• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGUHAN PERSPEKTIF PEwAHYUAN KHUSUS

Dalam dokumen Filsafat Agama (Halaman 95-99)

Sebenarnya Charles Darwin bukanlah orang pertama yang mengemukakan hipotesa evolusionisme, karena banyak ilmuwan dan filsuf percaya hal itu sebelum Darwin. Asumsi dalam hipotesa evolu-sionisme muncul pertama pada filsafat Yunani kuno. Anaximander, yang mengajarkan bahwa manusia merupakan evolusi dari ikan, se-dang Empedocles menyatakan bahwa binatang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada masa itu pandangan mereka tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Beberapa argumentasi ilmiah dapat dikemukakan untuk me-nyatakan kelemahan hipotesa evolusionisme.6

Manusia 8 Teori Spontaneous generation, suatu teori yang bila ditinjau dari aspek teologis dan sains, merupakan sesuatu yang tidak jelas dan tidak benar. Gregory memberikan kritik yang cukup keras dengan mengatakan bahwa bila kotoran merupakan asal usul semua ke-hidupan, maka tidak perlu percaya Allah sebagai Pencipta. Para penganut spontaneous generation menyimpulkan pendapat ilmu-wan Haeckel yang mengklaim bahwa spontaneous generation ha-rus dipercaya benar. Sebab bila hal tersebut tidak benar, dia haha-rus mempercayai adanya Pencipta.

Hal lain adalah masalah menempatkan fosil untuk mendukung kebenaran hipotesa evolusionisme. Dapat dikatakan bahwa fo-sil sesungguhnya tidak termasuk bagian pembuktian kebenaran hipotesa evolusionisme. Sebab pada masa awal pengamatan ilmiah, fosil tidak termasuk ide evolusionisme. Orang pertama yang melihat fosil secara ilmiah adalah Ristoro d’Arezzo, seorang yang sangat mempercayai Alkitab. Bahkan tahun 1282 dia meng-ingatkan bahwa semua fakta mendukung apa yang dikatakan Al-kitab tentang banjir besar. Menurut Woodward fosil secara keselu-ruhan merupakan sisa binatang yang mati saat air bah. Sebenarnya semua paleontolog awal melawan hipotesa evolusionisme. Henry M.Morris mengemukakan bahwa dari teori dan perumu-san sedimentologi dan hidraulika, perumu-sangat sulit menentukan umur lapisan tanah, karena faktor yang melingkupinya sangat kompleks. Hal ini sejalan dengan pendapat John Woodward7 yang berdasar-kan penelitiannya menyimpulberdasar-kan, bahwa tiap lapisan batuan terjadi dalam waktu yang berbeda. Penelitian ini mendukung ke-benaran penyataan Alkitab.

Darwin sendiri sempat meragukan hipotesanya selama 20 tahun, sebelum akhirnya dia menerbitkan bukunya yang berjudul The Origin of Spicies by Means of Natural Selection. Beberapa ilmu-wan terkemuka saat itu mengekspresikan ketidaksetujuan dengan buku tersebut. Bahkan sesungguhnya pada awal tahun 1860an, dunia ilmu hampir seluruhnya menentang hipotesa Darwin. Lalu

8 Filsafat Agama apakah yang kemudian memutar zaman dan menyebabkan

hipo-tesa evolusionisme Darwin akhirnya diterima secara universal? Thomas Henry Huxley mempunyai peran sangat penting dalam hal ini, sebab dialah yang mempublikasikan dan mempropagan-dakan hipotesa evolusionisme Darwin dalam perdebatan Pencip-taan dan Evolusionisme di British Association for Advancement of Science. Sepuluh tahun kemudian terjadi perubahan dunia ilmu yang berpihak pada evolusionisme.

Dalam kenyataannya, perjalanan evolusionisme yang diterima sebagai ‘ilmu pengetahuan’ tak pernah lepas dari kritik. Bahkan tidak ada teori dalam ilmu pengetahuan yang mendapat begitu banyak kritik seperti evolusionisme. Kritik terhadap evolusion-isme ada pada hampir semua bidang ilmu yang disentuhnya, dari paleontologi sampai biologi molekuler dan semua debat pencip-taan dan evolusionisme.

Evolusionisme telah memberikan begitu banyak persoalan ten-tang kebenaran dan konsistensi ilmu pengetahuan. Terutama bila dikaitkan dengan fakta dan moral kebebasan yang tidak mau terikat dengan Allah. Hadirnya hipotesa evolusionisme yang diterima sebagai ilmu pengetahuan telah mengakibatkan dua hal yang fatal bagi ke-hidupan manusia dan iman Kristen:

1. Lahirnya sains yang tidak berbasis pada fakta dan data secara benar, serta bersifat arogan. Hipotesa evolusionisme sebagai ilmu pengetahuan harus diterima sebagai kebenaran meskipun tidak dapat dibuktikan secara ilmiah dan tidak didukung fakta. Evolu-sionisme harus diterima sebagai benar, sebab bila tidak mereka harus percaya pada keberadaan Pencipta.

2. Kehancuran paradigma Kristiani dan etika/moralitas melalui ‘teori’ evolusionisme.

Demi mendapatkan pembenaran teori evolusionisme, berapa banyak rekayasa dan penelitian yang telah dilakukan, meski-pun tetap tidak membuahkan hasil yang dapat membuktikan-nya.

Manusia 8 Dengan memperhatikan argumentasi di atas, ilmuwan Kristen yang berpegang pada perspektif Alkitab, terpanggil untuk memberikan pertanggung jawaban-keimanan (apologia) dan menyatakan:

Iman Kristen menolak hipotesa evolusionisme dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan. Pertama-tama karena hipotesa ini melawan perspektif Alkitab. Ke dua, karena evolusionisme tidak mempunyai integritas keilmuan yang berpegang pada prinsip ke-benaran ilmiah.

'Teori’ evolusionisme mengandung banyak hipotesa dan asumsi yang belum terbukti. Pembuktian yang dipakai untuk mendukung teori evolusionisme, mengandung manipulasi data. Dalam prin-sip integritas terhadap kebenaran, Iman Kristen menolak hipotesa evolusionisme sebagai teori ilmiah. Evolusionisme sesungguhnya bukan teori ilmiah melainkan suatu kepercayaan yang melawan kepercayaan kepada Pencipta.

Asumsi dasar dalam hipotesa evolusionisme adalah tidak ada Pencipta, karena pengetahuan mengenai Pencipta dianggap tidak ilmiah, atau bersifat kepercayaan. Dengan menolak keberadaan Pencipta, mereka juga menolak perspektif Alkitab, mengenai ke-beradaan manusia. Untuk menjelaskan asal usul kehidupan dan manusia, mereka mempunyai asumsi dan melihat bahwa penye-bab kehidupan di bumi hanya sebagai sesuatu yang kebetulan. Sebenarnya menurut pola pikir rasional, asumsi penganut evolu-sionisme dapat dikategorikan lebih tidak ilmiah. Karena proba-bilitas terjadinya kehidupan yang sedemikian rumit di atas bumi secara kebetulan, adalah nol. Jadi, perspektif Alkitab mengenai asal usul kehidupan dan manusia berdasarkan penciptaan dan bersumber pada Sang Pencipta, sesungguhnya lebih dapat di teri-ma secara rasional.

Bila mempelajari hipotesa evolusionisme yang dicetuskan Darwin dalam The Origin of Species (1859), dia berupaya memberikan penjelasan menyeluruh mengenai asal usul manusia dan menolak semua keterangan mengenai karya pribadi Tuhan Sang Pencipta. 

88 Filsafat Agama Namun hipotesa evolusionisme Darwin sama sekali tidak mampu menjawab mengapa ada perbedaan yang sangat radikal dalam diri manusia dan binatang. Manusia memiliki keunikan yang tidak ada pada binatang, yakni daya rasional, kesadaran, moral, daya cipta, berbudaya dan memiliki aspek spritual.

Dalam dokumen Filsafat Agama (Halaman 95-99)

Dokumen terkait