• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 4. Grafik Rerata Kerusakan Struktur Histologis Alveolus Antar

M ETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelit ian ini bersifat Eksperim ent al M urni Seder hana karena penelit i mengadakan perlakuan t erhadap sam pel kemudian sampel diobservasi dan dilakukan pengambilan dat a. Dat a diolah dan dideskripsikan oleh penelit i (Tauf iqqurohman, 2004).

xxviii

Penelit ian ini dilakukan di Laborat orium Hist ologi Fakult as Kedokt eran Universit as Sebelas M aret , Surakart a.

C. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelit ian ini adalah mencit jant an galur Sw iss w ebst er berusia 2-3 bulan dengan berat badan ± 20-30 gr.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara incident al sam pling. Pemilihan subjek sampel berasal dari individu-individu yang secara kebet ulan dijumpai (Tauf iqqurohman, 2004). Besar sampel t iap kelompok dihit ung dengan rumus Feder er, dimana (t ) adalah jumlah ulangan unt uk t iap perlakuan dan (n) adalah jumlah subjek (Arkeman, 2006).

(n-1)(t -1)

15

(n-1)(3-1)

15

2n

17

n

8,5

Ber dasarkan perhit ungan di at as, penelit i memut uskan bahw a jumlah subjek yang akan dipakai dalam penelit ian adalah 10 ekor mencit jant an.

xxix

E. Desain Penelitian

Rancangan penelit ian yang dipakai adalah The Post Test Only Cont rol Group Design (Taufiqqurohman, 2004).

K : (-) O1

P1 : (X1) O2

P2 : (X2) O3

Gam bar 2. Skema Desain Penelit ian

K : Kelompok Kont rol P1 : Kelompok Perlakuan I P2 : Kelompok Perlakuan II

(-) : Pemberian aquades 0,1 ml/ 10grBB m encit

(X1) : Kandang diberi paparan asap dari 1 bat ang rokok t iap hari selama 14 hari.

(X2) : Kandang diberi paparan asap dari 1 bat ang rokok t iap hari selama 14 hari, 2 jam sebelumnya t elah diberi jus pepaya dengan dosis 0,2 ml/ 20gr BB mencit / hari.

O1 : Obser vasi kelompok kont rol pada hari ke-15 set elah perlakuan. O2 : Obser vasi kelompok per lakuan I pada hari ke-15 set elah perlakuan. O3 : Obser vasi kelompok per lakuan II pada hari ke-15 set elah perlakuan.

xxx

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Pemberian jus pepaya

2. Variabel Terikat

Derajat kerusakan alveolus paru mencit yang dipapar asap rokok

3. Variabel Luar yang Terkendali

a. Umur dan Berat Badan

b. Jenis Kelamin

c. M akanan dan M inuman

d. Tempat Hidup

e. Suhu dan Kelembaban Ruangan

4. Variabel Luar yang Tidak Terkendali

a. Pat ogenesis zat yang m erusak paru selain radikal bebas

b. Kondisi Psikologis M encit

c. Imunit as masing-masing M encit

xxxi

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Yang menjadi variabel bebas adalah st at us pemberian jus pepaya dengan dosis 0,2 ml/ 20gr BB m encit yang diberikan ke mencit sat u kali sehari dengan menggunakan sonde 2 jam sebelum pengasapan rokok selama 14 hari. Skala pengukuran unt uk variabel bebas adalah skala nominal.

2. Variabel t erikat

a. Yang m enjadi variabel t erikat adalah derajat kerusakan alveolus paru m encit yang dipapar asap rokok. Derajat kerusakan alveolus yang dijadikan paramet er adalah edema paru, dest ruksi sept um alveolar, dan infilt rasi sel radang.

1). Edema paru

Dengan skoring:

0 = Tidak t erjadi perubahan st rukt ur hist ologis

1 = Edema pada kur ang dari sepert iga dari seluruh lapang pandang

2 = Edema pada sepert iga hingga dua pert iga dari seluruh lapang pandang

3 = Edema pada lebih dari dua per t iga dari seluruh lapang pandang

xxxii

Dengan skoring:

0 = Tidak t erjadi perubahan st rukt ur hist ologis

1 = Kerusakan sept um alveolus pada kurang dari sepert iga dari seluruh lapang pandang

2 = Kerusakan sept um alveolus pada sepert iga hingga dua pert iga dari seluruh lapang pandang

3 = Kerusakan sept um alveolus pada lebih dari dua per t iga dari seluruh lapang pandang

3). Infilt rasi sel radang

Dengan skoring:

0 = Tidak t erjadi perubahan st rukt ur hist ologis

1 = Inf ilt rasi sel radang pada kurang dari seper t iga dari seluruh lapang pandang

2 = Inf ilt rasi sel radang pada sepert iga hingga dua per t iga dari seluruh lapang pandang

3 = Inf ilt rasi sel radang pada lebih dari dua pert iga dari seluruh lapang pandang

xxxiii

b. Krit eria Penilaian Derajat Kerusakan Alveolus Paru

Tabel 2. Krit eria Penilaian Derajat Kerusakan Alveolus Paru

Krit eria Ket erangan Nilai Variasi

Normal Tidak t erjadi perubahan hist ologis 0 Kerusakan Kerusakan alveolus paru

0% sampai

30% 1

ringan dari kerusakan maksimal

Kerusakan Kerusakan alveolus paru 30%-60% dari 2 sedang kerusakan maksimal

Kerusakan Kerusakan alveolus paru

60% 3 berat kerusakan maksimal

(Hansel dan Barnes, 2004).

Kerusakan alveolus paru ini dinilai berdasarkan adanya dest ruksi sept u m alveolar, oedema paru, dan infilt rasi sel radang. Skala pengukuran unt uk variabel ini adalah skala ordinal.

xxxiv

a. Umur dan Berat Badan

Dikendalikan dengan m enyamakan umur m encit ber umur 2-3 bulan dengan berat badan ± 20-30 gr.

b. Jenis Kelamin

Semua populasi berjenis kelamin jant an.

c. M akanan dan M inuman

Dengan cara m emberikan makanan pelet dan minuman dari air yang t idak t erbat as.

d. Tempat Hidup

Dikendalikan dengan menyamakan w adah dan t empat .

e. Suhu dan Kelembaban Ruangan

Suhu ruangan dijaga dengan suhu ber kisar 25o C - 28o C dengan kelembaban 50% hingga 60%.

4. Variabel Luar yang Tidak Terkendali

a. Pat ogenesis suat u zat yang dapat m erusak paru selain radikal bebas, yait u reaksi hipersensit ivit as t erhadap asap rokok dan efek t oksiknya.

xxxv

Kondisi ini dipengaruhi oleh lingkungan sekit ar. Karena lingkungan yan g t erlalu gaduh at au ramai, pemberian per lakuan berulang kali, dan perkelahian ant ar mencit dapat mem pengaruhi kondisi psikologis ini.

c. Imunit as (sist em kekebalan) masing-masing m encit .

d. Daya regenerasi paru-paru masing-masing mencit .

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat :

a. Kandang hew an percobaan

b. Timbangan duduk dan t imbangan neraca

c. Kanula dan spuit injeksi

d. Alat bedah hew an percobaan (skalpel, pinset , gunt ing, jarum, dan meja lilin)

e. Alat unt uk pembuat an pr eparat hist ologi

f. M ikroskop cahaya medan t erang

g. Gelas ukur dan pengaduk

h. Blender

i. Saringan jus

xxxvi

a. M akanan hew an percobaan (pelet )

b. Rokok kret ek c. Aquadest d. Formaldehid e. Alkohol 90% f. Parafin g. Xilen

h. Hemat oxilin Eosin

i. Pepaya (Carica papaya)

I. Cara Kerja

1. Langkah I

M encit diadapt asikan selama t ujuh hari di Laborat orium Hist ologi Fakult as Kedokt eran UNS, Surakart a. Suhu dan kelembaban r uangan t et ap dijaga. Pada hari ke-8 dilakukan penimbangan unt uk m enent ukan dosis dan dilakukan perlakuan.

2. Langkah II

xxxvii

Pada penelit ian ini yang dimaksud pember ian jus pepaya adalah pemberian jus pepaya yang dibuat dengan cara mencam pur pepaya 100 gr dalam 50 ml aquadest kemudian diblender dan disaring. Dosis jus pepaya yang diberikan secara peroral adalah 0,2ml/ 20grBB.

b. M embuat kandang perlakuan

Pengasapan rokok dilakukan dalam kandang t ert ut up berukuran 50 x 35 x 20 cm dengan vent ilasi berukuran 20 x 10 cm.

3. Langkah III: Pengelompokan Subyek

Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Sampel m encit sebanyak 30 ekor dibagi m enjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok 10 ekor secara random. Kelompok pert ama sebagai kont rol hanya diberi makan dan minum yang diberikan secara ad libit um. Kelompok kedua diberi perlakuan dengan diberi pengasapan dari 1 bat ang rokok dalam kandang. Kelompok ket iga diberi perlakuan dengan diberi pengasapan dar i 1 bat ang rokok dalam kandang, namun 2 jam sebelumnya diberi 0,2 ml/ 20grBBm encit jus pepaya.

4. Langkah IV

Set elah diberi per lakuan selama 14 hari bert urut -t ur ut , pada hari ke-15 semua mencit dikorbankan secar a dislokasi leher. Unt uk penyeragaman sampel, diambil lobus super ior paru kanan kemudian dibuat pr eparat hist ologis dengan met ode blok parafin dan pengecat an HE. Dari set iap paru bagian kanan dibuat 3 irisan dengan ket ebalan 3-8

m. Dari 3 irisan, hanya diambil 1 irisan yang lebih repr esent at if.

xxxviii

5. Langkah V

Set iap pr eparat jaringan paru diamat i gambaran mikroskopisnya dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000 kali. Dengan perbesaran 1000 kali ini, set iap preparat diambil 5 lapang pandang secara acak. Dari set iap lapang pandang, dilihat apakah gambaran yang t erlihat nor mal, mengalami kerusakan ringan, kerusakan sedang at au kerusakan berat sepert i pada definisi operasional variabel t erikat . Bila dari 5 lapang pandang t er dapat gambaran normal

3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat t ersebut memberi gambaran nor mal dan diberi skor 0. Bila t erdapat gambaran kerusakan ringan

3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat memberi gambaran kerusakan ringan dan diberi skor 1. Bila t erdapat gam baran kerusakan sedang

3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat memberi gambaran kerusakan sedang dan diberi skor 2. Bila t erdapat gam baran kerusakan berat

3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat m ember i gambaran kerusakan berat dan diberi skor 3. Dan apabila dari 5 lapang pandang t erdapat 2 macam gam baran yang jumlahnya sama (misalnya 2 gambaran nor mal, 2 gambaran kerusakan ringan, dan 1 gambaran kerusakan sedang) maka pengamat an dit ambah sat u lapang pandang lagi unt uk m enent ukan gambaran mikroskopisnya. Pengamat an dengan perbesaran 1000 kali dilakukan unt uk mengamat i ada t idaknya dest ruksi dinding alveolar, edema paru, dan inf ilt rasi sel radang.

xxxix

Hasil pengamat an pr eparat digunakan unt uk menent ukan nilai variasi. Sebagai cont oh, bila dari 3 krit eria dest ruksi sept um alveolar, edema paru, dan inf ilt rasi sel radang mengalami kerusakan berat , berart i masing-masing m endapat skor 3. Kemudian ket iga skor dijumlah lalu dibagi t ot al skor maksimal t iap kat egori, yait u 9. Set elah it u dikali 100% dan hasilnya dilihat kembali ber dasarkan krit eria yang t elah dit et apkan. Cont oh lain, bila jumlah ket iga skor adalah 5 berar t i nilai variasinya adalah 5 dibagi 9 dikali 100% sama dengan 55,6%. Nilai t ersebut masuk krit eria kerusakan sedang kar ena berada di ant ara > 30% dan < 60%. Berart i nilai var iasinya adalah 2. Set elah m endapat kan nilai variasi, dibuat gr afik rerat a dengan t ujuan unt uk m embandingkan ser t a m enunjukkan rat a-rat a t iap kelompok perlakuan. Rat a-rat a kerusakan kelompok kont rol adalah kerusakan ringan, begit u juga dengan rat a-rat a kerusakan kelompok perlakuan II. Sedangkan rat a-rat a kerusakan kelompok perlakuan I adalah kerusakan sedang.

J. Teknik Analisis Data Statist ik

Dat a yang diperoleh dianalisis secara st at ist ik dengan uji Kruskal Wallis unt uk menget ahui perbedaan yang ber makna di ant ara semua kelom pok perlakuan, kemudian unt uk m enget ahui perbedaan di ant ar a dua kelompok perlakuan digunakan uji st at ist ik M ann Whit ney (M ur t i, 1994). Derajat kemaknaan yang

digunakan α = 0,05.

xl

Dokumen terkait