• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.5 Model Hubungan Teknologi dan Kinerja

2.5.1 Penelitian Berfokus Pemanfaatan Teknologi

Penelitian yang memfokuskan pada pemanfaatan teknologi lebih banyak menggunakan variabel sikap dan keyakinan pemakai sistem (user) untuk memprediksi pemanfaatan sistem informasi (Thompson, et al. dalam Amalia, 2010). Namun penelitian tersebut memiliki kelemahan (Goodhue dan Thompson ,1995) yaitu: (1) Pemanfaatan teknologi informasi tidak selalu bersifat sukarela. Biasanya lebih difokuskan untuk berfungsinya rancangan sistem informasi untuk melaksanakan suatu pekerjaan dibandingkan dengan kualitas yang dihasilkan; (2) Semakin tinggi pemanfaatan sistem informasi tidak secara otomatis berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja.

Gambar 2.2 Model Hubungan dan Kinerja yang Berfokus pada Pemanfaatan Teknologi Informasi

Sumber: Goodhue dan Thompson (1995).

2.5.2 Penelitian berfokus Kesesuaian Tugas-Teknologi

Goodhue dan Thompson (1995) berargumentasi bahwa dampak kinerja dihasilkan karena kecocokan antara tugas dan teknologi yang digunakan, yakni apabila teknologi menyediakan sarana dan dukungan yang cocok dengan yang

Karakteristik Teknologi Yang Mempengaruhi Pemanfaatan: -Keyakinan -Perasaan Pemanfaatan Dampak Kinerja

diperlukan dalam menyelesaikan tugasnya. Dalam hal ini penelitian akan lebih bermanfaat jika dikombinasikan dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan pemafaatan teknologi dan dampaknya terhadap kinerja.

Gambar 2.3 Model Hubungan dan Kinerja yang Berfokus pada Kesesuaian Kerja

Sumber: Goodhue dan Thompson (1995).

2.6Sistem Informasi Akuntansi

Sistem merupakan satu kesatuan kelompok yang mengintegrasikan bagian- bagiannya yang berfungsi untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Sedangkan informasi merupakan data-data yang diproses diolah sehingga mempunyai makna bagi pemakainya (Wilkinson dalam Amalia, 2010). Menurut Hall (2001:5) sistem merupakan serangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan atau subsistem-subsistem yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang sama.

Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur sedemikian rupa untuk mengubah data menjadi informasi. Informasi yang dihasilkan melalui sistem informasi akuntansi

Karakteristik Tugas Kecocokan Tugas-Teknologi Karakteristik Teknologi Dampak Kinerja

kemudian dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pengambil keputusan dalam suatu organisasi. Sistem informasi akuntansi dapat diterapkan secara manual maupun secara komputerisasi (Bodnar dan Hopwood, 2006:1). Faktor desain sistem yang mencerminkan adanya pemisahan tanggung jawab fungsional yang tepat, sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik sangat dipengaruhi keberhasilan pelaksanaan sistem informasi akuntansi yang telah dirancang (Amalia, 2010).

Sistem informasi akuntansi digunakan dalam suatu organisasi untuk mengidentifikasi, menganalisa, menyimpan, merangkum, dan menyampaikan informasi ekonomi yang relevan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak eksternal maupun pihak internal organisasi. Sistem informasi akuntansi yang diterapkan dalam suatu organisasi harus disesuaikan dengan kebutuhan organisasi tersebut. Di mana sistem informasi akuntansi akan lebih mudah diterapkan dengan adanya teknologi informasi (Astuti, 2008).

Bodnar dalam Siregar (2008) mendefinisikan sistem informasi akuntansi sebagai kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Informasi ini dikomunikasikan kepada beragam pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil pengertian dari sistem informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi (Siregar dan Suryanawa, 2008).

Sistem informasi tidak terbatas pada pembelajaran teori dan praktik saja, namun secara umum dapat dibagi menjadi pendekatan teknis, pendekatan perilaku, dan pendekatan gabungan dari keduanya (Laudon dalam Amalia, 2010). Pendekatan teknis pada sistem informasi menekankan pada model normatif yang bersifat matematis untuk mempelajarai sistem informasi, juga kecakapan teknologi secara fisik dan formal dari suatu sistem. Pendekatan perilaku diperlukan karena masalah-masalah perilaku seperti penggunaan sistem, implementasi sistem dan rancangan kreatif. Beberapa ahli sosiologi memfokuskan pada pengaruh sistem informasi pada kelompok, organisasi dan masyarakat. Sedangkan dalam ilmu psikologi berkaitan dengan respon individu terhadap sistem informasi dan model cognitive serta perilaku manusia. Dalam pendekatan perilaku tidak dapat mengabaikan teknologi, karena teknologi sistem informasi sering merupakan pendorong (stimulus) bagi munculnya masalah perilaku (Amalia, 2010).

Berdasarkan hal tersebut yang dikemukakan di atas maka diperlukan adanya pendekatan gabungan dengan menggunakan dua pendekatan sekaligus. Pendekatan gabungan yang biasa disebut dengan pendekatan sosioteknis yang merupakan gabungan antara pendekatan teknis dan pendekatan perilaku. Hal ini terjadi karena tidak ada satu pendekatan pun yang dapat mengungkapkan realitas sistem informasi secara sempurna (Amalia, 2010). Ada empat peranan penting sistem informasi dalam perusahaan secara umum (Alter dalam Kadir, 2003:8), yaitu:

b. Mengaitkan perencanaan, pengerjaan dan pengendalian dalam sebuah subsistem.

c. Mengkoordinasikan subsistem-subsistem. d. Mengintegrasikan subsistem-subsistem.

Wilkinson dalam Astuti (2008) menyatakan peranan teknologi informasi bagi akuntan dalam menerapkan sistem informasi akuntansi, meliputi:

a. Teknologi informasi membantu akuntan untuk menyelesaikan kewajiban mereka dengan lebih cepat, akurat, dan konsisten.

b. Beberapa teknologi informasi terbaru dapat membantu pengembangan dan pengintregasian file akuntansi, mengevaluasi pengawasan intern dalam sistem informasi akuntansi dan variasi aplikasi paket software.

c. Jaringan komputer menyalurkan data dan informasi, sehingga merupakan bagian integral dari sistem informasi akuntansi.

d. Jaringan komputer tertentu akan dikembangkan sehingga akan membantu pemakai dengan variasi informasi keuangan

Sebuah proyek pengembangan analisis sistem biasanya terdiri dari tiga fase yaitu analisis sistem, desain sistem dan implementasi sistem. Analisis sistem melibatkan penyusunan solusi dan evaluasi solusi untuk menyelesaikan masalah sistem. Analisis sistem menekankan tujuan sistem secara keseluruhan. Dasar dari analisis ini adalah timbal balik antartujuan sistem (Amalia, 2010). Tujuan umum analisis sistem secara ringkas (Bodnar dan Hopwood, 2006:21) adalah sebagai berikut:

b. Untuk meningkatkan pengendalian internal. c. Untuk meminimalkan biaya, jika memungkinkan.

Perkembangan sistem informasi dalam perusahaan, namun di sisi lain dapat menimbulkan beberapa permasalahan bagi pihak perusahaan, yaitu antara lain (Maharsi, 2000):

a. Untuk menerapkan sistem informasi dalam perusahaan memerlukan biaya yang besar.

b. Pengembangan sistem informasi tidak hanya memerlukan pengetahuan kemampuan teknis pada bidang pekerjaan tertentu saja tetapi pengetahuan tentang sistem informasi juga harus dikembangkan.

c. Sistem informasi yang diterapkan tersebut harus acceptable, artinya dapat diterima oleh semua orang yang akan menggunakannya.

d. Perkembangan sistem informasi juga memungkinkan hilangnya kesempatan kerja khususnya bagi karyawan tingkat bawah, karena sistem informasi dapat mengambil pekerjaan mereka.

e. Dengan semakin canggihnya sistem informasi akan memungkinkan munculnya kejahatan-kejahatan sistem informasi.

Untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul tersebut, maka diupayakan beberapa tindakan. Masalah resistance to change harus dihilangkan karena hal ini dapat melibatkan menurunnya produktivitas, meningkatkan angka absensi dan mengurangi motivasi atau pemogokan kerja (Maharsi, 2000). Selain itu perlu memberikan kesadaran dan motivasi pada karyawan bahwa penggunaan sistem

informasi dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang dan menunjukkan kelemahan sistem lama (Amalia, 2010).

2.7Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak

Pengembangan teknologi informasi Ditjen Pajak dimulai pada awal tahun 90-an, yaitu dengan penerapan NPCS yang berfungsi untuk mengawasi dan mengevaluasi pembayaran pajak. Pada awal tahun 1994, mulai diperkenalkan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) untuk menggantikan NPCS yang berfungsi sebagai sarana pengawasan SPT sekaligus untuk mengawasi dan mengevaluasi pembayaran pajak, serta berperan sebagai sarana pendukung pengambilan keputusan. Sejak tahun 2004, DJP menerapkan aplikasi baru yang dinamakan Oracle, yaitu Relation Database Management System (RDBMS) untuk mengelola informasi secara terbuka, komprehensif dan terintegrasi. Server oracle menyediakan solusi yang efisien dan efektif karena kemampuannya dalam hal sebagai berikut: (Azan Fajri dalam Amalia, 2010).

a. Dapat bekerja di lingkungan client/server (pemrosesan tersebar). b. Menangani management space dan basis data yang besar. c. Mendukung akses data secara simultan.

d. Performa pemrosesan transaksi yang tinggi. e. Menjamin ketersedian yang terkontrol. f. Lingkungan yang tereplikasi.

Penyedia layanan business process outsorcing (BPO) juga menghantarkan melalui BPO yang oracleinitiative. Sementara penyedia layanan BPO menikmati

biaya lebih rendah dari total kepemilikan dan meningkatkan fleksibilitas

pemasangan melalui standar berbasis teknologi oracle yang canggih pada mereka. Organisasi bisnis end-user dapat memiliki sistem dan beroperasi lebih cepat dan mulus serta meningkatkan daya kerja ke sistem terbaru (Amalia, 2010).

Menurut Nigel dalam Amalia (2010) program Oracle (yang mencangkup perangkat lunak dan dokumentasi) mengandung informasi milik perusahaan yang diberikan berdasarkan perjanjian lisensi yang berisi pembatasan pada penggunaan dan pengungkapan serta mencakup hak cipta, paten dan lainnya. Data dari kantor pelayanan pajak berasal langsung dari pusat Dirjen Pajak sehingga setiap kantor pajak dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien.

2.8Pemanfaatan Teknologi Informasi

Davis (dalam www.jstor.org) menyatakan bahwa pemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu sistem tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Sedangkan pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna teknologi informasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya (Thompson et al. dalam Sunarta, 2005).

Pemanfaatan teknologi oleh Goodhue dan Thompson (1995) didefinisikan sebagai perilaku menggunakan teknologi dalam menyelesaikan tugas, pemanfaatan teknologi informasi merupakan keputusan individu untuk menggunakan atau tidak menggunakan teknologi yang bersangkutan dengan

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendorong atau tidaknya individu memanfaatkan teknologi.

Penggunakan komputer untuk memproses data transaksi memiliki fungsi sistem informasi pada setiap organisasi. Fungsi sistem informasi bertanggung jawab atas pemrosesan data yang merupakan aplikasi sistem informasi akuntansi yang paling mendasar di setiap organisasi. Fungsi sistem informasi dalam organisasi telah mengalami evolusi yang diawali dengan struktur organisasi yang sederhana, yang hanya melibatkan beberapa orang hingga fungsi tersebut berkembang menjadi struktur yang kompleks yang melibatkan beberapa spesialis (Bodnar dan Hopwood, 2006:11).

Struktur departemen sistem informasi yang paling lazim adalah fungsi, yaitu pemberian wewenang dan tanggung jawab berdasarkan area keahlian teknis setiap staf. Semakin besar departemen sistem informasi, maka setiap fungsi dalam departemen tersebut akan cenderung semakin spesial (Bodnar dan Hopwood, 2006:12). Departemen sistem informasi dibagi menjadi lima fungsi utama yaitu: a. Fungsi analisis, bertugas mengidentifikasi masalah dan proyek untuk

mendesain sistem yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.

b. Fungsi pemrograman, bertanggung jawab untuk mendesain, membuat kode, menguji, dan men-debug program komputer yang diperlukan untuk mengimplementasikan sistem yang telah dirancang oleh analis.

c. Fungsi operasi, bertanggung jawab menyiapkan data, mengoperasikan peralatan, dan memelihara sistem.

d. Fungsi technical support, bertanggung jawab dengan sistem operasi, perangkat lunak, desain database, pengolahan data, dan teknologi komunikasi. e. Fungsi user support, bertugas melayani pengguna, serupa dengan fungsi

technical support yang bertugas yang melayani personel di departemen sistem informasi.

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan sebagaimana penggunaan sistem informasi dapat mendukung dalam melaksanakan tugas individu, di mana pengukurannya berdasarkan intensitas pemanfaatan, dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan (Thompson et al. dalam Sunarta, 2005). Pemahaman, sikap yang positif dan dukungan yang baik terhadap teknologi informasi juga sangat penting bagi akuntan dalam pengolahan data khususnya data keuangan (Amalia, 2010).

Investasi yang besar dalam hal teknologi informasi tidak akan bermanfaat apabila teknologi tersebut tidak dapat diterima oleh anggota organisasi. Lucas and Spitter (1997) mengemukakan bahwa penting bagi tiap-tiap anggota untuk mengerti dan memprediksi kegunaan sistem agar teknologi informasi dapat dimanfaatkan secara efektif sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kinerjanya.

2.9Indikator yang Mempengaruhi Pemanfaatan Teknologi Informasi

Investasi perusahaan dengan menggunakan teknologi informasi seringkali jumlahnya besar dan beresiko. Dalam pembuatan keputusan yang lebih informatif, maka pengembangan sistem perlu diimbangi dengan pemahaman yang lebih baik

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi tersebut (Jackson et al. dalam Amalia, 2010).

Pemanfaatan teknologi juga berhubungan dengan perilaku menggunakan teknologi tersebut guna menyelesaikan tugas. Teori sikap dan perilaku (theory of attitudes and behaviour) dari Triandis (1980) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi (komputer) oleh pekerja akan dipengaruhi oleh faktor sosial dan perasaan individual (affect) terhadap penggunaan komputer, kebiasaan (habit)

sehubungan dengan penggunaan komputer, konsekuensi individual yang diharapkan (consequencies) dari penggunaan komputer dan kondisi yang memfasilitasi (facilitation conditions) dalam lingkungan yang kondusif dalam penggunaan komputer (Amalia, 2010).

Menurut model yang dikembangkan Thompson et al. dengan mengadopsi sebagian teori yang diusulkan oleh Triandis (1980). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi adalah sebagai berikut (Amalia, 2010):

2.8.1 Faktor sosial

Faktor sosial diartikan sebagai tingkat dimana seorang individu menganggap bahwa orang lain dapat menyakinkan dirinya sendiri untuk menggunakan teknologi informasi. Faktor sosial ditunjukkan dari besarnya dukungan rekan kerja, atasan, dan organisasi. Menurut Triandis (1980) faktor sosial memiliki hubungan positif dengan pemanfaatan teknologi informasi. Teori tersebut didukung oleh penelitian Thompson dalam Handayani (2007) dan penelitian Tjhai (2003) yang menyatakan bahwa faktor sosial berpengaruh positif

sifnifikan terhadap pemanfaatan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa individu akan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi jika mendapat dukungan dari individu lainnya (Amalia, 2010).

2.8.2 Affect (perasaan individu)

Affect (perasaan individu) dapat diartikan bagaimana perasaan individu, apakah senang dalam melakukan pekerjaannya dengan menggunakan teknologi informasi atau tidak. Penelitian Thompson dalam Handayani (2007) dan Agus dalam Amalia (2010) membuktikan bahwa perasaan individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan teknologi sistem informasi. Hal ini berarti jika individu senang melakukan pekerjaan dengan menggunakan teknologi informasi, maka individu tersebut akan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (Amalia, 2010).

2.8.3 Kompleksitas

Kompleksitas didefinisikan sebagai tingkat inovasi yang dipersepsikan sesuatu yang relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Penelitian yang dilakukan Tjhai (2003) menyatakan bahwa semakin kompleks inovasi yang dilakukan semakin rendah tingkat penerimaan. Jika konteks penerimaan atas inovasi menunjukkan tingkat pemanfaatan teknologi informasi, maka hasil tersebut menyimpulkan bahwa kompleksitas mempunyai hubungan yang negatif dengan pemanfaatan teknologi informasi. Penelitian ini didukung oleh penelitian Thompson et al. dan Agus dalam Astuti (2008) yang memperoleh hasil bahwa kompleksitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemanfaatan teknologi

informasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kompleks teknologi informasi maka semakin rendah tingkat pemanfaatan teknologi informasi (Amalia, 2010).

2.8.4 Kesesuaian Tugas

Kesesuaian tugas dengan teknologi secara lebih spesifik menunjukkan hubungan pemanfaatan teknologi informasi dengan kebutuhan guna menyelesaikan tugas. Tugas diartikan sebagai segala tindakan yang dilakukan oleh individu-individu dalam memproses input menjadi output. Karakteristik tugas mencerminkan sifat dan jenis tugas yang memerlukan bantuan teknologi. Thompson et. al. dalam Astuti (2008) serta Siregar dan Suryanawa (2008) memperoleh hubungan yang positif dan signifikan antara kesesuaian tugas dengan pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa individu akan meningkatkan pemafaatan teknologi informasi yang diterapkan sesuai dengan tugas mereka (Amalia, 2010).

2.8.5 Konsekuensi jangka panjang

Konsekuensi jangka panjang diukur dari output yang dihasilkan apakah mempunyai keuntungan pada masa yang akan datang, seperti peningkatan karier dan peningkatan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih penting. Untuk beberapa individu, motivasi untuk menggunakan teknologi informasi tidak hanya dapat dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan saat ini namun juga dengan rencana mereka pada masa yang akan datang. Siregar dan Suryanawa (2008) serta Astuti (2008) menemukan pengaruh positif signifikan antara konsekuensi jangka panjang dengan pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa individu akan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi jika output yang dihasilkan dari pemanfaatan teknologi informasi dapat

memberikan keuntungan pada masa yang akan datang seperti peningkatan karier dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih penting (Amalia, 2010).

2.8.6 Kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi

Triandis (1980) menyatakan bahwa kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi meliputi faktor objektifitas yang ada di lingkungan kerja yang mendukung pemakai dalam melakukan suatu pekerjaan. Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi, kondisi yang memfasilitasi merupakan faktor penunjang individu dalam memanfaatkan teknologi. Penelitian yang dilakukan Astuti (2008) yang didukung oleh penelitian Amalia (2010) menyatakan bahwa kondisi yang memfasilitasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini membuktikan bahwa kondisi yang mendukung merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi (Amalia, 2010).

2.10 Kerangka Berpikir

Mangkunegara dalam Astuti (2008), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pencapaian kinerja yang tinggi akan memberikan kepuasan bagi individu sehingga individu tersebut dapat termotivasi untuk selalu berusaha mencapai kinerja yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya.

Penilaian kinerja berhubungan dengan keberhasilan atau tidaknya pencapaian serangkaian tugas oleh individual baik dalam perilaku maupun hasil

kerja individu. Dimana kinerja dapat tercapai jika individu dapat memenuhi kebutuhan individual dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Kinerja yang semakin tinggi melibatkan kombinasi dan peningkatan efisiensi, peningkatan efektifitas, peningkatan produktivitas dan peningkatan kualitas (Goodhue dan Thompson, 1995).

Pencapaian hasil kerja secara individu tersebut dilihat dari pencapaian pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan kepada pekerja atas dasar penggunaan kecakapan, pengalaman, serta ketrampilan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pencapaian kinerja juga berkaitan dengan kesesuaian antara sistem informasi yang diterapkan dengan tugas, kebutuhan dan kemampuan individu dalam organisasi tersebut. Penerapan suatu sistem informasi dalam organisasi hendaknya didukung oleh tugas, kebutuhan dan kemampuan individu (Astuti, 2008).

Penelitian Goodhue dan Thompson (1995), pencapaian serangkaian tugas- tugas individu yang didukung dengan teknologi informasi yang ada dapat mencapai keberhasilan suatu kinerja. Karakteristik individual akan mengukur keahlian dan kemampuan masing-masing individu pada penggunaan teknologi oleh individu yang diterapkan oleh perusahaan atau organisasi dalam menyelesaikan tugas. Perkembangan teknologi diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas, hal ini dikarenakan berkaitan dengan meningkatnya pula suatu kinerja dan kemungkinan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat dengan adanya teknologi tersebut (Astuti, 2008).

Teknologi dapat dimanfaatkan dengan baik jika para pengguna teknologi memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi tersebut sehingga

perkembangan teknologi harus diikuti dengan keinginan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi tersebut (Astuti, 2008). Menurut Lucas & Spitler (1997), anggota harus dapat menggunakan teknologi tersebut secara efektif agar dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja. Oleh karena itu sangat penting bagi anggota organisasi untuk mengerti dan memprediksi kegunaan sistem dari teknologi tersebut.

Sunarta (2005) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja invidual. Hasil penelitian yang sama menguji pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja individual juga dilakukan oleh Jumaili (2005), Sunarta (2005), Siregar dan Suryanawa (2008) serta Amalia (2010) yang menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kinerja individual. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi merupakan salah satu aspek penting untuk memahami pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja individual.

Faktor pertama adalah faktor sosial bagaimana setiap individu dalam lingkungan kerja tersebut dapat memperhatikan penggunaan komputer personal sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja individual. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Diana (2001), Tjhai (2003) dan Thompson dalam Handayani (2007) yang menyatakan bahwa faktor sosial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja individual. Penelitian berbeda dilakukan oleh Astuti (2008), Siregar dan Suryanawa (2008) serta Amalia (2010) yang menyatakan

bahwa faktor sosial dalam pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja individual.

Faktor kedua yaitu perasaan individu (affect) sehubungan dengan komputer, bagaimana tanggapan individu dalam dalam melaksanakan tugasnya sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja individual. Siregar dan Suryanawa (2008) serta Amalia (2010) menyatakan bahwa affect dalam pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kinerja individual. Namun hasil berbeda ditunjukkan melalui penelitian Sunarta (2005) yang menyatakan bahwa

affect berpengaruh negatif terhadap kinerja individual.

Faktor ketiga yaitu kompleksitas, yaitu tingkat kesulitan dalam menggunakan komputer yang dapat mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi. semakin kompleks inovasi yang diperoleh maka semakin sulit pegawai untuk menggunakan teknologi informasi sehingga berpengaruh negatif terhadap kinerja individual. Sunarta (2005) dan Amalia (2010) menyatakan bahwa kompleksitas dalam pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh negatif terhadap kinerja individual. Penelitian berbeda dilakukan oleh Siregar dan Suryanawa (2008) dengan hasil yang berbeda, di mana kompleksitas berpengaruh positif terhadap kinerja individual.

Faktor keempat yaitu kesesuaian tugas dalam penggunaan teknologi informasi. Kesesuaian tugas meliputi karakteristik tugas yang mencerminkan sifat dan jenis tugas yang memberikan bantuan terhadap tugas yang diberikan sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Meskipun penelitian yang dilakukan oleh Sunarta (2005) dan Tjhai (2003) menyatakan bahwa kesesuaian

tugas berpengaruh positif terhadap kinerja individual namun penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Suryanawa (2008) serta Amalia (2010) menyatakan bahwa kesesuaian tugas dalam pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kinerja individual.

Faktor kelima yaitu konsekuensi jangka panjang, dimana motivasi untuk menggunakan teknologi informasi dapat dihubungkan dengan rencana pada masa yang akan datang dan tidak hanya kebutuhan saat ini sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Sunarta (2005), Siregar dan Suryanawa (2008) serta Amalia (2010) menyatakan bahwa konsekuensi jangka panjang dalam pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kinerja individual. Namun demikian penelitian Tjhai (2003) menyatakan bahwa konsekuansi jangka panjang berpengaruh negatif terhadap kinerja individual.

Faktor keenam yaitu kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi, bagaimana lingkungan kerja secara objektif memberikan dorongan dalam peningkatan pemanfaatan teknologi informasi sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Sunarta (2005) dan Amalia (2010) menyatakan bahwa kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kinerja individual. Penelitian dengan hasil berbeda dilakukan oleh Thompson dalam Handayani (2007), Siregar dan Suryanawa (2008) dan Tjhai (2003) yang menyatakan bahwa kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh negatif terhadap kinerja individual.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin menguji kembali pengaruh relatif dari masing-masing faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi

Pemanfaatan Teknologi Informasi

terhadap kinerja individual yang dapat digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

2.11 Hipotesis

Rumusan hipotesis yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

H1:Terdapat faktor sosial, affect, komplesitas, kesesuaian tugas, konsekuensi jangka panjang dan kondisi yang memfasilitasi dalam pemanfaatan teknologi

Dokumen terkait