Rp. 125.000 per kg ikan. Hasil simulasi dengan asumsi tingkat harga jual Rp. 350.000 per kg dan total biaya sebesar Rp.125.000 per kg ikan,maka keuntungan yang akan didapatkan sebesar Rp. 53.379.000,- per siklus pemeliharaan (Tabel 36) Tabel 36 Hasil simulasi produksi biomass dan keuntungan (Profit)

Lama pemeliharaan (hari) Produksi Biomass Ikan Kerapu (Kg) Biaya Produksi per Kg ikan (Rp.) Harga/kg ikan (Rp.) Keuntungan (Rp.) Ukuran Ikan panen (kg) 1 162.5 - - - - 30 176.85 125.000,00 350.000,00 39.791.250,00 0.39 60 190.35 125.000,00 350.000,00 42.828.750,00 0.42 90 202.5 125.000,00 350.000,00 45.562.500,00 0.45 120 214.65 125.000,00 350.000,00 48.296.250,00 0.48 150 226.8 125.000,00 350.000,00 51.030.000,00 0.50 180 237.24 125.000,00 350.000,00 53.379.000,00 0.53 Evaluasi Model

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan performansi model dari hasil simulasi beberapa peubah dengan hasil perhitungan lapangan. Perbandingan dilakukan terhadap produksi ikan (biomass), jumlah pakan yang digunakan, dan jumlah produksi limbah organik (total nitrogen/TN dan total phosphat/TP) yang dihasilkan baik dari hasil kegiatan budidaya maupun limbah antropogenik. Hasil simulasi pemodelan dibandingkan dengan data pengukuran di lapangan yang tersedia mendapatkan hasil yang menyatakan bahwa tidak berbeda nyata (Analisis Statistik Uji t beda nyata).

Perbandingan antara perhitungan model simulasi dengan perhitungan lapangan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Produksi biomassa

Jumlah produksi biomassa ikan kerapu selama 180 hari pemeliharaan dari hasil perhitungan lapangan dari awal pemeliharaan sebanyak 162 kg, hari ke 30 sebanyak 176.9 kg, hari ke 60 sebanyak 190.4 kg, hari ke 90 sebanyak 202.5 kg, hari ke 120 sebanyak 214.3 kg, hari ke 150 sebanyak 226.8 kg, dan hari ke 180 sebanyak 237.6 kg. Dari hasil simulasi model didapatkan data produksi biomassa ikan yaitu pada hari awal pemeliharaan sebanyak 162.5 kg, hari ke 30 sebanyak 176.9 kg, hari ke 60 sebanyak 190.3 kg, hari ke 90 sebanyak 202.5 kg, hari ke 120

sebanyak 214.7 kg, hari ke 150 sebanyak 226.8 kg, dan hari ke 180 sebanyak 237.2 kg. Hasil perhitungan lapangan didapatkan produksi biomassa pada umur 30 hari seberat 162.4 kg menjadi 237.6 kg pada akhir pemeliharaan. Sedangkan dari hasil simulasi model didapatkan produksi biomassa seberat 162.5 kg pada masa pemeliharaan hari ke 30 menjadi 237.2 kg pada hari ke 180. Hari hasil uji statistik (uji t beda nyata) menunjukan bahwa antara hasil perhitungan lapangan dengan simulasi model tidak ada perbedaan (df = 6, t = -5.18, α > 0.05) (Lampiran 16).

2) Total pakan yang digunakan

Jumlah pakan ikan kerapu selama 180 hari pemeliharaan dari hari ke 30 sebanyak 194.4 kg, hari ke 60 sebanyak 212.3 kg, hari ke 90 sebanyak 228.3 kg, hari ke 120 sebanyak 242.5 kg, hari ke 150 sebanyak 257.8 kg, dan hari ke 180 sebanyak 271.0 kg. Dari hasil simulasi model didapatkan data produksi biomassa ikan yaitu pada hari ke 30 sebanyak 196.5 kg, hari ke 60 sebanyak 215.2 kg, hari ke 90 sebanyak 230.1 kg, hari ke 120 sebanyak 243.4 kg, hari ke 150 sebanyak 269.2 kg, dan hari ke 180 sebanyak 269.9 kg. Hasil perhitungan lapangan didapatkan bahwa dari awal pemeliharaan umur 30 hari dibutuhkan pakan sebanyak 194.4 kg menjadi 271.0 kg. Sedangkan dari hasil simulasi model didapatkan data jumlah pakan yang dibutuhkan dari 196.5 kg pada masa pemeliharaan hari ke 30 menjadi 269.9 kg pada hari ke 180. Hasil uji statistik (uji t beda nyata) menunjukan bahwa antara hasil perhitungan lapangan dengan simulasi model tidak ada perbedaan (df = 6, t = -1.530, α > 0.05) (Lampiran 16).

3) Total limbah Budidaya dan Antropogenik

Total limbah nitrogen

Jumlah produksi limbah (total nitrogen/TN) selama 180 hari pemeliharaan dari hasil perhitungan lapangan dan hasil simulasi model yakni sebanyak 177.2 kgN limbah pakan perhitungan lapangan menjadi 182.1 kg N hasil simulasi, 31.9 kg N yang terbuang data lapangan menjadi 32.8 kg N hasil simulasi model, 145.4 kg N yang dicerna dari perhitungan lapangan menjadi 120.8 kg N hasil simulasi, 30.7 kg N retensi hasil lapangan menjadi 31.5 kg N hasil simulasi, 27.6 kg N feses hasil perhitungan lapangan menjadi 28.4 kg hasil simulasi model, 114.7 kg N ekskresi

hasil perhitungan menjadi 117.7 kg N hasil simulasi model dan 174.1 kg N akumulasi perhitungan lapangan menjadi 178.8 kg N pada hasil simulasi.

Dari hasil uji statistik (uji t beda nyata) menunjukan bahwa antara hasil perhitungan lapangan dengan simulasi model tidak ada perbedaan (df = 6, t = 0.345, α > 0.05).

Total limbah phosphor

Jumlah produksi limbah (total phospor/TP) selama 180 hari pemeliharaan dari hasil perhitungan lapangan dan hasil simulasi model yakni sebanyak 36.6 kgP limbah pakan perhitungan lapangan menjadi 37.6 kg P hasil simulasi, 6.6 kg P yang terbuang data lapangan menjadi 6.8 kg P hasil simulasi model, 29.9 kg P yang dicerna dari perhitungan lapangan menjadi 17.7 kg P hasil simulasi, 4.1 kg P retensi

Dokumen terkait