• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Benalu Scurrula ferruginea (Jack) Danser

Scurrula ferruginea (Jack) Danser dikenal sebagai salah satu tanaman obat yang telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional untuk terapi herbal. Simplisia dari daun, batang dan bunga dari S. ferruginea (Jack) Danser digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan tekanan darah tinggi, hipertensi dan kerusakan gastrointestinal (Dévéhat, 2002).

Ekstrak daun dan bunganya berdasarkan nilai IC50 memiliki aktivitas antioksidan yang terbaik dibandingkan batang. Berdasarkan aktivitas radikal DPPH semua ekstrak mentah benalu dari S. ferruginea (Jack) Danser merepresentasikan aktivitas antioksidan (Marvibaigia, 2014).

Scurrula ferruginea (Jack) Danser, termasuk anggota suku Loranthaceae dan memiliki sinonim yaitu Loranthus ferrugineus Jack, L. crysanthus DC, Dendrophthoe ferrugineus G. Don., Dendrophthoe crysanthus G. Don., Etubila ferrugineus Rafin., Loranthus crysanthoides Korth., Dendrophthoe crysanthoides Miq., S. chrysanthoides Danser (Scurrula ferruginea (Jack) Danser, 2003). Scurrula ferruginea Danser memiliki nama daerah Jawa: Kemladean, pasilan, benalu, ambai-ambai (Lemmens et al, 1999 dan Anonim, 1995).

Deskripsi tanaman; berupa terna, parasit obligat dengan batang menggantung berkayu silindris berbintik-bintik coklat. Bunganya; majemuk, berbentuk payung,

terdiri dari 4-6 bunga di ketiak daun atau di ruas batang, tangkainya pendek, kelopak berbentuk kerucut terbalik, panjangnya kurang lebih 3 mm bergigi empat, benang sarinya memilki panjang 2-3 mm, kepala putik bentuk tombol, tabung mahkota panjang 1-2 cm, tajuk mahkota melengkung ke dalam dan berwarna merah. Daun tunggal, berhadapan, lonjong, ujung agak meruncing, pangkal membulat tepi rata, panjang 5-9 cm, lebar 2-4 cm, permukaan atas hijau, permukaan bawah coklat. Buahnya; berbentuk kerucut terbalik, panjang kurang lebih 8 mm dan berwarna coklat. Bijinya berbentuk bulat kecil dan berwarna hitam. Akar; menempel pada pohon inang, berfungsi sebagai penghisap, yang berwarna kuning kecoklatan. Simplisia S. ferruginea (Jack) Danser memiliki helaian daun berwarna hijau keabu-abuan sampai hijau kecoklatan dengan permukaan bawah dipenuhi seperti rambut-rambut daun yang berwarna kecoklatan, berkerut, berbentuk bulat telur sampai lonjong, ujung meruncing, tepinya rata danmenggulung, panjang 3-6 cm, dan lebar 1-3 cm. Tangkai daunnya pendek,dan berkerut ; ranting berwarna coklat kehitaman, dan berkerut. Bau simplisianya khas, dan rasanya pahit (Scurrula ferruginea (Jack) Danser, 2003).

Habitat alami dari tanaman ini terdapat di Malaysia, Sumatera, India, Australia, dan Selandia Baru (Ameer et al., 2010). Herba Scurrula mengandung senyawa asam lemak: asam oleat, asamlinoleat, asam linolenat, asam oktadeka-8-10-dinoat, asam (Z)-oktade-12-ena-8-10-dioat dan asam oktadeka-8-10-12-trinoat; kuersitrin, kuersetin, rutin, ikarisid B2, avikulin, (+)-katekin, epikatekin, (-)-epikatekin3-O-galat dan (-) epigalokatekin-3-O-galat (Devehat et a.l, 2002).

Tumbuhan Scurrula ferruginea (Jack) Danser diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (Vascular plants/Piante vascolari) Division : Magnoliophyta Superdivison : Spermatophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Rosidae Order : Santalales Family : Loranthaceae Genus : Scurrula L.

Species : Scurrula ferruginea (Jack) Danser

(China checklist of higher plants, 2015). B. Tabebuia aurea ( Pohon bunga terompet/lonceng )

Tabebuia aurea yang berasal dari Paraguay umumnya dikenal sebagai lonceng emas (golden bell) atau pohon trompet Karibia, dan merupakan genus terbesar darikeluarga bignoniaceae dengan 293 spesies (Agarwal dan Chauhan, 2015).

Tabebuia aurea merupakan salah satu pohon berbunga yang spektakuler diantara pohon-pohon berbunga lainnya dikarenakan bunga dari T. aurea mulai bermekaran ketika pohon mulai kehilangan daunnya atau berbunga tanpa daun. Daun T. aurea memiliki dua warna daun yang berbeda; hijau dan abu-abu keperakan (Silverygray). Bunganya berbentuk corong, berwarna kuning cerah dengan panjang

tiga setengah inci dan diameter inci. Dan memiliki buah berbentuk seperti kapsul, lonjong, warnya keabu-abuan coklat, sedikit berkayu dan panjangnya kurang lebih enam inci. Pohon T. aurea pada usia tua akan kekuatan untuk bertahan walapun diterpa angin topan dan dapat tumbuh dengan baik diberbagai tanah dan membutuhkan sedikit perawatan (Brown, 2000).

Ekstrak etanol daun T. aurea mengandung sterol, alkaloid dan flavonoid. Penggunakan metode diet lemak tinggi aterosklerosis dengan menginduksikan ekstrak etanol daun T. aurea pada tikus Wistar, menyatakan bahwa ekstrak etanol daun T. aurea berpotensi sebagai anti-aterosklerosis (Kambampati et al., 2015).

Tanaman Tabebuia aurea diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Divison : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Asteridae Order : Scrophulariales

Family : Bignoniaceae – Trumpet-creeper family Genus : Tabebuia Gomes ex DC, - trumpet-tree

Species : Tabebuia aurea (Silva Manso) Benth. & Hook. f. Ex S. Moore (Hogan, 2013).

C. Radikal Bebas

Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Senyawa ini terbentuk di dalam tubuh, dipicu oleh bermacam-macam faktor, misalnya ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui proses metabolisme. Pada proses metabolisme ini, sering kali terjadi kebocoran elektron. Dalam kondisi demikian, mudah sekali terbentuk radikal bebas, seperti anion superoksida, hidroksil dan lain-lain(Youngson, 2005).

Radikal bebas juga terbentuk terus-menerus di dalam tubuh secara tanpa disadari, tidak hanya melalui proses metabolisme sel normal, namun juga oleh peradangan, kekurangan gizi, dan akibat respon terhadap pengaruh diluar tubuh. Seperti halnya polusi udara, ultraviolet (UV), dan lain-lain (Winarsi, 2007). Radikal bebas yang terbentuk berlebihan akan menyebabkan antioksidan seluler tidak dapat menetralkannya sehingga berakibat kerusakan pada sel. Radikal bebas ini dapat dinetralisir oleh senyawa antioksidan seperti flavonoid, fenolat, dan alkaloid. Senyawa antioksidan ini akan menyerahkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas sehingga menjadi molekul yang normal kembali dan mampu menghentikan beberapa kerusakan sel (Erawati, cit Agarwal et al., 2006).

D. Antioksidan

Konsumsi antioksidan dalam jumlah memadai dilaporkan dapat menurunkan kejadian penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, osteoporosis, dan lain-lain. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan juga disebut-sebut dapat meningkatkan status imunologis dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Oleh sebab itu, kecukupan asupan antioksidan secara optimal diperlukan pada semua kelompok umur (Winarsi, 2007).

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi atau menghambat berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Akibatnya, kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2011).

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami dapat ditemukan pada tanaman seperti biji-bijian, buah dan sayur-sayuran yang diantaranya mengandung senyawa turunan fenol yaitu koumarin, hidroksdinamat, tokoferol, difenol, flavonoid, dihidroflavon, kathekin dan asam askorbat (Suranto, 2011). Sedangkan antioksidan sintetik berupa butil hodroksilanisol, butil hidrositoluen, propil gallat, dan etoksiquin (Rahmawati et al., cit Cahyadi, 2006).

Antioksidan yang alami lebih banyak diminati sebagai antioksidan tambahan bagi tubuh dibandingkan antioksidan sintetik, karena antioksidan sintetik seperti butil hidrositoluen (BHT) diketahui dapat meningkatkan terjadi efek karsinogenesis (Umemura, et al., 2001).

E. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2014).

Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan, yang didiamkan dan disaring atau bagian yang bening diendapkan (DepkesRI, 2014).

F. Etanol

Etanol dihasilkan secara biologis melalui fermentasi gula atau pati.Enzim yang ada dalam ragi atau kultur bakteri mengkatalisis reaksi dengan tanpa oksigen.

C6H12C6(aq) + H2O(aq) enzim 2CH3CH2OH (aq) + 2CO2 (g)

(etanol)

Etanol mempunyai penyerapan tidak terbilang sebagai pelarut untuk bahan kimia organik dan sebagai senyawa awal untuk pembuatan zat warna, obat-batan sintetis, kosmetik, dan bahan-bahan peledak. Etanol merupakan bagian dari minuman beralkohol dan satu-satunya jenis alkohol rantai lurus yang tidak beracun (lebih tepatnya, paling sedikit beracun); dan badan kita juga menghasilkan suatu enzim, yang disebut alkohol dehidrogenase, yang membantu metabolisme etanol dengan mengoksidasinya menjadi asetaldehida (Chang, 2005).

G. Senyawa Fenolik

Fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada berbagai tumbuhan dan memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH). Senyawa ini diberi nama berdasarkan senyawa induknya yaitu fenol. Senyawa fenolik diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu tidak larut seperti lignin dan yang larut seperti asam fenolik, phenylpropanoids, flavonoid, dan kuinon. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa senyawa fenolik memiliki berbagai efek biologis seperti memiliki aktivitas antioksidan (Indrawati dan Razimin, 2013).

H. Metode DPPH

DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidazil) adalah suatu radikal yang memiliki kemampuan untuk direduksi oleh suatu antioksidan dan dapat diukur dengan melihat penurunan nilai absorbansi pada panjang gelombang 517 nm sehingga DPPH dapat digunakan untuk mengukur kapasitas penangkapan senyawa radikal (Rosida et al., cit Duh, 1999). Parameter aktivitas antioksidan dilihat dari nilai IC50. IC50 merupakan konsentrasi yang menyebabkan penurunan 50% dari konsentrasi DPPH awal (Molyneux, 2004).

Metode radikal bebas DPPH merupakan metode pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat, peka, memerlukan sedikit sampel dan tidak membutuhkan banyak pelarut seperti halnya uji lain (xantin-xantin oksidase, metode tiosianat, antioksidan total). Hasil pengukuran menunjukkan kemampuan antioksidan sampel secara umum dalam menghambat radikal bebas (Juniarti et al., 2009).

I. Metode Spetrofotometri

Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut absorpsi spektrofotometri, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut kolorimetri karena memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga menggunakan panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan inframerah. Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminasi dalam larutan. Prinsip ini biasanya dijabarkan dalam rumus Hukum Lambert-Beer, yang menghubungkan antara absorbansi cahaya dengan konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorpsi (Lestari, 2010).

J. Landasan Teori

Scurrula ferruginea (Jack) Danser merupakan benalu yang dapat tumbuh pada berbagai tanaman inang. Inang yang berbeda dapat menyebabkan kandungan kimia pada benalu berbeda pula, khususnya kandungan senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan yaitu fenolik. Tingginya kandungan fenolik menentukan daya aktivitas antioksidan semakin tinggi. Oleh sebab itu untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan kandungan fenoliknya dari sebuah benalu perlu dilakukan metode-metode pengujian yang sesuia.

Metode yang dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa antioksidan dan aktivitasnya menggunakan metode DPPH sedangkan untuk mengetahui keberadaan

dan penetapan kandungan fenolik totalnya adalah menggunakan metode Folin-ciocalteu. Kedua metode tersebut akan digunakan lagi dengan bantuan alat spektrofometer UV-vis untuk mengetahui aktivitas antioksadan pada panjang gelombang 517 nm dan penetapan kadar total fenolik pada panjang gelombang 750 nm.

K. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu fraksi etil asetat dari ekstrak etanoldaun S. ferruginea (Jack) Danser pada tanaman T. aurea memiliki kandungan fenolik yang dinyatakan dengan masaa ekivalen asam galat per gram fraksi dan memiliki daya antioksidan yang dinyatakan dengan nilai IC50.

Dokumen terkait