• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

3. Tanaman Buah-Buahan

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.4.2. Penelitian Jeruk Keprok SoE

Jeruk keprok SoE merupakan komoditi khas yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif dan sangat cocok untuk dikembangkan di Pulau Timor khusunya di Kabupaten TTS. Komoditi ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai sumber utama (60-75%) pendapatan para petani jeruk di daerah centra produksinya di Kabupaten TTS.

Untuk mendukung proggram pengembangan jeruk keprok SoE ini, pemerintah Provinsi NTT telah membangun dua pusat Balai Benih di Pulau Timor (satu untuk budidaya jeruk dataran tinggi dan yang lainnya untuk budidaya jeruk dataran rendah). Balai-balai benih ini mensuplai bibit jeruk keprok yang berkualitas baik untuk dikembangkan di daerah TTS. Dalam rangka itu, pemerrintah NTT telah menjalin kerja sama dengan pemerintah Jepang dalam proyek Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) yang sudah berjalan sejak tahun 1997 dan berakhir 2002. Kegiatan utama proyek kerja sama ini adalah pada perluasan daerah penanaman jeruk keprok SoE.

Hasil penelitian Winrock International Project (Suek et al., 1998) di Kabupaten TTS mencatat bahwa luas pemanenan jeruk keprok SoE di Kabupaten TTS pada tahun 1997 adalah sebesar 1 709 ha dengan produksi sebesar 9 316 ton. Kisaran produksi per pohonnya adalah 26-30 kg (kira-kira 156-180 buah per pohon dengan rata-rata 6-7 buah per kg dengan diameter buah rata-rata 5-7.5 cm).

111

Catatan produksi ini masih jauh berada di bawah produksi potensial yang bisa dihasilkan jeruk keprok SoE.

Penelitian Suek et al. (1998) juga menemukan bahwa produksi dan produktivitas jeruk keprok SoE di Kabupaten TTS adalah rendah dibandingkan dengan produksi dan produktivitas potensialnya. Rendahnya produksi jeruk keprok SoE ini diakibatkan oleh adanya berbagai faktor seperti teknik budidaya yang sangat sederhana. Hanya dua persen saja petani yang memakai pupuk kimia seperti urea dan TSP, dan pestisida. Sebagian besar (75%) petani memakai pupuk kandang. Hama dan penyakit tanaman jeruk dibiarkan secara alamiah, tanpa adanya perhatian dan perlakuan khusus dari petani. Hal ini bisa dipahami karena petani memiliki keterbatasan baik modal maupun kemampuan manajerialnya.

Hasil penelitian Pellu et al. (2001) tentang nilai ekonomi jeruk keprok SoE menunjukkan bahwa produk ini secara ekonomis menguntungkan dan kontribusinya sangat besar (75%) terhadap total pendapatan rumah tangga petani jeruk di kabupaten TTS. Sedangkan penelitian Milla et al. (2002) dan Yusuf et al. (2009) merekomendasikan bahwa jeruk keprok SoE secara finansial sangat layak untuk dikembangkan di daerah TTS bagian Selatan dan Utara.Dari segi preferensi konsumen di beberapa kota di Indonesia seperti Denpasar, Surabaya maupun di kota Kupang menunjukkan bahwa jeruk keprok SoE sangat disukai oleh konsumen dalam hal warnanya yang kuning keemasan, rasa manis, tekstur lembut dan mudah dikupas (Mason et al., 2002 dan Adar et al., 2005). Namun, sistem pemasaran (teknologi, strategi dan supply chain) jeruk keprok SoE ini sangat perlu untuk diperbaiki agar lebih efisien dan membawa keuntungan yang lebih

besar bagi petani jeruk itu (Wei et al., 2001; Woods et al., 2002; Adar et al., 2005).

Baik kegiatan proyek OECF maupun kegiatan penelitian dari Winrock International; Suek et al., Pellu et al., Milla et al., Adar et al. dan Mason et al., analisisnya masih bersifat parsial saja, dan hampir semua menyarankan bahwa ada keterkaitan antara kesuksesan di pasar dengan keberhasilan di tingkat usahatani (proses produksi). Berhubung masih jarangnya kajian empiris, baik di dunia internasional maupun di Indonesia, pada jeruk umumnya dan jeruk keprok SoE pada khususnya, maka penelitian ini merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan.

Pada hakekatnya permasalahan usahatani jeruk keprok SoE sangat kompleks, sehingga membutuhkan pendekatan saling terkait, mulai dari tingkat produksi sampai pada tingkat konsumen akhir. Penelitian yang akan dilakukan ini adalah merupakan hal yang sangat penting bagi program pembangunan pertanian khususnya jeruk keprok SoE di Kabupaten TTS, Provinsi NTT. Kajian empiris terdahulu dengan pendekatan efisiensi lebih banyak di lakukan pada sektor peternakan (dan produk-produknya) dan tanaman pangan (tanaman semusim) yang dominan pada lahan sawah (lahan basah), khususnya padi dan jagung. Selain itu, penelitian sebelumnya (khususnya pada jeruk) yang menggunakan fungsi produksi stokastik frontier lebih banyak memakai pendekatan primal dan data panel yang khas daerah subtropis, tanpa memperhatikan skala usaha dan zona agroklimat. Penelitian yang akan dilakukan ini adalah mencoba menggunakan fungsi produksi stokastik frontier dengan pendekatan dual dan data cross-section, khas tanaman tahunan, antar skala dan zona spesifik daerah lahan kering. Jeruk

113

keprok SoE ini tidak dapat tumbuh baik jika dibudidayakan di tempat lain, selain di kabupaten TTS (Dinas Pertanian, 2007c).

Dari berbagai studi pustaka di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Jeruk di Indonesia sangat potensial dan berprospek baik serta merupakan komoditas yang perlu diperhitungkan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga, bahan baku industri pengolahan, ekspor dan substitusi impor.

2. Berdasarkan data potensi dan prospek, jeruk keprok SoE merupakan komoditas unggulan dan penggerak ekonomi petani di daerah-daerah sentra pengembangannya di provinsi NTT, terutama untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sentra produksi dan pengembangannya. Jeruk keprok SoE secara finansial layak untuk dikembangkan di daerah dataran tinggi dan rendah di kabupaten Timor Tengah Selatan.

3. Studi terdahulu pada jeruk sangat sedikit. Dari beberapa studi yang ada itu, tercatat bahwa studi-studi tersebut menggunakan fungsi stokastik frontier dengan pendekatan primal dan tidak menggunakan data cross section; pendekatan dual serta tidak memperhitungkan ukuran usahahatani dan zona agroklimat.

4. Penelitian yang telah dilakukan ini menggunakan fungsi stokastik frontier dengan data cross section, dengan memperhatikan ukuran usahatani dan zona agroklimat daerah lahan kering. Penggunaan data cross section pada tingkat usahatani tradisional yang belum pernah dilakukan pada studi-studi sebelumnya merupakan suatu hal yang baru, terutama berkaitan dengan ketidak-tersediaan data seri waktu untuk input-input usahatani jeruk keprok

SoE. Ada suatu harapan bahwa pengambilan data primer pada tingkat usahatani (on farm research) dapat memberikan kegunaan langsung bagi petani dan pengambil kebijakan bidang pembangunan pertanian di masa datang. Perlu juga disadari bahwa perubahan teknologi untuk tanaman tahunan membutuhkan waktu yang lama bila dibandingkan dengan tanaman semusim. Dengan demikian, penggunaan data panel untuk studi jangka pendek seperti penelitian untuk disertasi ini agak sulit untuk dibuat. Akhirnya diharapkan bahwa studi ini kiranya dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, kemampuan petani untuk mengelola usahatani jeruk dan pengembangan kepustakaan efisiensi dengan pendekatan stokastik frontier yang khas tanaman tahunan tropis di daerah lahan kering. Secara ringkas dapatlah dikatakan bahwa penelitian disertasi ini ingin menjawab adanya kesenjangan teoritis (tanaman tahunan) dan kesenjangan empiris (tingkat produktivitas) usahatani jeruk keprok SoE.