(CRITICAL PATH METHOD) PADA PROYEK PEMASANGAN PIPA
STEAM DI PT. TJIWI KIMIA, Tbk OLEH PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN
SKRIPSI
Disusun Oleh : HENDRI SETIAWAN
NPM : 0732010073
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Segala puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tugas
Akhir ini.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program
Sarjana Strata-1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul :
“EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) PADA PROYEK PEMASANGAN PIPA STEAM DI PT. TJIWI KIMIA, Tbk OLEH PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN “.
Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari
peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu tidak berlebihan bila
pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sang pencipta alam semesta Allah S.W.T
2. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo. MM Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
7. Bapak Susetiyono selaku pembimbing lapangan sekaligus yang telah
“mempermudah jalan“ untuk menyelesaikan penelitian ini, dan semuanya
yang sudah membantu pelaksanaan penelitian untuk Tugas Akhir ini.
8. Kedua orang tuaku dan adikku yang tak pernah lelah dan ikhlas mendoakan
agar pengerjaan Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses
demi keberhasilanku dimasa yang akan datang.
9. Semua pihak yang telah membantu secara moril dan materiil selama
pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tugas Akhir ini
terdapat kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membaca. Terima Kasih.
Hormat saya,
Halaman COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Asumsi ... 3
1.5. Tujuan Penelitian ... 3
1.6. Manfaat Penelitian ... 4
1.7. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Manajemen Proyek ... 7
2.1.1. Pengertian Proyek... 9
2.1.5. Jenis-jenis Proyek Konstruksi……….. 14
2.2. Network Planning ... 15
2.1.5. Hubungan Proyek dan Kegiatan………... 17
2.3. Network Diagram ... 17
2.3.1. Simbol dalam Network Diagram ... 19
2.3.2. Hubungan Antar Simbol………... 23
2.4. Kegunaan Jaringan Kerja ... 24
2.5. Critical Path Method (CPM) ... 24
2.5.1. Terminologi dalam CPM ... 25
2.5.1.1. Menentukan Waktu Penyelesaian………. 25
2.5.1.2. Cara Perhitungan CPM ……… 26
2.7. Peristiwa Kritis,Kegiatan Kritis,dan Lintasan Kritis………... 32
2.8. Analisa Biaya Proyek...……… 35
2.9. Mempercepat umur proyek...………. 36
2.10. Peneliti Terdahulu……….. 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 49
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 51
3.4. Metode Pengolahan Data ... 53
4.1.1. Data Jenis Aktivitas atau Kegiatan ... 62
4.1.2. Data Urutan Kegiatan dan Waktu Normal ... 64
4.1.3. Data Biaya Per Kegiatan dalam Proyek Pemasangan Pipa Steam di PT. Tjiwi Kimia, Tbk Oleh PT. GCW... ... 66
4.1.4. Data Harga Upah, Bahan dan Alat ... 68
4.1.5. Penentuan Toleransi Biaya dan Waktu ... 70
4.2. Pengolahan Data ... 71
4.2.1. Metode CPM (Critical Path Method)………... 71
4.2.1.1. Inventarisasi Kegiatan dan Waktu Proyek ... 71
4.2.1.2. Menyusun Hubungan Antar Kegiatan ... 73
4.2.1.3. Menyusun Network Diagram ... 76
4.2.1.4. Menghitung SPA, SPL dan Tenggang Waktu Setiap Kegiatan.. ... 76
4.2.1.5. Menentukan Lintasan Kritis ... 78
4.2.1.6. Menentukan Kegiatan yang Dipercepat ... 79
4.2.1.7. Perhitungan Nilai Slope ... 80
4.2.1.8. Perbandingan Waktu dan Biaya Optimum dengan Kondisi Riil ... 81
4.3. Pembahasan ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 83
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Three dimention objective ... 12
Gambar 2.2. Triple Constraint ... 13
Gambar 2.3. Hubungan keperluan sumberdaya terhadap waktu dalam siklus .. 14
Gambar 2.4. Simbol anak panah ... 20
Gambar 2.5. Simbol Lingkaran ... 21
Gambar 2.6. Simbol anak panah terputus-putus ... 22
Gambar 2.7. Network Diagram ... 23
Gambar 2.8. Network Diagram Event ... 27
Gambar 2.9. Network Diagram Proyek ... 28
Gambar 2.10. Network Perhitungan Maju ... 29
Gambar 2.11. Network Perhitungan Mundur ... 31
Gambar 2.12. Network diagram proyek ... 40
Gambar 2.13. Network diagram percepatan proyek ... 41
Gambar 2.14. Network diagram percepatan proyek akhir ... 42
Gambar 2.16. Kurva “S” ... 43
Gambar 2.17. Gant Chart ... 47
Gambar 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 57
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Hasil Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF ... 30
Tabel 2.2. Hasil Perhitungan Mundur untuk mendapatkan LF ... 31
Tabel 2.3. Hasil Perhitungan Slack ... 32
Tabel 2.4. Daftar kegiatan proyek ... 39
Tabel 2.5. Free slack ... 40
Tabel 2.6. Nilai slope ... 41
Tabel 4.1. Jenis Aktivitas atau Kegiatan ... 63
Tabel 4.2. Urutan Kegiatan dan Waktu Normal Pemasangan pipa steam di PT. Tjiwi Kimia, Tbk Oleh PT. GCW ... 65
Tabel 4.3. Data Biaya Per Kegiatan dalam Proyek Pemasangan pipa steam di PT. Tjiwi Kimia, Tbk Oleh PT. GCW ... 67
Tabel 4.4. Daftar Harga Satuan Upah ... 69
Tabel 4.5. Daftar Harga Satuan Bahan ... 69
Tabel 4.6. Daftar Harga Satuan Alat ... 70
Tabel 4.7. Inventarisasi Kegiatan dan Waktu Normal serta Kode Kegiatan ... 71
Tabel 4.8. Kegiatan, Waktu dan Hubungan Antar Kegiatan ... 74
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan SPA, SPL dan Tenggang Waktu ... 77
Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Lintasan Kritis ... 79
Tabel 4.11. Slope Biaya ... 81
manajemen proyek dalam setiap pengerjaan proyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang minimal serta waktu yang minimum ( waktu yang cepat dan diharapkan, baik untuk pihak perusahaan maupun pihak owner ).
PT. Gemilang Cipta Wawasan adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor mekanikal dan elektrikal, spesialis Fire dan Security
System. Untuk melaksanakan setiap proyek diperlukan penjadwalan proyek yang
tepat agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati. Oleh karena itu dibutuhkan penjadwalan proyek untuk merencanakan pelaksanaan proyek sesuai dengan dead line ( tenggat waktu ).
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan waktu percepatan penyelesaian proyek. Maka untuk meminimumkan jangka waktu dan meminimalisi total biaya proyek untuk pekerjaan yang bisa dipercepat serta bisa mentargetkan penyelesaian proyek pemasangan tersebut diperlukan suatu alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan mengaplikasikan metode CPM (
Critical Path Method ) dengan harapan peusahaan dapat mengatasi pemasangan
pipa dengan waktu dan biaya yang minimum.
Dari hasil penelitian ini didapatka"n 5 jalur kritis dengan kegiatan yang dapat dipercepat antara lain adalah kegiatan yang berada pada jalur kritis terutama kegiatan-kegiatan utama yaitu C1 (pemasangan H-beam), C2 (pemasangan pipa steam diameter 24”), D1 (penyambungan pipa steam diameter 24”), E2 (pengecekan pipa steam dia 24”), F2 (pengecatan pipa steam dia 24”) . Pada kondisi riil perusahaan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek adalah 90 hari dengan biaya sebesar Rp.232.247.990,00 ,-, sedangkan dengan menggunakan metode CPM ( Critical Path Method ) percepatan diperoleh waktu selama 81 hari dengan total biaya proyek sebesar Rp.245.087.489,99. Sehingga metode CPM ( Critical Path Method ) dapat menghasilkan waktu penyelesaian proyek lebih cepat 9 hari ( 10% ) dan penurunan total biaya proyek sebesar Rp. 12.839.499,99.
project management in every project. This is done to obtain minimal result and an minimum time ( fast time it is hoped, both for the company nor the owner ).
PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN is a company engaged in the fire and security system contactor. To meet project will require the appropriate project scheduling for the project can be completed according to the agreed deadline. Oleh karena itu project scheduling is needed to plan the implemetation of the project in accordance with the dead line ( the deadline ).
The purpose of this study is to determine the acceleration time of project completion. So to meminimumkan total cost of the project for work that could be accelerated and can be targeted completion of the contruction project required an alternative solution, namely by applying the method of CPM ( Critical Path Method ) in the hope the company can cope with instalations pipe competitive with the time and cost minimal project.
From the result of this research obtained a critical path can be accelerated by activities that include activities that are on the critical path, especially the main activities of the C1, C2, D1, E2, F2. In the real condition of the company, the time needed to completed the project is 90 days at a cost of Rp. 232.247.990,-, while using CPM ( Critical Path Method ) obtained acceleration time during the 81 days with a total project cost amounting to Rp. 245.087.489,99. The method of CPM ( Critical Path Method ) can result in faster project completion time of 9 days ( 10% ) and an increase in total project costs amounting to Rp. 12.839.499,99.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan konstruksi bergerak dalam bidang pembuatan proyek-proyek
pembangunan, seperti proyek pembuatan perumahan, gedung-gedung, jembatan,
dan lain sebagainya. Perusahaan konstruksi pada umumnya selalu menerapkan
konsep manajemen proyek dalam setiap pengerjaan proyek. Dalam pengerjaan
konstruksi dibutuhkan perencanaan dan penjadwalan yang terperinci tentang
aktivitas kegiatan, waktu dan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
proyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal serta waktu yang
optimis (waktu yang cepat dan diharapkan, baik untuk pihak perusahaan maupun
pihak owner).
PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN adalah sebuah Perusahaan
Kontraktor Mekanikal & Elektrikal, spesialis Fire dan Security System. Untuk
memenuhi permintaan konsumen maka diperlukan penjadwalan proyek yang tepat
agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati. Olehkarena itu
dibutuhkan penjadwalan proyek untuk merencanakan pelaksanaan proyek sesuai
dengan dead line (tenggat waktu) dan untuk mengetahui apakah proyek sudah
berjalan sesuai rencana di PT. Gemilang Cipta Wawasan.
Salah satu proyek konstruksi yang sedang dikerjakan oleh PT.
GEMILANG CIPTA WAWASAN adalah proyek pemasangan pipa steaam di
PT.TJIWI KIMIA. tbk. Proyek ini dimulai pada tanggal 23 Agustus 2011 – 20
puluh ) hari dan mempunyai 6 jenis pekerjaan diantaranya :Pekerjaan Persiapan,
Pekerjaan Pembelian dan Pembuatan Material, Pekerjaan Pemasangan, Pekerjaan
Penyambungan, Pekerjaan Pengecekan, Pekerjaan Penyelesaian/Pengecatan.
Proyek ini sudah tentu mengeluarkan biaya-biaya yang cukup besar serta
memakan jangka waktu pembuatan proyek yang lama. Dalam pengerjaan
konstruksi ini masalah yang sering dihadapi adalah tentang penggunaan waktu
yang kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan yang tidak tepat waktu
sehingga menghambat pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan
tersebut. Maka diperlukan metode untuk mengoptimalisasikan jangka waktu dan
meminimasi total biaya proyek untuk pekerjaan yang bisa dipercepat serta bisa
mentargetkan penyelesaian proyek pembangunan tersebut dengan optimal dan
tepat waktu.
Metode CPM (Critical Path Method) ) merupakan metode yang digunakan
untuk menentukan waktu optimal pengerjaan suatu proyek dan mengetahui
kumulatif progress pada setiap waktu pelaksanaan proyek . Metode ini berguna
untuk menghitung waktu penyelesaian suatu proyek yang ditentukan oleh tingkat
ketepatan perkiraan durasi setiap kegiatan di dalam proyek dengan
mempertimbangkan aspek deterministik dari waktu penyelesaian sebuah proyek
untuk kegiatan-kegiatan yang akan dijadwalkan agar dapat diketahui kegiatan
mana yang harus didahulukan untuk menyelesaikan proyek sesuai jadwal.
Dengan menerapkan Metode CPM (Critical Path Method) ) diharapkan
PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN dapat mengoptimalisasikan waktu dan
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, masalah yang dihadapi
oleh PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN selaku pelaksana proyek dapat
dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah penjadwalan proyek di PT. GEMILANG
CIPTA WAWASAN dengan menggunakan metode CPM (Critical Path Method)
) sudah berjalan tepat waktu, sehingga dapat dilakukan minimalisasi dalam
pengendalian waktu dan biaya?”.
1.3. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas dan mengakibatkan penelitian yang
dilakukan tidak terpusat, maka diberikan batasan sebagai berikut:
1. Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek yang bisa dipercepat.
2. Perhitungan biaya langsung setiap aktivitas proyek dengan menggunakan
daftar satuan harga tahun 2011.
3. Proyek yang diteliti adalah Proyek Pemasangan pipa steam di PT. Tjiwi
Kimia. tbk.
1.4. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data dan informasi yang diperoleh dianggap benar dan konstan.
2. Daftar harga yang diperoleh berdasarkan pada data yang diperoleh saat
penelitian dilakukan dan dianggap konstan.
1. Untuk menentukan waktu penyelesaian proyek yang minimal.
2. Untuk menentukan biaya penyelesaian proyek yang minimal.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini diantaranya
adalah:
a. Bagi penulis :
1. Mampu melakukan pengendalian Proyek Percepatan Pemasangan pipa
steam di PT. Tjiwi Kimia. Tbk dengan menggunakan metode Metode
CPM (Critical Path Method) ).
2. Menambah pengetahuan tentang pembangunan proyek menggunakan
Metode CPM (Critical Path Method) ).
3. Mampu mengaplikasikan teori-teori tentang Manajemen Proyek untuk
menentukan waktu penyelesaian proyek yang tepat dan cepat.
b. Bagi perusahaan :
1. Mengetahui gambaran yang benar tentang pelaksanaan proses
pembangunan.
2. Mempunyai panduan tertulis yang berguna untuk menganalisa proses dan
tindakan korektif lainnya sebagai masukan dari perusahaan, sehingga
dapat mengoptimalkan dalam pengendalian waktu dan biaya.
c. Bagi Perguruan Tinggi :
1. Mempunyai studi literature yang dapat menghubungkan antar Manajemen
2. Dapat menyediakan literature acuan yang berguna bagi pendidikan
penulisan lebih lanjut bagi mahasiswa yang berminat dengan
permasalahan ini.
3. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan/evaluasi sejauh mana system
pendidikan dan materi kuliah yang telah dijalankan selama ini sesuai
dengan kondisi dan lingkungan Proyek.
1.7. Sistematika Penulisan
Untuk pembahasan dan penyusunan laporan Skripsi ini, maka penyusun
akan menguraikan sistematika penulisan laporan, sehingga dengan demikian
pembahasan tersebut diharapkan akan dapat dipahami secara menyeluruh dan
jelas. Adapun sistematika penulisan laporan Skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan manfaat yang terdiri dari
tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi – asumsi, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang konsep dan dasar teori dari manajemen proyek,
penjadwalan proyek, metode penyajian dari penjadwalan dari proyek
kontruksi, pekerjaan-pekerjaan yang mungkin dipercepat dalam suatu
proyek, estimasi biaya proyek, jenis-jenis biaya, metode pelaksanaan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang lokasi dan waktu penelitian, identifikasi variabel,
metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan
langkah-langkah pemecahan masalah.
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pengolahan data dan hasil analisa yang meliputi
jenis-jenis item pekerjaan, rencana anggaran biaya normal, rekapitulasi
rencana anggaran biaya normal serta pembahasan untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan perhitungan berdasarkan data yang diperoleh.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
analisa dan pembahasan pada bab terdahulu serta memberikan saran dari
hasil penelitian dari pengolahan data tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bab ini berisi tentang daftar pustaka yang diambil minimal dari 10
literatur yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Manajemen Proyek
Istilah proyek biasanya adalah suatu aktifitas yang berlangsung dalam
waktu tertentu dengan hasil akhir tertentu. Mengelola kegiatan dengan
menggunakan konsep manajemen proyek merupakan langkah yang relative baru,
yang dimulai secara intensif pada pertengahan abad ke-20 (Budi Santosa, 1999).
Hal ini ditandai dengan diterapkannya suatu pendekatan, metode dan teknik
tertentu pada pemikiran-pemikiran yang sebelumnya telah dikenal, dengan tujuan
untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang tersedia di perusahaan didalam
menghadapi tantangan yang timbul.
Henry Fayol (1841-1925), seorang industrialis Perancis adalah orang yang
pertama menjelaskan secara sistematis bermacam-macam aspek pengetahuan
manajemen dengan menghubungkan fungsi-fungsinya. Fungsi-fungsi tersebut
antara lain merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan (Budi
Santosa, 1999).
Fungsi manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Merencanakan
Merencanakan diartikan sebagai pemilihan dan penentuan
langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai
b. Mengorganisir
Mengorganisir dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan
dengan cara mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumberdaya
dalam suatu organisasi (perusahaan) agar dapat mencapai sasaran atau
tujuan yang telah ditentukan.
c. Memimpin
Kepemimpinan adalah aspek yang penting dalam mengelola suatu usaha,
yaitu mengarahkan dan mempengaruhi sumberdaya manusia dalam
organisasi (perusahaan) agar mau bekerja dengan sukarela untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Mengarahkan dan mempengaruhi ini
mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi, koordinasi dan
konsultasi.
d. Mengendalikan
Mengendalikan dapat diartikan sebagai pemantauan, pengkajian, dan
pengkoreksian agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan. (Budi Santosa, 1999).
H. Koontz (1982) mendefinisikan manajemen sebagai proses
merencanakan mengorganisir, memimpin dan megendalikan kegiatan
anggota serata sumberdaya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi
2.1.1. Pengertian Proyek
Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang
didalamnya menggunakan masukan (Input) untuk mendapatkan manfaat (benefit)
atau hasil (return) dimasa yang akan datang (Evaluasi Proyek dan Perencanaan
Usaha; 1). Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan
(objective) dan mempunyai titik tolak (starting point) dan titik akhir (ending
point), baik biaya maupun hasil yang diperoleh biasanya dapat diukur. Proyek
juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
tertentu dengan alokasi sumberdaya terbatas dan dimaksudkan untuk
melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan. (wulfram I Ervianto, 2004 )
Menurut D.I. Cleland and W.R. King (1987) “Proyek adalah gabungan
berbagai sumberdaya, yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara,
untuk mencapai suatu sasaran tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber
untuk memperoleh manfaat (benefit).
2.1.2. Macam Proyek
Dilihat dari komponen kegiatan utamanya, proyek dapat dikelompokan
sebagai berikut: (wulfram I Ervianto, 2004 )
1. Proyek Engineering – Konstruksi
Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan,
desain engineering, pengadaan dan konstruksi. Contohnya adalah
2. Proyek Engineering – Manufaktur
Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru yaitu hasil usaha
kegiatan proyek. Dengan kata lain proyek manufaktur merupakan proses
untuk menghasilkan produk baru. Kegiatan utamanya meliputi desain
engineering, pengembangan produk, pengadaan, manufaktur, perakitan, uji
coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. Contohnya adalah
pembuatan ketel uap, generator listrik, mesin pabrik, kendaraan.
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Proyek penelitian dan pengembangan bertujuan untuk melakukan penelitian
dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu.
4. Proyek Pelayanan Manajemen
Proyek pelayanan manajemen ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan,
diantaranya:
a.Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak
maupun perangkat keras.
b.Merancang program efisiensi dan penghematan.
c.Melakukan diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan.
2.1.3. Pengertian Manajemen Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan
tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumberdaya proyek menjadi suatu hasil
Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan itu tentunya melibatkan
pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan
antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan
fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam
proyek konstruksi, maska potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat
dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi.
(wulfram I Ervianto, 2003)
Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang
secara tiga dimensi. Tiga karakteristik tersebut adalah:
1. Bersifat unik
Keunikan dari proyek konstruksi adalah: tidak pernah terjadi rangkaian
kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek identik , yang ada adalah proyek
sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pkerja yang
berbeda-beda.
2. Dibutuhkan sumberdaya (resources)
Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumberdaya, yaitu pekerja dan
“sesuatu” (uang, mesin, metode, material). Pengorganisasian semua sumber
daya dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya
mengorganisasikan pekerja lebih sulit dibandingkan dengan sumberdaya
lainnya, apalagi pengetahuan yang dipelajari seorang manajer proyek bersifat
teknis, seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan, computer science,
construction management. Pengetahuan tentang teori kepemimpinan sacara
3. Organisasi
Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat
sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan,
kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Langkah awal yang harus
dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan
yang ditetapkan oleh organisasi. (wulfram I Ervianto, 2003)
Gambar 2.1. Three dimention objective (wulfram I Ervianto. (2003)).
Proses penyelesaian proyek konstruksi harus berpegang pada tiga
kendala (triple constraint), sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan sesuai
dengan time schedule dan sesuai dengan biaya yang direncanakan. Ketiganya
diselesaikan secara simultan. Ciri-ciri tersebut menyebabkan industri jasa
konstruksi berbeda dengan industri lainnya misalnya manufaktur.
Melibatkan organisasi
Melibatkan sumberdaya
Unik
Gambar 2.2. Triple Constraint (wulfram I Ervianto. (2003))
2.1.4. Dinamika dalam Siklus Proyek
Setiap proyek memiliki pola tertentu yang merupakan ciri pokok yang
melekat dan membedakannya dari kegiatan operasional rutin, yaitu dalam hal
kompleksitas, ukuran, dan sumber daya yang diperlukan. Semakin besar dan
kompkleks suatu proyek ciri tersebut semakin terlihat. Ciri pokok ini dikenal
sebagai dinamika kegiatan sepanjang siklus proyek. Dalam siklus proyek,
kegiatan-kegiatan berlangsung mulai dari titik awal, kemudian jenis dan
intensitasnya meningkat sampai puncak, turun dan berakhir.
Disamping naik turunnya intensitas kegiatan, terjadi pula perubahan dalam
aspek lain seperti kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Misalnya pada tahap
konseptual proyek diperlukan tenaga kerja yang ahli dibidang perencanaan dan
engineering sedangkan pada tahap akhir proyek dibutuhkan lebih banya tenaga
inspektor dilapangan.
Tepat mutu
Tepat waktu
Tepat biaya
Bila dibuat grafik maka siklus proyek dapat digambarkan seperti grafik
dibawah
ini
Gambar 2.3. Hubungan keperluan sumberdaya terhadap waktu dalam siklus
(Iman Soeharto. (1999))
2.1.5. Jenis-jenis Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan
yaitu:
1. Bangunan gedung : rumah, kantor, pabrik dan lain-lain.
Sumber daya
Keperluan Sumber daya
Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:
a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang ralatif sempit dan kondisi
pondasi umumnya sudah diketahui.
c. Dibutuhkan manajemen terutama untuk progressing pekerjaan.
2. Bangunan Sipil : jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya.
Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:
a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar
berguna bagi kepentingan manusia
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan
kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.
c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.
Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih
tetapi pada umumnya kedua kelompok tersebut direncanakan dan dilaksanakan
oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda. (wulfram I Ervianto
,2003)
2.2. Network Planning
Network planning merupakan system informasi pada penyelenggaraan
proyek, tetapi tidak semua informasi bisa diberikan kepada network planning
untuk diproses dan tidak semua informasi dapat dilaporkan oleh network planning
(Tubagus H A Prinsip-Prinsip Network Planning, 1997). Informasi tersebut
hanya menyangkut kegiatan yang ada dalam network diagram saja. Dalam
disebut network diagram. Dengan demikian network planning adalah salah satu
model yang dipakai dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah
informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram yang
bersangkutan dan informasi yang dihasilkan mengenai sumberdaya yang
dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya.
Ada 2 macam diagram yang dikenal dalam network planning, yang
pertama adalah network diagram versi CPM dan PERT sedangkan yang kedua
adalah diagram yang dikenal sebagai precedence diagram. Pada precedence
diagram tidak dikenal adanya peristiwa, sedangkan pada network diagram versi
CPM dan PERT dikenal adanya peristiwa pada setiap awak kegiatan dan pada
setiap akhir kegiatan.
Prasyarat network planning yang harus dipenuhi pada penyelenggaraan
proyek adalah
1. Model harus lengkap
network planning merupakan model informasi kegiatan yang ada dalam
network diagram. Diperlukan juga adanya informasi sumberdaya, yang
bertujuan memberikan informasi yang tepat agar sumberdaya yang
dibutuhkan selalu dalam keadaan siap pakai.
2. model harus cocok.
network diagram setiap proyek adalah berbeda, karena itu diperlukan suatu
3. Asumsi yang dipakai tepat
network planning sebagai metode perencanaan mau tidak mau harus
menggunakan asumsi, karena keberhasilan network planning tergantung pada
ketepatan asumsi yang digunakan.
4. Sikap pelaksana
Diperlukan dukungan dari sikap pelaksana agar penyelenggara proyek dapat
berhasil.
2.2.1. Hubungan Proyek dan Kegiatan
Proyek adalah lintasan kegiatan yang dimulai pada suatu saat awal dan
selesai pada suatu saat akhir, yaitu pada saat tujuan proyek tercapai (Tubagus H
1997). Bila proyek dianggap sebagai suatu system, maka inputnya adalah keadaan
awal dan outputnya adalah keadaan akhir sedangkan prosesnya adalah teknologi.
Kegiatan pada hakekatnya adalah proses interaksi input yaitu sumberdaya dengan
ketrampilan untuk menghasilkan output, yang berupa produk tertentu. Jadi
kegiatan juga dapat dikatakan adalah kegiatan yang merupakan
komponen-komponen system yang tersusun membentuk sebuah proyek, sedangkan proyek
adalah hasil integrasi dari beberapa kegiatan.
2.3. Network Diagram
Network atau sering disebut dengan jaringan kerja merupakan teknik baru
yang dikembangkan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada
menjelaskan hubungan antar kegiatan dan waktu yang secara grafis
mencerminkan urutan pelaksanaan kegiatan/pekerjaan proyek (Budi Santoso,
2003).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jaringan kerja
adalah
1. Macam-macam aktivitas yang ada
2. ketergantungan antar aktivitas, mana yang lebih dahulu diselesaikan dan
mana yang menyusul.
3. Urutan logis dari masing-masing aktivitas.
4. Waktu penyelesaian tiap aktivitas.
Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan network planning.
Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan
urutan –urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan
network diagram dapat diketahui kegiatan-kegiatan atau lintasan-lintasan mana
saja yang kritis sehingga dengan mengetahui tingkat kekritisannya dapat
ditetapkan skala prioritas mengenai masalah-masalah yang timbul selama
penyelenggaraan proyek.
Dengan demikian Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan
network planning yang berupa diagram yang berisi lintasan-lintasan yang terdiri
dari kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan dan terdiri dari peristiwa-peristiwa
2.3.1. Simbol dalam Network Diagram
Simbol-simbol yang digunakan dalam network diagram, minimum
berjumlah dua macam dan maksimum tiga macam yaitu anak panah, lingkaran,
dan anak panah terputus-putus.
Ketiga macam simbol tersebut adalah
1. Anak panah
Anak panah menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Kegiatan disini
didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu
tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan,
material, biaya). Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama
sekali tidak mempunyai arti. Jadi tidak perlu menggunakan skala. Kepala
anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, yang menunjukkan
bahwa suatu kegiatan dimulai dari permulaan dan berjalan maju sampai
akhir dari arah kiri ke kanan.
Anak panah dapat digambarkan menjadi enam alternatif yaitu:
a. Horizontal
b. Miring keatas
c. Miring kebawah
d. Garis patah keatas
e. Garis patah kebawah
Gambar 2.4. Simbol anak panah ( Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003)
Lingkaran yang melambangkan peristiwa selalu digambarkan berupa
lingkaran yang terbagi atas tiga ruangan yaitu ruang sebelah kiri, ruang
sebelah kanan atas, dan ruangan sebelah kanan bawah. Ruangan sebelah
kiri merupakan tempat bilangan atau huruf yang menyatakan nomor
peristiwa. Ruangan sebelah kanan atas merupakan tempat bilangan yang
menyatakan nomor hari (untuk satuan waktu hari) yang merupakan saat
paling awal peristiwa yang bersangkutan mungkin terjadi. Nomor hari
bersangkutan. Ruangan sebelah kanan bawah merupakan tempat bilangan
yang menyatakan nomor hari (untuk satuan hari) yang merupakan saat
paling lambat peristiwa yang bersangkutan boleh terjadi. Seperti halnya
saat paling awal, nomor hari saat paling lambat ini bisa diterjemahkan dan
dinyatakan dalam bentuk tanggal hari yang bersangkutan.
a b c
Gambar 2.5. Simbol Lingkaran ( Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003)
keterangan:
a. n = nomor peristiwa
SPAn = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi
SPLn = saat paling lambat peristiwa n mungkin terjadi
b. n = 5 = nomor peristiwa
SPAn = 105 hari = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi
SPLn = 120 hari = saat paling lambat peristiwa n mungkin terjadi
c. n = 5 = nomor peristiwa
SPAn = 01/12/08 = tanggal 01 desember 2008 adalah saat paling awal
peristiwa nomor 5 mungkin terjadi.
SPLn = 09/12/08 = tanggal 09 desember 2008 adalah saat paling lambat
3. Anak panah terputus-putus
Anak panah terputus-putus melambangkan hubungan antara peristiwa.
Sama halnya dengan anak panah yang melambangkan kegiatan, anak
panah terputus-putus (dummy) selalu digambarkan dengan ekor di sebelah
kiri dan kepala disebelah kanan.
Gambar 2.6. Simbol anak panah terputus-putus
( Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003, OPERATION RESEARCH)
Dalam penggunaannya simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti
aturan-aturan sebagai berikut :
1. Diantara dua event yang sama hanya boleh digambarkan dengan satu anak
panah.
2. Nama suatu aktivitas dengan huruf atau dengan nomor event.
3. Aktivitas harus mengalir dari event bernomor rendah ke event bernomor
tinggi.
Gambar 2.7. Network Diagram (Tubagus Haedar Ali. 1997)
2.3.2. Hubungan Antar Simbol
Dalam network diagram terdapat dua buah hubungan antar simbol yaitu
anak panah dengan lingkaran yang melambangkan hubungan kegiatan dengan
peristiwa dan hubungan antara dua anak panah terputus-putus dengan lingkaran
yang melambangkan hubungan antara dua peristiwa. Sedangkan hubungan antara
anak panah terputus-putus tidak pernah ada.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pemberian lambing
pada network diagram adalah (Tubagus H.A, 1997 ; 15)
1. Bila nomor-nomor peristiwa terdiri dari bilangan, angka nomor peristiwa
awal harus lebih kecil daripada nomor peristiwa akhir, baik untuk kegiatan
maupun dummy.
2. Bila nomor-nomor peristiwa terjadi dari huruf, maka nomor peristiwa dalam
sebuah network diagram tidak boleh ada yang sama.
3. Antara dua buah peristiwa hanya boleh ada satu kegiatan saja atau saru
dummy saja.
4. Satu anak panah hanya melambangkan satu kegiatan saja. 1
5. Satu kegiatan hanya dilambangkan oleh satu anak panah saja.
2.4. Kegunaan Jaringan Kerja
Kegunaan yang dapat diambil dari pemakaian analisis network adalah
sebagai berikut:
1. Dapat mengenali jalur kritis (critical path) dalam hal ini adalah jalur
elemen-elemen kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan.
2. Mempunyai kemampuan mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan
memperhatikan efek terhadap waktu selesai proyek.
3. Mempunyai kemampuan memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai
suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana apabila diimplementasikan atau
dilaksanakan.
2.5. Metode CPM (Critical Path Method)
Metode lintasan kritis CPM (Critical Path Method) pertama kali
digunakan pada proyek konstruksi di perusahaan Du pont pada tahun 1957.
Metode ini lebih menekankan pada ongkos proyek. Ini berbeda dengan PERT
yang lebih menekankan pada ketidakpastian waktu. Dalam CPM tidak ada
pemberlakuan metode statistik untuk mengakomodasikan adanya ketidakpastian.
Dalam CPM juga dibahas adanya tawar-menawar atau trade-off antara jadwal
Metode CPM dikenal adanya jalur kritis , yaitu jalur yang memiliki
rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan
menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat.
2.5.1. Terminologi dalam CPM
Pada metode CPM terdapat dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk
setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan tersebut adalah
perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya normal (normal estomate)
dan perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya dipercepat (crash
estimate). Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah
jalur kritis, jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total
jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga
dapat dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal
sampai akhir jalur. Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur
kritis dengan baik, sebab pda jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya
terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Dalam sebuah
jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa jalur kritis.
2.5.1.1. Menentukan Waktu Penyelesaian
Dalam proses identifikasi jalur kritis dikenal beberapa terminologi dan
rumus-rumus perhitungan sebagai berikut :
2. L (Latest event occurence time) = Saat paling lambat yang masih
diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.
3. ES (earliest activity start time) = Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan.
Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling
awal kegiatan dimulai.
4. EF (earliest activity finish time) = Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan.
EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya
5. LS (latest activity start time) = Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai
tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.
6. LF (latest activity finish time) = Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan
tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
7. t (activity duration time) = Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu
kegiatan (hari, minggu, bulan).
Sifat atau syarat umum jalur kritis :
a. Pada kegiatan pertama : ES=LS=0 atau E(1) = L(1) =0
b. Pada kegiatan akhir atau terminal : LF=EF
c. Foat Total : TF = 0
2.5.1.2. Cara Perhitungan CPM
Dalam perhitungan waktu juga digunakan tiga asumsi dasar yaitu:
Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event
(finish). Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. Ketiga,
Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian terdiri
dari dua tahap, yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan
mundur (backward computation).
1. Hitungan Maju
Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk
menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat
terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E).
2. Hitungan Mundur
Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat
terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan
(LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).
Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh
nilai Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan
elastisitas dalam sebuah jaringan kerja. Dimana, terdapat dua macam jenis Slack
yaitu Total Slack dan Free Slack. Untuk melakukan perhitungan maju dan mundur
maka lingkaran atau event dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Gambar 2.8. Network Diagram Event (Alberto D. Pena. 1997.)
Keterangan:
b = ruang untuk menunjukkan waktu paling cepat terjadinya event (E) dan
kegiatan (ES) yang merupakan hasil perhitungan maju
c = ruang untuk menunjukkan waktu paling lambat terjadinya event (L) dan
kegiatan yang merupakan hasil perhitungan mundur
Untuk lebih jelasnya dalam melakukan perhitungan maju dan perhitungan
mundur dalam sebuah jaringan kerja diberikan ilustrasi sebagai berikut:
1 2
Gambar 2.9. Network Diagram Proyek (Alberto D. Pena. 1997)
Hitunglah Jumlah waktu penyelesaian proyek dan Total Slack-nya:
A. Perhitungan Maju
Aturan Pertama
Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan
yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.
E(1) = 0
Aturan Kedua
Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling
awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya.
EF(i-j) = ES(i-j) + t (i-j)
EF(2-3) = ES(2-3) + D = 2 + 5 = 7
EF(2-4) = ES(2-4) + D = 2 + 3 = 5
EF(3-5) = ES(3-5) + D = 7 + 6 = 13
EF(4-5) = ES(4-5) + D = 5 + 4 = 9
Aturan Ketiga
Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang
menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah
sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan
terdahulu.
Misalnya:
a
b
c
d
Gambar 2.10. Network Perhitungan Maju ( Alberto D. Pena. 1997)
Bila EF(c) > EF(b) > EF(a), maka ES(d) = EF(c)
Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF
Kegiatan PALING AWAL
i j
(Sumber : Alberto D. Pena. 1997)
Dari perhitungan pada tabel 2.1 diperoleh waktu penyelesaian proyek
adalah selama 16 minggu.
B. Perhitungan Mundur
Aturan Keempat
Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling
akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan.
Aturan Kelima
Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu
paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai paling akhir
(LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.
a
b
c
d
Gambar 2.11. Network Perhitungan Mundur (Alberto D. Pena. 1997. Project
Preparation and Analysis for Local)
Jika LS(b) < LS(c) < LS(d) maka LF(a) = LS(b)
Sehingga: LF(1-2) = LS(2-3) = 2 dan LS(1-2) = EF(1-2) – D = 2 – 2 = 0
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Mundur untuk mendapatkan LF
KEGIATAN PALING AWAL PALING AKHIR
i J
C. Perhitungan Slack atau Float
Aturan Keenam
Slack Time atau Total Slack (TS) = LS – ES atau LF – EF
Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Slack
(Sumber : Alberto D. Pena. 1997)
2.7 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, dan Lintasan Kritis
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu
atau SPA (Saat Paling Awal)-nya sama dengan SPL (Saat Paling Lambat).
Peristiwa kritis pada network diagram bias diketahui dari bilangan pada ruang
kanan atas sama dengan bilangan pada ruang kanan bawah dari peristiwa tersebut.
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak memiliki toleransi terhadap
keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja
sedangkan kegiatan lainnya tidak terlambat, maka proyek akan mengalami
keterlambatan selama satu hari (Tubagus H.A, 1997 ). Sifat kritis ini disebabkan
karena kegiatan tersebut harus dimulai pada satu saat (tidak ada mulai paling awal
KEGIATAN AWAL AKHIR
selesai paling awal dan tidak ada selesai paling lambat). Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan, saat paling awal sama dengan saat paling lambat baik untuk
peristiwa awal maupun untuk peristiwa akhir dari kegiatan yang bersangkutan
atau secara formulatif.
SPAi = SPLi
SPAj = SPLj
Karena kegiatan kritis harus dimulai pada suatu saat awal saja dan harus
selesai pada satu akhir saat akhir saja dan tidak ada alternative saat lainnya, maka
berlaku rumus:
SPAi + L = SPLi
SPAj + L = SPLj
Keterangan :
L = lama kegiatan kritis
SPAi = saat paling awal peristiwa awal
SPLi = saat paling lambat peristiwa awal
SPAj = saat paling awal peristiwa akhir
SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir
Dari uraian diatas dapat disimpulkan :
1. Kegiatan kritis terletak diantara dua peristiwa kritis.
2. Antara dua peristiwa kritis belum tentu terdapat kegiatan kritis (mungkin
kegiatan kritis mungkin pula bukan kegiatan kritis).
3. Antara dua peristiwa kritis terdapat kegiatan kritis bila dipenuhi rumus :
Lintasan kritis dalam sebuah network diagram adalah lintasan yang terdiri
dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy. Dummy
hanya ada dalam lintasan kritis bila diperlukan. Lintasan kritis ini dimulai dari
peristiwa awal network diagram. Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk
mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat
kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek, sehingga
setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijakan penyelenggaraan proyek,
yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis.
Berdaraskan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek.
2. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksaannya dari
semua lintasan yang ada.
Syarat umum jalur kritis adalah :
1. Pada kegiatan pertama : ES = LS = 0 atau E(1) = L(1) = 0.
2. Pada kegiatan terakhir atau terminal : LF = EF.
3. Float Total : TF = 0.
Sehubungan dengan lintasan kritis suatu proyek, perlu diperhatikan bahwa :
1. Penundaan kegiatan yang merupakan bagian dari “jalur kritis” akan
menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek.
2. Penyelesaian proyek secara keseluruhan akan dapat dipercepat bila kita dapat
mempercepat penyelesaian suatu kegiatan pada jalur kritis.
relokasi tenaga kerja dari kegiatan-kegiatan tertentu pada kegiatan-kegiatan
“kritis”.
2.8 Analisis Biaya Proyek
Selain CPM dapat digunakan untuk menentukan waktu paling cepat sebuah
proyek dapat terselesaikan dan mengidentifikasi waktu kelonggaran (Slack) paling
lambat sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa menghambat jadwal proyek
keseluruhan, metode ini juga mampu melakukan analisis terhadap sumber daya
yang dipakai dalam proyek (biaya) agar jadwal yang dihasilkan akan jauh lebih
optimal dan ekonomis.
Suatu proyek menggambarkan hubungan antara waktu terhadap biaya
(lihat Gambar 2.12). Perlu dicatat bahwa, biaya disini merupakan biaya langsung
misalnya biaya tenaga kerja, pembelian material dan peralatan) tanpa
memasukkan biaya tidak langsung seperti biaya administrasi, dan lain-lain.
Adapun istilah-istilah dari hubungan antara waktu penyelesaian proyek dengan
biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
1. Waktu Normal
Adalah waktu yang diperlukan bagi sebuah proyek untuk melakukan
rangkaian kegiatan sampai selesai tanpa ada pertimbangan terhadap
penggunaan sumber daya.
2. Biaya Normal
Adalah biaya langsung yang dikeluarkan selama penyelesaian
3. Waktu Dipercepat
Waktu dipercepat atau lebih dikenal dengan Crash Time adalah waktu paling
singkat untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang secara teknis
pelaksanaannnya masing mungkin dilakukan. Dalam hal ini penggunaan
sumber daya bukan hambatan.
Crash Time ( 10 % ) = 10% x waktu normal
4. Biaya untuk Waktu Dipercepat
Atau Crash Cost merupakan biaya langsung yang dikeluarkan untuk
menyelesaikan kegiatan dengan waktu yang dipercepat.
Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan (waktu
dan biaya suatu kegiatan) atau lebih dikenal dengan slope adalah:
BiayaDipercepat BiayaNormal Biaya
Slope
2.9 Mempercepat umur proyek
Umur proyek merupakan batas waktu pelaksanaan proyek. Keadaan yang
dihadapi dalam pelaksanaan proyek adalah adanya perbedaan antara umur
perkiraan proyek dengan umur rencana proyek. Umur rencana proyek biasanya
lebih pendek daripada umur perkiraan proyek. Umur perkiraan proyek ditentukan
oleh lintasan kritis yang terlama waktu pelaksanaannya, dan waktu pelaksanaan
tersebut merupakan jumlah lama kegiatan perkiraan dari kegiatan-kegiatan kritis
Caranya adalah dengan mempercepat lama kegiatan perkiraan secara
proporsional.
Syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat rencana dengan umur
proyek yang lebih cepat daripada keadaan semula adalah (Tubagus Haedar A,
1997;78)
1. Telah ada network diagram yang tepat
2. Lama kegiatan masing-masing kegiatan telah ditentukan
3. Berdasarkan ketentuan di atas, dihitung saat paling awal (SPA) dan saat
paling lambat (SPL) semua peristiwa
4. Ditentukan pula umur rencana proyek (UREN)
Tujuan pokok untuk mempercepat waktu penyelesaian adalah
memperpendek waktu penyelesaian proyek dengan kenaikan biaya yang
seminimal mungkin. Proses mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan
Crash Program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash time) yaitu
suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan
tidak efektif lagi ( 10% ).
Dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih
besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih
kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat
pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai
Prosedur yang harus diikuti agar dapat mempercepat umur proyek adalah
Tubagus H.A,1997 ):
1. Buat network diagram dengan nomor-nomor peristiwa yang sama seperti
semula dengan lama kegiatan perkiraan baru untuk langkah ulangan dan sama
dengan semula untuk langkah siklus pertama.
2. Dengan dasar saat paling awal peristiwa awal, SPA1 = 0, dihitung saat
peristiwa awal lainnya. Umur perkiraan proyek (UPER) = saat paling awal
peristiwa akhir (SPAm ,m = nomor peristiwa akhir network diagram atau
nomor maksimal peristiwa).
3. Dengan dasar saat paling lambat peristiwa akhir network diagram (SPAm) =
umur proyek yang direncanakan (UREN), dihitung saat paling lambat semua
peristiwa.
4. Hitung total float (TF) semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada total float
yang berharga negative, lanjutkan kelangkah berikut:
5. Cari lintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang total float
masing-masing besarnya:
Total Float (TF) = UREN – UPER
= SPLm - SPAm berharga negatif
= SPL1 = SPA1
6. Lama kegiatan dari kegiatan tersebut diatas adalah Ln , n adalah nomor urut
kegiatan tersebut dalam satu lintasan, n = 1, 2, 3, …..z
7. Hitung lama kegiatan baru dari kegiatan tersebut diatas (langkah ke-5 dan 6)
Keterangan :
Ln (baru) = Lama kegiatan baru
Ln (lama) = Lama kegiatan lama
Li = Jumlah lama kegiatan – kegiatan pada satu lintasan yang
harus dipercepat
UREN = umur rencana proyek
UPER = umur perkiraan proyek
8. Kembali ke langkah 1
Contoh perhitungan percepatan proyek :
Diberikan tabel sebagai berikut:
Tabel 2.4. Daftar kegiatan proyek Waktu yang dibutuhkan
Normal Crash Normal Crash
A - 4 2 10.000 11.000
a. Tentukan waktu penyelesaian proyek serta biayanya!
b. Tentukan waktu senggang bebasnya dan lintasan kritis normal!
Dengan mempersingkat waktu proyek selama tiga minggu, tentukan
kegiatan-kegiatan apa saja yang pelu dipersingkat dan tentukan total biaya proyeknya!
2
Gambar 2.13. Network diagram proyek (Alberto D. Pena. 1997. )
a. Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 22 minggu dengan biaya yang
dikeluarkan adalah (10.000 + 6.000 + 4.000 +14.000 + 9.000 + 7.000 + 13.000
+ 11.000 + 20.000 = $ 94.000
b. Berikut ini cara memperhitungkan free slack dan menemukan lintasan
kritisnya.
Tabel 2.5. free slack
Kegiatan A B C D E F G H I
TS 0 0 2 0 4 2 2 0 0
FS 0 0 1 0 0 0 0 0 0
(Sumber : Alberto D. Pena. 1997.)
Kegiatan Kritis : A, B, D, H, I
Jalur Kritis : 1 – 2 – 3 – 5 – 8 – 9
c. Untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek dengan menggunakan crash
Tabel 2.6. Nilai slope
(Sumber : Alberto D. Pena. 1997. )
2. Mengurangi waktu penyelesaian proyek dengan menekan sebanyak
mungkin kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai slope terkecil. Dari
tabel di atas kegiatan kritis dengan slope terkecil adalah kegiatan A.
Dengan demikian kegiatan A dapat ditekan sebanyak 2 minggu (4 2).
Berikut ini perubahan waktu penyelesaian proyeknya:
2
Gambar 2.14. Network diagram percepatan proyek (Alberto D. Pena. 1997.)
Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 20 minggu dengan biaya
adalah $94.000 + (22 – 20) 500 = $95.000
3. Dikarenakan waktu penyelesaian belum sesuai yang diharapkan (3
minggu) maka perlu menekan aktivitas kritis lain yang memiliki slope
terkecil setelah A yaitu kegiatan D sebanyak 1 minggu (5 4). Waktu
penyelesaian proyek yang diperoleh:
Kegiatan A B C D E F G H I
Gambar 2.15. Network diagram percepatan proyek akhir (Alberto D. Pena.1997)
Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 19 minggu dengan biaya
adalah $95.000 + (20 – 19) 2.000 = $97.000
2.10 Peneliti Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian – penelitian sebelumnya yang digunakan
sebagai acuan dalam penelitian ini :
1. Haryadi Sarjono, Optimasi Waktu Kerja Dengan Analisa Network (CPM) Pada PT MAJU GEMILANG MANDIRI, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. (2008)
Perusahaan konstruksi pada umumnya selalu menerapkan konsep
manajemen proyek dalam setiap pengerjaan proyek. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang optimal serta waktu yang optimis (waktu yang
cepat dan diharapkan, baik untuk pihak perusahaan maupun pihak owner).
Gading, Jakarta Utara. Dalam penelitian ini terdapat 22 jalur kritis, dimana
memerlukan waktu 327 hari untuk proyek pengerjaan keseluruhan, lebih
cepat 39 hari dari perencanaan yang dibuat oleh PT. Maju Gemilang
Mandiri. Proyek ini akan dikerjakan terhitung dimulai 1 Maret 2008 dan
akan berakhir pada 21 Januari 2009. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan perusahaan dapat mengetahui susunan pekerjaan dengan lebih
detail dan lebih optimal lagi, serta hambatan yang akan terjadi selama
pengerjaan proyek
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif solusi dalam
menyelesaikan permasalahan pengerjaan proyek yang dialami perusahaan,
metode CPM (Critical Path Method) merupakan salah satu metode yang
dianggap mampu untuk melakukan analisis sistem yang mengandung
ketidakpastian.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Berdasarkan analisa network –
metode CPM yang digunakan penulis, dapat disimpulkan proyek
pembangunan rumah tinggal di Villa Gading Indah M14, Kelapa Gading –
Jakarta Utara dapat menghemat waktu pengerjaan proyek sebanyak 39 hari,
yaitu dari 366 hari yang dijadwalkan menjadi 327 hari. Pada proyek ini
terdapat pekerjaan kritis yaitu pekerjaan a – b – c – d – e – f – g – h – k – l –
m – n – q – r – s – t – w – z – aa – ab – ac – ad. Dimana pekerjaan kritis ini
merupakan pekerjaan yang mempengaruhi total penyelesaian proyek.
Berdasarkan Metode CPM yang digunakan dapat terjadi penghematan
2. Aryo Andri Nugroho, Optimalisasi Penjadwalan Proyek Pada Pembangunan Gedung Khusus (Laboraturium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Pada PT. MUNICA PRATAMA GROUP UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. ( 2007)
PT Munica Pratama Group merupakan perusahaan yang bergerak dalam
usaha utama sebagai pelaksana konsturksi bangunan gedung dan sipil serta
mengerjakan bidang usaha lainnya seperti building manajemen,
pengembangan properti dan realiti.Untuk memenuhi permintaan konsumen
maka diperlukan penjadwalan proyek yang tepat agar proyek dapat selesai
sesuai tenggat waktu yang disepakati.
Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana cara menentukan
lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek gedung stasiun
karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan metode
CPM dan bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum
pada penjadwalan proyek. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cara
menentukan lintasan kritis dengan menggunakan metode CPM pada
penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun karantina ikan kelas 1
Tanjung Mas Semarang dan kurva s untuk mencari lintasan kritis.
Hasil perhitungan penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun
karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan Metode CPM dan
kurva s membutuhkan waktu 144 hari dengan biaya Rp.606.360.753,00
sedangkan perhitungan yang dilakukan PT MUNICA PRATAMA GROUP
3. Anjik Purnomo, Analisa Penjadwalan Proyek Dengan Menggunakan Metode CPM Dan Analisa Kurva S Pada Proyek Pembangunan Gedung BPK SIDOARJO UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL JAWA TIMUR.( 2009)
PT. PP (Pembangunan Perumahan) Persero adalah sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha utama sebagai pelaksana konstruksi bangunan
gedung dan sipil serta mengerjakan bidang usaha lainnya seperti building
manajemen,pengembangan properti dan realti. Untuk memenuhi permintaan
konsumen yang semakin kompetitif, maka diperlukan penjadwalan proyek
yang tepat agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati.
Dalam pengerjaan konstruksi ini masalah yang sering dihadapi adalah
tentang penggunaan waktu yang kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh
pekerjaan yang tidak tepat waktu sehingga menghambat pekerjaan lainnya
yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
Dengan adanya masalah tersebut maka untuk mengoptimalisasikan jangka
waktu dan meminimasi total biaya proyek untuk pekerjaan yang bisa
dipercepat serta bisa mentargetkan penyelesaian proyek pembangunan
tersebut diperlukan suatu alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan
mengaplikasikan metode CPM (Critical Path Method) dan analisis kurva S
dengan harapan perusahaan dapat mengatasi permintaan konsumen yang
kompetitif dengan waktu dan biaya proyek yang optimal.
Dari hasil pengolahan data didapatkan 6 jalur kritis dengan kegiatan yang
terutama kegiatan-kegiatan utama yaitu A1 (Pembersihan Lokasi dan Jalan
Selama Pelaksanaan), B1 (Pekerjaan struktur lantai 1), B4 (Pekerjaan
struktur lantai 4), C2 (Pekerjaan finishing lantai dan dinding), D2 (Kabel
power distribusi tegangan rendah) dan F1 (Pekerjaan partisi dan interior).
Waktu dan biaya proyek dengan metode riil perusahaan adalah selama 280
hari dengan biaya sebesar Rp 26.602.387.109,-, sedangkan dengan
menggunakan metode CPM (Critical Path Method) percepatan diperoleh
waktu selama 256 hari dengan total biaya proyek sebesar Rp
24.416.952.242,81. Sehingga metode CPM (Critical Path Method) dapat
menghasilkan waktu dan total biaya proyek yang lebih minimal daripada
total biaya proyek rill perusahaan dengan selisih sebesar Rp
2.185.434.866,19. Laju perkembangan proyek ini dapat dilihat pada Kurva S
Percepatan.
Dari ke tiga referensi diatas terdapat perbedaan dengan metode
PERT (Program Evaluation And Review Technique) & CPM (Critical Path
Method) ) yang saya pakai. Pada referensi ditas hanya memakai metode
CPM dan Kurva S saja, sehingga tidak ada program evaluasi dan teknik
0 1 2 3 4 5 Final Report
Evaluation Training Interviews
Definisi Gantt chart
Gantt chart adalah grafik batang horizontal dikembangkan sebagai alat
kontrol produksi pada tahun 1917 oleh Henry L. Gantt, seorang insinyur Amerika
dan ilmuwan sosial. Sering digunakan dalam manajemen proyek bagan Gantt
memberikan ilustrasi grafis jadwal yang membantu untuk merencanakan
mengkoordinasi.
Grafik Gantt chart mungkin versi sederhana dibuat pada kertas grafik atau versi
yang lebih kompleks otomatis dibuat menggunakan aplikasi manajemen proyek
seperti Microsoft Project atau Excel. Sebuah bagan Gantt dibangun dengan sumbu
horizontal mewakili rentang waktu keseluruhan proyek, dipecah menjadi kenaikan
(misalnya, hari, minggu, atau bulan ) dan sumbu vertikal mewakili tugas-tugas
yang membentuk proyek.
Bar horizontal dari berbagai panjang merupakan urutan waktu dan rentang
waktu untuk setiap tugas. Dengan menggunakan contoh yang sama anda akan
menempatkan “melakukan penelitian” di bagian atas sumbu vertical dan
menggambar sebuah bar pada grafik yang mewakili jumlah waktu yang anda
harapkan untuk menghabiskan penelitian dan kemudian masukkan tugas-tugas
lain di bawah yang pertama dan bar perwakilan di titik-titik dalam waktu ketika
anda mengharapkan untuk melakukan mereka. Bentang bar mungkin tumpang
tindih seperti misalnya anda dapat melakukan penelitian dan memilih perangkat
lunak selama rentang waktu yang sama. Karena proyek berlangsung bar sekunder
mata panah atau batang gelap dapat ditambahkan untuk menunjukkan tugas yang
telah selesai atau bagian dari tugas yang telah selesai. Sebuah garis vertikal
digunakan untuk mewakili tanggal laporan.
Grafik Gantt memberikan gambaran yang jelas tentang status proyek tetapi
satu masalah dengan mereka adalah bahwa mereka tidak menunjukkan
ketergantungan tugas-tugas anda tidak bisa mengatakan bagaimana seseorang
jatuh di belakang jadwal tugas mempengaruhi tugas lainnya. Otomatis grafik
Gantt menyimpan lebih banyak informasi tentang tugas seperti individu
ditugaskan untuk tugas-tugas tertentu dan catatan tetang prosedur. Mereka juga
menawarkan keuntungan yang mudah untuk mengubah yang sangat membantu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada Proyek PT.
GEMILANG CIPTA WAWASA. Pengambilan data dilakukan pada Bagian
Operasi Proyek dan penelitian hanya difokuskan pada proyek Pemasangan pipa
steam di PT. TJIWI KIMIA. tbk. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 23
Agustus 2011 sampai dengan data tercukupi.
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1. Identifikasi Operasional Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi besaran
dan variasi nilai terlibat dalam penelitian. Jadi identifikasi operasional variabel
adalah menentukan variabel yang mempengaruhi besaran dan variasi nilai, adapun
variabel yang diamati penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas atau Independent :
a. Aktivitas atau kegiatan
b. Jenis kegiatan
c. Urutan kegiatan
d. Waktu kegiatan
2. Variabel Terikat atau Dependent :
a. Interval waktu penyelesaian proyek
b. Biaya penyelesaian proyek
3.2.2. Definisi Operasional Variabel
Dari identifikasi variabel di atas, variabel tersebut dapat didefinisikan
sebagai berikut :
1. Variabel Bebas atau Independent :
a. Aktivitas atau kegiatan
Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek, dimana
dalam penyelesaiannya membutuhkan durasi (waktu).
b. Jenis kegiatan
Semua jenis pekerjaan yang dikelompokan menjadi beberapa pekerjaan
sesuai dengan aktivitas-aktivas yang dikerjakan.
c. Urutan kegiatan
Kegiatan yang mengawali atau mendahului artinya kegiatan yang pertama
diselesaikan terlebih dahulu selanjutnya baru melakukan kegiatan
sesudahnya atau sebaliknya kegiatan sesudahnya tidak bisa dilakukan
sebelum kegiatan yang pertama atau mendahului diselesaikan terlebih
dahulu.
d. Waktu kegiatan
Variabel waktu kegiatan ini meliputi normal time dan crash time. variable
e. Biaya proyek
Variabel ini menunjukkan biaya yang digunakan untuk menyelesaikan
suatu aktivitas proyek.
3. Variabel Terikat atau Dependent :
a. Interval waktu penyelesaian proyek
Variabel ini menunjukkan interval waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu proyek.
b. biaya penyelesaian proyek.
Variabel ini menunjukan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu proyek.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Sebelum diadakan pembahasan pada masalah yang dihadapi, maka
diperlukan pengumpulan data yang ada di bagian konstruksi.
Data yang digunakan dalam menyelesaiakn penelitian ini, yaitu:
1. Data Primer
Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan terhadap obyek yang diteliti, sehingga
didapatkan data-data yang relevan dan dapat memperkuat penelitian.