• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisa dan pembahasan pada bab terdahulu serta memberikan saran dari hasil penelitian dari pengolahan data tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bab ini berisi tentang daftar pustaka yang diambil minimal dari 10 literatur yang berbeda.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Manajemen Proyek

Istilah proyek biasanya adalah suatu aktifitas yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan hasil akhir tertentu. Mengelola kegiatan dengan menggunakan konsep manajemen proyek merupakan langkah yang relative baru, yang dimulai secara intensif pada pertengahan abad ke-20 (Budi Santosa, 1999). Hal ini ditandai dengan diterapkannya suatu pendekatan, metode dan teknik tertentu pada pemikiran-pemikiran yang sebelumnya telah dikenal, dengan tujuan untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang tersedia di perusahaan didalam menghadapi tantangan yang timbul.

Henry Fayol (1841-1925), seorang industrialis Perancis adalah orang yang

pertama menjelaskan secara sistematis bermacam-macam aspek pengetahuan manajemen dengan menghubungkan fungsi-fungsinya. Fungsi-fungsi tersebut antara lain merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan (Budi

Santosa, 1999).

Fungsi manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Merencanakan

Merencanakan diartikan sebagai pemilihan dan penentuan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.

b. Mengorganisir

Mengorganisir dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumberdaya dalam suatu organisasi (perusahaan) agar dapat mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.

c. Memimpin

Kepemimpinan adalah aspek yang penting dalam mengelola suatu usaha, yaitu mengarahkan dan mempengaruhi sumberdaya manusia dalam organisasi (perusahaan) agar mau bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mengarahkan dan mempengaruhi ini mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi, koordinasi dan konsultasi.

d. Mengendalikan

Mengendalikan dapat diartikan sebagai pemantauan, pengkajian, dan pengkoreksian agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. (Budi Santosa, 1999).

H. Koontz (1982) mendefinisikan manajemen sebagai proses

merencanakan mengorganisir, memimpin dan megendalikan kegiatan anggota serata sumberdaya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan (Budi Santosa, 1999).

2.1.1. Pengertian Proyek

Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang didalamnya menggunakan masukan (Input) untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil (return) dimasa yang akan datang (Evaluasi Proyek dan Perencanaan

Usaha; 1). Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan

(objective) dan mempunyai titik tolak (starting point) dan titik akhir (ending

point), baik biaya maupun hasil yang diperoleh biasanya dapat diukur. Proyek

juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan alokasi sumberdaya terbatas dan dimaksudkan untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan. (wulfram I Ervianto, 2004 )

Menurut D.I. Cleland and W.R. King (1987) “Proyek adalah gabungan berbagai sumberdaya, yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara, untuk mencapai suatu sasaran tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit).

2.1.2. Macam Proyek

Dilihat dari komponen kegiatan utamanya, proyek dapat dikelompokan sebagai berikut: (wulfram I Ervianto, 2004 )

1. Proyek Engineering – Konstruksi

Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan konstruksi. Contohnya adalah pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industri.

2. Proyek Engineering – Manufaktur

Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru yaitu hasil usaha kegiatan proyek. Dengan kata lain proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru. Kegiatan utamanya meliputi desain engineering, pengembangan produk, pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. Contohnya adalah pembuatan ketel uap, generator listrik, mesin pabrik, kendaraan.

3. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Proyek penelitian dan pengembangan bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu.

4. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayanan manajemen ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, diantaranya:

a.Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak maupun perangkat keras.

b.Merancang program efisiensi dan penghematan.

c.Melakukan diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan.

2.1.3. Pengertian Manajemen Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumberdaya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.

Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan itu tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, maska potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi. (wulfram I Ervianto, 2003)

Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi. Tiga karakteristik tersebut adalah:

1. Bersifat unik

Keunikan dari proyek konstruksi adalah: tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek identik , yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pkerja yang berbeda-beda.

2. Dibutuhkan sumberdaya (resources)

Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumberdaya, yaitu pekerja dan “sesuatu” (uang, mesin, metode, material). Pengorganisasian semua sumber daya dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya mengorganisasikan pekerja lebih sulit dibandingkan dengan sumberdaya lainnya, apalagi pengetahuan yang dipelajari seorang manajer proyek bersifat teknis, seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan, computer science, construction management. Pengetahuan tentang teori kepemimpinan sacara tidak langsung dibutuhkan oleh manajer proyek dan harus dipelajari sendiri.

3. Organisasi

Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan, kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Langkah awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. (wulfram I Ervianto, 2003)

Gambar 2.1. Three dimention objective (wulfram I Ervianto. (2003)).

Proses penyelesaian proyek konstruksi harus berpegang pada tiga kendala (triple constraint), sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan sesuai dengan time schedule dan sesuai dengan biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara simultan. Ciri-ciri tersebut menyebabkan industri jasa konstruksi berbeda dengan industri lainnya misalnya manufaktur.

  Melibatkan  organisasi  Melibatkan  sumberdaya  Unik PROYEK  KONSTRUKSI 

Gambar 2.2. Triple Constraint (wulfram I Ervianto. (2003))

2.1.4. Dinamika dalam Siklus Proyek

Setiap proyek memiliki pola tertentu yang merupakan ciri pokok yang melekat dan membedakannya dari kegiatan operasional rutin, yaitu dalam hal kompleksitas, ukuran, dan sumber daya yang diperlukan. Semakin besar dan kompkleks suatu proyek ciri tersebut semakin terlihat. Ciri pokok ini dikenal sebagai dinamika kegiatan sepanjang siklus proyek. Dalam siklus proyek, kegiatan-kegiatan berlangsung mulai dari titik awal, kemudian jenis dan intensitasnya meningkat sampai puncak, turun dan berakhir.

Disamping naik turunnya intensitas kegiatan, terjadi pula perubahan dalam aspek lain seperti kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Misalnya pada tahap konseptual proyek diperlukan tenaga kerja yang ahli dibidang perencanaan dan engineering sedangkan pada tahap akhir proyek dibutuhkan lebih banya tenaga inspektor dilapangan.   Tepat mutu  Tepat waktu  Tepat biaya  PROYEK  KONSTRUKSI 

Bila dibuat grafik maka siklus proyek dapat digambarkan seperti grafik dibawah

ini

Gambar 2.3. Hubungan keperluan sumberdaya terhadap waktu dalam siklus (Iman Soeharto. (1999))

2.1.5. Jenis-jenis Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan yaitu:

1. Bangunan gedung : rumah, kantor, pabrik dan lain-lain.

Sumber daya 

Keperluan Sumber daya

KONSEPTUAL - Sasaran - lingkup kerja - kelayakan  PP/DEFINISI - Rencana - Anggaran - Jadwal - Peserta - Perangkat IMPLEMENTASI - mobilisasi - Engineering - pengadaan - Konstruksi - Penggendalian TERMINASI OPERASI - pra kondisi - Start up - Demobilisasi - Penutupan Siklus proyek  waktu

Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal. b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang ralatif sempit dan kondisi

pondasi umumnya sudah diketahui.

c. Dibutuhkan manajemen terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil : jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya.

Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia

b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek. c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih tetapi pada umumnya kedua kelompok tersebut direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda. (wulfram I Ervianto

,2003)

2.2. Network Planning

Network planning merupakan system informasi pada penyelenggaraan

proyek, tetapi tidak semua informasi bisa diberikan kepada network planning untuk diproses dan tidak semua informasi dapat dilaporkan oleh network planning (Tubagus H A Prinsip-Prinsip Network Planning, 1997). Informasi tersebut hanya menyangkut kegiatan yang ada dalam network diagram saja. Dalam pemakaian network planning biasa menggunakan model berupa diagram yang

disebut network diagram. Dengan demikian network planning adalah salah satu model yang dipakai dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram yang bersangkutan dan informasi yang dihasilkan mengenai sumberdaya yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya.

Ada 2 macam diagram yang dikenal dalam network planning, yang pertama adalah network diagram versi CPM dan PERT sedangkan yang kedua adalah diagram yang dikenal sebagai precedence diagram. Pada precedence diagram tidak dikenal adanya peristiwa, sedangkan pada network diagram versi CPM dan PERT dikenal adanya peristiwa pada setiap awak kegiatan dan pada setiap akhir kegiatan.

Prasyarat network planning yang harus dipenuhi pada penyelenggaraan

proyek adalah

1. Model harus lengkap

network planning merupakan model informasi kegiatan yang ada dalam network diagram. Diperlukan juga adanya informasi sumberdaya, yang

bertujuan memberikan informasi yang tepat agar sumberdaya yang dibutuhkan selalu dalam keadaan siap pakai.

2. model harus cocok.

network diagram setiap proyek adalah berbeda, karena itu diperlukan suatu

3. Asumsi yang dipakai tepat

network planning sebagai metode perencanaan mau tidak mau harus

menggunakan asumsi, karena keberhasilan network planning tergantung pada ketepatan asumsi yang digunakan.

4. Sikap pelaksana

Diperlukan dukungan dari sikap pelaksana agar penyelenggara proyek dapat berhasil.

2.2.1. Hubungan Proyek dan Kegiatan

Proyek adalah lintasan kegiatan yang dimulai pada suatu saat awal dan selesai pada suatu saat akhir, yaitu pada saat tujuan proyek tercapai (Tubagus H

1997). Bila proyek dianggap sebagai suatu system, maka inputnya adalah keadaan awal dan outputnya adalah keadaan akhir sedangkan prosesnya adalah teknologi. Kegiatan pada hakekatnya adalah proses interaksi input yaitu sumberdaya dengan ketrampilan untuk menghasilkan output, yang berupa produk tertentu. Jadi kegiatan juga dapat dikatakan adalah kegiatan yang merupakan komponen-komponen system yang tersusun membentuk sebuah proyek, sedangkan proyek adalah hasil integrasi dari beberapa kegiatan.

2.3. Network Diagram

Network atau sering disebut dengan jaringan kerja merupakan teknik baru

yang dikembangkan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada

menjelaskan hubungan antar kegiatan dan waktu yang secara grafis mencerminkan urutan pelaksanaan kegiatan/pekerjaan proyek (Budi Santoso,

2003).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jaringan kerja adalah

1. Macam-macam aktivitas yang ada

2. ketergantungan antar aktivitas, mana yang lebih dahulu diselesaikan dan mana yang menyusul.

3. Urutan logis dari masing-masing aktivitas. 4. Waktu penyelesaian tiap aktivitas.

Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan network planning. Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan

urutan –urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan network diagram dapat diketahui kegiatan-kegiatan atau lintasan-lintasan mana saja yang kritis sehingga dengan mengetahui tingkat kekritisannya dapat ditetapkan skala prioritas mengenai masalah-masalah yang timbul selama penyelenggaraan proyek.

Dengan demikian Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan

network planning yang berupa diagram yang berisi lintasan-lintasan yang terdiri

dari kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan dan terdiri dari peristiwa-peristiwa yang harus terjadi selama penyelenggaraan proyek.

2.3.1. Simbol dalam Network Diagram

Simbol-simbol yang digunakan dalam network diagram, minimum berjumlah dua macam dan maksimum tiga macam yaitu anak panah, lingkaran, dan anak panah terputus-putus.

Ketiga macam simbol tersebut adalah

1.     Anak panah

Anak panah menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Kegiatan disini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi tidak perlu menggunakan skala. Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai dari permulaan dan berjalan maju sampai akhir dari arah kiri ke kanan.

Anak panah dapat digambarkan menjadi enam alternatif yaitu:

a. Horizontal

b. Miring keatas c. Miring kebawah d. Garis patah keatas e. Garis patah kebawah f. Garis lengkung

Gambar 2.4. Simbol anak panah ( Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003) Keterangan:

X1 = Horizontal X2 = Miring keatas X3 = Miring kebawah X4 = Garis patah keatas X5 = Garis patah kebawah X6 = Garis lengkung L = Lama kegiatan 2. Lingkaran

Lingkaran yang melambangkan peristiwa selalu digambarkan berupa lingkaran yang terbagi atas tiga ruangan yaitu ruang sebelah kiri, ruang sebelah kanan atas, dan ruangan sebelah kanan bawah. Ruangan sebelah kiri merupakan tempat bilangan atau huruf yang menyatakan nomor peristiwa. Ruangan sebelah kanan atas merupakan tempat bilangan yang menyatakan nomor hari (untuk satuan waktu hari) yang merupakan saat paling awal peristiwa yang bersangkutan mungkin terjadi. Nomor hari tersebut dapat diterjemahkan kedalam bentuk tanggal hari yang

X X X X X L L L L L L

bersangkutan. Ruangan sebelah kanan bawah merupakan tempat bilangan yang menyatakan nomor hari (untuk satuan hari) yang merupakan saat paling lambat peristiwa yang bersangkutan boleh terjadi. Seperti halnya saat paling awal, nomor hari saat paling lambat ini bisa diterjemahkan dan dinyatakan dalam bentuk tanggal hari yang bersangkutan.

a b c

Gambar 2.5. Simbol Lingkaran ( Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003)

keterangan:

a. n = nomor peristiwa

SPAn = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi SPLn = saat paling lambat peristiwa n mungkin terjadi b. n = 5 = nomor peristiwa

SPAn = 105 hari = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi SPLn = 120 hari = saat paling lambat peristiwa n mungkin terjadi c. n = 5 = nomor peristiwa

SPAn = 01/12/08 = tanggal 01 desember 2008 adalah saat paling awal peristiwa nomor 5 mungkin terjadi.

SPLn = 09/12/08 = tanggal 09 desember 2008 adalah saat paling lambat peristiwa nomor 5 mungkin terjadi.

SPAn SPLn n 105 120 5 1/12/08 9/12/08 n

3. Anak panah terputus-putus

Anak panah terputus-putus melambangkan hubungan antara peristiwa. Sama halnya dengan anak panah yang melambangkan kegiatan, anak panah terputus-putus (dummy) selalu digambarkan dengan ekor di sebelah kiri dan kepala disebelah kanan.

 

Gambar 2.6. Simbol anak panah terputus-putus

( Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003, OPERATION RESEARCH)

Dalam penggunaannya simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut :

1. Diantara dua event yang sama hanya boleh digambarkan dengan satu anak panah.

2. Nama suatu aktivitas dengan huruf atau dengan nomor event.

3. Aktivitas harus mengalir dari event bernomor rendah ke event bernomor tinggi.

Gambar 2.7. Network Diagram (Tubagus Haedar Ali. 1997)

2.3.2. Hubungan Antar Simbol

Dalam network diagram terdapat dua buah hubungan antar simbol yaitu anak panah dengan lingkaran yang melambangkan hubungan kegiatan dengan peristiwa dan hubungan antara dua anak panah terputus-putus dengan lingkaran yang melambangkan hubungan antara dua peristiwa. Sedangkan hubungan antara anak panah terputus-putus tidak pernah ada.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pemberian lambing pada network diagram adalah (Tubagus H.A, 1997 ; 15)

1. Bila nomor-nomor peristiwa terdiri dari bilangan, angka nomor peristiwa awal harus lebih kecil daripada nomor peristiwa akhir, baik untuk kegiatan maupun dummy.

2. Bila nomor-nomor peristiwa terjadi dari huruf, maka nomor peristiwa dalam sebuah network diagram tidak boleh ada yang sama.

3. Antara dua buah peristiwa hanya boleh ada satu kegiatan saja atau saru

dummy saja.

4. Satu anak panah hanya melambangkan satu kegiatan saja. 1 2  4  6  8  7  5  3  Initial

5. Satu kegiatan hanya dilambangkan oleh satu anak panah saja.

2.4. Kegunaan Jaringan Kerja

Kegunaan yang dapat diambil dari pemakaian analisis network adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengenali jalur kritis (critical path) dalam hal ini adalah jalur elemen-elemen kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.

2. Mempunyai kemampuan mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan memperhatikan efek terhadap waktu selesai proyek.

3. Mempunyai kemampuan memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana apabila diimplementasikan atau dilaksanakan.

2.5. Metode CPM (Critical Path Method)

Metode lintasan kritis CPM (Critical Path Method) pertama kali digunakan pada proyek konstruksi di perusahaan Du pont pada tahun 1957. Metode ini lebih menekankan pada ongkos proyek. Ini berbeda dengan PERT yang lebih menekankan pada ketidakpastian waktu. Dalam CPM tidak ada pemberlakuan metode statistik untuk mengakomodasikan adanya ketidakpastian. Dalam CPM juga dibahas adanya tawar-menawar atau trade-off antara jadwal waktu dan biaya proyek.

Metode CPM dikenal adanya jalur kritis , yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat.

2.5.1. Terminologi dalam CPM

Pada metode CPM terdapat dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan tersebut adalah perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya normal (normal estomate) dan perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya dipercepat (crash

estimate). Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis, jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total

jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur. Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis dengan baik, sebab pda jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa jalur kritis.

2.5.1.1. Menentukan Waktu Penyelesaian

Dalam proses identifikasi jalur kritis dikenal beberapa terminologi dan rumus-rumus perhitungan sebagai berikut :

2. L (Latest event occurence time) = Saat paling lambat yang masih

diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.

3. ES (earliest activity start time) = Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan.

Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.

4. EF (earliest activity finish time) = Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan.

EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya

5. LS (latest activity start time) = Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai

tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.

6. LF (latest activity finish time) = Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan

tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

7. t (activity duration time) = Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu

kegiatan (hari, minggu, bulan). Sifat atau syarat umum jalur kritis :

a. Pada kegiatan pertama : ES=LS=0 atau E(1) = L(1) =0 b. Pada kegiatan akhir atau terminal : LF=EF

c. Foat Total : TF = 0

2.5.1.2. Cara Perhitungan CPM

Dalam perhitungan waktu juga digunakan tiga asumsi dasar yaitu: Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event (finish). Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. Ketiga, saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES.

Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian terdiri dari dua tahap, yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation).

1. Hitungan Maju

Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E). 2. Hitungan Mundur

Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).

Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas dalam sebuah jaringan kerja. Dimana, terdapat dua macam jenis Slack yaitu Total Slack dan Free Slack. Untuk melakukan perhitungan maju dan mundur maka lingkaran atau event dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

 

Gambar 2.8. Network Diagram Event (Alberto D. Pena. 1997.) Keterangan:

b = ruang untuk menunjukkan waktu paling cepat terjadinya event (E) dan kegiatan (ES) yang merupakan hasil perhitungan maju

c = ruang untuk menunjukkan waktu paling lambat terjadinya event (L) dan kegiatan yang merupakan hasil perhitungan mundur

Untuk lebih jelasnya dalam melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur dalam sebuah jaringan kerja diberikan ilustrasi sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 (2) (3) (4) (5) (6) (3) A B C D E F

Gambar 2.9. Network Diagram Proyek (Alberto D. Pena. 1997) Hitunglah Jumlah waktu penyelesaian proyek dan Total Slack-nya:

A. Perhitungan Maju

Aturan Pertama

Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.

E(1) = 0

Aturan Kedua

Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya.

EF(i-j) = ES(i-j) + t (i-j)

EF(2-3) = ES(2-3) + D = 2 + 5 = 7 EF(2-4) = ES(2-4) + D = 2 + 3 = 5 EF(3-5) = ES(3-5) + D = 7 + 6 = 13 EF(4-5) = ES(4-5) + D = 5 + 4 = 9

Aturan Ketiga

Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu. Misalnya: a b c d

Gambar 2.10. Network Perhitungan Maju ( Alberto D. Pena. 1997)

Bila EF(c) > EF(b) > EF(a), maka ES(d) = EF(c) Maka: EF(5-6) = EF(4-5) + D = 13 + 3 = 16

Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF

Kegiatan PALING AWAL

i j

Kurun Waktu (Hari) t Mulai (ES) Selesai (EF) (1) (2) (3) (4) (5) 1 2 2 0 2 2 3 5 2 7 2 4 3 2 5 3 5 6 7 13 4 5 4 5 9 5 6 3 13 16

(Sumber : Alberto D. Pena. 1997)

Dari perhitungan pada tabel 2.1 diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah selama 16 minggu.

B. Perhitungan Mundur

Aturan Keempat

Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan.

LS(i-j) = LF(i-j) – t Maka LS(5-6) = EF(5-6) – D = 16 – 3 = 13 LS(4-5) = EF(4-5) – D = 13 – 4 = 9 LS(3-5) = EF(3-5) – D = 13 – 6 = 7 LS(2-4) = EF(2-4) – D = 9 – 3 = 6 LS(2-3) = EF(2-3) – D = 7 – 5 = 2

Aturan Kelima

Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu

Dokumen terkait