• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.3 Tahapan Pelaksanaan

3.3.2 Pengolahan Data 1 Pendugaan Volume

3.3.2.3 Pendugaan Karbon Hutan

Nilai biomassa yang diperoleh dari hasil perhitungan dapat digunakan untuk menduga potensi karbon yang tersimpan dalam vegetasi hutan. Karbon merupakan produk dari produksi biomassa yang terbentuk dikurangi dengan total yang hilang melalui jaringan akar halus, cabang, dan daun serta penyakit, sisanya tergabung di dalam struktur yang tersimpan dalam pohon (Johnson et al. 2001 diacu dalam Onrizal 2004). Karbon merupakan komponen penyusun biomassa tanaman, kandungannya sekitar 45–50% bahan kering dari tanaman. Berdasarkan hasil konferensi IPCC (2006), fraksi karbon dari biomassa hutan yaitu 0,47 sehingga untuk mengetahui potensi karbon (ton C/ha) dalam hutan dapat diduga dengan mengalikan biomassa hutan dengan fraksi karbon tersebut.

C = W * 0,47 ... (4) Keterangan : C = karbon W = biomassa (kg/pohon) 0,47 = fraksi karbon 3.3.2.4 Analisis Data

Pendugaan potensi volume, biomassa, dan cadangan karbon pada penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode pendugaan tanpa stratifikasi dan metode pendugaan dengan strafitikasi. Metode pendugaan tanpa stratifikasi menggunakan systematic sampling with random start seperti dalam pengambilan plot contoh. Pada metode tersebut pendugaan parameter dapat dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus simple random sampling (SRS) (Shiver & Borders 1996) yaitu sebagai berikut:

a. Penduga nilai tengah/rata-rata populasi (μ) :

b. Ragam dugaan bagi ( ) :

= ; dimana : =

... (6) c. Selang kepercayaan (1-α).100% bagi nilai tengah/rata-rata populasi :

= sy ... (7)

d. Penduga total populasi ( ) :

= N. ... (8) e. Ragam dugaan bagi total populasi ( )

= = N 2

. => = N2 ... (9) f. Selang kepercayaan (1-α).100% bagi total populasi :

Y = ± ... (10) atau dapat dihitung dari selang kepercayaan bagi rata-rata : N. ... (11) g. Kesalahan penarikan contoh (sampling error, SE)

SE =

... (12)

Keterangan:

yi = nilai pada plot contoh ke-i

= ragam contoh

n = ukuran contoh

N = ukuran populasi

Selain menduga tanpa stratifikasi, juga dilakukan metode dengan stratifikasi setelah semua data hasil penelitian dilapangan terkumpul (poststratification). Poststratification dilakukan karena kondisi tegakan di HPGW yang cenderung heterogen, yaitu bervariasi dalam hal umur, komposisi jenis, kualitas tempat tumbuh (bonita), topografi dan lain sebagainya. Pada metode ini, terlebih dahulu dilakukan stratifikasi populasi yang akan diduga potensi volume, biomassa, dan cadangan karbonnya menjadi beberapa stratum yang kondisinya relatif homogen dan tidak saling tumpang tindih (overlap). Stratifikasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu stratifikasi berdasarkan sebaran nilai volume dan biomassa tegakan serta berdasarkan jenis vegetasi. Stratifikasi tersebut dipilih

untuk mengurangi keragaman sehingga menghasilkan nilai dugaan yang lebih akurat.

Pada stratifikasi berdasarkan nilai potensi, stratifikasi dilakukan dengan terlebih dahulu menduga sediaan tegakan pada lokasi-lokasi yang tidak terwakili oleh plot contoh menggunakan teknik interpolasi permukaan (surface interpolation). Interpolasi permukaan adalah suatu teknik untuk menghitung nilai diantara dua atu lebih titik yang secara spasial berdekatan (Jaya et al. 2010). Data dari plot-plot contoh yang telah diukur kemudian ditransformasikan menjadi informasi petak. Metode interpolasi permukaan umumnya dilakukan dengan dua metode yaitu metode Inverse Distance Weighted (IDW) atau Invers Jarak Tertimbang dan spline. Akan tetapi, pada penelitian ini digunakan metode IDW karena metode ini menghasilkan kisaran estimasi sediaan yang mendekati kondisi aktualnya di lapangan dengan kesalahan relatif rendah (Jaya et al. 2010).

Berdasarkan hasil interpolasi tersebut kemudian dilakukan stratifikasi. Untuk stratifikasi berdasarkan nilai potensi volume, areal dengan kisaran nilai volume yang sama dijadikan sebagai satu stratum begitu pula pada stratifikasi berdasarkan biomassa. Areal dengan kisaran nilai biomassa yang sama dijadikan sebagai satu stratum. Sedangkan untuk pendugaan cadangan karbonnya, digunakan stratifikasi berdasarkan nilai potensi biomassa. Hal ini dikarenakan hasil pendugaan cadangan karbon pada tegakan merupakan hasil pengolahan data biomassa. Sehingga setiap penambahan kandungan biomassa akan diikuti oleh penambahan kandungan karbon dan apapun yang menyebabkan peningkatan ataupun penurunan biomassa maka akan menyebabkan peningkatan ataupun penurunan kandungan karbon. Selain dilakukan stratifikasi berdasarkan nilai volume dan biomassa, juga dilakukan stratifikasi berdasarkan jenis vegetasi yang ada di lokasi penelitian. Untuk stratifikasi berdasarkan jenis vegetasi, areal dengan jenis vegetasi yang sama dijadikan sebagai satu stratum.

Nilai-nilai dugaan bagi rata-rata per hektar dan total potensi biomassa dan karbon dihitung berdasarkan potensi pada setiap stratum serta keseluruhan populasi tegakan HPGW dengan menggunakan metode stratified systematic sampling with random start. Menurut Cochran (1997), Shiver and Borders (1996), Tiryana (2003), Vries (1986) diacu dalam Tiryana (2005) rumus-rumus yang

digunakan dalam metode pendugaan biomassa dan karbon dengan metode stratified systematic sampling with random start adalah sebagai berikut:

1. Pendugaan pada setiap stratum

a. Rata-rata potensi pada stratum ke-h:

h = ... (13)

b. Ragam rata-rata potensi pada stratum ke-h:

= ... (14) dimana : = ... (15) 2. Pendugaan pada keseluruhan populasi tegakan:

a. Rata-rata potensi pada populasi:

= ... (16) b. Ragam rata-rata potensi pada populasi:

= ... (17)

c. Taksiran selang bagi rata-rata potensi pada populasi: ±

. ... (18)

d. Total potensi pada populasi:

= N. ... (19) e. Ragam bagi total potensi pada populasi:

= . ... (20)

f. Taksiran selang bagi total potensi pada populasi: ±

... (21)

atau N.

... (22)

g. Kesalahan penarikan contoh (sampling error) SE =

Keterangan:

yh,i = nilai potensi pada stratum ke-h dan plot contoh ke-i

= ragam contoh pada stratum ke-h nh = ukuran contoh pada stratum ke-h

Nh = ukuran stratum ke-h

N = ukuran populasi L = jumlah stratum

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Status dan Peran Kawasan

Pada awalnya Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah areal kawasan hutan seluas ± 359 ha yang peruntukannya sebagai Hutan Pendidikan dengan status hak pinjam pakai. Ketentuan tersebut didasarkan atas:

1. Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Provinsi Jawa Barat tanggal 14 oktober 1969 No.7041/IV/2/69.

2. Surat Direktorat Jenderal Kehutanan tanggal 24 Januari 1973 No.291/05/79. 3. Surat Keputusan Menteri Pertanian No.008/Kpts/Dj/73.

4. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.687/Kpts-II/92.

Setelah melalui proses panjang sejak tahun 1996, akhirnya pada tahun 2005 status kawasan HPGW dikuatkan dengan diterbitkannya SK Menhut No.188/Menhut–II/2005, yang menetapkan fungsi hutan kawasan HPGW seluas 359 ha sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan pengelolaanya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB dengan tujuan khusus sebagai Hutan Pendidikan (Badan Eksekutif HPGW 2010).

4.2 Letak dan Posisi Geografis

HPGW secara geografis terletak pada 106˚48’27”BT sampai 106˚50’29”BT

dan -6˚54’23”LS sampai -6˚55’35”LS. Secara administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah Kecamatan Cicantayan dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Dalam administrasi kehutanan areal HPGW termasuk BKPH Gede Barat, KPH Sukabumi, Unit III Jawa Barat Perum Perhutani (Badan Eksekutif HPGW 2010).

HPGW berbatasan dengan Desa Batununggal dan Sekarwangi di bagian Utara, Desa Cicantayan dan Desa Cijati di bagian Timur, Desa Hegarmanah di bagian Selatan dan di bagian Barat (Badan Eksekutif HPGW 2010).

HPGW memiliki luas 359 ha, dibagi ke dalam 3 blok yaitu blok Cikatomas dengan luas 120 ha yang terletak di bagian Timur, blok Cimenyan dengan luas 125 ha yang terletak di bagian Barat dan blok Tengkalak/Seusepan dengan luas

114 ha yang terletak di bagian Tengah dan di bagian Selatan (Badan Eksekutif HPGW 2010).

4.3 Topografi

HPGW terletak pada ketinggian 460–715 mdpl. Kondisi topografi mulai dari agak curam (15–25%) sampai sangat curam (>40%). Bagian selatan merupakan daerah yang bergelombang mengikuti punggung-punggung bukit yang memanjang dan melandai dari Utara ke Selatan. Di bagian tengah terdapat puncak dengan ketinggian 676 mdpl (Badan Eksekutif HPGW 2010).

4.4Geologi dan Jenis tanah

HPGW terbentuk oleh batuan sedimen tersier bawah (oligosen) yang tersusun oleh batu pasir kuarsa yang berlapiskan silang konglomerat kerakal kuarsa lempung, lignit lapisan-lapisan arang tipis. Gunung Walat mengandung bebatuan alam yang terdiri dari batuan sedimen vulkanik berwarna hijau semu abu-abu, membentuk seri lapisan yang sangat tebal. Gunung Walat terdiri dari lapisan tufa dasit yang pada horizon tertentu diselingi dengan batuan tufa andesit,

yang merupakan bagian dari ”Breksi tua” yang berumur meosin. Keadaan Gunung

Walat merupakan pulau meosin di tengah-tengah formasi batuan vulkanik kuarter yang berasal dari Gunung Salak dan Gunung Gede (Badan Eksekutif HPGW 2010).

Jenis tanah Gunung Walat adalah keluarga tropophumult tipik (lotosol merah kekuningan), tropodult (latosol coklat), dystropept tipik (podsolik merah kekuningan) dan troporpent lipik (latosol). Tanah latosol merah kekuningan adalah jenis tanah yang terbanyak sedangkan di daerah berbatu hanya terdapat tanah latosol, dan di daerah lembah terdapat tanah podsolik (Badan Eksekutif HPGW 2010).

4.5 Iklim dan Hidrologi

Klasifikasi iklim daerah Gunung Walat menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B, dengan nilai Q=14,3% 33% dan banyaknya curah hujan tahunan

berkisar antara 1600–4000 mm. Suhu udara maksimum di siang hari 29˚C dan

minimum 19˚C di malam hari (Badan Eksekutif HPGW 2010).

Gunung Walat dilalui beberapa aliran sungai yang umumnya mengalir ke arah Selatan dan berair sepanjang tahun yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas, dan Legok Pusar yang merupakan sumber air bersih bagi masyarakat sekitarnya. Kawasan Gunung Walat termasuk ke dalam sistem pengelolaan DAS Cimandiri (Badan Eksekutif HPGW 2010).

4.6 Vegetasi Hutan

Tegakan HPGW terdiri dari tanaman agathis (Agathis loranthifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), sonokeling (Dalbergia latifolia), mangium (Acacia mangium), dan meranti (Shorea leprosula). Selain itu terdapat 44 jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu dan juga terdapat jenis tumbuhan obat sebanyak 68 jenis (Badan Eksekutif HPGW 2010).

Berdasarkan hasil inventarisasi hutan tahun 1984, HPGW memiliki potensi 10.855 m3 kayu Agathis lorantifolia (agathis), 9.471 m3 kayu Pinus merkusii (pinus), 464 m3 Schima wallichii (puspa), 132 m3 Paraserianthes falcataria (sengon) dan 88 m3 kayu Swietenia macrophylla (mahoni). Di HPGW juga ditemukan lebih dari 100 pohon plus damar, pinus, kayu afrika sebagai sumber benih dan bibit unggul. Tanaman damar dan pinus telah menghasilkan getah kopal dan getah pinus (Badan Eksekutif HPGW 2010).

4.7 Kehidupan Satwa Liar

Di areal HPGW terdapat beraneka ragam jenis satwa liar yang meliputi jenis-jenis mamalia, reptilia, burung, dan ikan. Dari kelompok jenis mamalia terdapat monyet ekor panjang, babi hutan, tupai, trenggiling, kelinci liar, meong congkok, musang. Dari kelompok jenis burung (aves) terdapat sekitar 20 jenis diantaranya adalah elang jawa, kutilang, emprit, dll. Jenis-jenis reptilia antara lain biawak, ulat, dan bunglon. Terdapat juga berbagai jenis ikan sungai seperti ikan

lubang (sejenis lele yang memiliki warna agak merah). Selain itu terdapat pula lebah hutan (tawon gung, odeng, apis dorsata) (Badan Eksekutif HPGW 2010).

4.8 Kependudukan

Penduduk di sekitar HPGW umumya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian, dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan basah dan lahan kering. Jumlah petani penggarap yang dapat ditampung dalam program agroforestry HPGW sebanyak 300 orang petani penggarap. Hasil pertanian dari lahan agroforestry seperti singkong, kapolaga, pisang, cabe, padi gogo, kopi, sereh, dll. Jumlah ternak domba/kambing di sekitar HPGW sebanyak 1875 ekor, jika setiap ekor domba/kambing memerlukan 5 kg rumput, maka diperlukan hijauan sebanyak 9.375 ton. Hijauan pakan ternak tersebut sebagian besar berasal dari HPGW (Badan Eksekutif HPGW 2010).

Kecamatan Cicantayan, khususnya Desa Hegarmanah juga merupakan desa penghasil manggis dengan mutu eksport. Jumlah pohon manggis di Desa Hegarmanah sebanyak 12.800 batang dan akan terus bertambah. Untuk menjadi sentra produksi diperlukan 40.000 pohon (Badan Eksekutif HPGW 2010).

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pendugaan Potensi Tanpa Stratifikasi

Pendugaan potensi volume, biomassa, dan cadangan karbon dari berbagai jenis tegakan yang ada di HPGW didasarkan atas data hasil pengukuran langsung di lapangan sebanyak 48 plot contoh dan hasil inventarisasi hutan di HPGW tahun 2011 sebanyak 94 plot contoh. Berdasarkan 142 contoh tersebut kemudian diduga potensi volume, biomassa, dan cadangan karbon tegakan tanpa stratifikasi yaitu dengan menggunakan metode systematic sampling. Hasil dugaan tersebut disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai-nilai dugaan potensi volume, biomassa, dan cadangan karbon tegakan tanpa stratifikasi

Statistik Volume Biomassa Karbon

Jumlah data 142 plot 142 plot 142 plot

Kisaran nilai 8,64–1054,35 m3/ha 28,64–516,74 ton/ha 13,46–242,87 ton/ha Kesalahan baku

rata-rata 14,95 m

3

/ha 6,40 ton/ha 3,01 ton/ha Penduga rata-rata

a. Batas atas 428,08 m3/ha 213,47 ton/ha 100,34 ton/ha b. Rata-rata 398,77 m3/ha 200,93 ton/ha 94,44 ton/ha c. Batas bawah 369,47 m3/ha 188,39 ton/ha 88,54 ton/ha Penduga total

a. Batas atas 153.065,75 m3 76.329,53 ton 35.874,89 ton b. Rata-rata 142.588,90 m3 71.847,14 ton 33.768,16 ton c. Batas bawah 132.112,05 m3 67.264,76 ton 31.661,43 ton

Sampling error 7,35% 6,24% 6,25%

Dari Tabel 6 terlihat bahwa volume per hektar dari tegakan di HPGW memiliki nilai dugaan antara 369,47 sampai 428,08 m3/ha dengan rata-rata sebesar 398,77 m3/ha. Sedangkan total potensi volume untuk seluruh tegakan (luas efektif yaitu 357,574 ha) diduga sebesar 142.588,90 m3. Kesalahan penarikan contoh dalam pendugaan potensi volume yaitu sebesar 7,35%. Adapun potensi biomassa yang dihitung dengan metode alometrik diduga memiliki nilai dugaan antara 188,39 sampai 213,47 ton/ha dengan rata-rata 200,93 ton/ha. Sedangkan total potensi biomassa untuk seluruh tegakan (luas efektif yaitu 357,574 ha) diduga sebesar 71.847,14 ton. Kesalahan penarikan contoh dalam pendugaan potensi

biomassa yaitu sebesar 6,24%. Sementara itu, kapasitas cadangan karbon yang dihitung berdasarkan potensi biomassa tegakan diduga memiliki nilai dugaan antara 88,54 sampai 100,34 ton/ha dengan rata-rata 94,44 ton/ha. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa HPGW memiliki cadangan karbon sebesar 33.768,16 ton. Kesalahan penarikan contoh dalam pendugaan potensi karbon yaitu sebesar 6,25%. Pendugaan potensi volume, biomassa, dan karbon tersebut menghasilkan nilai dugaan yang besar karena potensi pohon per/ha di HPGW juga besar yaitu 230 pohon/ha. Hasil pendugaan tersebut dapat dianggap teliti karena kesalahan penarikan contoh (sampling error) yang terjadi baik pada pendugaan volume, biomassa, dan cadangan karbon kurang dari 10%. Seperti yang dikemukaan oleh Spurr (1992) diacu dalam Herdiansyah (2004) bahwa kesalahan sampling (sampling error) dalam penarikan contoh dianggap tepat di dalam pendugaan apabila kesalahan sampling tersebut tidak lebih dari 10%.

5.2 Pendugaan Potensi Menggunakan Stratifikasi 5.2.1 Potensi Volume Tegakan

Stratifikasi yang digunakan untuk menduga potensi volume tegakan yaitu stratifikasi berdasarkan kisaran nilai volume. Areal dengan kisaran nilai volume yang sama dijadikan sebagai satu stratum. Dari hasil interpolasi nilai volume dengan menggunakan metode Inverse Distance Weight (IDW) dihasilkan empat stratum. Masing-masing stratum memiliki luasan yang berbeda-beda dengan jumlah plot contoh pada masing-masing stratum juga berbeda satu sama lain. Bentuk stratum dan sebaran plotnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Stratifikasi berdasarkan nilai volume tegakan.

Stratum 1 merupakan areal yang memiliki kisaran nilai potensi volume terendah yaitu sebesar 100 sampai 370 m3/ha. Stratum 2 merupakan areal yang memiliki kisaran nilai potensi volume sebesar 371 sampai 550 m3/ha. Stratum 3 merupakan areal yang memiliki kisaran nilai potensi volume sebesar 551 sampai 640 m3/ha. Stratum 4 merupakan areal yang memiliki kisaran nilai potensi volume tertinggi yaitu sebesar 641 sampai 1000 m3/ha.

Berdasarkan hasil stratifikasi tersebut kemudian diduga potensi volume pada masing-masing stratum. Volume pohon didapat dengan menggunakan persamaan volume masing-masing jenis pohon yang ada di HPGW dari penelitian terdahulu. Hasil perhitungan potensi volume tegakan pada masing-masing stratum tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Potensi volume tegakan berdasarkan stratifikasi nilai volume

Statistik Stratum

1 2 3 4

Jumlah data (plot) 68 17 14 43

Luas (ha) 167,814 50,657 38,687 100,415

Kisaran nilai (m3/ha) 8,64–608,20 181,60–737,16 250,41–858,61 120,01–1054,35 Kesalahan baku (m3/ha) 12,86 29,73 36,89 28,97 Penduga rata-rata

a. Batas atas (m3/ha) 281,17 530,92 607,67 611,98 b. Rata-rata (m3/ha) 255,96 467,89 528,00 555,20 c. Batas bawah (m3/ha) 230,75 404,85 448,32 498,42 Penduga total a. Batas atas (m3) 47.183,95 26.895,00 23.508,95 61.451,70 b. Rata-rata (m3) 42.953,75 23.701,78 20.426,63 55.750,41 c. Batas bawah (m3) 38.723,55 20.508,57 17.344,30 50.049,12 Koefisien variasi (%) 5,02 6,35 6,99 5,22 Keterangan:

Stratum 1 = areal dengan potensi volume 100–370 m3/ha

Stratum 2 = areal dengan potensi volume 371–550 m3/ha

Stratum 3 = areal dengan potensi volume 551–640 m3/ha

Stratum 4 = areal dengan potensi volume 641–1000 m3/ha

Terlihat pada Tabel 7, hasil pendugaan menunjukkan bahwa potensi volume rata-rata tegakan pada stratum 3 memiliki selang dengan interval terlebar yaitu memiliki nilai dugaan antara 448,32 sampai 607,67 m3/ha dan interval tersempit pada stratum 1 yaitu memiliki nilai dugaan antara 230,75 sampai 281,17 m3/ha. Semakin sempit suatu selang semakin efisien dugaannya. Stratum 3 memiliki nilai koefisien variasi terbesar dibandingkan dengan stratum lain yaitu sebesar 6,99%. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi volume pada stratum 3 cenderung lebih bervariasi dibandingkan dengan stratum lain. Variasi potensi volume tersebut terjadi akibat adanya keragaman jenis dan keragaman pertumbuhan dimensi pohon (diameter dan tinggi). Sementara itu, volume rata-rata (m3/ha) terbesar terdapat pada stratum 4 yaitu 555,20 m3/ha dan volume rata-rata terkecil terdapat pada stratum 1 yaitu 255,96 m3/ha. Hal ini dapat terjadi karena stratum 4 merupakan areal dengan potensi volume yang tinggi yaitu antara 641 sampai 1000 m3/ha. Potensi volume yang tinggi tersebut terjadi akibat adanya jenis pohon yang berdimensi besar seperti agathis, pinus, dan puspa. Stratum 4 memiliki dugaan potensi volume total terbesar yaitu 55.750,41 m3 karena stratum 4 selain memiliki

rata-rata volume yang besar juga memiliki luas yang cukup besar yaitu ± 100,415 ha. Namun sebaliknya, stratum 1 merupakan areal dengan potensi volume per hektar rendah karena stratum 1 memiliki potensi volume rendah yaitu antara 100 sampai 370 m3/ha. Besarnya potensi volume tegakan bervariasi tergantung dari jenis dan ukuran pohon yang terdapat pada areal tersebut.

Selain dilakukan stratifikasi berdasarkan nilai volume, juga dilakukan stratifikasi berdasarkan jenis vegetasi untuk menduga potensi volume pada masing-masing jenis vegetasi yang ada di lokasi penelitian. Jenis-jenis vegetasi yang teridentifikasi di HPGW diantaranya adalah tegakan agathis, campuran (agathis, pinus, dan puspa), campuran (agathis dan puspa), kayu afrika, pinus, campuran (pinus dan agathis), campuran (pinus dan kayu afrika), campuran (pinus dan puspa), puspa, dan campuran (puspa dan mahoni). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Stratifikasi berdasarkan jenis vegetasi tegakan.

Berdasarkan hasil stratifikasi tersebut, areal dengan jenis vegetasi sama dijadikan sebagai satu stratum sehingga dihasilkan 10 stratum yang kemudian diduga potensi volume pada masing-masing jenis vegetasi. Hasil perhitungan potensi volume tegakan pada masing-masing jenis vegetasi tersebut disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Potensi volume tegakan berdasarkan stratifikasi jenis vegetasi

Statistik Stratum

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah data (plot) 12 3 23 3 35 2 13 10 36 5

Luas (ha) 27,426 7,964 54,045 7,418 104,003 4,260 29,692 23,880 89,464 9,422

Jumlah pohon/ha 96 123 197 55 141 260 275 266 126 206

Kisaran nilai (m3/ha) 200,56–

1.054,35 8,64–606,04 133,04– 992,55 17,24– 127,54 122,87– 795,53 453,44– 982,06 78,12– 568,50 80,45– 757,53 48,97– 606,66 26,31– 362,03 Kesalahan baku (m3/ha) 48,43 141,98 38,67 27,04 21,74 192,51 32,20 45,34 17,41 41,97 Penduga rata-rata

a. Batas atas (m3/ha) 819,28 867,29 607,64 174,11 460,96 3.163,84 364,03 499,60 318,31 296,56 b. Rata-rata (m3/ha) 712,70 256,33 527,44 57,77 418,34 717,75 293,87 397,05 284,19 180,04 c. Batas bawah (m3/ha) 606,11 -354,63 447,23 -58,57 375,72 -1.728,34 223,70 294,50 250,08 63,52 Penduga total a. Batas atas (m3) 22.469,63 6.907,08 32.839,87 1.291,58 47.940,78 13.477,940 10.808,82 11.930,43 28.477,52 2.794,22 b. Rata-rata (m3) 19.546,37 2.041,40 28.505,23 428,57 43.508,52 3.057,60 8.725,51 9.481,51 25.425,20 1.696,34 c. Batas bawah (m3) 16.623,11 -2824,29 24.170,60 -434,49 39.076 -7.362,74 6.642,20 7.032,59 22.372,88 598,47 Koefisien variasi (%) 6,79 55,39 7,33 46,80 5,20 26,82 10,96 11,42 6,13 23,31 Keterangan :

Stratum 1 = tegakan agathis Stratum 6 = tegakan pinus dan agathis

Stratum 2 = tegakan agathis, pinus, dan puspa Stratum 7 = tegakan pinus dan kayu afrika

Stratum 3 = tegakan agathis dan puspa Stratum 8 = tegakan pinus dan puspa

Stratum 4 = tegakan kayu afrika Stratum 9 = tegakan puspa

Stratum 5 = tegakan pinus Stratum 10 = tegakan puspa dan mahoni

Tabel 8 menunjukkan dugaan potensi volume berbagai jenis tegakan yang ada di HPGW. Potensi volume tegakan agathis memiliki rata-rata sebesar 712,70 m3/ha dengan total potensi volume untuk seluruh tegakan (luas efektif yaitu 357,574 ha) diduga sebesar 19.546,37 m3. Potensi volume tegakan campuran (agathis, pinus, dan puspa) memiliki rata-rata sebesar 256,33 m3/ha dengan total potensi volume sebesar 2.041,40 m3. Potensi volume tegakan campuran (agathis dan puspa) memiliki rata-rata sebesar 527,44 m3/ha dengan total potensi volume sebesar 28.505,23 m3. Potensi volume tegakan kayu afrika memiliki rata-rata sebesar 57,77 m3/ha dengan total potensi volume sebesar 428,57 m3. Potensi volume tegakan pinus memiliki rata-rata sebesar 418,34 m3/ha dengan total potensi volume sebesar 43.508,52 m3. Potensi volume tegakan campuran (pinus dan agathis) memiliki rata-rata sebesar 717,75 m3/ha dengan total potensi volume sebesar 3.057,60 m3. Potensi volume tegakan campuran (pinus dan kayu afrika) memiliki rata-rata sebesar 293,87 m3/ha dengan total potensi volume sebesar 8.725,51 m3. Potensi volume tegakan campuran (pinus dan puspa) memiliki rata- rata sebesar 397,05 m3/ha dengan total potensi volume sebesar 9.481,51 m3. Potensi volume tegakan puspa memiliki rata-rata sebesar 284,19 m3/ha dengan total potensi volume sebesar 25.425,20 m3. Potensi volume tegakan campuran (puspa dan mahoni) memiliki rata-rata sebesar 180,04 m3/ha dengan total potensi volume sebesar 1.696,34 m3.

Tegakan pinus memiliki dugaan total terbesar dibandingkan dengan tegakan lain. Hal ini dikarenakan pohon pinus merupakan pohon dengan dimensi pohon (diameter dan tinggi) besar sehingga menghasilkan nilai volume yang besar pula. Selain itu tegakan pinus memiliki luasan terlebar dibandingkan dengan tegakan lain di HPGW yaitu sekitar 104,003 ha. Sedangkan tegakan kayu afrika memiliki potensi volume terendah baik rata-rata per hektar maupun dugaan total tegakan yaitu 57,77 m3 dan 428,57 m3. Tegakan campuran antara agathis, pinus dan puspa memiliki potensi volume yang cenderung bervariasi dibandingkan dengan jenis tegakan lain. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien variasi yang besar yaitu 55,39%. Variasi tersebut terjadi akibat adanya keragaman jenis tegakan karena merupakan tegakan campuran serta variasi dimensi pohon (diameter dan tinggi). Tegakan campuran antara pinus dan agathis memiliki selang nilai volume terlebar

yaitu memiliki nilai dugaan antara -1.728,34 sampai 3.163,84 m3/ha dan selang nilai volume paling sempit pada tegakan puspa yaitu memiliki nilai dugaan antara 250,08 sampai 318,31 m3/ha. Selang nilai volume yang negatif dapat terjadi akibat keragaman yang tinggi. Tingginya nilai keragaman menunjukkan beragamnya jenis vegetasi dan dimensi pohon yang ada dalam tegakan baik diameter ataupun tinggi. Semakin tinggi variasi, potensi volume cenderung beragam/heterogen. Selain keragaman, jumlah plot contoh yang terdapat pada stratum juga dapat mempengaruhi kisaran nilai dugaan volume. Apabila plot contoh yang terdapat pada suatu stratum jumlahnya sedikit selang dugaan nilai potensi volume akan bernilai negatif. Hal ini dikarenakan jumlah plot contoh pada stratum tersebut tidak cukup mewakili untuk menduga potensi volumenya. Hal tersebut juga menyebabkan tingginya kesalahan penarikan contoh.

Potensi rata-rata volume tegakan agathis yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 712,70 m3/ha berbeda jauh dengan penelitian Herdiansyah (2004) yang menduga potensi volume agathis di HPGW dengan mengunakan metode konvensional (systematic sampling) yaitu sebesar 575,39 m3/ha. Sedangkan untuk potensi rata-rata volume tegakan puspa, pada penelitian ini adalah 284,19 m3/ha. Hasil dugaan tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Noronhae (2007) yang menduga potensi volume puspa di HPGW dengan mengunakan metode systematic sampling with random start yaitu sebesar 294,22 m3/ha. Perbedaan hasil dapat terjadi karena adanya perbedaan metode yang digunakan dalam menduga potensi volume pohon.

Pada Tabel 9 disajikan nilai-nilai dugaan potensi volume seluruh tegakan di HPGW dengan stratifikasi yang diketahui dari hasil pendugaan dengan metode stratified sampling.

Tabel 9 Nilai-nilai dugaan potensi volume seluruh tegakan di HPGW Statistik Potensi volume

strata volume

Potensi volume strata vegetasi

Rata-rata (m3/ha) 399,45 398,29

Ragam rata-rata (m3/ha) 136,28 140,04

Kesalahan baku rata-rata (m3/ha) 11,67 11,83 Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata (m3/ha) 376,57–422,33 375,09–421,48

Total tegakan (m3) 142.832,56 142.416,26

Dokumen terkait