• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECEPATAN TUMBUH

4.1 Hasil Penelitian

Di antara 367 anak perempuan di Sekolah Menengah Pertama yang diperiksa, didapati 270 anak perempuan yang telah pubertas, pada Sekolah Dasar didapati 4 orang anak perempuan yang telah pubertas dan 126 anak yang menderita ADB (46%), enam orang anak menolak untuk mengikuti penelitian. Didapatkan 120 anak sebagai sampel penelitian ini, secara randomisasi sederhana dengan menggunakan tabel random sampel dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari 60 anak yang diberikan terapi besi dan 60 anak diberikan plasebo, namun dalam pemantauan selama 6 bulan satu orang anak pada kelompok plasebo tidak bersedia melanjutkan penelitian. Penelitian ini menganut analisis

intention to treat sehingga sampel yang drop out dihitung juga.

Penelitian ini didapati usia saat menstruasi pertama, pemeriksaan antropometri, konsentrasi hemoglobin, MCV, RBC, indeks mentzer dan indeks RDW hampir sama pada kedua kelompok. Hai ini dapat dilihat dalam (Tabel 4.1).

Anak dengan ADB n = 126

Sampel n = 120

Kelompok terapi Besi 1 X Sehari n = 60 Pengukuran Antropometri -Kelompok Plasebo 1 X Sehari n = 60 Pengukuran Antropometri

-Pemeriksaan darah ulang satu bulan intervensi

Anak perempuan pubertas usia 10 sampai 16 tahun

n = 274

Enam anak menolak ikut dalam penelitian

Pemeriksaan darah ulang satu bulan intervensi

Analisa Lengkap ( n = 60 ) Pengukuran Antropometri Setelah 6 bulan Analisa Lengkap ( n = 59 ) Pengukuran Antropometri setelah 6 bulan Drop out ( n = 1 )

Gambar 4.1 Algoritme penelitian

Pemberian Albendazole 400mg

dosis tunggal

Tabel 4.1. Karakteristik sampel

Karakteristik Terapi besi (60)

n(SD)

Plasebo (60)

n(SD)

Usia (tahun) Usia saat menstruasi (tahun) Tinggi badan (cm) Berat badan (kg) Kadar Hemoglobin (gr/dl) MCV (fL) MCH MCHC Ht (%) RBC (/mm3) RDW (%) Indeks mentzer (%) Indeks RDW (%) 12,97 (0,92) 11,93 (0,89) 147,16 (5,81) 43,85 (5,78) 10,75 (0,58) 74,48 (3,46) 25,25 (2,26) 29,99 (0,82) 32,31 (2,94) 4,24 (0,39) 16,43 (1,08) 17,67 (1,66) 290,67 (38,31) 13,05 (1,15) 11,91 (0,96) 148,67 (5,19) 44,11 (6,17) 10,72 (0,72) 73,21 (4,20) 25,29 (1,94) 29,98 (0,67) 31,86 (3,15) 4,30 (0,40) 16,62 (0,75) 17,13 (1,71) 284,55 (28,81) Nilai rerata ( SD )

Dari 120 sampel, kami mendapati 48,50% anak sekolah yang telah pubertas dengan perkembangan payudara pada tingkat 2 dan pertumbuhan rambut pubis pada tingkat 2, perkembangan payudara pada tingkat 2 dan pertumbuhan rambut pubis pada tingkat 3 sebanyak 31,70%, perkembangan payudara pada tingkat 3 dan pertumbuhan rambut pubis pada tingkat 2 sebanyak 14,20%, dan perkembangan payudara pada tingkat 3 dan pertumbuhan rambut pubis pada tingkat 3 sebanyak 5,80%. Usia saat menstruasi pertama pada sampel di dapati pada usia 10 tahun sebanyak 5,00%, usia 11 tahun sebanyak 28,33%, usia 13 tahun sebanyak 17,50%, dan pada usia 14 tahun sebanyak 3,33% dengan usia

rata-rata saat menstruasi pertama adalah 12 tahun sebanyak 45,83% (Tabel 4.2).

Tabel 4.2. Tingkat kematangan seksual (SMR) dari Marshal dan Tanner dan usia saat menstruasi pertama (tahun)

Karakteristik n(%)

Tingkat Kematangan Seksual (SMR) M2P2 M2P3 M3P2 M3P3

Usia saat mensntruasi pertama (tahun) 10 11 12 13 14 58 (48,30) 38 (31,70) 17 (14,20) 7 (5,80) 6 (5,00) 34 (28,33) 55 (45,83) 21 (17,50) 4 (3,33) Nilai rerata (SD)

Konsentrasi hemoglobin pada kelompok terapi besi dan kelompok plasebo hampir sama pada awal penelitian yaitu 10,75 g/dL pada kelompok terapi besi dan 10,72 g/dL pada kelompok plasebo, setelah dilakukan intervensi didapati peningkatan pada kedua kelompok dan peningkatan bermakna antara sebelum (Hb1) dan setelah intervensi (Hb2). Didapati peningkatan tinggi badan pada kelompok terapi besi dan kelompok plasebo sebelum

(TB1) dan setelah (TB2) intervensi, namun tidak didapati perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok. Hal ini dapat dilihat dalam (Tabel 4.3).

Pada penelitian ini kami dapati peningkatan konsentrasi hemoglobin baik pada kelompok terapi besi dan kelompok plasebo perbedaan yang bermakna pada konsentrasi hemoglobin antara kelompok terapi besi dan plasebo setelah pemberian terapi besi selama 4 minggu namun tidak didapati perbedaan yang bermakna pada rerata tinggi badan dan kecepatan tumbuh antara kelompok terapi besi dan kelompok plasebo pada pengukuran setelah 6 bulan dengan kecepatn tumbuh 1,89 (SD: 0,64) cm/enam bulan pada kelompok terapi besi serta 2,00 (SD: 0,61) cm/enam bulan pada kelompok plasebo, hal ini dapat dilihat dalam (Tabel 4.4).

Tabel 4.3. Rerata hemoglobin dan tinggi badan sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok

Kelompok Terapi Besi Kelompok Plasebo P Hb 1 10,75 (0,58) 10,72 (0,72) Hb 2 12,67 (0,38) 12,02 (0,43) 0,0001 TB1 147,03 (5,41) 149,05 (5.46) TB2 149,05 (5.46) 150,47 (5,29) 0,140

Nilai dalam rerata ( SD )

Tabel 4.4. Perbandingan hemoglobin, tinggi badan dan kecepatan tumbuh antara kelompok terapi besi dan kelompok plasebo

Karakteristik Terapi besi

n = 60 Plasebo n = 60 P Hemoglobin (gr/dl) Tinggi badan (cm) Kecepatan tumbuh (cm) 12,67 (0,38) 149,05 (5,46) 1,89 (0,64) 12,02 (0,43) 150,47 (5,29) 2,00 (0,61) 0,0001 0,140 0,180 Nilai dalam rerata ( SD )

BAB 5. Pembahasan

Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang berlangsung dalam tahapan-tahapan dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor neuroendokrin yang kompleks. Faktor tersebut bertanggung jawab terhadap awitan dan perkembangan menuju maturitas seksual yang sempurna.29 Walaupun usia awitan pubertas sangatlah bervariasi, sebagian besar anak akan mengawali pubertas pada umur 8 sampai 13 tahun untuk anak perempuan dan 9 sampai 14 tahun untuk anak laki-laki. Perkembangan pubertas dianggap abnormal bila awal pubertas terlampau dini atau terlambat.1 Banyak faktor yang mempengaruhi awitan pubertas antara lain etnis, sosial ekonomi, psikologis, nutrisi, fisis dan penyakit kronis.27

Pada suatu penelitian di Boston pada 67 anak perempuan didapati usia rerata saat menstruasi pertama (menarche) adalah pada usia 12 tahun dimana usia tercepat saat menstruasi pertama adalah pada usia 10 tahun dan usia paling lambat saat menstruasi pertama adalah pada usia 16 tahun.48

Penelitian lain di Kuwait mendapatkan rerata usia awitan saat menstruasi pertama adalah pada usia 12,7 tahun dengan usia yang paling cepat saat menstruasi pertama adalah pada usia 9 tahun dan usia saat menstruasi pertama yang paling lambat adalah pada usia 18 tahun.49

Satu penelitian di US didapati usia rerata menarche pada anak perempuan adalah pada usia 12,43 tahun.50

Pada ini penelitian ini kami mendapatkan usia rerata awitan saat menstruasi pertama adalah pada usia 12 tahun dan usia 10 tahun merupakan usia saat menstruasi pertama yang paling cepat serta usia 14 tahun merupakan usia saat menstruasi pertama yang paling lambat untuk awal pubertas. Hal ini dapat dilihat dalam (Tabel 4.2).

Pada masa pubertas terjadi perubahan fisik yang dapat digambarkan dalam tingkat kematangan seksual (Sexual Maturity Rating) dari Marshall dan Tanner.27 Satu penelitian di Lithuania didapati rerata usia awitan dari perkembangan payudara pada tingkat 2 (M2) adalah pada usia 10,2 tahun, perkembangan payudara pada tingkat 3 (M3) adalah pada usia 11,3 tahun dan perkembangan payudara pada tingkat 4 (M4) adalah pada usia 13,9 tahun, dan untuk rerata perkembangan rambut pubis adalah pada usia 11,2 tahun.51

Dari 120 anak perempuan pada penelitian ini berdasarkan tingkatan skala dari Marshall dan Tanner didapati tingkat kematangan seksual pada tingkat M2P2 sebanyak 48,30%, tingkat kematangan seksual pada tingkat M2P3 sebanyak 31,70%, tingkat kematangan seksual pada tingkat M3P2 sebanyak 14,20% dan tingkat kematangan seksual pada tingkat M3P3 sebanyak 5,80%. Hal ini dapat dilihat dalam (Tabel 4.2).

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit bukan merupakan tes diagnostik pilihan karena kadar hemoglobin atau hematokrit tidak sensitif terhadap ADB. Namun kedua pemeriksaan ini relatif murah, mudah didapat dan merupakan pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk skrining defisiensi besi. Tahap awal terjadinya ADB tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hemokrit. Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan keparahan anemianya.11,46 Pemeriksaan darah tepi yang mengarah terhadap kecurigaan ADB adalah mikrositik hipokromik, sedangkan pemeriksaaan kadar feritin serum merupakan tes diagnostik yang paling baik untuk ADB dengan sensitivitas dan spesifisitas paling baik. Kadar feritin serum pada anak ADB < 12 ug/L, namun pemeriksaan ini kurang lazim dipakai sebagai pemeriksaan skrining karena relatif mahal.45

Mean Corpuscular Volume ( MCV ) berguna untuk menentukan

apakah mikrositik, normositik atau makrositik. Pada penelitian terhadap bayi berusia 12 bulan didapati RDW yang tinggi (>14%) dengan sensitivitas 100% dan spesifisitas 82%. Disebabkan spesifisitasnya yang relatif rendah, maka pemeriksaan RDW saja tidak dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining, tetapi sering digunakan bersama dengan MCV untuk membedakan diantara variasi anemia.44 Salah satu cara untuk membedakan ADB dengan talasemia minor adalah dengan pemeriksaan indeks Mentzer, dimana bila indeks Mentzer > 13 merupakan ADB dan bila

< 13 menunjukkan talasemia minor dengan spesifisitas sebesar 82%. Bila indeks RDW > 220 merupakan ADB, namun bila < 220 menunjukkan talasemia dengan spesifisitas 92%.5

Penelitian di Indonesia tahun 1988, diagnosis ADB dengan menggunakan pemeriksaan hemoglobin (Hb), serum besi (SI), Total Iron Binding Capacity (TIBC) dan saturasi transferin (TS).16 Penelitian lain dalam menegakkan diagnosis ADB adalah dengan pemeriksaan hemoglobin dan kadar serum feritin.52,53 Satu penelitian lain di Jakarta menggunakan pemeriksaan hemoglobin, Mean Corpuscular Volume (MCV) dan konsentrasi serum feritin dalam menegakkan diagnosis ADB.15

Pada penelitian ini untuk menegakkan diagnosis ADB digunakan pemeriksaan yang sederhana yaitu pemeriksaan Hb, MCV, RBC, RDW, indeks Mentzer dan indeks RDW. Pada pemeriksaan awal kami didapati rerata kadar Hb 10,75 g/dL pada kelompok terapi besi dan 10,72 g/dL pada kelompok plasebo; MCV pada kelompok terapi besi adalah 74,48 fL dan pada kelompok plasebo adalah 73,21 fL; RBC pada kelompok terapi besi adalah, 24/mm3 dan pada kelompok plasebo adalah 4,30/mm3; RDW pada kelompok terapi besi adalah16,43% dan pada kelompok plasebo adalah 16,62%; indeks Mentzer pada kelompok terapi besi adalah 17,67% dan pada kelompok plasebo adalah 17,13%; indeks RDW pada kelompok terapi besi adalah 290,67% dan pada kelompok plasebo adalah 284,55%. Keadaan ini dapat dilihat dalam Tabel4.1.

Tingginya prevalensi ADB di negara berkembang berhubungan dengan masalah ekonomi (kaitannya terhadap malnutrisi, sanitasi yang jelek), rendahnya asupan protein hewani dan tingginya infestasi parasit (kecacingan).5 Defisiensi besi pada anak terutama terjadi pada usia antara 6 bulan sampai 3 tahun dan 11 sampai 17 tahun karena pada masa itu merupakan pertumbuhan cepat dan penambahan masa sel darah merah.35 Pada remaja putri kehilangan darah melalui menstruasi merupakan penyebab utama terjadinya ADB.54

Bahan makanan dapat menambah dan menghambat absorbsi besi selama proses absorbsi diusus sehingga dapat mempengaruhi keadaan defisiensi besi.19 Tidak kalah pentingnya dalam pencegahan defisiensi besi adalah kebersihan lingkungan.7

Satu penelitian di Peru dengan pemberian zat besi selama 12 minggu pada anak remaja perempuan yang berusia 12 sampai 17 tahun didapatkan peningkatan konsentrasi hemoglobin yang bermakna dibandingkan kelompok plasebo.55 Penelitian lain di Indonesia didapati peningkatan konsentrasi hemoglobin yang sama pada pemberian satu kali sehari dan seminggu sekali pada minggu kedelapan dengan pemberian suplementasi besi 60 mg elemental zat besi.56

Penelitian ini dilakukan di daerah perkebunan dengan sosial ekonomi menengah ke bawah dimana kebanyakan orangtua sampel penelitian kami bekerja sebagai buruh di perkebunan PTPN III. Sebelum

intervensi, kami memberikan edukasi nutrisi kepada anak-anak, guru dan orangtua berupa jenis-jenis makanan yang banyak mengandung besi dan yang dapat meningkatkan atau menghambat absorbsi besi.

Edukasi mengenai higiene dan sanitasi yang baik diberikan kepada sampel dan guru untuk mencegah dan mengobati ADB. Pada penelitian ini kami dapati konsentrasi hemoglobin pada kelompok terapi besi adalah 10,75 g/dL dan pada kelompok plasebo adalah 10,74 g/dL dan setelah intervensi selama 4 minggu didapati peningkatan yang bermakna pada konsentrasi hemoglobin sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok. Keadaan ini dapat terjadi dikarenakan beberapa penyebab diantaranya adalah karena infestasi parasit. Keadaan ini dapat dilihat dalam (Tabel 4.3).

Infestasi parasit dapat memberikan pengaruh pada status nutrisi yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak.57 Penelitian terhadap anak remaja di Indonesia tahun 1997 yang menderita ADB dari 104 anak didapati infestasi parasit sebanyak 34% dan untuk mengobati kecacingan tersebut diberikan mebendazole 500 mg dengan dosis tunggal.58 Penelitian lain di Jakarta mendapatkan angka kecacingan sebanyak 56,5% pada kelompok suplementasi besi dan 70,3% pada kelompok plasebo.15

Penelitian di Zanzibar, Tanzania dengan pemberian mebendazole dapat mengurangi kejadian anemia pada anak.52 Satu penelitian di Benin

tahun 2000 pada anak ADB yang pada pemeriksaan feses didapati adanya kecacingan, setelah diberikan albendazole dan suplementasi besi didapati peningkatan yang signifikan pada hemoglobin dibandingkan pada kelompok plasebo.57

Pada penelitian ini setelah kami lakukan pemeriksaan feses rutin kami dapati 30,8% anak yang menderita kecacingan dan untuk mengobatinya kami berikan albendazole dosis tunggal 400 mg.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri khas seorang anak.45 Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor genetik, nutrisi, metabolik dan endokrin. Pada masa anak-anak kecepatan tumbuh mencapai 5 sampai 7 cm pertahun sampai awal masa pubertas.19,53 Penelitian di Indonesia tahun 1993 didapatkan bahwa pemberian suplementasi besi pada anak anemia dapat membantu menurunkan insiden perawakan pendek pada anak.15 Penelitian di Indonesia didapati peningkatan tinggi badan setelah suplementasi besi.16 Satu penelitian di Thailand tahun 1999, mendapatkan bahwa suplementasi besi yang diberikan satu kali seminggu lebih efektif daripada satu kali sehari selama 16 minggu dalam hal peningkatkan tinggi badan namun tidak dalam hal peningkatan hematologis yang diberikan pada anak usia 6 sampai 13 tahun.58 Penelitian lainnya dengan suplementasi besi dapat merangsang pertumbuhan fisik pada anak anemia.59 Penelitian di Indonesia (Jawa tengah) dari tahun 1997-1999 mendapatkan peningkatan pertumbuhan

dan perkembangan psikomotor yang signifikan pada kelompok yang diberikan suplementasi besi dan pada kelompok yang diberikan suplementasi zink, tetapi tidak didapati pertumbuhan dan perkembangan psikomotor yang signifikan pada kelompok yang diberikan besi yang dikombinasikan dengan zink.60 Pada suatu penelitian di Boston didapati rerata kecepatan tumbuh pada 67 anak perempuan adalah 7,99 cm/tahun.48

Penelitian ini kami memberikan terapi besi dengan sulfas ferosus 300 mg setara dengan 60 mg elemental zat besi selama 12 minggu dan didapatkan peningkatan tinggi badan pada kedua kelompok namun tidak didapati perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah intervensi antara kelompok terapi besi dan kelompok plasebo (Tabel 4.3). Kecepatan tumbuh rerata pada penelitian ini didapati 1,89 (SD 0,64) cm/enam bulan pada kelompok terapi besi dan kecepatan tumbuh pada kelompok plasebo adalah 2,0 (SD 0,61) cm/enam bulan, dan tidak didapati perbedaan yang bermakna antara kelompok terapi besi dan kelompok plasebo. Keadaan ini dapat dilihat dalam Tabel 4.4. Dari penelitian ini kami mendapatkan perbedaan yang bermakna pada pemeriksaan hemoglobin pada minggu keempat setelah terapi besi dan plasebo kami lanjutkan sampai 12 minggu.

Efek samping dapat terjadi pada pemberian besi, efek samping tersebut antara lain kotoran (feses) yang berwarna kehitaman dan pernah

dilaporkan terjadi diare yang meningkat, kemerahan pada badan, muntah dan infeksi pernafasan seperti batuk dan kesulitan bernafas.60,61

Pada penelitian ini setiap anak kami berikan sebuah buku catatan untuk mencatat kesakitan dan efek samping yang timbul selama penelitian dilakukan dan dilaporkan kepada guru. Namun efek samping yang timbul pada penelitian ini tidak kami dapatkan, hal ini kemungkinan karena pencatatan tidak dilakukan dengan baik oleh sampel.

Kelemahan dalam penelitian ini, kami tidak melakukan evaluasi pola makan dengan lengkap. Kepatuhan minum obat pada sampel penelitian hanya dipercayakan kepada sampel, orangtua dan guru, tanpa didampingi petugas pemantau minum obat untuk memastikan apakah obat diminum dengan teratur dan pencatatan efek samping yang timbul. Pada penelitian ini terapi besi kami berikan hanya dalam waktu 12 minggu. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seorang anak pada masa pubertas diantaranya adalah faktor genetik, nutrisi, faktor hormonal, lingkungan dan etnis. Pada penelitian ini kami tidak menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan.

Dokumen terkait