• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

6.1. Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier

tanaman tetapi hanya diberikan pada tanaman yang kurang sehat dan jumlah pemberiannya tidak pasti karena disesuaiakan dengan kondisi tanaman yang membutuhkan. Peningkatkan dosis penggunaan dilakukan jika penyakit yang menyerang tanaman sudah membahayakan. Petani cenderung hanya memperkirakan takaran yang digunakan dan tidak ada jumlah yang pasti sehingga diduga melebihi dosis yang dianjurkan. Akan tetapi, penggunaan pupuk daun dan pupuk cair yang berlebihan justru dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk sehingga dapat mengurangi produksi yang dihasilkan.

Keberadaan koefisien yang bernilai negatif sebaiknya dihindari agar relevan dengan asumsi fungsi Cobb-Douglas yaitu dalam keadaan law of diminishing returns untuk setiap input sehingga informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan input dapat menghasilkan tambahan output yang lebih besar (Coelli et al 2005). Oleh karena itu, dalam penentuan fungsi produksi dipilih fungsi produksi yang memiliki nilai koefisien keseluruhan yang positif. Variabel pupuk daun dan pupuk cair dihilangkan dari model karena memiliki nilai koefisien yang negatif. Pertimbangan lainnya adalah bahwa kedua variabel tersebut tidak termasuk variabel utama dalam usahatani paprika dan tidak semua petani menggunakannya. Adapun variabel independen yang tetap digunakan dalam model yaitu benih, nutrisi, insektisida, fungisida, dan tenaga kerja yang seluruhnya dibuat per satuan lahan.

6.1. Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Pendugaan parameter fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS menunjukkan gambaran kinerja rata-rata (best fit) dari proses produksi petani pada tingkat teknologi yang ada. Hasil estimasi model fungsi produksi Cobb-Douglas (per satuan lahan) dengan metode OLS beserta nilai signifikansinya ditunjukkan pada Tabel 15.

Hasil pendugaan metode OLS dengan memasukkan lima variabel tidak menunjukkan adanya masalah multikolinearitas dan autokorelasi pada model yang terbentuk, masing-masing dapat dilihat dari nilai VIF dan Durbin-Watson. Nilai VIF untuk masing-masing variabel independen di dalam model tidak ada yang lebih dari 10 dan nilai Durbin-Watson masih berada pada kisaran 2 (Lampiran 2).

Tabel 15. Pendugaan Model Fungsi Produksi dengan Menggunakan Metode

OLS (Per Satuan Lahan)

Variabel Input Parameter Dugaan t-rasio

Intersep 1,1486* 1,59 Benih (X1) 0,7802* 3,35 Nutrisi (X2) 0,0505 0,45 Insektisida (X3) 0,0959* 1,26 Fungisida (X4) 0,0148* 1,57 Tenaga Kerja (X5) 0,0402 0,40 R-Sq 0,50 F-hitung 10,61 Log-likelihood OLS 4,8662 Keterangan: *) nyata pada α = 20%

Nilai koefisien determinasi dan F-hitung dari model fungsi produksi rata-rata (per luas lahan) yang terbentuk adalah sebesar 50 persen dan 10,61. Koefisien determinasi sebesar 50 persen menunjukkan bahwa 50 persen keragaman produksi paprika hidroponik di lokasi penelitian dapat dijelaskan oleh model dugaan yang diperoleh, sedangkan sisanya sebesar 50 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Berdasarkan nilai F-hit sebesar 10,61, secara statistik model fungsi produksi rata-rata yang terbentuk layak digunakan untuk memprediksi produksi paprika per satuan lahan dan signifikan pada taraf nyata 20 persen. Dari lima variabel yang ada pada model, terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik rata-rata per satuan lahan, yaitu variabel benih (X1), insektisida (X3), dan fungisida (X4).

Hasil pendugaan tahap kedua yaitu pendugaan model fungsi produksi dengan menggunakan metode MLE dijelaskan oleh Tabel 16. Hasil pendugaan tersebut menggambarkan kinerja terbaik dari petani responden pada tingkat teknologi yang ada. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi frontier (per satuan lahan) petani responden ditemukan berbeda dari yang diperoleh pada fungsi produksi rata-rata (per satuan lahan). Pada tabel disajikan parameter dugaan fungsi produksi stochastic frontier dengan metode MLE dan nilai signifikansinya.

65

Tabel 16. Pendugaan Model Fungsi Produksi dengan Menggunakan Metode

MLE (Per Satuan Lahan)

Variabel Input Parameter Dugaan t-rasio

Intersep (β0) 1,0455* 1,6873 Benih (β1) 0,9007* 4,6538 Nutrisi (β2) 0,0196 0,2244 Insektisida (β3) 0,0483 0,7246 Fungisida (β4) 0,0070 0,8479 Tenaga Kerja (β5) 0,1230* 1,3168 Sigma-squared (σ2) 0,0680* Gamma (γ) 0,5851* Log-likelihood MLE 14,4523 Keterangan: *) nyata pada α = 20 %

Pada Tabel 16 disajikan nilai log-likelihood dengan metode MLE (14,4523) adalah lebih besar dari nilai log-likelihood dengan metode OLS (4,8662) yang berarti fungsi produksi dengan metode MLE ini adalah baik. Nilai sigma-squared (σ2) menunjukkan distribusi dari error term inefisiensi (ui) dan nilai 0,0680 adalah cukup kecil sehingga terdistribusi secara normal. Nilai gamma (γ) sebesar 0,5851 mengindikasikan bahwa 58,51 persen dari error term yang berada dalam fungsi produksi disebabkan oleh keberadaan inefisiensi teknis, sedangkan 41,49 persen disebabkan oleh variabel kesalahan acak seperti cuaca, hama, dan sebagainya. Ini berarti model fungsi produksi stochastic frontier yang diperoleh dapat menunjukkan adanya keberadaan inefisiensi teknis pada model. Adapun model yang terbentuk diperlihatkan pada persamaan di bawah ini.

Ln Y = 1,0455 + 0,9007 ln B + 0,0196 ln Nut + 0,0483 ln Ins + 0,0070 ln Fu + 0,1230 ln TK + Vi - Ui

Interpretasi Parameter Dugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Berdasarkan hasil perhitungan fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas dengan metode MLE, diperoleh hasil bahwa faktor produksi benih dan tenaga kerja berkorelasi positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Sementara, faktor produksi lainnya seperti nutrisi, insektisida, dan fungisida meskipun bernilai positif tetapi tidak berpengaruh

nyata. Berikut adalah interpretasi dari model fungsi produksi stochastic frontier yang terbentuk.

1. Benih

Penggunaan benih pada usahatani paprika hidroponik bernilai positif dan berpengaruh nyata pada taraf α = 20 persen terhadap produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Nilai elastisitas benih terhadap produktivitas sebesar 0,9007 menunjukkan bahwa penambahan benih sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,9007 persen, cateris paribus. Ini menunjukkan bahwa jumlah benih yang digunakan petani selama ini masih memungkinkan untuk ditambah sehingga dapat menghasilkan produksi yang lebih besar.

Benih memegang peranan utama dalam menentukan produktivitas. Varietas benih yang berkualitas tinggi akan berpotensi menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. Dengan demikian, meskipun jumlah benih per satuan lahan ditingkatkan dalam jumlah yang kecil, maka akan memiliki pengaruh yang responsif terhadap peningkatan produksi paprika per satuan lahan.

Rata-rata penggunaan benih paprika di lokasi penelitian yaitu sebesar 3.869 biji per 1.000 m2. Dengan asumsi rata-rata benih yang berkecambah sebesar 90 persen maka tanaman paprika yang dihasilkan adalah sebanyak 3.482 pohon per 1.000 m2 atau 3,48 pohon per m2. Peningkatan penggunaan benih per satuan lahan di lokasi penelitian akan meningkatkan peluang dalam menghasilkan bibit paprika. Hal ini pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan populasi tanaman per satuan lahan sehingga produksi paprika hidroponik yang dihasilkan per satuan lahan juga akan semakin meningkat. Peningkatan populasi tanaman per satuan lahan dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam.

2. Nutrisi

Faktor produksi nutrisi bernilai positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik per luas lahan. Nilai elastisitas nutrisi terhadap produktivitas sebesar 0,0196 menunjukkan bahwa penambahan nutrisi sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,0196 persen, cateris paribus. Dalam usahatani paprika hidroponik, nutrisi merupakan sumber makanan utama bagi tanaman. Ini disebabkan dalam

67 media tanam arang sekam tidak terdapat unsur hara seperti yang terkandung pada tanah sehingga nutrisi sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Secara teoritis, tanaman paprika yang mendapatkan nutrisi yang cukup akan meningkat produktivitasnya sehingga akan menghasilkan buah berkualitas dan bobot buah yang besar.

Analisis fungsi produksi menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan dimana penambahan jumlah nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Hal ini diduga karena kadar kepekatan hara yang terdapat pada larutan nutrisi yang digunakan belum sesuai. Peningkatan volume nutrisi yang tidak diimbangi oleh kepekatan hara yang ada dalam nutrisi akan menyebabkan larutan nutrisi tidak dapat bekerja optimal sehingga tidak berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas tanaman. Kepekatan hara yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman dimana semakin tua umur tanaman paprika, maka tanaman tersebut akan semakin membutuhkan unsur hara. Kepekatan hara diukur dengan EC (Electro Conductivity) meter. Akan tetapi sebagian besar petani responden tidak mengukur nilai EC dan cenderung menduga-duga saja karena mereka tidak memiliki alat pengukurnya sehingga kepekatan hara dalam larutan nutrisi tidak bisa dipastikan.

Faktor teknis lain yang diduga berpengaruh terhadap efektivitas pemberian nutrisi adalah sistem fertigasi yang masih bersifat manual. Kegiatan fertigasi yang masih menggunakan selang mengakibatkan volume nutrisi yang diterima oleh setiap tanaman berbeda-beda. Kondisi ini dapat berakibat pada pertumbuhan tanaman dalam satu lahan yang tidak merata sehingga akan mempengaruhi produktivitas tanaman itu sendiri.

3. Insektisida

Faktor produksi insektisida bernilai positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Nilai elastisitas insektisida terhadap produktivitas sebesar 0,0483 menunjukkan bahwa penambahan insektisida sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,0483 persen, cateris paribus. Jenis insektisida yang digunakan oleh petani terdiri dari berbagai merek dengan dosis yang digunakan

rata-rata 0,5-1 ml/liter air. Rata-rata penggunaan insektisida oleh petani responden yaitu sebanyak 9.439,21 ml per 1.000 m2.

Peningkatan jumlah penggunaan insektisida bertujuan untuk mengurangi serangan hama, terutama hama thrips. Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan insektisida tidak berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas paprika. Berdasarkan pengamatan, upaya yang dilakukan oleh sebagian responden untuk mengatasi serangan hama thrips yang sangat tinggi di lokasi penelitian adalah dengan meningkatkan intensitas penyemprotan insektisida ataupun meningkatkan dosis penggunaan insektisida. Akan tetapi, pemberian insektisida berlebih tidak efektif dalam memberantas hama. Meskipun petani responden telah menggunakan jenis insektisida secara bergantian, tetapi pemberian insektisida dalam jumlah yang banyak secara terus menerus justru membuat hama thrips menjadi resisten atau kebal terhadap insektisida tersebut. Sebaliknya, penggunaan insektisida yang berlebih dapat meningkatkan residu pada tanaman paprika. Oleh karena itu, pengendalian hama yang tidak diterapkan secara terpadu tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas tanaman.

4. Fungisida

Penggunaan fungisida pada usahatani paprika hidroponik bernilai positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Nilai elastisitas fungisida terhadap produktivitas sebesar 0,0070 menunjukkan bahwa penambahan fungisida sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,0070 persen, cateris paribus. Seperti halnya, insektisida, fungisida yang digunakan petani responden juga bermacam-macam mereknya dengan dosis penggunaan rata-rata 0,25-0,5 ml per liter air. Rata-rata jumlah fungisida yang digunakan petani responden sebanyak 909,32 ml per 1.000 m2.

Peningkatan jumlah penggunaan fungisida bertujuan untuk mengurangi serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan fungisida tidak berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas paprika. Hal ini diduga karena variabel fungisida yang bersifat kondisional yaitu penggunaannya hanya sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

69 Dibandingkan dengan serangan hama thrips, serangan jamur pada tanaman paprika jauh lebih rendah sehingga fungisida jarang digunakan dan penggunaannya dalam satu kali musim tanam pun dapat dikatakan sedikit. Dengan demikian meskipun fungisida dapat berperan dalam mengurangi serangan jamur tetapi karena penggunaannya yang sedikit dan bersifat kondisional maka variabel fungisida ini tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman paprika hidroponik.

Dokumen terkait