• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Nilai Ekonomi Total Hutan Gayo Lues

III. METODE PENELITIAN

3.4. Pendugaan Nilai Ekonomi Total Hutan Gayo Lues

Metode penghitungan nilai ekonomi hutan tergantung pada komponen nilai ekonomi yang akan dinilai. Untuk nilai ekonomi kayu, getah pinus, dan kayu bakar batu-bata digunakan metode langsung (berdasarkan harga pasar yang berlaku diwilayah penelitian). Untuk nilai ekonomi air pembangkit listrik digunakan metode kontingensi (solar sebagai barang pengganti). Sementara untuk nilai pilihan, nilai pelestarian dan nilai keberaradaan didekati berdasarkan kesediaan membayar (willingness to pay). Sedangkan untuk nilai ekonomi ekowisata digunakan travel cost method, dan nilai ekonomi peladang, nilai ekonomi air rumah tangga dan air pertanian, nilai ekonomi pakan ternak, dan nilai kayu bakar rumah tangga; digunakan metode kontingensi berdasarkan curahan waktu dan biaya pengadaan yang digunakan. Khusus untuk komponen-komponen nilai ekonomi yang tidak mempunyai harga pasar dilakukan pendekatan berdasarkan kesedian membayar dari para responden. Sebagai responden dalam

31

penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di desa-desa sekitar kawasan hutan Gayo Lues. Desa-desa sampel ditentukan secara purposive, sebagaimana tercantum pada Tabel 2, sedangkan pengambilan sampel responden dilakukan secara acak. Jumlah sampel (responden) adalah sebanyak 20 orang setiap desa. Selanjutnya sebagai populasi untuk masing-masing nilai ekonomi yang dihitung sebagai berikut ;

a. Penentuan nilai kayu bakar, nilai hijauan pakan ternak, nilai air rumah tangga, nilai air untuk pertanian (sawah) adalah masyarakat desa yang wilayah desanya berbatasan dengan kawasan hutan.

b. Untuk penentuan nilai perladangan, populasi yang digunakan adalah para peladang yang berladang di dalam kawasan hutan.

c. Dalam penentuan nilai wisata (rekreasi), populasi yang digunakan adalah jumlah pengunjung yang masuk ke tempat rekreasi selama tahun 2009.

d. Untuk nilai serapan karbon, dilakukan berdasarkan survey vegetasi dan potensi, dan analisis laboratorium (khusus untuk tumbuhan bawah dan serasah), sedangkan harga karbon yang digunakan dalam penghitungan nilai ekonomi karbon adalah berdasarkan harga/skema perdagangan karbon yang berlaku.

e. Untuk nilai kayu adalah para pengusaha dan Dinas Kehutanan Gayo Lues, Untuk mendapatkan potensi kayu, dan getah pinus, diperoleh dari data sekunder yang ada pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gayo Lues. Sedangkan untuk menduga nilai dari kayu bakar, pakan ternak diambil masing- masing 20 responden setiap desa.

Samnpel yang digunakan untuk menduga nilai air domestik (rumah tangga), sebanyak 20 responden/desa. Mengingat tingkat pendapatan rumah tangga masyarakat bervariasi, sehingga akan mempengaruhi dan menentukan tingkat konsumsi air, maka penentuan sampel dilakukan secara acak pada berbagai modus pengguna air. Penentuan nilai ekonomi air untuk pertanian (sawah), sampel yang digunakan 20 responden setiap desa. Selanjutnya untuk penentuan nilai kegiatan perladangan digunakan 20 responden (KK) setiap desa.

Pendugaan nilai ekonomi wisata (rekreasi) dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang terdapat pada pengelola rekreasi, dan

32

melakukan wawancara dengan para guide. Setiap pengunjung dibedakan kedalam kelompok-kelompok berdasarkan zona-zona daerah asalnya. Selanjutnya supaya memiliki azas keterwakilan, dari masing-masing zona, maka dalam pengambilan contoh dilakukan secara terencana. Oleh karena itu untuk kemudahan dalam penentuan zona atau daerah asal setiap pengunjung, maka seluruh pengunjung pada saat pengambilan sampel dilakuan secara sensus. Untuk setiap daerah asalnya ditentukan sebanyak 5 – 15 orang responden.

Penentuan nilai ekonomi hutan Gayo Lues yang meliputi total kesediaan membayar, biaya pengeluaran dan surplus konsumen didasarkan pada kesediaan untuk membayar dari konsumen untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang diperoleh dari sumberdaya hutan. Penentuan nilai ekonomi perladangan, nilai air untuk kebutuhan rumah tangga, nilai air untuk pertanian, nilai pakan ternak, dan nilai kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga, dilakukan dengan menggunakan kurva permintaan Marshal yang tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan model (kurva) permintaan, yaitu meregresikan permintaan (Y) dengan harga (biaya pengadaan) dan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya dengan model sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 +…...+ βnXn Dimana :

Y = permintaan atau konsumsi (satuan/kapita) X1 = harga atau biaya pengadaan (Rp/satuan) β0,1,2…..n = intersep

β1,1,2,3....n = koefisien regresi

X2,3….n = Peubah bebas/faktor sosial ekonomi

Penentuan model terbaik dilakukan dengan menggunakan metode “Stepwise regression” dengan perangkat lunak Minitab.

b. Menentukan intersep baru β0’ Fungsi permintaan dengan peubah bebas X1 dalam keadaan faktor lain (X2, X3, ….., Xn) tetap. Maka cara penghitungannya adalah sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 +…...+ βnXn Y = (β0 + β2X2 +…...+ βnXn) + β1X1

Y = β0’ + β1X1

c. Menginversi persamaan fungsi asal sehingga X1 menjadi peubah tak bebas dengan Y sebagai peubah bebas.

33

Y = β0’ + β1X1

X

1

=

d. Menduga rata-rata kesediaan membayar (utility) dengan menggunakan persamaan berikut :

Dimana :

U = Rata-rata kesediaan membayar nilai ekonomis

f (Y) = Fungsi permintaan

a = Rata-rata jumlah produk yang dikonsumsi (Y)

e. Menentukan nilai X1 (harga barang/biaya pengadaan) pada saat Y dengan cara memsubstitusikan nilai Y pada persamaan :

X

1

=

f. Menentukan rata-rata nilai yang dikorbankan oleh konsumen dengan cara mengalikan X1 (hasil langkah e) dengan Y.

g. Penghitungan nilai total kesediaan membayar, surplus konsumen, dan harga yang dibayarkan dengan cara menggandakan nilai pada point (d) dengan pengganda untuk populasi.

Selanjutnya nilai ekonomi hutan Gayo Lues yang dihitung dalam penelitian ini merupakan fungsi dari nilai penggunaan langsung (NPL) yaitu berupa nilai ekonomi biomassa (NB) meliputi; nilai kayu, nilai kayu bakar, nilai pakan ternak, nilai penggunaan tidak langsung (NPTL) meliputi; nilai rekreasi (NR), nilai hidrologi NH (air domestik/rumah tangga, air pertanian/sawah, dan air untuk pembangkit listrik), nilai produksi (NP) meliputi; nilai peladang, dan nilai karbon (NSK), dan nilai pilihan (NPL), serta nilai keberadaan (NK) sumberdaya hutan. Nilai ekonomi hutan Gayo Lues secara keseluruhan diformulasikan sebagai berikut:

NT = NPL + NPTL + NPL + NNP

NT = NB + (NH + NP + NSK) + NPL + NKbr Dimana :

NT = Nilai totak sumberdaya hutan NPL = Nilai penggunaan lamgsung NPTL = Nilai penggunaan tidak langsung NPL = Nilai pilihan

NNP = Nilai non penggunaan NB = Nilai biomasa

34

NH = Nilai hidrologi NP = Nilai produksi NSK = Nilai serapan karbon NKbr

a. Nilai ekonomi kayu

= Nilai Keberadaan

3.4.1. Nilai Biomasa

Penentuan nilai ekonomi kayu didekati berdasarkan harga pasar di lokasi penelitian, dan dikalikan dengan potensi kayu yang ada di hutan Gayo lues:

NEK = PK x HK Dimana:

NEK = Nilai ekonomi kayu PK = Potensi kayu

HK = Harga kayu di pasaran.

b. Nilai ekonomi kayu bakar

1) Nilai ekonomi kayu bakar rumah tangga

Mengingat tidak terdapat harga pasar, maka untuk mengetahui nilai ekonomi kayu bakar dilakukan pendekatan dengan menggunakan metode kontingensi, yaitu berdasarkan pada curahan waktu yang digunakan untuk mengumpulkan kayu bakar dengan formula sebagai berikut:

U Dimana:

HKB = Harga kayu bakar

Cwi = Curahan waktu (jam) pencari ke i

PKBi = Jumlah kayu bakar yang dihasilkan pencari ke i U = Upah buruh harian (Rp/jam)

Dalam penggunaan metode kontingensi, kepada masyarakat (responden) akan ditanyakan jumlah maksimum uang yang bersedia dibayarkan untuk mendapatkan jumlah volume tertentu kayu bakar. Untuk mendapatkan harga maksimum dilakukan dengan cara tawar menawar. Total nilai ekonomi kayu bakar didasarkan pada konsumsi kayu bakar per kapita, sehingga pengganda yang digunakan adalah jumlah penduduk di lokasi penelitian yang kayu bakarnya bersumber dari kawasan hutan. Dalam hal ini digunakan rumus sebagai berikut :

35

Dimana :

NKB = Nilai kayu bakar (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen)

RNKB = Rata-rata nilai kayu bakar (Rp/kapita/tahun)

P = Jumlah penduduk yang kayu bakarnya bersumber dari kawasan hutan.

Untuk menemukan presentasi jumlah penduduk desa yang menggunakan kayu bakar yang bersumber dari kawasan hutan dilakukan sampling penduduk desa contoh secara acak dengan intensitas sampling 1 %.

2) Nilai ekonomi kayu bakar batu bata

Penentuan nilai ekonomi kayu bakar untuk kebutuhan industri batu bata didekati berdasarkan harga pasar di lokasi penelitian dan dikalikan dengan potensi kebutuhan kayu bakar yang digunakan untuk industri batu bata.

3.4.2. Nilai pakan ternak

Penentuan harga hijauan pakan ternak diduga melalui pendekatan biaya pengganti berdasarkan curahan waktu yang dipergunakan untuk mengumpulkan hijauan pakan ternak tersebut. Penentuan harga berdasarkan curahan waktu menggunakan formula sebagai berikut:

U Dimana:

HPTi = Harga hijauan pakan ternak = biaya pengadaan oleh rumah tangga ke i (Rp/satuan)

CWi = Curahan waktu (jam) pencari ke i VPTi

Total nilai ekonomi hijauan pakan ternak didasarkan pada konsumsi pakan (kg atau m

= Volume hijauan pakan ternak yang dihasilkan pencari ke i U = Upah buruh harian (Rp/jam)

Dalam penggunaan metode kontingensi, kepada masyarakat (responden) akan ditanyakan jumlah maksimum uang (Rp) yang bersedia dibayarkan untuk mendapatkan jumlah satuan tertentu (volume dan berat) pakan yang diberikan kepada ternaknya (dikonsumsi). Harga maksimum dicapai melalui tawar menawar.

3

) per ekor ternak per tahun, sehingga pengganda yang digunakan adalah jumlah ternak setara kambing/domba dewasa di lokasi penelitian yang pakannya bersumber dari kawasan hutan, dengan rumus sebagai berikut :

36

NPT = RNPT x P Dimana :

NPT = Nilai pakan ternak (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen)

RNPT = Rata-rata nilai pakan ternak (Rp/ekor/tahun)

P = Jumlah ternak (setara kambing/domba dewasa) yang pakannya bersumber dari kawasan hutan.

Untuk menemukan presentasi jumlah penduduk desa yang memanfaatkan pakan ternak yang bersumber dari kawasan hutan dilakukan sampling penduduk desa contoh secara acak dengan intensitas sampling 1 %.

3.4.3. Nilai Rekreasi

Penentuan nilai wisata (rekreasi) diduga dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) yang meliputi biaya transportasi pulang pergi dari tempat tinggalnya ke tempat rekreasi, dan seluruh pengeluaran untuk tujuan wisata selama dalam perjalanan dan di dalam tempat rekreasi. Untuk mengetahui kurva permintaan, dibuat model permintaan yang merupakan hubungan antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk daerah asal (zona) pengunjung dengan biaya perjalanan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan fungsi permintaan sama dengan uraian sebelumnya.

a. Menentukan model (kurva) permintaan, yaitu meregresikan permintaan (Y) dalam hal ini kunjungan per 1000 penduduk dari masing-masing zona dengan biaya perjalanan (X1) dan variabel soial lainnya.

Y = β0 + β1X1 + β2X2 +…...+ βnXn Dimana :

Y = jumlah kunjungan per 1000 penduduk X1 = biaya perjalanan rata-rata

β0,1,2…..n = intersep

β1,1,2,3....n = koefisien regresi

X2,3….n = Peubah bebas/faktor sosial ekonomi

Jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun dihitung dengan formula sebagai berikut:

37

Dimana :

JK1000i = jumlah kunjungan per seribu penduduk per tahun dari zona i JSi = jumlah sampel pengunjung yang tersensus dari zona i JSr = jumlah total sampel yang disensus

JPTNGL = jumlah kunjungan ke TNGL JPi = jumlah penduduk zona i

b. Menentukan intersep baru β0’ fungsi permintaan dengan peubah bebas lain (X2, X3, ….., Xn) tetap. Maka cara penghitungannya adalah sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 +…...+ βnXn Y = (β0 + β2X2 +…...+ βnXn) + β1X1

Y = β0’ + β1X1

c. Menginversi persamaan fungsi asal sehingga X1

Y = β

menjadi peubah tak bebas dengan Y sebagai peubah bebas.

0’ + β1X1

X

1

=

d. Menduga rata-rata total biaya perjalanan per 1000 penduduk dari seluruh zona dengan menggunakan persamaan berikut :

Dimana :

U = rata-rata kesediaan membayar nilai ekonomis

f (Y) = fungsi permintaan

a = rata-rata jumlah produk yang dikonsumsi (Y)

e. Menentukan nilai X1 (biaya perjalanan) pada saat Y rata-rata dengan cara memsubstitusikan nilai Y rata-rata pada persamaan :

X

1

=

f. Menentukan rata-rata nilai yang dikeluarkan untuk biaya perjalanan dengan cara mengalikan X1

h. Penentuan total nilai ekonomi wisata (rekreasi), penentuan total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen wisatawan yang berkunjung ke tempat rekreasi dengan mengkonversi nilai tersebut dengan

rata-rata (hasil langkah e) dengan Y rata-rata. g. Menentukan surplus konsumen per 1000 penduduk, yaitu

38

total jumlah penduduk diseluruh zona pengunjung, ditentukan berdasarkan formula sebagai berikut:

Dimana:

TNW = Total Nilai Ekonomi Wisata

3.4.4. Nilai Hidrologi

a. Nilai air rumah tangga (NArt

Konsumsi air rumah tangga (domestik) meliputi air untuk kebutuhan minum dan memasak, air untuk mandi dan mencuci, serta air untuk kakus. Harga air rumah tangga didasarkan pada pendekatan biaya pengadaan, yaitu korbanan yang harus dikeluarkan, untuk dapat mengkonsumsi/menggunakan air tersebut. Untuk menentukan harga air berdasarkan pendekatan biaya pengadaan digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana: HA

)

rt = Harga/biaya pengadaan air responden ke I (Rp/satuan) BPArt = Biaya pengadaan air rumah tangga ke I

Krt = Jumlah kebutuhan air rumah tangga ke I

Total nilai ekonomi air rumah tangga didasarkan pada konsumsi air domestik per kapita, sehingga pengganda yang digunakan adalah jumlah penduduk di lokasi penelitian yang air rumah tangganya bersumber dari kawasan hutan. Untuk menentukan total nilai penggunaan air rumah tangga digunakan rumus sebagai berikut:

NArt = RNArt x P Dimana:

NArt = Nilai air rumah tangga (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan, dan surplus konsumen)

RNArt

b.Nilai air pertanian

= Rata-rata nilai air rumah tangga (Rp/kapita/tahun) P = Jumlah penduduk di sekitar kawasan hutan

Areal pertanian yang dihitung nilai airnya adalah sawah-sawah yang sumber airnya berasal dari dan merupakan fungsi dari keberadaan sumberdaya

39

hutan (bukan sawah tadah hujan). Penentuan harga air dilakukan dengan pendekatan biaya pengadaan. Penentuan harga berdasarkan pendekatan biaya pengadaan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

HAPi = Harga/biaya pengadaan air sawah responden ke i (Rp/ha/tahun) Bpi = Biaya untuk mengalirkan air sawah responden ke i (Rp/tahun) Li = Luas sawah yang diairi responden ke i (ha)

Total nilai ekonomi air pertanian didasarkan pada luas panen (ha/tahun) sehingga pengganda yang digunakan adalah luas panen sawah per tahun yang airnya bersumber dari kawasan hutan. Untuk menentukan total nilai penggunaan air pertanian digunakan rumus sebagai berikut:

NAp = RNAp x LS Dimana:

NAp = Nilai air pertanian (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen)

RNAp

= Rata-rata nilai air pertanian (Rp/ha/tahun)

LS = Luas sawah di sekitar kawasan hutan yang sumber airnya dari kawasan hutan.

c. Nilai air pembangkit listrik

Penentuan nilai ekonomi air untuk pembangkit tenaga listrik didasarkan pada analisis biaya dan manfaat dengan metode biaya pengganti yaitu biaya yang harus dikorbankan untuk pengadaan solar sebagai pengganti jasa air yang digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik, dalam hal ini untuk mendapatkan nilai air tersebut digunakan rumus sebagai berikut:

NEAL = BL x JKK Dimana:

NEAL = Nilai ekonomi air listrik

BL = Biaya untuk memperoleh listrik (Rp/KK) JKK = Jumlah KK

3.4.5. Nilai Perladangan

Untuk penentuan nilai ekonomi dari kegiatan perladangan, didekati berdasarkan biaya pengadaan/pengolahan lahan, dengan formula sebagai berikut:

40

Dimana:

HLi = Harga lahan bagi resonden ke i (Rp/ha)

BPi = Biaya pengadaan/pengolahan lahan oleh responden ke i (Rp/tahun) Li = Luas lahan garapan responden ke i (ha/tahun)

Selanjutnya sebagai angka pengganda yang digunakan dalam penentuan nilai ekonomi perladangan adalah luas lahan perladangan yang terdapat dalam kawasan hutan Gayo Lues.

3.4.6. Nilai Ekonomi Getah Pinus

Nilai ekonomi getah pinus didekati berdasarkan pendekatan langsung, yaitu melalui harga pasar yang berlaku di wilayah penelitian. Dalam penelitian ini data potensi pohon pinus/ha, dan potensi getah pinus diperoleh berdasarkan data yang terdapat pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gayo Lues. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

NGP = Vgp x Hgp

Dimana:

NGP = Nilai Getah Pinus (Rp/kg)

Vgp = Volume getah pinus yang diproduksi (kg) Hgp = harga getah pinus diwilayah penelitian (Rp/kg)

3.4.7. Nilai Ekonomi Karbon

Untuk mengetahui nilai ekonomi karbon dari hutan Gayo Lues terlebih dahulu harus diketahui biomasa dan potensi karbon yang terdapat pada sumberdya hutan tersebut. Biomassa di atas permukaan tanah dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode tidak langsung (non destruktif) dan metode langsung (destruktif). Metode tidak langsung digunakan untuk menduga biomassa vegetasi pohon yang berdiameter ≥ 2 cm, sedangkan untuk menduga biomassa serasah dan tumbuhan bawah menggunakan metode destruktif. Pengukuran biomassa tingkat pohon, tumbuhan bawah dan serasah dilakukan berdasarkan tipe tutupan lahan (hutan primer, hutan sekunder, hutan pinus, hutan rakyat dan semak belukar). Jumlah sampel plot untuk masing-masing jenis tutupan lahan adalah 20 plot contoh.

41

Proses pengukuran biomasa dilakukan berdasarkan pool sebagai berikut:

a. Biomassa Pohon

Pohon yang diukur disini adalah pohon yang berdiameter > 30 cm pada ketinggian 1,3 meter dengan metode non destruktif. Peubah yang diukur adalah jenis pohon, jumlah jenis, diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi pohon. Plot contoh berukuran 20 m x 20 m (400 m2

b. Biomassa Pancang, dan Tiang

).

Pancang dan tiang yang diukur adalah tanaman yang berdiameter 2 – 30 cm. Peubah yang diukur adalah jenis pohon, jumlah jenis, diameter, dan tinggi pohon. Plot contoh berukuran 10 m x 10 m (100 m2

c. Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah

).

Pendugaan biomasa tumbuhan bawah, dan serasah dilakukan dengan penggunaan metode secara langsung (destruktif), yaitu dengan cara mengambil secara langsung tumbuhan bawah, dan serasah pada petak ukur berukuran 1 m x 1 m yang ditempatkan dalam PCP di setiap lokasi penelitian. Petak ukur tersebut ditempatkan di dalam PCP sebanyak 4 tempat secara sistematik. Semua vegetasi tumbuhan bawah, dan serasah yang ada dalam petak ukur 1 m x 1 m tersebut diambil dan ditimbang untuk mendapatkan berat basah. Dari bobot basah total tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, untuk dikering ovenkan pada suhu 800

d. Biomassa Kayu Mati/Necromas

C selama 48 jam, untuk memperoleh berat kering, dan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan biomassanya.

Kayu mati yang diukur dibedakan ke dalam dua jenis yaitu kayu mati yang masih berdiri dan kayu mati yang sudah rebah. Diameter kayu mati yang diambil > 10 cm. Plot pengukuran kayu mati sebesar 25 x 10 m atau sama dengan ukuran pohon.

Pengolahan dan analisis data vegetasi hasil pengukuran lapang dilakukan estimasi biomassa pohon (kg/pohon) dengan menggunakan persamaan allometrik seperti tertera pada Tabel 4.

42

Tabel 4. Persamaan Allometrik Estimasi Biomassa Pohon Jenis pohon Estimasi Biomasa pohon,

kg/pohon Sumber

Pohon bercabang BK = 0,11ρ D2,62 Ketterings, 2001* Sengon BK = 0,0272 D2,831 Sugiharto, 2002*

Pinus BK = 0,0417 D2,6576 Waterloo, 1995* *=Dalam Hairiah K, dan Rahayu S, (2007)

Dimana : B = biomassa pohon (Kg/pohon)

D = Diameter pohon setinggi dada (1,3 m) ρ = BJ Kayu (gr/cm3

)

Penentuan besarnya kandungan karbon vegetasi di atas permukaan tanah diduga dengan menggunakan rumus Brown (1997), dimana 50 % dari kandungan biomassa vegetasi hutan tersusun atas karbon. Berikut rumus persamaan untuk menentukan besarnya kandungan karbon vegetasi di atas permukaan tanah :

Karbon kayu = 50 % x B

Dimana : B = biomassa vegetasi hutan (Kg/ha)

Penentuan nilai karbon dalam penelitian ini difokuskan berdasarkan tutupan lahan (hutan primer, hutan sekunder, hutan pinus, hutan rakyat dan semak belukar), dan berdasarkan arahan fungsi hutan (Taman Nasional Gunung Leuser, hutan lindung, hutan produksi, dan areal penggunaan lain). Untuk memperoleh potensi karbon pada setiap tutupan lahan, dimana potensi karbon/ha pada setiap tutupan lahan dikalikan dengan luas lahan setiap tutupan lahan tersebut. Kemudian nilai ekonomi karbon untuk masing-masing tutupan lahan didapatkan dengan cara mengkonversi potensi karbon tersebut menjadi CO2 equivalen. Selanjutnya potensi CO2 equivalen digandakan dengan harga karbon (Rp/ton).

3.4.8. Nilai Pelestarian

Nilai ekonomi pelestarian dari ekositem hutan Gayo Lues, berupa flora, fauna, plasma nutfah, dan komponen-komponen lainnya, ditentukan berdasarkan pendekatan kesediaan membayar (willingness to pay) dari masyarakat untuk membiayai upaya pelestarian sumberdaya hutan Gayo Lues, dengan formula sebagai berikut :

43

Dimana:

NPel = Nilai pelestarian sumberdaya hutan

JP = Jumlah penduduk dalam wilayah penelitian

3.4.9. Nilai Pilihan

Nilai pilihan adalah kesediaan seseorang membayar untuk menjaga atau melindungi nilai/manfaat potensial dari sumberdaya hutan untuk kepentingan pemanfaatan masa depan. Penentuan nilai potensial dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Dimana:

NPil = Nilai pilihan sumberdaya hutan

JP = Jumlah penduduk dalam wilayah penelitian.

3.4.10. Nilai Keberadaan

Nilai keberadaan merupakan kesediaan membayar untuk menjaga keberadaan sumberdaya hutan atas manfaat spiritual, estetika dan kultural.. Penentuan nilai keberadaan dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Dimana: NKeb

Dokumen terkait